• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN SOSIAL PEMUDA DALAM MEMELIHARA KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI KELURAHAN LESTARI INDAH KABUPATEN SIMALUNGUN KOTA PEMATANGSIANTAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN SOSIAL PEMUDA DALAM MEMELIHARA KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI KELURAHAN LESTARI INDAH KABUPATEN SIMALUNGUN KOTA PEMATANGSIANTAR."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN SOSIAL PEMUDA DALAM MEMELIHARA KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI KELURAHAN LESTARI INDAH KABUPATEN SIMALUNGUN KOTA PEMATANG SIANTAR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

MERY NOVITA SIBORO 1103171021

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)

ii

KATA PENGANTAR

Puji sykukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan

rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Peran Sosial

Pemuda dalam Memelihara Kerukunan Umat Beragama di Kelurahan Lestari Indah

Kabupaten Simalungun Kota Pematangsiantar”.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana. Untuk

menyelesaikan skripsi ini penulis berusaha baik tenaga maupun pikiran, namun karena

keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman penulis menyadari bahwa skripsi ini

belum sempurna. Oleh karena itu dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan

kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan skripsi ini.

Penulis berharap kiranya skripsi ini bermanfaat bagi semua yang membacanya dalam

usaha peningkatan mutu pendidikan di masa mendatang.

Medan, Januari 2015

Penulis

(5)

ii

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari tidak terlepas dari berbagai kesulitan.

Namun, berkat bantuan Allah Yang Maha Baik dan berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan dengan baik, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada Drs. Faber Simorangkir, MS selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan, memberi saran dengan penuh

perhatian, kesabaran dan wawasan yang baru sehingga dari awal hingga selesai skripsi

tersebut dapat terselesaikan, dan Dosen-dosen Penguji yakni Bapak Prof. Dr. Yusnadi, MS,

Bapak Drs. Elizon Nainggolan, M.Pd dan Ibu Dra. Rosdiana, M.Pd yang telah memberikan

bimbingan, saran, koreksian dan dorongan yang sangat berharga dalam proses penyelesaian

skripsi ini. Teristimewa keluarga terutama kedua orangtua Bapak O. Siboro dan Ibu L.

Sipayung yang telah memberikan kasih sayangnya, perhatian dan dukungan baik secara moril

maupun materiil selama perkuliahan hingga selesai, semoga Bapak dan Ibu sehat selalu.

Abang Irpan Hamdani Siboro dan Kakak Mei Ara Netha Siboro terima kasih buat doa,

perhatian, dukungan dan semangatnya. Dan penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan

2. Bapak Drs. Nasrun, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Medan

3. Bapak Prof. Dr. Yusnadi, MS selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Medan dan juga Guru Besar Jurusan Pendidikan

Luar Sekolah

4. Bapak Drs. Aman Simare-mare, MS selaku Wakil Dekan Bidang Kepegawaian dan

(6)

ii

5. Bapak Drs. Edidon Hutasuhut, M.Pd selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan

6. Ibu Dra. Rosdiana, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas

Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan

7. Bapak Dr. Sudirman, SE, M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan

8. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang telah membekali

berbagai pengetahuan dan pengalaman yang mendukung penyusunan skripsi ini

serta para pegawai di Lingkungan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah membantu

dalam penyelesaian surat-menyurat.

9. Kakak Surya Indrawati, SPd yang setia membantu Administrasi Mahasiswa

10. Bapak Kepala Desa Kelurahan Lestari Indah yang telah membantu pengumpulan

data penelitian

11. Terkasih Lasro Sitanggang yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi, terima

kasih buat doa, perhatian dan semangatnya.

12. Teman KTB (Kakak Fronika Simarmata, Herman Sinaga, Dionisius Samosir,

Elfrida Wijayanti Haloho dan Putri A Marbun) yang telah setia mendoakan dan

mendukung.

