• Tidak ada hasil yang ditemukan

Landscape management of Taman Impian Jaya Ancol Recreation Park, North Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Landscape management of Taman Impian Jaya Ancol Recreation Park, North Jakarta"

Copied!
281
0
0

Teks penuh

(1)

JAYA ANCOL, JAKARTA UTARA

SYIVA PEBRIYANTI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengelolaan Lanskap Kawasan Rekreasi Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara”, adalah benar merupakan hasil karya sendiri dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi baik yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada Daftar Pustaka skripsi ini.

Bogor, Desember 2012

(3)

Landscape management of Taman Impian Jaya Ancol Recreation Park, North Jakarta Syiva Pebriyanti1, Nurhayati H.S. Arifin2

1

Mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, IPB 2

Staf Pengajar Departemen Arsitektur Lanskap, IPB

Abstract

The development of a city with the population increasing number, the rise of building developments, and accompanied by the society increasing activities make the green open space become less and cause the society life more fatigue. One form of the new environment to relieve fatigue is a recreation in open space. Taman Impian Jaya Ancol (TIJA) has succeed being a place with variety of recreation objects. The existence of Taman Impian Jaya Ancol recreation area has been long enough and the emergence of competition with other recreation areas makes TIJA equitable to keep the existence and the beauty of the landscape. The specific objectives of this internship is to learn the managerial management of landscape and participating actively in the landscape management and park maintenance, to analyze problems in landscape management activities,and to propose alternative solutions through landscape management plan. The method is active participating in the field by attending a various landscape management activitie, observation in field, interviews, and document study. Analysis of strategy formulation used include the IFE and EFE analysis, IE analysis, SWOT analysis, and provision rank of alternative strategic. From the results of IE analysis, it is known that the internal and external conditions of the Taman Impian is located on the cell V. These result suggest the region at well positioned to hold and maintain. There are 7 alternative strategies which are expected to be the recomendation for management landscape in the future.

(4)

RINGKASAN

SYIVA PEBRYANTI. Pengelolaan Lanskap Kawasan Rekreasi Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara. Dibimbing oleh NURHAYATI H.S ARIFIN.

Kegiatan magang yang dilakukan secara umum bertujuan mendapatkan pengetahuan dan pengalaman kerja praktis di bidang Arsitektur Lanskap. Tujuan khusus dari kegiatan magang ini adalah mempelajari manajerial pengelolaan lanskap dan pemeliharaan taman, menganalisis permasalahan, serta memberi masukan dalam bentuk strategi pengelolaan lanskap.

Kegiatan magang ini dilaksanakan sejak bulan Februari 2012 - Mei 2012, meliputi kegiatan lapang dan kegiatan administratif. Penulis di bawah bimbingan Bagian Taman & Kebersihan Taman Impian (Tampan) pada Departemen Utilitas & Kebersihan TIJA. Kegiatan lapang meliputi partisipasi aktif, survei lapang yang disertai dengan wawancara, dan penyebaran kuesioner. Kegiatan administratif meliputi penyiapan dokumen tender pekerjaan, pembuatan Surat Permintaan Barang (SPP) tanaman, dan pembuatan Bill of Quantity (BQ). Data yang dikumpulkan terdiri dari keseluruhan data yang berhubungan dengan pengelolaan lanskap Taman Impian. Analisis yang dilakukan meliputi analisis deskriptif terhadap pelaksanaan pengelolaan lanskap, analisis karakteristik dan persepsi pengunjung berdasarkan data kuesioner, dan tahapan formulasi strategi menggunakan analisis SWOT (Strength-Weakness-Opportunity-Threat) untuk menentukan alternatif strategi pengelolaan lanskap.

(5)

dengan sistem kontrak sudah cukup baik terlihat dengan adanya Surat Perjanjian Kerja (SPK).

Kegiatan pelaksanaan pemeliharaan yang dilakukan oleh kontrakor adalah pemeliharaan ideal dan pemeliharaan fisik. Pemeliharaan ideal mengacu pada konsep dasar pengelolaan lanskap dan bertujuan mempertahankan keutuhan desain dan perencanaan awal sebagai kawasan rekreasi dengan kualitas lanskap yang tinggi demi mencapai lanskap yang berkelanjutan dan dapat dinikmati di masa yang akan datang. Pemeliharaan fisik meliputi pembersihan area darat, pembersihan area laut, penyiraman, penyetikan dan pendangiran, pemangkasan, pemupukan, penyulaman, serta pengendalian hama dan penyakit. Secara umum kegiatan pemeliharaan di lapang masih terdapat pemeliharaan yang tidak sesuai dengan standar penampilan dan SOP kerja pemeliharaan Taman Impian sehingga perlu peningkatan terhadap kinerja dan kualitas fisiknya. Koordinasi antara pihak pengelola dan kontraktor telah terjalin dengan cukup baik dan lancar. Proses pengawasan dan evaluasi di TIJA berjalan dengan cukup baik. Penggunaan metode checklist diharapkan pengelola dapat melatih kedisiplinan kontraktor agar tidak terjadi keterlambatan dalam pelaksanaan pemeliharaan.

Berdasarkan analisis karakteristik dan persepsi pengunjung dengan 30 responden, sebanyak 87% responden mengunjungi TIJA dengan tujuan rekreasi/bermain. Dari tingkat kepuasan pengunjung saat datang dan berekreasi di TIJA, sebanyak 50% pengunjung menyatakan cukup puas. Pengunjung yang mengetahui keberadaan TIJA, sebanyak 47% pengunjung mengetahui TIJA dari teman. Sebagian pengunjung menyatakan bahwa kawasan rekreasi TIJA cukup indah (33.3%) dan cukup nyaman (33.3%). Namun, tidak sedikit yang menyatakan bahwa terdapat area yang kurang indah (50%) dan kurang nyaman (36.7%). Kondisi fasilitas seperti tempat duduk, toilet, tempat makan, tempat ibadah/mushola, tempat sampah, area parkir, dan shelter, sebagian besar pengunjung menyatakan cukup baik. Harapan pengunjung TIJA, sebanyak 44% pengunjung pada peningkatan kualitas fasilitas dan 33% pengunjung pada aspek lingkungan.

(6)

bermitra dengan kontraktor, pemasaran dan promosi yang sudah cukup aktif, pelaksanaan pemeliharaan dilakukan oleh tenaga kerja yang berpengalaman, konsep pengelolaan sampah Ancol Zero Waste, dan sistem manajerial administrasi tertata dengan baik, sedangkan faktor kelemahannya berupa SOP pemeliharaan yang belum berjalan secara efektif, terdapat situasi lanskap yang kurang indah dan nyaman, dan kondisi fasilitas rekreasi yang kurang baik. Faktor eksternal terdiri dari faktor peluang, yaitu lokasi rekreasi yang berada di tengah ibukota Jakarta, kemudahan aksesibilitas, adanya musim liburan, peningkatan wisatawan dimasa yang akan datang, dan kerjasama dengan berbagai pihak, dan faktor ancaman, yaitu adanya tingkat persaingan dengan kawasan rekreasi lain serta gangguan akibat faktor alam dan perubahan iklim.

Faktor internal dan eksternal tersebut didapat dari tahapan formulasi strategi yang kemudian dicocokkan menggunakan analisis matriks IE dan dimasukkan ke dalam matriks SWOT sehingga dihasilkan tujuh strategi pengelolaan lanskap Taman Impian yang sesuai untuk keberlanjutan lanskap rekreasi Taman Impian, yaitu 1) mempertahankan dan mengembangkan konsep Ancol Zero Waste sebagai bentuk pengelolaan lingkungan dalam kawasan rekreasi sehingga tetap terjaga kualitas dan kuantitas lanskap TIJA; 2) memperhatikan mobilitas pengunjung dengan pengaturan penempatan tenaga kerja disertai dengan peningkatan disiplin dalam pelaksanaan kegiatan pemeliharaan; 3) mempertahankan hubungan kerja sama yang baik dengan berbagai pihak dalam melestarikan lanskap rekreasi; 4) meningkatan sistem pengawasan dan pemantauan pekerjaan pemeliharaan dari pihak pengelola dalam koordinasi di lapang; 5) menyebarkan informasi mengenai pasang surut secara aktif serta mengenai cuaca dan iklim setiap waktunya; 6) menata lanskap yang menjadi daya tarik dan melakukan peningkatan pemeliharaan pada fasilitas; 7) meningkatkan intensitas pemasaran dan promosi.

(7)

® Hak Cipta Milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan IPB.

(8)

PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN REKREASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL, JAKARTA UTARA

SYIVA PEBRIYANTI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(9)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Pengelolaan Lanskap Kawasan Rekreasi Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara

Nama : Syiva Pebriyanti

NRP : A44080053

Program studi : Arsitektur Lanskap

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Nurhayati H.S. Arifin, M.Sc NIP 19620121 198601 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP 19480912 197412 2 001

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Jakarta pada 4 Februari 1991. Penulis merupakan anak ketiga dari lima bersaudara pasangan Achmad M. Anang dan Suhanah. Penulis memulai pendidikan formal di Taman Pendidikan Al-Qur’an Da’arul Fattah pada tahun 1994-1996. Pada tahun 2001 penulis lulus dari jenjang pendidikan dasar di MI RPDI Jakarta. Selanjutnya, pada tahun 2005 penulis lulus dari SMPN 15 Jakarta dan pada tahun 2008 penulis lulus dari SMAN 37 Jakarta.

