EFEK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR
FISIKA PADA MATERI GERAK LURUS DI KELAS X SMA SWASTA JOSUA 1 MEDAN
TAHUN AJARAN 2012/2013
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
pada Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
PINONDANG HUTAPEA
NIM : 8106176017
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
PROGRAM PASCASARJANA
EFEK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR
FISIKA PADA MATERI GERAK LURUS DI KELAS X SMA SWASTA JOSUA 1 MEDAN
TAHUN AJARAN 2012/2013
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
pada Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
PINONDANG HUTAPEA
NIM : 8106176017
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
PROGRAM PASCASARJANA
ABSTRACT
PINONDANG HUTAPEA. Effects Application of Problem Solving Learning Model and Emotional Intelligence Learning Outcomes on The Matter Physics Straight Motion Classroom X of SMA Sawsta Josua 1 Field School Year 2012/2013. Graduate Program, State University of Medan 2012.
The purposes of this research was to: (1) To determine the differences in students' learning outcomes between Problem Solving Model and Expository Model, (2) To determine the students who have high emotional intelligence with students who have low emotional intelligence on learning outcomes, (3 ) To determine whether is there an interaction between Learning Problem Solving Model with the learning outcomes of emotional intelligence on the subject matter of Straight Motion. This research was a quasi experimental study, with the research design of two-group pre-test and post-test. The population was all students in grade X semester of SMA Swasta Josua 1 Medan T.A. 2012/2013 by 4 classes (128 students). The research sample consisted of two classes, namely the class X-1 and class X-2 were taken by cluster random sampling, X-2 class was taught by learning models of problem solving (experimental class) and class X-1 was taught by expository teaching model (grade control). Data were analyzed using SPSS 17 so that there is an influence on the learning model of student learning outcomes. Emotional intelligence test anova results of students during the learning process for emotional intelligence then there is the influence of emotional intelligence on student learning outcomes. The test results obtained using ANOVA it can be concluded there is an interaction between of problem solving model with emotional intelligence on learning outcomes. From the calculation was found that of percentage increase learning outcomes for experimental for high class learning control. Its Shows that there is a significant difference percentage yield learning physics was taught by using the Problem Solving model of learning with learning outcomes Physics was taught by Expository teaching model.
ABSTRAK
PINONDANG HUTAPEA. Efek Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving dan Kecerdasan Emosional Terhadap Hasil Belajar Fisika Pada Materi Gerak Lurus Di Kelas X SAMA Sawsta Josua 1 Medan Tahun Ajaran 2012/2013. Program Pascasarjana, Universitas Negeri Medan 2012.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa akibat efek model Problem Solving dan Model Ekspositori, (2) Untuk mengetahui perbedaan siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi dengan siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah terhadap hasil belajar, (3) Untuk mengetahui apakah ada interaksi antara Model Pembelajaran Problem
Solving dengan kecerdasan emosional terhadap hasil belajar pada materi pokok
Gerak Lurus. Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi eksperimen, dengan desain penelitian two-group pre-tes dan post-test. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X semester I SMA Swasta Josua 1 Medan T.A. 2012/2013 sebanyak 4 kelas (128 orang). Sampel penelitian terdiri dari 2 kelas yaitu kelas X-1 dan kelas X-2 yang diambil secara Cluster random sampling, kelas X-2 diajar dengan model pembelajaran problem solving (kelas eksperimen) dan kelas X-1 diajar dengan model pembelajaran ekspositori (kelas kontrol).Data dianalisis menggunakan SPSS 17 sehingga dapat diberikan kesimpulan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar siswa. Hasil uji anova kecerdasan emosional siswa selama proses pembelajaran terdapat pengaruh kecerdasan emosional terhadap hasil belajar siswa. Hasil pengujian menggunakan ANOVA dapat disimpulkan bahwa ada interaksi antara model pembelajaran
problem solving dan model pembelajaran Ekspositori dengan kecerdasan
emosional terhadap hasil belajar. Dari hasil perhitungan bahwa persen peningkatan hasil belajar untuk kelas eksperimen lebih besar dari pada hasil belajar kelas kontrol. Hal ini menunjukan bahwa adanya perbedaan yang signifikan presentase hasil belajar Fisika yang diajar menggunakan model pembelajaran Problem Solving dengan hasil belajar Fisika yang diajar dengan model pembelajaran Ekspositori.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis hanturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan berkatNya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada
penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu
yang direncanakan.
