• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC LEARNING MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA BANGUN DATAR SEGIEMPAT DI KELAS VII SMP SWASTA BRIGJEND KATAMSO MEDAN TAHUN AJARAN 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC LEARNING MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA BANGUN DATAR SEGIEMPAT DI KELAS VII SMP SWASTA BRIGJEND KATAMSO MEDAN TAHUN AJARAN 2014/2015."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC LEARNING MENINGKATKAN

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA BANGUN DATAR SEGIEMPAT DI KELAS VII

SMP SWASTA BRIGJEND KATAMSO MEDAN TAHUN AJARAN 2014/2015

Oleh:

Santa Angelasari Sinaga NIM 4113311043

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas segala rahmat dan karunia-Nya yang memberikan kesehatan, kesempatan dan kemudahan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Skripsi ini berjudul “Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Pendekatan Scientific Learning Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Pada Bangun Datar Segiempat Di Kelas VII SMP Swasta Brigjend Katamso Medan T.A 2014/2015”. Adapun skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Beliau telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal hingga akhir penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd, Bapak Mulyono, S.Si, M.Si, dan Ibu Dra. Katrina Samosir, M.Pd selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran-saran mulai dari rencana penelitian sampai penyusunan skripsi ini dan kepada Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan memotivasi penulis selama perkuliahan.

(4)

v

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs.Muhammad Ali, selaku kepala sekolah SMP Swasta Brigjend Katamso Medan dan kepada Ibu Indah Pratiwi, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah banyak membantu dan membimbing penulis selama penelitian serta para guru dan staf administrasi yang telah memberikan kesempatan serta bantuan kepada penulis selama melakukan penelitian.

Teristimewa penulis sampaikan terima kasih kepada Ibunda dan Ayahanda tercinta Bertauli Br. Manalu dan Alm. Antonius Sinaga, selaku orangtua penulis yang telah mengasuh, membimbing, memberi kasih sayang, mendukung secara materil dan selalu mendoakan penulis. Semoga Tuhan Yesus memberikan kebaikan dunia dan akhirat kepada Ibunda dan Alm. Ayahanda. Amin. Terima kasih juga untuk adik – adikku Josua Geovani Sinaga, Patricius Marcopolo Sinaga dan Sebastian Saut Marulitua Sinaga yang selalu mendoakan, mendukung, pengorbanan dan perjuangan baik secara moral dan materil maupun dorongan untuk mengerjakan skripsi ini hingga selesai, serta terima kasih penulis ucapkan untuk seluruh keluarga besar Sinaga dan keluarga besar Manalu yang telah banyak membantu dalam bentuk doa, semangat dan motivasi untuk penulis dalam menyusun skripsi ini.

Penulis juga ucapkan terima kasih untuk sahabat – sahabatku tersayang H’J’P (Hotriris Gultom,S.Pd, Judika Siregar,S.Pd dan Patris Silalahi,S.Pd) dan sahabat kecilku Novia Bernadetha Siregar yang selalu bersama dan memberikan doa serta motivasi maupun dorongan untuk mengerjakan skripsi ini hingga selesai.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan.

Medan, Agustus 2015 Penulis

(5)

iii

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC LEARNING MENINGKATKAN

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA BANGUN DATAR SEGIEMPAT DI KELAS VII

SMP SWASTA BRIGJEND KATAMSO

SANTA ANGELASARI SINAGA (NIM. 4113311043)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan menerapkan pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan scientific learning dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika pada materi Bangun Datar Segiempat di Kelas VII-5 SMP Swasta Brigjend Katamso Medan.