(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt karena atas segala karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Pengelolaan Lanskap Kawasan Rekreasi Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara”. Pembuatan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi sebagai bagian dari skripsi untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian di IPB.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Nurhayati H.S. Arifin, MSc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak membantu dan memberikan masukan serta saran yang sangat berguna dalam penyelesaian skripsi ini;

2. Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, MAgr dan Dr. Syartinilia Wijaya, SP, MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan untuk perbaikan skripsi ini;

3. Dr. Ir. Setia Hadi, MS selaku dosen pembimbing akademik;

4. para pimpinan dan seluruh staf Departemen Utilitas & Kebersihan TIJA atas bimbingan dan bantuan dalam pengumpulan data selama kegiatan magang; 5. kedua orang tua (Anang dan Suhanah) serta keluarga tercinta (Selvi, Putra,

Syamsul dan Nanda) atas segala bantuan doa dan dukungannya;

6. Herman Trianto untuk segala bentuk dukungan, perhatian, inspirasi, kasih saying, dan semangat yang diberikan selama penyusunan skripsi;

7. Bebby, Irma, Arawinda, Diah, Fita, Mega, Caca, Fadila, Intan, Debby, Jesicha, dan Meilisa atas segala motivasi dan bantuannya;

8. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Arsitektur Lanskap IPB angkatan 45, atas kebersamaan dan kenangan yang tidak akan terlupakan;

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan yang telah membantu penulis menyelesaikan studi.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terkait dan membutuhkannya.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

1.3 Manfaat ... 2

1.4 Kerangka Pikir ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Lanskap Pantai ... 4

2.2 Lanskap dan Taman Rekreasi Pantai ... 4

2.3 Pengelolaan Lanskap dan Pemeliharaan Taman ... 6

III.METODOLOGI ... 12

3.1 Lokasi dan Waktu Magang ... 12

3.2 Metode ... 12

3.3 Batasan Studi ... 20

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

4.1 Kondisi Umum ... 21

4.1.1Deskripsi Umum Kawasan... 21

4.1.2Letak dan Luas Kawasan ... 22

4.1.3Aksesibilitas ... 22

4.1.4Aspek Biofisik ... 23

4.1.4.1 Iklim ... 23

4.1.4.2 Tanah dan Topografi ... 23

4.1.4.3 Hidrologi ... 24

4.1.4.4 Vegetasi dan Satwa ... 24

4.1.4.5 Visual (Kualitas Pemandangan) ... 25

4.1.5 Aspek Sosial Ekonomi ... 26

4.5.1.1 Sejarah Taman Impian Jaya Ancol ... 26

(13)

4.5.1.3 Pengunjung ... 27

4.2 Konsep Lanskap Taman Impian Jaya Ancol... 28

4.2.1Konsep Tata Ruang ... 29

4.2.1.1 Area Penerimaan/Gerbang ... 29

4.2.1.2 Area Parkir ... 31

4.2.1.3 Area Rekreasi Pantai ... 31

4.2.2Konsep Sirkulasi ... 36

4.2.3Konsep Tata Hijau/Taman ... 37

4.2.4Konsep Utilitas ... 39

4.2.5 Konsep Pengelolaan Sampah ... 41

4.3 Pengelolaan Lanskap Taman Impian Jaya Ancol ... 45

4.3.1Pengorganisasian Pengelolaan Lanskap... 45

4.3.1.1Struktur Organisasi Pengelolaan Lanskap ... 45

4.3.1.2Proses Tender Pekerjaan ... 46

4.3.1.3Administrasi Prosedur Barang/Jasa ... 49

4.3.2Sistem Pelaksanaan Pemeliharaan ... 51

4.3.2.1 Pembagian Wilayah Pemeliharaan ... 52

4.3.2.2 Waktu Kerja dan Jadwal Pemeliharaan ... 55

4.3.3 Pengelolaan Tenaga Kerja Pemeliharaan ... 58

4.3.3.1 Tenaga Kerja ... 58

4.3.3.2 Kesejahteraan dan Keselamatan Kerja ... 60

4.3.3.3Koordinasi antara Pengelola dan Kontraktor ... 62

4.3.4Pengelolaan Peralatan dan Bahan Pemeliharaan ... 64

4.3.5Kegiatan Pemeliharaan ... 67

4.3.5.1 Pemeliharaan Ideal ... 68

4.3.5.2 Pemeliharaan Fisik ... 69

A. Pembersihan ... 69

B. Penyiraman ... 72

C. Pengendalian Hama dan Penyakit Tumbuhan ... 74

D. Pemupukan ... 75

E. Penyulaman ... 77

(14)

G. Pendangiran dan Penyetikan ... 82

H. Pembibitan ... 83

4.3.6Anggaran Biaya Pemeliharaan ... 84

4.3.7Pengawasan dan Evaluasi Pekerjaan Pemeliharaan ... 86

4.3.8Kapasitas dan Efektivitas Kerja Pelaksanaan Pemeliharaan... 89

4.3.9 Karakteristik dan Persepsi Pengunjung ... 92

4.3.10 Formulasi Strategi Pengelolaan Lanskap Taman Impian ... 98

A. Tahap Masukan (Input Stage) ... 98

B. Tahap Pencocokan (Matching Stage) ... 104

C. Tahap Keputusan (Decision Stage) ... 107

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 113

5.1 Simpulan ... 114

5.2 Saran ... 115

DAFTAR PUSTAKA ... 115

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Jenis Data yang Dibutuhkan ... 14

2. Penilaian Bobot Faktor Internal dan Eksternal ... 16

3. Analisis Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) ... 17

4. Analisis Matriks External Factor Evaluation (EFE) ... 17

5. Matriks SWOT ... 19

6. Tabel Rangking Alternatif Strategi ... 20

7. Area Penerimaan/Gerbang Taman Impian Jaya Ancol ... 29

8. Proses Pengolahan Sampah Ancol Zero Waste ... 44

9. Pembagian Zona pada Tiap Wilayah Pemeliharaan ... 53

10.Luasan Area Taman (Soft Material) dan Kebersihan (Hard Material) .. 55

11.Jadwal Frekuensi Kegiatan Pemeliharaan Taman Impian (Tampan) ... 58

12.Jumlah Tenaga Kerja Pemeliharaan Taman dan Kebersihan Tampan ... 59

13.Daftar Peralatan Pemeliharaan ... 66

14.Masa Efektif Penggunaan Peralatan ... 67

15.Anggaran Biaya Pemeliharaan Taman dan Kebersihan Tampan... 85

16.Perbandingan Kapasitas Kerja Kegiatan Pemeliharaan ... 90

17.Faktor Internal dan Eksternal Pengelolaan Lanskap Taman Impian ... 98

18.Analisis Matriks IFE Pengelolaan LanskapTaman Impian... 103

19.Analisis Matriks EFE Pengelolaan LanskapTaman Impian ... 103

20.Analisis Matriks SWOT Pengelolaan Lanskap Taman Impian ... 106

(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kerangka Pikir Kegiatan Magang ... 3

2. Diagram Tahapan Kegiatan Pengelolaan Taman ... 9

3. Peta Lokasi Kawasan Rekreasi TIJA ... 12

4. Matriks IE (Internal-External) ... 18

5. Penangkapan Satwa Liar di Kawasan Rekreasi TIJA ... 25

6. Jumlah Pengunjung Kawasan Rekreasi TIJA Tahun 2007 - 2011 ... 28

7. Area Penerimaan (Gerbang) Taman Impian Jaya Ancol ... 30

8. Area Rekreasi Pantai Taman Impian Jaya Ancol ... 33

9. Sarana dan Prasarana di Pantai Festival ... 32

10.Sarana dan Prasarana di Pantai Indah ... 34

11.Sarana dan Prasarana di Pantai Timur ... 35

12.Signage di Kawasan Rekreasi TIJA ... 37

13.Penggunaan Soft Material dan Hard Material Saat Perayaan Imlek ... 39

14.Bangunan Ancol Zero Waste (a) dan Tempat Sampah Terpilah (b) ... 42

15.Alur Sampah Ancol ... 43

16.Pelaksanaan Proses Tender Pekerjaan ... 48

17.Wilayah Pemeliharaan Taman Impian ... 54

18.Koordinasi antara Pengelola dan Kontraktor ... 63

19.Penanganan Pembersihan Area Darat ... 70

20.Penanganan Pembersihan Area Laut ... 71

21.Kegiatan Penyiraman (a) dan Penggunaan Stegger pada Tanaman Baru Tanam (b) ... 73

22.Tanaman Soka (Ixora sp.) Terserang Hama Jenis Coleoptera ... 75

23.Pemupukan dengan Pupuk Kandang (a) dan Pemupukan Pada Hamparan Rumput (b) ... 76

24.Pergantian Tanaman Soka (Ixora sp.) (a) dan Penyulaman Rumput Peking (Agrostis stolonifer) (b) ... 78

25.Pengangkutan Sisa Hasil Pangkasan Menggunakan Truk Sampah ... 78

26.Pemangkasan Pelepah dan Buah Kelapa (Cocos nucifera) ... 80

(17)

28.Pemangkasan Rumput dengan Menggunakan Mesin Pangkas Gendong 82

29.Kegiatan Pendangiran dan Penyetikan Pada Rumput ... 83

30.Kegiatan Perbanyakan Tanaman di Pembibitan ... 84

31.Karakteristik Pengunjung Berdasarkan yang Mengetahui Keberadaan TIJA ... 93

32.Persepsi Pengunjung terhadap Keindahan ... 93

33.Persepsi Pengunjung terhadap Kenyamanan ... 94

34.Persepsi Pengunjung terhadap Kondisi Fisik Fasilitas ... 96

35.Harapan Pengunjung terhadap Taman Impian ... 97

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Kuesioner Pengunjung Kawasan Rekreasi TIJA ... 118

2. Daftar Nama Tanaman di Kawasan Rekreasi TIJA ... 120

3. Struktur Organisasi PT Pembangunan Jaya Ancol ... 123

4. Struktur Organisasi Departemen Utilitas & Kebersihan TIJA ... 124

5. Surat Perintah Kerja (SPK) ... 125

6. Contoh Bill of Quantity (BQ) ... 126

7. Surat Permintaan Barang ... 127

8. Daftar Nama Tanaman di Nursery (Pembibitan) Taman Impian ... 128

9. Analisis Harga Satuan ... 131

10.Checklist Pekerjaan Harian, Checklist Tenaga Kerja, dan Checklist Alat Kerja ... 133

11.Form Penilaian Kontraktor... 136

(19)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan kota dengan meningkatnya jumlah penduduk yang semakin pesat serta meningkatnya pembangunan gedung diiringi dengan meningkatnya tingkat aktivitas kegiatan masyarakat kota menjadikan ruang terbuka hijau semakin sedikit. Lingkungan perkotaan saat ini pun terlihat tidak baik dengan keadaan lingkungan yang kotor dan seringnya terjadi kemacetan. Hal ini dapat menyebabkan tingkat kepenatan saat hidup di perkotaan, sehingga masyarakat berusaha mencari lingkungan baru yang dapat melepas kepenatannya. Salah satu bentuk lingkungan baru yang sangat berpengaruh terhadap masyarakat adalah tempat rekreasi. Tempat-tempat rekreasi alami dan buatan dengan bentuk pemanfaatan di ruang terbuka hijau merupakan sarana yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan rohani.

