PENGELOLAAN LANSKAP TAMAN BURUNG DI KAWASAN WISATA
TAMAN MINI INDONESIA INDAH
ABSTRACK
AMALIA GINA PERTIWI. Landscape Management of Bird Park in Taman Mini
Indonesia Indah Tourism Area. Supervised by WAHJU QAMARA MUGNISJAH
The Bird Park (Taman Burung) is a part of the Taman Mini Indonesia
Indah (TMII) that located in east Jakarta. TMII Bird Park’s main objective is to
display the diversity of Indonesia’s bird life. This bird park has function as an ex- situ conservation area for education, research, and recreation. There are some
bird cages in form of gigantic domes to accommodate the birds and the vegetation where these birds live on like in the natural habitats. The purpose of internship
program is to study about management system at an ex-situ conservation area for birds, especially to identify and analyze the problem of landscape management of
TMII Bird Park. The methods of this internship program are observation, study literature, and actively participate in landscape management activities. They are
used to identify the aspects about management, physic and biophysic, and social. All the aspects defined to decide the potention and problem that used to formulate
the strategy of landscape management. SWOT analysis (Strenght Weakness Opportunity Threat) is a technique that used to devise management strategies.
The landscape management strategies is the output of this internship program as a recommendation which are expected to help increase the quality of landscape
management in TMII Bird Park.
Keywords: carrying capacity, ex-situ conservation, maintenance, SWOT, tourism
RINGKASAN
AMALIA GINA PERTIWI. Pengelolaan Lanskap Taman Burung di Kawasan Wisata Taman Mini Indonesia Indah. Dibimbing oleh WAHJU QAMARA MUGNISJAH.
Taman Burung Taman Mini Indonesia Indah (TMII) merupakan taman satwa khusus burung yang berfungsi sebagai wahana pelestarian ex-situ bagi berbagai jenis burung di Indonesia. Tujuan khusus dari magang ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis pemasalahan dalam pengelolaan lanskap Taman Burung TMII serta menyusun strategi pengelolaan yang terkait dengan peningkatan kualitas pengelolaan lanskap Taman Burung TMII. Magang dilakukan di Taman Burung yang berada dalam kawasan Taman Mini Indonesia Indah, wilayah administrasi Jakarta Timur, DKI Jakarta, pada bulan Maret sampai Juni 2012. Hal-hal yang dilakukan dan dipelajari selama kegiatan magang meliputi kelembagaan serta pengenalan kondisi lapang, kegiatan administrasi, kegiatan pelaksanaan pengelolaan, dan pengumpulan data. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif terhadap aspek fisik dan biofisik, sosial, dan pengelolaan, analisis daya dukung terhadap kapasitas jumlah pengunjung, analisis karakter dan persepsi pengunjung menggunakan kuesioner, dan analisis SWOT untuk menyusun strategi pengelolaan lanskap Taman Burung TMII.
Taman Burung TMII memiliki 9 kubah yang di dalamnya terdapat koleksi burung dan koleksi tanaman dengan taman yang ditata sealami mungkin agar dapat menciptakan habitat burung yang menyerupai aslinya. Pembagian tata ruang Taman Burung TMII terbagi atas area penerimaan, area informasi, area peragaan satwa, dan area pelayanan. Organisasi Taman Burung TMII berada di bawah pengelola TMII, Yayasan Harapan Kita. Kendala utama yang dihadapinya adalah terbatasnya jumlah tenaga kerja dan dana serta sistem pemeliharaan taman yang belum dikelola secara terorganisir baik dalam penjadwalan maupun sistem evaluasi kerja. Potensinya adalah kondisi peralatan taman dan efektivitas kerja yang baik serta kapasitas daya dukung yang besar. Jumlah pengunjung saat ini masih jauh berada di bawah kapasitas daya dukung area Taman Burung TMII. Berdasarkan hasil kuesioner terhadap karakter dan persepsi pengunjung diketahui bahwa latar belakang pengunjung cukup beragam, area Taman Burung TMII memiliki tingkat kenyamanan yang baik, dan tingkat keindahan lanskap cukup baik. Selain itu, pengunjung menginginkan perbaikan dan peningkatan kualitas fasilitas rekreasi, peningkatan keindahan taman, serta penambahan program dan atraksi wisata.
dengan berbagai pihak, dan peminat yang beragam dari berbagai latar belakang, sedangkan ancaman (threats) yang dihadapi adalah persaingan dengan taman satwa atau area hiburan baru dan pengunjung yang rentan terhadap isu penyakit burung.
Faktor SWOT dianalisis dan menghasilkan tujuh strategi pengelolaan, yaitu 1) memperluas jaringan pasar dengan mempromosikan kegiatan wisata berwawasan lingkungan dan satwa burung baik melalui berbagai media maupun penawaran serta kerja sama dengan berbagai pihak; 2) memperbaiki sistem pemeliharaan dalam pengelolaan tenaga kerja, jadwal, dan anggaran biaya pemeliharaan lanskapnya; 3) memperbaiki sarana dan prasarana agar fungsinya dapat dimanfaatkan secara lebih optimal; 4) menarik minat pengunjung dengan meningkatkan keberagaman jenis koleksi dan atraksi burung serta kualitas lanskapnya; 5) meningkatkan kebersihan agar dapat mencerminkan kondisi lingkungan yang sehat; 6) meningkatkan keamanan area disertai pembinaan mengenai pelestarian lingkungan terutama pada masyarakat sekitar dengan bekerja sama dengan berbagai lembaga atau instansi lainnya; 7) menambah staf ahli dan kreatif untuk menciptakan objek dan atraksi wisata yang menarik, atraktif, dan variatif.
Kegiatan magang memberikan pengalaman kerja serta pengetahuan praktis di lapangan mengenai kegiatan pengelolaan lingkungan suatu kawasan pelestarian
ex-situ baik secara konsep maupun teknis pemeliharaannya. Hasil kegiatan magang yang berupa strategi pengelolaan lanskap diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pihak pengelola Taman Burung TMII dalam meningkatkan kualitas pengelolaan lanskapnya.
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
PENGELOLAAN LANSKAP TAMAN BURUNG DI KAWASAN WISATA
TAMAN MINI INDONESIA INDAH
adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi baik yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada Daftar Pustaka skripsi
ini.
Bogor, Desember 2012
AMALIA GINA PERTIWI
® Hak Cipta Milik IPB, tahun 2012
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
PENGELOLAAN LANSKAP TAMAN BURUNG DI KAWASAN WISATA
TAMAN MINI INDONESIA INDAH
AMALIA GINA PERTIWI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada
Departemen Arsitektur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Pengelolaan Lanskap Taman Burung di Kawasan Wisata Taman Mini Indonesia Indah
Nama : Amalia Gina Pertiwi
NIM : A44080046
Program studi : Arsitektur Lanskap
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, M. Agr.