13. Sahabat EMeLiPut (Emy Grecia Olivia Purba, Lilis S Nainggolan dan Putri A

Marbun) yang senantiasa menemani dalam suka dan duka dan selalu mendukung.

14. Kakak kost Panglima No. 14 ( Kak. Wendy, Kak. Hedy, Kak. Norayanti, Kak Tina

dan Abang Fritz) yang telah senantiasa memotivasi penulis.

15. Teman-teman mahasiswa PLS Reguler dan Ekstensi Stambuk 2010 dan adik-adik

(7)

i

ABSTRAK

MERY NOVITA SIBORO. Peran Sosial Pemuda Dalam Memelihara Kerukunan Umat Beragama di Kelurahan Lestari Indah Kabupaten Simalungun Kota Pematangsiantar FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN. UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 2015.

Masalah dalam penelitian ini adalah seberapa baik peran sosial pemuda dalam memelihara kerukunan umat beragama di Kelurahan Lestari Indah Kabupaten Simalungun Kota Pematangsiantar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran sosial pemuda dalam memelihara kerukunan umat beragama di Kelurahan Lestari Indah Kabupaten Simalungun Kota Pematangsiantar.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi sebanyak 810 pemuda. Sampel dalam penelitian ini diambil 10% yakni 81 pemuda di Kelurahan Lestari Indah Kabupaten Simalungun Kota Pematangsiantar. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Teknik analisis data menggunakan rumus persentase.

(8)

iv

1.1. Latar Belakang Masalah………... 1

1.2. Identifikasi Masalah……….….…... 8

1.3. Batasan Masalah……….. 8

1.4. Rumusan Masalah……… 9

1.5. Tujuan Penelitian……….. 9

1.6. Manfaat Penelitian……….... 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA……….10

2.1.2.4. Arah Pembinaan dan Pengembangan………... 16

2.1.3. Peran Sosial Pemuda ……….. 17

2.1.4. Kerukunan Umat Beragama ………19

2.1.4.1. Pengertian Kerukunan Umat Beragama……….. 20

2.1.4.2. Jenis-jenis Kerukunan………... 21

2.2. Kerangka Berpikir…..………... 28

BAB III. METODE PENELITIAN………... 31

3.1. Jenis Penelitian……… 31

3.2. Populasi dan Sampel………... 31

3.2.1. Populasi………... 31

3.2.2. Sampel………. 31

3.3. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional……….…. 32

3.3.1. Variabel Penelitian……….. 32

3.3.2. Defenisi Operasional……….. 33

3.4. Teknik Pengumpulan Data………. 33

(9)

v

Halaman

3.6. Lokasi dan Waktu Penelitian……… .. 35

3.6.1. Lokasi Penelitian………... 35

3.6.2. Waktu Penelitian………... 35

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………... 36

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian………... 36

4.2. Deskripsi Data Hasil Penelitian………...…... 37

4.3. Pembahasan………. 42

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………. 48

5.1. Kesimpulan………. 48

5.2. Saran………... 49

(10)

iv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1: Kisi-kisi Kuesioner………. 34

Tabel 2: Pelaksanaan Penelitian………..…. 35

Tabel 3: Membangun Toleransi……… 37

Tabel 4: Menciptakan Saling Pengertian……….. 38

Tabel 5: Menciptakan Saling Menghormati………. 39

Tabel 6: Menciptakan Saling Menghargai………... 40

(11)

iv

DAFTAR GAMBAR

(12)

iv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Angket Peran Sosial Pemuda dalam Memelihara Kerukunan

Umat Beragama di Kelurahan Lestari indah Kabupaten

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang berbhineka, baik suku

bangsa, ras, agama, dan budaya. Selain itu, kondisi geografis dimana bangsa

Indonesia hidup juga berbeda. “Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah

300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada

keragaman budaya” (Depdikbud, 1984: 149). Bangsa Indonesia memiliki

746 bahasa daerah, hal ini dijelaskan oleh Dendy Sugondo Kepala Pusat

Bahasa Depdiknas (2011) mengatakan, “Bangsa Indonesia memiliki 746

bahasa daerah dan 17.508 pulau”. Di samping itu, ada pula beberapa bentuk

tarian dan adat istiadat yang dimiliki suku bangsa dengan ciri khasnya

masing-masing. Selain kemajemukan ras, suku bangsa, dan budaya,

masyarakat Indonesia juga diwarnai oleh keragaman agama.