Dalam kehidupan manusia, peranan rekreasi dinilai cukup penting untuk mendapatkan kesegaran diluar aktivitas sehari-hari. Rekreasi dilakukan dengan sukarela dalam waktu yang terluang, dan merupakan pengalaman yang diharapkan menghasilkan kenikmatan dan penyegaran kembali fisik dan mental. Seiring dengan pemenuhan kenyamanan dan penyegaran bagi jasmani dan rohani manusia, rekreasi pun hadir agar dapat menghilangkan sejenak rasa jenuh atas aktivitas yang padat dan meningkatkan kembali semangat beraktivitas. Kawasan rekreasi dianggap berhasil jika dapat mencitrakan diri sebagai tempat rekreasi yang memenuhi kebutuhan pengunjung serta menciptakan kegiatan yang beragam.

Tempat rekreasi dapat diwakili oleh sebuah taman dan tatanan hijau lainnya. Tempat rekreasi yang baik dan indah dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi penggunanya. Selain estetik, tempat rekreasi yang berupa taman juga menjadi area terbuka hijau yang menyuplai oksigen bagi manusia, mengontrol iklim setempat, mencegah erosi, dan menjadi tempat penyimpanan air tanah (Arifin dan Arifin 2005).

(20)

lingkungan sosial yang lebih baik dan berwawasan lingkungan. Keberadaan kawasan rekreasi TIJA sudah cukup lama dan munculnya persaingan dengan kawasan rekreasi yang lain membuat TIJA patut untuk tetap menjaga eksistensi dan keindahan lanskap. Dengan kata lain, agar kawasan rekreasi TIJA tetap fungsional dan bernilai estetika tinggi serta integritas lanskapnya baik, diperlukan pemeliharaan yang baik pula. Dari pernyataan tersebut jelas bahwa sebuah kawasan rekreasi memerlukan suatu pengelolaan agar pada masa yang akan datang keberadaannya tetap lestari serta mendukung kondisi lingkungannya. Dengan alasan tersebut, pelaksanaan kegiatan magang pengelolaan lanskap Taman Impian sangat diperlukan untuk mempelajari proses kerja sistem pengelolaan lanskap, menganalisis permasalahan yang terdapat di dalamnya, serta mengevaluasi rencana pengelolaan sehingga diperoleh suatu alternatif strategi pengelolaan sebagai bahan masukan kepada pihak pengelola TIJA.

1.2 Tujuan

Tujuan umum dari kegiatan magang ini adalah untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman kerja praktis di bidang Arsitektur Lanskap di TIJA, sedangkan tujuan khususnya adalah sebagai berikut:

1. mempelajari manajerial pengelolaan lanskap dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan pengelolaan lanskap dan pemeliharaan taman;

2. menganalisis permasalahan dalam kegiatan pengelolaan lanskap dan pemeliharaan taman serta mencari atau menyelesaikan permasalahannya; 3. menyusun atau memberi masukan dalam bentuk strategi pengelolaan lanskap.

1.3 Manfaat

Manfaat dari kegiatan magang ini adalah:

1. meningkatkan kemampuan profesionalisme di bidang Arsitektur Lanskap dalam menghadapi kondisi lapangan kerja yang sesungguhnya;

2. memahami pelaksanaan pengelolaan lanskap dan pemeliharaan taman di kawasan rekreasi TIJA;

(21)

1.4 Kerangka Pikir

Taman Impian Jaya Ancol merupakan suatu kawasan rekreasi yang memiliki lanskap berupa pantai dan laut yang dapat dipelajari dalam kegiatan magang yang memiliki potensi dan kendala di dalamnya seperti aspek fisik & biofisik, sosial ekonomi, dan pengelolaan. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan sistem pengelolaan lanskap yang tepat untuk menjaga kualitas lanskap agar kawasan rekreasi tersebut dapat berkelanjutan. Pada pelaksanaan kegiatan magang ini dilakukan analisis terhadap aspek fisik & biofisik, sosial ekonomi, dan pengelolaan mengenai permasalahannya terhadap kondisi kawasan rekreasi sehingga menghasilkan suatu rekomendasi strategi pengelolaan lanskap Taman Impian. Kerangka pikir diuraikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Pikir Kegiatan Magang 1. Sejarah kawasan

2. Masyarakat sekitar kawasan

3. Karakteristik dan persepsi pengunjung

1. Deskripsi umum 2. Letak dan luas 3. Aksesibilitas 4. Iklim

5. Tanah dan topografi 6. Hidrologi

7. Vegetasi dan satwa 8. Visual

Potensi dan Kendala

Alternatif strategi pengelolaan

1. Struktur organisasi 2. Sistem pengelolaan 3. Jadwal pengelolaan 4. Alat dan bahan 5. Anggaran biaya 6. Tenaga kerja 7. Kapasitas kerja

Analisis kualitatif dan kuantitatif (kuesioner dan formulasi strategi) Kawasan Rekreasi Taman Impian Jaya Ancol (TIJA)

Aspek Fisik & Biofisik Aspek Sosial Ekonomi Pengelolaan Lanskap Taman Impian

Aspek Pengelolaan Kegiatan Magang

Analisis Kualitatif dan Kuantitatif (Formulasi Strategi dengan Analisis SWOT)

(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lanskap pantai

Lanskap merupakan bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat digolongkan sebagai lanskap yang baik (beauty) bila memiliki kesatuan harmoni dalam hubungan antara seluruh komponen pembentuknya, dan dikatakan tidak baik bila tidak terdapat unsur kesatuan (unity) diantara komponen-komponen pembentuknya (Simonds 1983). Pantai merupakan salah satu elemen utama lanskap yang meliputi daerah-daerah yang mempunyai penggunaan nyata, potensial, dan dapat dijadikan suatu proyek yang mempunyai dampak nyata dan langsung pada perairan pantai.

Menurut Simonds (1983) wilayah pantai merupakan badan air alami yang dilindungi oleh batuan atau pasir yang terbentuk oleh pemukulan dan pencucian ombak yang dikendalikan oleh angin. Bagi manusia, lanskap pantai dimanfaatkan untuk rekreasi, penelitian, dan edukasi. Batasan wilayah pantai yang digunakan di Indonesia adalah daerah pertemuan antara darat dan laut, kearah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin, sedangkan kearah laut mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran (Dahuri et al. 1996).

Sistem lingkungan (ekosistem) pada wilayah pesisir tidak hanya satu tetapi bisa lebih, dimana ada yang selalu digenangi air dan ada pula yang hanya digenangi air sesaat. Berdasarkan sifatnya, ekosistem pesisir dapat bersifat alami seperti terumbu karang, hutan mangrove, padang laun, pantai berpasir, pantai berbatu, formasi pescaprae, formasi baringtonia, estuaria, lagun dan delta, serta dapat bersifat butan (manmade) seperti tambak, sawah pasng surut, kawasan pariwisata, kawasan industri dan kawasan pemukiman (Dahuri et al. 1996).

2.2 Lanskap dan Taman Rekreasi Pantai

(23)

dan fisik dari sumber daya alami dalam ruang dan waktu yang terluang. Sementara Knudson (1984) mengemukakan bahwa kata “rekreasi” berasal dari konsep pemulihan, mengembalikan atau pembentukan jiwa kembali yang dapat membuat seseorang bekerja lebih baik dari sebelumnya. Rekreasi dapat dilakukan di dalam ruangan (indoor recreation) maupun di alam terbuka (outdor recreation). Rekreasi di alam terbuka tergolong rekreasi yang berhubungan dengan lingkungan dan berorientasi pada penggunaan sumber daya alam seperti air, pemandangan alam atau kehidupan di alam bebas (Douglass 1982).

Daerah pantai mempunyai potensi sumberdaya yang tinggi untuk dikembangkan, baik untuk daerah industri, pelabuhan, pengembangan pusat tenaga, pemukiman penduduk, rekreasi, cagar alam, maupun taman nasional. Menurut Dahuri et al. (1996) rekreasi pantai adalah jenis rekreasi yang menyediakan keindahan dan kenyamanan alam dari kombinasi cahaya matahari, laut dan pantai berpasir putih bersih. Berbagai kegiatan yang umum dilakukan oleh para wisatawan dalam rekreasi pantai, antara lain berenang, berjemur, berdayung, berjalan-jalan atau berlari-lari disepanjang pantai, menikmati keindahan dan kedamaian suasana pantai serta bermeditasi. Kualitas lingkungan fisik pantai merupakan landasan dan daya tarik utama dalam pengembangan rekreasi pantai. Menurunnya kualitas lingkungan laut atau pantai akan menyebabkan berkurangnnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke lokasi. Pengelolaan wilayah pesisir haruslah dilakukan secara terpadu guna mencapai pembangunan yang berkelanjutan, keterpaduan pengelolaan ini haruslah dimulai sejak tahap perencanaan. Keterpaduan yang dimaksud adalah keterpaduan dibidang ilmu, keterkaitan ekologis dan sektoral.