Data yang diperlukan diperoleh dengan menggunakan tes kemampuan pemecahan masalah matematika pada siklus I dan tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada siklus II. Tes hasil kemampuan pemecahan masalah matematika siswa berbentuk uraian yaitu pada siklus I sebanyak 5 soal dan pada siklus II sebanyak 5 soal.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dibagi atas 2 siklus, masing-masing terdiri dari 2 kali pertemuan. Sebelum memberikan tindakan, terlebih dahulu diberikan tes awal dan setiap akhir siklus diberikan tes kemampuan pemecahan masalah. Dari hasil analisis data diperoleh peningkatan hasil tes awal sampai tes kemampuan pemecahan masalah siswa. Banyaknya siswa yang mencapai ketuntasan pemecahan masalah dari tes awal yaitu 10 siswa dari 35 siswa atau 28,57% dengan rata-rata kelas 1,93. Hasil analisis data pada siklus I setelah diberikan tindakan pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan scientific learning menunjukkan banyaknya siswa yang mencapai ketuntasan pemecahan masalah adalah 24 siswa dari 35 siswa atau 68,57% dengan rata-rata kelas 2,90. Hasil analisis data akhir siklus II dengan pembelajaran yang sama diperoleh banyak siswa yang mencapai ketuntasan pemecahan masalah yaitu 33 siswa dari 35 siswa atau 94,28% dengan rata-rata kelas 3,38. Ini berarti terjadi peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa dari siklus I hingga siklus II sebesar 25,71%. Penelitian ini juga disimpulkan berhasil apabila diperoleh peningkatan pengelolaan dan pelaksanaan pembelajaran yaitu diperoleh 2,62 (kategori baik) pada siklus I meningkat menjadi 3,00 (kategori baik) pada siklus II dan peningkatan hasil observasi siswa yaitu diperoleh 2,19 (kategori cukup baik) pada siklus I menjadi 3,27 (kategori baik) pada siklus II.

(6)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembaran Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar x

Daftar Diagram xi

Daftar Tabel xii

Daftar Lampiran xiii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1.Latar Belakang Masalah 1

1.2.Identifikasi Masalah 8

1.3.Batasan Masalah 9

1.4.Rumusan Masalah 9

1.5.Tujuan Penelitian 9

1.6.Manfaat Penelitian 9

1.7.Defenisi Operasional 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11

2.1. Kerangka Teoritis 11

2.1.1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika 11

2.1.2. Masalah Dalam Matematika 12

2.1.3. Pemecahan Masalah 13

2.1.4. Model Pembelajaran 20

2.1.5. Model Pembelajaran Berbasis Masalah 21

(7)

vii

2.1.5.3. Langkah – langkah Dalam Proses Pembelajaran Berbasis Masalah 26 2.1.5.4. Pelaksanaan PBM Dalam Pembelajaran Matematika 27 2.1.5.5. Teori Belajar yang Mendukung Pembelajaran Berbasis Masalah 29

2.1.6. Pendekatan Scientific Learning 30

2.1.6.1. Pengertian Pendekatan Scientific Learning 30 2.1.6.2. Prinsip – prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Scientific

Learning 30

2.1.6.3 Kriteria Pendekatan Saintifik 31

2.1.6.4 Langkah – Langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah 32 2.1.6.5 PBM dengan Pendekatan Saintifik dalam Matematika 33 2.1.6.6 Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Masalah 34 2.1.7 Materi Pelajaran Bangun Datar Segiempat 36

2.1.7.1 Persegi Panjang 36

2.1.7.2 Persegi 37

2.1.7.3 Jajargenjang 37

2.1.7.4 Belah Ketupat 38

2.1.7.5 Layang – layang 38

2.1.7.6 Trapesium 39

2.2 Penelitian yang relevan 40

2.3. Kerangka Konseptual 40

2.4. Hipotesis Tindakan 42

BAB III METODE PENELITIAN 44

3.1. Jenis Penelitian 44

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 44

3.3. Subjek dan Objek Penelitian 44

3.3.1. Subjek Penelitian 44

3.3.2. Objek Penelitian 45

3.4. Prosedur Penelitian 45

3.5. Teknik Pengumpulan Data 51

(8)