Tesis ini disusun berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan judul
"Efek Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving dan Kecerdasan
Emosional Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Gerak Lurus di Kelas X
SMA Swasta Josua 1 Medan T.A. 2012/2013". Tesis ini disusun untuk
memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Fisika Universitas
Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan tesis ini , baik bantuan moral
maupun material. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr.
H. Ridwan A Sani, M.Si dan Bapak Dr. Kms. Amin Fauzi, M.Pd selaku dosen
pembimbing dengan sabar memberikan arahan, bimbingan dan motifasi serta
meluangkan waktunya kepada penulis sejak awal kuliah hingga penyelesaian tesis
ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S.,
MM, Bapak Prof. Dr. Asmin, M.Pd dan Bapak Dr. Nurdin Bukit, M.Si sebagai
Dosen penguji I, II,dan III yang telah memberikan masukan dan saran-saran dari
mulai rencana penelitian sampai selesai penyusunan tesis ini dan ucapan
iv
Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M. Pd selaku Direktur Pasca Program Pasca
Sarjana UNIMED.
Ucapan terimakasih kepada Paman saya Bapak Drs. Henok Siagian,M.Si
yang telah memberikan motivasi dan masukan-masukan dalam menyelesaikan
tesis ini, dan ucapan terimakasih kepada Bapak M. Parlindungan HRP, S.Pd
sebagai Kepala Sekolah SMA Swasta Josua 1 Medan, dan Bapak Ahmad Nawawi
S.Pd sebagai guru fisika yang telah banyak membantu penulis selama penelitian
berlangsung. Teristimewa penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada
Ayahanda M. Hutapea, Ibunda T. Sitompul beserta Istri saya Lorenta R Sinaga,
S.Pd dan anak saya Carisah Grasella Dori Sabetty Hutapea yang selalu berdoa
dan memberikan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan studi di Unimed.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan
Program Studi Pendidikan Fisika 2011 Ibu Ratna Malawati, Dede Damanik Deo
Demonta , Ika Trisni, Ibu Melda, Aswin, Teguh, Rofiqoh, Amri, Makmur, Ibu
Husnul, Ibu Lisbet, Ibu Hayati, Nazaruddin, Satria yang senantiasa membantu dan
mendukung penulis untuk tetap semangat menyelesaikan tesis ini. Dan kepada
rekan-rekan yang namanya tidak disebutkan satu persatu.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan tesis
ini, namun penulis menyadari masih banyak kekurangan dari segi isi maupun tata
bahasa, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca demi sempurnanya tesis ini. Akhir kata penulis
PASCA UNIMED khususnya Prodi Pendidikan Fisika dan menjadi sumbangan
yang berarti bagi dunia pendidikan.
