• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PADA MATERI GERAK LURUS DI KELAS X SMA SWASTA JOSUA 1 MEDAN TAHUN AJARAN 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PADA MATERI GERAK LURUS DI KELAS X SMA SWASTA JOSUA 1 MEDAN TAHUN AJARAN 2012/2013."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR

FISIKA PADA MATERI GERAK LURUS DI KELAS X SMA SWASTA JOSUA 1 MEDAN

TAHUN AJARAN 2012/2013

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

pada Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

PINONDANG HUTAPEA

NIM : 8106176017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

PROGRAM PASCASARJANA

(2)

EFEK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR

FISIKA PADA MATERI GERAK LURUS DI KELAS X SMA SWASTA JOSUA 1 MEDAN

TAHUN AJARAN 2012/2013

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

pada Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

PINONDANG HUTAPEA

NIM : 8106176017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

PROGRAM PASCASARJANA

(3)
(4)
(5)

ABSTRACT

PINONDANG HUTAPEA. Effects Application of Problem Solving Learning Model and Emotional Intelligence Learning Outcomes on The Matter Physics Straight Motion Classroom X of SMA Sawsta Josua 1 Field School Year 2012/2013. Graduate Program, State University of Medan 2012.

The purposes of this research was to: (1) To determine the differences in students' learning outcomes between Problem Solving Model and Expository Model, (2) To determine the students who have high emotional intelligence with students who have low emotional intelligence on learning outcomes, (3 ) To determine whether is there an interaction between Learning Problem Solving Model with the learning outcomes of emotional intelligence on the subject matter of Straight Motion. This research was a quasi experimental study, with the research design of two-group pre-test and post-test. The population was all students in grade X semester of SMA Swasta Josua 1 Medan T.A. 2012/2013 by 4 classes (128 students). The research sample consisted of two classes, namely the class X-1 and class X-2 were taken by cluster random sampling, X-2 class was taught by learning models of problem solving (experimental class) and class X-1 was taught by expository teaching model (grade control). Data were analyzed using SPSS 17 so that there is an influence on the learning model of student learning outcomes. Emotional intelligence test anova results of students during the learning process for emotional intelligence then there is the influence of emotional intelligence on student learning outcomes. The test results obtained using ANOVA it can be concluded there is an interaction between of problem solving model with emotional intelligence on learning outcomes. From the calculation was found that of percentage increase learning outcomes for experimental for high class learning control. Its Shows that there is a significant difference percentage yield learning physics was taught by using the Problem Solving model of learning with learning outcomes Physics was taught by Expository teaching model.

(6)

ABSTRAK

PINONDANG HUTAPEA. Efek Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving dan Kecerdasan Emosional Terhadap Hasil Belajar Fisika Pada Materi Gerak Lurus Di Kelas X SAMA Sawsta Josua 1 Medan Tahun Ajaran 2012/2013. Program Pascasarjana, Universitas Negeri Medan 2012.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa akibat efek model Problem Solving dan Model Ekspositori, (2) Untuk mengetahui perbedaan siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi dengan siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah terhadap hasil belajar, (3) Untuk mengetahui apakah ada interaksi antara Model Pembelajaran Problem

Solving dengan kecerdasan emosional terhadap hasil belajar pada materi pokok

Gerak Lurus. Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi eksperimen, dengan desain penelitian two-group pre-tes dan post-test. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X semester I SMA Swasta Josua 1 Medan T.A. 2012/2013 sebanyak 4 kelas (128 orang). Sampel penelitian terdiri dari 2 kelas yaitu kelas X-1 dan kelas X-2 yang diambil secara Cluster random sampling, kelas X-2 diajar dengan model pembelajaran problem solving (kelas eksperimen) dan kelas X-1 diajar dengan model pembelajaran ekspositori (kelas kontrol).Data dianalisis menggunakan SPSS 17 sehingga dapat diberikan kesimpulan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar siswa. Hasil uji anova kecerdasan emosional siswa selama proses pembelajaran terdapat pengaruh kecerdasan emosional terhadap hasil belajar siswa. Hasil pengujian menggunakan ANOVA dapat disimpulkan bahwa ada interaksi antara model pembelajaran

problem solving dan model pembelajaran Ekspositori dengan kecerdasan

emosional terhadap hasil belajar. Dari hasil perhitungan bahwa persen peningkatan hasil belajar untuk kelas eksperimen lebih besar dari pada hasil belajar kelas kontrol. Hal ini menunjukan bahwa adanya perbedaan yang signifikan presentase hasil belajar Fisika yang diajar menggunakan model pembelajaran Problem Solving dengan hasil belajar Fisika yang diajar dengan model pembelajaran Ekspositori.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis hanturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala rahmat dan berkatNya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada

penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu

yang direncanakan.

