iv
ABSTRAK
EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN MIMBA
(Azadirachta indica A. Juss) TERHADAP
Enterococcus faecalis
Hadisusanto Alie M., 2014, Pembimbing I : Ibnu Suryatmojo, drg., Sp.KG Pembimbing II :Widura, dr., MS.
Mimba (Azadirachta indica A. Juss) merupakan tanaman yang telah digunakan sebagai obat tradisional dengan aktvitas biologis yang luas. Salah satu bagian tanaman yang sering digunakan adalah daun dan terbukti memiliki aktivitas antimikroba. Enterococcus faecalis merupakan salah satu bakteri yang sering ditemukan dalam saluran akar yang gagal dilakukan perawatan saluran akar. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efek antimikroba dan pengaruh konsentrasi ekstrak daun mimba terhadap pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis.
Desain penelitian ini bersifat deskriptif analitik eksperimental laboratorium secara in vitro dengan metode difusi. Data yang diukur adalah diamater zona hambat yang terbentuk disekiling cakram yang berisi ekstrak daun mimba dengan konsentrasi 5%, 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, dan 60% terhadap bakteri
Enterococcus faecalis pada agar Mueller Hinton. Sebagai kontrol positif menggunakan cakram chlorhexidine 0,2% dan kontrol negatif cakram akuades setril. Analisis data menggunakan uji statistik One Way ANOVA dan Tukey HSD, dengan α = 0.05. Kemaknaan berdasarkan nilai p < 0,05
Hasil penelitian ini adalah rerata diameter zona hambat terbesar dibentuk konsentrasi 60% yaitu 14,29 mm dan yang paling kecil dibentuk konsentrasi 5% yaitu 7,90 mm, serta diameter zona hambat yang dibentuk kontrol positif adalah 22,15 mm dengan perbedaan sangat signifikan (p<0.01).
Simpulan dari penelitian ini adalah ekstrak daun mimba memiliki efek antimikroba terhadap Enterococcus faecalis dan dipengaruhi oleh konsentrasinya, tetapi tidak sebanding dengan chlorhexidine 0,2%.
Dianjurkan penelitian ini dilanjutkan dengan meneliti waktu kontak minimum ekstrak daun mimba untuk membunuh Enterococcus faecalis.
v
ABSTRACT
ANTIMICROBIAL ACTIVITY NEEM LEAF EXTRACT
(Azadirachta indica A. Juss) AGAINST
ENTEROCOCCUS FAECALIS
Hadisusanto Alie M., 2014, 1st Tutor : Ibnu Suryatmojo, drg., Sp.KG
2nd Tutor : Widura, dr., MS.
Neem (Azadirachta indica A. Juss) is a plant that have been used as traditional medicine that has broad biological activities. One of the most useful part of the with diffusion method. Measured data is obtained from diameter of inhibition zone created by disk that contain neem leaf extract with 5%, 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, and 60% concentration against Enterococcus faecalis on Mueller Hinton agar. Chlorhexidine 0,2% disk is used as positive control and sterile aquadest disk is used as negative control. Data analysis using One Way ANOVA and Tukey HSD statistic test with α = 0.05.
The result of this research is biggest inhibition zone is 14,29 mm that created by 60% concentration and the smallest inhibition zone is 7,90 mm that created by 5% concentration, also inhibition zone that created by postive control is 22,15 with .
The conclusion of this research is neem leaf extract has antimicrobial effect against Enterococcus faecalis and depends on its concentration, but it is not comparable to chlorhexidine 0,2%.very significant differences (p <0,01).
For further research suggestion, this research can be further proceed with minimum contact time that is required for neem leaf extract as antimicrobial agent to kill Enterococcus faecalis.