Medan, Desember 2012
Penulis
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Perbedaan Model Pembelajaran Ekspositori dengan
Model pembelajaran Problem Solving --- 18
Tabel 3.1. Kisi-kisi test --- 41
Tabel 3.2. Uji Validitas Test --- 43
Tabel 3.3. Uji Reabilitas Test --- 45
Tabel 3.4. Uji Validitas Angket --- 48
Tabel 3.5. Uji Reabilitas Angket --- 49
Tabel 3.6. Kisi-kisi angket kecerdasan emosional --- 50
Tabel 3.7. Rancangan Penelitian --- 52
Tabel 3.8. Perlakuan dengan Model Pembelajaran Problem Solving --- 54
Tabel 3. 9. Pembelajaran Ekspositori --- 54
Tabel 4.1. Data Deskriptif Statistik Hasil Belajar --- 62
Tabel 4.2. Uji Normalitas --- 63
Tabel 4.3. Uji Homogenitas Nilai Pretes --- 64
Tabel 4.4. Uji Normalitas Kecerdasan Emosional --- 66
Tabel 4.5. Uji ANOVA --- 67
Tabel 4.6. Interaksi Model Pembelajaran Problem Solving dan Model Pembelajaran Ekspositori dengan Kecerdasan Emosional--- 69
Tabel 4.7. Uji Scheffe --- 71
Tabel 4.9. Hasil Belajar Berdasarkan Tingkat Kognitif pada Model
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pola Garis Interaksi Antara Model Pembelajaran Problem
Solving dan Model Pembelajaran Ekspositori dengan
Kecerdasan Emosional Terhadap Hasil Belajar --- 76
Gambar.2. Ilustrasi Jarak dan Perpindahan --- 87
Gambar 3. Gerak dalam Satu Dimensi --- 87
Gambar 4. Grafik Jarak Terhadap Waktu --- 89
Gambar 5. Grafik Jarak Terhadap Waktu Untuk Gerak Lurus Beraturan ---- 96
Gambar 6. Grafik Percepatan Terhadap Waktu --- 97
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Silabus --- 85
Lampiran 2. Bahan Ajar --- 86
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ---105
Lampiran 4. Lembar Kerja Siswa ---131
Lampiran 5. Instrumen Test Hasil Belajar ---137
Lampiran 6. Penyelesaian Test Hasil Belajar ---139
Lampiran 7. Test Kecerdasan Emosional ---145
Lampiran 8. Sebaran Data Uji Coba Test Hasil Belajar ---147
Lampiran 9. Uji Validitas Test ---148
Lampiran 10. Tingkat Kesukakaran dan Daya Beda Test Hasil Belajar ---149
Lampiran 11. Sebaran Data Uji Coba Angket Kecerdasan Emosional ---110
Lampiran 12. Uji Validitas Angket ---111
Lampiran 13. Daftar Nama Siswa ---112
Lampiran 14. Data Eksperimen dan Kontrol ---154
Lampiran 15. Data Angket Kecerdasan Emosional ---155
Lampiran 16. Deskriptif Statistik Data Penelitian ---156
Lampiran 17. Uji Normalitas Data Penelitian ---161
Lampiran 18. Uji Homogenitas Data Penelitian ---162
Lampiran 19. Uji T Pritest ---163
Lampiran 20. Uji Normalitas Kecerdasan Emosional ---164
xiv
Lampiran 23. Diagram Batang Pretest dan Postest ---170
Lampiran 24. Diagram Batang Kecerdasan Emosional Berdasarkan Tingkat Kognitif ---172
Lampiran 25. Gambar Pola Interaksi Antara Model Pembelajaran Problem Solving dan Model Pembelajarn Ekspositori Terhadap Hasil Belajar ---173
Lampiran 26. Persen (%) Peningkatan Hasil Belajar ---174
Lampiran 27. Lembar Jawaban Siswa ---175
Lampiran 28. Tabel Statistik ---182
Lampiran 29. Validitas Test ---184
Lampiran 30. Validitas Angket ---184
Lampiran 32 Surat Keterangan ---187
BAB I
PENDAHULUAN
!.1. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan suatu negera dapat dilihat dari kualitas pendidikan di negera
tersebut. Karena semakin tinggi kualitas pendidikan suatu negara maka
pembangunan di negara tersebut semakin maju. Bidang pendidikan memegang
peranan yang sangat strategis karena merupakan suatu wahana untuk menciptakan
kualitas sumber daya manusia.