Tesis ini disusun berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan judul

"Efek Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving dan Kecerdasan

Emosional Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Gerak Lurus di Kelas X

SMA Swasta Josua 1 Medan T.A. 2012/2013". Tesis ini disusun untuk

memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Fisika Universitas

Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan tesis ini , baik bantuan moral

maupun material. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr.

H. Ridwan A Sani, M.Si dan Bapak Dr. Kms. Amin Fauzi, M.Pd selaku dosen

pembimbing dengan sabar memberikan arahan, bimbingan dan motifasi serta

meluangkan waktunya kepada penulis sejak awal kuliah hingga penyelesaian tesis

ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S.,

MM, Bapak Prof. Dr. Asmin, M.Pd dan Bapak Dr. Nurdin Bukit, M.Si sebagai

Dosen penguji I, II,dan III yang telah memberikan masukan dan saran-saran dari

mulai rencana penelitian sampai selesai penyusunan tesis ini dan ucapan

(8)

iv

Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M. Pd selaku Direktur Pasca Program Pasca

Sarjana UNIMED.

Ucapan terimakasih kepada Paman saya Bapak Drs. Henok Siagian,M.Si

yang telah memberikan motivasi dan masukan-masukan dalam menyelesaikan

tesis ini, dan ucapan terimakasih kepada Bapak M. Parlindungan HRP, S.Pd

sebagai Kepala Sekolah SMA Swasta Josua 1 Medan, dan Bapak Ahmad Nawawi

S.Pd sebagai guru fisika yang telah banyak membantu penulis selama penelitian

berlangsung. Teristimewa penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada

Ayahanda M. Hutapea, Ibunda T. Sitompul beserta Istri saya Lorenta R Sinaga,

S.Pd dan anak saya Carisah Grasella Dori Sabetty Hutapea yang selalu berdoa

dan memberikan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan studi di Unimed.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan

Program Studi Pendidikan Fisika 2011 Ibu Ratna Malawati, Dede Damanik Deo

Demonta , Ika Trisni, Ibu Melda, Aswin, Teguh, Rofiqoh, Amri, Makmur, Ibu

Husnul, Ibu Lisbet, Ibu Hayati, Nazaruddin, Satria yang senantiasa membantu dan

mendukung penulis untuk tetap semangat menyelesaikan tesis ini. Dan kepada

rekan-rekan yang namanya tidak disebutkan satu persatu.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan tesis

ini, namun penulis menyadari masih banyak kekurangan dari segi isi maupun tata

bahasa, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari pembaca demi sempurnanya tesis ini. Akhir kata penulis

(9)

PASCA UNIMED khususnya Prodi Pendidikan Fisika dan menjadi sumbangan

yang berarti bagi dunia pendidikan.

Medan, Desember 2012

Penulis

(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Perbedaan Model Pembelajaran Ekspositori dengan

Model pembelajaran Problem Solving --- 18

Tabel 3.1. Kisi-kisi test --- 41

Tabel 3.2. Uji Validitas Test --- 43

Tabel 3.3. Uji Reabilitas Test --- 45

Tabel 3.4. Uji Validitas Angket --- 48

Tabel 3.5. Uji Reabilitas Angket --- 49

Tabel 3.6. Kisi-kisi angket kecerdasan emosional --- 50

Tabel 3.7. Rancangan Penelitian --- 52

Tabel 3.8. Perlakuan dengan Model Pembelajaran Problem Solving --- 54

Tabel 3. 9. Pembelajaran Ekspositori --- 54

Tabel 4.1. Data Deskriptif Statistik Hasil Belajar --- 62

Tabel 4.2. Uji Normalitas --- 63

Tabel 4.3. Uji Homogenitas Nilai Pretes --- 64

Tabel 4.4. Uji Normalitas Kecerdasan Emosional --- 66

Tabel 4.5. Uji ANOVA --- 67

Tabel 4.6. Interaksi Model Pembelajaran Problem Solving dan Model Pembelajaran Ekspositori dengan Kecerdasan Emosional--- 69