ix DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
PRAKATA ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ...xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1
1.2Identifikasi Masalah ... 2
1.3Tujuan Penelitian ... 3
1.4Manfaat Penelitian ... 3
1.4.1 Manfaat Praktis ... 3
1.4.2 Manfaat Akademis ... 3
1.5Kerangka Penelitian ... 4
x
1.7Metode Penelitian... 7
1.8Waktu dan Tempat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mimba (Azadirachta indica A. Juss) ... 8
2.1.1 Klasifikasi Pohon Mimba ... 9
2.1.2 Morfologi Pohon Mimba ... 11
2.1.3 Daun Mimba ... 12
2.1.4 Kandungan Senyawa Kimia Daun Mimba ... 13
2.1.5 Aktivitas Antimikroba Daun Mimba ... 14
2.2 Enterococcus faecalis Sebagai Salah Satu Bakteri Yang Berperan Dalam Infeksi Saluran Akar ... 16
2.2.1 Morfologi Enterococcus faecalis ... 17
2.2.2 Faktor Virulensi Dan Patogenesitas Enterococcus faecalis ... 19
2.2.3 Enterococcus faecalis di Dalam Saluran Akar Gigi Yang Telah Dilakukan Perawatan Saluran Akar ... 22
2.3 Bahan Irigasi Perawatan Saluran Akar Dengan Efek Antimikroba ... 25
2.3.1 NaOCl (Natrium Hipoklorit) ... 26
2.3.2 Chlorhexidine (CHX) ... 27
2.3.3 Iodine ... 28
2.3.4 Hidrogen Peroksida (H2O2) ... 29
xi
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1 Bahan dan Alat Penelitian ... 31
3.1.1 Bahan-bahan Yang Digunakan Dalam Penelitian ... 31
3.1.2 Alat-alat Yang Digunakan Dalam Penelitian ... 31
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 34
3.3 Metode Penelitian... 34
3.3.1 Desain Penelitian ... 34
3.3.2 Variabel Penelitian ... 34
3.3.3 Definisi Operasional Variabel ... 35
3.3.4 Perhitungan Besar Sampel ... 35
3.3.5 Prosedur Penelitian ... 36
3.3.5.1 Sterilisasi alat ... 36
3.3.5.1 Pembuatan Medium MHA... 36
3.3.5.3 Pembuatan Suspensi Bakteri ... 37
3.3.5.4 Pembuatan Ekstrak Daun Mimba ... 38
3.3.5.5 Tes Aktivitas Antimikroba Ekstrak Daun Mimba ... 38
3.3.5.6 Pengamatan dan Pencatatan Hasil ... 39
3.3.6 Analisa Data ... 40
xii BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ... 43
4.2 Pembahasan ... 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 50
5.2 Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA ... 51
LAMPIRAN ... 55
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Aktivitas Biologis Beberapa Kandungan Senyawa Kimia Daun
Mimba ... 13
Tabel 2.2 Faktor Virulensi Enterococcus faecalis dan Fungsinya ... 22
Tabel 4.1 Diameter Zona Hambat Ekstrak Daun Mimba, Kontrol Positif dan Kontrol Negatif ... 44
Tabel 4.2 Rerata Diameter Zona Hambat ... 44
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas ... 45
Tabel 4.4 Hasil Uji Statistik One Way ANOVA ... 45
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pohon Mimba ... 10
Gambar 2.2 Daun Mimba ... 12
Gambar 2.3 Bakteri Enterococcus faecalis Di Bawah Mikroskop Elektron ... 19
Gambar 2.4 Koloni Enterococcus faecalis Pada Lempeng Agar Darah ... 19
Gambar 2.5 Prevalensi Enterococcus faecalis dari Sampel Gigi yang Telah Dirawat Tetapi Terkena Periodontitis Apikalis ... 23
Gambar 2.6 Infeksi Tubulus Dentin Oleh Enterococcus faecalis Dalam Gigi Anjing ... 24
Gambar 2.7 Hubungan Kandungan Dengan Efek Antimikroba Ekstrak Daun Mimba ... 30
Gambar 3.1 Jangka Sorong ... 32
Gambar 3.2 Alat Yang Digunakan Dalam Penelitian ... 33
Gambar 3.3 Oven ... 33
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Enterococcus faecalis menjadi bahasan dalam bidang endodontik karena
dianggap sebagai salah satu penyebab kegagalan perawatan sistem saluran akar.