Pendidikan merupakan proses kegiatan pembentukan sikap kepribadian
dan keterampilan manusia dalam menghadapi manusia masa depan. Dalam proses
pembentukan sikap, kepribadian dan keterampilan terjadi kegiatan belajar. Faktor
utama yang mempengaruhi produktifitas tenaga kerja adalah pendidikan. Jadi
dapat dikatakan pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi kemajuan suatu
negara. Dalam kenyataanya bahwa keadaan sumber daya manusia yang kurang
kompetitif dikarenakan mutu pendidikan kita yang masih relatif rendah.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat
dewasa ini menuntun manusia terus mengembangkan wawasan dan kemampuan
di berbagai bidang khususnya bidang pendidikan. Pendidikan sangat penting bagi
umat manusia dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Mengingat
sangat pentingnya pendidikan bagi kehidupan manusia, maka pendidikan harus
dilaksanakan dengan sebaik mungkin sehingga akan memperoleh hasil yang
2
Pendidikan adalah usaha sadar yang sengaja (terkontrol, terencana dengan
sadar dan secara systematis) diberikan kepada anak didik oleh pendidik agar anak
didik dapat berkembang dan terarah kepada tujuan tertentu. Pendidikan juga
merupakan suatu proses pengembangan individu dan kepribadian seseorang yang
dilakukan secara sadar dan tannggung jawab untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap serta nilai-nilai sehingga dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
Dalam penyelenggaraan evaluasi belajar siswa di sekolah, hal yang sering
terjadi adalah rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa. Guru telah
menyesuaikan soal-soal yang diajukan dengan materi yang telah disajikan dalam
proses belajar-mengajar. Dengan adanya kesesuaian bahan ujian dengan materi
pelajaran, maka siswa diharapkan mampu memberikan jawaban yang benar.
Dewasa ini dalam kurun waktu milenium ketiga, pendidikan bangsa
Indonesia belum menunjukkan partisipasi yang tinggi dalam berperan
menghasilkan metode-metode pembelajaran yang signifikan dan berkualitas
dalam menghasilkan lulusan yang siap berkompetisi di dunia teknologi dan pasar
globalisasi dengan tetap berorientasi pendidikan. Hal mutlak yang mampu
menarik simpati para pakar pendidikan untuk turut berpartisipasi menggali
kedalaman dan kekuatan pendidikan adalah pada pokok permasalahan pendidikan
yaitu rendahnya kualitas pengajaran pada pendidikan formal yang diberikan
kepada para siswa. Sardiman (2008 : 12) menyatakan bahwa “pendidikan dan
sistematis terarah pada perubahan tingkah laku menuju ke kedewasaan anak
didik”.
Menurut Indramunawar (www.ekofem.or.id) mengatakan bahwa makna
dan tujuan pendidikan itu adalah Hilfe Zur Selbsthilfe, artinya pertolongan untuk
pertolongan diri. Perubahan–perubahan itu menunjukkan suatu proses yang harus
dilalui. Tanpa proses itu tujuan tidak dapat tercapai. Proses yang dimaksud itu
adalah proses pendidikan dan pengajaran.
Menurut Sardiman (2008: 54) memberikan batasan mengajar adalah
menyediakan kondisi optimal yang merangsang serta mengarahkan kegiatan
belajar anak didik untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai atau
sikap yang dapat membawa perubahan tingkah laku maupun pertumbuhan sebagai
pribadi.
Oleh karena itu, diharapkan peran serta lembaga pendidikan tenaga
keguruan dalam menyiapkan tenaga-tenaga pendidik terutama guru yang akan
memberikan pengajaran di kelas, dalam arti pengajar harus mampu memilih dan
menetapkan strategi pembelajaran yang diprediksi akan lebih efektif untuk
memudahkan siswa dalam belajar di kelas maupun belajar mandiri atau
menentukan cara terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan
dalam mata pelajaran tertentu, sehingga semua siswa dapat menggunakan dan
mengingat lebih lama konsep-konsep tersebut sebagai suatu kompetensi yang
berguna. Strategi menurut Rusman (2011) adalah “suatu kegiatan pembelajaran
4
memudahkan siswa belajar, strategi itu harus sesuai dengan kondisi pembelajaran,
seperti karakteristik siswa dan tipe isi mata pelajaran yang akan dipelajari.
Menurut Rusman (2011) menyebutkan “strategi pembelajaran itu merupakan
suatu perangkat materi dan prosedur pembelajaran yang dipergunakan secara
bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa”.
Menurut Joyce dan Weil (2011) berpendapat bahwa model pembelajaran
adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk
kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan – bahan
pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.