NIP 19491105 197403 1 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Arsitektur Lanskap
Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA
NIP. 19480912 197412 2 001
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 17 Juli 1990. Penulis merupakan
anak keempat dari empat bersaudara dari keluarga Bapak Mudjiharto dan Ibu
Tjitjah Fatimah. Penulis memulai pendidikan formal di TK Teladan Nugraha 1,
Bogor, pada tahun 1994-1996. Pada tahun 2002 penulis lulus dari SDN Polisi 4,
Bogor, dan melanjutkan ke SMPN 8, Bogor, pada tahun 2002-2005. Pada tahun
2008, penulis lulus dari SMAN 2, Bogor, dan diterima sebagai mahasiswa
Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor,
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Pada tahun pertama di IPB, penulis menjalani masa perkuliahan di Tingkat
Persiapan Bersama (TPB) dan pada tahun 2009 memulai perkuliahannya di
Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, IPB. Selama menjalankan
studi di IPB, penulis juga mengikuti kegiatan-kegiatan di luar akademik, seperti
menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (Himaskap) Divisi
Keprofesian periode 2009/2010 dan periode 2010/2011 dan selama setahun
(2008-2009) mengikuti UKM Panahan IPB. Penulis juga menjadi asisten pada
mata kuliah Teknik Studio (ARL 210) tahun akademik 2012/2013. Selain itu,
penulis pernah mengikuti kegiatan magang dalam rangka mengisi waktu liburan
di Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor pada tahun 2010 dan dalam
rangka menyelesaikan studinya di Departemen Arsitektur Lanskap, penulis
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur dipersembahkan ke hadirat Allah Swt. yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah serta kasih sayang-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Pengelolaan Lanskap Taman
Burung di Kawasan Wisata Taman Mini Indonesia Indah. Skripsi ini disusun
berdasarkan hasil magang yang dilakukan pada bulan Maret sampai bulan Juni
2012 dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari
Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada
1. Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, M.Agr. selaku dosen pembimbing
skripsi atas bimbingan, saran, serta motivasi selama masa penyelesaian
penulisan skripsi ini;
2. Fitriyah Nurul H. Utami, ST. MT. selaku dosen pembimbing akademik,
Dr. Ir. Tati Budiarti, MS. dan Dr. Kaswanto, SP. MSi selaku dosen penguji
atas masukan dan kritiknya yang membangun, serta seluruh keluarga besar
Departemen Arsitektur Lanskap;
3. Bapak M. Nur, Drs. Widyabrata Prahara, drh. Moh Piter Kombo, dan seluruh
staf Taman Burung TMII atas segala informasi dan bimbingan selama
kegiatan magang berlangsung;
4. seluruh teman sekaligus keluarga terbaik Arsitektur Lanskap Angkatan 45
atas semangat, bantuan, dan canda tawanya selama ini;
5. sahabatku Dinar Kardina atas segala bantuan yang diberikan serta motivasi
dan perhatiannya;
6. kedua orang tua, kakak, serta seluruh keluarga tercinta yang telah
memberikan semangat dan dukungan baik moral, spiritual, dan material;
7. seluruh pihak yang turut membantu dalam penulisan skripsi ini.
Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi Taman Burung TMII
dan pihak lain yang memerlukannya.
Bogor, Desember 2012
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR ... iv
DAFTAR TABEL... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan ... 2
1.3 Manfaat ... 2
1.4 Kerangka Pikir ... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1 Lanskap... 4
2.2 Taman dan Taman Satwa ... 4
2.3 Rekreasi dan Wisata ... 5
2.4 Pengelolaan dan Pemeliharaan Lanskap ... 6
2.5 Burung dan Pengelolaan Habitatnya ... 8
BAB III. METODOLOGI ... 11
3.1 Lokasi dan Waktu Magang ... 11
3.2 Batasan Studi ... 11
3.3 Metode Kerja ... 12
3.4 Metode Analisis... 15
3.4.1 Analisis Deskriptif ... 15
3.4.2 Analisis Daya Dukung ... 15
3.4.3 Analisis Karakter dan Persepsi Pengunjung ... 15
3.4.4 Analisis SWOT ... 16
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20
4.1 Kondisi Umum ... 20
4.1.1 Latar Belakang dan Sejarah... 20
4.1.2 Lokasi dan Aksesibilitas ... 22
4.1.3 Topografi dan Jenis Tanah ... 23
4.1.4 Iklim ... 23
4.1.5 Vegetasi dan Satwa ... 24
4.1.6 Aspek Sosial... 24
4.1.6.1 Pengunjung... 24
4.1.6.2 Tenaga Kerja ... 26
4.2 Konsep Pengembangan Lanskap Taman Burung TMII ... 26
4.2.1 Konsep Desain... 26
4.2.2 Konsep Tata Ruang ... 27
4.2.3 Konsep Bangunan Kubah... 31
4.2.5 Konsep Sirkulasi ... 34
4.2.6 Konsep Hidrologi ... 35
4.2.7 Konsep Utilitas ... 36
4.3 Pengelolaan Lanskap Taman Burung TMII ... 37
4.3.1 Struktur dan Organisasi... 37
4.3.2 Pengelolaan Tenaga Kerja ... 40
4.3.2.1 Pembagian Tenaga Kerja dan Sistem Kerja... 40
4.3.2.2 Teknik Absensi dan Sistem Penjadwalan Kerja ... 42
4.3.3 Administrasi Pengajuan Kebutuhan dan Anggaran Biaya ....43
4.3.4 Pemeliharaan Ideal ... 44
4.3.5 Pemeliharaan Fisik ... 45
4.3.5.1 Pembersihan Area ... 45
4.3.5.2 Pemeliharaan Elemen Lunak (Tanaman) ... 48
4.3.5.2 Pemeliharaan Elemen Keras ... 57
4.3.6 Pemeliharaan Alat dan Bahan ... 65
4.3.7 Kapasitas dan Efektivitas Kegiatan Pemeliharaan ... 67
4.3.8 Pengawasan dan Evaluasi Kegiatan Pemeliharaan ... 68
4.4 Pengelolaan Pengunjung ... 71
4.4.1 Pengelolaan Ticketing dan Aktivitas Wisata... 71
4.4.2 Program Promosi dan Penggalian Dana ... 72
4.4.3 Analisis Daya Dukung ... 73
4.4.4 Karakteristik Pengunjung ... 75
4.4.5 Persepsi Pengunjung... 78
4.5 Analisis SWOT... 81
4.5.1 Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman .82 4.5.2 Penilaian Faktor Internal dan Eksternal ... 84
4.5.3 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) ... 86
4.5.4 Pembuatan Matriks SWOT... 87
4.5.5 Ranking Alternatif Strategi Pengelolaan ... 88
4.5.6 Penjabaran Strategi Pengelolaan sebagai Rekomendasi ... 89
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN... 97
5.1 Simpulan... 97
5.2 Saran ... 98
DAFTAR PUSTAKA ... 99
DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka Pikir Pelaksanaan Magang ... 3
2. Peta Jakarta Timur ... 11
3. Peta Lokasi Taman Mini Indonesia Indah ... 11
4. Peta Lokasi Taman Burung dalam Peta Taman Mini Indonesia Indah... 11
5. Matrik Internal dan Eksternal (IE) ... 18
6. Akses Menuju Taman Burung TMII... 22
7. Ornamen Taman Burung TMII ... 23
8. Grafik Data Iklim Rata-Rata Kawasan TMII Tahun 2011 ... 24
9. Zona Tata Ruang Taman Burung TMII ... 27
10. Rumah Burung untuk Bersarang ... 29
11. Koleksi Tanaman di Area Taman Burung TMII ... 30
12. Dekorasi Taman pada Kegiatan Taman Burung TMII ... 31
13. Sangkar-Sangkar di Taman Burung TMII ... 32
14. Taman di Dalam Kubah ... 33
15. Taman di Luar Kubah ... 34
16. Jalur Sirkulasi Taman Burung TMII ... 35
17. Konsep Utama Aliran Air di Taman Burung TMII ... 36
18. Struktur Organisasi Taman Burung Tahun 2012 ... 38
19. Tingkah Bangau Tong-Tong di Area Taman ... 46
20. Pembuangan Sampah di TPS ... 47
21. Sanitary Landfill ... 47
22. Kegiatan Penyiraman Tanaman ... 48