Hal ini dikarenakan E. faecalis dapat bertahan dari bahan-bahan antimikroba yang
digunakan dalam perawatan sistem saluran akar dan dapat bertahan hidup dalam
saluran akar yang telah diobturasi selama 1 tahun.1E. faecalis ditemukan di dalam
saluran akar yang gagal dilakukan perawatan sistem saluran akar dengan
prevalensi 24-77% kasus.2,3,4
Prosedur perawatan sistem saluran akar yang tidak tepat dapat menyebabkan
kegagalan perawatan saluran akar seperti tanggalnya gigi yang dirawat atau
menetapnya periodontitis apikalis.5 Prosedur perawatan sistem saluran akar adalah
preparasi akses, preparasi biomekanis, obturasi. Salah satu prosedur yang penting
dalam preparasi biomekanis adalah irigasi.6
Irigasi adalah pembersihan saluran akar mengggunakan cairan untuk
menghilangkan material dari saluran akar dan memberikan efek antimikroba.7
Terdapat banyak bahan irigasi yang digunakan dalam perawatan sistem saluran
akar, seperti NaOCl, chlorhexidine, iodine, dan H2O2. Akan tetapi tidak semua
2
efek antimikroba bahan irigasi juga berkurang dengan adanya dentin dalam
saluran akar gigi.8
Saat ini banyak penelitian yang menunjukan berbagai kegunaan tanaman obat
sebagai sumber bahan bioaktif. Bahan bioaktif adalah senyawa yang mempunyai
efek fisiologis terhadap tubuh. Berbagai ekstrak tanaman alami terbukti memiliki
sifat antimikroba yang berpotensi sebagai bahan irigasi perawatan sistem saluran
akar, salah satunya adalah mimba.9
Mimba (Azadirachta indica) merupakan tanaman evergreen (berdaun hijau
sepanjang tahun) yang berasal dari India dan telah terkenal sejak 2000 tahun yang
lalu sebagai tanaman obat dengan aktivitas biologis luas yang saat ini mulai
diteliti kegunaannya dalam bidang kedokteran gigi.10 Mimba memiliki sifat
antimikroba, antikaries, antiinflamasi dan anti-adherenceyang dipengaruhi oleh
konsentrasinya.11,12Oleh karena itu mimba berpotensi digunakan sebagai alternatif
bahan irigasi saluran akar.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti tertarik untuk
meneliti efek antimikroba daun mimba terhadap bakteri Enterococcus faecalis
secara in vitro.
1.2 Identifikasi Masalah
Apakah ekstrak daun mimba mempunyai efek antimikroba terhadap
3
Apakah ada perbedaan antara kelompok konsentrasi ekstrak daun mimba yang
berbeda terhadap pertumbuhan Enterococcus faecalis.
1.3Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui efek antimikroba dan
pengaruh konsentrasi ekstrak daun mimba terhadap pertumbuhan Enterococcus
faecalis.
1.4Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Praktis
Ekstrak daun mimba diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif bahan
irigasi perawatan sistem saluran akar.
1.4.2 Manfaat Akademik
Menambah pengetahuan dokter gigi tentang efek antimikroba ekstrak daun
mimba untuk mengeliminasi Entercoccus faecalis.
4
1.5Kerangka Pemikiran
Terbukanya dentin dan pulpa akibat karies maupun prosedur perawatan sistem
saluran akar, akan memungkinkan mikroorganisme menginfeksi saluran akar.
Infeksi saluran akar yang menetap disebabkan oleh bakteri merupakan salah satu
penyebab utama kegagalan perawatan sistem saluran akar, sehingga
menghilangkan seluruh bakteri penyebab infeksi saluran akar akan menentukan
keberhasilan suatu perawatan sistem saluran akar.5
Infeksi saluran akar yang menetap sering disebabkan bakteri fakultatif anaerob
yang sulit dihilangkan dari saluran akar melalui prosedur preparasi dan irigasi.
