• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN PENGARUH GAYA MENGAJAR RESIPROKAL DENGAN GAYA MENGAJAR KOMANDO TERHADAP HASIL BELAJAR PERMAINAN TENIS MEJA KELAS VIII DI SMP NEGERI 4 TASIKMALAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN PENGARUH GAYA MENGAJAR RESIPROKAL DENGAN GAYA MENGAJAR KOMANDO TERHADAP HASIL BELAJAR PERMAINAN TENIS MEJA KELAS VIII DI SMP NEGERI 4 TASIKMALAYA."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN PENGARUH GAYA MENGAJAR RESIPROKAL DENGAN GAYA MENGAJAR KOMANDO TERHADAP HASIL

BELAJAR PERMAINAN TENIS MEJA KELAS VIII DI SMP NEGERI 4 TASIKMALAYA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dari Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S1) Kependidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Oleh Mohamad Akil

0800379

PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

(2)

PERBANDINGAN PENGARUH GAYA MENGAJAR RESIPROKAL DENGAN GAYA MENGAJAR KOMANDO TERHADAP HASIL

BELAJAR PERMAINAN TENIS MEJA KELAS VIII DI SMP NEGERI 4 TASIKMALAYA

Oleh Mohamad Akil

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Mohamad Akil 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

MOHAMAD AKIL 0800379

PERBANDINGAN PENGARUH GAYA MENGAJAR RESIPROKAL DENGAN GAYA MENGAJAR KOMANDO TERHADAP HASIL

BELAJAR PERMAINAN TENIS MEJA KELAS VIII DI SMP NEGERI 4 TASIKMALAYA

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I

Dr. Yunyun Yudiana, M.Pd NIP. 196506141990011001

Pembimbing II

Dr. Dian Budiana, M.Pd NIP. 197706292002121002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

Mohamad Akil, 0800379. Perbandingan Pengaruh Gaya Mengajar Resiprokal dengan Gaya Mengajar Komando Terhadap Hasil Belajar Permainan Tenis Meja Kelas VIII di SMP Negeri 4 Tasikmalaya. Pembimbing 1 Dr. Yunyun Yudiana, M.Pd. Pembimbing II Dr. Dian Budiana, M.Pd.

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya pengetahuan dan pemahaman siswa tentang permainan tenis meja, serta rendahnya keterampilan siswa dalam bermain tenis meja. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pengaruh gaya mengajar resiprokal dan gaya mengajar komando terhadap hasil belajar tenis meja siswa kelas VIII di SMP Negeri 4 Tasikmalaya.

Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan desain Pre-test and Post-test Design. Pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling. Instrumen yang digunakan yaitu tes service, tes back board dan tes bermain. Hasil data penelitian diperoleh nilai rata-rata untuk kelasgaya mengajar resiprokal sebesar 107,20 sedangkan nilai rata-rata untuk kelas gaya mengajar komando sebesar 103,40. Hasil perhitungan hipotesis menunjukkan nilai thitung sebesar 3,46 dan ttabel sebesar 2,021 sehingga –thitung< ttabel<thitung yaitu -3,46 < 2,021 < 3,46. Pengujian hipotesis tersebut menyimpulkan bahwa H1 diterima atau H0 ditolak artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara pengaruh gaya mengajar resiprokal dan gaya mengajar komando terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran permainan tenis meja.

Kata Kunci: gaya mengajar resiprokal, gaya mengajar komando, hasil belajar permainan tenis meja

ABSTRACT

This research is motivated by the lack of knowledge and understanding of students about the game of table tennis, as well as the low student skills in table tennis. This study aimed to compare the effect of reciprocal teaching style and commando teaching style on learning outcomes table tennis in the eighth grade students of SMP Negeri 4 Tasikmalaya.

The method used is an experimental method to the design of pre-test and post-test design. Sampling using random sampling. The instrument used is a test service, test board and test playing back. Results of research data obtained average values for reciprocal teaching kelasgaya at 107.20, while the average value for the command class teaching style of 103.40. Hypothetical calculation results show tcount 3.46 and ttable2,021 so-tcount

<ttable <tcount i.e -3.46 <2.021 <3.46. The hypothesis testing concluded that H1 is accepted

or rejected H0 means that there are significant differences between the effects of

reciprocal teaching style and commando teaching style on learning outcomes of students in learning the game of table tennis.