Di Indonesia hidup, tumbuh, dan berkembang berbagai macam agama

seperti agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan banyak lagi

aliran-aliran kepercayaan lainnya. Keragaman agama diakui, dikembangkan dan

masyarakat dijamin memeluk agama melalui pasal 29 (2) UUD 1945

berbunyi “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk

beribadah menurut agama dan kepercayaannya”. Dalam pasal ini, disamping

dijamin kebebasan kemerdekaan untuk memeluk agama, maka setiap

(14)

agama dan kepercayaannya, agar mereka dapat melakukan ibadah sesuai

dengan agamanya sehingga terbina kerukunan umat beragama. Semua

agama diajarkan saling menghargai sesama manusia, dengan adanya saling

menghargai sesama manusia maka kerukunan umat beragama dapat terjalin

yang mencerminkan saling toleransi sehingga tercipta kedamaian dan

ketentraman dalam melakukan ibadah dan memeluk agama serta

kepercayaannya masing-masing.

Di Indonesia terdapat 3 konsep kerukunan umat beragama yang

dinamakan “Tri Kerukunan Umat Beragama” sebagai berikut: (1) kerukunan

intern umat beragama yaitu kerukunan yang terjalin antar masyarakat

penganut agama; (2) kerukunan antar umat beragama yaitu kerukunan yang

terjalin antar masyarakat yang memeluk agama yang berbeda, dan (3)

kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah yaitu bentuk kerukunan

semua umat-umat beragama dengan pemerintah. Oleh karena itu, semua

umat beragama wajib saling menghargai dan saling menghormati satu sama

lain. Dengan demikian, dalam kehidupan masyarakat hendaknya

dikembangkan sikap-sikap tersebut serta sikap bekerjasama antar pemeluk

agama yang berbeda-beda sehingga terpelihara kerukunan umat beragama.

Kerukunan umat beragama akan terwujud jika masing-masing agama

memiliki prinsip untuk saling menghargai agama yang lain. Jika tidak

demikian maka kerukunan tidak akan terwujud. Bukankah dengan adanya

perbedaan maka akan tahu bahwa warna hitam dan putih berbeda. Begitu

(15)

dijadikan sebagai penghalang persatuan, namun jadikan sebagai pemersatu.

Masyarakat Indonesia yang bersifat majemuk mengandung potensi konflik

dalam mensukseskan kerukunan umat beragama di Indonesia. Salah satunya

pandangan fanatik. Kalau kita mempunyai pandangan yang fanatik, bahwa

hanya agama kita sendiri saja yang paling benar, maka itu menjadi

pemghambat dalam memelihara kerukunan umat beragama.

Kerapkali berbagai macam kendala dihadapi dalam mensukseskan

kerukunan antar umat beragama, dari dalam maupun luar diantaranya sikap

fanatik yang berlebih-lebihan, sikap acuh terhadap penganut agama lain,

sentimen antar pemeluk agama, memikirkan kepentingan individu, dan

masuknya masyarakat luar yang bisa mencederai sikap saling

hormat-menghormati, harga-menghargai, tolong-menolong antar pemeluk agama.

Disadari bahwa agama telah berhasil menembus batas-batas kesukuan,

kedaerahan, dan kebangsaan. Terlihat bahwa agama mempunyai potensi

mempersatukan bangsa. Namun sebaliknya, agama dapat pula merupakan

sumber dari pertentangan yang dapat mengganggu kesatuan dan persatuan

bangsa, kestabilan dan ketahanan Nasional. Sikap memandang rendah cara

beramal dan beribadah dari penganut agama, pemaksaan nilai-nilai yang

dianut atau kegiatan dilakukan yang merugikan agama lain, jelas akan

menjadi sumber konflik yang dapat menimbulkan hal-hal yang tidak

diingini.