Salah satu spesies bakteri yang paling sering ditemukan pada gigi yang telah
dilakukan perawatan saluran akar adalah Enterococcus faecalis.13,5
Enterococcus faecalis merupakan bakteri kokus fakultatif anaerob gram positif
yang ditemukan dalam bentuk tunggal, berpasangan atau rantai pendek, berhabitat
pada saluran pencernaan manusia dandianggap sebagai salah satu bakteri
penyebab kegagalan perawatan saluran akar.14,15,16 Mekanisme masuknya
E.faecalis dalam menginvasi saluran akar masih belum jelas, tetapi diduga bukan
berasal dari mikroflora normal endogenus manusia melainkan melalui rute
eksogenus.13
Enteroccous faecalis dapat bertahan dalam saluran akar dalam jangka waktu
yang lama menyebabkan infeksi yang menetap karena beberapa faktor virulensi
dan patogenesitas yang dimilikinya. Faktor virulensi dan patogenesitas E. faecalis
5
prosedur disinfeksi saluran akar, berpenetrasi ke dalam tubulus dentin dan
membentukan biofilm, resistensi terhadap kalsium hidroksida sebagai obat saluran
akar. E. faecalis juga dapat memasuki keadaan viable but non-cultivable (VBNC)
saat keadaan lingkungan tidak menguntungkan. 5,14,15,17
Dikarenakan banyak ramifikasi di apikal yang tidak dapat dibersihkan secara
mekanis, maka diperlukan larutan irigasi untuk melakukan pembersihan secara
kimiawi. Banyak bahan irigasi yang digunakan dalam perawatan sistem saluran
akar seperti salin, anestesi lokal, akuades, NaOCl, EDTA chlorhexidine, iodine,
dan hidrogen peroksida untuk disinfeksi saluran akar, namun tidak semua bahan
irigasi dapat membunuh E. faecalis. Bahan irigasi yang memiliki efek
antimikrobaadalah chlorhexidine, NaOCl, iodine, dan hidrogen peroksida.18
NaOCl merupakan bahan irigasi perawatan sistem saluran akar yang paling
sering digunakan dan direkomendasikan. NaOCl memiliki kemampuan untuk
melarutkan jaringan pulpa, jaringan nekrotik, komponen organik, dan biofilm dan
juga memiliki efek antimikroba yang baik. Kekurangan lain dari NaOCl adalah
sifatnya yang toksik terhadap jaringan pada konsentrasi tinggi dan membutuhkan
waktu yang lama untuk membunuh E. faecalis.19
Chlorhexidine merupakan bahan antimikroba spektrum luas bersifat
bakterisidal terhadap bakteri dan jamur, serta lebih efektif membunuh E. faecalis
dibandingkan NaOCl. Kekurangan dari chlorhexidine adalahefektivitas terhadap
biofilm bakteri lebih rendah dari NaOCl, dentin mengurangi aktivitas
antimikrobanya, dan chlorhexidine tidak dapat melarutkan jaringan organik. Hal
6
disarankan untuk dikombinasi dengan NaOCl dan EDTA, dimana bila
chlorhexidine dan NaOCl tercampur akan menimbulkan perubahan warna dan
menghasilkan precipitate.8
Iodine dalam bentuk povidone iodine memiliki efek antimikroba spektrum
luas. Selain bersifat bakterisidal dan fungisidal, iodine bersifat hipoalergik dan
toksisitasnya rendah, akan tetapi cenderung mewarnai dentin. Keuntungan
penggunaan iodine kalium iodida 2% sebagai bahan irigasi adalah lebih tidak
mengiritasi jaringan dan toksik tetapi memerlukan waktu 1 sampai 2 jam untuk
mencegah pertumbuhan E. faecalis.19
Hidrogen peroksida adalah cairan tidak berwarna yang aktif melawan virus,
bakteri, spora bakteri dan jamur. Mekanisme kerjanya melalui pelepasan radikal
bebas hidroksil (*OH) yang menghancurkan protein dan DNA mikroorganisme.
Efek antimikroba H2O2 tidak efektif melawan E. faecalis dibandingakan NaOCl
dan chlorhexidine. Sekarang hidrogen peroksida tidak direkomendasikan untuk
bahan irigasi saluran akar.19
Daun mimba memiliki beberapa zat aktif seperti
nimbidin,nimbin,nimbolide,gedunin,azadirachtin,mahmoodin,margolone, dan
cyclictrisulphideyang menyebabkan mimba memiliki efek antimikroba. Selain zat
aktif dalam mimba, kandungan alkaloids, flavonoids, saponins, steroids, tannic
acid, glycosides juga memiliki aktivitas antimikroba.20
Selain efek antimikroba, daun mimba terbukti memiliki efek anti-adherence
terhadap E.faecalis dan anti-biofilm terhadap Escherechia coli. Mekanisme kerja
7
rantai respirasi E. faecalis mencegah kolonisasi E. faecalis pada dentin.20,12 Hal
ini dapat menjadikan daun mimba sebagai bahan irigasi yang efektif.
1.6Hipotesis
Ekstrak daun mimba mempunyai efek antimikroba terhadap Enterococcus
faecalis dan dipengaruhi oleh konsentrasinya.
