SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan
Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidika Indonesia
Oleh
Alfy Rizki Maulana Malik 1001324
JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
(Studi Deskriptif SMA Negeri 1 Ciamis, Kabupaten Ciamis )
Oleh:
Alfy Rizki Maulana Malik 1001324
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING : Pembimbing I
Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed NIP. 19630820 198803 1 001
Pembimbing II
Dr. Prayoga Bestari, M.Si NIP. 19750414 200501 1 001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan
Panitia ujian :
1. Ketua :
Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si NIP. 19700814 199402 1 001
2. Sekretaris
Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed NIP. 19630820 198803 1 001
3. Penguji
3.1
Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si NIP. 19620316 198803 1 003
3.2
Prof. Dr. H. Endang Sumantri, M.Ed
3.3
Oleh
Alfy Rizki Maulana Malik
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
@ Alfy Rizki Maulana Malik 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2014
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian
ABSTRAK
Alfy Rizki Maulana Malik (1001324). “Kajian Tentang Perilaku Menyimpang di Kalangan Siswa SMA” (Studi Deskriptif SMA Negeri 1 Ciamis, Kabupaten Ciamis)
Penelitian ini membahas Kajian Tentang Perilaku Menyimpang di Kalangan Siswa SMA khususnya Siswa SMA Negeri 1 Ciamis yang meliputi faktor penyebab perilaku membolos, kegiatan yang dilakukan saat membolos sekolah, dampak dari perilaku membolos terhadap hasil belajar, upaya yang dilakukan untuk menekan angka siswa membolos, serta hambatan yang dihadapi dalam proses pelaksanaan upaya penanggulangan perilaku membolos. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analitis. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Ciamis yang beralamat Jalan Gunung Galuh No. 37 Daerah Ciamis Kota Kabupaten Ciamis. Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Siswa, Guru Pkn, Guru BK, dan Wakasek Kesiswaan SMA Negeri 1 Ciamis, serta masyarakat sekitar lingkungan SMA Negeri 1 Ciamis. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Data yang diperoleh kemudian dianalisis melalui beberapa tahap, dimulai dari reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa 1) Perilaku membolos siswa disebabkan oleh faktor guru, diri sendiri, lingkungan pergaulan, situasi sekolah, dan lingkungan keluarga, 2) Kegiatan yang dilakukan siswa selama membolos ialah merokok, berkumpul di warung kopi, bermain game
online, playstation, dan atau bermain kartu remi, 3) Perilaku membolos
berdampak bagi siswa, terutama menurunnya nilai akademik, hilangnya minat belajar, serta perubahan dalam sikap siswa ke arah negatif, 4) Upaya yang dilakukan untuk mencegah perilaku membolos siswa adalah dengan pemberian tiga kali kesempatan, peninggian benteng sekolah, memperketat penjagaan gerbang sekolah, 5) Hambatan yang dilalui ialah kurangnya respon para guru dalam setiap program yang dicanangkan, kepribadian siswa yang sulit dirubah, kurang efisiennya kerjasama yang dijalin dengan masyarakat lingkungan sekolah dan orang tua murid. Adapun rekomendasi yang ingin disampaikan kepada kepala sekolah yakni lebih konsisten terhadap aturan yang akan dijalankan, serta untuk para guru agar lebih bisa memilah dan memilih cara dalam memberikan sanksi kepada siswa agar dari pemberian sanksi tersebut tidak memunculkan rasa sakit hati. Kemudian untuk para siswa harus lebih dewasa dalam mengambil suatu keputusan. Untuk pemerintah ialah diharapkan bisa melaksanakan kerjasama dengan instansi terkait untuk kemajuan pendidikan. Selanjutnya untuk Jurusan PKn ialah lebih meningkatkan lagi kajian mengenai kenakalan remaja. Terkhir ialah untuk peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian lain yang lebih memfokuskan mengenai perilaku membolos siswa.
DAFTAR ISI
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian... 9
A. Tinjauan Tentang Perilaku Menyimpang ... 14
1. Pengertian Perilaku Menyimpang ... 14
2. Bentuk-bentuk Perilaku Menyimpang ... 18
3. Penyebab Perilaku Menyimpang... 24
B. Tinjauan Umum Tentang Kenakalan Remaja ... 28
1. Kenakalan Remaja Menurut Para Ahli... 28
2. Jenis-jenis dan Bentuk Kenakalan Remaja ... 31
3. Tinjauan Mengenai Penyebab Terjadinya Kenakalan Remaja ... 40
4. Tinjauan Umum Mengenai Membolos Sekolah... 41
5. Tinjauan Hukum Mengenai Kenakalan Remaja ... 42
C. Karakteristik Siswa atau Peserta Didik SMA ... 43
1. Karakteristik ... 43
2. Siswa atau Peserta Didik ... 46
3. Karakteristik Siswa atau Peserta Didik ... 47
BAB III METODE PENELITIAN ... 50
A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 50
1. Lokasi Penelitian ... 50
2. Subjek Penelitian ... 50
1. Pendekatan Penelitian ... 51
1. Tahap Persiapan Penelitian ... 58
2. Tahap Perizinan ... 58
3. Tahap Penelitian ... 59
4. Tahap Pengolahan dan Analisis Data ... 60
5. Tahap Hasil ... 60
F. Validitas Data ... 60
1. Uji Kredibilitas ... 61
2. Pengujian Transferability ... 65
3. Pengujian Defenability ... 65
4. Pengujian Konfirmability ... 66
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 66
1. Data Reduction... 68
2. Data Display ... 69
3. Conclusion Drawing/Verification ... 69
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 71
A. Deskripsi Lokasi Penelitian... 71
1. Profil SMA Negeri 1 Ciamis ... 71
2. Visi, Misi, dan Strategi SMA Negeri 1 Ciamis ... 72
3. Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Ciamis ... 76
4. Jumlah Guru dan Siswa... 76
5. Kegiatan Ekstrakulikuler di SMA Negeri 1 Ciamis ... 78
B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 79
1. Faktor-faktor Penyebab Perilaku Membolos Siswa SMA Negeri 1 Ciamis... 79
2. Kegiatan yang dilakukan Siswa SMA Negeri 1 Ciamis saat Membolos Sekolah ... 83
3. Dampak Perilaku Membolos terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Negeri 1 Ciamis ... 87
4. Upaya yang Dilakukan dalam Menanggulangi Perilaku Membolos Siswa SMA Negeri 1 Ciamis ... 91
5. Hambatan yang ditemui dalam Menanggulangi Perilaku Membolos Siswa SMA Negeri 1 Ciamis ... 97
C. Pembahasan Hasil ... 100
2. Kegiatan yang dilakukan Siswa SMA Negeri 1 Ciamis saat
Membolos Sekolah ... 109
3. Dampak Perilaku Membolos terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Negeri 1 Ciamis ... 113
4. Upaya yang Dilakukan dalam Menanggulangi Perilaku Membolos Siswa SMA Negeri 1 Ciamis ... 119
5. Hambatan yang ditemui dalam Menanggulangi Perilaku Membolos Siswa SMA Negeri 1 Ciamis ... 123
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 129
A. Kesimpulan... 129
1. Kesimpulan Umum ... 129
2. Kesimpulan Khusus... 129
B. Saran ... 131
1. Untuk Kepala Sekolah... 131
2. Untuk Guru... 132
3. Untuk Siswa ... 132
4. Untuk Pemerintah... 133
5. Untuk Jurusan PKn... 133
6. Untuk Peneliti Berikutnya ... 133
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perubahan zaman yang terjadi dewasa ini telah
memberikan dampak yang besar bagi kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya
bagi kehidupan remaja yang selalu ingin mencoba hal-hal yang baru dan berbau
modern yang tentunya tidak sesuai dengan nilai-nilai asli budaya Indonesia, hal
tersebut menyebabkan perubahan dalam berbagai aspek kehidupan bermasyarakat
khususnya kehidupan para remaja Indonesia. Dalam hal ini Hawari dalam Yusuf
(2007: 165-166) mengemukakan pendapat sebagai berikut:
Perubahan-perubahan yang serba cepat sebagai konsekuensi globalisasi, modernisasi, industrialisasi dan iptek telah menyebabkan perubahan pada nilai-nilai kehidupan sosial dan budaya. Perubahan itu antara lain terjadi pada nilai moral, etika, kaidah agama, dan pendidikan anak dirumah. Perubahan ini muncul karena dimasyarakat terjadi pergeseran pola hidup yang semula bercorak social religius ke pola individual matrealistis dan sekuler. Demikian pula pola hidup konsumtif telah mewarnai kehidupan anak dan remaja di perkotaan yang dampaknya adalah kenakalan remaja, penyalahgunaan narkotik, alcohol dan zat adiktif lainnya.