Konflik merupakan sebuah situasi, dimana dua orang atau lebih

(16)

oleh salah seorang diantara mereka, tetapi hal itu tidak mungkin dicapai oleh

kedua belah pihak. Sedangkan konflik sosial merupakan konflik yang

dimaknai sebagai suatu proses yang mulai bila satu pihak merasakan bahwa

pihak lain telah mempengaruhi secara negatif, sesuatu yang diperhatikan

oleh pihak pertama. Suatu ketidakcocokan belum bisa dikatakan sebagai

suatu konflik bilamana salah satu pihak tidak memahami adanya

ketidakcocokan tersebut. Sejumlah kerusuhan dan konflik sosial telah terjadi

di berbagai daerah di Indonesia, beberapa diantaranya berskala besar dan

berlangsung lama, seperti kerusuhan di Ambon (1998), Poso (1998),

Maluku Utara (2000) dan beberapa tempat lain. Kajian yang telah dilakukan

mengatakan bahwa konflik di Ambon disebabkan karena perbedaan konsep

agama. Ribuan bahkan ratusan ribu nyawa melayang dalam pertikaian

panjang dan melelahkan itu.

Kerukunan umat beragama adalah hak dan kewajiban semua warga

Negara Indonesia baik tua, muda, laki-laki, perempuan, kaya, miskin, dan

khususnya pemuda. Pemuda adalah harapan bangsa, pemegang masa depan

bangsa, penerus generasi yang akan datang, dan pembangun masa depan

bangsa. Peran sosial pemuda tidak terlepas dalam memelihara kerukunan

umat beragama di masyarakat dengan memupukkerukunan umat beragama.

Peran sosial adalah seperangkat harapan terhadap seseorang yang

menempati suatu posisi/status sosial. Artinya kedudukan pemuda di

(17)

Pemuda memiliki peran sosial yang signifikan dalam mengubah

tatanan masyarakat. Sejalan dengan pernyataan Menteri Negara Pemuda dan

Olahraga, Adhyaksa Dault (2009) menyatakan “Agar generasi muda bangsa

ini harus bisa diorientasikan ke arah kategori sosial”. Artinya pemuda yang

sadar perannya sebagai kategori sosial, ia menghayati perannya secara total

sebagai bagian penting kehidupan masyarakat, sehingga ia selalu ditantang

untuk aktif menjawab kebutuhan-kebutuhan hidup masyarakatnya.

Keberagaman yang ada di Kelurahan Lestari Indah, diantaranya faktor

ekonomi, suku, bahasa, adat istiadat, dan agama. Data yang diperoleh dari

Kantor Kepala Desa Lestari Indah masyarakat yang beragama Kristen ada

700 orang atau 35%, sedangkan beragama Islam ada 1350 orang atau 65%.

Hal tersebut sangat rentan konflik dikarenakan diwarnai dengan

keberagaman. Salah satunya rentan konflik yaitu faktor agama. Adanya

sikap fanatik yang berlebih-lebihan, yaitu sikap tidak menghargai pemeluk

agama lain bahkan mau memusuhinya. Semua umat beragama wajib saling

menghargai dan saling menghormati. Kita harus mempunyai keyakinan

akan kebenaran dan agama tidak boleh membuat kita sempit dalam

pandangan serta sikap terhadap keyakinan pemeluk agama lain. Kerukunan

umat beragama akan terwujud jika ada sikap saling menerima, saling

menghormati, saling menghargai, dan saling bekerjasama diantara sesama

anggota masyarakat.