Tabel 4.7. Uji Scheffe --- 71

(11)

Tabel 4.9. Hasil Belajar Berdasarkan Tingkat Kognitif pada Model

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pola Garis Interaksi Antara Model Pembelajaran Problem

Solving dan Model Pembelajaran Ekspositori dengan

Kecerdasan Emosional Terhadap Hasil Belajar --- 76

Gambar.2. Ilustrasi Jarak dan Perpindahan --- 87

Gambar 3. Gerak dalam Satu Dimensi --- 87

Gambar 4. Grafik Jarak Terhadap Waktu --- 89

Gambar 5. Grafik Jarak Terhadap Waktu Untuk Gerak Lurus Beraturan ---- 96

Gambar 6. Grafik Percepatan Terhadap Waktu --- 97

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Silabus --- 85

Lampiran 2. Bahan Ajar --- 86

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ---105

Lampiran 4. Lembar Kerja Siswa ---131

Lampiran 5. Instrumen Test Hasil Belajar ---137

Lampiran 6. Penyelesaian Test Hasil Belajar ---139

Lampiran 7. Test Kecerdasan Emosional ---145

Lampiran 8. Sebaran Data Uji Coba Test Hasil Belajar ---147

Lampiran 9. Uji Validitas Test ---148

Lampiran 10. Tingkat Kesukakaran dan Daya Beda Test Hasil Belajar ---149

Lampiran 11. Sebaran Data Uji Coba Angket Kecerdasan Emosional ---110

Lampiran 12. Uji Validitas Angket ---111

Lampiran 13. Daftar Nama Siswa ---112

Lampiran 14. Data Eksperimen dan Kontrol ---154

Lampiran 15. Data Angket Kecerdasan Emosional ---155

Lampiran 16. Deskriptif Statistik Data Penelitian ---156

Lampiran 17. Uji Normalitas Data Penelitian ---161

Lampiran 18. Uji Homogenitas Data Penelitian ---162

Lampiran 19. Uji T Pritest ---163

Lampiran 20. Uji Normalitas Kecerdasan Emosional ---164

(14)

xiv

Lampiran 23. Diagram Batang Pretest dan Postest ---170

Lampiran 24. Diagram Batang Kecerdasan Emosional Berdasarkan Tingkat Kognitif ---172

Lampiran 25. Gambar Pola Interaksi Antara Model Pembelajaran Problem Solving dan Model Pembelajarn Ekspositori Terhadap Hasil Belajar ---173

Lampiran 26. Persen (%) Peningkatan Hasil Belajar ---174

Lampiran 27. Lembar Jawaban Siswa ---175

Lampiran 28. Tabel Statistik ---182

Lampiran 29. Validitas Test ---184

Lampiran 30. Validitas Angket ---184

Lampiran 32 Surat Keterangan ---187

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

!.1. Latar Belakang Masalah

Keberhasilan suatu negera dapat dilihat dari kualitas pendidikan di negera

tersebut. Karena semakin tinggi kualitas pendidikan suatu negara maka

pembangunan di negara tersebut semakin maju. Bidang pendidikan memegang

peranan yang sangat strategis karena merupakan suatu wahana untuk menciptakan

kualitas sumber daya manusia.

Pendidikan merupakan proses kegiatan pembentukan sikap kepribadian

dan keterampilan manusia dalam menghadapi manusia masa depan. Dalam proses

pembentukan sikap, kepribadian dan keterampilan terjadi kegiatan belajar. Faktor

utama yang mempengaruhi produktifitas tenaga kerja adalah pendidikan. Jadi

dapat dikatakan pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi kemajuan suatu

negara. Dalam kenyataanya bahwa keadaan sumber daya manusia yang kurang

kompetitif dikarenakan mutu pendidikan kita yang masih relatif rendah.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat

dewasa ini menuntun manusia terus mengembangkan wawasan dan kemampuan

di berbagai bidang khususnya bidang pendidikan. Pendidikan sangat penting bagi

umat manusia dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Mengingat

sangat pentingnya pendidikan bagi kehidupan manusia, maka pendidikan harus

dilaksanakan dengan sebaik mungkin sehingga akan memperoleh hasil yang

(16)

2

Pendidikan adalah usaha sadar yang sengaja (terkontrol, terencana dengan

sadar dan secara systematis) diberikan kepada anak didik oleh pendidik agar anak

didik dapat berkembang dan terarah kepada tujuan tertentu. Pendidikan juga

merupakan suatu proses pengembangan individu dan kepribadian seseorang yang

dilakukan secara sadar dan tannggung jawab untuk meningkatkan pengetahuan,

keterampilan dan sikap serta nilai-nilai sehingga dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungannya.