23. Tanaman yang Kotor oleh Kotoran Burung... 49
24. Kegiatan Pemangkasan Pohon ... 50
25. Kegiatan Pemangkasan Semak ... 51
26. Pemangkasan Rumput dengan Mesin Dorong ... 52
27. Jenis Burung Air yang Merusak Tanaman... 53
28. Burung yang Membuat Sarang di Area Taman ... 54
29. Kegiatan Penyulaman Semak ... 55
31. Kegiatan Pembersihan Sangkar ... 59
32. Kotoran Burung pada Perkerasan ... 60
33. Kegiatan Pembersihan Perkerasan ... 61
34. Rambu Taman ... 62
35. Papan Informasi ... 62
36. Penjaringan Sampah pada Kolam ... 65
38. Kegiatan Pertemuan Pegawai dengan Pimpinan ... 70
39. Aktivitas Wisata... 73
40. Grafik Tingkat Keindahan Area Taman Burung TMII... 78
41. Grafik Penilaian Aspek Pengelolaan di Taman Burung TMII... 79
42. Grafik Tingkat Kepuasan Aktivitas Wisata di Taman Burung TMII ... 80
43. Grafik Tingkat Kepentingan Aktivitas Wisata di Taman Burung TMII... 80
DAFTAR TABEL
1. Jenis-Jenis Data yang Dikumpulkan dan Sumber serta Pemanfaatannya ...13
2. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal dan Eksternal ... 17
3. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) ... 18
4. Matriks External Factor Evaluation (EFE) ... 18
5. Matrik SWOT ... 19
6. Ranking Alternatif Strategi ... 19
7. Data Jumlah Pengunjung Taman Burung TMII Tahun 2011 ... 25
8. Pembagian Jumlah Tenaga Kerja Taman Burung TMII Tahun 2012... 40
9. Jenis, Jumlah, dan Kondisi Peralatan Taman di Taman Burung TMII... 65
10. Jenis Peralatan dan Masa Efektivnya... 66
11. Kapasitas dan Efektivitas Kerja Kegiatan Pemeliharaan Taman di Taman Burung TMII ... 67
12. Tingkat Kepentingan Faktor Internal Taman Burung TMII ... 85
13. Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal Taman Burung TMII ... 85
14. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Taman Burung TMII ... 85
15. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Taman Burung TMII... 85
16. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Taman Burung TMII ... 86
17. Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) Taman Burung TMII... 86
18. Matriks SWOT untuk Membentuk Alternatif ... 88
19. Ranking Alternatif Strategi ... 89
20. Jumlah Kebutuhan Tenaga Kerja Unit Taman dan Unit Kubah ... 92
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner Karakter dan Persepsi Pengunjung ... 103
2. Hasil Perhitungan Kuesioner Karakter dan Persepsi Pengunjung ... 105
3. Daftar Koleksi Tanaman Taman Burung Tahun TMII 2012 ... 107
4. Daftar Koleksi Burung Taman Burung TMI Tahun 2012 ... 113
5. Peta Topografi Taman Burung TMII ... 120
6. Site plan Kawasan Taman Burung TMII ... 121
7. Kondisi Saat ini Kawasan Taman Burung TMII ... 122
8. Standar Operasional Pelaksanaan Divisi Teknik dan Taman ... 123
9. Contoh Surat Permohonan Kebutuhan ke Pihak TMII ... 124
10. Rancangan Anggaran Belanja Taman Burung Tahun 2012 ... 125
11. Penghitungan Kebutuhan Tenaga Kerja ... 127
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Burung merupakan salah satu kelompok hewan yang paling populer, hal ini
ditunjukkan oleh banyaknya orang yang senang melakukan bird-watching.
Keanekaragaman jenis burung dengan nilai estetika, nilai ilmiah, dan nilai ekologi
yang dimilikinya menjadi suatu hal yang menarik. Sekitar 1.598 spesies dari
beragam jenis burung dapat ditemukan di berbagai wilayah Indonesia. Jumlah
tersebut menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara nomor empat terkaya
di dunia akan jumlah spesies burungnya. Tercatat sebanyak 372 spesies di
antaranya merupakan jenis burung endemik dan sebanyak 118 spesies burung
dikategorikan terancam punah (Sukmantoro et al., 2007). Perburuan liar serta
penyusutan habitat burung merupakan faktor yang memicu ancaman kepunahan
dari spesies burung-burung tersebut.
Konservasi terhadap spesies burung dilakukan dalam upaya pelestarian
keberadaan burung. Upaya ini dapat dilakukan dengan kegiatan penangkaran
ataupun koleksi burung pada habitat yang dibuat menyerupai aslinya. Taman Mini
Indonesia Indah (TMII) adalah kawasan wisata yang memperlihatkan berbagai
kebudayaan dan alam Indonesia termasuk kekayaan burung dengan adanya unit
wisata Taman Burung. Taman Burung TMII ini diharapkan dapat memberikan
pendidikan sebanyak mungkin kepada masyarakat untuk menyadari kekayaan
dunia burung yang dimiliki Indonesia dan ikut serta melestarikannya agar dapat
menikmati keindahannya dan membangkitkan rasa kreativitas sambil berekreasi.
Taman Burung TMII menjadi salah satu pilihan yang menarik untuk
berwisata pendidikan ataupun hanya sekedar berekreasi. Burung yang memiliki
bulu yang indah, kicauannya yang merdu, serta keelokan bentuk tubuhnya
menjadi potensi wisata yang menarik pengunjung datang ke taman satwa burung
ini. Selain memiliki potensi wisata, Taman Burung TMII juga berperan dalam
berbagai kegiatan penelitian ilmiah mengenai satwa liar dan berhasil
menangkarkan berbagai jenis burung.
Pengelolaan lanskap Taman Burung TMII merupakan hal yang menarik dan
taman sebagai habitat dari berbagai jenis burung yang tinggal di dalamnya. Selain
itu, kondisi lanskap Taman Burung TMII sebagai area wisata juga merupakan
faktor yang penting yang harus diperhatikan sebab lanskap yang baik akan
memberikan nilai tambah pada tapak tersebut. Oleh karena itu, diperlukan
pemahaman tentang pengelolaan lanskap suatu area wisata yang berfungsi sebagai
kawasan pelestarian ex-situ dan tetap dapat menyajikan keindahan tamannya
dengan baik. Pemahaman mengenai pengelolaan lanskap tersebut ditempuh
melalui kegiatan magang pada suatu taman satwa khusus, yaitu Taman Burung
TMII. Berbagai hal yang diamati dan dipelajari selama kegiatan magang
digunakan untuk merumuskan strategi pengelolaan lanskap Taman Burung TMII
sebagai bahan masukan bagi pihak pengelola dalam meningkatkan kualitas
pengelolaan lanskap Taman Burung TMII.
1.2 Tujuan
Tujuan dari kegiatan magang ini adalah sebagai berikut:
a. mendapatkan pengalaman dan menambah wawasan dalam mempelajari
kegiatan pengelolaan taman satwa burung, khususnya dalam hal usaha menjaga
kondisi lanskap Taman Burung TMII;
b. mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan dalam pengelolaan lanskap
Taman Burung TMII serta menyusun alternatif solusinya berupa rekomendasi
strategi pengelolaan yang terkait dengan pengembangan pengelolaan lanskap
Taman Burung TMII.
1.3 Manfaat
Berikut ini adalah manfaat dari kegiatan magang.
a. Mahasiswa memperoleh pengalaman dalam menghadapi kondisi lapangan
kerja yang sesungguhnya serta beragam pengetahuan mengenai pengelolaan
Taman Burung TMII.
b. Pihak pengelola Taman Burung TMII mendapatkan masukan mengenai strategi
pengelolaan lanskap untuk membantu meningkatkan kualitas pengelolaan
1.4 Kerangka Pikir
Pengelolaan lanskap Taman Burung TMII sebagai suatu kawasan
pelestarian burung secara ex-situ dipelajari dalam kegiatan magang dengan
melakukan identifikasi terhadap aspek pengelolaan, fisik serta biofisik, dan sosial.
