• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KEMANDIRIAN ANAK DOWN SYNDROME DAN IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN PRIBADI : Studi Deskriptif Tentang Kemandirian Anak Down Syndrome di Taman Kanak-Kanak (TK) Sekolah Luar Biasa (SLB) Yayasan Pendidikan dan Latihan Anak Berkelainan (YPLAB) Lembang Tahu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROFIL KEMANDIRIAN ANAK DOWN SYNDROME DAN IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN PRIBADI : Studi Deskriptif Tentang Kemandirian Anak Down Syndrome di Taman Kanak-Kanak (TK) Sekolah Luar Biasa (SLB) Yayasan Pendidikan dan Latihan Anak Berkelainan (YPLAB) Lembang Tahu"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN PRIBADI

(Studi Deskriptif Tentang Kemandirian Anak Down Syndrome di Taman Kanak-Kanak (TK) Sekolah Luar Biasa (SLB) Yayasan Pendidikan dan Latihan Anak

Berkelainan (YPLAB) Lembang Tahun 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Oleh

LIANITA ZANITH 0804553

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

Oleh Lianita Zanith

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada fakultas Ilmu Pendidikan

©Lianita Zanith 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak cipta diindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruh atau sebagian,

(3)
(4)

Lianita Zanith, 2014

Profil kemandirian anak down syndrome dan implikasinya bagi bimbingan pribadi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ABSTRAK

Lianita Zanith. (2014). Profil Kemandirian Anak Down Syndrome dan Implikasinya Bagi Bimbingan Pribadi (Studi Deskriptif Tentang Kemandirian Anak Down Syndrome di Taman Kanak-Kanak (TK) Sekolah Luar Biasa (SLB) Yayasan Pendidikan dan Latihan Anak Berkelainan (YPLAB) Lembang Tahun 2013/2014).

Setiap individu terlahir memiliki potensi kemandirian yang dapat dikembangkan melalui proses pendidikan, sekalipun terlahir dengan kondisi yang memiliki keterbatasan mental (tunagrahita), seperti anak down syndrome. Dalam pengembangan layanan bimbingan pribadi diperlukan terlebih dahulu identifikasi profil kemandirian setiap anak down syndrome, yang kemudian dirumuskan bimbingan pribadi anak tersebut. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menghasilkan profil kemandirian anak down syndrome Taman Kanak-Kanak (TK) dan berdasarkan profil kemandirian dirumuskan bimbingan pribadi untuk anak down syndrome Taman Kanak-Kanak (TK). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, metode penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif. Instrumen yang digunakan yaitu pedoman observasi anak down syndrome, pedoman wawancara orangtua anak down syndrome dan pedoman wawancara wali kelas. Hasil penelitian berupa profil kemandirian anak down syndrome pada aspek merawat diri, mengurus diri, menolong diri, komunikasi, sosialisasi dan keterampilan hidup. Rekomendasi berdasarkan hasil penelitian diantaranya untuk kepala sekolah, walikelas, guru dan penelitian selanjutnya.

(5)

Lianita Zanith, 2014

Profil kemandirian anak down syndrome dan implikasinya bagi bimbingan pribadi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ABSTRAK

Lianita Zanith. ( 2014 ). Profile Independence of Down Syndrome Children and Implications for personal guidance (Independence Descriptive Study about Down Syndrome Children in Kindergarten School Yayasan Pendidikan dan Latihan Anak Berkelainan (YPLAB) Lembang 2013/2014).

Individual is born has the potential independence that can be developed through a process of education, though born with a condition that has mental retardation, such as Down syndrome child . In the development of personal guidance services necessary to first identify the profile of each child's independence Down syndrome , which is then formulated the child's personal guidance . The general objective of this research is to produce a profile of the independence of children with Down syndrome Kindergarten and based upon personal guidance independence formulated for children with Down syndrome Kindergarten. This study is a qualitative research and method used is a descriptive study. The instrument used is a Down syndrome child observation, interview parents of children with Down syndrome and interview teachers . Results of the research is a Down syndrome child independence profiles on aspects of self-care, self help, communication, socialization and life skills. Recommendations based on the results of such research to class guardian , teacher and further research.