Keyword: reciprocal teaching style, commando teaching style, learning outcomes table

(5)

DAFTAR ISI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian Pustaka ... 10

1. Belajar dan Pembelajaran Penjas ... 10

2. Gaya Mengajar ... 17

3. Permainan Tenis Meja... 23

4. Karakteristik Siswa ... 32

B. Kerangka Berpikir ... 34

BAB VI HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 51

B. Pengujian Persyaratan Analisis ... 51

C. Pengujian Hipotesis ... 52

D. Diskusi Penemuan ... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 57

(6)

LAMPIRAN - LAMPIRAN

A. Program Pembelajaran... 61

B. Data HasilPenelitian ... 82

C. Perhitungan Hasil Penelitian ... 89

D. Dokumentasi Penelitian ... 99

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Tabel Pengamatan Bermain ... 46

4.1 Hasil Perhitungan Nilai Rata-rata ( ) dan Simpangan Baku (s) ... 51

4.2 Hasil Perhitungan Uji Normalitas ... 52

4.3 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas ... 52

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Bet (Alat Pemukul) ... 24

2.2 Meja Untuk Permaian Tenis Meja ... 24

2.3 Bola Tenis Meja ... 25

2.4 Shakehands Grip ... 26

2.5 Penholder Grip ... 28

3.1 Pretest-Posttest Design ... 38

3.2 Langkah-langkah Penelitian ... 39

3.3 Denah Diagram Lapangan Tes Back Board ... 43

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang diajarkan di sekolah memiliki peranan sangat penting, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang terpilih yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat.

Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-sportivitas-spiritual-sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.

Pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP), pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran wajib. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMP/MTS tahun 2008 meliputi aspek-aspek berikut :

1. Permainan dan olahraga meliputi : olahraga tradisional, permainan eksplorasi gerak, keterampilan non-lokomotor, dan manipulatif, atletik, kasti, rounders,

kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapang, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya.

(10)

2

3. Aktivitas senam meliputi : ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya.

4. Aktivitas ritmik meliputi : gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic serta aktivitas lainnya

5. Aktivitas air meliputi : permainan di air, keselamatan di air, keterampilan bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya.

6. Pendidikan luar kelas meliputi : karyawisata, pengenalan lingkungan, berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung

7. Kesehatan meliputi : penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cedera, mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS.

Dalam proses pembelajaran penjas, guru harus selalu memperhatikan dan melaksanakannya sesuai dengan tujuan dan kedudukan pendidikan jasmani dalam pembelajaran (Lutan, 2001:9). Proses pembelajaran pendidikan jasmani tidak terlepas dari beberapa unsur seperti tujuan, metode dan gaya mengajar, substansi tugas ajar (materi ajar) serta evaluasi. Dengan demikian dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani tidak terlepas dari unsur-unsur yang saling terkait, yaitu

Pertama adalah adanya rumusan tujuan pembelajaran yang mengandung harapan tentang perubahan perilaku siswa yang diharapkan.tujuan pembe;lajaran merupakan titik awal dari keseluruhan proses.

Kedua adalah materi ajar atau substansi pembelajaran. Materi ini berisi tugas-tugas gerak yang berupa aktivitas jasmani yang direncanakan untuk dilaksanakan oleh siswa.

(11)

3

Keempat, adanya evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak perubahan yang terjadi pada siswa.

Selanjutnya, perubahan yang terjadi dalam diri siswa harus melekat dan mantap, artinya perubahan perilaku itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Semua perubahan perilaku itu tidak sekedar ditampilkan dalam proses pembelajaran, tetapi dapat digunakan oleh siswa dalam situasi pertandingan yang sebenarnya. Bahkan beberapa nilai positif, seperti kemampuan memecahkan masalah dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, acuan dalam memperbaiki dan mengembangkan gaya mengajar terutama ditekankan pada hasil belajar yang diakibatkannya dan teori yang melandasinya.

Dalam proses pembelajaran di sekolah, gaya mengajar merupakan salah satu cara untuk mencapai keberhasilan terhadap hasil pembelajaran. Mengajar diartikan sebagai suatu keadaan atau suatu aktivitas untuk menciptakan suatu situasi yang mampu mendorong siswa untuk belajar (Aunurrahman, 2009:34). Sedangkan Juliantine dkk (2012:38) menjelaskan bahwa “gaya mengajar berkaitan dengan pembuatan keputusan yang dilakukan guru baik sebelum, selama, maupun setelah proses pembelajaran”. Gaya mengajar mencerminkan bagaimana pelaksanaan pengajaran guru yang bersangkutan yang dipengaruhi oleh pandangannya sendiri tentang mengajar, konsep-konsep psikologi yang digunakan, serta kurikulum yang dilaksanakan. Dengan menerapkan berbagai gaya mengajar dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, diharapkan pemahaman, sikap dan keterampilan gerak siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran. Penerapan berbagai gaya mengajar dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani tidak ada yang paling baik, tetapi kesesuaian dengan situasi dan kondisi dalam penerapannya yang penting. Semakin tepat penerapan gaya mengajar dalam proses pembelajaran, maka semakin efektif pula tujuan yang diharapkan.