Remaja adalah suatu aset yang sangat berharga bagi suatu bangsa, dimana
merekalah generasi-generasi penerus bangsa yang akan mengenggam tongkat
estafet demi kemajuan bangsa ini. Sejalan dengan hal tersebut, Surakhmad (1997:
12-13) menegaskan mengenai generasi muda sebagai berikut :
Berdasarkan pernyataan Surakhmad di atas dapat dijelaskan bahwa
generasi muda memiliki peran yang sangat penting dalam keberlangsungan suatu
negara, bila tidak bisa memfilter diri dari perubahan yang super cepat dimasa
sekarang seperti yang dikatakan di atas, maka bisa disimpulkan bahwa
keberlangsungan suatu negara akan menuju kepada kekerdilan dan keterpurukan
yang akhirnya sampai pada suatu kehancuran negara tersebut.
Remaja sebagai bagian dari generasi muda yang tidak luput dari sorotan
masyarakat karena masa remaja ini merupakan masa transisi untuk mencari
identitas diri, masa peralihan atau pancaroba, dan rasa ingin tahu yang begitu
besar. Dunia remaja merupakan dunia penuh dinamika, corak kehidupan, unik,
menarik, dan ramai dimana remaja selalu ingin mencoba hal-hal yang baru, baik
itu positif maupun negatif. Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah
mereka yang berusia 13-18 tahun. Pada usia tersebut, seseorang sudah melampaui
masa kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan
dewasa.
Pada hakikatnya, semua periode dalam rentang kehidupan itu penting, baik
periode anak-anak, remaja, maupun dewasa. Namun dalam kadar kepentingannya
itu berbeda-beda, hal tersebut dikarenakan besarnya dampak yang dirasakan
dalam setiap periode tersebut beda-beda, dimana periode kehidupan yang paling
besar merasakan dampak dari setiap perubahan yang terjadi ialah periode masa
remaja.
Dalam masa peralihan dan perkembangan baik fisik maupun mental,
remaja seringkali menghadapi permasalahan-permasalahan tersendiri baik yang
berasal dalam diri sendiri (factor intern) maupun yang berasal dari lingkungan
(factor ekstern). Menurut Pikunas dalam Yusuf (2007: 184) menyatakan bahwa:
Dalam budaya Amerika, periode remaja ini dipandang sebagai masa
“Strom & Stress”, frustasi dan penderitaan, konflik dan krisis penyesuaian, mimpi dan melamun tentang cinta, dan perasaan teralineasi (tersisihkan) dari kehidupan social budaya orang dewasa.
Dalam masa peralihan dan perkembangan dimasa remaja ini, tingkat
perubahan dalam sikap dan perilaku sejajar dengan perubahan fisik remaja itu
bahwa “Selama awal masa remaja, ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat,
perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Kalau perubahan fisik
menurun, maka perubahan sikap dan perilaku juga menurun.”
Ketika dalam masa peralihan ini remaja yang tidak bisa memfilter hal-hal
baru yang disebabkan oleh perkembangan jaman dewasa ini, maka akan berakibat
buruk baik bagi lingkungannya maupun bagi dirinya untuk jangka waktu yang
panjang. Juntika dan Mubiar juga menyatakan bahwa ada empat perubahan yang
sama yang hampir bersifat universal. Pertama, meningginya emosi. Kedua,
perubahan tubuh. Ketiga, dengan berubahnya minat dan pola perilaku, maka
nilai-nilai juga berubah. Keempat, sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap
setiap perubahan.
Siswa merupakan bagian dari remaja yang tidak lepas dari permasalahan
remaja pada umumnya, apalagi dewasa ini pengaruh globalisasi, modernisasi,
perubahan sosial budaya dalam masyarakat, dan perkembangan ilmu pengetahuan
dan tekhnologi (IPTEK) yang tidak saja membawa dampak positif tetapi tetapi
juga membawa dampak negatif, sehingga apabila siswa yang notabene sebagai
pelajar tidak dapat memfilter diri dengan baik dari pengaruh-pengaruh yang
masuk maka dapat mengakibatkan dirinya terjerumus dan terpengaruh pada
hal-hal yang negatif yang pada akhirnya akan berakibat buruk bagi dirinya sendiri dan
dapat merusak masa depan diri mereka sendiri serta dapat merugikan bagi
lingkungan sekitarnya.
Dampak negatif dari globalisasi yang tidak bisa di filter oleh para siswa
akan membuat perubahan dalam perilaku siswa yang cenderung menjadi
kenakalan remaja. Perilaku menyimpang atau kenakalan remaja adalah suatu
tindakan yang bertentangan dengan norma-norma hukum, kebiasaan, atau adat
istiadat yang berlaku di mana orang tersebut tinggal. Sebagai mana yang
diutarakan oleh Dimiyati (1980: 32) yang menyatakan bahwa:
Permasalahan yang terjadi dewasa ini sering terdapat siswa yang
melakukan perilaku menyimpang atau kenakalan remaja seperti terlambat masuk
sekolah, bolos sekolah, tidak mengikuti upacara, berpakaian tidak sesuai dengan
aturan, tidak mengerjakan tugas, melawan kepada guru, tawuran, merokok di
lingkungan sekolah, tergabung dalam geng motor yang meresahkan masyarakat,
dan lain sebagainya.
Berbagai macam perilaku menyimpang tersebut, ada salah satu perilaku
menyimpang atau kenakalan remaja yang terjadi hampir disetiap sekolah yang ada
di dunia ini, yaitu membolos sekolah atau jam pelajaran.
Perilaku membolos sebenarnya bukan merupakan hal yang baru lagi bagi
banyak pelajar, setidaknya mereka yang pernah mengenyam pendidikan pasti
sudah mengnal atau merasakan yang namanya membolos, sebab perilaku
membolos itu sendiri telah ada sejak dulu. Adapun pengertian membolos yang
dikemukakan oleh Kartono (2008: 21) menyatakan bahwa “Membolos merupakan
perilaku yang melanggar norma-norma sosial sebagai akibat dari proses
pengkondisian lingkungan yang buruk”
Tindakan membolos dikedepankan sebagai sebuah jawaban atas kejenuhan
yang sering dialami oleh banyak siswa terhadap pelajaran, guru, maupun suasana
sekolah. Buntutnya memang akan menjadi fenomena yang jelas-jelas mencoreng
lembaga persekolahan itu sendiri. Tidak hanya di kota-kota besar saja siswa yang
terlihat sering membolos, bahkan di daerah-daerah pun perilaku membolos sudah
menjadi kegemaran.