1.7Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analitik eksperimental laboratorium secara in
vitro dengan metode difusi. Analisis data menggunakan uji statistik One Way
ANOVA dan Tukey HSD, dengan a = 0,05. Kemaknaan ditentukan berdasarkan
nilai p<0,05.
1.8Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Maranatha dari bulan September sampai dengan bulan
50 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak
daun mimba memiliki efek antimikroba terhadap Enterococcus faecalis dengan
diameter zona hambat paling kecil dibentuk konsentrasi ekstrak daun mimba 5%
yaitu 7,90 mm dan diameter zona hambat terbesar dibentuk oleh konsentrasi
ekstrak daun mimba 60% yaitu 14,29 mm, tetapi tidak setara dengan zona hambat
yang dibentuk kontrol positif (chlorhexidine 0,2%) yaitu 22,15 mm.
5.2Saran
Saran yang dapat diberikan untuk penelitian–penelitian selanjutnya yakni
meneliti konsentrasi hambat minimum dan waktu kontak minimum ekstrak daun
mimba untuk membunuhEnterococcus faecalis. Penelitian ini juga dapat
dilanjutkan untuk melihat efek antimikroba ekstrak daun mimba terhadap bakteri
51
DAFTAR PUSTAKA
1. Peng SC. Interaction of Enterococcus faeclias to Root Canal Dentine; Role of Direct Action of Chemicals on Dentine Subtrate. Faculty of Dentistry National University of Singapore. 2009.
2. Jr JFS. Aetiology of Root Canal Treatment failure: Why well-Treated Teeth Can Fail. International Endodontic Journal. 2001; 34: p. 1-2.
3. Retamozo B, Shabahang S, Johnson N. Minimum Contact Time and Concentration of Sodium Hyppochlorite Required to Eliminate Enterococcus faecalis. Journal of Endodontic. 2010; 36: p. 520-522.
4. Stuart CH, Schwartz SA, Beeson TJ, Owatz CB. Enterococcus faecalis: Its Role in Root Canal Treatment. Journal Of Endodontics. 2006 Febuary; 32: p. 93-96.
5. Siqueira JF, Rocas IN. Microbiology and Treatment of Endodontic Infections. In Cohen S, Hargreave KM. Chohen's pathways of the Pulp. 10th ed. St Louis: Mosby Elsevier; 2011.
6. Grossman LI. Grossman's Endodontic Practice. 12th ed. Chandra SB, Krishna VG, editors. New Delhi: Wolters Kluwer Health; 2010.
7. Eleazer PD, Glickman GN, McClanahan SB, Webb TD, Justman BC. Glossary of Endodontic Terms. 8th ed.: American Association of Endodontists; 2012.
8. Mohammadi A, Abbott PV. The Properties an Application of Chlorhexidine in Endodontics. International Endodontic Journal. 2009.
9. Vinothkumar TS, Rubin MI, Balaji L, Kandaswarmy D. In vitro evaluation of five different herbal extracts as an antimicrobial endodontic irrigant using real time quantitative polymerase chain reaction. Journal of Conservative Dentistry. 2013; 16: p. 167-170.
10. Siswomihardjo W, Badawi SS, Nishimura M, Hamada T. The Difference of Antibacterial Effect of Neem Leaves and Stick Extracts. International Chinesse Journal of Dentistry. 2007; 7: p. 27-29.
52
2012; 3: p. 112-114.
12. Rosaline H, Kandaswamy D, Gogulnath D, Rubin M. Influence of various herbal irrigants as a final rinse on the adherence of Enterococcus faecalis by fluorescence confocal laser scanning microscope. Journal of Conservative Dentistry. 2013; 16: p. 352-255.
13. Vidana R, Sullivan A, Billstrom H, Ahlquist M, Lund B. Enterococcus faecalis Infection in Rooth Canals - Host Derived or Exogenous Source. Letters in Applied Microbiology. 2010; 52(2): p. 1-7.
14. Portenier I, Waltimo TMT, Haapasalo M. Enterococcus faecalis- The Root Canal Survivor and 'Star' in Post Treatment Disease. Endodontic Topics. 2003; 6: p. 135-159.
15. Hegde V. Enterococcus faecalis; clinical significance & treatment. National Databases of Indian Medical Journals. 2009; 21(2): p. 48-54.
