• Tidak ada hasil yang ditemukan

Adaptasi Ragam Bentuk Arsitektur Interior Vihara Thailand pada Vihara Vipassana Graha, Lembang, Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Adaptasi Ragam Bentuk Arsitektur Interior Vihara Thailand pada Vihara Vipassana Graha, Lembang, Bandung."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

iv Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Konsep elemen desain interior dari bentuk, pola, warna, tekstur, skala dan cahaya

merupakan dasar dari perancangan suatu interior ruangan. Gubahan desain arsitektural maupun

interior juga tidak luput dari penggunaan ragam bentuk untuk memperkuat nilai-nilai dalam karya

yang dirancang. Faktor sejarah Agama Buddha juga sangat kuat mempengaruhi bentuk ragam

hias seperti pada perancangan suatu Vihara. Oleh karena itu maka ragam bentuk arsitektur

menjadi suatu elemen yang sangat penting dalam perancangan sebuah Vihara untuk

meningkatkan nilai-nilai Religi dan menghasilkan suatu karya desain interior.

Penerapan konsep arsitektur Thailand pada Vihara Vipassana Graha telah mengalami

pergeseran dan penyederhanaan bentuk sedangkan makna yang terkandung dalam elemen-elemen

(2)

ABSTRACT

Interior design element concept such as form, pattern, color, texture, scale and lighting

are the base for designing an interior space. In architectural design or interior design, the using

of architectural element will influence the value of the design. Buddhist history also made strong

influence in designing a Temple. Therefore, architectural elements become an important element

in designing a Temple to increase the religious values and achieve the interior design value.

The implementation of Thailand Architecture at Vihara Vipassana Graha had a change in

shape and being simplified but the meaning of the design elements are still the same according to

(3)

vi

1.2. Batasan Penelitian 2

1.3. Rumusan Masalah 3

1.4. Tujuan Penelitian 3

1.5. Manfaat Penelitian 4

1.6. Metode Penelitian 4

1.7. Langkah-Langkah Penelitian 4

1.8. Cara Memperoleh Data 5

1.9. Kerangka Pemikiran 6

1.10. Metode Penulisan 7

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Vihara 9

(4)

2.2. Tinjauan Unsur Non Fisik Vihara 11

2.2.1. Aktivitas dalam Vihara 11

2.2.2. Aktivitas Peribadatan 11

2.2.3 Aktivitas Peribadatan Para Bhikku Dalam Kuti. 12

2.2.4. Fasilitas Pendukung Kegiatan Peribadatan Vihara. 12

2.2.5. Zoning dan Perwujudan Ruang Vihara. 15

2.3.

Tinjauan Fisik Vihara. 18

2.3.1. Elemen-Elemen Vihara. 18

2.4.

Elemen Desain Interior 23

2.4.1. Bentuk 23

2.5.

Arsitektur Thailand 27

2.5.1. Ragam Bentuk 29

A. Dekorasi 29

B. Arsitektur 33

BAB III DESKRIPSI DAN ANALISIS VIHARA VIPASSANA GRAHA

3.1. Lokasi Vihara Vipassana Graha 44

3.2 Pengertian Vipassana Graha 44

3.3. Sejarah Vihara Vipassana Graha 45

3.4. Lokasi dan Lingkungan 48

3.5. Tinjauan Bangunan Kompleks Vipassana Graha 50

3.5.1. Dhammasala 50

3.5.2. Candi 51

3.5.3. Kuti 51

3.5.4. Bhavana Sabha (Ruang Mediasi) dan Gedung Serbaguna 53

3.5.5. Kantor Pengurus 53

(5)

viii Universitas Kristen Maranatha

3.6. Konsep Elemen Desain Pada Bangunan Vihara Vipassana Graha 55

3.6.1. Dhammasala 55

A. Lantai 56

B. Dinding dan Kolom 57

C. Ceiling dan Atap 57

3.6.2. Candi Pancabala 59

A. Lantai 57

B. Dinding 60

C. Ceiling 67

BAB IV ANALISIS PENERAPAN ELEMEN INTERIOR ARSITEKTUR THAILAND

PADA BANGUNAN DHAMMASALA DAN CANDI VIHARA VIPASSANA GRAHA

4.1 Dhammasala 70

4.4 Tabel Analisis Ragam Arsitektur Pada Bangunan Dhammasala dan Candi Vihara

Vipassana Graha 82

4.4.1 Dhammasala 82

4.4.2 Candi Utama 84

4.4..3 Candi Anak 89

(6)