Oleh karena itu pendekatan yang sudah ada selama ini perlu
dikembangkan agar peristiwa pembelajaran memberikan makna bagi siwa yang
belajar. Untuk itu guru harus mampu menciptakan keterkaitan suatu topik dengan
kehidupan siswa sehari-hari, serta memberikan penghargaan bagi setiap
keberhasilan siswa sebagai kunci dalam strategi pembelajaran yang bermakna.
Dengan kata lain apabila suatu strategi pembelajaran memberikan makna bagi
siswa apa yang dipelajarinya, sesungguhnya guru sudah melakukan pembelajaran
yang berbasis kompetensi.
Menurut Indramunawar (www.ekofem.or.id) memberikan “keterangan
bahwa rumusan dan taraf pencapaian tujuan pengajaran merupakan petunjuk
praktis tentang sejauh manakah interaksi edukatif harus dibawa untuk mencapai
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada guru fisika di SMA
Swasta Josua 1 Medan, Bapak Julpahri Harahap S, Pd, bahwa secara umum hasil
belajar fisika dapat dikategorikan masih rendah. Masih banyak siswa yang sulit
melampaui nilai KKM 70, sehingga untuk menuntaskannya, guru harus
mengadakan remedial kepada siswa tersebut. Hal senada juga terlihat pada
observasi awal yang diberikan kepada salah satu kelas X di SMA Swasta Josua 1
Medan pada 4 maret 2012 dengan jumalah siswa 30 orang., dengan 4 buah
pertanyaan pemecahan masalah, dengan dengan rubrik penilaiannya berdasarkan
kemampuan pemecahan masalah.
Dari 4 buah pertanyaan yang diberikan kepada siswa, untuk soal nomor 1;
untuk memahami masalah 83,21%, perencanaan 45,30%, penyelesaian masalah
25,32%, dan memeriksa kembali 30,25%, untuk soal nomor 2; untuk memahami
masalah 83,21%, perencanaan 47,35%, penyelesaian masalah 25,45%, dan
memeriksa kembali 30,35%, untuk soal nomor 3; untuk memahami masalah
60,20%, perencanaan 25,33%, penyelesaian masalah 15,32%, dan memeriksa
kembali 35,40%, untuk soal nomor 4; untuk memahami masalah 55,12%,
perencanaan 15,30%, penyelesaian masalah 35,30%, dan memeriksa kembali
25,35%. Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan pemecahan masalah
pada siswa di sekolah tersebut masih ren dah.
Secara umum bahwa siswa memiliki kemampuan yang baik dalam hal
menuliskan variabel-variabel yang diketahui pada soal, dan juga hal yang
6
Berdasarkan uraian di atas untuk mengetahui pengaruh strategi
pembelajaran dan karakteristik siswa tentang keefektifannya terhadap hasil belajar
dalam mempelajari bidang studi Fisika pada materi gerak lurus, penulis memilih
strategi pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru ada dua yaitu Model
Pembelajaran Berbasis Masalah (MPBM).
Telah dilakukan beberapa penelitian di kalangan para pendidik tentang
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (MPBM). Hasil penelitian Subratha,
Nyoman (2006), Omiwale, Babajide J (2007), Setiawan Nyoman, A. G. I (2008),
Siagian (2012), keempatnya menyatakan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar
yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dalam hal
prestasi setelah diimplikasikan pembelajaran Problem Solving.
Melalui model ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara
terstruktur dengan harapana materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai
siswa dengan baik. Keaktifan guru dalam memberikan pembelajaran dan inovasi
guru terhadap pemilihan model yang digunakan juga akan dapat menunjukkan
tingkat proses belajar mengajar dan keberhasilan siswa. Di dalam proses belajar
mengajar yang selama ini berlangsung di setiap kelas, guru lebih dominan
menggunakan metode ceramah.
Menurut Rusman (2011) Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan
inovasi didalam pembelajaran karena dalam Model Pembelajaran Berbasis
Masalah kemampuan berfikir siswa betul–betul dioptimalisasikan melalui proses
mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berfikirnya secara
berkesinambungan.