Banyak sekolah mengalami permasalahan yang sama, kesemua di
sebabkan oleh faktor-faktor internal dan eksternal dari anak itu sendiri. Bagi
seorang siswa yang berada dimasa remaja, biasanya mereka penuh dengan jiwa
yang mementingkan kebebasan dalam berfikir dan berkatifitas itu sangat
mengganggu sekali.
Banyak kasus-kasus yang terjadi ketika siswa-siswa sekolah sedang
membolos, misalkan kecelakaan, minum-minuman keras, tawuran, berjudi
kecil-kecilan untuk mengisi waktu membolos sampai ada beberapa kasus yang sampai
nama baik orang tua dari siswa, sekolah, lembaga pendidikan, dan pemerintahan
daerah itu sendiri.
Efek yang paling ditakutkan dari perilaku membolos ini adalah menjadi
kebiasaan bagi siswa-siswa tersebut sampai ke jenjang perguruan tinggi dan masa
kerja nanti. Karena ketika perilaku ini dibiarkan akan menjadi sebuah kebiasaan,
bisa dibilang perilaku membolos para pekerja sekarang karena ketika masa
sekolah mereka sering melakukan tindakan membolos.
Apabila kita ingin merubah kebiasaan buruk para pekerja baik pekerja
kantoran maupun swasta dalam hal membolos ataupun perilaku, alangkah baiknya
kita menekankan perubahan dimasa sekolah, karena ketika dimasa sekolah adalah
waktu yang tepat untuk membentuk karakter manusia dibandingkan ketika mereka
sudah dewasa.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Budimansyah dalam Gunawan (2012:
36), bahwa “Ketika kita ingin membentuk karakter siswa harus dilakukan secara
berkelanjutan (kontinuitas), tidak bisa dalam sekejap”. Maka dari itu, ketika siswa
terbiasa membolos dalam jangka waktu yang panjang, maka itu akan menjadi
kebiasaannya.
Hal tersebut juga didukung dengan pernyataan Juntika dan Mubair yang
disebutkan sebelumnya, jadi dari beberapa pernyataan tersebut saling
berkesinambungan anatara satu dengan yang lainnya. Maka dapat ditarik
kesimpulan dari pemaparan kasus-kasus di atas, jelas seorang guru mempunyai
peranan penting dalam menangani masalah tersebut, khususnya guru Pendidikan
Kewarganegaraan, karena pada hakekatnya peran seorang guru PKn bukan hanya
mengajarkan materi yang ada kepada siswa, tetapi peran dan fungsi guru PKn
juga adalah membentuk karakter siswa agar menjadi lebih baik lagi.
Hal tersebut telah dibuktikan oleh Brody dalam Branson, dkk (1999: 7)
yang berjudul “Belajar Civic Education dari Amerika” bahwa “Secara keseluruhan, siswa SMU yang mengikuti kelas-kelas mata pelajaran
kewarganegaraan, pemerintahan, dan sejarah Amerika, lebih menunjukan
Hasil penelitian Branson tersebut dapat kita lihat bahwa mata pelajaran
PKn memiliki peran yang penting dalam membentuk karakter siswa agar menjadi
lebih baik lagi, tetapi tidak menghilangkan peran orang tua, masyarakat, dan
teman sebaya dalam pembentukan karakter siswa tersebut.
Melihat masalah kenakalan yang dilakukan para siswa ini perlu adanya
suatu usaha pencegahan dan penanggulangan yang benar-benar serius, bijaksana,
dan tanggung jawab dari semua pihak yang terkait. Penanggulangan ini harus
dilakukan sejak dini kepada anak-anak supaya tidak terus berkembang dan
berlanjut sampai menginjak dewasa, karena dapat berakibat buruk bagi diri anak
itu dan dapat merusak masa depan mereka serta lingkungan sekitarnya.
Oleh karena itu, perilaku membolos ini perlu mendapat perhatian penuh
dari berbagai pihak, bukan saja pihak sekolah tetapi juga orang tua, teman dan
pemerintah. Hal tersebut selaras dengan pernyataan Reiss dalam Adang (2010:
103) yang membedakan dua macam kontrol dalam menjelaskan kenakalan remaja
yaitu sebagai berikut:
Personal control adalah kemampuan seseorang untuk menahan diri agar tidak mencapai kebutuhannya dengan cara melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat. Sedangkan sosial control adalah kemampuan kelompok sosial atau lembaga-lembaga di masyarakat melaksanakan norma-norma atau peraturan-peraturan menjadi efektif.
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa pengontrolan perilaku remaja itu
bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu pengontrolan oleh diri sendiri dan
pengontrolan yang dilakukan oleh orang atau lembaga berwenang yang berada
disekitar ruang lingkup siswa tersebut. Apabila pengontrolan oleh diri sendiri
gagal, maka sudah jelas, orang dan lembaga yang ada disekitar remaja tersebut
mempunyai tanggung jawab dalam mengkontrol perilaku remaja apabila perilaku
remaja tersebut menyimpang dari kaidah-kaidah yang ada.
Perilaku membolos sangat merugikan dan bahkan itu bisa saja menjadi
sumber masalah baru, berbagai macam perilaku menyimpang atau kenakalan
remaja itu bisa terjadi ketika para siswa tersebut sedang membolos sekolah,
karena pada hakikatnya, ketika seorang siswa sedang membolos sekolah, tidak
terjadi adalah dia akan mencari tempat atau kegiatan yang bisa dia lakukan untuk
menunggu jam sekolah selesai, dan biasanya di waktu ini lah siswa-siswa tersebut
rentan melakukan kenakalan remaja lainnya selain membolos. Bila ini terus
dibiarkan bukan saja anak itu sendiri tetapi juga sekolah dan guru yang menjadi
orang tua di sekolah yang menanggungnya. Banyak kasus-kasus yang diakibatkan
oleh membolos seperti yang telah diuraikan di atas.
Banyak teori-teori mengenai penyebab siswa membolos, ciri-ciri siswa
yang membolos, perilaku siswa yang sering membolos, kegiatan-kegiatan yang
dilakukan siswa selama membolos, solusi untuk mencegah dan menanggulangi
perilaku siswa-siswa yang sering membolos, dan masih banyak lagi teori-teori
lainnya. Maka dari itu, didalam penelitian ini, peneliti akan mencari, meninjau,
menelaah, serta mengsinkronisasikan dari teori-teori yang sudah ada tersebut
dengan kondisi dilapangan yang akan diteliti oleh peneliti.
Adapun data pra-penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti di SMA
Negeri 1 Ciamis beberapa waktu lalu dan mendapatkan beberapa data awal yang
menunjang peneliti semakin tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
permasalahan ini.
Peneliti melakukan wawancara secara random kepada beberapa siswa
SMA Negeri 1 Ciamis. Dari data yang didapat menunjukan bahwa para siswa
siswi SMA Negeri 1 Ciamis ini masih sering melakukan tindakan keluar dari
sekolah tanpa sepengetahuan guru maupun penjaga piket pada pertengahan jam
pelajaran yang sedang berlangsung dengan berbagai alasan, diantaranya ialah
malas terhadap guru mata pelajaran tertentu, ajakan teman, kesempatan dari
situasi dan kondisi di dalam sekolah itu sendiri.