Pemanfaatan pantai sebagai tempat wisata dapat menimbulkan berbagai dampak, baik negatif maupun positif. Menurut Mason (2003), dampak yang dapat ditimbulkan dalam suatu kegiatan wisata adalah sebagai berikut:

1. Dampak positif

a. Wisata dapat memberi pengertian kepada seseorang bahwa dirinya harus melindungi lingkungan, lanskap, atau habitat satwa liar;

(24)

c. Wisata dapat membangun preservasi dari monumen/bangunan bersejarah; d. Wisata dapat memberikan pendapatan ekonomi dari tiket masuk.

2. Dampak negatif

a. Wisatawan sering membuang sampah sembarangan;

b. Wisata dapat berkontribusi pada kemacetan karena terlalu banyak orang (overcrowding);

c. Wisata dapat menjadi penyebab polusi di lingkungan perairan dan pantai d. Wisata dapat menyebabkan erosi karena injakan turis;

e. Wisata dapat membuat hilangnya good view karena pembangunan bangunan yang tidak harmonis dengan arsitektur vernakular sekitarnya; f. Wisata dapat membuat kerusakan atau gangguan pada habitat satwa liar.

Kebanyakan dari dampak negatif aktivitas wisata menyangkut kerusakan lingkungan. Dalam konsep pantai wisata yang berkelanjutan, aspek lingkungan merupakan bagian terpenting yang harus diperhatikan. Strategi pariwisata yang berhasil adalah terpenuhinya manfaat maksimal seiring preservasi lingkungan yang terlaksana dengan baik. Manfaat maksimal dari kegiatan pariwisata tersebut diindikasikan oleh adanya sejumlah kunjungan turis atau wisatawan baik dari luar maupun dalam negeri ke objek wisata dimaksud (Dahuri et al. 1996).

2.3 Pengelolaan Lanskap dan Pemeliharaan Taman

(25)

Pemeliharaan merupakan fungsi pelayanan dan diperlukan untuk mencapai tujuan pengelola. Pemeliharaan taman dan rekreasi didefinisikan Sternloff dan Warren (1984) sebagai usaha untuk menjaga areal dan fasilitas taman dan rekreasi sesuai dengan keadaan semula. Dalam hal ini pemeliharaan mencakup pekerjaan rutin, perbaikan, pemugaran, dan perawatan. Menurut Arifin dan Arifin (2005), pemeliharaan taman dimaksudkan untuk menjaga dan merawat areal taman dengan segala fasilitas yang ada didalamnya agar kondisinya tetap baik atau sebisa mungkin mempertahankan keadaan yang sesuai dengan tujuan rancangan semula. Pada umumnya perencanaan pemeliharaan taman berisikan spesifikasi bahan dan alat, kebutuhan tenaga kerja dan biaya, dan metode pemeliharaan serta frekuensinya yang disajikan secara tertulis. Pemeliharaan ini merupakan tahap paling akhir dalam pekerjaan lanskap yang berperan penting dalam menjaga dan mempertahankan kelestarian suatu lanskap. Pemeliharaan merupakan kunci keberhasilan suatu pembangunan taman/lanskap.

Prinsip-prinsip yang mendasar dalam pengelolaan pemeliharaan antara lain: 1. standar dan tujuan pemeliharaan harus jelas;

2. pemeliharaan dilaksanakan dengan ekonomi waktu, tenaga kerja, alat dan bahan;

3. pelaksanaan pemeliharaan ditentukan berdasarkan rencana pemeliharaan tertulis;

4. penjadwalan pemeliharaan ditentukan berdasarkan kebijakan dan prioritas; 5. pelaksanaan pemeliharaan ditekankan pada tindakan pemeliharaan preventif; 6. departemen pemeliharaan harus terorganisasi dengan baik;

7. program pemeliharaan harus didukung dengan dana yang memadai; 8. pemeliharaan dilakukan oleh tanaga kerja yang sesuai;

9. program pemeliharaan harus dirancang untuk melindungi lingkungan alami; 10.departemen pemeliharaan bertanggug jawab terhadap keselamatan pengguana

tapak dan pengawas;

11.dalam perancangan dan konstruksi, pemeliharaan harus menjadi pertimbangan utama;

(26)

Menurut Arifin dan Arifin (2005) dalam pembuatan rencana pemeliharaan dengan pengorganisasian yang baik harus mencakup:

1. inventarisasi dan identifikasi fasilitas dan peralatan taman yang harus dipelihara;

2. membuat jadwal pemeliharaan yang mencakup;

a. penyusunan standar pemeliharaan area, fasilitas, dan peralatan taman b. pengidentifikasian dan pembuatan daftar tugas-tugas pemeliharaan secara

spesifik untuk mencapai standar pemeliharaan

c. penjelasan prosedur metode yang paling efisien untuk menyelesaikan tugas pemeliharaan rutin

d. penentuan frekuensi tugas pemeliharaan pada setiap jenis pekerjaan e. penentuan kebutuhan tenaga kerja

f. penentuan kebutuhan bahan dan peralatan yang digunakan g. penetapan perkiraan waktu pelaksannan tugas yang tepat

3. merencanakan alat-alat yang digunakan untuk pemeliharaan tidak rutin atau yang bersifat insidentil;

4. merencanakan jadwal dan cara pemeliharaan pencegahan untuk mengatasi keadaan yang mungkin mempercepat kerusakan taman;

5. jadwal tanggung jawab penugasan untuk setiap pekerjaan pemeliharaan, meliputi penugasan perorangan, kelompok, atau penyerahan tugas kepada kontraktor;

6. pengawasan terhadap sistem pekerjaan perencanaan dan perancangan, pengaturan kerja serta ketetapan jadwal pekerjaan pemeliharaan, serta kapasitas pekerjaan;

7. sistem analisa biaya pemeliharaan.

(27)

Pemeliharaan fisik yaitu pekerjaan pemeliharaan guna menyeimbangkan pemeliharaan ideal. Konsep pemeliharaan fisik merupakan pemeliharaan taman yang dititik beratkan pada fisik elemen lanskap sehingga taman tetap rapi, indah asri, nyaman, dan aman. Tujuannya adalah untuk mempertahankan kondisi elemen taman yang meliputi elemen hard material atau soft material agar tetap menampilkan sifat fisiknya sesuai dengan desain awal sehingga aspek estetik dan fungsi elemen terjaga. Pemeliharaan elemen keras atau bangunan taman merupakan pemeliharaan pencegahan, yaitu pembersihan terhadap lumut dan karat, pengecatan, dan penggantian atau perbaikan elemen yang rusak. Pemeliharaan tanaman meliputi pembersihan areal taman, penyiangan, penggemburan tanah, penyiraman, pemangkasan, pengendalian hama dan penyakit, pemupukan, penyulaman dan pemindahan tanaman, pembibitan, serta pemeliharaan peralatan.

Terdapat dua sistem pemeliharaan fisik yaitu pemeliharaan korektif dan pemeliharaan preventif. Pemeliharaan korektif menitikberatkan pada penanganan masalah sedang terjadi. Pemeliharaan preventif menekankan pada identifikasi dan penyelesaian masalah yang mungkin terjadi. Pemeliharaan preventif merupakan kunci sukses untuk meminimalisasi perawatan kerusakan taman/lanskap (Sternloff danWarren 1984).

Menurut Arifin et al. (2007), kegiatan pengelolaan taman dikelompokkan berdasarkan tahapan mulai dari perencanaan program pemeliharaan, pelaksanaan kegiatan pemeliharaan serta pengawasan/monitoring dan evaluasi kegiatan pemeliharaan (Gambar 2).

Gambar 2. Diagram Tahapan Kegiatan Pengelolaan Taman

Perencanaan pemeliharaan

Pelaksanaan pemeliharaan

Monitoring dan Evaluasi Pengawasan

(28)

Menurut Sternloff dan Warren (1984), dari segi penanggung jawab pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan terdapat tiga sistem atau metode pemeliharaan, yaitu

1. Sistem Pemeliharaan Unit (Unit Maintenance)

Dalam metode ini, tiap unit wilayah kerja melaksanakan seluruh pekerjaan pemeliharaannya sendiri. Kelebihan dari metode ini adalah staf dapat sangat mengenal tapaknya seperti pertanggungjawaban yang lebih mudah dan jelas, koordinasi yang lebih terjamin, dan staf menjadi terkait dengan tapak sehingga dapat melakukan pekerjaannya dengan lebih baik. Kelemahan dari metode ini adalah staf harus menguasai seluruh pekerjaan pemeliharaan seperti supervisor harus menguasai seluruh pekerjaan dan alat yang digunakan untuk pekerjaan pemeliharaan dan penggunaan alat mahal menjadi tidak efektif. 2. Sistem Tim Pemeliharaan Khusus (Specialized Maintenance Crew)

Dalam metode ini, staf memiliki spesifikasi pekerjaan masing-masing dan melakukan pekerjaan tersebut di seluruh wilayah tapak. Kelebihan metode ini adalah staf menjadi sangat ahli dalam pekerjaan dan penggunaan alat menjadi efektif. Kelemahan dari metode ini adalah pekerjaan menjadi monoton bagi staf dan jumlah waktu yang hilang dalam perjalanan dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain.