(12)

4

Muska Moston (Supandi dkk, 1986:3.1) sebagai berikut: ”...pada dasarnya gaya mengajar guru terentang dua gaya yang ekstrim. Gaya yang berpusat pada guru atau teacher-centered style dan yang lain adalah gaya yang berpusat pada siswa atau student-centered style”.

Selanjutnya mengenai gaya mengajar pendidikan jasmani menurut Supandi dkk (1986:3.2), yaitu :

a. Gaya mengajar komando, yaitu dalam proses pendidikan jasmani guru paling menonjol atau dominan dalam membuat seluruh kegiatan pembelajaran. Siswa harus mentaati semua instruksi guru dan siswa selalu mengikuti atau meniru contoh dari gurunya.

b. Gaya mengajar tugas, yaitu dalam kegiatan pembelajaran siswa diberikan wewenang untuk mengambil beberapa keputusan sepserti dalam hal penentuan waktu untuk memulai tugas gerak, kecepatan, dan irama dalam melakukan tugas gerak. Guru mengadakan umpan balik dari siswa setelah selesai melakukan tugas gerak yang dilakukannya.

c. Gaya mengajar resiprokal, yaitu dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran siswa melakukan secara berpasangan, setiap siswa memiliki peran masing-masing. Seorang siswa berperan sebagai pelaku dan siswa yang lainnya berperan sebagai pengamat untuk memberikan umpan balik berdasarkan aturan yang telah diinformasikan oleh guru.

d. Gaya mengajar kelompok kecil, yaitu dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dibentuk sekelompok siswa sesuai dengan tugas yang telah ditetapkan oleh gurunya. Seorang siswa berperan sebagai pelaku, seorang siswa berperan sebagai pengamat terhadap pelaku, seorang sebagai membantu kelancaran pelaksanaan tugas pelaku, dan seorang siswa sebagai pencatat skor.

(13)

5

f. Gaya mengajar penemuan terpimpin, yaitu dalam pelaksanaannya siswa diberikan kebebasan secara mandiri setelah diberikan informasi dari gurunya. Mereka diharakan mencari dan menemukan jawaban yang tepat sesuai dengan pola atau konsep gerak yang benar. Guru telah menyiapkan beberapa informasi sebagai kunci dalam memecahkan masalah sesuai dengan konsep gerak yang tepat.

Berdasarkan hasil pengamatan penulis di lapangan, para guru pendidikan jasmani lebih banyak menerapkan gaya mengajar komando dan tugas, kedua gaya mengajar tersebut sangat bergantung pada guru sehingga terlalu didominasi oleh pendekatan teacher-centered dimana para siswa melakukan latihan atau gerakan berdasarkan perintah yang ditentukan oleh guru. Latihan atau gerakan tersebut hampir tidak pernah dilakukan oleh siswa sesuai dengan inisiatif sendiri ( student-centered). Hal ini dapat menyebabkan kreatifitas siswa terhambat. Selain itu, sebagian siswa kurang fokus terhadap materi yang dipelajari sehingga pemahaman tentang kegiatan latihan atau gerakan yang dilakukan tidak merata ke seluruh siswa.

Salah satu mata pelajaran pendidikan jasmani yang tercantum dalam kurikulum Sekolah Menengah Pertama adalah tenis meja. Melalui permainan tenis meja siswa dapat menyalurkan bakat, hobi dan mengekspresikan kegembiraannya. Untuk dapat terampil bermain tenis meja, maka siswa harus mempelajari beberapa teknik dasar permainan ini, seperti service, push dan masih banyak lagi teknik dasar lainnya beserta variasi teknik tersebut yang dapat dikembangkan. Akan tetapi, terkadang ada berbagai permasalahan yang muncul pada saat melakukan pembelajaran tenis meja di sekolah. Permasalahan yang terdapat dalam proses pembelajaran tersebut adalah masih kurangnya pengetahuan dan pemahaman siswa tentang permainan tenis meja, serta rendahnya keterampilan siswa dalam bermain tenis meja. Dalam penelitian ini, siswa diharapkan dapat memahami cara bermain tenis meja dan menguasai teknik dasar tenis meja yang meliputi service

dan push serta keterampilan bermain tenis meja.

(14)

6

maksimal adalah dengan penerapan gaya mengajar dalam proses belajar pendidikan jasmani. Dalam hal ini guru pendidikan jasmani harus cerdas dalam mengelola lingkungan belajar serta memilih atau menggunakan gaya mengajar yang paling tepat sesuai dengan situasi dan kondisi selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung, hal ini bertujuan agar dalam belajar siswa aktif sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya, sehingga potensi dan kemampuan yang dimiliki siswa akan berkembang secara maksimal serta tujuan pembelajaran pendidikan jasmani dan tujuan nasional akan tercapai dengan baik.