viii

3.5.1.1 Reabilitas Tes 52

3.5.1.2 Validitas Tes 54

3.5.2. Lembar Observasi 57

3.5.3. Dokumentasi 58

3.6. Teknik Analisis Data 58

3.6.1. Reduksi Data58

3.6.2. Paparan Data 58

3.6.3. Interpretasi Hasil 59

3.6.3.1 Pencapaian Hasil Kemampuan Memecahkan Masalah 59 3.6.3.2 Persentase Kelas Mampu Memecahkan Masalah 60

3.6.3.4 Hasil Observasi 61

3.7. Indikator Keberhasilan 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

63

4.1. Deskripsi Hasil Penelitian 63

4.1.1. Deskripsi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Awal 63 4.1.1.1. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Awal 63

4.1.2. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I 64

4.1.2.1. Tahap Observasi I 65

4.1.2.2. Analisis Data Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 70

4.1.2.3. Refleksi I 75

4.1.3. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II 77

4.1.3.1. Hasil Penelitian Pada Siklus II 78

4.1.3.1.1. Permasalahan II 78

4.1.3.1.2 Alternatif Pemecahan Masalah II (Perencanaan Tindakan II) 78

4.1.3.2. Observasi II 79

4.1.3.2.1 Analisis Data Hasil Observasi Penelitian pada Siklus II 79 4.1.3.2.2 Analisis Data Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 85

4.1.3.3. Deskripsi Hasil Refleksi II 90

(9)

ix

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian 94

4.3. Diskusi Hasil Penelitian 97

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 100

5.1. Kesimpulan 100

5.2. Saran 101

(10)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Hasil Pengerjaan Tes Awal Siswa 4

Tabel 2.1 Teknik Penskoran 19

Tabel 2.1.Tahapan – tahapan Pembelajaran Berbasis Masalah 26 Tabel 3.5 Kisi-kisi Tes Kemampuan Awal Siswa 55 Tabel 3.6 Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 56

Tabel 3.7 Konversi Kompetensi Pengetahuan 58

Tabel 3.8 Kriteria Rata-rata Penilaian Observasi 60 Tabel 4.1 Deskripsi Hasil Tingkat Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika Siswa pada Tes Awal 64 Tabel 4.2. Deskripsi Hasil Observasi Guru Melaksanakan

Pembelajaran pada Siklus I 66

Tabel 4.3 Deskripsi Hasil Observasi Siswa dalam Pelaksanaan

Pembelajaran pada Siklus I 69

Tabel 4.8. Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Siswa pada Siklus I 74

Tabel 4.9. Deskripsi Perbandingan Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa pada Tes Awal dan TKPM I 77 Tabel 4.10. Deskripsi Hasil Observasi Guru Melaksanakan

Pembelajaran pada Siklus II 80

Tabel 4.11. Deskripsi Hasil Observasi Siswa dalam Pelaksanaan

Pembelajaran pada Siklus II 83

Tabel 4.16. Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Siswa pada Siklus II 88

Tabel 4.17. Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Siswa pada TKPM Awal ,TKPM I, dan TKPM II 91 Tabel 4.18. Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Siswa pada TKPM I dan TKPM II 92 Tabel 4.19. Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah

(11)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Bangun Datar Segi Empat 36

Gambar 2.2 Persegi Panjang 36

Gambar 2.3 Persegi 37

Gambar 2.4 Jajargenjang 37

Gambar 2.5 Belah Ketupat 38

Gambar 2.6 Layang – laying 38

Gambar 2.7 Trapesium 39

Gambar 3.1. Alur Dalam Penelitian Tindakan Kelas 46 Gambar 4.2. Deskripsi Hasil Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Siklus I 75 Gambar 4.4. Deskripsi Hasil Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Siklus II 89 Gambar 4.5. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siswa Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

(12)

xi

DAFTAR DIAGRAM

Halaman Gambar 4.1. Diagram Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Siswa pada Siklus I 75