(6)

Lianita Zanith, 2014

Profil kemandirian anak down syndrome dan implikasinya bagi bimbingan pribadi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR ISI

ABSTRAK ……… i

KATA PENGANTAR ………. ii

UCAPAN TERIMA KASIH ………... iii

DAFTAR ISI ………. v

DAFTAR TABEL ……… vii

DAFTAR GAMBAR ……… ix

DAFTAR LAMPIRAN ……… x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ………... 1

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ……… 4

C. Penjelasan Istilah ……….. 5

D. Tujuan Penelitian ………. 10

E. Manfaat Penelitian ………... 10

F. Pendekatan dan Metode Penelitian ……….. 11

BAB II KONSEP KEMANDIRIAN, ANAK DOWN SYNDROME, DAN BIMBINGAN PRIBADI A. Konsep Kemandirian ……….……….. 12

B Konsep Anak Down Syndrome……….. ………. 26

C. Konsep Bimbingan Pribadi………... 36

C. Penelitian Terdahulu ……… 42

D. Kerangka Pikir Penelitian………. 46

BAB III METODE PENELITIAN A. LokasidanSumber Data……… ……….. 47

(7)

Lianita Zanith, 2014

Profil kemandirian anak down syndrome dan implikasinya bagi bimbingan pribadi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

C. DefinisiOperasional…………..……….. 52

D. Proses PengembanganInstrumen ………. 56

E F Teknik Pengumpulan Data ………... Reliabilitas dan Validitas Data……….. 61 66 G Teknik Analisis Data………. 68

H Prosedur dan Tahap Penelitian ………... 70

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ……… 75

B. Pembahasan Hasil Penelitian ………... 132

1. Merawat Diri………... 132

2. Mengurus Diri………... 138

3. Menolong Diri……… 140

4. Komunikasi………. 142

5. Sosialisasi……… 145

6. Keterampilan Hidup……… 147

C Arah Pengembangan Bimbingan Pribadi……… 148

BAB V: KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ……….. 153

B. Rekomendasi ……… 153

DAFTAR PUSTAKA ………... 161

(8)

Lianita Zanith, 2014

Profil kemandirian anak down syndrome dan implikasinya bagi bimbingan pribadi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1 KeterampilanIndividu yang BerkaitandenganKemandirian………... 16

Tabel 2.2 UrutanPerkembanganKeterampilanKemandirian (Self Help) padausia 0 sampai 4 tahun………. 18

Tabel 2.3 PerilakuAdaptifsecarakonseptual, sosialdanpraktik ……… 22

Tabel 2.4 Tingkatankemampuanself helppadaanak yang menyandang mental retardasimenurut Sloan dan Birch (1955)………. 23

Tabel 2.5 Kamampuananakdown syndrome dibandingkandengananak normal padaumumnya………... 35

Tabel 3.1 Kisi-Kisi InstrumenPenelitian………... 58

Tabel 3.2 TeknikPengumpulan Data………. 60

(9)

Lianita Zanith, 2014

Profil kemandirian anak down syndrome dan implikasinya bagi bimbingan pribadi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Bangunan SLB YPLAB Lembang 49

Gamb ar 3.2

AlurPenelitianKemandirianAnakDown syndrome di Taman Kanak-Kanak (TK) SLB YPLABLembang

Menggunakan Sepatu Sebagai Indikator Mengurus Diri AZ

(10)

Lianita Zanith, 2014

Profil kemandirian anak down syndrome dan implikasinya bagi bimbingan pribadi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ar 4.8 secaraperbuatandanlisansebagaiindikatorkomunikasi AZ

93

Kemampuan bermain sebagai indikator sosialisasi ZI

(11)

Lianita Zanith, 2014

Profil kemandirian anak down syndrome dan implikasinya bagi bimbingan pribadi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A: RANCANGAN INSTRUMEN

A.1 Kisi-Kisi InstrumenSebelumUjiKelayakan 166 A.2 PedomanObservasiSebelumUjiKelayakan 168 A.3 PedomanWawancaraWaliKelasSebelumUjiKelayakan 172 A.4 PedomanWawancara Orang TuaSebelumUjiKelayakan 174 A.5 Kisi-Kisi InstrumenSetelahUjiKelayakan 175 A.6 PedomanObservasiSetelahUjiKelayakan 176 A.7 PedomanWawancaraWaliKelasSetelahUjiKelayakan 180 A.8 PedomanWawancara Orang TuaSetelahUjiKelayakan 181