Dalam hal ini penulis tertarik untuk membandingkan dua gaya mengajar yang berbeda dominasinya antara gaya mengajar komando dengan gaya mengajar resiprokal. Dalam gaya mengajar komando, peran guru sangat dominan dalam membuat seluruh kegiatan pembelajaran. Siswa harus mentatati instruksi guru dengan mengikuti contoh yang diberikan oleh gurunya. Gaya mengajar komando ini sangat efektif bila ingin membina keseragaman dan keserentakan gerakan sesuai dengan bentuk yang diinginkan guru, serta dapat mempertinggi kedisiplinan dan kepatuhan (Juliantine dkk, 2012:41). Sedangkan dalam gaya mengajar resiprokal, guru memberikan kebebasan pada siswa untuk membuat keputusan yang lebih luas. Dalam proses penilaian dilakukan dengan cara, seorang siswa dengan siswa lainnya, sekelompok siswa terhadap kelompok siswa lainnya dan kelompok siswa terhadap hasil belajar seorang siswa. Gaya mengajar resiprokal ini dapat memberikan keuntungan berupa umpan balik seketika tanpa ditunda-tunda yang mempunyai pengaruh nyata terhadap proses belajar siswa, dapat mengembangkan cara kerja dalam tim kecil sehingga aspek sosialnya berkembang dan dapat meningkatkan proses belajar mengajar dengan cara mengamati secara sistematik gerakan atau pokok bahasan dari teman (Juliantine dkk, 2012:49). Dengan demikian gaya mengajar resiprokal sering diterapkan dalam formasi berpasangan, dalam gaya mengajar ini, guru berperan sebagai mediator dalam meningkatkan kemampuan siswa untuk menyelesaikan masalah.

Berdasarkan pemaparan teori yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik

(15)

7

Resiprokal dengan Gaya Mengajar Komando Terhadap Hasil Belajar

Permainan Tenis Meja Kelas VIII di SMP Negeri 4 Tasikmalaya”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang masalah, maka perumusan masalah yang akan ditelusuri dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat perbedaan hasil belajar tenis meja antara gaya mengajar resiprokal dengan gaya mengajar komando pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 4 Tasikmalaya?”

C. Batasan Masalah

Agar tidak terjadi penyimpangan dalam proses penelitian yang akan dilaksanakan dan sesuai dengan tujuan penelitian, maka berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan yang menjadi fokus penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini hanya difokuskan pada perbandingan pengaruh gaya mengajar resiprokal dengan gaya mengajar komando terhadap hasil belajar permainan tenis meja di kelas VIII SMP Negeri 4 Tasikmalaya.

2. Hasil belajar permainan tenis meja ini difokuskan pada tingkat pemula tentang penguasaan service,push, dan keterampilan bermain.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan antara pengaruh gaya mengajar resiprokal dengan gaya mengajar komando terhadap hasil belajar tenis meja siswa kelas VIII di SMP Negeri 4 Tasikmalaya.

E. Manfaat Penelitian

(16)

8

bagi masyarakat secara umum. Penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

a) Secara Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam permainan tenis meja terutama di sekolah-sekolah negeri maupun swasta dan mahasiswa FPOK UPI. Strategi belajar mengajar pendidikan jasmani dan kesehatan mengenai berpengaruhnya proses pembelajaran dengan penggunaan gaya mengajar resiprokal dan gaya mengajar komando terhadap hasil belajar permainan tenis meja.

b) Secara Praktis

Sedangkan manfaat penelitian secara praktis adalah :

1. Dapat meningkatkan pengetahuan, pemahaman siswa tentang permainan tenis meja serta dapat meningkatkan rasa percaya diri dan rasa senang terhadap proses pendidikan jasmani yang diberikan oleh guru.

2. Dapat dimanfaatkan sebagai bekal dasar pembelajaran secara baik dan benar. 3. Dapat memberikan masukan yang berarti bagi para guru pendidikan jasmani

di SMP dalam memilih gaya mengajar terutama untuk pengembangan hasil pembelajaran pendidikan jasmani.