Adanya kebebasan beragama akan menciptakan suatu kondisi dalam

(18)

kepercayaannya oleh oranglain. Kebebasan beragama mengandung arti pula

adanya persamaan hak bagi tiap warga masyarakat untuk menentukan dan

menetapkan pilihan agama yang ia anut, menunaikan ibadah serta segala

sesuatu yang berhubungan dengan agamanya tersebut. Disadari bahwa

agama mempunyai potensi mempersatukan bangsa. Namun sebaliknya,

agama dapat pula menjadi sumber pertentangan yang dapat mengganggu

kesatuan dan persatuan bangsa.

Pemahaman makna ajaran agama yang dangkal menjadi pemicu

pertentangan pemeluk masing-masing agama. Tampaknya selama ini

banyak pemeluk agama hanya memahami agama pada tataran ritual

simbolik belaka. Makna dan pengertian yang mendalam tentang hakikat

ajaran agama kurang dihayati dan diamalkan secara benar. Oleh karena itu,

bila simbol-simbol agama disinggung, maka pemeluk masing-masing agama

akan tersinggung dan secara emosional mudah bereaksi. Latar belakang ini

menyebabkan simbol-simbol agama seperti masjid, gereja, dan tempat

ibadah lainnya sering dimanfaatkan sebagai alat untuk membakar emosi

pemeluk masing-masing agama. Apabila kita ingin bersatu, tidak perlu

menghilangkan perbedaan-perbedaan agama masing-masing. Sebab bila

demikian, berarti kita menentang kodrat. Biarlah perbedaan-perbedaan itu

tetap ada, yang perlu kita usahakan adalah perbedaan-perbedaan itu dapat

mempersatukan kita.

Pemuda adalah para pemimpin bangsa di masa mendatang. Pembinaan

(19)

cita-cita perjuangan bangsa, diarahkan agar pemuda menjadi pemimpin bangsa

yang berjiwa Pancasila, disiplin, peka, mandiri, beretos kerja, tangguh,

memiliki idealisme yang kuat, berwawasan kebangsaan yang luas, mampu

mengatasi tantangan, baik masa kini maupun masa yang akan datang dengan

tetap memperhatikan nilai sejarah yang dilandasi oleh semangat kebangsaan

dalam membangun masa depan bangsa dan Negara.

Penyelenggaraan pembinaan dan pengembangan pemuda menjadi

tanggungjawab bersama antara orangtua, masyarakat, pemerintah, dan

pemuda itu sendiri melalui upaya peningkatan pemantapan keimanan dan

ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, menanamkan dan

menumbuhkembangkan kesadaran bermasyarakat, berbangsa, bernegara,

dan memperkukuh kepribadian, meningkatkan kecerdasan dan kreativitas,

kesehatan jasmani dan rohani untuk mewujudkan pemuda Indonesia yang

berkualitas. Wadah kepemudaan di Kelurahan Lestari Indah adalah Karang

Taruna yang berumur 17-40 tahun. Program yang terdapat pada Karang

Taruna, meliputi kegiatan gotong royong dan olahraga. Kegiatan tersebut

berlangsung hanya pada saat dibutuhkan yakni pada saat hari-hari besar,

seperti HUT RI. Maka peran sosial pemuda tidak dapat berjalan maksimal,

dikarenakan pembinaan pemuda tidak berkesinambungan dilakukan,

padahal pembinaan pemuda merupakan upaya membantu menumbuhkan,

mengembangkan kemauan dan kemampuan pemuda untuk mampu membina

(20)

Pembinaan pemuda diharapkan dapat mengembangkan dirinya serta

lingkungannya, maka diperlukan pembinaan sedini mungkin tentang

kerukunan umat beragama mencegah hal-hal yang tidak diingini. Dari

kerukunan umat beragama akan terpancar sikap toleransi antar umat

beragama. Toleransi antar umat beragama berarti bahwa sikap sabar

membiarkan oranglain mempunyai keyakinan lain mengenal agama dan

kepercayaannya. Mewujudkan kerukunan umat beragama, hendaknya

menyadari bahwa kita merupakan satu bangsa yang hidup bersama-sama di

tempat yang sama dengan tujuan nasional yang sama pula, yakni bersatu,

berdaulat, adil, dan makmur berdasarkan Pancasila.