Dalam penyelenggaraan evaluasi belajar siswa di sekolah, hal yang sering

terjadi adalah rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa. Guru telah

menyesuaikan soal-soal yang diajukan dengan materi yang telah disajikan dalam

proses belajar-mengajar. Dengan adanya kesesuaian bahan ujian dengan materi

pelajaran, maka siswa diharapkan mampu memberikan jawaban yang benar.

Dewasa ini dalam kurun waktu milenium ketiga, pendidikan bangsa

Indonesia belum menunjukkan partisipasi yang tinggi dalam berperan

menghasilkan metode-metode pembelajaran yang signifikan dan berkualitas

dalam menghasilkan lulusan yang siap berkompetisi di dunia teknologi dan pasar

globalisasi dengan tetap berorientasi pendidikan. Hal mutlak yang mampu

menarik simpati para pakar pendidikan untuk turut berpartisipasi menggali

kedalaman dan kekuatan pendidikan adalah pada pokok permasalahan pendidikan

yaitu rendahnya kualitas pengajaran pada pendidikan formal yang diberikan

kepada para siswa. Sardiman (2008 : 12) menyatakan bahwa “pendidikan dan

(17)

sistematis terarah pada perubahan tingkah laku menuju ke kedewasaan anak

didik”.

Menurut Indramunawar (www.ekofem.or.id) mengatakan bahwa makna

dan tujuan pendidikan itu adalah Hilfe Zur Selbsthilfe, artinya pertolongan untuk

pertolongan diri. Perubahan–perubahan itu menunjukkan suatu proses yang harus

dilalui. Tanpa proses itu tujuan tidak dapat tercapai. Proses yang dimaksud itu

adalah proses pendidikan dan pengajaran.

Menurut Sardiman (2008: 54) memberikan batasan mengajar adalah

menyediakan kondisi optimal yang merangsang serta mengarahkan kegiatan

belajar anak didik untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai atau

sikap yang dapat membawa perubahan tingkah laku maupun pertumbuhan sebagai

pribadi.

Oleh karena itu, diharapkan peran serta lembaga pendidikan tenaga

keguruan dalam menyiapkan tenaga-tenaga pendidik terutama guru yang akan

memberikan pengajaran di kelas, dalam arti pengajar harus mampu memilih dan

menetapkan strategi pembelajaran yang diprediksi akan lebih efektif untuk

memudahkan siswa dalam belajar di kelas maupun belajar mandiri atau

menentukan cara terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan

dalam mata pelajaran tertentu, sehingga semua siswa dapat menggunakan dan

mengingat lebih lama konsep-konsep tersebut sebagai suatu kompetensi yang

berguna. Strategi menurut Rusman (2011) adalah “suatu kegiatan pembelajaran

(18)

4

memudahkan siswa belajar, strategi itu harus sesuai dengan kondisi pembelajaran,

seperti karakteristik siswa dan tipe isi mata pelajaran yang akan dipelajari.

Menurut Rusman (2011) menyebutkan “strategi pembelajaran itu merupakan

suatu perangkat materi dan prosedur pembelajaran yang dipergunakan secara

bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa”.

Menurut Joyce dan Weil (2011) berpendapat bahwa model pembelajaran

adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk

kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan – bahan

pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.

Oleh karena itu pendekatan yang sudah ada selama ini perlu

dikembangkan agar peristiwa pembelajaran memberikan makna bagi siwa yang

belajar. Untuk itu guru harus mampu menciptakan keterkaitan suatu topik dengan

kehidupan siswa sehari-hari, serta memberikan penghargaan bagi setiap

keberhasilan siswa sebagai kunci dalam strategi pembelajaran yang bermakna.

Dengan kata lain apabila suatu strategi pembelajaran memberikan makna bagi

siswa apa yang dipelajarinya, sesungguhnya guru sudah melakukan pembelajaran

yang berbasis kompetensi.

