BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
“Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam
memilih dan menciptakan kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah adanya
ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat
pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Permasalahan tersebut kemudian
menyebabkan timbulnya kelangkaan”.1
Salah satu bukti adanya kelangkaan adalah masalah kemiskinan yaitu keadaan dimana terjadi ketidakmampuan manusia untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Keterbatasan lapangan pekerjaan juga menjadi aspek terjadinya masalah kemiskinan karena mereka yang tidak mempunyai pekerjaan atau pengangguran tidak memiliki pendapatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mengatasi masalah kemiskinan haruslah dilakukan secara berkesinambungan dari masalah-masalah pemerataan jumlah penduduk, pengangguran, pendidikan, kesehatan dan masalah-masalah lain yang berkaitan erat dengan masalah kemiskinan.
“Pembangunan sebagai suatu istilah teknis, yang berarti membangkitkan
masyarakat di Negara-negara berkembang dari kemiskinan, tingkat melek huruf
(literacy rate) yang rendah, pengangguran, dan ketidakadilan social”.2
Dimensi pembangunan berorientasi pada perhatian untuk mengatasi keterbelakangan dalam bentuk kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan oleh
1
Wikipedia, ilmu ekonomi,http://id.wikipedia.org/wiki/ilmu_ekonomi, 25/07/2012 2
Sirajuddin Putra, pengertian dan definisi pembangunan, http://sirajuddinputra welcomeinmyparadise.blogspot.com/2011/06/pengertian-dan-definisi-pembangunan.html,
karena itu, salah satu indikator utama keberhasilan pembangunan nasional adalah laju penurunan jumlah penduduk miskin.
“Malthus menjelaskan kecenderungan umum penduduk suatu negara
untuk tumbuh menurut deret ukur yaitu dua-kali lipat setiap 30 – 40 tahun.
Sementara itu pada saat yang sama, karena hasil yang menurun dari tanah, persediaan pangan hanya tumbuh deret hitung”.3
Keadaan ini menyebabkan bahwa dimasa depan akan mengalami kekurangan bahan pangan karena laju pertumbuhan penduduk tidak dapat terkejar oleh pertumbuhan produksi pangan. Malthus berkeyakinan bahwa satu-satunya cara untuk menghapuskan tingkat kehidupan yang rendah atau kemiskinan absolut adalah menganjurkan masyarakat untuk menahan hawa nafsu dan membatasi jumlah keturunnnya. Disisi lain, suatu pembangunan ekonomi tidak akan berhasil dengan baik jika hanya dilihat dari satu segi pendapatan nasional saja tanpa memperhatikan masalah kependudukan. Pendapatan nasional yang meningkat dari tahun ke tahun belum tentu diikuti dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat, karena kesejahteraan masyarakat akan ikut meningkat, jika meningkatnya pendapatan nasional diikuti oleh teratasinya masalah kependudukan yaitu pemerataan jumlah penduduk.
Jumlah penduduk dalam pembangunan ekonomi suatu daerah merupakan permasalahan yang kompleks. Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali dan tidak merata dapat mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pembangunan ekonomi yaitu kesejahteraan rakyat serta menekan angka kemiskinan.
3
Faktor lain yang berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan adalah masalah pengangguran. Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan lapangan kerja yang relatif lambat menyebabkan masalah pengangguran yang ada di suatu daerah menjadi semakin serius. Pengangguran akan menimbulkan efek mengurangi pendapatan masyarakat, dan itu akan mengurangi tingkat kemakmuran yang telah tercapai. Semakin turunnya tingkat kemakmuran yang akan menimbulkan masalah kemiskinan. Besarnya tingkat pengangguran merupakan cerminan kurang berhasilnya pembangunan di suatu negara.