BAB IV ANALISIS PENERAPAN ELEMEN INTERIOR ARSITEKTUR THAILAND

5.1 Kesimpulan 92

(7)

x Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran (sumber: Pribadi) 6

Gambar 2.1 Posisi Mudra Buddha (Sumber: John, 1990 : 54-55) 13

Gambar 2.2 Zoning Dhammasala 15

Gambar 2.3 Zoning Ruang Pentabisan Bhikkhu 16

Gambar 2.4 Zona Ruang Meditasi 17

Gambar 2.5 Ruang Kuti 17

Gambar 2.6 Contoh Stupa (sumber: http://indonesiaindonesia.com/) 19

Gambar 2.7 Pohon Bodhi (sumber:

http://viewonbuddhism.org/general_symbols_buddhism.html) 19

Gambar 2.8 Contoh Bentuk Dhammachakka (sumber:

http://viewonbuddhism.org/general_symbols_buddhism.html) 20

Gambar 2.9 Singa Tugu Raja Asoka (sumber:

http://viewonbuddhism.org/general_symbols_buddhism.html) 20

Gambar 2.10 Jejak Kaki Sang Buddha (Sumber: Pribadi) 21

Gambar 2.11 Bentuk Rusa (sumber:

http://viewonbuddhism.org/general_symbols_buddhism.html) 21

Gambar 2.12 Bentuk Lotus (sumber:

www.haightashburysanfrancisco.com/images/buddhist) 23

Gambar 2.13 Standar Jarak Posisi Beribadah (Sumber: Neufert,1991:249) 26

Gambar 2.14 Bangunan Ibadah Thailand (Sumber: www.thaiissmile.com) 27

Gambar 2.15 Ragam Bentuk Ujung Atap (Sumber: www.thaiissmile.com) 28

Gambar 2.16 Lotus (Sumber:

Gambar 2.18 Kra-Chang (Sumber:

(8)

na3578_7ก1พ43.pdf) 30

Gambar 2.19 Kra-Chang Klone (Sumber:

http://www.thapra.lib.su.ac.th/objects/rarebook/r35/

na3578_7ก1พ43.pdf) 30

Gambar 2.20 Kra-Chang Bai Thet (Sumber:

http://www.thapra.lib.su.ac.th/objects/rarebook/r35/

na3578_7ก1พ43.pdf) 31

Gambar 2.21 Bamboo Sheath (Sumber:

http://www.thapra.lib.su.ac.th/objects/rarebook/r35/

na3578_7ก1พ43.pdf) 31

Gambar 2.22 Parasol 32

Gambar 2.23 Chofa 32

Gambar 2.24 Proporsi Pedestal (Sumber:

http://www.thapra.lib.su.ac.th/objects/rarebook/r35/

na3578_7ก1พ43.pdf) 33

Gambar 2.25 Lotus Pedestal (Sumber:

http://www.thapra.lib.su.ac.th/objects/rarebook/r35/

na3578_7ก1พ43.pdf) 33

Gambar 2.26 Lion Pedestal dengan torus (Sumber:

http://www.thapra.lib.su.ac.th/objects/rarebook/r35/

na3578_7ก1พ43.pdf) 34

Gambar 2.27 Lion Pedestal lotus sheaths (Sumber:

http://www.thapra.lib.su.ac.th/objects/rarebook/r35/

na3578_7ก1พ43.pdf) 34

Gambar 2.28 Tampak depan Lion Pedestal lotus sheaths (Sumber:

http://www.thapra.lib.su.ac.th/objects/rarebook/r35/

na3578_7ก1พ43.pdf) 34

Gambar 2.29 Superimposed Yoh-Ket pedestal (Sumber:

http://www.thapra.lib.su.ac.th/objects/rarebook/r35/

(9)

xii Universitas Kristen Maranatha

Gambar 2.30 Cyma recta dan Cyma reverse pedestal (Sumber:

http://www.thapra.lib.su.ac.th/objects/rarebook/r35/

na3578_7ก1พ43.pdf) 35

Gambar 2.31 Kolom dengan knob (Sumber:

http://www.thapra.lib.su.ac.th/objects/rarebook/r35/

na3578_7ก1พ43.pdf) 36

Gambar 2.32 Bentuk Pagoda (Sumber:

http://www.thapra.lib.su.ac.th/objects/rarebook/r35/

na3578_7ก1พ43.pdf) 37

Gambar 2.33 Bentuk kapital (Sumber:

http://www.thapra.lib.su.ac.th/objects/rarebook/r35/

na3578_7ก1พ43.pdf) 37

Gambar 2.34 Penopang 4x6 (Sumber:

http://www.thapra.lib.su.ac.th/objects/rarebook/r35/

na3578_7ก1พ43.pdf) 38

Gambar 2.35 Penopang 4x8 (Sumber:

http://www.thapra.lib.su.ac.th/objects/rarebook/r35/

na3578_7ก1พ43.pdf) 38

Gambar 2.36 Phān (Sumber:

http://www.thapra.lib.su.ac.th/objects/rarebook/r35/

na3578_7ก1พ43.pdf) 39

Gambar 2.37 Ujung atap pelana (Sumber:

http://www.thapra.lib.su.ac.th/objects/rarebook/r35/

na3578_7ก1พ43.pdf) 39

Gambar 2.38 Konstruksi Atap (Sumber:

http://www.thapra.lib.su.ac.th/objects/rarebook/r35/

na3578_7ก1พ43.pdf) 40

Gambar 2.39 Detail Konstruksi atap (Sumber:

http://www.thapra.lib.su.ac.th/objects/rarebook/r35/

(10)

Gambar 2.40 Detail panel ujung pelana (Sumber:

http://www.thapra.lib.su.ac.th/objects/rarebook/r35/

na3578_7ก1พ43.pdf) 42

Gambar 2.41 Motif ceiling (Sumber:

http://www.thapra.lib.su.ac.th/objects/rarebook/r35/

na3578_7ก1พ43.pdf) 42

Gambar 2.42 Contoh Bangunan (Sumber:

http://www.thapra.lib.su.ac.th/objects/rarebook/r35/

na3578_7ก1พ43.pdf) 43

Gambar 3.1 Peta Lokasi Vihara Vipassana (sumber: Google Maps) 44

Gambar 3.2 Layout Vihara Vipassana (sumber: Pengurus Vihara) 49

Gambar 3.3 Gerbang Utama Vipassana Graha (sumber: Pengurus Vihara) 50

Gambar 3.4 Gedung Dhammasala Vipassana Graha (sumber: Pengurus Vihara) 50

Gambar 3.5 Candi Pancabala (sumber: Dokumentasi Pribadi) 51

Gambar 3.6 Kuti Bhikkhu dan Bhikkhuni (sumber: Dokumentasi Pribadi) 51

Gambar 3.7 Kuti Bhikkhu dan Bhikkhuni (sumber: Dokumentasi Pribadi) 52

Gambar 3.8 Kuti Baru (sumber: Dokumentasi Pribadi) 52

Gambar 3.9 Gedung Meditasi dan Serbaguna (sumber: Dokumentasi Pribadi) 53

Gambar 3.10 Gedung Kantor pengurus (sumber: Dokumentasi Pribadi) 53

Gambar 3.11 Tugu Asoka (sumber: Dokumentasi Pribadi) 54

Gambar 3.12 Tulisan pada Tugu Asoka (sumber: Dokumentasi Pribadi) 54

Gambar 3.13 Gapura (sumber: Dokumentasi Pribadi) 55

Gambar 3.14 Pendopo (Sala) (sumber: Dokumentasi Pribadi) 55

Gambar 3.15 Patung Naga (sumber: Dokumentasi Pribadi) 55

Gambar 3.16 Ruang Avalokitesvara (sumber: Dokumentasi Pribadi) 55

Gambar 3.17 Altar Se Mien Fo (sumber: Dokumentasi Pribadi) 55

Gambar 3.18 Layout Dhammasala (sumber: Dokumentasi Pribadi) 56

Gambar 3.19 Tampak gedung Dhammasala (sumber: Dokumentasi Pribadi) 56

Gambar 3.20 Interior Dhammasala (sumber: Dokumentasi Pribadi) 57

Gambar 3.21 Kolom dengan Ornamen Teratai (sumber: Dokumentasi Pribadi) 58

Gambar 3.22 Ornamen Pada Pintu Masuk (sumber: Dokumentasi Pribadi) 58

(11)

xiv Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Tabel Analisa Dhammasala (sumber: Pribadi) 82

Tabel 4.2 Tabel Analisa Candi Utama (sumber: Pribadi) 84

Tabel 4.3 Tabel Analisa Candi Anak (sumber: Pribadi) 89

(12)

1

Indonesia sejak abad ke 5. Pada dasarnya, Agama Buddha yang berasal dari

India, masuk di Indonesia pertama kali dibawa oleh orang India yang datang

untuk berdagang dengan memanfaatkan angin musim. Setelah selesai

berdagang dan sambil menunggu angin musim yang mengantar para

pedagang kembali ke India, mereka menyebarkan Agama Buddha kepada

penduduk setempat. Agama Buddha tersebut diterima dengan baik oleh

masyarakat dan kemudian berkembang pesat, sehingga muncul

kerajaan-kerajaan yang menganut Agama Buddha, seperti kerajaan-kerajaan Sriwijaya

(680-1337) yang merupakan pusat kebudayaan Buddha di Asia Tenggara, kerajaan

Sailendra (775–850) yang merupakan kerajaan dengan paling banyak peninggalan sejarah dan salahnya satu adalah candi Borobudur, serta

kerajaan Majapahit (1292 – 1478) sebagai kerajaan Buddha terakhir di Indonesia.

Pada tahun 1478, seiring dengan runtuhnya kerajaan Majapahit,

keberadaan Agama Buddha mulai mengalami kemunduran dan digantikan

oleh Agama Islam. Sejak saat itu Agama Buddha di Indonesia mulai

terlupakan selama kurang lebih 5 abad lamanya. Setelah lama terlupakan,

keberadaan Agama Buddha di Indonesia mulai bangkit kembali di pulau Jawa

(13)

2

Universitas Kristen Maranatha

Srilangka. Selama di pulau Jawa, Bhikkhu Nerada Thera banyak melakukan

kegiatan-kegiatan sosial untuk membangkitkan kembali Agama Buddha di

Indonesia, yaitu dengan memberikan kotbah-kotbah dan pelajaran tentang

Dhamma (ajaran sang Buddha), memberkati penanaman pohon Bodhi di

pekarangan Borobudur pada tanggal 10 Maret 1934, membantu dan

mendirikan Java Buddhist Association di Bogor dan Jakarta, serta menjalin

kerja sama yang erat dengan Bhikkhu–Bhikkhu lain yang berasal dari kelenteng atau sekarang dikenal dengan Vihara Tri Dharma. Dengan

kedatangan Bhikkhu dari Srilangka ini dan seiring dibukanya kembali candi

Borobudur yang merupakan salah satu keajaiban dunia, membuat

keberadaan Agama Buddha di Indonesia berangsur baik.

Perkembangan Agama Buddha dapat dilihat dengan hadirnya Vihara

sebagai tempat ibadah Agama Buddha yang semakin banyak jumlahnya.

Sekarang ini jumlah Vihara yang ada di Jawa Barat telah mencapai 128

Vihara (Departemen Agama Buddha, 2011). Dengan adanya perkembangan

Agama Buddha tersebut, maka bangunan Vihara baik arsitektur maupun

interiornya akan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan

perkembangan arsitektur pada masa tersebut. Salah satu Vihara yang

memiliki khas tersendiri yaitu Vihara Vipassana Graha yang berada di jl. Kol.