Menurut Indramunawar (www.ekofem.or.id) memberikan “keterangan

bahwa rumusan dan taraf pencapaian tujuan pengajaran merupakan petunjuk

praktis tentang sejauh manakah interaksi edukatif harus dibawa untuk mencapai

(19)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada guru fisika di SMA

Swasta Josua 1 Medan, Bapak Julpahri Harahap S, Pd, bahwa secara umum hasil

belajar fisika dapat dikategorikan masih rendah. Masih banyak siswa yang sulit

melampaui nilai KKM 70, sehingga untuk menuntaskannya, guru harus

mengadakan remedial kepada siswa tersebut. Hal senada juga terlihat pada

observasi awal yang diberikan kepada salah satu kelas X di SMA Swasta Josua 1

Medan pada 4 maret 2012 dengan jumalah siswa 30 orang., dengan 4 buah

pertanyaan pemecahan masalah, dengan dengan rubrik penilaiannya berdasarkan

kemampuan pemecahan masalah.

Dari 4 buah pertanyaan yang diberikan kepada siswa, untuk soal nomor 1;

untuk memahami masalah 83,21%, perencanaan 45,30%, penyelesaian masalah

25,32%, dan memeriksa kembali 30,25%, untuk soal nomor 2; untuk memahami

masalah 83,21%, perencanaan 47,35%, penyelesaian masalah 25,45%, dan

memeriksa kembali 30,35%, untuk soal nomor 3; untuk memahami masalah

60,20%, perencanaan 25,33%, penyelesaian masalah 15,32%, dan memeriksa

kembali 35,40%, untuk soal nomor 4; untuk memahami masalah 55,12%,

perencanaan 15,30%, penyelesaian masalah 35,30%, dan memeriksa kembali

25,35%. Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan pemecahan masalah

pada siswa di sekolah tersebut masih ren dah.

Secara umum bahwa siswa memiliki kemampuan yang baik dalam hal

menuliskan variabel-variabel yang diketahui pada soal, dan juga hal yang

(20)

6

Berdasarkan uraian di atas untuk mengetahui pengaruh strategi

pembelajaran dan karakteristik siswa tentang keefektifannya terhadap hasil belajar

dalam mempelajari bidang studi Fisika pada materi gerak lurus, penulis memilih

strategi pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru ada dua yaitu Model

Pembelajaran Berbasis Masalah (MPBM).

Telah dilakukan beberapa penelitian di kalangan para pendidik tentang

Model Pembelajaran Berbasis Masalah (MPBM). Hasil penelitian Subratha,

Nyoman (2006), Omiwale, Babajide J (2007), Setiawan Nyoman, A. G. I (2008),

Siagian (2012), keempatnya menyatakan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar

yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dalam hal

prestasi setelah diimplikasikan pembelajaran Problem Solving.

Melalui model ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara

terstruktur dengan harapana materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai

siswa dengan baik. Keaktifan guru dalam memberikan pembelajaran dan inovasi

guru terhadap pemilihan model yang digunakan juga akan dapat menunjukkan

tingkat proses belajar mengajar dan keberhasilan siswa. Di dalam proses belajar

mengajar yang selama ini berlangsung di setiap kelas, guru lebih dominan

menggunakan metode ceramah.

Menurut Rusman (2011) Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan

inovasi didalam pembelajaran karena dalam Model Pembelajaran Berbasis

Masalah kemampuan berfikir siswa betul–betul dioptimalisasikan melalui proses

(21)

mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berfikirnya secara

berkesinambungan.

Sedangkan kondisi pengajaran yang berhubungan dengan karakteristik

siswa melibatkan kecerdasan emosional (EQ) yang diuji pengaruhnya terhadap

hasil belajar siswa. Model Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan suatu

pendekatan atau strategi pembelajaran yang diprediksi dapat mendorong siswa

lebih aktif terlibat dalam proses pembelajaran Gerak Lurus. Dimana pendekatan

ini mengupayakan siswa untuk belajar, bekerjasama dan menilai diri sendiri agar

siswa mampu membangun pemahaman dan pengetahuannya. Untuk

meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan keberhasilan siswa sangat

dipengaruhi oleh kecerdasan emosional siswa.

Hasil Penelitian tentang kecerdasan emosional yang dilakukan oleh

Nurnaningsih (2011), dan Siagian (2012) dengan nilai rata-rata yang diperoleh

sebelum perlakuan sebesar 60,05 dan sesudah perlakuan Strategi Berbasis

Masalah diperoleh nilai rata-rata sebesar 78,50, dapat disimpulkan bahwa terjadi

peningkatan yang signifikan terhadap hasil belajar.