Dari latar belakang masalah di atas, peneliti akan melakukan

penelitian dengan judul “Peran Sosial Pemuda dalam Memelihara

Kerukunan Umat Beragama di Kelurahan Lestari Indah Kabupaten

Simalungun Kota Pematangsiantar”.

1.2.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, beberapa

masalah yang dapat di identifikasi sebagai berikut:

1. Dalam kehidupan masyarakat rentan konflik dikarenakan diwarnai

keberagaman dari faktor ekonomi, suku, bahasa, adat istiadat, dan

(21)

2. Umat beragama kurang dalam memahami makna ajaran agama

sehingga memicu akan terjadinya pertentangan.

3. Kurangnya peran sosial pemuda dalam memelihara kerukunan

umat beragama.

1.3.

Batasan Masalah

Mengfokuskan permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini,

maka diperlukan pembatasan masalah. Hal ini dilakukan agar hasil yang

diperoleh lebih jelas dan terarah. Maka peneliti menyoroti bagaimana peran

sosial pemuda dalam memelihara kerukunan umat beragama di Kelurahan

Lestari Indah Kabupaten Simalungun Kota Pematangsiantar.

1.4.

Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, peneliti dapat merumuskan

permasalahan penelitian yakni: “Seberapa baik peran sosial pemuda dalam

memelihara kerukunan umat beragama di Kelurahan Lestari Indah

Kabupaten Simalungun Kota Pematangsiantar?”

1.5.

Tujuan Penelitian

Menetapkan tujuan penelitian merupakan hal yang sangat penting

karena setiap penelitian yang dilakukan harus mempunyai tujuan tertentu.

(22)

untuk mengetahui peran sosial pemuda dalam memelihara kerukunan umat

beragama di Kelurahan Lestari Indah Kabupaten Simalungun Kota

Pematangsiantar.

1.6.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang

seberapa baik kerukunan umat beragama di Kelurahan Lestari Indah

Kabupaten Simalungun Kota Pematangsiantar. Selanjutnya, manfaat dari

penelitian ini dapat dilihat dari sudut praktis maupun sudut teoritis sebagai

berikut:

1. Manfaat Praktis: sebagai bahan masukan bagi pemuda untuk

melibatkan dirinya dalam memelihara kerukunan umat Bergama.

(23)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti tentang peran sosial

pemuda dalam memelihara kerukunan umat beragama di Kelurahana Lestari

Indah Kabupaten Simalungun Kota Pematangsiantar, maka penulis

mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Indikator membangun toleransi rata-rata 33,75. Hal ini berarti

pemuda turut membangun toleransi sebanyak 38,57% dikarenakan

pemuda memiliki peran sosial yang signifikan dalam mengubah

tatanan masyarakat termasuk dalam membangun toleransi.

2. Indikator menciptakan saling pengertian rata-rata 49,5. Hal ini

berarti setengah dari responden yakni 81 responden telah turut

menciptakan saling pengertian di masyarakat yakni sebanyak

54,3%.

3. Indikator menciptakan saling menghormati rata-rata 40,75. Hal ini

berarti pemuda belum sepenuhnya turut menciptakan saling

menghormati yakni sebanyak 45,54%. Padahal pemuda diharapkan

mampu menghormati keluarga dan tetangga yang berlainan agama

sehingga tercipta saling menghormati diantara keberagaman yang

(24)

4. Indikator menciptakan saling menghargai rata-rata 44,75. Hal ini

berarti belum sepenuhnya pemuda turut menciptakan saling

menghargai yakni sebanyak 49,56%.