4. Memberikan kontribusi bagi sekolah dalam mengembangkan pembelajaran.

F. Struktur Organisasi

(17)

9

2. Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Berpikir, dan Hipotesis Penelitian a. Kajian Pustaka

b. Kerangka Berpikir c. Hipotesis Penelitian 3. Bab III Metode Penelitian

a. Metode Penelitian b. Desain Penelitian

c. Populasi dan Sampel Penelitian d. Definisi Operasional

e. Instrumen Penelitian f. Teknik Pengolahan Data

4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan a. Deskripsi Data Hasil Penelitian b. Pengujian Persyaratan Analisis c. Pengujian Hipotesis

d. Diskusi Penemuan

5. Bab V Kesimpulan dan Saran a. Kesimpulan

(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu bagian yang sangat penting dalam

melaksankan penelitian. Menurut Sugiyono (2011:3) menjelaskan bahwa “metode

penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Dalam hal ini Arikunto (2006:3) mengemukakan yang

dimaksud dengan metode eksperimen adalah “suatu cara untuk mencari hubungan

sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor

lain yang mangganggu”.

B. Desain Penelitian

Dalam suatu penelitian dibutuhkan desain penelitian. Desain penelitian memudahkan kita dalam melakukan penelitian secara sistematik dan teratur. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pretest dan posttest sebagai desain penelitiannya. Pada desain penelitian ini langkah pertama yang dilakukan adalah melaksanakan tes awal atau pretest. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Pengambilan sampel diambil dengan cara simple random sampling. Random sampling ini dikatakan sederhana karena pengambilan sampel dilakukan secara acak, kemudian sampel tersebut diberikan perlakuan atau

treatment.

(19)

38 E1 : Kelompok eksperimen 1 E2 : Kelompok eksperimen 2

X1 : Treatment Berupa Gaya Mengajar Resiprokal

X2 : Treatment Berupa Gaya Mengajar Komando

Berdasarkan desain penelitian yang digunakan, maka dapat dibuat langkah-langkah penelitian sebagai berikut:

1. Menetapkan populasi, yaitu: seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Tasikmalaya.

2. Menetapkan sampel sebanyak 50 orang siswa, kemudian dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu 25 siswa dalam kelompok A yang diberikan perlakuan gaya komando dan 25 siswa dalam kelompok B yang diberikan perlakuan gaya resiprokal.

3. Melaksanakan tes awal pada masing-masing kelompok dengan jenis pengetesan yang sama, sehingga didapat skor yang menunjukan taraf keterampilan awal siswa.

4. Setelah didapat data dari tes awal tersebut, kemudian setiap kelompok diberikan perlakuan sesuai dengan yang telah ditentukan.

5. Perlakuan berlangsung selama 16 kali pertemuan, dilaksanakan di sekolah SMP Negeri 4 Tasikmalaya.

(20)

39

keterampilan siswa setelah diberikan perlakuan dari kedua gaya mengajar tersebut.

7. Melakukan pengolahan data untuk membandingkan hasil tes awal dan tes akhir pada kedua gaya mengajar kemudian menganalisis data dan membahas hasil temuan penelitian.

8. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data.

Gambar 3.2

Langkah-langkah Penelitian POPULASI

SAMPEL

TES AWAL

TES AKHIR

Pengolahan Data Analisis Data

Kesimpulan

Kelompok A Kelompok B

(21)

40

C. Populasi dan Sampel

Pengertian populasi menurut (Sugiyono:2011,120) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Tasikmalaya pada tahun ajaran 2012/2013.

Sedangkan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik sampel

random samplingyaitu “Cara pengambilan sampel secara acak yang berarti setiap

individu dalam populasi mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan sampel

tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu” (Sugiyono:2011,120).

Adapun cara pengambilan sampel dengan teknik random sampling ini yaitu dengan mengambil kocokan sebanyak dua buah kertas dari sepuluh kertas yang tersedia. Kertas tersebut berisi nama-nama kelas VIII dari A sampai J. sehingga dari hasil pengambilan kocokan tersebut diperoleh sampel yaitu siswa kelas VIII F sebagai kelas eksperimen dengan gaya mengajar resiprokal dan siswa kelas VIII G sebagai kelas eksperimen dengan gaya mengajar komando.

D. Definisi Operasional 1. Gaya Mengajar Resiprokal

Juliantine dkk (2012:46) menyatakan bahwa pada dasarnya gaya mengajar resiprokal ini menerapkan teori umpan balik atau feedback. Teori ini nberanggapan bahwa informasi tentang hasil belajarnya akan memantapkan hasil belajarnya di kemudian hari.

2. Gaya Mengajar Komando

(22)

41

3. Hasil belajar

Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. (Sudjana, 2011:22)

4. Tenis Meja

Tenis meja merupakan jenis olahraga yang dimainkan di dalam ruangan (indoor game) oleh dua atau empat orang pemain dengan menggunakan alat yang dinamakan reket sebagai pemukul bolanya yang terbuat dari kayu dan dilapisi karet, dengan tujuan agar bola dapat melewati net yang terbentang di atas permukaan meja sebagai pembatas antara lapang permainan sendiri dan permainan lawan. (Budiana dan Hidayat, 2011:14).