Sedangkan kondisi pengajaran yang berhubungan dengan karakteristik
siswa melibatkan kecerdasan emosional (EQ) yang diuji pengaruhnya terhadap
hasil belajar siswa. Model Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan suatu
pendekatan atau strategi pembelajaran yang diprediksi dapat mendorong siswa
lebih aktif terlibat dalam proses pembelajaran Gerak Lurus. Dimana pendekatan
ini mengupayakan siswa untuk belajar, bekerjasama dan menilai diri sendiri agar
siswa mampu membangun pemahaman dan pengetahuannya. Untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan keberhasilan siswa sangat
dipengaruhi oleh kecerdasan emosional siswa.
Hasil Penelitian tentang kecerdasan emosional yang dilakukan oleh
Nurnaningsih (2011), dan Siagian (2012) dengan nilai rata-rata yang diperoleh
sebelum perlakuan sebesar 60,05 dan sesudah perlakuan Strategi Berbasis
Masalah diperoleh nilai rata-rata sebesar 78,50, dapat disimpulkan bahwa terjadi
peningkatan yang signifikan terhadap hasil belajar.
Hal ini sejalan dengan Uno Hamzah & Kuadrat, M (2009: 15) mengatakan
“bahwa faktor emosi sangat penting dan memberikan suatu warna yang kaya
dalam kecerdasan antar pribadi”. Dalam proses belajar mengajar siswa yang
mempunyai kecerdasan emosional mampu menyelesaikan permasalahan, rasa
frustasi mereka, berkonsentrasi, dan bekerjasama baik dengan siswa lain maupun
8
dalam mata pelajaran Fisika, Kimia dan Biologi menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang dapat dicapai siswa dalam mata pelajaran Fisika adalah 11,3 % sementara nilai yang ideal yang diharapkan 100 %. Dari keadaan ini dapat diduga bahwa siswa tidak dapat mencapai nilai tertinggi. Mata pelajaran Kimia lebih baik dari pelajaran Fisika, di mana siswa mencapai 22,0 % dari nilai tertinggi 100 %. Dalam mata pelajaran Biologi siswa mencapai 16,8 % dari nilai tertinggi 100 %. Dari keadaan ini bahwa siswa tidak dapat mencapai nilai tertinggi, sementara pada pelajaran Kimia, Biologi, lebih baik dari pelajaran Fisika.
Dalam hal ini bahwa pelajaran Fisika menjadi salah satu pelajaran yang
sangat penting. Akan tetapi di kalangan siswa kebanyakan mengalami kesulitan
belajar di dalam pelajaran ini. Hal ini bahwa siswa tidak dapat belajar sebagai
mana mestinya sehingga hasil perolehan belajar Fisika pun tergolong rendah.
Salah satu penyebab rendahnya perolehan hasil nilai Fisika adalah karena
kurangnya pemahaman maupun penguasaan siswa terhadap konsep-konsep Fisika,
dimana lebih didominasi oleh hitungan matematis maupun karena Faktor guru
yang kurang mampu menjelaskan konsep Fisika dengan contoh yang lebih
sederhana, menarik dan mudah dimengerti.
Permasalahan di atas di upayakan pemecahannya yaitu dengan melakukan
tindakan yang dapat mengubah suasana pembelajaran yang melibatkan siswa dan
mengahadapkan pada Model Problem Solving. Model pembelajaran Problem
Solving merupakan model pembelajaran yang di kembangkan atas dasar teori
bahwa siswa akan memberikan respon yang positif dan akan lebih mudah
menemukan atau memahami konsep yang sulit apabila fase-fase dalam
pembelajaran Problem Solving diterapkan dalam pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian dengan judul:
Emosional Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Gerak Lurus di SMA
SWASTA JOSUA 1 Medan T.A 2012/2013”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penulis dapat mengidentifikasikan
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Kemampuan belajar fisika yang relati rendah.
2. Kemampuan pemecahan masalah dalam belajar fisika yang relatif rendah
3. Model pembelajaran Problem Solving yang belum diterapkan disekolah.
4. Proses belajar yang masih berpusat pada guru sehingga proses belajar
mengajar kurang bermakna.