Adapun persentase perkiraan banyaknya siswa yang sering melakukan
tindakan keluar dari sekolah tanpa sepengetahuan guru maupun penjaga piket
(membolos sekolah) pada pertengahan jam pelajaran yang sedang berlangsung
Tabel 1.1
Persentase Banyaknya siswa yang keluar sekolah pada saat jam pelajaran berlangsung
Bulan
September Oktober November Desember
Tingkatan
Kelas 10 11% 10% 9% 10%
Kelas 11 12% 13% 11% 13%
Kelas 12 14% 12% 14% 15%
JUMLAH 37% 35% 33% 38%
Sumber: Diolah oleh Peneliti 2014
Data di atas didapat bukan dari pihak sekolah atau guru, melainkan dari
para siswa sebagai narasumber yang sering melakukan tindakan keluar dari
sekolah tanpa sepengetahuan guru maupun penjaga piket pada pertengahan jam
pelajaran yang sedang berlangsung. Hal tersebut dikarenakan, pihak sekolah tidak
memiliki data siswa-siswa yang keluar dari sekolah dipertengahan jam pelajaran
yang sedang berlangsung. Oleh karena itu, data di atas tidak menunjukan
persentase sebenarnya, karena merupakan perkiraan dari beberapa siswa sebagai
narasumber.
Tabel persentase di atas belum termasuk data dimana ketika disekolah
sedang mengadakan kegiatan berupa porseni atau acara-acara yang
diselenggarakan pihak sekolah maupun OSIS, dimana ketika disekolah
diselenggarakan kegiatan-kegiatan tersebut, hampir 50% lebih siswanya baik
laki-laki atau perempuan keluar sekolah dipertengahan jam pelajaran yang sedang
berlangsung atau kegiatan yang sedang diselenggarakan. Tapi, apabila ditinjau
lebih jauh lagi, dari beberapa tahun ke belakang jumlah siswa yang keluar dari
sekolah dipertengahan jam pelajaran yang sedang berlangsung sedikit berkurang,
hal tersebut dikarenakan adanya upaya dari sekolah dimana benteng bagian
belakang sekolah yang selalu dipakai siswa untuk keluar dari sekolah
dipertengahan jam pelajaran yang sedang berlangsung dipertinggi, sebagaimana
yang diutarakan oleh salah satu narasumber.
Sebagaimana usaha yang telah dilakukan oleh pihak sekolah, tidak
membuat persentase siswa yang keluar dari sekolah pada saat jam pelajaran
kekurangan akal mencari cara untuk keluar dari sekolah pada saat jam pelajaran
yang sedang berlangsung.
Mengingat betapa pentingnya remaja sebagai generasi muda, maka
generasi muda sangat penting dibina dengan baik. Sementara itu gejala kenakalan
remaja semakin banyak terjadi. Sehingga, hal tersebut mendorong peneliti untuk
melakukan penelitian terhadap remaja atau siswa Sekolah Menengah Akhir,
khususnya tentang faktor-faktor penyebab siswa terbiasa membolos. Penelitian ini
dikemas dalam judul penelitian : “KAJIAN TENTANG PERILAKU
MENYIMPANG DI KALANGAN SISWA SMA”
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah tentang Perilaku
Membolos dikalangan siswa SMA, dimana membolos dalam hal ini adalah para
siswa keluar dari sekolah pada saat jam pelajaran berlangsung tanpa
sepengetahuan pihak sekolah maupun guru. Adapun penjabaran dari pokok
permasalahan tersebut sebagai berikut :
1. Apa saja faktor-faktor penyebab perilaku membolos dikalangan siswa SMA
Negeri 1 Ciamis?
2. Kegiatan apa saja yang dilakukan saat membolos oleh siswa SMA Negeri 1
Ciamis?
3. Bagaimanakah dampak perilaku membolos dikalangan siswa terhadap hasil
belajar siswa di SMA Negeri 1 Ciamis?
4. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam menanggulangi perilaku membolos
siswa di SMA Negeri 1 Ciamis?
5. Hambatan-hambatan apa yang dialami dalam menanggulangi perilaku
membolos siswa di SMA Negeri 1 Ciamis?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diajukan pada penelitian ini
1. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penyebab perilaku
membolos dikalangan peserta didik serta dampak yang akan diterima oleh
peserta didik yang sering melakukan tindakan membolos tersebut, dimana
perilaku membolos yang dimaksud adalah tindakan keluar sekolah
dipertengahan jam pelajaran tanpa sepengetahuan guru piket maupun pihak
sekolah, yang pada akhirnya akan melahirkan sebuah model pendidikan
karakter yang dapat memberikan sumbangsih pemikiran dalam
pengembangan keilmuan dalam bidang pendidikan kewarganegaraan yaitu
pendidikan nilai dan moral, khususnya pembentukan sikap dan perilaku
peserta didik yang berfungsi sebagai upaya meminimalisir perilaku membolos
dikalangan peserta didik.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor penyebab perilaku membolos
dikalangan siswa SMA Negeri 1 Ciamis?
2. Untuk mengetahui kegiatan apa saja yang dilakukan saat membolos oleh
siswa SMA Negeri 1 Ciamis?
3. Untuk mengetahui bagaimanakah dampak perilaku membolos dikalangan
siswa terhadap hasil belajar siswa di SMA Negeri 1 Ciamis?
4. Untuk mengetahui bagaimana upaya yang dilakukan dalam
menanggulangi perilaku membolos siswa di SMA Negeri 1 Ciamis?
5. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa yang dialami dalam
menanggulangi perilaku membolos siswa di SMA Negeri 1 Ciamis?
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian pada dasarnya dapat diperoleh setelah melalui kegiatan
penelitian. Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut :
1. Secara Teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan wawasan bagi penulis
didik untuk dijadikan modal oleh penulis maupun steakholder yang
bersangkutan dalam menanggulangi masalah perilaku membolos pada
kalangan peserta didik tersebut. Serta diharapkan dari penelitian ini dapat
memberikan sumbangsih pemikiran dalam pengembangan keilmuan dalam
bidang pendidikan kewarganegaraan yaitu pendidikan nilai dan moral,
khususnya pembentukan sikap dan perilaku peserta didik.
2. Secara Praktis
Secara praktis hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai
berikut :
a. Diketahuinya faktor-faktor penyebab perilaku membolos dikalangan siswa
SMA N 1 Ciamis.
b. Diketahuinya kegiatan apa saja yang dilakukan saat membolos oleh siswa
SMA Negeri 1 Ciamis.
c. Diketahuinya dampak perilaku membolos dikalangan siswa terhadap hasil
belajar siswa di SMA N 1 ciamis.
d. Diketahuinya upaya apa yang harus dilakukan untuk menanggulangi perilaku
membolos siswa di SMA N 1 Ciamis.
e. Diketahuinya hambatan-hambatan yang dialami dalam menanggulangi
perilaku membolos siswa di SMA N 1 Ciamis.
E. Penjelasan Istilah
1. Perilaku Menyimpang
Dalam KBBI perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah laku,
perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan
dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat. Sedangkan
menurut Lawang (Tersedia dalam
http://ssbelajar.blogspot.com/2013/05/perilaku-menyimpang.html diakses tanggal 21 Januari 2014) mengungkapkan sebagai
berikut:
Hal tersebut sejalan dengan pengertian perilaku menyimpang menurut
Horton (Tersedia dalam
http://ssbelajar.blogspot.com/2013/05/perilaku-menyimpang.html diakses tanggal 21 Januari 2014) yang mengutarakan bahwa
“Penyimpangan adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat”.
Jadi, perilaku menyimpang merupakan suatu perilaku individu yang tidak
dibatasi oleh umur yang dinilai melanggar hukum, kebiasaan, atau norma-norma
yang berlaku dilingkungannya, dimana ketika ada seseorang yang berperilaku
bertentangan dengan hal tersebut, akan ada pihak berwenang yang akan
memperbaiki perilaku menyimpang tersebut.
2. Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja merupakan suatu perilaku meyimpang yang dilakukan
oleh segelintir manusia yang menginjak usia remaja, menurut Willis dalam Adang
(2010: 383) yang mengungkapkan:
Kenakalan anak dan remaja itu adalah disebabkan kegagalan mereka dalam memperoleh penghargaan dari masyarakat di mana anak dan remaja itu tinggal. Penghargaan yang diharapkan remaja itu ialah dalam bentuk tugas dan tanggung jawab seperti orang dewasa. Mereka menuntut suatu peranan sebagaimana yang dilakukan oleh orang dewasa.
