• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN ZEOLIT ALAM UNTUK MENYERAP LOGAM AG DAN CU SEBAGAI PENGOTOR EMAS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN ZEOLIT ALAM UNTUK MENYERAP LOGAM AG DAN CU SEBAGAI PENGOTOR EMAS."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN ZEOLIT ALAM UNTUK MENYERAP LOGAM Ag DAN Cu SEBAGAI PENGOTOR EMAS

Oleh : Yuliana Yusuf NIM 408231052 Program Studi Kimia

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iii

PENGGUNAAN ZEOLIT ALAM UNTUK MENYERAP LOGAM Ag DAN Cu SEBAGAI PENGOTOR EMAS

YULIANA YUSUF NIM 408231052

ABSTRAK

Cadangan zeolit alam Indonesia cukup besar dan tersebar

luas di beberapa lokasi. Akan tetapi, zeolit alam belum dimanfaatkan

secara optimum. Zeolit alam pada umumnya memiliki kristalinitas

yang rendah, ukuran porinya tidak seragam, aktivitas katalitiknya

rendah, dan mengandung banyak pengotor. Oleh karena itu perlu

diaktivasi dan dimodifikasi sebelum digunakan. Penelitian ini

bertujuan memanfaatkan zeolit alam yang sudah diaktivasi sebagai

adsorben dalam penyerapan logam Ag dan Cu sebagai pengotor emas

dan diharapkan zeolit alam dapat meningkatkan kadar emas. Dalam

penelitian ini metode yang digunakan dalam pelarutan emas adalah

metode sianidasi yang modifikasikan dengan penambahan berbagai

konsentrasi zeolit alam yang ditambahkan sebagai adsorbennya. Dari

penelitian yang dilakukan diperoleh data bahwa zeolit dengan

konsentrasi 5 gram lebih optimum dalam menyerap logam Ag dan Cu

masing-masing 0,109% dan 1,63%. Dan data mengenai kadar sampel

Au awal adalah 83,948% dan kadar Au setelah proses adsorbsi yang

(4)
(5)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Data sifat fisik dan kimia emas 6

Tabel 2.2 Komposisi zeolit alam 13

Tabel 2.3. jenis mineral zeolit yang terdapat dalam batuan zeolit 14

Tabel 4.1 Hasil pengukuran absorbansi standar Cu untuk

kurva kalibrasi 31

Tabel 4.2 Data konsentrasi Cu setelah adsorbsi 33

Tabel 4. 3 Hasil pengukuran absorbansi standar Ag untuk

kurva kalibrasi 34

Tabel 4. 4 Data konsentrasi Ag setelah adsorbsi 35

Tabel 4. 5 Data perbandingan kadar emas sebelum percobaan

(6)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Contoh struktur 3 dimensi zeolit alam 11

Gambar 2.2 Struktur Zeolit 11

Gambar 2.3. Contoh reaksi pelepasan Al dari dalam kerangka zeolit. 14

Gambar 3.1 Aktivasi Zeolit Alam 26

Gambar 3.2. Pelarutan Emas Secara Ekstraksi Menggunakan

Kalium Sianida 1 M 27

Gambar 3.3. Bagan Proses Pemurnian Emas 28

Gambar 3.4. Pengukuran Sampel Dengan AAS 29

Gambar 4.1 Kurva kalibrasi standar Cu 31

Gambar 4.2. Kurva Perbandingan Kadar Cu Terhadap

Konsentrasi Massa Zeolit 33

Gambar 4.3 Kurva kalibrasi standar Ag 34

Gambar 4.4. Kurva Perbandingan Kadar Ag Terhadap

Konsentrasi Massa Zeolit 36

Gambar 4.5. Kurva Perbandingan Kadar Emas Dengan

(7)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Di bumi, umumnya emas ditemukan dalam bentuk logam yang terdapat

dalam retakan-retakan batuan kuarsa dan dalam bentuk mineral. Emas juga

ditemukan dalam bentuk alluvial yang terbentuk karena proses pelapukan

terhadap batu-batuan yang mengandung emas (gold bearing rocks) (Peters, 2001).