Aspek-aspek tersebut dianalisis potensi serta kendalanya untuk menghasilkan
strategi pengelolaan lanskap Taman Burung TMII. Kerangka pikir kegiatan
magang pengelolaan lanskap Taman Burung TMII dapat dilihat pada Gambar 1.
Taman Satwa Khusus Sebagai Kawasan Pelestarian Ex-Situ
Taman Burung TMII
Kegiatan Magang
Aspek Pengelolaan Aspek Fisik dan Biofisik Aspek Sosial
Analisis Deskriptif Kualitatif Analisis Deskriptif Kuantitatif
Potensi dan Kendala
Perumusan SWOT (Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman)
Strategi Pengelolaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lanskap dan Taman
Menurut Simonds (1983), lanskap adalah suatu bentang alam yang memiliki
karakteristik tertentu yang dapat dinikmati keberadaannya melalui seluruh indera
yang dimiliki manusia. Lanskap juga diartikan sebagai bentang alam yang
elemen-elemen lanskapnya dibagi menjadi elemen-elemen utama dan elemen-
elemen penunjang. Elemen-elemen utama adalah elemen lanskap dominan yang
tidak dapat diubah, seperti bentukan-bentukan sungai, gunung, dan pantai.
Elemen-elemen penunjang adalah elemen-elemen lanskap yang dapat diubah,
seperti bukit-bukit, semak-semak, dan sungai-sungai kecil. Lanskap dikatakan
memiliki karakter lanskap alami jika di dalamnya terdapat suatu area yang
keharmonisan dan kesatuan antara elemen alaminya terlihat jelas seperti
bentukan-bentukan tanah, formasi bebatuan, vegetasi, dan kehidupan satwa
(animal life).
2.2 Taman dan Taman Satwa
Taman merupakan sebidang lahan yang ditata sedemikian rupa sehingga
mempunyai keindahan, kenyamanan, dan keamanan bagi pemilik atau
penggunanya. Taman juga dapat disebut garden, park, atau landscape, bergantung
pada skala dan bentuknya. Selain bernilai estetika, taman juga berfungsi sebagai
ruang terbuka hijau yang memiliki berbagai peran (Arifin dan Arifin, 2005).
Menurut Hernowo dan Prasetyo (1989), ruang terbuka hijau memiliki peran dalam
meningkatkan kualitas lingkungan. Selain itu, ruang terbuka hijau juga berperan
sebagai tempat rekreasi dan merupakan salah satu komponen habitat berbagai
jenis satwa liar, terutama burung.
Taman satwa adalah suatu tempat atau wadah yang mempunyai fungsi
utama sebagai lembaga konservasi ex-situ yang melakukan usaha perawatan dan
penangkaran berbagai jenis satwa dalam rangka membentuk dan mengembangkan
habitat baru; sebagai sarana perlindungan dan pelestarian alam; sebagai sarana
pendidikan, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sarana rekreasi
(2000), taman satwa terdiri atas taman satwa umum dan taman satwa khusus.
Taman satwa umum memelihara berbagai jenis satwa liar seperti taman safari,
sedangkan taman satwa khusus memelihara koleksi khusus, seperti taman burung,
taman serangga, dan taman kupu-kupu.
2.3 Rekreasi dan Wisata
Rekreasi berasal dari dua kata dasar yaitu re dan kreasi, yang secara
keseluruhan berarti kembali menggunakan daya fikir untuk mencapai kesenangan
atau kepuasan melalui suatu kegiatan. Rekreasi menurut Gold (1980) adalah
kegiatan di waktu senggang yang dijalankan dengan kepuasan atau sesuatu yang
terjadi sebagai hasil dari pengalaman rekreasi tersebut. Rekreasi dapat dilakukan
secara perorangan ataupun dalam kelompok, dan tidak dibatasi oleh kemampuan
seseorang.
Berdasarkan Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan,
wisata didefinisikan sebagai perjalanan atau sebagian dari kegiatan yang
dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan
daya tarik wisata. Menurut Damanik dan Weber (2006), potensi wisata adalah
semua objek yang memerlukan banyak penanganan agar dapat memberikan nilai
daya tarik bagi wisatawan. Elemen penawaran wisata sering disebut sebagai triple
A’s yang terdiri dari attraction (atraksi), accessibility (aksesibilitas), dan amenity
(amenitas). Atraksi merupakan objek wisata (baik bersifat tangible maupun
intangible) yang memberikan kenikmatan kepada wisatawan. Atraksi dapat dibagi
menjadi tiga, yakni alam, budaya, dan buatan. Yang tergolong pada atraksi
buatan, antara lain, Kebun Raya Bogor, Taman Safari, dan Taman Impian Jaya
Ancol (Damanik dan Weber, 2006). Pendit (1994) menyatakan bahwa atraksi
wisata adalah segala sesuatu yang menarik perhatian dan bernilai untuk
dikunjungi dan dilihat. Atraksi wisata lazim pula dinamakan objek wisata.
Menurut Yanto (2011), wisata taman diciptakan untuk memberikan fasilitas
kepada masyarakat akan rekreasi yang menyajikan keindahan alam,
keanekaragaman flora dan fauna, serta fasilitas-fasilitas yang tersedia.
Pada umumnya, rekreasi dan wisata memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk
mendapat kenikmatan dan penyegaran kembali mental dan fisik. Tempat tujuan
dapat menarik keinginan untuk berekreasi. Setiap ruang umum dan pribadi yang
diperuntukkan bagi penggunaan rekreasi merupakan area rekreasi, dan taman
adalah setiap lahan umum atau pribadi yang diperuntukkan bagi estetika, edukasi,
atau kebudayaan (Gold, 1980).
2.4 Pengelolaan dan Pemeliharaan Lanskap
Manajemen atau pengelolaan adalah proses penyusunan dan pemeliharaan
lingkungan tempat individu-individu bekerja secara bersama dalam suatu
kelompok, yang berupaya memenuhi suatu tujuan secara efisien (Koontz dan
Weihrich, 2006). Wright (1982) menyatakan bahwa pengelolaan taman berkaitan
dengan perencanaan jangka panjang mengenai kebijakan dan staf organisasi dan
peralatan untuk mencapai pemeliharaan yang efisien. Menurut Parker dan Bryan
(1989), proses dalam pengelolaan dapat diurutkan menjadi empat tahap berikut:
a. penetapan objek yang akan dikelola;
b. perencanaan kegiatan pengelolaan;
c. pelaksanaan kegiatan pengelolaan;
d. pemantauan dan perbaikan rencana pengelolaan yang diperlukan.
Rencana pengelolaan merupakan elemen penting dalam menjabarkan
langkah-langkah kegiatan pemeliharaan agar dapat didiskusikan terlebih dahulu
dan mencari alternatif solusi jika diperlukan serta menentukan pembagian kerja
selanjutnya. Dalam pengelolaan lanskap, proses pelaksanaan pengelolaan atau
kegiatan pemeliharaan sehari-hari adalah bagian yang paling memakan banyak
waktu, energi, serta biaya. Efisiensi dalam pemeliharaan sehari-hari sangat
berpengaruh terhadap biaya. Metode dan intensitas dari pemeliharaan juga
kadang-kadang akan memiliki pengaruh yang sangat besar pada biaya
pemeliharaan. Pada umumnya, lebih alami atau informal suatu pola dari objek
yang akan dikelola, semakin rendah biaya pemeliharaannya. Sebaliknya, objek
yang lebih formal atau semakin tidak alami akan memerlukan biaya yang lebih
mahal (Parker dan Bryan, 1989).