Dalam permainan tenis meja terdapat beberapa jenis pukulan, diantaranya : service, push, drive, dan chop. Service adalah memukul bola untuk menyajikan bola pertama. Push adalah pukulan yang dilakukan untuk menjaga agar bola tidak melambung terlalu tinggi dari net. Drive adalah pukulan dengan ayunan panjang sehingga menghasilkan pukulan yang datar dan keras. Chop adalah pukulan

backspin yang diperuntukkan dalam posisi bertahan.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2011: 148). Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini peneliti membuat seperangkat instrumen penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas tes service, tes back board dan tes pengamatan bermain

Agar mendapatkan hasil tes yang objektif, maka harus dihindarkan kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan tes. Untuk itu perlu kiranya petunjuk-petunjuk tentang prosedur pelaksanan tes. Prosedur tentang pelaksanaan tes adalah sebagai berikut (Nurhasan, 2007:217) :

A. Tes Back Board

(23)

42

c. Lima buah bola tenis meja. d. Meja tenis yang dapat dilipat.

e. Sebuah kotak kartun berukuran 10 x 5 x 3 cm yang dapat ditempelkan dengan pines pada sudut samping kiri belakang meja.

f. Dinding atau tiang untuk sandaran bagian meja tenis yang didirikan tegak lurus pada bagian meja yang horizontal.

g. Pita kertas lebar 2 cm yang direkatkan pada bagian meja yang didirikan tegak lurus, sejajar dengan bagian meja yang horizontal dan berjarak 15 cm dari permukaan meja.

h. Alat tulis untuk mencatat hasil tes. 2. Petugas

a. Seorang pengambil waktu yang memberikan aba-aba “ya” dan “stop”.

b. Seorang penghitung jumlah pantulan yang sah selama 30 detik dan sekaligus mencatat hasilnya.

c. Sekurang-kurangnya seorang pembantu untuk mengambil bola yang tidak dapat dikuasai testee.

3. Pelaksanaan Tes

Testee berdiri dibelakang atau lanjutan bagian meja yang horizontal, dengan sebuah bet dan bola di tangan. Pada aba-aba “ya” testee menjatuhkan bola di atas meja dan kemudian memukul bola kebagian meja yang didirikan tegak lurus terhadap bagian meja yang horizontal. Testee berusaha memantulkan bola sebanyak-banyaknya dalam waktu 30 detik. Bila testee tidak dapat menguasai bola, ia dapat mengambil bola yang tersedia di kotak, menjatuhkannya di meja dan melanjutkan usaha memantulkan bola sebanyak-banyaknya dalam waktu yang tersedia. Seorang pembantu mengambil bola yang dikuasai testee dan memasukannya kembali ke dalam kotak.

4. Pantulan dinyatakan tidak sah bila : a. Bola di volley

b. Testee bertelekan dengan tangannya yang bebas pada meja waktu memukul bola

(24)

43

d. Melakukan pukulan service pada waktu mulai tes

e. Memukul bola setelah bola memantul lebih dari satu kali pada meja yang

horizontal

f. Memukul bola lebih dari satu kali dengan kaki bertumpu disamping

Gambar 3.3

Gambar 3.3

Denah Diagram Lapangan Tes Back Board

Testee berdiri tegak dekat meja dan menghitung jumlah pukulan sah selama 30 detik dan mencatatnya. Kepada testee diberikan kesempatan melakukan tes dua kali dengan istirahat selama 10 detik setiap melakukan tes.

Cara pemberian skor :

Skor dari setiap trial adalah jumlah pantulan yang sah selama 30 detik Skor tes adalah jumlah yang terbanyak dari ketiga trial tersebut. B. Tes Service

1. Alat dan Perlengkapan Tes a. Meja tenis

b. Bet

c. Bola tenis meja 5 buah

d. Stopwatch

e. Alat tulis untuk mencatat hasil tes

120 cm

15 cm 2 cm

B

(25)

44

2. Pelaksanaan Tes

Testee berdiri di belakang meja yang berlawanan dengan bagian meja yang telah diberi batas-batas daerah sasaran, sambil memegang bet dan bola. Kemudian

testee melakukan service yang diarahkan ke daerah sasaran yang telah diberi skor.