LAMPIRAN B: JUDGMENT INSTRUMEN

B.1 Lembar Judgment Instrumen oleh Pakar 182

LAMPIRAN C: HASIL PENELITIAN

C.1 JadwalPengumpulan Data 183

C.2 HasilObservasi AZ 187

C.3 HasilObservasi YU 195

C.4 HasilObservasi ZI 204

(12)

Lianita Zanith, 2014

Profil kemandirian anak down syndrome dan implikasinya bagi bimbingan pribadi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

C.6 TranskripWawancara Orang Tua AZ 218

C.7 TranskripWawancara Orang Tua YU 226

C.8 TranskripWawancara Orang Tua ZI 232

C. 9 Dokumentasi 237

LAMPIRAN D: ADMINISTRASI PENELITIAN

D.1 SK PengangkatanPembimbingSkripsi 238

D.2 SuratPermohonanIjinPenelitiandariFakultas 239 D.3 SuratPermohonanIjinPenelitiandari BAAK 240 D.4 SuratKeteranganTelahMengadakanPenelitiandariTK

YayasanPendidikanAnakBerkelainan (YPLAB) Kabupaten Bandung Barat

241

D.5 CatatanBimbinganSkripsidenganDosenPembimbing 242

LAMPIRAN E : RIWAYAT HIDUP PENULIS

(13)

Lianita Zanith, 2014

Profil kemandirian anak down syndrome dan implikasinya bagi bimbingan pribadi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan faktor penting dalam perkembangan setiap individu, termasuk perkembangan dari sisi kemandirian. Pendidikan individu, baik individu normal maupun individu yang mengalami tunagrahita, dapat mewujudkan cita-cita dan mencapai kehidupan yang bermakna baik bagi diri sendiri maupun orang-orang disekitarnya. Salah satu tujuan pendidikan adalah berkembangnya kemandirian peserta didik. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

(14)

Lianita Zanith, 2014

Profil kemandirian anak down syndrome dan implikasinya bagi bimbingan pribadi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Salah satu penyebab ketunagrahitaan adalah down syndrome. Harris (Wijaya, 2013: 24) mengungkapkan bahwa penyebab tunagrahita atau penurunan intelektual salah satunya adalah down syndrome. Senada dengan Rahardja (2006: 54) yang mengungkapkan bahwa down syndrome merupakan kelaninan genetik yang paling banyak diketahui yang dapat menyebabkan ketunagrahitaan.

Jumlah anak down syndrome di dunia cukup besar dan semakin meningkat bila dilihat dari perbandingan setiap kelahiran anak. National Down Syndrome Society (2003) satu diantara 800 sampai 1000 kelahiran, anak dilahirkan dengan down syndrome. Pennington (Hallahan dan Kauffman, 2005:135) jumlah kelahiran, 1 dari setiap 600 kelahiran bayi yang dilahirkan hidup mengalami down syndrome, sekitar 94 persen bayi down syndrome dilahirkan dari orang tua normal. Pada tahun yang berbeda National Assosiation for Down Syndrome (2012) memaparkan down syndrome adalah suatu kondisi genetik yang menyebabkan keterlambatan dalam perkembangan fisik dan intelektual hal ini terjadi dalam satu di setiap 691 kelahiran hidup. Menurut WHO (2012) anak berkebutuhan khusus di Indonesia sekitar 7 persen dari total jumlah anak usia 0-18 tahun atau sebesar 6,2 juta anak pada tahun 2010, sebanyak 300.000 orang diantaranya menyandang down syndrome. Jumlah anak down syndrome yang terdaftar di Persatuan Orang Tua Anak Downs Syndrome (POTADS) sekitar 550 anak di Kota Bandung dan sekitarnya, jumlah tersebut tidak termasuk yang belum terdaftar mengingat belum semua menjadi anggota organisasi POTADS (POTADS, 2013).

(15)

Lianita Zanith, 2014

Profil kemandirian anak down syndrome dan implikasinya bagi bimbingan pribadi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Feldman (2009: 103) mengungkapkan bahwa walaupun anak down syndrome penyebab utama ketunagrahitaan, anak dengan abnormalitas kromosom ini memiliki peluang untuk hidup secara produktif. Peluang hidup secara produktif dapat dilihat dari kemampuan individu menjalani kehidupannya tanpa harus tergantung pada orang lain.