Hal ini sejalan dengan Uno Hamzah & Kuadrat, M (2009: 15) mengatakan

“bahwa faktor emosi sangat penting dan memberikan suatu warna yang kaya

dalam kecerdasan antar pribadi”. Dalam proses belajar mengajar siswa yang

mempunyai kecerdasan emosional mampu menyelesaikan permasalahan, rasa

frustasi mereka, berkonsentrasi, dan bekerjasama baik dengan siswa lain maupun

(22)

8

dalam mata pelajaran Fisika, Kimia dan Biologi menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang dapat dicapai siswa dalam mata pelajaran Fisika adalah 11,3 % sementara nilai yang ideal yang diharapkan 100 %. Dari keadaan ini dapat diduga bahwa siswa tidak dapat mencapai nilai tertinggi. Mata pelajaran Kimia lebih baik dari pelajaran Fisika, di mana siswa mencapai 22,0 % dari nilai tertinggi 100 %. Dalam mata pelajaran Biologi siswa mencapai 16,8 % dari nilai tertinggi 100 %. Dari keadaan ini bahwa siswa tidak dapat mencapai nilai tertinggi, sementara pada pelajaran Kimia, Biologi, lebih baik dari pelajaran Fisika.

Dalam hal ini bahwa pelajaran Fisika menjadi salah satu pelajaran yang

sangat penting. Akan tetapi di kalangan siswa kebanyakan mengalami kesulitan

belajar di dalam pelajaran ini. Hal ini bahwa siswa tidak dapat belajar sebagai

mana mestinya sehingga hasil perolehan belajar Fisika pun tergolong rendah.

Salah satu penyebab rendahnya perolehan hasil nilai Fisika adalah karena

kurangnya pemahaman maupun penguasaan siswa terhadap konsep-konsep Fisika,

dimana lebih didominasi oleh hitungan matematis maupun karena Faktor guru

yang kurang mampu menjelaskan konsep Fisika dengan contoh yang lebih

sederhana, menarik dan mudah dimengerti.

Permasalahan di atas di upayakan pemecahannya yaitu dengan melakukan

tindakan yang dapat mengubah suasana pembelajaran yang melibatkan siswa dan

mengahadapkan pada Model Problem Solving. Model pembelajaran Problem

Solving merupakan model pembelajaran yang di kembangkan atas dasar teori

bahwa siswa akan memberikan respon yang positif dan akan lebih mudah

menemukan atau memahami konsep yang sulit apabila fase-fase dalam

pembelajaran Problem Solving diterapkan dalam pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian dengan judul:

(23)

Emosional Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Gerak Lurus di SMA

SWASTA JOSUA 1 Medan T.A 2012/2013”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas penulis dapat mengidentifikasikan

beberapa masalah sebagai berikut:

1. Kemampuan belajar fisika yang relati rendah.

2. Kemampuan pemecahan masalah dalam belajar fisika yang relatif rendah

3. Model pembelajaran Problem Solving yang belum diterapkan disekolah.

4. Proses belajar yang masih berpusat pada guru sehingga proses belajar

mengajar kurang bermakna.

5. Strategi pembelajaran yang selama ini digunakan tidak melibatkan siswa

secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar

6. Kurangnya pemahaman guru terhadap kecerdasan emosional tinggi dan

kecerdasan emosional rendah yang dimiliki peserta didik.

1.3. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya ruang lingkup masalah serta keterbatasan waktu, dana,

dan kemampuan peneliti maka perlu adanya pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah dalam belajar Fisika pada

materi gerak lurus di SMA Swasta Josua 1 Medan.

2. Model Pembelajaran Problem Solving yang belum diterapkan di SMA

Swasta Josua 1 Medan.

(24)

10

1.4. Perumusan masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah dan pembatasan masalah

maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan :

1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa akibat efek model Problem

Solving dan Model Ekspositori di kelas X SMA Swasta Josua 1 Medan?

2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki kecerdasan

emosional tinggi dengan siswa yang memiliki kecerdasan emosional

rendah di kelas X SMA Swasta Josua 1 Medan?

3. Apakah ada interaksi antara Model Pembelajaran Problem Solving dan

Model Ekspositori dengan kecerdasan emosional terhadap hasil belajar

pada materi pokok Gerak Lurus di kelas X SMA Swasta Josua 1 Medan ?