Testee diberi kesempatan melakukan service sebanyak lima kali. Service yang sah adalah service yang sesuai dengan aturan service dalam permainan. Untuk daerah sasaran dapat dilihat pada denah berikut :

Gambar 3.4

Lapangan untuk Tes Service

Gambar 3.4

Lapangan untuk Tes Service

Skor :

Skor testee adalah jumlah skor yang diperoleh dari 5 kali pukulan service. Service

yang gagal diberi skor 0 (nol) . C. Tes Pengamatan Bermain 1. Alat dan Perlengkapan Tes a. Meja tenis

b. Bet

c. Bola tenis

d. Stopwatch

e. Alat tulis untuk mencatat hasil tes 2. Pelaksanaan Tes

(26)

45

(27)

46

Tabel 3.1

Tabel Pengamatan Bermain

No Nama Set Service Push Drive Chop

3 2 1 0 3 2 1 0 3 2 1 0 3 2 1 0

1 I

II

2 I

II

3 I

II

4 I

II

5 I

II

6 I

II

7 I

II

8 I

II

9 I

II

10 I

II

11 I

(28)

47

Keterangan :

Service

0 = service gagal/keluar

1 = service mudah dikembalikan lawan

2 = service sulit diterima lawan tapi masih bisa dikembalikan 3 = service mematikan

Push

0 = push gagal/keluar

1 = push mudah dikembalikan lawan

2 = push sulit diterima lawan tapi masih bisa dikembalikan 3 = push mematikan

Drive

0 = drive gagal/keluar

1 = drive mudah dikembalikan lawan

2 = drive sulit diterima lawan tapi masih bisa dikembalikan 3 = drive mematikan

Chop

0 = chop gagal/keluar

1 = chop mudah dikembalikan lawan

(29)

48

E. Teknik Pengolahan Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji kesamaan rata-rata dengan uji t. Langkah-langkah pengolahan data tersebut adalah sebagai berikut: 1. Mencari nilai rata-rata ( ) dari setiap kelompok

………….(3.1)

Keterangan:

: rata-rata suatu kelompok : jumlah sampel

: nilai data

: jumlah sampel suatu kelompok 2. Mencari simpangan baku

……….(3.2)

(Nurhasan, 2007:284) Keterangan:

S : simpangan baku n : jumlah sampel

: jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata-rata 3. Uji Normalitas

Menghitung uji normalitas dengan pendekatan uji Liliefors, dimana prosedur penelitiannya sebagai berikut:

a. Pengamatan X1,X2,……,XN dijadikan bilangan baku Z1,Z2,…..,ZN dengan menggunakan rumus:

……….(3.3)

Dengan: = rata-rata sampel S = simpangan baku

(30)

49

b. Untuk bilangan baku digunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung F (Zi) = P (Z≤Zi)

c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1,Z2,….,ZN yang lebih kecil atau sama dengan Zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S (Zi), maka:

= ………….(3.4)

d. Hitung selisih F (Zi)-S (Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.

e. Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih tersebut. Sebutlah harga terbesar ini Lo.

Dengan bantuan table nilai kritis L untuk uji Liliefors, maka tentukanlah nilai L. bandingkan nilai L tersebut dengan nilai Lo untuk mengetahui diterima atau ditolak hipotesisnya dengan kriteria :

- Terima Ho jika Lo < Lα = Normal - Tolak Ho jika Lo > Lα = Tidak Normal 4. Menghitung homogenitas dengan rumus:

………….(3.5) (Sudjana, 2005:261) Kriteria pengujian adalah terima hipotesis jika Fhitung lebih kecil daripada Ftabel distribusi dengan derajat kebebasan = (V1.V2) dengan taraf nyata (α) = 0,05. 5. Menghitung signifikansi dua rata-rata (dua pihak) dengan pendekatan uji t sebagai

berikut:

………….(3.6)

sebelum uji t terlebih dahulu dicari variansi gabungan (S2) melalui rumus sebagai berikut:

………….(3.7) Keterangan tanda dalam rumus :

(31)

50

(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai perbandingan pengaruh gaya mengajar resiprokal dengan gaya mengajar komando terhadap hasil belajar permainan tenis meja kelas VIII di SMP Negeri 4 Tasikmalaya, diketahui bahwa gaya mengajar resiprokal memberikan pengaruh yang lebih besar secara signifikan dibandingkan gaya mengajar komando terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran permainan tenis meja kelas VIII di SMP Negeri 4 Tasikmalaya.