Selanjutnya menurut Hasan dalam Adang (2010:383) mengatakan bahwa
“Secara sosiologis kenakalan remaja ialah kelakuan atau perbuatan anti sosial dan
anti normative”. Berdasarkan pemaparan-pemaparan mengenai perilaku menyimpang atau kenakalan remaja di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
kenakalan remaja adalah suatu perilaku menyimpang yang dilakukan oleh
seseorang dimana orang tersebut termasuk golongan remaja, dimana perilaku
menyimpang tersebut adalah perilaku mereka yang dinilai bertentangan dengan
kebiasaan, adat istiadat, norma-norma, atau hukum yang berlaku di mana ia
bertempat tinggal atau melangsungkan hidupnya.
3. Siswa SMA
Siswa atau yang disebut juga sebagai Peserta Didik adalah seseorang yang
sedang menjalani jenjang pendidikan formal, sedangkan SMA kependekan dari
ada di Indonesia. Menurut Ahmadi (Tersedia dalam
http://akromislamiccenter.blogspot.com/2011/05/peserta-didik-pengertian-kewajiban-dan.html diakses tanggal 26 Januari 2014) menyebutkan pengertian
peserta didik sebagai berikut:
Peserta Didik adalah orang yang belum dewasa, yang memerlukan usaha, bantuan, bimbingan orang lain untuk menjadi dewasa, guna dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Tuhan, sebagai umat manusia, sebagai warga Negara, sebagai anggota masyarakat dan sebagai suatu pribadi atau individu.
Berdasarkan pernyataan tersebut menunjukan bahwa Siswa SMA atau
Peserta Didik adalah seseorang yang belum dewasa yang memerlukan bimbingan
orang lain untuk menjadi dewasa dimana hal tersebut dilakukan disalah satu
jenjang pendidikan formal yang ada di Indonesia yang disebut Sekolah Menengah
Atas (SMA).
F. Struktur Organisasi Skripsi
Struktur organisasi skripsi berisi rincian tentang urutan penulisan dari
setiap bab dan bagian bab skripsi mulai dari bab satu hingga bab terakhir. Skripsi
ini terdiri atas lima bab, pada bab satu sebagai pendahuluan dipaparkan mengenai
latar belakang masalah, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian dan
manfaat penelitian, penjelasan istilah dan struktur organisasi skripsi. Pada bab dua
merupakan kajian pustaka dipaparkan tentang perilaku menyimpang khususnya
Kenakalan Remaja, dan karakter siswa atau peserta didik. Pada bab tiga
dipaparkan mengenai lokasi dan subjek penelitian, pendekatan dan metode
penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, pengujian data, tahap
penelitian, serta teknik pengolahan dan analisis data. Pada bab empat dipaparkan
mengenai deskripsi lokasi penelitian, deskripsi data hasil penelitian, pengujian
data, dan pembahasan hasil penelitian. Sementara itu, pada bab lima dipaparkan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Ciamis yang beralamat di Jl.
Gunung Guluh No. 37, Kel. Ciamis, Kec. Ciamis, Kab. Ciamis.
2. Subjek Penelitian
Penelitian ini ditujukan kepada Siswa SMA Negeri 1 Ciamis serta guru
PKn dan masyarakat lingkungan SMA Negeri 1 Ciamis. Subjek penelitian
sebagaimana dikemukakan oleh Spradley (1979) dalam Basrowi & Suwandi
(2008:93) merupakan sumber informasi, sedangkan Moleong mengemukakan
bahwa “subjek penelitian orang dalam pada latar penelitian”. Sedangkan subjek
penelitian yang menjadi sampel penelitiannya seperti dikemukakan oleh Nasution
(2001 :32) bahwa:
Dalam penelitian kualitatif yang dijadikan sampel hanyalah sumber yang dapat memberikan informasi. Sampel dapat berupa hal, peristiwa, manusia, situasi yang diobservasi. Sering sampel dipilih secara
“purposive” bertalian dengan purpose atau tujuan tertentu. Sering pula responden diminta untuk menunjukan orang lain yang dapat memberikan informasi kemudian responden ini diminta pula menunjukan orang lain
dan seterusnya. Cara ini lazim disebut “snowball sampling” yang dilakukan secara serial atau berurutan.
Dilihat dari pengertian diatas, subjek penelitian kualitatif adalah
pihak-pihak yang menjadi sasaran penelitian atau sumber yang dapat memberikan
informasi dipilih secara purpive bertalian dengan tujuan tertentu. Berdasarkan
uraian tersebut, maka subjek dalam penelitian ini akan ditentukan secara langsung
oleh peneliti dengan mempertimbangkan keterkaitan dengan penelitian yang akan
diteliti. Subjek tersebut ada yang bersifat menyeluruh, yaitu melibatkan seluruh
warga sekolah, yang dimaksudkan untuk mengamati gambaran segala aktivitas
guru PKn dan siswa di SMA Negeri 1 Ciamis secara umum melalui observasi.
memperoleh informasi yang diperlukan untuk dijadikan sampel penelitian.
Adapun yang dijadikan subjek dalam peneltian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1
Daftar dan Jumlah Responden
No. Responden Jumlah
1. Wakasek Pembina Kesiswaan 1
2. Siswa SMA Negeri 1 Ciamis 15
3. Guru PKn 2
4. Guru BK/BP 2
5. Penjaga Sekolah 1
6. Masyarakat Lingkungan Sekolah 3
Jumlah 24
Sumber diolah oleh Peneliti (2014)
Hal ini dimaksudkan agar peneliti mendapatkan perbandingan antara
pernyataan yang satu dengan yang lainnya, sehingga peneliti dapat menarik
kesimpulan dari berbagai pernyataan yang disampaikan oleh para subjek
penelitian.
B. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang akan dibahas, dalam penelitian ini penulis
menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu suatu proses penelitian dan pemahaman
yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan
masalah manusia. Penelitian kualitatif berusaha melihat kebenaran-kebenaran atau
membenarkan kebenaran, namun di dalam melihat kebenaran tersebut, tidak selalu
dapat dan cukup di dapat dengan melihat sesuatu yang nyata, akan tetapi kadang
kala perlu juga melihat sesuatu yang bersifat tersembunyi, dan harus melacaknya
Menurut Moleong dalam bukunya “Metode Penelitian Kualitatif” (2010:
6) menyebutkan:
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami penomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi tindakan, secara holistic dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
Berdasarkan pernyataan tersebut sangat jelas menunjukan bahwa
penelitian kualitatif sangat tepat untuk digunakan dalam penelitian yang penulis
lakukan, karena penelitian ini sangat memungkinkan untuk meneliti fokus
permasalahan yang akan penulis teliti secara mendalam. Hal ini didasarkan pada
alasan bahwa permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu kajian tentang
perilaku menyimpang di kalangan siswa SMA Negeri 1 Ciamis yang
membutuhkan sejumlah data lapangan yang sifatnya aktual dan konseptual yang
pada akhirnya penulis berusaha menggambarkan hasil penelitian atau
fenomena-fenomena yang diteliti kedalam bentuk uraian-uraian. Disamping itu, pendekatan
kualitatif mempunyai adaptabilitas yang tinggi sehingga memungkinkan penulis
senantiasa menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah-ubah yang dihadapi
selama penelitian.