Pada industri, emas diperoleh dengan cara mengisolasinya dari batuan

bijih emas. Batuan bijih emas yang layak dieksploitasi sebagai industri tambang

emas adalah sekitar 25 g/ton kandungan emasnya. Metode isolasi emas yang saat

ini banyak digunakan untuk keperluan eksploitasi emas skala industri adalah

metode sianida dan metode amalgamasi.

Di Indonesia, masyarakatnya masih melakukan penambangan secara

tradisional. Usaha pertambangan tersebut dilakukan dengan metode amalgamasi

yaitu dengan menggunakan merkuri (Hg) untuk mengikat emas dan menghasilkan

limbah Hg dan logam berat lainnya dari hasil pemurnian emas. Berdasarkan hasil

penelitian menunjukkan bahwa kadar emas yang didapat dari proses amalgamasi

masih rendah yaitu sekitar 40% dan kehilangan air raksa sebesar 5-10% (Sanusi,

1984).

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh Yusron

Khery (2007) mengenai Pengaruh pH Adsorpsi Terhadap Recovery Emas(I) Dari

Larutan Bijih Emas Secara Kromatografi Pasangan Ion Menggunakan Karbon

Aktif Sebagai Fasa Diam. Dari penelitian yang dilakukannya, recovery Emas(I)

dilakukan dengan menggunakan metode sianidasi secara kromatografi pasangan

ion menggunakan karbon aktif sebagai fasa diam dan larutan tiosianat sebagai

eluen. Dari hasil penelitiannya bahwa jika pH meningkat maka recovery emas(I)

menurun. Adsorpsi dan recovery maksimum diperoleh pada pH adsorpsi = 3.

Emas diadsorpsi 100% dengan recovery 43,96% dalam 20 mL elusi dan

konsentrasi emas(I) meningkat 2,2 kali.

Penelitian yang juga pernah dilakukan oleh Achdia Supriadidjaja (2007)

(8)

Perbandingan Hasil Analisis Leburan Tungku Gas Terhadap Tungku Solar. Dalam

penelitiannya dilakukan penentukan kadar emas dan perak secara metode fire

essay di dalam dua buah tungku peleburan. Dan dari hasil analisisnya peleburan

dan kupelasi dengan tungku gas mencapai kadar emasrata-rata 57,88 gr/ton dan

perak rata-rata sebesar 4,76 gr/ton. Sementara itu peleburan pada tungku solar

mencapai kadar emas rata-rata 59,62 gr/ton dan perak rata-rata sebesar 8,77

gr/ton. Selisih rata-rata kadar emas sebesar 1,74 gr/ton dan perak rata-rata sebesar

4,20 gr/ton.

Daerah Langkat adalah satu-satunya di Sumatera Utara yang mempunyai

tambang minyak yang dikelola oleh Pertamina dan berada dikota Pangkalan

Berandan. Disamping pertambangan minyak di Kabupaten Langkat terdapat

industri gula yang dikelola PTP IX Kwala Madu, serta banyak bahan-bahan

tambang yang dikelola seperti: Coal, Trash, Gamping Ston, Pasir Kuarsa, dan

baru-baru ini juga ditemukan penambangan emas baru disepanjang aliran sungai

di Langkat (Dinas Pertambangan dan Energi di Indonesia, 2010).