1.2 Permasalahan
Pembangunan sebagai suatu istilah teknis, yang berarti membangkitkan masyarakat di Negara-negara berkembang dari kemiskinan, tingkat melek huruf
(literacy rate) yang rendah, pengangguran, dan ketidakadilan social”.4
Pembangunan merupakan masalah yang identik dengan adanya masalah kemiskinan. Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin melainkan ada aspek lain yaitu:
“ada beberapa aspek kemiskinan diantaranya bahwa kemiskinan itu multi
dimensional. Artinya, karena kebutuhan manusia itu bermacam-macam, maka kemiskinan pun memiliki banyak aspek”.5
Aspek lain yang mempengaruhi kemiskinan yang perlu diperhatikan adalah tingkat merek huruf yang rendah atau kurangnya pemahaman masyarakat dinegara berkembang terhadap pentingnya pendidikan, selain itu masalah sempitnya lapangan pekerjaan yang ada sedangkan tingkat angkatan kerja semakin hari semakin bertambah menimbulkan masalah pengangguran yang menyebabkan masyarakat tidak mempunyai pendapatan untuk memenuhi
4
Sirajuddin Putra, pengertian dan definisi pembangunan, http://sirajuddinputra welcomeinmyparadise.blogspot.com/2011/06/pengertian-dan-definisi-pembangunan.html,
01/10/2012 5
kebutuhan hidup sehari-hari sehingga masyarakat ini mengalami masalah pembangunan yaitu masalah kemiskinan.
Dalam rangka mewujudkan pembanguanan yang ideal penanggulangan masalah-masalah yang menghambat pembangunan merupakan upaya terpadu yang harus dilakukan oleh semua pihak terrmasuk juga masyarakat itu sendiri dengan komitmen kuat serta peran Pemerintah. Penanggulangan masalah-masalah pembangunan tidak akan berhasil apabila tidak diimbangi dengan program penyadaran masyarakat serta pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan proses penanggulangan masalah pembangunan dengan berbagai kebijakan dari pemerintah. Secara khusus masalah pembangunan adalah kemiskinan, pemerintah memmpunyai tugas yang sangat besar dalam upaya menanggulangi masalah ini. Pemerintah harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin terkait kebijakan kemiskinan sekaligus harus dapat mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan serta mampu mengatasi masalah yang terkait dengan masalah kemiskinan yaitu jumlah penduduk yang tidak merata dan lapangan pekerjaan yang sempit. Jawa Tengah sebagai provinsi yang besar tentunya tidak luput dari persoalan pembangunan.
“Secara administratif, Provinsi Jawa Tengah terdiri atas 29 kabupaten
dan 6 kota”.6 antara lain sebagai berikut: Kabupaten Cilacap, Kabupaten
Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora, Kabupaten Rembang, Kabupaten Pati, Kabupaten Kudus, Kabupaten Jepara, Kabupaten Demak, Kabupaten Semarang, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Kendal, Kabupaten Batang, Kabupaten Pekalongan,
Kabupaten Pemalang, Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes, Kota Magelang, Kota Surakarta, Kota Salatiga, Kota Semarang, Kota Pekalongan, Kota Tegal.
Sumber : wikipedia Jawa Tengah
Tingkat kemiskinan di Jawa Tengah merupakan tingkat kemiskinan agregat dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Tingkat kemiskinan di 35 Kabupaten di Jawa Tengah masih tidak merata, dan sebagian besar tingkat kemiskinan masih tinggi. Beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah perlu dicari atau dianalisis, sehingga dapat digunakan sebagai acuan bagi tiap kabupaten/kota dalam usaha mengatasi kemiskinan.
Berdasarkan dari data yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah, sebagai berikut:
1.2.1 Apakah jumlah penduduk berpengaruh terhadap kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2005 - 2010?
1.2.2 Apakah pengangguran berpengaruh terhadap kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2005 - 2010?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah maka tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1.3.1 Pengaruh jumlah penduduk terhadap kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2005 - 2010.
1.4 Signifikansi Penelitian 1.4.1 Signifikansi Teoritis
Penelitian tentang pengaruh jumlah penduduk dan pengangguran terhadap kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2005 - 2010 ini diharapkan dapat mendukung pendapat dari Andre Bago Ala :
“ada beberapa aspek kemiskinan diantaranya bahwa kemiskinan itu multi dimensional. Artinya, karena kebutuhan manusia itu bermacam-macam, maka
kemiskinan pun memiliki banyak aspek”.7
1.4.2 Signifikansi Praktis
Hasil penelitian tentang pengaruh jumlah penduduk dan pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah ini dapat memberikan kontribusi untuk pengambilan keputusan dalam kaitannya dengan kebijakan kependudukan, pengangguran dan kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah.
1.4.3 Signifikansi Akademis
Hasil penelitian tentang pengaruh jumlah penduduk dan pengangguran terhadap kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah ini dapat memberikan referensi serta sumber informasi bagi pihak mahasiswa yang membutuhkan penelitian tingkat lanjut.
7