Anak tunagrahita harus diberi kesempatan untuk bergaul atau hidup di lingkungan yang tidak terbatas (leased restrictive environment). Kenyataan lainnya adalah disekolah belum selarasnya antara kebutuhan penyelenggaraan latihan bina diri dengan kondisi sekolah sehingga program bina diri belum diimplementasikan dengan baik sekalipun secara teori dan cara melaksanakannya telah dipahami oleh guru secara rinci. Padahal program bina diri memiliki peranan yang penting dalam keberhasilan pendidikan anak tunagrahita. Sebagai alasan belum optimalnya pelaksanaan bina diri adalah kurangnya fasilitas sedangkan guru sebenarnya dapat merancang hal tersebut secara sederhana disesuaikan dengan kondisi yang ada (Pandangan tersebut melahirkan perubahan pendekatan dalam Pendidikan Luar Biasa (PLB) yaitu dalam pendekatan medis dan pendekatan ekologis (Astati, 2011: 2-4).

Salah satu peluang untuk mengembangkan potensi kemandirian anak down syndrome adalah dengan menyekolahkan anak tersebut sedini mungkin pada institusi pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK). Anak dapat mengikuti pendidikan di Taman Kanak-Kanak (TK). Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini (2011) menjelaskan bahwa Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur formal yang menyelenggarkan program pendidikan anak usia empat sampai enam tahun.

(16)

Lianita Zanith, 2014

Profil kemandirian anak down syndrome dan implikasinya bagi bimbingan pribadi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

permasalahan pribadi yang dirasakan oleh peserta didiknya yang mangalami tunagrahita, seperti anak down syndrome. Guru bimbingan dan konseling sebagai pendidik hendaknya dapat menerapkan suatu program yang dapat mengembangkan kemandirian anak tunagrahita ringan (Astati, 1999; Efendi, 1999).

Dalam pengembangan layanan bimbingan pribadi diperlukan terlebih dahulu identifikasi profil kemandirian setiap anak down syndrome, yang kemudian dirumuskan bimbingan pribadi anak tersebut. Identifikasi profil perlu dilakukan pada setiap anak down syndrome mengingat bahwa anak down syndrome memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Menurut Rahardja (2006: 58) ketika membicarakan karakteristik umum anak dengan ketunagrahitaan, penting untuk diketahui bahwa, meskipun sebagai kelompok mereka mungkin mempunyai kebiasaan yang sama, tetapi tidak semua individu dengan ketunagrahitaan memiliki karakteristik tersebut. Orang-orang dengan ketunagrahitaan adalah populasi heterogen yang khsusus, perbedaan individu dapat dipertimbangkan. Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku dan fungsi individu misalnya usia kronologis, berat ringannya kelainan, faktor penyebab dan kesempatan pendidikan.

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

(17)

Lianita Zanith, 2014

Profil kemandirian anak down syndrome dan implikasinya bagi bimbingan pribadi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(Delfhie, 2004), model pembelajaran anak tunagrahita melalui pendekatan konseling (Alimin, 2006), bentuk bimbingan dan faktor penghambat bimbingan pada anak down syndrome untuk mencapai kemandirian (Sa’Diah, 2006; Sopa, 2009); bimbingan agama bagi anak down syndrome (Mardianah, 2007); dukungan sosial orang tua dalam melatih self help anak yang mengalami down syndrome (Nurlailiwangi dkk, 2011). Padahal kajian kemandirian anak down syndrome pada usia Taman Kanak-Kanak (TK) dan implikasinya bagi bimbingan pribadi penting dilakukan untuk mengungkapkan pengetahuan yang jelas dan spesifik mengenai aspek-aspek dan indikator kemandirian anak down syndrome, karakteristik kemandirian anak down syndrome pada usia TK dan implikasi yang dibutuhkan untuk mengembangkan bimbingan pribadi yang perlu diterapkan di TK. Pengetahuan tersebut diperlukan untuk memperkaya khasanah pengetahuan untuk pengembangan konsep bimbingan pada anak tunagrahita, khusunya anak down syndrome.