1.5. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa akibat efek model

Problem Solving dan model Ekspositori di kelas X SMA Swasta Josua 1

Medan.

2. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki

kecerdasan emosional tinggi dengan siswa yang memiliki kecerdasan

emosional rendah di kelas X SMA Swasta Josua 1 Medan.

3. Untuk mengetahui apakah ada interaksi antara Model Pembelajaran

Problem Solving dan Model Pembelajaran Ekspositori dengan kecerdasan

emosional terhadap hasil belajar pada materi pokok Gerak Lurus di SMA

(25)

1.6. Manfaat Penelitian.

1. Manfaat Praktis

Penelitian ini bermanfaat untuk :

a. Mengungkap secara jelas adanya pengaruh Model Pembelajaran Problem

Soplving terhadap hasil belajar siswa.

b. Memberikan informasi secara tidak langsung kepada guru-guru SMA agar

lebih memperhatikan faktor-faktor yang dapat meningkatkan hasil belajar

siswa.

c. Memberikan informasi secara tidak langsung kepada guru-guru di SMA

Swasta Josua 1 Medan, khususnya yang mengajar bidang studi Fisika pada

materi pokok Gerak lurus agar menggunakan Model Pembelajaran

Problem Solving untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam usaha penelitian lanjutan

dengan melibatkan lebih lengkap komponen model-model pembelajaran yang lain

untuk mengungkap dan membuktikan secara empirik Model Pembelajaran

Problem Solving masih lebih unggul jika dibandingkan dengan Model

Pembelajaran yang lain.

Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi para

(26)

80 BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di uraikan pada bab sebelumnya,

maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran

Problem Solving memperoleh hasil belajar Fisika lebih tinggi dari pada

siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran

ekspositori. Hal ini dapat dilihat dari perolehan skor rata-rata hasil

belajar Fisika dengan model pembelajaran Problem Solving

menghasilkan nilai rata-rata lebih tinggi dari nilai rata-rata yang

dibelajarkan dengan Ekspositori pada gerak lurus kelas X Semester I di

SMA Swasta Josua 1 Medan T.A. 2012/2013.

2. Kecerdasan emosional tinggi dan kecerdasan emosional rendah,

memberikan pengaruh yang berbeda secara signifikan terhadap hasil

pada materi gerak lurus.

3. Ada interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan emosional

dalam mempengaruhi hasil belajar Fisika. Hal ini berarti model

pembelajaran dan kecerdasan emosional bersama-sama dalam

mempengaruhi hasil belajar siswa.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan penelitian maka di berikan

(27)

1. Dengan diterimanya hipotesis pertama, maka perlu kiranya menjadi

pertimbangan bagi pihak dalam upaya meningkatkan keterampilan

mengajar guru yang dapat mendukung hasil belajar khususnya hasil

belajar pada Gerak Lurus.

2. Dengan diterimanya hipotesis kedua, maka setiap penyampaian materi

pelajaran harus memperhatikan karakteristik siswa, apakah dia kecerdasan

emosional tinggi atau kecerdasan emosional rendah.

C. Saran

Berdasarkan hasil analisis data dan kesimpulan yang dikemukakan

sebelumnya, maka di sarankan hal-hal sebagai berikut :

1. Model pembelajaran problem solving ini dapat digunakan sebagai

alternatif dalam pembelajaran pada materi gerak lurus.

2. Peneliti selanjutnya lebih selektif dalam memanfaatkan waktu dan

penggunaan LCD proyektor saat menerapkan model pembelajaran

problem solving sehingga setiap tahap dalam alur pembelajaran dapat

dilaksanakan secara maksimal.

3. Peneliti selanjutnya dapat meminta bantuan dengan menambah guru

untuk menertibkan siswa pada saat pembelajaran berlangsung.

4. Kepada peneliti selanjutnya yang ingin meneliti permasalahan yang

sama disarankan melakukan penelitian pada lokasi dan materi yang

(28)
(29)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:

Rineka Cipta.

Abu, A., & Joko, A. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Arikunto, S. 2009. Dasa–Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka

Cipta.

Dalyono, M. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Djaali H. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Djamarah, B., & Zain, A. 2004. Starategi Belajar Mengajar. Jakarta: Penerbit

Goleman D. 1996. Kecerdasan Emosional. Jakarta: Bumi Aksara.