Pada metode amalgamasi, penggunaan merkuri mempunyai dampak yang

besar terhadap lingkungan karena berbahaya dan mematikan. Oleh karena itu,

perlu dilakukan usaha untuk menciptakan metode pemisahan alternatif yang lebih

baik. Sampai saat ini, reagen sebagai pelarut emas yang banyak digunakan dalam

industri adalah sianida. Hal ini disebabkan oleh perolehan emas yang tinggi

(>95%), waktu proses yang relatif singkat dan lebih ekonomis. Sianida juga dapat

mengestrak emas dalam rentang ukuran bijih dari yang kasar sampai halus. Proses

sianidasi juga berdampak terhadap lingkungan. Akan tetapi sianida secara natural

di alam dapat terdegradasi, terutama karena terkena sinar ultraviolet dari matahari,

dan menjadi bentuk yang lebih tidak beracun dan terutama membentuk

karbondioksida dan nitrat yang tidak beracun. Selain itu, sianida dapat dinetralkan

dengan penambahan sodium metabisulfat (Sudarsono, 2003).

Penyerapan dengan menggunakan karbon aktif saat ini banyak digunakan

dalam proses sianidasi pada skala industri pertambangan besar maupun

pertambangan rakyat di Indonesia. Maka daripada itu dicari lagi alternatif lain

(9)

Zeolit merupakan salah satu mineral yang banyak terkandung di bumi

Indonesia yang pemanfaatannya belum maksimal. Zeolit alam (natural zeolit)

banyak dijumpai dibeberapa provinsi di Indonesia antara lain: Sumatera Utara,

Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Yogyakarta. Zeolit alam sampai saat ini

hanya digunakan sebagai pakan ternak dan sebagian kecil untuk industri, sehingga

harganya sangat murah. Zeolit alam mempunyai beberapa sifat diantaranya

dehidrasi, adsorbsi, penukar ion, katalisator dan separator (Amelia, 2003).

Zeolit merupakan senyawa alumina silika (Si/Al) yang memiliki pori dan

luas permukaan yang relatif besar, sehingga mempunyai sifat adsorbsi yang

tinggi. Dimana menurut data zeolit memiliki ukuran jari-jari mikro 0,5 nm, luas

permukaan1-20 m2/gr, volume berpori 0,28-3 cc/gr. Zeolit alam yang digunakan

ini harus terlebih dahulu di aktivasi untuk menghilangkan pengotor yang ada pada

pori-porinya (Sutarti, 1994).

Dalam penelitian ini zeolit alam diaktivasi dahulu dengan larutan HCl

Aktivasi ini bertujuan untuk menyeragamkan ukuran rongga pori dan

menghilangkan pengotor (Khairinal dan Trisuryanti, 2000). Diharapkan zeolit ini

mampu menjadi alternatif adsorben untuk proses industri seperti pemurnian emas

ini. Zeolit yang cocok untuk adsorben, yaitu yang apabila diaktifkan akan

memberikan rasio Al/Si yang tinggi (10-100). Zeolit dengan rasio Si/Al tinggi

bersifat hidrofobik (Sutarti, 1994).

Berdasarkan data literatur-literatur diatas maka akan dikembangkan

metode sianidasi pada pemurnian emas dengan zeolit alam.

1.2.Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada:

1. Sampel emas diperoleh dari Desa Sawit Seberang Kecamatan Sawit Seberang

Kabupaten Langkat Sumut.

2. Ekstraksi sampel emas dengan menggunakan metode sianidasi.

3. Proses pemurnian emas dilakukan dengan cara penambahan Zeolit Alam yang

sudah diaktivasi dan divariasikan dalam 5, 8, 11 gram.

(10)

1.3.Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Apakah Ag, Cu dan Au dapat dipisahkan dari ikatan kompleks sianida yang

telah dicampur dengan Zeolit Alam?

2. Apakah penambahan Zeolit Alam dapat meningkatkan kadar emas?

1.4.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemurnian emas

dengan menghitung zat-zat pengotor pada emas, yaitu perak dan tembaga untuk

meningkatkan mutu kadar emas.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat

(11)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa:

1. Semakin bertambahnya jumlah zeolit yang ditambahkan kedalam ekstrak

emas maka kadar emas juga akan semakin meningkat. Dimana kadar

ekstrak emas sebelum proses adsorpsi 83,948 %.