Sejalan dengan hal tersebut, Bogdan dan Taylor dalam Suwandi dan
Basrowi (2008: 22) mengungkapkan harapan dari pendekatan kualitatif, sebagai
berikut:
Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan suatu uraian mendalam tentang ucapan, tulisan, dan atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, dan atau suatu organisasi tertentu dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik.
Dalam penelitian kualitatif, penulis sendiri dengan bantuan orang lain
merupakan alat pengumpul data utama, sebagaimana yang diungkapkan oleh
Moleong (2010: 132) bahwa:
Jadi, selama proses penelitian ini, penulis akan lebih banyak melakukan
komunikasi dengan subjek penelitian di SMA Negeri 1 Ciamis. Dalam penelitian
ini lebih mengungkapkan secara deskriptif hasil penelitian yang akan dicapai.
2. Metode Penelitian
Secara harfiah, kata metodologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri
dari kata “mefha” yang berarti melalui, “hodos” yang berarti jalan atau cara, dan kata “logos” yang berarti ilmu pengetahuan. Metodologi penelitian adalah suatu
cara yang digunakan dalam mencari sesuatu hal dengan menggunakan logika
berpikir sehingga diperoleh suatu hasil yang diinginkan. Masyhuri dan Zainuddin
(2008: 151) menjelaskan mengenai pengertian metode sebagai berikut:
Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi adalah suatu pengkajian dalam memperoleh peraturan-peraturan suatu metode. Jadi, metodologi penelitian adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian.
Dilihat dari pernyataan diatas menunjukan bahwa dalam suatu penelitian
harus menggunakan metode penelitian untuk mencapai tujuan penelitian. Oleh
karena itu, dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian
deskriptif karena berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung
dan berkenaan dengan kondisi masa sekarang. Seperti halnya yang diungkapkan
oleh Moh Nazir (1988: 63), yaitu:
Metode deskriptif adalah suatu metoda dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran atau pun kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Pengertian metode deskriptif ini lebih ditegaskan lagi oleh Winarno
Surakhmad (1990: 140) yaitu sebagai berikut:
Pertama, memusatkan diri pada masalah-masalah yang ada pada saat
Metode ini dirasa penulis sangat cocok untuk digunakan dalam penelitian
ini. Hal ini karena penelitian ini berusaha mencari gambaran tentang perilaku
menyimpang atau kenakalan remaja yang dilakukan oleh siswa-siswa SMA
Negeri 1 Ciamis, khususnya mengenai penyebab siswa tersebut berperilaku
menyimpang (membolos sekolah), kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama
membolos sekolah, akibat dari perilaku tersebut, serta cara menanggulanginya.
Menurut Best dalam Sukardi (2004: 157) menyatakan “Metode deskriptif
berusaha menggambarkan dan menginterprestasi objek sesuai dengan apa adanya.
Sedangkan Nasution (2001: 5) menyatakan bahwa:
Penelitian ini diusahakan mengumpulkan data deskriptif yang banyak dituangkan dalam bentuk laporan dan uraian, penelitian ini tidak mengutamakan angka-angka dan statistic walaupun tidak menolak data kuantitatif.
Penulis melakukan penelitian dengan studi deskriftif karena sesuai dengan
sifat masalah serta tujuan penelitian yang ingin diperoleh dan bukan menguji
hipotesis, tetapi berusaha untuk memperoleh gambaran nyata tentang penyebab,
tujuan, cara menanggulangi perilaku menyimpang atau kenakalan remaja
khususnya membolos yang dilakukan siswa SMA Negeri 1 Ciamis.
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Menurut Endang Danial (2009: 77) menyatakan bahwa: “Observasi ialah
pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap objek penelitian. Observasi
merupakan langkah awal untuk memperoleh data yang diperlukan”. Observasi dalam penelitian ini bertujuan agar penulis memperoleh gambaran yang
mendalam mengenai perilaku menyimpang atau kenakalan remaja khususnya
membolos dikalangan siswa SMA Negeri 1 Ciamis. Dalam proses observasi ini
penulis telah melakukan pra-penelitian di SMA Negeri 1 Ciamis dan mendapatkan
gambaran awal mengenai masalah-masalah yang akan diteliti di SMA Negeri 1
2. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti
untuk memperoleh informasi dan data yang faktual mengenai perilaku
menyimpang atau kenakalan remaja khususnya perilaku-perilaku yang dilakukan
selama membolos sekolah yang terjadi dikalangan siswa SMA Negeri 1 Ciamis.
Wawancara dilakukan melalui proses tanya jawab lisan secara langsung kepada
berbagai pihak, baik dengan guru PKn, guru BK, Wakasek Pembina kesiswaan,
siswa di SMA Negeri 1 Ciamis, maupun masyarakat lingkungan sekolah yang
berkaitan dengan masalah dalam penelitian ini. Berkaitan dengan hal tersebut,
Basrowi dan Suwandi, (2008: 127) menjelaskan bahwa:
“Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak,
yaitu pewawancara (interviewer) sebagai pengaju/pemberi pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan
itu”.
Adapun maksud mengadakan wawancara dalam suatu penelitian kualitatif,
seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba dalam Moleong (2010: 186), antara
lain:
Mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain kebulatan; merekonstruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu; memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang diharapkan untuk dialami pada masa yang akan dating; memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi); dan memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.
Berdasarkan pendapat diatas sudah jelas maksud dengan diadakan
wawancara adalah untuk mendapatkan informasi lebih luas, mulai dari kejadian
masa lalu, kejadian yang sedang berlangsung, dan kejadian yang diharapkan
dimasa yang akan datang, dimana kegiatan wawancara ini akan dilakukan secara
terus menerus sampai data yang didapat dirasa sudah cukup untuk bahan yang
diperlukan dalam penelitian ini. Data yang didapat dari hasil wawancara tersebut
3. Studi Dokumentasi
Dilakukan dengan cara pengumpulan, menganalisis dokumen-dokumen,
catatan-catatan yang penting dan berhubungan serta dapat memberikan data-data
untuk memecahkan permasalahan dalam penelitian. Berkaitan dengan hal
tersebut, Basrowi dan Suwandi (2008: 158) mengatakan bahwa:
Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan perkiraan.
Teknik ini sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data
karena banyak hal dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk
menguji, menafsirkan dan bahkan untuk meramalkan. Teknik ini dilakukan
dengan cara melihat, menganalisa data-data yang berupa dokumentasi yang
berkaitan dan menunjang penelitian.
4. Studi Literatur
Pada tahapan ini peneliti melakukan apa yang disebut dengan kajian
pustaka, yaitu mempelajari buku-buku referensi dan hasil penelitian sejenis
sebelumnya yang pernah dilakukan oleh orang lain. Tujuannya ialah untuk
mendapatkan landasan teori mengenai masalah yang akan diteliti. Teori
merupakan pijakan bagi peneliti untuk memahami persoalan yang diteliti dengan
benar dan sesuai dengan kerangka berpikir ilmiah.
Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi tambahan yang erat dan
dapat menunjang masalah yang dikaji atau diteliti. Literatur yang digunakan
dalam penelitian ini merupakan literatur yang berkaitan erat dengan peran
sekolah, guru, dan masyarakat sekitar dalam menanggulangi masalah kedisiplinan
siswa dalam hal tidak mengikuti jam pelajaran disekolah (membolos).
5. Catatan Lapangan
Menurut Bogan dan Biklen dalam Lexy J. Moleong (2010: 209)
menyatakan bahwa “catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan catatan lapangan untuk
mengumpulkan berbagai data dilapangan (SMA Negeri 1 Ciamis dan lingkungan
sekitarnya) untuk menunjan hasil penelitian yang baik dalam penelitian kualitatif
ini. Dimana dalam penelitian kualitatif ini, terkadang banyak permasalahan dan
pertanyaan yang akan muncul ketika peneliti berada dilapangan. Oleh karena itu,
catatan lapangan sangat diperlukan oleh peneliti untuk menunjang keberhasilan
penelitian tersebut.