Masturi no 69, Lembang, Bandung, yang lebih dikenal sebagai Vihara

Thailand oleh masyarakat luas dan merupakan salah satu tempat tujuan wisata

di-Bandung. Sebagian Bangunan dari Vihara mengadopsi gaya dan budaya

arsitektur dari Negara Thailand.

1.2. BATASAN PENELITIAN

Bangunan Vihara Vipassana memiliki banyak elemen pendukung,

diantaranya elemen interior dan elemen arsitektur, elemen interior terpecah

(14)

3 elemen tersebut terdapat juga elemen lain yang juga merupakan elemen

interior yaitu Ragam Arsitektur.

Ragam Arsitektur terbagi menjadi bagian-bagian kecil lagi yakni bentuk,

warna, skala yang menjadi satu rangkaian. Ada berbagai macam elemen

pendukung dalam bangunan peribadatan umat Buddha. Setiap elemen

memiliki makna dan fungsinya masing-masing.

Dalam skripsi ini hanya membahas mengenai konsep desain Vihara yang

meliputi ragam arsitektur yang terdapat pada bangunan kompleks Vihara

Vipassana Graha yang memiliki adaptasi ragam arsitektur dari kebudayaan

arsitektur Thailand khususnya pada bangunan Dhammasala dan Candi

Pancabala.

1.3. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang dan batasan penelitian yang telah dijabarkan,

maka yang akan dikaji adalah sejauh mana adaptasi budaya arsitektur

Thailand yang diterapkan pada interior dan arsitektur bangunan Vihara

Vipassana Graha di Lembang. Sehingga skripsi ini kemudian dapat menjawab

pertanyaan-pertanyaan:

1. Konsep apa yang digunakan pada perancangan dan bagaimana

implementasi konsep tersebut dalam bangunan Vihara Vipassana Graha?

2. Ragam bentuk arsitektur vihara Thailand apa saja yang diimplementasikan

pada Vihara Vipassana Graha?

3. Elemen mana saja yang mengadaptasi ragam arsitektur Thailand pada

bangunan Vihara Vipassana Graha terkait konsep yang digunakan?

4. Dalam hal apa terjadi adaptasi tersebut dan bagian mana yang mengalami

pergeseran?

1.4. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari studi & penulisan dalam skripsi ini adalah menjawab

(15)

4

Universitas Kristen Maranatha

1. Menjelaskan konsep dasar,dan implementasi konsep arsitektur vihara

Thailand pada bangunan Vihara Vipassana Graha

2. Mendeskripsikan ragam bentuk arsitektur vihara Thailand yang

diimplementasikan pada Vihara Vipassana Graha

3. Mendeskripsikan ragam arsitektur pada perancangan Vihara Vipassana

Graha yang diadaptasi dari Thailand.

4. Menjelaskan pengaplikasian desain pada Vihara Vipassana Graha yang

diadaptasi dari Thailand serta pergeseran desain yang terjadi.

1.5. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian dalam skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak

dan pembaca antara lain:

1. Berguna sebagai sumber informasi pemahaman penerapan konsep dasar

perancagan Vihara Vipassana Graha Lembang

2. Memberikan pengetahuan dan pembelajaran bagi masyarakat khususnya

umat beragama Buddha dan yang bukan beragama Buddha.

3. Bermanfaat sebagai masukan referensi bagi perancang maupun peneliti

yang akan melakukan perancangan atau penelitian yang serupa.

1.6. METODE PENELITIAN

Metode Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif-Analitif. Dimana

pendekatan Deskriptif digunakan dalam membahas & mendeskripsikan

penerapan konsep serta elemen-elemen desain interior pada bangunan

Vihara Vipassana Graha.

1.7. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN

Penelitian ini dijabarkan dalam beberapa langkah, yaitu:

1. Melakukan studi literatur tentang objek studi yang terkait.

2. Melakukan pengamatan lapangan dan mengumpulkan data, baik berupa

(16)

5 3. Mendeskripsikan dan menganalisis objek studi.

4. Menarik Kesimpulan.

1.8. CARA MEMPEROLEH DATA

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara

wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumen.