5. Strategi pembelajaran yang selama ini digunakan tidak melibatkan siswa
secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar
6. Kurangnya pemahaman guru terhadap kecerdasan emosional tinggi dan
kecerdasan emosional rendah yang dimiliki peserta didik.
1.3. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup masalah serta keterbatasan waktu, dana,
dan kemampuan peneliti maka perlu adanya pembatasan masalah sebagai berikut:
1. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah dalam belajar Fisika pada
materi gerak lurus di SMA Swasta Josua 1 Medan.
2. Model Pembelajaran Problem Solving yang belum diterapkan di SMA
Swasta Josua 1 Medan.
10
1.4. Perumusan masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah dan pembatasan masalah
maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan :
1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa akibat efek model Problem
Solving dan Model Ekspositori di kelas X SMA Swasta Josua 1 Medan?
2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki kecerdasan
emosional tinggi dengan siswa yang memiliki kecerdasan emosional
rendah di kelas X SMA Swasta Josua 1 Medan?
3. Apakah ada interaksi antara Model Pembelajaran Problem Solving dan
Model Ekspositori dengan kecerdasan emosional terhadap hasil belajar
pada materi pokok Gerak Lurus di kelas X SMA Swasta Josua 1 Medan ?
1.5. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa akibat efek model
Problem Solving dan model Ekspositori di kelas X SMA Swasta Josua 1
Medan.
2. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki
kecerdasan emosional tinggi dengan siswa yang memiliki kecerdasan
emosional rendah di kelas X SMA Swasta Josua 1 Medan.
3. Untuk mengetahui apakah ada interaksi antara Model Pembelajaran
Problem Solving dan Model Pembelajaran Ekspositori dengan kecerdasan
emosional terhadap hasil belajar pada materi pokok Gerak Lurus di SMA
1.6. Manfaat Penelitian.
1. Manfaat Praktis
Penelitian ini bermanfaat untuk :
a. Mengungkap secara jelas adanya pengaruh Model Pembelajaran Problem
Soplving terhadap hasil belajar siswa.
b. Memberikan informasi secara tidak langsung kepada guru-guru SMA agar
lebih memperhatikan faktor-faktor yang dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
c. Memberikan informasi secara tidak langsung kepada guru-guru di SMA
Swasta Josua 1 Medan, khususnya yang mengajar bidang studi Fisika pada
materi pokok Gerak lurus agar menggunakan Model Pembelajaran
Problem Solving untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam usaha penelitian lanjutan
dengan melibatkan lebih lengkap komponen model-model pembelajaran yang lain
untuk mengungkap dan membuktikan secara empirik Model Pembelajaran
Problem Solving masih lebih unggul jika dibandingkan dengan Model
Pembelajaran yang lain.
Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi para
80 BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di uraikan pada bab sebelumnya,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran
Problem Solving memperoleh hasil belajar Fisika lebih tinggi dari pada
siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran
ekspositori. Hal ini dapat dilihat dari perolehan skor rata-rata hasil
belajar Fisika dengan model pembelajaran Problem Solving
menghasilkan nilai rata-rata lebih tinggi dari nilai rata-rata yang
dibelajarkan dengan Ekspositori pada gerak lurus kelas X Semester I di
SMA Swasta Josua 1 Medan T.A. 2012/2013.
2. Kecerdasan emosional tinggi dan kecerdasan emosional rendah,
memberikan pengaruh yang berbeda secara signifikan terhadap hasil
pada materi gerak lurus.
3. Ada interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan emosional
dalam mempengaruhi hasil belajar Fisika. Hal ini berarti model
pembelajaran dan kecerdasan emosional bersama-sama dalam
mempengaruhi hasil belajar siswa.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan penelitian maka di berikan
1. Dengan diterimanya hipotesis pertama, maka perlu kiranya menjadi
pertimbangan bagi pihak dalam upaya meningkatkan keterampilan
mengajar guru yang dapat mendukung hasil belajar khususnya hasil
belajar pada Gerak Lurus.