Gambar 4.3. Diagram Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Siswa Siklus II 89 Gambar 4.6. Diagram Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan I 104 Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan II 113 Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan I 122 Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan II 131 Lampiran 5 Kisi – kisi Tes Kemampuan Awal Siswa 140

Lampiran 6 Tes Kemampuan Awal Siswa 141

Lampiran 7 Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Awal Siswa 142 Lampiran 8 Kisi – kisi Lembar Aktivitas Siswa 146

Lampiran 9 Lembar Aktivitas Siswa 1 147

Lampiran 10 Alternatif Jawaban LAS 1 150

Lampiran 11 Lembar Aktivitas Siswa 2 152

Lampiran 12 Alternatif Jawaban LAS 2 155

Lampiran 13 Lembar Aktivitas Siswa 3 158

Lampiran 14 Alternatif Jawaban LAS 3 161

Lampiran 15 Lembar Aktivitas Siswa 4 163

Lampiran 16 Alternatif Jawaban LAS 4 166

Lampiran 17 Kisi – kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 168 Lampiran 18 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah siklus 1 169 Lampiran 19 Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 171

Lampiran 20 Lembar Validasi TKPM I 175

Lampiran 21 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Siklus II 181 Lampiran 22 Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 184

(14)

xiv

Lampiran 24 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 194

Lampiran 25 Lembar Observasi Guru Siklus I 195

Lampiran 26 Lembar Observasi Guru Siklus II 201

Lampiran 27 Lembar Observasi Siswa dalam Pembelajaran siklus I 207 Lampiran 28 Lembar Observasi Siswa dalam Pembelajaran siklus II 211 Lampiran 29 Tabel Perhitungan Realibilitas dan Validitas TKPM I 215 Lampiran 30 Tabel Perhitungan Realibilitas dan Validitas TKPM II 219

Lampiran 31 Hasil Tes Kemampuan Awal Siswa 223

Lampiran 32 Tabel Analisis Hasil TKPM I 225

Lampiran 33 Tabel Penentuan Persentase TKPM I Setiap Kategori 226

Lampiran 34 Tabel Analisis Hasil TKPM II 229

Lampiran 35 Tabel Penentuan Persentase TKPM II Setiap Kategori 230

Lampiran 36 Dokumentasi Penelitian 233

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Kata – kata pendidikan, bimbingan, pengajaran, belajar, pembelajaran dan pelatihan sebagai istilah – istilah teknis yang kegiatan – kegiatannya lebur dalam aktivitas pendidikan. Pendidikan Menurut UU No.20 tahun 2000 bab I pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakan, bangsa dan Negara.

Terwujudnya pendidikan yang bermutu membutuhkan upaya yang terus menerus untuk selalu meningkatkan kualitas pendidikan. Upaya peningkatan kualitas pendidikan memerlukan upaya peningkatan kualitas pembelajaran karena muara dari berbagai program pendidikan adalah terlaksananya program pembelajaran yang berkualitas. Oleh karena itu, usaha meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan tercapai tanpa adanya peningkatan kualitas pembelajaran.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan disetiap jenjang pendidikan, mulai pendidikan dasar hingga pendidikan lanjut dan jumlah jam pelajaran yang disediakan relatif lebih banyak dibanding mata pelajaran lainnya. Hal ini disebabkan karena matematika sangat penting, baik dalam pendidikan formal maupun dalam kehidupan sehari-hari. Cockroft (dalam Abdurrahman 2010:253) menyatakan bahwa :

Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) Selalu digunakan dalam segi kehidupan, (2) Semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, (3) Merupakan sarana komunikasi yang kuat, ringkas dan jelas, (4) Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, (5) Meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian dan kesadarankeruangan, (6) Memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

(16)

2

Pendidikan matematika di Indonesia diupayakan agar sesuai dengan

perkembangan ilmu dan teknologi. Akan tetapi pada saat ini Indonesia masih berada pada problema klasik dalam hal kualitas pendidikan. Pada kenyataannya Negara Indonesia memiliki kualitas pendidikan yang masih sangat memprihatinkan jika dibanding dengan negara-negara lainnya khususnya dalam bidang studi matematika.