1. Studi Literatur.

Sebagai Pedoman penelitian teori ragam hias pada interior bangunan dan

perkembangan sejarah religi.

2. Wawancara.

Data tidak seluruhnya terdapat dalam sumber pustaka, untuk itu diperlukan

pencarian data tambahan yakni melalui sumber terkait yang dapat

menambah kelengkapan informasi data.

3. Observasi.

Studi lapangan langsung terhadap objek yang akan diteliti agar

(17)

6

Universitas Kristen Maranatha

1.9. KERANGKA PEMIKIRAN

LATAR BELAKANG

1. Konsep apa yang digunakan dan bagaimana implementasi konsep

tersebut dalam bangunan Vihara Vipassana Graha

2. Ragam bentuk arsitektur vihara Thailand apa saja yang

diimplementasikan pada Vihara Vipassana Graha?

3. Elemen mana saja yang mengadaptasi ragam arsitektur Thailand pada

bangunan Vihara Vipassana Graha terkait dengan konsep yang

digunakan?

(18)

7

1.10. SISTEMATIKA PENULISAN

Bab I Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang analisis dan perumusan masalah, yang akan

diangkat, tujuan dan manfaat studi yang akan diperoleh, metode studi yang

digunakan, langkah-langkah studi dan cara memperoleh data, batasan

penelitian dan ringkasan objek studi, serta sistematika penulisan yang

melandasi penulisan skripsi ini.

Bab II Landasan Teori

Berisi landasan teoritis sejarah masuknya Agama Buddha di Indonesia dan

perkembangannya hingga saat ini. serta membahas perkembangan Ajaran

Buddha aliran Theravada, kegiatan dan sarana Puja Bakti umat Buddha, dan

ragam Arsitektur pada bangunan Thailand.

Bab III Deskripsi Objek Studi

Dalam bab ini akan dibahas deskripsi objek studi yaitu deskripsi Lokasi dan

sejarah Vihara Vipassana Graha. Untuk memberikan gambaran secara lebih

jelas akan dilampirkan blok plan dari Vihara Vipassana Graha, Tampak

depan, dan gambar-gambar yang mendukung dalam pendeskripsian objek

studi penelitian beserta keterangan penjelasan konsep desain pada Vihara

Vipassana Graha.

Bab IV Analisis

Merupakan analisis terhadap penerapan konsep serta pergeseran bentuk yang

(19)

8

Universitas Kristen Maranatha Bab V Simpulan dan Saran

Merupakan simpulan dan saran dari penulis mengenai penerapan konsep pada

Vihara Vipassana Graha. Saran yang diberikan ditujukan bagi pelaku interior

(20)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Isi dari bab 5 adalah kesimpulan dari hasil analisis yang telah dibahas

sebelumnya dan saran untuk peneliti atau praktisi yang akan meneliti maupun

merancang fasilitas vihara khususnya dengan konsep bangunan Thailand.

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dibahas pada bab sebelumya,

maka dapat disimpulkan bahwa pada bangunan Vihara Vipassana Graha,

Lembang, mengadaptasi konsep bangunan vihara Thailand. Implementasi

konsep ragam arsitektur interior vihara Thailand pada bangunan Vihara

Vipassana Graha yang dominan berada pada bagian dinding dan kolom serta

atap bangunan sedangkan pada lantai tidak memiliki implementasi konsep.

Bentuk ragam arsitektur interior vihara Thailand yang

diadaptasikan pada bangunan Vihara Vipassana Graha meliputi bentuk

yoh-ket pedestal, lotus pedestal, kapital dengan bentuk lotus, motif gigi

Kra-Chang dan ukiran Kra-Kra-Chang Bai Thet. Ragam-ragam bentuk tersebut

diimplementasikan pada beberapa bagian bangunan seperti tapak bangunan,

kolom-kolom, ceiling dan atap bangunan serta pada sebagian altar.