3. Sistem Pemeliharaan secara Kontrak (Maintenance by Contract)

Dalam metode ini, pekerjaan pemeliharaan dilakukan oleh pihak kontraktor. Kelebihan metode ini adalah tidak mengeluarkan modal untuk pembelian alat, pekerjaan pemeliharaan dilakukan oleh tenaga yang ahli dibidangnya, dan tidak terdapat konflik dalam perusahaan. Kelemahan metode ini adalah berkurangnya kontrol terhadap jadwal dan kualitas kerja dan biaya yang lebih tinggi karena kotraktor mencari keuntungan.

(29)

daerah tersebut, dan c) menentukan kegiatan-kegiatan yang benar-benar diperlukan untuk mencapai pemeliharaan seperti yang diinginkan.

Hal yang termasuk penting dalam pengelolaan lanskap adalah tenaga kerja yang berada langsung di lapangan. Menurut Arifin dan Arifin (2005), jumlah tenaga kerja harus optimal, tidak kelebihan atau kekurangan, besar kecilnya jumlah tenaga kerja disesuaikan dengan luasan taman serta kemampuan keterampilan tenaga kerja. Kapasitas kerja operator dihitung berdasarkan pengamatan di lapang dengan menghitung hasil pekerjaan operator taman per satuan tenaga kerja per waktu. Efektivitas kerja operator taman menentukan efisiensi biaya waktu. Efektivitas kerja para operator taman menentukan efisiensi biaya pemeliharaan taman. Operator taman yang bekerja secara efektif sesuai dengan keterampilan dan kemampuan tenaga menyebabkan biaya yang dianggarkan dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin. Menurut Arifin dan Arifin (2005), efektivitas kerja operator sangat ditentukan oleh

1. motivasi kerja dan tingkat keterampilan yang dimiliki oleh pekerja pemeliharaan taman;

2. sistematika jadwal perencanaan pemeliharaan taman dan tingkat pengawasan pekerjaan di lapangan;

3. ketersediaan alat dan bahan yang sesuai dengan kebutuhan; 4. tingkat pengawasan pekerjaan di lapang;

5. kelancaran komunikasi antara pimpinan (kontraktor) dengan mandor (inpector) serta antara mandor dengan para pekerja taman di lapangan.

(30)

III. METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan di kawasan rekreasi Taman Impian Jaya Ancol (TIJA), Jakarta Utara (Gambar 3). Pelaksanaan kegiatan magang tepatnya dilakukan di Departemen Utilitas & Kebersihan TIJA yang berlangsung sejak bulan Februari 2012 hingga Mei 2012, yang secara rutin dilakukan setiap hari kerja.

Sumber: http://www.wikimapia.com/ (2012)

Gambar 3. Peta Lokasi Kawasan Rekreasi TIJA

3.2 Metode Magang

Pelaksanaan dari kegiatan magang meliputi tahap persiapan, partisipasi aktif dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan, pengumpulan data, pengolahan data, analisis, dan sintesis. Tahapan yang dilakukan dalam kegiatan ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang dibutuhkan, kemudian menganalisis hingga memperoleh hasil yang ingin dicapai sesuai dengan tujuan magang.

1. Persiapan

Pada tahap ini dilakukan persiapan meliputi penyusunan proposal usulan magang dan pengurusan perizinan dengan instansi yang dituju. Selain itu, dilakukan pencarian informasi umum tentang kondisi saat ini lokasi magang untuk menghasilkan data yang lengkap dan akurat dengan melakukan kunjungan awal ke lokasi.

(31)

2. Partisipasi aktif dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan

Partisipasi aktif dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan di lapang maupun di kantor. Pelaksanaan kegiatan pekerjaan pengelolaan meliputi pengikutsertaan dalam pekerjaan pengelolaan khususnya bidang yang menangani permasalahan lanskap TIJA secara konsep dan operasional di lapang, serta mendapat pengetahuan manajerial pengelolaan lanskap dan pemeliharaan taman.

3. Pengumpulan Data

(32)

dari setiap variable dengan metode Paired Comparison Matrix. Data sekunder dapat diperoleh dari studi dokumen yang berasal dari pihak pengelola serta sumber lainnya. Data yang dikumpulkan berupa data aspek fisik, aspek biofisik, aspek sosial ekonomi, dan aspek pengelolaan (Tabel 1).

4. Pengolahan data dan analisis

[image:32.595.103.505.331.747.2]

Tahap ini merupakan tahap dimana dilakukan pengolahan data dari hasil pengumpulan data yang disusun dan diolah untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi pengelolaan lanskap kawasan rekreasi TIJA. Pada tahap analisis dilakukan pendekatan analisis kualitatif (deskriptif) dan kuantitatif (formulasi strategi).

Tabel 1. Jenis Data yang Dibutuhkan

No Aspek Jenis data Cara

pengambilan

Sumber

1 Fisik Deskripsi Umum Studi dokumen Pihak pengelola

Letak dan Luas Studi dokumen,

survei

Pihak pengelola, observasi lapang

Aksesibilitas Survei Observasi lapang

2 Biofisik Iklim (Curah hujan, suhu, kelembaban, kecepatan angin)

Studi dokumen Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG)

Tanah dan topografi Studi dokumen Pihak pengelola

Hidrologi Studi dokumen,

survei

Pihak pengelola, observasi lapang Vegetasi dan satwa Studi dokumen,

survei

Pihak pengelola, observasi lapang Visual (kualitas

pemandangan)

Survei Observasi lapang

3 Sosial ekonomi

Sejarah kawasan Studi dokumen Pihak pengelola

Jumlah pengunjung Studi dokumen Pihak pengelola Karakteristik dan

persepsi pengunjung

Survei Observasi lapang

Masyarakat sekitar Survei Observasi lapang

4 Pengelolaan Struktur organisasi Studi dokumen Pihak pengelola Sistem pengelolaan Studi dokumen Pihak pengelola Jadwal pengelolaan Studi dokumen Pihak pengelola

Alat dan bahan Studi dokumen,

survei

Pihak pengelola, observasi lapang

Anggaran biaya Studi dokumen Pihak pengelola

Tenaga kerja Studi dokumen,

survei

Pihak pengelola Observasi lapang

(33)

a. Analisis deskriptif (kualitatif)

Analisis deskriptif digunakan untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh mengenai kondisi riil perusahaan. Analisis deskriptif bertujuan menganalisis potensi dan kendala yang terdapat pada aspek fisik, biofisik, sosial ekonomi, dan pengelolaan yang dilakukan dengan penjabaran hasil pengamatan data yang diperoleh melalui pengamatan langsung di lapang, wawancara, serta studi dokumen. Melalui pengamatan ini dapat diketahui kondisi internal dan eksternal TIJA.

b. Formulasi Strategi (Analisis kuantitatif)

Proses perumusan strategi pada kerangka formulasi strategi yang terdiri dari tahap masukan (input stage), tahap pencocokan (matching stage), dan tahap keputusan (decision stage).

Tahap Masukan (Input Stage)

Analisis faktor internal bertujuan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Analisis faktor eksternal digunakan untuk menganalisis peluang dan ancaman yang terjadi akibat adanya fenomena-fenomena pada lingkungan eksternal perusahaan (David 2009).

Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor internal perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting. Matriks EFE (External Factor Evaluation) digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal perusahaan. Pada matriks analisis EFE dikembangkan daftar peluang yang dapat dimanfaatkan dan ancaman yang harus dihindari.

Tahap-tahap untuk menyusun matriks IFE dan matriks EFE adalah sebagai berikut:

1. menyusun daftar faktor-faktor utama yang merupakan faktor kunci keberhasilan (critical success factors) untuk faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) perusahaan;

(34)
[image:34.595.134.512.289.402.2]

berpasangan). Metode ini digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap variabel penentu internal dan eksternal dengan membandingkan setiap variabel pada baris (horizontal) dengan variabel pada kolom (vertikal) (Tabel 2). Penentuan bobot setiap variabel menggunakan skala 1 jika indikator horizontal kurang penting dibandingkan indikator vertikal, skala 2 jika indikator horizontal sama penting dibandingkan indikator vertikal, skala 3 jika indikator horizontal sangat penting dibandingkan indikator vertikal (Purwono et al. 2009);

Tabel 2. Penilaian Bobot Faktor Internal dan Eksternal Faktor

Internal/Eksternal A B C D ... Total Bobot A

B C D ... Total

Sumber: Kinnear dan Taylor (1991)

Bobot untuk setiap variabel (faktor strategis) diperoleh dengan menentukan total nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan faktor variabel dengan menggunakan rumus (Kinnear dan Taylor 1991):

ai = Xi ∑n Xi

i=1

Bobot yang diperoleh berkisar antara 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting) untuk masing-masing faktor. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1,0.