Secara faktual, rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dapat dilihat dari hasil penelitian Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2011 dalam bidang matematika menyatakan bahwa: “Indonesia menempati peringkat 38 dari 63 negara dan 14 negara bagian yang disurvei untuk penguasaan pelajaran matematika. Adapun aspek yang dinilai pada tes tersebut terkait tentang fakta, prosedur, konsep, penerapan pengetahuan dan pemahaman konsep”. Senada dengan hal tersebut, hasil tes Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2006 dalam bidang matematika juga menunjukkan bahwa “Modus kemampuan memecahkan masalah matematik siswa Indonesia terletak pada level 1 yakni sebanyak 49,7% siswa berada pada level yang terendah. Padahal pada level 1 ini siswa hanya mampu menyelesaikan masalah matematis yang dapat diselesaikan dengan satu langkah”.

(17)

3

Banyak faktor yang menyebabkan matematika dianggap pelajaran sulit, diantaranya adalah karakteristik matematika yang bersifat abstrak, logis, sistematis dan penuh dengan lambang-lambang dan rumus yang membingungkan. Selain itu, beberapa pelajar tidak menyukai matematika karena matematika penuh dengan hitungan dan miskin komunikasi.

Salah satu implikasi dari pandangan ini adalah guru dituntut untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan untuk memecahkan masalah. Pemecahan masalah bukan hanya sekedar keterampilan untuk digunakan dan diajarkan dalam matematika tetapi juga keterampilan yang akan dibawa pada kehidupan sehari-hari siswa. Mengajar siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah memungkinkan siswa menjadi lebih analitik dalam mengambil keputusan di kehidupannya. Cooney et.al (dalam Hudojo, 2005:130) menyatakan:

Bila siswa dilatih untuk menyelesaikan masalah, maka siswa akan mampu mengambil keputusan sebab siswa itu menjadi mempunyai keterampilan tentang bagaimana mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis informasi dan menyadari betapa perlunya meneliti kembali hasil yang telah diperolehnya.

Oleh karena itu, pemecahan masalah merupakan suatu tingkat aktivitas intelektual yang membutuhkan suatu proses yang tidak hanya melibatkan aplikasi dalil – dalil atau teorema – teorema yang telah ada. Sanjaya (2012:147) mengemukakan bahwa keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran. Tuntutan kutipan - kutipan ini adalah yang dapat melatih siswa untuk menyelesaikan masalah.

Observasi awal yang dilakukan peneliti adalah berupa pemberian tes kemampuan awal berupa tes uraian kepada siswa SMP Swasta Brigjend Katamso Medan di kelas VII-5 pada tanggal 26 Januari 2015 yang bertujuan untuk melihat kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika pada bangun datar.

(18)

4

No. Soal

Hasil Pekerjaan Siswa Keterangan

1,2,3 Tidak mampu

memahami masalah (menuliskan diketahui dan ditanya)

2 Tidak mampu

dalam

merencanakan pemecahan masalah dalam merencanakan rumus yang akan

digunakan

1 Tidak mampu

dalam

menyelesaikan masalah.

Tabel 1.1. Hasil Pengerjaan Tes Awal Siswa

(19)

5

dikarenakan jarangnya siswa dilatih untuk mengerjakan soal – soal pemecahan masalah, selain itu bisa juga dipengaruhi oleh penggunaan model pembelajaran oleh guru kurang relevan. Guru masih menerapkan pembelajaran konvensional yang didominasi oleh ceramah, mencatat dan penugasan, sehingga siswa cenderung pasif dan bosan dalam mengikuti pembelajaran.