16. Sedgley CM, Lennan SL, appelbe OK. Survival of Enterococcus faecalis in rooth canals ex vivo. International Endodontic Journal. 2005; 38: p. 736-742.
17. Kayaoglu G, Ørstavik. Virulence Factors of Enterococcus faecalis: Relationship to Endodontic Disease. International and American Association for Dental Research. 2004; 15(5): p. 308-315.
18. Cohen S, Hargreaves KM. Cohen's Pathways of the Pulp. 10th ed. St. Louis: Mosby; 2011.
19. Iqbal A. Antimicrobial Irrigants in the Endodontic Therapy. International Journal of Health Sciences. 2012; 6(2): p. 153-158.
20. Aslam F, Rehman Ku, Asghar M, Sarwar M. Antibacterical Activity of Various Phytoconstituents of Neem. Pak. J. Agri. Sci. 2009; 46(3): p. 209-213.
21. Watson RR, Preedy VR. Botanical Medicine in Clinical Practive Cambridge: CABI; 2008.
22. Plantamor. Plantamor. [Online].; 2012 [cited 2013 Desember 3. Available from: http://www.plantamor.com/species/azadirachta-indica.
23. Aradilla AS. Uji Efektivitas Larvasida Ekstrak Ethanol Daun Mimba (Azadirachta indica) Terhadap Larva Aedes aegypti. Fakultas Kedokteran Universitas Dimonogoro. 2009.
53
25. Girish K, Shankara BS. Neem - A Green Treasure. Electronic Journal of Biology. 2008; 4(3): p. 102-111.
26. Subapriya R, Nagini S. Medical Propertis of Neem Leaves: A Review. Curr. Med. Chem. 2005;: p. 149-156.
27. Biswas K, Chattopadhyay I, Banerjee RK, Bandyopadhyay U. Biological Activities and Medicinal Properties of Neem (Azadirachta indica). Current Science. 2002; 82: p. 1136-1345.
28. Srinigsih, Hapsoro Wisnu Adji, Wahono Sumartono, Agung Eru Wibowo, Caidir, Firdayani, Susi Kusumaningrum, Pertamawati Kartakusuma. http://www.iptek.net.id/. [Online].; 2005 [cited 2013 Juni 12. Available from: http://www.iptek.net.id/ind/pustaka_pangan/pdf/Senaki_V/SRININGSIH.pdf.
29. Dzoyem JP, Hamamoto H, Ngameni B, Ngadjui NT, Sekimizi K. Antimicrobial action mechanism of flavonoids from Dorstenia species. Drug Discoveries & Therapeutics. 2013;: p. 66-72.
30. Mills S, Bone K. Principles and Practice of Phytotherapy: Modern Herbal Medicine Toronto: Churcill Livingstone; 2000.
31. Maisak H, Jantrakajorn S, Kukkana M, Wongtavatchai J. Antibacterial Activity of Tannin from Sweet Chestnut Wood Against Aeromonas and Streptococcal Pathogens of Tilapia (Oreochromis niloticus). Thai J Vet Med. 2013; 43(1): p. 105-111.
35. Kayaoglu G, Ørstavik. Virulence Factors of Enterococcus faecalis: Relationship to Endodontic Disease. International and American Association for Dental Research. 2004;: p. 308-315.
36. Suchitra. U, Kundabala. M. Enterococcus faecalis: An Endodontic Pathogen. Indian Endodontic Society. 2006; 18(2): p. 11-13.
54
Indian Academy of Dental Specialists. 2010;: p. 33-37.
38. Leboffe MJ, Pierce BE. Brief Microbiology Laboratory Theory & Application Ebnglewood: Morton; 2012.
39. Bohora A, Hegde V, Kokate S. Comparison of the antibacterial efficiency of neem leaf extract and 2% sodium hypochlorite against E. faecalis, C. albicans and mixed culture - An in vitro study. National Databases of Indian Medical Journals. 2009;: p. 10-13.
40. Dubey S, Chaodary M, Gupta P. Comparative Study of the Antimicrobial Efficiency of Neem Leaf Extract, Sodium Hypochlorite and Biopure MTAD- An Invitro Study. Indian Journal of Dental Advancements. 2012; 4(1): p. 740-743.