5. Indikator membangun kerjasama rata-rata 31,25. Hal ini berarti

pemuda yang telah turut membangun kerjasama sebanyak 39,08%

dan belum sepenuhnya pemuda turut membangun kerjasama di

masyarakat.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan,

maka peneliti menyampaikan saran dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Agar pemuda sadar akan perannya dalam membangun toleransi di

masyarakat supaya terpelihara kerukunan umat beragama di

Kelurahan Lestari Indah Kabupaten Simalungun Kota

Pematangsiantar. Sehingga diperlukan partisipasi pemuda dalam

membangun toleransi di masyarakat.

2. Agar pemuda sadar akan perannya dalam menciptakan saling

pengertian di masyarakat supaya terpelihara kerukunan umat

beragama di Kelurahan Lestari Indah Kabupaten Simalungun Kota

Pematangsiantar. Sehingga dapat mencegah terjadi nya ketidak

adanya saling pengertian di masyarakat.

3. Agar pemuda sadar akan perannya dalam menciptakan saling

menghormati di masyarakat supaya terpelihara kerukunan umat

(25)

Pematangsiantar. Sehingga diperlukan kekompakan antar pemuda

turut menciptakan saling menghormati di masyarakat.

4. Agar pemuda sadar akan perannya dalam menciptakan saling

menghargai di masyarakat supaya terpelihara kerukunan umat

beragama di Kelurahan Lestari Indah Kabupaten Simalungun Kota

Pematangsiantar.

5. Agar pemuda sadar akan perannya dalam membangun kerjasama di masyarakat supaya terpelihara kerukunan umat beragama di

Kelurahan Lestari Indah Kabupaten Simalungun Kota

(26)

51

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik. 1974. Pemuda dan Perubahan Sosial. Jakarta: Pustaka LP3ES.

Ali, Mukti. 1973. Dialog Antar Agama. Jakarta: Balai Pustaka.

Arbi Sanit. 1981. Sistem Politik Indonesia. Jakarta: Rajawali.

Arikunto, Suharsimi. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arrasjid, Chainur. 1998. Pancasila Sebagai Filsafat Bangsa dan Negara. Medan: Yani Corporation.

Azis, Abdul. 1992. Pendidikan Pancasila 2. Jakarta: Depdikbud Proyek Peningkatan Mutu Guru SD Setara D-II.

Basuki, Sulistyo. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Rineka Cipta.

Basyuni, Maftuh. 2009. Seminar Kerukunan Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.

Betty, R. 2004. Sosiologi Agama. Jakarta: Kencana.

Daljoeni, N. 1974. Pemuda dan Perubahan Sosial. Jakarta: LP3ES.

Depdikbud. 1997. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta: Balai Pustaka.

Direktorat kesejahteraan Anak dan Remaja. 1978. Buku Pedoman Kegiatan Karang Taruna. Jakarta: Dirjen Rehabilitas dan Pelayanan Sosial.

Direktorat Kesejahteraan Anak dan keluarga. 1987. Buku Pedoman Karang Taruna. Jakarta: Menpora.

Dirjen Bina Kesejahteraan Sosial RI. 1987. Buku Pedoman Karang Taruna. Jakarta: Menpora.

Djahiri Kosasih. 1991. Pendidikan Pancasila I. Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan dan Tenaga Kependidikan.

(27)

51

Fakultas Ilmu Pendidikan. 2013. Pedoman Penulisan Skripsi. Medan: FIP UNIMED.

Fuad, Noeh. 2009. Pemuda Indonesia Menggugat. Jakarta: Zikrul Hakim.

Hartono, H. 2004. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasan. 2006. Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Gramedia.

Hasil Seminar nasional. 1972. Pembinaan Generasi Muda di Indonesia. Jakarta: Badan Koordinasi nasional untuk Kesejahteraan Keluarga dan Anak.

Hidayat, S. 1978. Pembinaan Generasi Muda . Surabaya: Studi Group.

Horton, B. 1996. Sosiolog. Jakarta: Erlangga.