D. Instrument Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat penelitian
adalah peneliti itu sendiri sehingga peneliti merupakan instrumen utama (key
instrument) dalam mengumpulkan data dan menginterpretasikan data dengan
dibimbing oleh pedoman wawancara dan pedoman observasi. Dengan demikian
dalam penelitian ini, peneliti sendiri akan terjun langsung ke lapangan untuk
mengadakan observasi dan wawancara secara mendalam.
Teknik pengumpulan data yang utama adalah observasi dan wawancara.
Dalam prakteknya kedua metode tersebut dapat digunakan secara bersama-sama,
artinya ketika melakukan wawancara, peneliti juga melakukan observasi atau
sebaliknya.
Dalam observasi ini, peneliti melakukan pengumpulan data dengan
menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa peneliti sedang melakukan
penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang
aktivitas peneliti. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau
tersamar dalam observasi, hal ini dilakukan untuk menghindari kalau suatu data
yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. Observasi ini dimaksudkan
untuk mengamati orang-orang dan juga kegiatan yang dilakukan dalam situasi
sosial yang sedang berlangsung, yaitu diantaranya melakukan observasi tempat
dimana interaksi sosial sedang berlangsung, yaitu diwarung-warung tempat siswa
membolos jam pelajaran sekolah dan tempat-tempat berkumpul siswa-siswa saat
Dalam melakukan wawancara, peneliti menyiapkan instrument penelitian
dan pedoman wawancara, yaitu berupa pertanyaan tertulis yang berkaitan dengan
pengalaman, pendapat, perasaan, keinginan, dan pengetahuan sumber data
mengenai perilaku menyimpang atau kenakalan remaja dikalangan siswa SMA.
Supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik dan peneliti memiliki bukti
telah melakukan wawancara kepada informan atau sumber data, maka peneliti
menggunakan bantuan alat-alat yang menunjang hal tersebut, yaitu antara lain
buku catatan untuk mencatat percakapan dengan narasumber, tape recorder untuk
merekam semua percakapan atau pembicaran dengan narasumber, dan kamera
untuk memotret ketika peneliti sedang melakukan pembicaraan dengan
narasumber atau informan, dengan adanya bukti-bukti tersebut, maka dapat
meningkatkan keabsahan penelitian ini, karena peneliti betul-betul melakukan
pengumpulan data.
E. Tahap-Tahap Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, untuk memudahkan dan membuat
penelitian ini berjalan secara sistematis, maka harus melalui beberapa tahapan
penelitian, dimana tahapan-tahapan penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan Penelitian
Dalam tahapan ini, peneliti mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan
penelitian, seperti menentukan fokus permasalahan serta objek penelitian yang
akan diteliti. Setelah itu, peneliti mengajukan judul serta proposal skripsi sesuai
dengan apa yang akan diteliti. Setelah proposal disetujui oleh pembimbing skripsi,
maka peneliti melakukan prapenelitian sebagai upaya menggali gambaran awal
dari subjek, objek, serta lokasi penelitian.
2. Tahap Perijinan
Dalam tahapan ini, peneliti malakukan permohonan perizinan agar dapat
dengan mudah melakukan penelitian yang sesuai dengan objek dan subjek
a. Mengajukan surat permohonan izin untuk mengadakan penelitian kepada
Ketua Jurusan PKn FPIPS UPI Bandung untuk mendapatkan surat
rekomendasi untuk disampaikan kepada Dekan FPIPS UPI Bandung.
b. Mengajukan surat permohonan izin untuk mengadakan penelitian kepada
Pembantu Dekan 1 atas nama Dekan FPIPS UPI Bandung untuk
mendapatkan surat rekomendasi untuk disampaikan kepada Rektor UPI
Bandung.
c. Setelah mendapatkan surat rekomendasi dari UPI, peneliti menyampaikan
surat rekomendasi tersebut kepada Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Ciamis
untuk mendapatkan izin agar peneliti dapat melakukan penelitian
disekolahnya.
d. Setelah mendapatkan izin dari Kepala Sekolah, kemudian peneliti melakukan
penelitian langsung dengan subjek penelitian yaitu : Siswa, Guru, Wakasek
Pembina Kesiswaan, Penjaga Sekolah SMA Negeri 1 Ciamis, serta
masyarakat dilingkungan SMA Negeri 1 Ciamis.
3. Tahap Penelitian
Dalam tahapan ini merupakan tahapn inti dari penelitian yang dilakukan,
peneliti mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah
disusun untuk memecahkan fokus masalah. Adapun langkah-langkah yang
ditempuh peneliti dalam tahap ini sebagai berikut:
a. Menghubungi Kepala Sekolah untuk meminta izin bahwasanya peneliti akan
melaksanakan penelitian.
b. Menghubungi Siswa-siswa yang sudah ditentukan untuk melaksanakan
wawancara.
c. Menghubungi Guru-guru yang sudah ditentukan untuk melaksanakan
wawancara.
d. Menghubungi penjaga sekolah untuk melaksanakan wawancara.
e. Menghubungi pemilik warung disekitar sekolah yang sering dijadikan tempat
f. Menghubungi masyarakat umum sekitar sekolah yang sudah ditentukan untuk
melaksanakan wawancara.
g. Membuat catatan yang diperlukan dan dianggap penting yang berkaitan
dengan masalah yang akan diteliti.
4. Tahap Pengolahan dan Analisis Data
Dalam tahapan ini, data yang diperoleh melalui penelitian akan diolah
sesuai sususnan kebutuhan peneliti dari informasi yang telah dikumpulkan.
Setelah itu, dilakukan analisis data untuk mencari kebenaran dalam menjawab
fokus masalah.
5. Tahap Hasil
Dalam tahapan ini, peneliti menggabungkan seluruh bagian atau bab
penelitian yang telah ditulis peneliti untuk mempertanggungjawabkan hasil
penelitian dalam sebuah siding ujian skripsi.
F. Validatas Data
Proses pengembangan instrument dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan pengujian validitas data, pengujian ini diperlukan mengingat bahwa
penelitian kualitatif sering sekali diragukan keabsahan datanya (validitas data),
oleh karena itu dibutuhkan cara untuk dapat memenuhi criteria kredibilitas data
tersebut. Menurut Sugiyono (2012: 270) menegaskan bahwa: “Uji keabsahan data
dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility (validitas internal),
transferability (validitas eksternal), defendability (reliabilitas), dan confirmabiliti (obyektivitas)”. Dari pernyataan tersebut menegaskan bahwa uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif terdiri dari empat tahapan, dimana setiap tahapan
tersebut memiliki fungsinya masing-masing dalam menentukan keabsahan data
yang diperoleh.
Selanjutnya Sugiono (2012: 270-277) menjelaskan mengenai uji
1. Uji Kredibilitas
Dalam pengujian kredibilitas data terdapat bermacam-macam cara
pengujian. Menurut Sugiyono (2012: 270) menegaskan sebagaimana berikut:
“Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian
kualitatif antara lain dilakukan dengan perpenjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan membercheck”.
Gambar 3.1
Uji Kredibilitas Data dalam Penelitian Kualitatif menurut Sugiyono
Sumber: Diadopsi oleh Peneliti (Sugiono, 2012:270)
a. Perpanjangan Pengamatan
Menurut Sugiyono, perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke
lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan nara sumber yang
pernah ditemui maupun yang baru. Hal ini sangat diperlukan dalam penelitian
kualitatif karena ketika peneliti awal terjun ke lapangan akan dianggap orang
asing oleh nara sumber, maka informasi yang diberikan belum lengkap, tidak
mendalam, dan mungkin masih banyak yang dirahasiakan.