3. menurut Rangkuti (1997), penentukan peringkat (rating) untuk setiap faktor internal dan eksternal dengan nilai 1-4. Nilai peringkat faktor positif (kekuatan dan peluang) berbanding terbalik dengan faktor negatif (kelemahan dan ancaman). Jika faktor positif tingkat kepentingannya sangat penting bernilai 4, penting bernilai 3, cukup penting bernilai 2, dan tidak penting

Dimana : ai = bobot variabel ke-I i = 1,2,3,...,n

(35)

bernilai 1, sedangkan jika faktor negatif memiliki tingkat kepentingan sangat penting bernilai 1, penting bernilai 2, cukup penting bernilai 3, dan tidak penting bernilai 4;

4. mengalikan nilai bobot dengan nilai rating untuk mendapatkan skor pembobotan kemudian semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk mendapatkan skor total pembobotan. Hasil pembobotan dan peringkat (rating) berdasarkan analisis situasi perusahaan dimasukkan dalam Matriks IFE (Tabel 3) dan Matriks EFE (Tabel 4);

Tabel 3. Analisis Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)

Faktor Internal Bobot Rating Skor (Bobot x Rating) Kekuatan (Strengths)

S1 S2 Sn

Kelemahan (Weaknesses) W1

W2 Wn Total

Sumber: David (2009)

Berapapun banyaknya faktor yang dimasukkan ke dalam matriks IFE, total skor pembobotan berkisar antara 1,0 sampai 4,0 dengan rata-rata 2,5. Total skor IFE antara 3,0 - 4,0 mengindikasikan kondisi internal perusahaan kuat, skor antara 2,0 - 2,99 mengindikasikan kondisi internal perusahaan rata-rata, dan skor antara 1,0 – 1,99 mengindikasikan kondisi internal perusahaan lemah.

Tabel 4. Analisis Matriks External Factor Evaluation (EFE)

Faktor Eksternal Bobot Rating Skor (Bobot x Rating) Peluang (Oppotunities)

O1 O2 On

Ancaman (Threats) T1

T2 Tn Total

(36)

Demikian pula dengan matriks EFE, banyaknya jumlah peluang dan ancaman yang dimasukkan ke dalam matriks EFE, total skor pembobotan berkisar antara 1,0 sampai 4,0 dengan rata-rata 2,5. Total skor EFE dikelompokkan dalam kuat antara 3,0 – 4,0 berarti perusahaan merespon kuat terhadap peluang dan ancaman yang mempengaruhi perusahaan, skor rata-rata antara 2,0 – 2,99 berarti perusahaan merespon sedang terhadap peluang dan ancaman yang ada dan skor termasuk lemah antara 1,0 – 1,99 berarti perusahaan tidak dapat merespon peluang dan ancaman yang ada.

Tahap Pencocokan (Matching Stage)

Tahap pencocokan merupakan tahapan untuk mengetahui posisi perusahaan agar dapat dihasilkan alternatif strategi yang layak, tetapi bukan strategi prioritas dengan memadukan faktor-faktor internal dan eksternal yang telah dihasilkan pada tahap masukan (input stage). Pada tahap pencocokan ini digunakan alat analisis Matriks IE dan Matriks SWOT.

1. Analisis Matriks IE (Internal-External)

Menurut David (2009) matriks IE didasari pada dua dimensi kunci yaitu total skor IFE pada Sumbu X dan total skor EFE pada Sumbu Y. Pada Sumbu X Matriks IE total skor antara 1,0 – 1,99 dianggap rendah atau lemah, nilai antara 2,0 – 2,99 dianggap rata-rata atau menengah dan nilai antara 3,0 – 4,0 dianggap tinggi atau kuat (Gambar 4).

Total Skor IFE

4,0 Kuat 3,0 Rata-Rata 2,0 Lemah 1,0

Total

Skor Tinggi

EFE 3,0 Menengah

2,0 Rendah

1,0

[image:36.595.237.517.538.720.2]

Gambar 4. Matriks IE (Internal-External)

I II III

IV V VI

VII VIII IX

(37)

Matriks IE mempunyai sembilan sel strategi yang dapat dikelompokkan menjadi tiga daerah utama yang memiliki implikasi strategi yang berbeda yaitu: a. Growth and build (Tumbuh dan Kembangkan) untuk Kuadran Sel I, II, dan IV

yang merupakan upaya intensif perusahaan itu sendiri atau upaya diversifikasi; b. Hold and maintain (Pertahankan dan Pelihara) untuk Kuadran Sel III, V, dan VII yaitu strategi yang diterapkan seperti penetrasi pasar dan pengembangan produk;

c. Harvest or divest (Panen atau Divestasi) untuk Kuadran Sel VI, VIII, dan IX yaitu strategi usaha memperkecil usaha yang telah dijalankan.

2. Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats)

Rangkuti (1997) mengungkapkan matriks SWOT merupakan alat yang digunakan untuk menyusun faktor-faktor strategis dalam perusahaan. Matriks SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya (Tabel 5).

Tabel 5. Matriks SWOT

Sumber: Rangkuti (1997)

Tahap Keputusan (Decision Stage)

Tahap terakhir dari formulasi strategi yaitu tahap pengambilan keputusan. Tahap pengambilan keputusan dengan melakukan pembuatan tabel rangking alternatif strategi. Penentuan prioritas dari strategi yang dihasilkan dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor yang saling terkait. Langkah-langkah pembuatan tabel rangking alternatif strategi ialah sebagai berikut:

Internal

Eksternal

Kekuatan (Strengths – S)

Kelemahan (Weaknesses – W)

Peluang

(Opportunities – O)

Strategi SO

Menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

sebesar-besarnya

Strategi WO

Minimalkan kelemahan dengan memanfaatkan peluang

Ancaman (Threats – T)

Strategi ST

Menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman

Strategi WT

(38)

1. menyusun daftar strategi yang dihasilkan dari matriks SWOT;

2. melakukan penjumlahan skor pembobotan dari masing-masing strategi yang saling terkait. Skor yang digunakan yang ada pada matriks IFE dan EFE; 3. melakukan perangkingan yang ditentukan berdasarkan urutan jumlah skor

terbesar sampai terkecil dari semua strategi yang ada. Perangkingan ini dilakukan secara subjektif dimana strategi akan berupa usaha memaksimumkan kekuatan dan peluang serta meminimumkan ancaman dan kelemahan. Berikut ini adalah tabel rangking alternatif strategi yang diuraikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Tabel Rangking Alternatif Strategi

Sumber: Rangkuti (1997)

5. Sintesis

Pada tahap sintesis dilakukan penyusunan alternatif dari pemecahan masalah yang bertujuan memberikan rekomendasi yang baik mengenai strategi pengelolaan lanskap Taman Impian.

3.3 Batasan Studi

Ruang lingkup kegiatan magang difokuskan pada pelaksanaan pengelolaan lanskap dan administrasi pada kawasan rekreasi Taman Impian. Setiap kegiatan magang yang dilaksanakan berada dibawah pengawasan Departemen Utilitas & Kebersihan TIJA.

No Alternatif Strategi Keterkaitan dengan unsur

SWOT

Skor Rangking

(39)

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umum

4.1.1 Deskripsi Umum Kawasan

PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PT PJA) merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha pembangunan dan jasa konsultasi di sektor rekreasi dan hiburan. Bisnis Utama PT PJA adalah rekreasi, resort, dan properti (real estate). PT PJA mengelola area pariwisata terintegrasi dengan lokasi berdekatan dengan pantai. PT TIJA sebagai anak perusahaan mengelola kawasan pariwisata (rekreasi dan resor) dan kegiatan usaha penunjang yaitu entertainment, konvensi, dan wisata belanja. Kontribusi bidang rekreasi terhadap pendapatan perusahaan sekitar 60% dan 40% merupakan kontribusi bidang properti. Objek wisata yang terdapat di TIJA adalah Taman dan Pantai (Pantai Festival, Indah, Timur, Danau Tugu, dan Karnaval), Dunia Fantasi (Dufan), Ocean Dream Samudra, Atlantis Water Adventure, Sea World Indonesia, Pasar Seni, Gondola, Ecopark, Putri Duyung Cottage, Marina Bay, Ancol Beach City (Mall yang berada di Karnaval), Perhotelan (Mercure hotel dan Raddin hotel), dan Wisata Kuliner (resto dan kafe). Bisnis bidang properti dikelola langsung oleh PT PJA. Kegiatan bidang properti adalah sebagai pengembang lahan (penjualan kavling dan pemukiman), pembangunan perkantoran, dan pengembang bangunan komersial seperti hotel dan pantai Marina.

(40)

dalam rangka mewujudkan komunitas pembaharuan kehidupan masyarakat menjadi kebanggaan bangsa.

4.1.2 Letak dan Luas Kawasan

Taman Impian Jaya Ancol (TIJA) terletak di Kelurahan Pademangan, Kecamatan Ancol, Jakarta Utara. TIJA berbatasan langsung dengan Pantai Utara Pulau Jawa dengan luas 552 Ha berada di atas lahan hasil dari reklamasi pantai. Lokasi yang dimiliki TIJA cukup startegis karena berada di tengah Ibukota Jakarta. Dalam hal ini dapat menjadi peluang karena TIJA merupakan kawasan rekreasi yang memiliki lanskap pantai yang jarang ditemui di Jakarta.

4.1.3 Aksesibilitas

Aksesibilitas menuju kawasan rekreasi TIJA dapat melalui jalur Tol Tanjung Priok dan Jalan RE Martadinata. Akses menuju lokasi dapat ditempuh melalui perjalanan darat berupa mobil, motor, sepeda, bus pariwisata, angkutan kota,Transjakarta Busway, dan kereta rel listrik.

Bagi pengunjung yang membawa kendaraan seperti mobil dan bus pariwisata dapat dilalui dari jalur Tol Tanjung Priok dan keluar langsung di exit tol Ancol, sedangkan pengunjung yang menggunakan motor dan sepeda dapat melalui jalan RE Martadinata. Pengunjung yang menggunakan kendaraan pribadi atau pejalan kaki dapat masuk kawasan rekreasi TIJA melalui Gerbang Utama Barat, Gerbang Utama Timur, Gerbang Karnaval, Gerbang Marina, Dan Gerbang Area Busway.