Gonen, S. 2008. The New Method Of Problem-Solving In Physics Education By

Using Scorm-Compliant Content Package, Distance Edukation, (Online),

vol. 9 No. 3, (http://www. Journal Education of Problem Solving, diakses

8 Maret 2012 pukul 21 :30 WIB).

Indris, J. 2010. Analisis Kritis Mutu Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit Taufiqiyah

Saadah.

Kanginan, M. 2006. Fisika untuk SMA Kelas X Semester I. Jakarta: Penerbit

Erlangga.

Omiwale Babajide, J. 2011. Relationship Between Problem-Solving Ability And

Achievement In Physics Among Senior Secondary School Students In

Osun State, The african Educational Research Network, (Online), vol 11

(30)

83

Setiawan Nyoman, A. G. I. 2008. Penerapan Pengajaran Kontekstual Berbasis

Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X2 SMA

Laboratorium Singaraja, Penelitian dan Pengembangan pendidikan,

(Online), vo 2 No. 1, (http://www.Undikssha. ac.id , diakses 8 Maret 2012

pukul 21 :35 WIB

Subratha, N. 2006. Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif dan Strategi

Pemecahan Masalah (Problem Solving) Untuk meningkatkan Hasil Belajar

Siswa. Kelas VIIC SMP Negeri Sukasada, Penelitian dan Pengembangan,

(Online), vo 1 No. 2, (http://www.Undikssha. ac.id , diakses 8 Maret 2012

pukul 21 :38 WIB.

Manullang, B., & Sri, M. 2004. Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran.

Bandung: Alfabeta.

Meltzer. 2002. The Relationship Between Mathematics Preparation and

Conceptual Learning Gain in Phisic. New York: Macmillan.

Mudjiono & Dimyanti. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Penerbit

Reneka Cipta.

Patricia, P. 2002. Mengelola Kecerdasan. Jakarta: Bumi Aksara.

Purwanto, N. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ruharjo. 2012, Pemecahan masalah secara analitis dan kreatif,

Sarengbudi.web.id: http;//www.Sarengbud.org/disaster.htm (Rabu,

11-04-2012 13.00 WIB)

Rusman. 2011, Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana.

Sagala. 2005, Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sardiman, A.M. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Siagian. 2012. Pengaruh Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah dan

Kecerdasan Emosional Terhadap Hasil Belajar Memahami

Dasar-Elektronika di Kelas X SMK Negeri 5 Tahun Ajaran 2011/2012. Tesis

tidak dipublikasika. Medan: Program Pasca Sarjana Unimed.

(31)

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.

Jakarta: Bumi Aksara.

Suprianto, W., & Ahmadi, A. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Reneka Cipta.

Syaiful, D. B., & Zain, A. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka

Cipta.

Uno, H., & Kuadrat, M. 2009. Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran.

Jakarta: Bumi Aksara.

Gambar

Tabel 4.9. Hasil Belajar Berdasarkan Tingkat Kognitif pada Model
Gambar 1. Pola Garis Interaksi Antara Model Pembelajaran Problem

Referensi

Dokumen terkait

Alat ini terdiri dari sensor konduktivitas untuk mendeteksi Air melalui sifat konduktivitas air pada tangki bahan bakar, Mikrokontroller ATMega 8 sebagai kontroler, LCD

Sempitnya lahan, terbatasnya kesempatan kerja non pertanian, pendapatan yang rendah di daerah asal, variasi jenis pekerjaan di daerah tujuan, pendapatan yang tinggi, serta

The dominant type of translation in this research is literal translation.The second is that there are three kinds of translation variations which occur in English-Indonesian

Coca-Cola Amatil Indonesia (PT CCAI) dihadapkan kepada beberapa permasalahan, diantaranya bagaimana cara menciptakan kepuasan konsumen. Kepuasan konsumen diciptakan

(5) Bentuk p KTSP yang relevan dengan karakteristik sekolah tidak dipersi- apkan secara matang, guru berupaya me- nyesuaikan dengan sekolah dilakukan se- lama proses penyusunan

Adapun pelaksanaan pendidikan karakter dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan pelaksanaan pembelajaran yang mengacu pada kurikulum tingkat satuan pendidikan, hanya

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi,evaluasi teknis, evaluasi harga dan evaluasi kualifikasi serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran

Setiap Pemegang saham public DVLA yang secara tegas memberikan suara tidak setuju atas rencana Penggabungan Usaha pada saat RUPSLB DVLA dan bermaksud untuk