Ragam bentuk dan arsitektur pada bangunan vihara Vipassana

Graha khususnya bangunan Dhammasala dan Candi sudah mengalami

banyak perubahan dan penyesuaian sehingga keaslian ragam arsitektur

(21)

93

Universitas Kristen Maranatha 5.2 Saran

Hal yang perlu diperhatikan dalam merancang sebuah bangunan

khususnya yang mengadaptasi budaya sebaiknya diperhatikan dan dipelajari

lebih mendalam mengenai budaya tersebut sehingga pengimplementasian

konsep tersebut dapat menghasilkan hasil yang maksimal dan tidak terkesan

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Fisher, Robert E. Buddhist Art And Architecture. Thames And Hudson Ltd.

London, 1993.

Kusaladharma; “Kronologi Hidup Buddha”, Karaniya, Jakarta, 2006.

Mahathera, Ven Narada.”Keterangan Singkat Agama Buddha”.Yayasan Dhammadipa Arama,

1983

Miksic John. Borobudur Golden Tales Of Buddhas. Periplus Edition. Berkley -

Singapore, 1990.

Miksic, John. Sejarah Awal. Buku Antar Bangsa. Jakarta, 2002.

Phrombhichitr, “Buddhist Art Architecture Part I”, Bangkok, 1952

Tettoni, Invernizzi, “Classic Thai Design Interior Architecture”, Periplus, 2010

Ven. Sangharakshita; “Jalan Mulia Berunsur 8”, Karaniya, 2004.

Yolanda, Maria. Tinjauan Makna Ragam Hias Interior-Arsitektur dan Keterkaitan

Dengan Pola Tata Ruang Pada Bangunan Candi Panca Bala. Desain Interior.

Universitas Kristen Maranatha.2009.Skripsis

http://www.walubi.or.id/wacana/wacana_058.shtml diakses pada tanggal 15 November 2014

http://viewonbuddhism.org/general_symbols_buddhism.html diakses pada tanggal 15 November

2015

http://www.samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/agama-buddha-dan-perkembangannya-di-indonesia/ diakses pada tanggal 15 November 2015

http://travel.detik.com/read/2015/03/03/171500/2841045/1025/bukan-di-thailand-vihara-ini-ada-di-lembang diakses pada tanggal 08 Maret 2015

http://www.thapra.lib.su.ac.th/objects/rarebook/r35/na3578_7ก1พ43.pdf diunduh pada tanggal 3

Januari 2015

http://www.arch.chula.ac.th/nakhara/files/article/d4DO14zEXmSun14029.pdf diunduh pada

tanggal 22 Maret 2015

http://www.thapra.lib.su.ac.th/objects/thesis/fulltext/thapra/Supot_Chittasutthiyan_Doctor/

Gambar

Tabel Analisis Ragam Arsitektur Pada Bangunan Dhammasala dan Candi Vihara
Gambar 2.30
Gambar 1.1  Kerangka Pemikiran Sumber: Dokumentasi Pribadi

Referensi

Dokumen terkait

Ration of Lactating Dairy Cow: Effects on Feed Intake and Digestibility, Milk Production and Composition, and Milk Fatty Acid

Adapun yang menjadi karakteristik dari model pembelajaran ini adalah adanya kolaborasi dan kerja sama antara siswa, guru dan pejabat sekolah untuk kepentingan kemajuan

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa rata-rata skor subsistem sarana produksi usahatani mentimun di daerah penelitian untuk cara perolehan bibit adalah 2,6

Kantor Satuan Polisi Pamong

Knowledge donating berpengaruh signifikan pada kapabilitas inovasi (Fen Lin, 2007) dan Knowledge donating berpengaruh signifikan pada innovation capability (Rahab,

diskriminatif dan/atau dengan pertimbangan yang tidak obyektif. Kebijakan Umum Tentang Cara Pengadaan. PA menetapkan cara pengadaan dengan memperhatikan tugas pokok dan

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah novel Nayla karya Djenar Maesa. Ayu, profil pengarang yang berisi perjalanan hidup dan latar belakang

Pada awal pelaksanaan pembelajaran jarak jauh, orang tua siswa SD Negeri 004 Palaran banyak yang tidak menyetujuinya karena orang tua belum faham akan teknologi yang akan digunakan