(41)

4.1.4 Aspek Biofisik 4.1.4.1 Iklim

Data iklim Jakarta Utara (Maritim Tanjung Priok) berdasarkan Badan Meteorologi dan Geofisika Kemayoran (BMG) tahun 2011 yang terletak pada posisi 6,100LS dan 106,830BT dengan ketinggian stasiun pada 2 mdpl menunjukkan bahwa kawasan TIJA memiliki suhu rata-rata maksimum terjadi pada bulan Juni dan Oktober sebesar 29,30C dan suhu rata-rata minimum pada bulan Januari 27,30C. Curah hujan rata-rata maksimum terjadi pada bulan Januari sebesar 258,4 mm dan curah hujan rata-rata minimum terjadi pada bulan September sebesar 28 mm. Kondisi kelembaban rata-rata maksimum terjadi pada bulan Januari dan Februari sebesar 80% dan kelembaban rata-rata minimum terjadi pada bulan September sebesar 69%. Kecepatan angin rata-rata maksimum terjadi pada bulan Maret sebesar 6,4 knots dan kecepatan angin rata-rata minimum terjadi pada bulan Mei sebesar 4,0 knots.

Dari data tersebut terlihat bahwa kawasan rekreasi TIJA memiliki iklim yang cukup kering. Hal ini berpengaruh terhadap kegiatan pelaksanaan pemeliharaan yang harus lebih disesuaikan dengan cuaca pada saat tertentu dan kemungkinan terjadinya banjir akibat gelombang pasang surut air laut.

4.1.4.2 Tanah dan Topografi

(42)

kompos/pupuk buatan. Topografi yang ada relatif datar dengan ketinggian 0 - 5 mdpl dan kemiringan lahan sebesar 1% dengan kondisi dipengaruhi pasang surut air laut yang rentan genangan air dan banjir.

4.1.4.3 Hidrologi

Kawasan TIJA mengalami pencampuran air laut sehingga daerah tepi pantai memiliki kandungan garam kalsium dan magnesium tinggi dimana air tidak layak untuk di minum dan tidak layak untuk dijadikan sumber air penyiraman. Kawasan TIJA memiliki dua sistem saluran DAS, yaitu Kali Ancol dan Kali Bintang Mas. Kali Bintang Mas merupakan saluran penting di kawasan TIJA karena berfungsi sebagai badan penerima air buangan limbah rumah tangga dan banjir kanal dari kawasan Gunung Sahari dan sungai Ciliwung. Drainase yang terdapat di kawasan TIJA menggunakan sistem drainase terbuka. Pembuangan dari drainase ini menuju ke kali Martadinata.

4.1.4.4 Vegetasi dan Satwa

(43)

ditampilkan pada area gerbang adalah jenis tanaman hias yang memiliki warna yang sangat kontras dan mencirikan dari event tersebut. Tanaman hias ditampilkan dalam bak atau pot tanaman, karena dekorasi ini bersifat temporer. Penggunaan ornamen tambahan berupa umbul-umbul dan sculpture ditampilkan untuk memperkuat ciri dari dekorasi event-event tertentu. Untuk daftar nama tanaman yang terdapat di TIJA dapat dilihat pada Lampiran 2.

Jenis satwa yang berada di TIJA antara lain beberapa macam spesies burung, ular, kadal, katak, kupu-kupu, anjing, kucing, monyet, biawak, serangga. Keberadaan satwa liar seperti kucing, anjing, dan monyet sangat mengganggu area lingkungan rekreasi karena kotoran satwa tersebut dapat mencemari sekitar area rekreasi dan satwa tersebut sering berkeliaran sehingga mengganggu kenyamanan pengunjung. Keberadaan satwa liar seperti kucing, anjing, dan monyet sangat mengganggu kenyamanan pengunjung dari segi area lingkungan rekreasi menjadi tercemar karena kotoran satwa dan sering berkeliaran. Dalam pengendalian sementara Departemen Utilitas & Kebersihan bekerjasama dengan Dinas Peternakan untuk menangkap satwa liar dan dialihkan ke Kebun Binatang Ragunan (Gambar 5). Pengendalian tersebut dilakukan dalam waktu 2 bulan sekali. Dengan adanya pengendalian dapat mengurangi intensitas satwa tersebut datang ke TIJA dan lingkungan aman sehingga tercapainya kenyamanan bagi pengunjung.

Gambar 5. Penangkapan Satwa Liar di Kawasan Rekreasi TIJA

4.1.4.5 Visual (Kualitas Pemandangan)

(44)

mendukung. Objek wisata pantai menjadi objek utama bagi pengunjung TIJA. Dengan adanya konsep lanskap alami berupa lanskap pantai, maka pemandangan yang khas tercipta dari hamparan laut yang indah. Potensi lainnya terdapat pada bagian daratannya yang saat ini didominasi oleh vegetasi yang berada pada taman-taman jalan. Hal ini memberikan nilai tambah tersendiri karena kondisi seperti ini sulit dijumpai di tengah padatnya kota Jakarta sehingga dapat menarik minat wisatawan untuk mengunjunginya. Pada saat weekend, tingginya kunjungan dari pengunjung akan mengakibatkan lingkungan terancam kotor karena terlihat banyaknya sampah yang dibuang ke sembarang tempat maupun di batuan deket pantai serta lumut yang terdapat di bebatuan.

4.1.5 Aspek sosial ekonomi

4.1.5.1 Sejarah Taman Impian Jaya Ancol

Taman Impian Jaya Ancol berdiri sejak abad ke-17, Gubernur Jenderal Hindia Belanda yaitu Adriaan Valckenier memiliki rumah peristirahatan di tepi pantai. Seiring perjalanan waktu, kawasan itu kemudian berkembang menjadi tempat wisata. Namun, saat Perang Dunia II meletus dan disusul perang kemerdekaan, kawasan ini menjadi sebuah kawasan berawa yang tidak terawat dan daerah sumber penyebaran penyakit malaria.

Pertama kali ide pembangunan kawasan TIJA dicetuskan oleh Presiden Pertama RI Ir. Soekarno dan didampingi Gubernur DKI Jakarta dr. Soemarno Sasroadmodjo. Ide ini sempat tertunda pelaksanaannya dan baru dapat diwujudkan saat pemerintahan Jakarta dijabat oleh Ali Sadikin pada tahun 1966. Untuk mewujudkan Ancol sebagai sebuah kawasan wisata terpadu Pemda DKI menunjuk PT Pembangunan Jaya sebagai Badan Pelaksana Pembangunan (BPP) proyek Ancol yang dilakukan secara bertahap sesuai dengan peningkatan perekonomian nasional serta pendapatan masyarakat (daya beli masyarakat).

(45)

(HPL No 1 Tahun 1987) berlokasi di kelurahan Ancol Jakarta Utara. Pada 2 Juli 2004 dengan akte perubahan No. 13 Ancol ditingkatkan menjadi perusahaan terbuka dan menjadi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) pertama yang “go public”. Langkah “go public” ini dilakukan untuk lebih meningkatkan kinerja perusahaan, karena akan lebih terkontrol, terukur, efisien dan efektif dengan tingkat profesionalisme yang tinggi serta menciptakan sebuah Good & Clean Governance. Kinerja dan citra yang positif ini akan menjadikan perusahaan terus tumbuh dan berkembang secara sehat di masa depan.

4.1.5.2 Masyarakat Sekitar Kawasan

Kondisi saat ini memperlihatkan bahwa kawasan di sekitar lokasi TIJA telah berkembang menjadi kawasan yang lebih maju dan padat. Kepadatan ini dapat dilihat dari jumlah pemukiman, pusat perbelanjaan dan kawasan perdagangan yang semakin berkembang di sekitar kawasan. Terserapnya tenaga kerja lokal yang berasal dari penduduk sekitar lokasi kawasan TIJA merupakan tujuan dan tuntutan awal pembangunan kawasan. Setidaknya 20% dari tenaga kerja di Kawasan TIJA merupakan penduduk lokal yang tinggal di sekitar kawasan tersebut. Ancol juga memiliki masyarakat binaan yang diberi nama badan usaha Ancol Sayang Lingkungan, melalui program ini Ancol membuktikan bahwa keberadaannya memberikan manfaat yang berarti bagi masyarakat sekitar.

4.1.5.3 Pengunjung

(46)

Menurut data dari Departemen Pariwisata dan Kebudayaan (2010), trend pariwisata tahun 2020 diperkirakan untuk perjalanan wisata dunia akan mencapai 1,6 milyar orang. Diantaranya 438 juta orang akan berkunjung ke kawasan Asia-Pasifik. Melihat jumlah wisatawan yang sedemikian besar, maka kondisi ini memberikan peluang bagi industri pariwisata di Indonesia khususnya kawasan rekreasi TIJA dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan khususnya wisatawan mancanegara.

(Sumber: Taman Impian Jaya Ancol 2012)

Gambar 6. Jumlah Pengunjung Kawasan Rekreasi TIJA tahun 2007 - 2011

4.2 Konsep Lanskap Taman Impian Jaya Ancol

Potensi yang dimiliki TIJA yaitu lanskap alami berupa pantai dan laut yang posisinya berada di tengah Kota Jakarta dengan lahan seluas 552 Ha, memiliki aksesibilitas yang mudah untuk dicapai, serta menyajikan pemandangan dan panorama yang memikat dengan pantai yang menghadap ke Laut Jawa. Dengan potensi yang dimiliki TIJA merupakan suatu keuntungan besar bagi perencanaan dan pengelolaan kawasan TIJA dalam proses pengembangannya.