Kegiatan pemeliharaan lanskap merupakan kegiatan yang dimaksudkan
untuk menjaga dan merawat areal lanskap dengan segala fasilitas yang ada di
dalamnya agar kondisinya tetap baik dan sedapat mungkin mempertahankan
1984). Menurut Arifin dan Arifin (2005), terdapat dua jenis pemeliharaan lanskap,
yaitu pemeliharaan ideal dan pemeliharaan fisik. Pemeliharaan ideal mengacu
pada tujuan dan rancangan atau desain semula, sedangkan pemeliharaan fisik
meliputi pekerjaan untuk tetap menjaga keindahan, keasrian, kenyamanan, dan
keamanan taman. Sternloff dan Warren (1984) menyatakan bahwa untuk
mencapai manajemen pemeliharaan yang efektif terdapat beberapa prinsip
pemeliharaan taman sebagai berikut.
a. Tujuan dan standar pemeliharaan harus ditetapkan.
b. Pemeliharaan harus dilaksanakan secara ekonomis dalam aspek waktu, tenaga
kerja, peralatan, dan bahan.
c. Operasional pemeliharaan hendaknya didasari pada rencana pemeliharaan yang
logis.
d. Jadwal pekerjaan pemeliharaan harus didasari pada kebijaksanaan dan
prioritas.
e. Pengelola pemeliharaan hendaknya menekankan pada pemeliharaan
pencegahan.
f. Pengelola pemelihara harus terorganisir dengan baik.
g. Pengelola taman rekreasi harus memiliki sumber dana yang cukup untuk
mendukung program pemeliharaan.
h. Pengelola taman rekreasi harus menyediakan tenaga kerja yang cukup untuk
melaksanakan fungsi-fungsi pemeliharaan.
i. Program pemeliharaan harus didesain untuk melindungi lingkungan alami.
j. Pengelola pemeliharaan harus bertanggung jawab terhadap keamanan umum
dan pegawai pemeliharaan.
k. Dalam desain dan konstruksi dari suatu taman rekreasi dan fasilitasnya,
pemeliharaan hendaknya menjadi pertimbangan utama saat pembangunan.
l. Para pegawai pemeliharaan bertanggung jawab terhadap pencitraan khalayak
umum dan pengelola taman rekreasi.
Sternloff dan Warren (1984) juga menjelaskan bahwa pengelolaan yang
baik seharusnya dapat merencanakan program pemeliharaan dengan
a. menginventaris dan mengidentifikasi fasilitas dan peralatan taman yang
dipelihara;
b. membuat perencanaan pemeliharaan rutin;
c. membuat perencanaan alat-alat yang digunakan untuk pemeliharaan tidak rutin
atau yang bersifat insidental;
d. merencanakan jadwal dan cara pemeliharaan pencegahan untuk mengatasi
keadaan yang mungkin mempercepat kerusakan taman;
e. membuat jadwal tanggung jawab penugasan perorangan, kelompok, atau
penyerahan tugas kepada kontraktor;
f. melakukan pengawasan terhadap sistem pekerjaan perencanaan dan
perancangan, ketepatan jadwal pekerjaan pemeliharaan, serta kapasitas
pekerjaan;
g. membuat sistem analisis biaya pemeliharaan.
Pada pengelolaan lanskap diperlukan pula perhatian terhadap daya dukung.
Daya dukung adalah konsep dasar di dalam pengelolaan lanskap dan sumber daya
alam yang merupakan batas penggunaan suatu area (Arifin et al., 2009). Batas
penggunaan suatu areal lanskap tersebut terkait dengan pengelolaan jumlah
pengunjung. Suatu wisata taman seperti taman burung memiliki kapasitas tertentu
untuk diakses oleh pengunjung. Menurut Nurisjah, Pramukanto, dan Wibowo
(2003), pertimbangan terhadap kenyamanan dan kepuasan pengunjung atas
sumber daya wisata yang ditawarkan serta perlindungan terhadap sumber daya
wisatanya itu sendiri merupakan hal yang penting dalam pengelolaan suatu area
wisata.
2.5 Burung dan Pengelolaan Habitatnya
Burung merupakan hewan vertebrata yang bersayap, berkaki dua, berdarah
panas, dan bertelur. Hewan ini mudah beradaptasi dan bersifat kosmopolitan
sehingga burung terdapat di berbagai bagian dunia, dari kawasan gurun hingga
kutub utara, dari permukaan laut hingga pegunungan tinggi, dan dari daerah hutan
belantara hingga daerah perkotaan yang padat penduduk. Terdapat lebih dari
8.600 spesies burung yang diketahui dan terbagi ke dalam 27 ordo, antara lain,
burung pemburu yang memiliki paruh menukik dan cakar tajam, burung pantai
pelatuk yang berparuh seperti pahat dengan tipe kaki penggenggam, burung air
yang mempunyai jari bersirip dan paruh lebar, penguin yang memodifikasi sayap
seperti dayung, dan burung pengicau yang memiliki tipe kaki untuk bertengger.
Berbagai jenis burung ini secara ilmiah digolongkan ke dalam kelas Aves
(Collins, 1975).
Burung merupakan salah satu satwa liar yang perlu dilestarikan karena
mempunyai banyak manfaat, antara lain, 1) membantu mengendalikan serangga
hama; 2) membantu proses penyerbukan bunga; 3) mempunyai nilai ekonomi
yang lumayan tinggi; 4) memiliki suara yang khas yang dapat menimbulkan
suasana yang menyenangkan; 5) menjadi sarana untuk berbagai atraksi rekreasi;
6) menjadi objek pendidikan dan penelitian (Hernowo dan Prasetyo, 1989). Upaya
terhadap kelestarian burung dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan
konservasi. Konservasi burung dapat dilakukan baik secara in-situ (di dalam
habitat alaminya) maupun ex-situ (di luar habitat alaminya). Menurut Alikodra
dalam Ontario et al. (1991), habitat merupakan tempat hidup suatu organisme
yang dapat digunakan untuk mencari makan, minum, berlindung, bermain, dan
berkembang biak. Konservasi burung secara ex-situ dapat dilakukan dengan
membuat penangkaran yang menyerupai habitat alaminya. Abas dalam Ontario et
al. (1991) menyebutkan bahwa makanan, air, pelindung, dan ruang lingkup
merupakan kebutuhan yang penting bagi kehidupan burung. Ruang lingkup dapat
berupa komposisi jenis satwa liar lain di sekitarnya, faktor fisik yaitu suhu,
kelembaban, cahaya, ketinggian tempat, dan keadaan tumbuhan yang ada serta
pengaruh manusia.
Berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999 tentang pengawetan jenis tumbuhan dan
satwa, kegiatan koleksi dan penangkaran burung di daerah merupakan bagian dari
pengelolaan di luar habitat (ex-situ) dengan maksud menyelamatkan sumber daya
genetik dan populasi jenis satwa burung. Kegiatan tersebut meliputi pula
pemeliharaan, perkembangbiakan, serta penelitian dan pengembangannya.
Kegiatan pemeliharaan burung (sebagai bagian dari kekayaan jenis flora fauna) di
luar habitat wajib memenuhi syarat sebagai berikut: 1) memenuhi standar
kesehatan satwa burung; 2) menyediakan tempat yang cukup luas; 3) memberikan
dalam bidang medis dan pemeliharaan. Setio dan Takandjandji (2007)
menyatakan bahwa kegiatan penangkaran burung tidak hanya sekedar untuk
kegiatan konservasi jenis dan peningkatan populasi, tetapi juga dapat
dimanfaatkan untuk pendidikan, penelitian, dan pengembangan wisata.