2. Pada konsentrasi zeolit 8 gram kadar maksimum kenaikan kada emas

sebesar 98,665 %. Ini adalah keadaan paling optimum dari perbandingan

massa zeolit yang diujikan.

Maka daripada itu dapat juga disimpulkan zeolit alam yang aktif

mempunyai potensi dalam pemurnian emas. Karena kemampuannya menyerap

pengotor pada emas. Sehingga dapat menaikkan kadar emas.

5.2. Saran

Para peneliti selanjutnya diharapkan dapat melanjutkan penelitian dengan

melakukan uji pengukuran pada ion logam emas dengan menggunakan AAS

dengan lampu katoda emas. Diharapkan juga penelitian yang menggunakan

bahan-bahan yang keras atau beracun dilakukan dilaboratorium yang memiliki

lemari asam untuk keamanan kesehatan. Peneliti selanjutnya juga diharapkan

melakukan uji BET terhadap hasil aktivasi zeolit sebelum di adsorbsikan ke

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Addison, R., (1980), Gold and Silver Extraction From Sulfide Ores, Mining Congress, New York.

Antonius, Fendy, Dian, K., (2010), Optimasi Zeolit Alam Untuk Dehumifikasi, Skripsi, FMIPA, Universitas Diponegoro, Semarang.

Arnelli, Hermawaty, dan Ismaryata, (1999), Kegunaan Zeolit Termodifikasi Sebagai Penyerap Anion. Laporan penelitian, UNDIP, Semarang .

Bertrand, C, (1895), Process of Extracting Gold from Ores, New York.

Chirstie, S., (1986), Geankopolis. Transport Processes and Unit Operation, Second Edition, Massachusetts, Allyn and Bacon.Inc.

Chakrapani, G., Mahanta, P., Murty, D.S.R., Gomaty, B., (2001), Preconcentration of Traces of Gold, Silver and Palladium on Activated Carbon and Its Determination on Geological Samples by Flame AAS after Wet Ashing, Atalanta.

Clark. 1979. Industrial Mineral: Zeolit The Hydrothermal Deposit. New York:

Pergamon.

Day, R.A. Underwood, A.L., (1994), “Analisa Kimia Kuantitatif”,5th edition,

Erlangga, Hal 293-295, Jakarta.

Dinas Pertambangan dan Energi di Indonesia Tahun 2010.

Esna, Ashari, (1988), Method and Installation for Extracting Gold From Gold Ores, Klockner Humboldt AG, Germany.

Gandjar, G.I., Rohman, A., (2008), Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Goenadi DH. 1993. Proposal Parameter Standar Industri Indonesia untuk Zeolit

Alam. Bogor: Pusat Penelitian Bioteknologi Perkebunan.

Hiskey, JB, (1985), “Gold and Silver Extraction : the Application of Heap

-Leaching Cyanidation”, Arizona Bureau of Geology and Mineral

Technology Field Notes, 15 (4), 1 – 5.

(13)

Ismaryata, (1999), The Study of Acidic Washing Themperature and Calcination Effects on Modification Process of Natural Zeolite as an Anion Exchanger, Laporan Penelitian, UNDIP, Semarang.

Jakson, E, (1986), Hydrometallurgical Extraxtion and Reclamation, Ellis Horwood Limitwd, England.

Jones, W. G., Klauber, C. and Linge, H. G., (1989). “The adsorption of aurocyanide onto activated carbon”. World Gold 89, Aus. IMM and SME-AIME, pp. 278-281

Juniar, Anna, (2010), Kimia Analitik Kuantitatif, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Unimed, Medan.

Keenan, Kleinfelter, (1986), Ilmu Kimia Untuk Universitas, Erlangga, Jakarta.