Dari hasil tes awal pemecahan masalah tersebut yang diberikan secara klasikal, diperoleh gambaran kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yaitu dari 35 orang siswa yang mengikuti tes, terdapat 28,57% (10 orang) yang mampu memecahkan masalah kategori sedang, terdapat 42,86% (15 orang) yang belum mampu memecahkan masalah kategori rendah dan 28,57% (10 orang) yang tidak mampu memecahkan masalah (kategori sangat rendah) dengan nilai rata – rata kelas 1,93 dengan kategori sangat rendah.

Untuk dapat memecahkan masalah, siswa terlebih dahulu harus mampu memahami masalah yang ditunjukkan dengan menyusun persamaan atau model matematika, merencanakan penyelesaian dan melaksanakannya serta menjawab masalah. Jika dikaitkan dengan matematika sebagai mata pelajaran yang sulit dipelajari dan sulit diajarkan, maka siswa seharusnya dibiasakan belajar pemecahan masalah. Namun kenyataannya, proses pembelajaran matematika yang dilaksanakan belum mengupayakan terbentuknya kemampuan ini pada diri setiap siswa. Padahal salah satu kegiatan dalam matematika yang dianggap cukup penting adalah kemampuan pemecahan masalah. Akan tetapi hal tersebut masih dianggap sebagai bagian yang sulit dalam matematika.

Sejalan dengan hasil yang diperoleh siswa kelas VII-5 pada tahapan tes awal, Ibu Indah selaku salah satu guru bidang studi matematika di SMP Swasta Brigjend Katamso Medan (dalam wawancara pada 19 Januari 2015) mengatakan bahwa :

(20)

6

Pendidikan tidak hanya mengajarkan fakta dan konsep, tetapi juga harus membekali peserta didik untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan ini. Pada pelajaran matematika, pemecahan masalah dapat berupa soal cerita atau soal yang tidak rutin yaitu soal yang untuk sampai pada prosedur yang benar diperlukan pemikiran yang mendalam. Namun sering kali permasalahan yang muncul adalah siswa tidak memiliki cakupan pengetahuan dalam memilih strategi yang tepat untuk digunakan menyelesaikan soal – soal tersebut, yang mungkin dapat diterapkan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Dengan kondisi dan situasi yang demikian ini, pembelajaran yang semestinya disusun berbasis masalah.

Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan, pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran (dalam Rusman,2012). Pembelajaran ini diharapkan dapat memungkinkan siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dan siswa dapat menggunakan sendiri konsep – konsep pemecahan masalah yang dipelajarinya. Ibrahim dan Nur (dalam Rusman,2012 : 241) mengemukakan bahwa : “Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah nyata, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar” Dalam pembelajaran ini masalah yang disajikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga memberi pengalaman – pengalaman belajar yang beragam pada siswa seperti kerja sama dan interaksi dalam kelompok, pembuatan hipotesis, merancang percobaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan data, mengintepretasi data, membuat kesimpulan, mempersentasikan dan membuat laporan.

(21)

7

pembelajaran adalah suatu siasat melakukan kegiatan pembelajaran yang bertujuan mengubah keadaan pembelajaran menjadi pembelajaran yang diharapkan”. Untuk mengubah keadaan itu, berbagai pendekatan pembelajaran dapat ditempuh.

Model pembelajaran yang dipandang dapat mengantarkan peserta didik mencapai tujuan pembelajarannya adalah model pembelajaran berpusat pada siswa. Salah satu model pembelajaran berpusat pada siswa adalah pembelajaran yang menggunakan pendekatan ilmiah. M.Lazim (2013) mengungkapkan bahwa “Pendekatan Saintifik adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu”. Senada dengan hal tersebut, kemendikbud (dalam Sudrajat,2013) memberikan konsepsi tersendiri bahwa :

Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran di dalamnya mencakup komponen: mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Komponen-komponen tersebut seyogyanya dapat dimunculkan dalam setiap praktik pembelajaran, tetapi bukanlah sebuah siklus pembelajaran.