Janah. 2009. Teori Peran. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Kaelan. 2003. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma Offset.

Kansil. 1994. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta: Erlangga.

Kansil. 1996. Aku Pemuda Indonesia, Pendidikan Politik Generasi Muda. Jakarta. Balai Pustaka.

Kanwil Depsos Provsu. 1984. Pedoman Dasar Karang Taruna. Medan: Balai Pustaka.

Kemenpora. 2008. Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2008. Jakarta: Kemenpora.

Kemenpora. 2008. Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2008. Jakarta: Kemenpora.

Keputusan Menpora RI No. 0023/Menpora/1987. 1987. Pola Dasar Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda. Medan: Menpora.

Lab Pancasila IKIP Malang. 1979. Pendidikan Moral Pancasila. Jakarta: Kurnia Esa.

(28)

51

Marham, Idrus. 2005. Pemuda dan Dinamika Kebangsaan. Jakarta: DPP KNPI dan World Assembly of Youth (WAY).

Menteri Pemuda dan Olahraga. 2009. Undang-undang No. 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan. Jakarta: Menpora.

Nainggolan, Elizon. 2010. Pembinaan Generasi Muda. Medan: UNIMED.

Narwoko, Dwi. 2006. Sosiologi. Jakarta: Kencana.

Noeh. 2009. Kepemudaan. Bandung: Bumi Aksara.

Purwadarminta. 1993. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Ranjaban, Jacobus. 2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia. Bandung: Ghalia Indonesia.

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Simanjuntak, B. 1990. Membina dan Mengembangkan Generasi Muda. Bandung: Tarsito.

Sitanggang, BA. 1987. Membina Remaja dan Generasi Penerus Kehidupan Bangsa. Jakarta: Karya Utama.

Soekarno. 1951. Indonesia Menggugat (Pembelaan Bung Karno di Muka Hakim Kolonial). Jakarta: S.K.Seno.

Soerjono, Soekanto. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sugiono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sumarsono. 2001. Pendidikan Kewarganegaraan. Bogor: Gramedia.

Sunarto, Kamanto. 2000. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Suteng, Bambang. 2000. PKN SMU Kelas X. Salatiga: Erlangga.

(29)

RIWAYAT HIDUP

A. Data Pribadi

1. Nama : MERY NOVITA SIBORO

2. Tempat/Tanggal Lahir : Pematang Siantar/10-03-1993 3. Alamat : Jln. Rambutan Raya Perumnas

Gambar

Tabel 1: Kisi-kisi Kuesioner……………………………………. 34
Gambar 1: Paradigma Penelitian…………………………………… 30

Referensi

Dokumen terkait

Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku, maka Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 037 Tahun 2016 tentang Formasi Jabatan Fungsional

Penelitian ini dilakukan pada Proyek Peningkatan Jalan Alun-Alun Suka Makmue-Jalan Lingkar Timur Ibu Kota Tahap II, Kabupaten Nagan Raya, dengan tujuan untuk mengetahui

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentangPetunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan

Pre-test akan dibandingkan dengan hasil Post- test sehingga dapat diketahui apakah kegiatan belajar mengajar berhasil baik atau tidak dan diharapkan pemahaman

Pada budaya yang terlihat, pengajar dan pemelajar akan segera menyadari akan hal tersebut karena memang terlihat dengan jelas, sedangkan pada mienai bunka ( 見えない文化

Lion Parcel Pinang Kota Tangerang merupakan perusahaan ekspidisi pengiriman barang keseluruh Indonesia yang merupakan anak dari perusahaan Lion Air Group, Berdasarkan

Orangtua yang menerapkan strength- based parenting cenderung memberikan saran dan motivasi kepada remaja untuk terus menemukan potensinya, lalu memberikan pujian

Atas kejadian tersebut juga meluncurkan 2 Unit Mobil Water Kenon dari Ditsabhara dan Brimobda Sulteng ke TKP dan berusaha memadamkan Api tersebut dan dibantu 4 Unit