Pengelolaan habitat merupakan suatu manipulasi habitat untuk menyediakan
kondisi yang cocok bagi hewan yang ingin dilindungi, atau dalam beberapa kasus
untuk mengurangi jumlah spesies yang dianggap sebagai hama. Kebanyakan
pengelolaan habitat burung dilakukan dengan menanam struktur vegetasi yang
sesuai dengan habitat alaminya, meningkatkan ketersediaan pangan, dan
memberikan daerah bersarang yang cocok bagi burung-burung (Sutherland,
Newton, dan Green, 2004). Pengelolaan habitat di taman burung dilakukan
terhadap lingkungan biologi dan lingkungan fisik. Pada lingkungan biologi,
pengelolaan dilakukan pada habitat hidup burung yang di dalamnya terdapat
tumbuhan (baik yang ditanam maupun tumbuh alami) dengan populasi, kerapatan,
dan arsitektur tajuk yang mendekati habitat alami, yang akan menciptakan iklim
mikro dan suasana teduh yang disukai oleh burung-burung. Tumbuhan yang
cocok untuk menyiapkan lingkungan alami tersebut memiliki karakter sebagai
berikut:
a. memiliki buah yang dapat dijadikan sumber pakan burung;
b. merupakan tumbuhan yang berbuah sepanjang tahun;
c. memiliki percabangan yang lateral/horizontal;
d. memiliki tajuk yang tidak harus selalu tinggi dan juga tidak harus selalu lebat
(terutama untuk pengaturan cahaya matahari);
e. merupakan jenis tumbuhan yang tidak berduri tajam, bergetah lengket, atau
beracun.
Pada lingkungan fisik, pengelolaan dilakukan terhadap kandang atau
sangkar dalam hal kebersihan kandang, pemilihan lokasi kandang, bentuk dan
ukuran kandang, dan jenis peruntukan kandang yang sesuai agar burung tetap
BAB III
METODOLOGI
3.1 Lokasi dan Waktu Magang
Kegiatan magang dilaksanakan di Taman Burung, Taman Mini Indonesia
Indah (TMII) (Gambar 3). Lokasi Taman Burung TMII ini berada di Kompleks
TMII, Jalan Pondok Gede Raya, Pintu TMII II (Gambar 4), Jakarta Timur
(Gambar 2). Kegiatan magang dilakukan selama empat bulan dari bulan Maret
hingga bulan Juni 2012.
Gambar 2. Peta Jakarta Timur Gambar 3. Pata Lokasi Taman Mini Indonesia (Anonim, 2010b) Indah (Anonim, 2011)
Gambar 4. Lokasi Taman Burung dalam Peta Taman Mini Indonesia Indah (Anonim, 2010a)
3.2 Batasan Studi
Pelaksanaan magang berada dalam ruang lingkup pengelolaan lanskap
Taman Burung TMII. Kegiatan pengelolaan yang dilakukan meliputi proses-
proses program pemeliharaan yang mencakup pengelolaan dari pelaksanaan dan
3.3 Metode Kerja
Kegiatan magang dilakukan dengan cara mengumpulkan data, baik data
primer maupun sekunder yang berkaitan dengan pengelolaan lanskap Taman
Burung TMII. Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode berikut:
a. metode survei atau turun lapang secara langsung, yaitu mengikuti setiap
kegiatan pengelolaan dengan melakukan pengamatan, pencatatan, dan ikut
berpartisipasi aktif dalam kegiatan pengelolaan lanskap di Taman Burung
TMII sesuai dengan sistem tata kerja atau peraturan-peraturan yang berlaku
dan bekerja langsung di bawah arahan dan pantauan pengelola;
b. wawancara, yaitu mendapatkan informasi mengenai sistem pengelolaan dari
staf atau tenaga kerja di Taman Burung TMII.
Data sekunder dikumpulkan melalui studi literatur mengenai pengelolaan yang
terkait dalam pengelolaan lanskap area wisata dan rekreasi khususnya taman
satwa.
Selama kegiatan magang, kegiatan pengelolaan lanskap yang dipelajari dan
diikuti oleh mahasiswa di Taman Burung TMII meliputi hal-hal berikut.
a. Kelembagaan serta Kondisi Lapang
Kegiatan ini meliputi pengenalan dengan pihak pengelola Taman Burung
TMII serta struktur organisasinya, pengenalan profil serta sejarah perusahaan
(Taman Burung TMII), dan pengenalan kondisi lapang.
b. Kegiatan Administrasi
Pada kegiatan ini mahasiswa mempelajari struktur dan organisasi
perusahaan, terutama berbagai pihak yang berperan di bidang pengelolaan
lanskap, mempelajari sistem kerja serta mekanisme kerjanya dalam menjalankan
program dan penjadwalan pengelolaan di lapangan, mempelajari permasalahan
yang dialami dalam pengelolaan, dan mempelajari bagaimana Taman Burung
TMII menghadapi dan menyelesaikan permasalahan pengelolaan yang ada.
c. Kegiatan Pengelolaan
Mahasiswa mengikuti proses pengelolaan yang telah ditetapkan oleh pihak
pengelola Taman Burung TMII untuk mengetahui informasi yang faktual terhadap
kegiatan pengelolaan. Kegiatan pengelolaan dominan dilakukan di lapang secara
kegiatan pelaksanaan dan pemeliharaan fisik. Pada kegiatan ini dilakukan
pengamatan terhadap kinerja pekerja, kapasitas kerja, efektivitas serta efisiensi
waktu dalam melakukan pekerjaan, dan lain-lain. Pada kegiatan pemeliharaan
fisik dilakukan pada elemen lunak (tanaman) dan elemen keras. Pemeliharaan
pada elemen lunak yang dilakukan meliputi penyiraman, pemangkasan,
pendangiran dan penyiangan gulma, pengendalian hama dan penyakit,
penyulaman tanaman, pemupukan, dan pembibitan. Pemeliharaan terhadap
elemen keras dalam taman meliputi perawatan serta kebersihan elemen taman
baik sangkar maupun komponen taman lainnya. Selain itu, kegiatan di lapang juga
dilakukan untuk pengambilan data penunjang seperti aspek fisik, biofisik, serta
aspek sosial.
d. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan meliputi data yang terkait dengan aspek
pengelolaan, aspek fisik dan biofisik, dan aspek sosial. Pada aspek pengelolaan,
dikumpulkan data mengenai kelembagaan, yaitu profil perusahaan, sejarah
perusahaan, struktur organisasi, serta data mengenai manajemen, yaitu sistem
kerja divisi baik penjadwalan kerja maupun data tenaga kerja dan seluruh data
yang berhubungan dengan kegiatan pengerjaan pengelolaan lanskap Taman
Burung TMII. Aspek fisik dan biofisik terdiri atas data letak, luas wilayah dan
aksesibilitas, iklim, topografi dan jenis tanah, hidrologi, vegetasi, dan satwa. Pada
aspek sosial dilakukan pengambilan data terhadap karakter dan persepsi
pengunjung dengan cara wawancara dan penyebaran kuesioner terkait kondisi
lanskap Taman Burung TMII. Seluruh data yang dikumpulkan adalah data yang
menunjang sebagai bahan analisis strategi pengelolaan lanskap Taman Burung
TMII dan sebagai bahan laporan dari kegiatan magang. Jenis-jenis data yang
dikumpulkan serta sumber pengambilan data dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jenis-Jenis Data yang Dikumpulkan dan Sumber serta Pemanfaatannya
No Jenis data Unit Sumber Analisis Kegunaan
Aspek Kelembagaan
1. Profil dan sejarah - Pihak pengelola Analisis Data
perusahaan deskriptif penunjang
2. Struktur dan organisasi - Pihak pengelola
Luas area Pihak pengelola
Tabel 1. Jenis-Jenis Data yang Dikumpulkan dan Sumber serta Pemanfaatannya
(Lanjutan)
Aspek Fisik & Biofisik
1. Letak dan batas wilayah Koordinat Pihak pengelola
2. m2 Daya
dukung
Mengetahui kapasitas
3. Vegetasi Spesies Observasi/Pihak Analisis lahan
pengelola deskriptif Mengetahui
4. Satwa Spesies Pihak pengelola kondisi
lanskap
5. Topografi - Observasi/Pihak
pengelola
6. Tanah - Observasi/Pihak
pengelola
7. Hidrologi - Observasi/Pihak
pengelola
Jumlah kunjungan Orang Pihak Pengelola Analisis Mengetahui
deskriptif besar
kuesioner yang datang
Jenis kelamin 3. Persepsi pengunjung
terhadap keindahan dan
- Wawancara/
kenyamanan lanskap keinginan
4. Keinginan pegunjung - Wawancara/ Analisis pengunjung
terhadap Taman Burung TMII (saran, prasarana, jenis atraksi, dll)
Inventaris fasilitas dan peralatan
Pihak pengelola Analisis deskriptif
Mengetahui kondisi dan
Tenaga kerja tujuan
3.4 Metode Analisis
3.4.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis
deskriptif kualitatif dilakukan terhadap data inventarisasi yang didapat melalui
studi pustaka, wawancara pengelola dan pengunjung, kuesioner, serta
pengamatan langsung untuk mendefinisikan masalah dan membandingkan sistem
pengelolaan lanskap di Taman Burung TMII dengan sistem pengelolaan lanskap
yang baik menurut teori pengelolaan yang ada. Analisis kuantitatif dilakukan
dengan mengolah data melalui proses penghitungan seperti penghitungan
kapasitas dan efektivitas kerja, hari orang kerja, dan daya dukung.