Kelima tahapan ini dipandang mampu menyampaikan peserta didik mencapai keterampilan berpikir, merasa, dan melakukan. Di dalam pembelajaran dengan pendekatan scientific, peserta didik mengkontruksi pengetahuan bagi dirinya. Pendekatan scientific dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.

Dalam Kemendikbud, 2013 ada beberapa kriteria pembelajaran dengan pendekatan scientific learning yaitu :

1) Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

(22)

8

3) Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.

4) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.

5) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.

6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.

7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.

Dari kriteria pembelajaran pendekatan scientific learning tersebut, disimpulkan bahwa pendekatan scientific learning dapat digunakan dalam menunjang Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) untuk meningk atkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan mengangkat judul : Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah dengan pendekatan scientific learning meningkatkan kemampuan pemecahan masalah di kelas VII SMP Swasta Brigjend Katamso Medan T.A 2014/2015.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Siswa kurang berminat belajar matematika dan menganggap pelajaran matematika merupakan pelajaran yang sukar

2. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa 3. Guru masih menerapkan pembelajaran konvensional

4. Proses pembelajaran matematika yang dilaksanakan belum mengupayakan terbentuknya kemampuan pemecahan masalah siswa. 5. Siswa tidak memiliki cakupan pengetahuan dalam memilih strategi yang

(23)

9

1.3. Batasan Masalah

Dengan adanya beberapa masalah dalam identifikasi masalah di atas dan dengan mengingat keterbatasan penulis, akan lebih baik jika dilakukan pembatasan masalah agar pembahasan lebih terarah. Maka masalah yang akan diteliti oleh peneliti adalah :

1. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa

2. Proses pembelajaran matematika yang dilaksanakan belum mengupayakan terbentuknya kemampuan pemecahan masalah siswa.

3. Penggunaan model pembelajaran yang kurang relevan

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas, maka yang menjadi fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah : Apakah penerapan pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan scientific learning dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa SMP Swasta Brigjend Katamso Medan dalam menyelesaikan masalah Bangun datar segi empat.

1.5. Tujuan penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa melalui penerapan pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan scientific learning pada materi Bangun Datar Segi Empat di kelas VII SMP Swasta Brigjend Katamso Medan.

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi guru, dapat memperluas wawasan pengetahuan mengenai model pengajaran dalam membantu siswa guna meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika.

(24)

10

kemampuan pemecahan masalah matematika pada pokok bahasan Bangun Datar Segi Empat.

3. Bagi sekolah, menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan inovasi pembelajaran matematika di sekolah.

4. Bagi peneliti, sebagai bahan informasi sekaligus sebagai bahan pegangan bagi peneliti dalam menjalankan tugas pengajaran sebagai calon tenaga pengajar di masa yang akan datang.

1.7. Defenisi Operasional

Untuk dapat melakukan variabel penelitian secara kuantitatif maka variabel – variabel didefenisikan sebagai berikut :

1. Pembelajaran Berbasis Masalah adalah pembelajaran yang dilakukan memberikan kesempatan siswa untuk aktif dalam belajar dengan mencari informasi dari masalah yang diberikan, mengolah informasi, memecahkan masalah kemudian menarik kesimpulan dari masalah itu.