Konsep lanskap yang diterapkan pada kawasan rekreasi TIJA yaitu Waterfront City. Pada dasarnya merupakan pembangunan pantai terpadu yang meliputi pembenahan, penataan dan pembangunan pantai, sebagai proses menangani masalah perkotaan yang jauh lebih besar. Dalam mengelola sumberdaya daratan dan lautan, TIJA tetap mempertahankan lanskap pantai dan laut sebagai kawasan rekreasi utama dan berusaha menghadirkan dan menjaga ekologi tanaman pantai. TIJA juga memiliki pemikiran kreatif dalam menarik minat pengunjung yaitu selain menampilkan rekreasi berupa pantai dan laut, disamping itu juga menghadirkan berbagai macam unit rekreasi bertema. Rekreasi

2007 2008 2009 2010 2011

Jumlah Pegunjung (Orang) 13372067 13938676 14446719 14333140 14978726 12000000

(47)

pantai yang ditampilkan berupa keindahan panorama laut dan rekreasi olahraga seperti berenang, memancing, voli pantai, dan jogging.

4.2.1 Konsep Tata Ruang

Taman Impian Jaya Ancol memiliki tata ruang yang dibagi menjadi 1) Area Penerimaan/Gerbang, 2) Area Parkir, dan 3) Area Rekreasi Pantai.

4.2.1.1 Area Penerimaan/Gerbang

Gerbang wisata adalah tempat awal memasuki area wisata atau tempat akhir keluar meninggalkan area wisata. Jalur masuk menuju pintu gerbang terpecah menjadi sebuah koridor. Koridor pada setiap gerbang terkesan terbuka, bebas dari hambatan, teratur, informatif, dan mudah untuk dicapai. Seluruh gerbang di kawasan TIJA terdapat loket tiket kontrol untuk pengunjung serta memberikan kartu tanda kontrol kendaraan bagi yang membawa kendaraan untuk faktor keamanan. Pada saat keluar area, pengunjung yang tidak dapat menunjukkan kartu tanda kontrol kendaraan wajib menunjukkan STNK dan dikenakan denda administrasi.

[image:47.595.112.512.499.762.2]

Area Penerimaan/Gerbang pada kawasan Taman Impian Jaya Ancol dibagi menjadi 6 (enam) yaitu dapat dilihat pada Tabel 7 dan Gambar 7.

Tabel 7. Area Penerimaan/Gerbang Kawasan Rekreasi TIJA

No Nama

Gerbang

Jam Operasional

Fungsi Keterangan

1 Gerbang Marina

05.00 – 21.00 WIB

Sistem loket masuk-keluar kendaraan dan pejalan kaki

Gerbang berdekatan dengan Pelabuhan Marina, berbatasan dengan kawasan residence (perumahan Ancol Barat) 2 Gerbang

Barat

24 jam Sistem loket masuk kendaraan, loket masuk-keluar untuk pejalan kaki

Pengalihan satu jalur khusus untuk keluar mulai jam 21.00 – 09.00 WIB

3 Gerbang Timur

24 jam Sistem loket masuk-keluar kendaraan dan pejalan kaki

Gerbang utama dengan akses masuk terpanjang dan padat 4 Gerbang

Karnaval

05.00 – 21.00 WIB

Sistem loket masuk-keluar kendaraan dan pejalan kaki

Gerbang sering dilalui oleh pengunjung yang menonton event musik di Mata Elang Internasional dan berbelanja di Mall Ancol Beach City

5 Gerbang Selatan

05.00 - 21.00 WIB

Sistem khusus untuk pintu keluar bagi pejalan kaki dan berkendara sepeda

Gerbang alternatif ketika puncak musim liburan, hari libur nasional, event-event tertentu yang

mengalami peningkatan pengunjung

6 Gerbang Area Busway

05.00 – 22.00 WIB

Sistem loket masuk-keluar khusus untuk pejalan kaki

(48)
[image:48.595.65.752.106.509.2]

30

(49)

4.2.1.2 Area Parkir

Salah satu fasilitas yang harus dipenuhi oleh sebuah tempat rekreasi yaitu tempat parkir. Tempat parkir adalah suatu area tanah tertentu di luar badan jalan, yang digunakan untuk menyimpan kendaraan. Area parkir pada kawasan rekreasi TIJA memiliki bentangan yang cukup luas dan dapat mengakomodir kendaraan pengunjung. Tempat parkir yang disediakan oleh TIJA berada di Pantai Festival, Pantai Indah, Pantai Timur, parkir Beach Pool, Pantai Karnaval, dan parkir Ex-Drive In. Seluruh tempat parkir yang disediakan oleh TIJA tidak memungut biaya tambahan (gratis) kepada pemilik kendaraan. Tempat parkir dapat menampung mobil, motor, dan bus rombongan. Tempat parkir terletak pada rute terdekat menuju tempat yang akan dituju.

TIJA menggunakan konsep area parkir berada di luar bangunan (outdoor) karena secara umum jenis rekreasi TIJA berada di ruang terbuka. Secara umum parkir pada kawasan TIJA menurut cara penempatannya yaitu parkir di luar jalan (off street parking), dimana jenis parkir ini mengambil tempat pada suatu area diluar badan jalan dan memiliki pelataran parkir khusus yang terbuka. Namun, pada area parkir kawasan pantai timur terbentuk oleh adanya kegiatan pengunjung yang berekreasi di sekitar pantai, sehingga bentuk dan tata letaknya mengikuti tepian jalan. Jenis parkir ini disebut dengan parkir tepi jalan (on street parking), yang mengambil tempat di sepanjang badan jalan dengan maupun tidak melebarkan badan jalan untuk fasilitas parkir. Jenis parkir ini menguntungkan bagi pengunjung yang menginginkan dekat dengan tempat yang dituju, akan tetapi dapat menganggu kelancaran kendaraan yang sedang melaju.

Seluruh area parkir di kawasan rekreasi TIJA menggunakan perkerasan conblock. Terdapat batas-batas kendaraan parkir dan pengamannya, penerangan, serta pohon kelapa dan vegetasi peneduh. Sistem keamanan tempat parkir cukup baik karena adanya sistem penjagaan oleh security. Setiap pengunjung yang hendak keluar menggunakan kendaraan harus menunjukkan STNK agar tercipta suasana aman dan lancarnya pengaturan kendaraan di area parkir.

4.2.1.3 Area Rekreasi Pantai

(50)

Promenade lebar Children playground

laut dan pantai berpasir putih bersih. Berbagai kegiatan yang umum dilakukan oleh para wisatawan dalam rekreasi pantai antara lain berenang, berjemur, berdayung, berjalan-jalan atau berlari-lari di sepanjang pantai, menikmati keindahan dan kedamaian suasana pantai serta bermeditasi. Daerah pantai merupakan area rekreasi yang mendominasi dari seluruh kawasan rekreasi TIJA. Pantai-pantai yang terdapat di kawasan rekreasi TIJA yaitu Pantai Festival, Pantai Indah, Pantai Danau Tugu, Pantai Timur, dan Pantai Karnaval (Gambar 8).

1. Pantai Festival

Pantai Festival merupakan pantai yang letaknya berdekatan dengan Marina Ancol. Area pantai ini memiliki promenade yang lebar dengan pemandangan terbuka kearah laut (Gambar 9). Pantai ini tidak diperuntukkan berenang karena lautnya yang curam sehingga membahayakan bagi pengunjung. Namun, masih ada kegiatan rekreasi yang dapat dilakukan seperti naik perahu, duduk di tepi pantai, dan bersosialisasi di hamparan pasir. Terdapat pula children playground yang disewakan untuk menunjang sarana yang ada pada pantai yang dapat dinikmati oleh anak-anak (Gambar 9). TIJA telah mengupayakan fasilitas pendukung seperti toilet, tempat makan, tempat ibadah/mushola, tempat sampah, dan area parkir. Ketersediaan fasilitas tersebut untuk memberikan pelayanan terbaik bagi para pengunjung.

Gambar 9. Sarana dan Prasarana di Pantai Festival

2. Pantai Indah

(51)
[image:51.595.80.720.112.511.2]

33

(52)

Plaza dan panggung Menara (pos) pengawas pantai

[image:52.595.136.477.260.399.2]

plaza yang menggunakan perkerasan keramik dengan kombinasi warna yang unik dan ditambah dengan adanya panggung pementasan musik yang menghadap ke arah laut. TIJA telah mengupayakan fasilitas pendukung seperti toilet, tempat makan, tempat ibadah/mushola, tempat sampah, area parkir, tempat bilas pemandian dan menara (pos) pengawas pantai (Gambar 10). Adanya menara (pos) pengawas pantai untuk memantau keselamatan para pengunjung ketika beraktivas renang. Ketersediaan semua fasilitas tersebut untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi para pengunjung.

Gambar 10. Sarana dan Prasarana di Pantai Indah

3. Pantai Danau Tugu

Lokasi Danau Tugu termasuk mudah dicapai karena memiliki ciri khas Tugu Ancol yang berdiri ditengah-tengah danau. Danau Tugu ini tidak diperuntukkan untuk berenang, namun dijadikan sarana olahraga permainan laut seperti perahu layar, perahu angsa, dan sepeda boat. Sebagian area ini menggunakan perkerasan conblock berupa promenade dan agar tetap memberikan kesan alami dari lanskap pantai juga digunakan pasir putih. Fasilitas yang terdapat pada Danau Tugu seperti ayunan dan tempat duduk dengan bentuk yang unik sehingga tempat ini dapat dijadikan area untuk berkumpul para pengunjung.

4. Pantai Timur

(53)

Replika kapal pecah Dermaga cinta

di tepi pantai menikmati udara laut yang berhembus. Pantai ini tidak diperuntukkan untuk berenang karena lautnya yang curam, namun masih ada kegiatan yang rekreasi yang d

Gambar

Tabel 1. Jenis Data yang Dibutuhkan
Tabel 2. Penilaian Bobot Faktor Internal dan Eksternal
Gambar 4. Matriks IE (Internal-External)
Tabel 7. Area Penerimaan/Gerbang Kawasan Rekreasi TIJA
+7

Referensi

Dokumen terkait