3.4.2 Analisis Daya Dukung
Salah satu model pendekatan untuk mempertahankan kelestarian,
keberadaan, atau optimasi manfaat dari sumber daya alam, sumber daya lanskap,
dan lingkungan adalah dengan melakukan pendekatan atau penilaian terhadap
daya dukung atau carrying capacity-nya. Pendekatan ini juga digunakan untuk
meminimalkan kerusakannya atau membatasi penggunaannya. Penilaian daya
dukung dilakukan pada pengelolaan areal yang digunakan untuk kegiatan rekreasi
alam yang dikenal sebagai daya dukung kawasan rekreasi atau recreation
capacity, yaitu jumlah individu atau pengunjung yang dapat ditampung pada suatu
kawasan rekreasi (Nurisjah, Pramukanto, dan Wibowo, 2003). Perhitungan jumlah
pengunjung maksimal untuk rekreasi menggunakan rumus berikut:
dengan
DD = daya dukung;
A = luas area yang digunakan untuk rekreasi (m2);
B = luas area yang dibutuhkan oleh seorang pengunjung untuk berekreasi
dengan tetap memperoleh kepuasan (m2);
Rf = faktor rotasi (jam kunjungan per hari/rata-rata waktu kunjungan).
3.4.3 Analisis Karakter dan Persepsi Pengunjung
Analisis ini dilakukan dari hasil pengumpulan data melalui wawancara dan
Wawancara dan kuesioner dilakukan pada pengunjung yang tidak sedang
melakukan aktivitas secara aktif. Hasil dari kuesioner ini akan menunjukkan
karakteristik, persepsi, serta kepuasan pengunjung terhadap kondisi lanksap
Taman Burung TMII. Kuesioner karakter dan persepsi pengunjung dapat dilihat
pada Lampiran 1.
3.4.4 Analisis SWOT
Analisis yang digunakan untuk menghasilkan strategi pengelolaan lanskap
Taman Burung TMII adalah analisis SWOT (strength, weakness, opportunity,
threat). Analisis ini dilakukan dengan melihat hubungan faktor internal (kekuatan
dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) yang dimiliki Taman
Burung TMII dalam rangka menentukan alternatif strategi untuk mengembangkan
kualitas pengelolaan lanskap Taman Burung TMII. Menurut Rangkuti (1997),
analisis SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan
(strenght) dan peluang (opportunity), tetapi secara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threat). Berikut ini analisis
tahapan kerja dalam analisis SWOT.
a. Pengidentifikasian Faktor Internal dan Faktor Eksternal
Identifikasi faktor internal (IFE) dilakukan dengan menetapkan kekuatan
dan kelemahan yang dimiliki Taman Burung TMII dengan mendaftarkan semua
kekuatan dan kelemahannya. Identifikasi faktor eksternal (EFE) dilakukan dengan
melihat peluang dan ancaman yang dihadapi Taman Burung TMII dengan
mendaftarkan semua peluang dan ancamannya (David, 2008). Faktor-faktor
tersebut diperoleh berdasarkan hasil diskusi dengan pihak pengelola dan hasil dari
analisis beberapa aspek dalam pengelolaan lanskap Taman Burung TMII.
b. Penentuan Bobot Faktor Internal dan Eksternal
Setiap faktor yang telah diidentifikasi diberi simbol untuk mempermudah
dalam melakukan pembobotan di tahap selanjutnya. Pemberian bobot dilakukan
sesuai dengan tingkat kepentingannya terhadap pengelolaan Taman Burung TMII.
Tingkat kepentingannya ditentukan melalui hasil diskusi dengan pihak pengelola.
Bobot setiap faktor internal dan eksternal dilakukan dengan metode Paired
internal dan eksternal dapat dilihat pada Tabel 2. Skala yang digunakan untuk
menentukan bobot setiap faktor adalah sebagai berikut:
1. bobot 1, indikator faktor horizontal kurang penting jika dibandingkan
dengan indikator faktor vertikal;
2. bobot 2, indikator faktor horizontal sama penting dengan indikator
faktor vertikal;
3. bobot 3, indikator faktor horizontal lebih penting jika dibandingkan
dengan indikator faktor vertikal;
4. bobot 4, indikator faktor horizontal sangat penting jika dibandingkan
dengan indikator faktor vertikal.
Tabel 2. Penilaian Bobot Faktor Strategi Internal dan Eksternal
Faktor
Internal/Eksternal A B C D E Total Bobot
A x1 1
B x2 2
C x3 3
D x4 4
E x5 5
Total
Bobot setiap faktor diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap
jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus Kinnear dan
Taylor (1991):
dengan
= bobot variabel ke-i;
= nilai variabel ke-i;
i = 1,2,3,4,….i;
n = jumlah variabel.
c. Penentuan peringkat (rating)
Setelah tahap pembobotan, penulis menentukan peringkat setiap faktor
berdasarkan kepentingannya masing-masing dengan skala nilai 1-4. Nilai
negatif (kelemahan dan ancaman) (Rangkuti, 1997). Pada faktor positif, semakin
besar atau penting kekuatan dan peluangnya, semakin besar pula nilai yang
diberikan, sedangkan penilaian pada faktor negatif adalah sebaliknya, semakin
besar kelemahan dan ancamannya, semakin kecil nilai yang diberikan.
Selanjutnya, peringkat yang diberikan pada setiap faktor dikalikan dengan bobot
untuk mendapatkan skor pembobotan (Tabel 3 dan 4). Total nilai skor
pembobotan yang diperoleh dari matriks IFE dan EFE kemudian diposisikan pada
matriks internal dan eksternal (IE) (Gambar 5).