Khery, Yusran, (2007), Pengaruh pH Adsorbsi Terhadap Recovery Emas(I) Dari

Larutan Bijih Emas Secara Kromatografi Pasangan Ion Menggunakan

Karbon Aktif Sebagai Fasa Diam, Skripsi, FMIPA, Universitas Brawijya,

Malang.

Khopkar, S.M., (2002), Konsep Dasar Kimia Analitik, UI Press, Jakarta.

Kurniawan, Fredy, Nasrudin, Suprapto, (2010), Studi Adsorpsi Berbagai Karbon

Aktif (Davao, Hycard, Jerman, Lokal) Terhadap Larutan KAu(CN)2,

Laporan Penelitian, ITS, Surabaya.

Nelson, C.E., (1990), Comparative Geochemistry of Jasperoids from Carlin Type Gold Deposits of The Western United States. Journal of Geochemical Exploration 80: 1058-1065

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 23 Tahun 2008.

Sanusi, B., (1984), Mengenal Hasil Tambang Indonesia, Penerbit Bina Aksara, Jakarta.

Setiabudi, Bambang Tjahjono, (2005), Penyebaran Merkuri Akibat Usaha Pertambangan Di Daerah Sangon, Kabupaten Kulo Progo, Center For Geological Resources, D.I. Yogyakarta.

(14)

Simanjuntak, N., Frans, (2010), Penentuan Kandungan Bijih Emas dari Batuan Penambangan Masyarakat Desa Beuteung-Aceh Dengan Metode Sianidasi dan Pemurnian Secara Elektrolisis, Skripsi Kimia, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Suaib B.S., (1994), Pengaruh Rapat Arus Listrik, Jumlah Dan Jenis Elektroda Terhadap Efektivitas Penurunan Warna Pada Air Gambut Dengan Proses Elektrokoagulasi,Laporan Penelitian, ITB, Bandung.

Sudarsono, Arief S., (2003), Pengantar Pengolahan dan Ekstraksi Bijih Emas, Departemen Teknik Pertambangan ITB, Bandung.

Rosenqvist, T., (1974), Principle of Extraxtive Metallurgy, McGraw- Hill, Inc,

New York.

Tang Y R. 2003. Adsorbent Fundamental and Applications. Canada: J Wiley.

Vogel, (1985), Analisis Anorganik Kualitatif Makro Dan Semimikro, Edisi ke-V,

Gambar

Tabel 2.1  Data sifat fisik dan kimia emas

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis XRD yang dilakukan terhadap zeolit alam Ende yang berasal dari gunung (ZG), laut (ZL), dan zeolit tipe coklat (ZC) sebelum diaktivasi dan ditransformasi

Pembuatan Larutan Uji Penentuan Daya Serap Zeolit Alam Sarulla Terhadap Logam Berat Zn(II)... Perhitungan Daya Serap Zeolit Alam Sarulla Terhadap Logam

Variasi Massa terhadap Daya Serap Zeolit Alam Aktivasi 68 Tabel 4.4.. Variasi pH terhadap Daya Serap Zeolit Alam Aktivasi 70

Pembuatan kurva standar ini dilakukan untuk sampel selanjutnya recall yakni berupa logam Cu pada limbah yang diadsorpsi dengan zeolit alam yang telah diaktivasi dengan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik zeolit alam yang meliputi mineral penyusun dan luas permukaan, kapasitas adsorpsi zeolit alam terhadap ion

Penentuan kadar logam Besi (Fe) dan Timbal (Pb) dalam larutan standar sebelum dan sesudah zeolit diaktivasi dan sebelum diaktivasi dengan menentukan waktu

Hasil pengujian yang ditunjukkan pada penelitian ini lebih baik dibandingkan oleh zeolit alam yang telah diaktivasi fisika dengan cara pemanasan mampu mengadsorpsi senyawa

diaktivasi asam ataupun basa sedangkan untuk modifikasi dapat berupa penambahan senyawa lain bisa bersifat senyawa organik ataupun anorganik, aktivasi zeolit dengan