Dengan diadakannya perpanjangan pengamatan, hubungan peneliti dengan
terjadi, maka nara sumber akan semakin terbuka kepada peneliti dalam
memberikan informasi yang bersangkutan dengan penelitian.
Setelah adanya keterbukaan yang lebih dari nara sumber, peneliti bisa
mengecek kembali apakah data yang sudah didapatkan tetap sama atau ada
bedanya, ketika terjadi perbedaan maka peneliti melakukan pengamatan lagi yang
lebih luas dan mendalam sehingga diperoleh data yang pasti kebenarannya.
b. Meningkatkan Ketekunan
Menurut Sugiyono meningkatkan ketekunan berarti melakukan
pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Hal ini sangat diperlukan
dalam penelitian kualitatif karena dengan meningkatkan ketekunan berarti peneliti
akan mengecek kembali hasil penelitiannya apakah benar atau ada yang salah,
ketika mengecek kembali ternyata ada kesalahan, maka peneliti bisa memperbaiki
data tersebut sehingga peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan
sistematis tentang apa yang diamati.
c. Triangulasi
Menurut Sugiyono (2012: 273) menegaskan sebagai berikut:
“Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik
pengumpulan data, dan triangulasi waktu”.
Berdasarkan pernyataan diatas menjelaskan bahwa triangulasi merupakan
salah satu cara pengujian kredibilitas data dimana triangulasi berfungsi sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.
1) Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber berfungsi untuk menguji kredibilitas data yang
dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa
sumber yang ditelah ditentukan oleh peneliti dimana dalam penentuannya
Gambar 3.2
Triangulasi Sumber Data
Sumber: Diadopsi oleh Peneliti (Sugiono, 2012:273)
2) Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik berbeda, dimana teknik
yang dimaksud diantaranya adalah wawancara, observasi, serta
kusioner/dokumentasi.
Gambar 3.3
Triangulasi Sumber Teknik Pengumpulan Data
3) Triangulasi Waktu
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang
dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat nara sumber masih
segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valif sehingga
lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan
dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain
dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang
berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan
kepastian datanya.
Gambar 3.4
Triangulasi Sumber Waktu Pengumpulan Data
Sumber: Diadopsi oleh Peneliti (Sugiono, 2012:274)
d. Analisis Kasus Negatif
Menurut Sugiyono (2012: 275) menjelaskan bahwa: “Kasus negatif adalah
kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil penelitian hingga pada saat
tertentu”. Selanjutnya Sugiyono (2012: 275) menegaskan sebagaimana berikut: Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data yang berbeda atau bertentangan dengan data yang telah ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan data yang ditemukan, berarti data yang ditemukan sudah dapat dipercaya. Tetapi bila peneliti masih mendapatkan data-data yang bertentangan dengan data yang ditemukan, maka peneliti mungkin akan merubah temuannya.
Dilihat dari pernyataan diatas bisa dijelaskan bahwa dalam tahap ini,
dengan penelitian sampai data yang diperoleh dari berbagai sumber tersebut
menyatakan hal yang sama.
e. Menggunakan Bahan Referensi
Menurut Sugiyono (2012: 275) menyatakan bahwa: “…yang dimaksud
dengan bahan referensi di sini adalah adanya pendukung untuk membuktikan data
yang telah ditemukan oleh peneliti”. Yang dimaksud dari pernyataan tersebut
adalah adanya bukti bahwa peneliti telah melakukan penelitian, sebagai contoh
rekaman wawancara.
f. Mengadakan Membercheck
Menurut Sugiyono (2012: 276) menyatakan bahwa: “Membercheck adalah
proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data.” Sedangkan
Tujuan dari membercheck menurut Sugiyono (2012: 276) adalah: “Tujuan
membercheck adalah agar informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan”.
2. Pengujian Transferability
Sugiyono (2012: 276) menjelaskan bahwa:
Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif.
Validitas eksternal menunjukkkan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil. Nilai transfer berkenaan dengan kenyataan, hingga mana hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain.
Oleh karena itu, supaya orang lain dapat memahami hasil penelitian
kualitatif yang penulis lakukan sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan
hasil penelitian ini, maka penulis dalam membuat laporan memberikan uraian
yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya, dengan demikian penulis
berharap pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian ini, sehingga dapat
menentukan dapat atau tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut
di tempat lain.
3. Pengujian Defenability
Dalam penelitian kuantitatif, dependability disebut juga reliabilitas. Suatu penelitian yang reliable adalah apabila orang lain dapat mengulangi/merefleksi proses penelitian tersebut. Dalam penelitian kualitatif, uji dependability dilakukan dengan mengaudit terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan proses penelitian ke lapangan, tetapi bisa memberikan data. Penelitian seperti ini perlu diuji dependability.
Berkaitan uji dependability, peneliti bekerjasama dengan pembimbing
untuk mengaudit terhadap keseluruhan proses penelitian dengan maksud supaya
penulis dapat menunjukkan jejak aktivitas di lapangan dan
mempertanggungjawabkan seluruh rangkaian penelitian di lapangan mulai dari
menentukkan masalah/fokus, memasuki lapangan, menentukkan sumber data,
melakukan analisis data, melakukan keabsahan data, sampai membuat
kesimpulan.
4. Pengujian Konfirmability
Sugiyono (2012: 368) menjelaskan bahwa:
Pengujian confirmability dalam penelitian kuantitatif disebut juga dengan uji obyektivitas penelitian. Penelitian dikatakan obyektif bila hasil penelitian telah disepakati banyak orang. Dalam penelitian kualitatif, uji confirmability mirip dengan uji dependability, sehingga pengujian dapat dilakukan secara bersamaan. Confirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar confirmability.
Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti menguji hasil penelitian tersebut
secara bersama-sama dan disepakati banyak orang. Karena pada dasarnya ketika
suatu penelitian ada data tetapi tidak ada proses, maka penelitian tersebut mesti
diragukan konfirmabilitinya.
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif data diperoleh dari berbagai sumber, dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan
dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh, dengan pengamatan yang
dilakukanlah analisis data dalam penelitian kualitatif, sebagaimana yang
dijelaskan oleh Sugiyono (2012: 244) mengenai analisis data sebagai berikut:
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Berdasarkan pernyataan tersebut menjelaskan bahwa analisis data dalam
penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan
setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara,
peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban dari narasumber. Bila
jawaban dari narasumber kurang memuaskan setelah dianalisis, maka peneliti
akan melanjutkan pertanyaan yang lebih mendalam sampai tahap tertentu, dimana
pertanyaan tersebut muncul bukan dari yang sudah direncanakan sebelumnya,
melainkan muncul dari jawaban narasumber apabila jawaban tersebut dirasa
masih menyimpan sebuah jawaban lainnya yang diperlukan oleh peneliti, serta
apabila ada petunjuk yang ditujukan oleh narasumber, peneliti akan terus mencari
tahu sampai semua jawaban dari narasumber dan semua petunjuk yang ditujukan
memberikan jawaban yang dianggap sudah kredibel, setelah itu peneliti akan
mengorganisasikan data yang diperoleh ke dalam kategori dan memilih mana
yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah
dipahami oleh diri sendiri ataupun oleh orang lain. Selanjutnya Miles dan
Huberman dalam Sugiyono (2012: 246) mengemukakan bahwa :
Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.
Dilihat dari pendapat Miles dan Hubermen diatas menjelaskan bahwa
analisis data yang dilakukan didalam penelitian kualitatif berlangsung secara terus
menerus dan mendalam sampai data yang didapat dinilai sudah cukup dan terasa
jenuh dan ada pula aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data