Tabel 3. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)
Kelemahan (Weaknesses) W1
Tabel 4. Matriks External Factor Evaluation (EFE)
Simbol Faktor Internal Bobot Rating Skor
d. Alternatif Strategi
Pada tahap ini dilakukan penyusunan alternatif strategi pengelolaan yang
digambarkan melalui matrik SWOT dengan melihat hubungan dan keterkaitan
setiap faktor SWOT yang dimiliki (Tabel 5).
e. Penentuan Ranking pada Alternatif Strategi
Dari beberapa alternatif strategi yang dihasilkan, ditentukan peringkatnya
untuk mengetahui prioritas dari setiap strategi. Prioritas strategi dilakukan dengan
menjumlahkan semua skor dari faktor yang mempengaruhinya. Semakin besar
jumlah skor yang dihasilkan, semakin tinggi peringkatnya atau semakin besar
prioritasnya (Tabel 6). Agar lebih jelas dan rinci, setiap strategi tersebut
dijabarkan kembali sebagai rekomendasi bagi pihak pengelola.
Tabel 6. Ranking Alternatif Strategi
Alternatif Strategi Keterkaitan SWOT Skor Ranking
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Umum
4.1.1 Latar Belakang dan Sejarah
Taman Mini Indonesia Indah (TMII) merupakan suatu objek wisata yang
memiliki misi dalam memperkenalkan Indonesia secara utuh, yaitu mencakup
berbagai aspek baik seni, budaya, penduduk, sosial, ekonomi, maupun kekayaan
sumber daya hayati khususnya flora dan fauna yang ragamnya sangat melimpah.
Kehadiran Taman Burung TMII sebagai bagian intergral dari TMII yang
menyajikan keanekaragaman sumber daya hayati, terutama satwa burung, sangat
relevan dengan misi utama TMII untuk memperkenalkan Indonesia secara lebih
utuh. Banyaknya orang Indonesia yang belum mengetahui secara jelas mengenai
kekayaan jenis-jenis burung yang menghuni kawasan Nusantara menyebabkan
populasi burung Indonesia kian hari kian mendapat tekanan yang semakin berat
baik karena kegiatan perburuan maupun penyusutan habitat akibat kerusakan
lingkungan alaminya. Hal tersebutlah yang mendasari pemikiran dalam
penggagasan terciptanya taman satwa khusus burung ini.
Pada awalnya Taman Burung TMII yang merupakan gagasan besar dari
Almarhumah Ibu Siti Hartinah Soeharto hanya memiliki satu kubah yang
diresmikan pada tanggal 19 Agustus 1976 oleh mantan Presiden Republik
Indonesia, Almarhum Bapak Soeharto. Beberapa tahun kemudian dilakukan
pengembangan area Taman Burung TMII baik perluasan lahan maupun
konsepsinya. Hasil pengembangan yang telah meningkatkan luasan kawasannya
dari sekitar 6.000 m2 menjadi 6 ha dan menambah jumlah kubah dari hanya satu
menjadi sembilan kubah diresmikan pada tanggal 27 April 1987. Selanjutnya,
lokasi Taman Burung TMII lama diresmikan sebagai Taman Konservasi
Nusantara pada tahun 2010 sebagai bagian dari Taman Burung TMII yang juga
menampilkan koleksi berbagai jenis burung dari Indonesia.
Selama beberapa puluh tahun berdiri, Taman Burung TMII yang telah
banyak melalui masa-masa kejayaan juga tidak lepas dari masa-masa sulit yang
dampaknya masih dapat dirasakan hingga saat ini. Isu merebaknya flu burung
Hal ini telah menyebabkan terjadinya penurunan pengunjung yang sangat drastis
walaupun burung-burung yang dipelihara di taman satwa burung ini terbukti tidak
terinfeksi virus tersebut. Akibatnya, Taman Burung TMII mengalami kesulitan
dana sehingga kondisinya sempat jatuh dengan berkurangnya tenaga kerja, tidak
terawatnya beberapa fasilitas, kondisi taman yang menurun, dan juga
berkurangnya jumlah koleksi burung yang ada. Atas dasar berbagai pertimbangan
serta kondisi yang dialaminya tersebut, Taman Burung TMII yang tadinya berdiri
sendiri kemudian memutuskan untuk ikut bergabung dan berada di bawah
pengelolaan TMII, yaitu Yayasan Harapan Kita. Setelah penggabungan, TMII
menugaskan Taman Burung TMII untuk ikut mengelola Taman Ayam Hias
Nusantara TMII yang memiliki sejarah hampir sama dengan Taman Burung TMII,
yaitu dalam membantu kegiatan administrasi seperti penyusunan anggaran biaya
dan pengajuan kebutuhan pemeliharaan. Kini Taman Burung TMII sedang
membangun kembali untuk menjadi wahana wisata dan rekreasi yang menarik
bagi pengunjung serta tetap hadir sebagai wahana pelestarian berbagai jenis
burung di Indonesia sebagaimana Keputusan Menteri No. 172/Kpts-II/2001 jo.
Sk.229/Menhut-II/2010 mengenai pemberian izin Lembaga Konservasi untuk
Taman Satwa Khusus kepada TMII.
Taman Burung TMII sebagai wahana konservasi ex-situ dan wahana
rekreasi memiliki tugas serta fungsi pokok yang cukup kompleks untuk
mewujudkan konsep taman satwa khusus modern, yaitu sebagai berikut:
a. sebagai sarana wisata, dengan misi khusus mengenalkan keanekaragaman
burung kepada masyarakat Indonesia dan wisatawan mancanegara;
b. sebagai wahana pelestarian, khususnya pelestarian ex-situ berbagai jenis
burung, terutama jenis-jenis asli Indonesia melalui program pengelolaan
koleksi dan penangkaran serta pengembangan koleksi tumbuhan;
c. sebagai sarana penelitian, baik yang menyangkut kegiatan penelitian di
laboratorium maupun kegiatan pengamatan di lapangan (kubah-kubah) yang
dilakukan oleh staf Taman Burung atau oleh peneliti dari luar;
d. sebagai sarana pendidikan, baik yang menyangkut pendidikan biologi dasar
mengenai satwa burung atau tumbuhannya maupun pemahaman mengenai
4.1.2 Lokasi dan Aksesibilitas
Taman Burung TMII berlokasi di dalam kawasan Taman Mini Indonesia
Indah (TMII) yang berada di bawah daerah administrasi 4 kelurahan dan 3
kecamatan, yaitu Kelurahan Bambu Apus dan Ceger di Kecamatan Cipayung,
Kelurahan Kampung Dukuh di Kecamatan Kramat Jati, dan Kelurahan Pinang
Ranti di Kecamatan Kampung Makasar, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta.
Secara geografis, Taman Burung TMII terletak di antara 6° - 7° LS dan 10° - 108°
BT. Letak Taman Burung TMII berada di area paling timur TMII, yaitu
berbatasan dengan Pintu 4 TMII (kompleks padepokan TMII), sebelah utara
berbatasan dengan pemukiman penduduk kelurahan Lubang Buaya, sebelah barat
berbatasan dengan rumah anjungan Sulawesi Tengah, dan sebelah selatan
berbatasan dengan Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Lokasi TMII berada kurang lebih 25 km dari Tugu Monas atau pusat Kota
Jakarta, 5 km dari Lapangan Terbang Halim Perdana Kusuma, dan 200 meter dari
Tol Jagorawi. Bagi pengunjung dari arah Jakarta ataupun daerah lainnya yang
menggunakan kendaraan umum, cukup banyak angkutan umum yang dapat
digunakan untuk sampai ke kawasan TMII dari beberapa terminal di Jakarta.
Terminal terdekat dari TMII adalah Kampung Rambutan dengan waktu tempuh
sekitar 15 menit. Akses terdekat ke Taman Burung TMII adalah melalui Pintu 4
TMII, sedangkan akses dari Pintu 1, 2 dan 3 TMII cukup jauh, yaitu sekitar 2 km
(Gambar 6). Walaupun jaraknya cukup jauh dari pintu utama, aksesnya cukup
mudah karena hanya dengan mengikuti jalur utama TMII yang memiliki sistem
satu arah akan ditemui lokasi Taman Burung TMII.