2. Pendekatan Saintifik adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu.

(25)

100

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

Pembelajaran Berbasis Masalah dengan pendekatan scientific learning dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi pelajaran bangun datar segiempat di kelas VII-5 SMP Swasta Brigjend Katamso Medan dimana peningkatan diperoleh setelah siklus II dilaksanakan. Kemampuan pemecahan masalah matematika dengan menerapkan pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan scientific learning pada siklus I dan II yaitu Dari hasil tes kemampuan pemecahan masalah I ini diperoleh 24 siswa atau 68,57% dari 35 siswa telah mencapai kriteria kemampuan pemecahan masalah siswa dan 11 siswa lainnya (31,42%) belum mencapai kriteria kemampuan pemecahan masalah. Dimana dari 35 siswa terdapat 4 siswa atau 11,42% yang memiliki kemampuan katagori A-, 11 siswa atau 31,43% yang memiliki kemampuan katagori B+, 4 siswa atau 11,43% memiliki kemampuan katagori B, 5 siswa atau 14,28% memiliki kemampuan katagori B- dan 11 siswa atau 31,43% memiliki kemampuan katagori C+. Setelah siklus II dilakukan maka tercapailah ketuntasan pemecahan masalah secara klasikal dan mengalami peningkatan ketuntasan kemampuan pemecahan masalah siswa sebesar 25,71% atau 9 orang siswa dari siklus I. Dari hasil tes kemampuan pemecahan masalah II ini diperoleh 33 siswa atau 94,3% dari 35 siswa telah mencapai ketuntasan pemecahan masalah dan 2 siswa lainnya (5,71%) belum mencapai kriteria kemampuan pemecahan masalah bangun datar segiempat. Dimana 2 siswa tersebut dikategorikan pada predikat C+. Pengelolaan pembelajaran oleh peneliti juga mempengaruhi peningkatan ketuntasan pemecahan masalah, sehingga diperoleh 2,62 (kategori baik) pada siklus I menjadi 3,00 (kategori baik) pada siklus II, begitu juga dengan observasi siswa diperoleh 2,19 (kategori cukup baik) pada siklus I menjadi 3,27 (kategori baik) pada siklus II.

(26)

101

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut :

1) Kepada guru matematika hendaknya mulai menerapkan model pembelajaran yang berpusat pada siswa, seperti penerapan pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan scientific learning ini sebagai salah satu alternatif pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

2) Kepada guru matematika diharapkan selalu mengadakan evaluasi dan refleksi pada akhir pembelajaran yang telah dilakukan dan lebih baik setiap akhir pertemuan dilakukan refleksi, sehingga kesulitan yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran baik yang dialami baik temuan oleh guru maupun siswa pada pembelajaran dapat diatasi dengan sesegera mungkin.

3) Kepada siswa/i SMP Swasta Brigjend Katamso Medan disarankan lebih berani dan aktif dalam menemukan sendiri konsep matematika dan berani untuk menanyakan hal-hal yang kurang dipahami kepada guru untuk menemukan konsep itu.

Gambar

Gambar 4.1. Diagram Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Tabel 1.1. Hasil Pengerjaan Tes Awal Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Kamus Kesehatan dan Kedokteran Online,2012 available from: http://www.englishindo.com/. Karlovic.Z, Peric.M, Vladic.D, Kosjerina.A, Majeric-Kogler

Proyek akhir ini menghasilkan alat praktikum sistem plc-pneumatik, yang mempunyai prinsip kerja mengebor suatu benda kerja dengan 4 lubang dengan diameter bor 10 mm,

Penggunaan kulit nanas dalam ransum tidak mempengaruhi konsumsi bahan kering ransum sehingga kecernaan bahan kering ransum berbeda tidak nyata, hal ini sesuai dengan

Hasil analisis of variance (ANOVA) dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk daun masing-masing memberikan pengaruh berbeda nyata

Burch, John dan Grudnitski, Gary, 1986, Information Systems Theory and Practice, Terjemahan Jogiyanto, Edisi keempat, New York: John Wiley and Sons.. Gelinas, Ulric J.,

[r]

Penelitian ini bertujuan menentukan jumlah maksimal tepung darah yang sudah diperkaya mikro nutrien penyeimbang, sebagai sumber Fe dalam pakan ikan yang mampu meningkatkan

½ò л²¹»®¬·¿² л³¾»´¿¶¿®¿² òòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòò ïè ¼ò