Melihat dari adanya perbedaan pengaruh kedua gaya mengajar tersebut tentunya dapat disimpulkan bahwa dengan penggunaan gaya mengajar resiprokal siswa diberi kebebasan untuk membuat keputusan sehubungan dengan pelaksanaan tugas dan siswa diberi kesempatan untuk saling mengoreksi satu sama lain. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan gaya mengajar resiprokal ini dapat memberikan umpan balik seketika tanpa ditunda-tunda yang mempunyai pengaruh nyata terhadap proses belajar siswa serta dapat mengembangkan cara kerja dalam tim kecil sehingga aspek sosialnya berkembang. Berbeda dengan gaya mengajar komando yang sangat terpusat pada guru sehingga menyebabkan kreatifitas siswa terhambat dan siswa sering kehilangan kemandiriannya serta sering mematikan motivasi siswa untuk belajar. Selain itu, terkadang sebagian siswa kurang fokus terhadap materi yang dipelajari sehingga pemahaman tentang kegiatan latihan atau gerakan yang dilakukan tidak merata ke seluruh siswa. Berdasarkan pemaparan di atas, jelas terlihat bahwa gaya mengajar resiprokal lebih memberikan pengaruh dibandingkan gaya mengajar komando terhadap hasil belajar siswa.

B. Saran

(33)

58

1. Bagi guru, khususnya guru pendidikan jasmani dengan banyaknya gaya mengajar yang bisa diterapkan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani harus mampu memberikan sumbangsih yang besar untuk perkembangan pendidikan jasmani itu sendiri agar kegiatan pembelajaran berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan pendidikan.

2. Bagi para siswa agar tetap melakukan proses pembelajaran sebagaimana mestinya dan diharapkan pada diri siswa dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya serta menerima hal-hal baru yang dilakukan oleh guru atau sumber belajar lainnya.

3. Bagi pihak sekolah diharapkan hasil penelitian ini menjadi sumbangan ilmu pengetahuan yang akan bermanfaat bagi para pengajar di SMP Negeri 4 Tasikmalaya, khususnya guru pendidikan jasmani.

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, B dan Sudrajat, J. (2010). Modul Aplikasi Statistika Dalam Penjas. Bandung: Jurusan Pendidikan Olahraga FPOK UPI.

Abduljabar, B. (2011). Pedagogi Olahraga. Bandung: FPOK UPI.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Aunurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Budiana, D dan Hidayat, Y. (2011). Permainan Tenis Meja. Bandung: Prodi PJKR Jurusan Pendidikan Olahraga FPOK UPI

Putra, E. (2012). Gaya Mengajar 2. [Online]. Tersedia. http://putraews.blogspot.com/2012/06/gaya-mengajar-2.html . [23 September 2012]

Husdarta dan Saputra, (2000). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Depdiknas

Juliantine, dkk. (2012). Belajar dan Pembelajaran Penjas. Bandung: FPOK UPI

Leach, J. (1982). Bimbingan Bermain Tenis Meja. Jakarta: Mutiara.

Lutan, R. (2001). Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode. Jakarta: P2LPTK Depdikbud RI.

Mahendra, A. (2000). Teori Belajar Mengajar Motorik. Bandung: FPOK UPI

(35)

60

Nurhasan. (2007). Modul Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung: Jurusan Pendidikan Kepelatihan FPOK UPI.

Nurlan, dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Bandung: FPOK UPI.

Rizkian, U. (2011). Gaya Mengajar Penjas. [Online]. Tersedia: http://ubay-thereds.blogspot.com/2011/04/gaya-mengajar-penjas.html [12 Februari 2013]

Sudjana, N. (2005). Metoda Statistik. Bandung: Tarsito.

Sudjana, N. (2011). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Supandi, dkk. (1986). Pengelolaan Interaksi Belajar Mengajar Intrakulikuler, Kokulikuler dan Ekstrakulikuler. Jakarta: Karunika

Sutarmin. (2007). Terampil Berolahraga Tenis Meja. Solo: Era Intermedia.

Gambar

Tabel
Gambar 3.1 Pretest-Posttest Design
Gambar 3.2 Langkah-langkah Penelitian
Gambar 3.3  Denah Diagram Lapangan Tes
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai

Indikasi terjadinya pencemaran pada airtanah maupun air sungai di daerah penelitian terlihat dari beberapa kadar kandungan kimia yang menunjukkan pencemaran ringan sampai sedang

Pengendalian Hipertensi sebagai Faktor Risiko Stroke dan Manajemen Hipertensi pada Penderita Stroke Akut.. Kapita Selekta

by Imam Abdul Rozaq Noor Yulita Dwi Setyaningsih FILE. T IME SUBMIT T ED 14- DEC-

rancangan pengelolaan data KIA untuk penentuan status gizi balita berbasis Android mobile yaitu : (a) Pemilihan Model pengembangan Sistem Informasi yang baru berupa

Therefore,it can be concluded that the top-down technique of reading is more effective to be used than the bottom-up technique of reading for junior high school

The American Heart Association (AHA) uses 4 links in the “chain of survival” to illustrate the time-sensitive actions required for victims of SCA: (1) early recognition of the

perancangan,     ketepatan     jadwal     pekerjaan     pemeliharaan,     serta