2. Dengan diterimanya hipotesis kedua, maka setiap penyampaian materi
pelajaran harus memperhatikan karakteristik siswa, apakah dia kecerdasan
emosional tinggi atau kecerdasan emosional rendah.
C. Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan kesimpulan yang dikemukakan
sebelumnya, maka di sarankan hal-hal sebagai berikut :
1. Model pembelajaran problem solving ini dapat digunakan sebagai
alternatif dalam pembelajaran pada materi gerak lurus.
2. Peneliti selanjutnya lebih selektif dalam memanfaatkan waktu dan
penggunaan LCD proyektor saat menerapkan model pembelajaran
problem solving sehingga setiap tahap dalam alur pembelajaran dapat
dilaksanakan secara maksimal.
3. Peneliti selanjutnya dapat meminta bantuan dengan menambah guru
untuk menertibkan siswa pada saat pembelajaran berlangsung.
4. Kepada peneliti selanjutnya yang ingin meneliti permasalahan yang
sama disarankan melakukan penelitian pada lokasi dan materi yang
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Abu, A., & Joko, A. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Arikunto, S. 2009. Dasa–Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Dalyono, M. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Djaali H. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Djamarah, B., & Zain, A. 2004. Starategi Belajar Mengajar. Jakarta: Penerbit
Goleman D. 1996. Kecerdasan Emosional. Jakarta: Bumi Aksara.
Gonen, S. 2008. The New Method Of Problem-Solving In Physics Education By
Using Scorm-Compliant Content Package, Distance Edukation, (Online),
vol. 9 No. 3, (http://www. Journal Education of Problem Solving, diakses
8 Maret 2012 pukul 21 :30 WIB).
Indris, J. 2010. Analisis Kritis Mutu Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit Taufiqiyah
Saadah.
Kanginan, M. 2006. Fisika untuk SMA Kelas X Semester I. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Omiwale Babajide, J. 2011. Relationship Between Problem-Solving Ability And
Achievement In Physics Among Senior Secondary School Students In
Osun State, The african Educational Research Network, (Online), vol 11
83
Setiawan Nyoman, A. G. I. 2008. Penerapan Pengajaran Kontekstual Berbasis
Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X2 SMA
Laboratorium Singaraja, Penelitian dan Pengembangan pendidikan,
(Online), vo 2 No. 1, (http://www.Undikssha. ac.id , diakses 8 Maret 2012
pukul 21 :35 WIB
Subratha, N. 2006. Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif dan Strategi
Pemecahan Masalah (Problem Solving) Untuk meningkatkan Hasil Belajar
Siswa. Kelas VIIC SMP Negeri Sukasada, Penelitian dan Pengembangan,
(Online), vo 1 No. 2, (http://www.Undikssha. ac.id , diakses 8 Maret 2012
pukul 21 :38 WIB.
Manullang, B., & Sri, M. 2004. Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran.
Bandung: Alfabeta.
Meltzer. 2002. The Relationship Between Mathematics Preparation and
Conceptual Learning Gain in Phisic. New York: Macmillan.
Mudjiono & Dimyanti. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Penerbit
Reneka Cipta.
Patricia, P. 2002. Mengelola Kecerdasan. Jakarta: Bumi Aksara.
Purwanto, N. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ruharjo. 2012, Pemecahan masalah secara analitis dan kreatif,
Sarengbudi.web.id: http;//www.Sarengbud.org/disaster.htm (Rabu,
11-04-2012 13.00 WIB)
Rusman. 2011, Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana.
Sagala. 2005, Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sardiman, A.M. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Siagian. 2012. Pengaruh Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah dan
Kecerdasan Emosional Terhadap Hasil Belajar Memahami
Dasar-Elektronika di Kelas X SMK Negeri 5 Tahun Ajaran 2011/2012. Tesis
tidak dipublikasika. Medan: Program Pasca Sarjana Unimed.
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.
Jakarta: Bumi Aksara.
Suprianto, W., & Ahmadi, A. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Reneka Cipta.
Syaiful, D. B., & Zain, A. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Uno, H., & Kuadrat, M. 2009. Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran.
Jakarta: Bumi Aksara.