(18)

Lianita Zanith, 2014

Profil kemandirian anak down syndrome dan implikasinya bagi bimbingan pribadi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tidak mengalami keterlambatan dalam perkembangan selanjutnya, termasuk pada aspek-aspek kemandirian (Jones, A & Feeley, 2006:65). Selain itu, intervensi dini dan dukungan dari keluarga anak serta dukungan dari kalangan profesional, membuat banyak anak down syndrome dapat tumbuh menjadi orang dewasa yang mandiri (Hallahan dan Kauffman, 2005:135).

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini akan menjawab pertanyaan penelitian “Bagaimana profil kemandirian anak down syndrome dan implikasinya bagi bimbingan pribadi di Taman Kanak-Kanak (TK) SLB Yayasan Pendidikan dan Latihan Anak Berkelainan (YPLAB) Lembang tahun ajaran 2013/2014?”.

C. Penjelasan Istilah 1. Kemandirian

Kemandirian diartikan berbeda-beda, menurut Kirk (1962), Umansky dan Fallen (1985) kemandirian sebagai self-help, menurut Grossman (1977) perilaku adaptif sebagai tingkatan kemandirian, menurut Gunarhadi (2005) kemandirian sebagai kepercayaan diri anak, menurut Farrell (2009) kemandirian diartikan sebagai otonomy dan menurut Astati (2011) kemandirian sebagai bina diri.

(19)

Lianita Zanith, 2014

Profil kemandirian anak down syndrome dan implikasinya bagi bimbingan pribadi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Grossman (Patton dan Payne, 1981:189-190) menggambarkan perilaku adaptif sebagai tingkatan atau derajat dimana seorang individu mampu memenuhi standar kemandirian pribadi dan tanggung jawab sosial. Dalam hal ini meliputi; (a) kemandirian (independent functioning), yaitu makan (eating), penggunaan toilet (toilet use), kebersihan (cleanliness), penampilan (appearance), care of cloting, memakai dan membuka pakaian (dressing and undressing), berpergian (travel), general independent fungtioning; (b) perkembangan fisik (psysical development), yaitu perkembangan sensori (sensory development) dan perkembangan motorik (motor development); (c) kegiatan ekonomi (economic activity), yaitu penggunaan dan penganggaran uang (money handling and budgeting), keterampilan berbelanja (shopping skill); (d) perkembangan bahasa (language development), yaitu ekspresi (expression), pemahaman (comprehension), perkembangan bahasa (social language development). (e) angka dan pehitungan (numbers and term), 6) kegiatan domestik (domestic activity), yaitu kebersihan (cleaning), tugas dapur (kitchen duty), dan kegiatan harian lainnya (other domestic activities). (f) aktivitas pekerjaan (vocational activity), (g) memanfaatkan waktu luang (sel direction), yaitu prakarsa (initiative), ketekunan (perseverance), waktu luang (leisure time), (h)tanggungjawab (responsibility) (i) sosialisasi (sosialized).

Fallen dan Umansky (1985: 365-366) mendefinisikan bahwa self-help sebagai keterampilan bantuan (makan, berpakaian, berhias, dan toilet) yang merupakan sebagian besar tugas-tugas sehari-hari individu. Self-help dapat membantu anak-anak untuk menjadi lebih mandiri dan memungkinkan mereka berkesempatan yang lebih besar untuk berpartisipasi dalam rumah, sekolah, dan kegiatan masyarakat yang meliputi aspek keterampilan makan (eating skills), keterampilan menggunakan kamar mandi (toileting skills), berpakaian dan berhias (dressing and grooming skills).

(20)

Lianita Zanith, 2014

Profil kemandirian anak down syndrome dan implikasinya bagi bimbingan pribadi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dilalui dalam membentuk percaya diri anak. Oleh karena itu, kepercayaan diri harus ditanamkan kepada anak down syndrome. Hal tersebut dapat dilatihkan kepada anak down syndrome dalam keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari baik di rumah maupun di sekolah. Penguasaan keterampilan-keterampilan tersebut menandai bahwa anak dapat hidup mandiri, meliputi; (a) keterampilan bina diri, keterampilan ini berkaitan dengan kegiatan mengurus badannya sendiri (mandi, makan, kebersihan) dan pekerjaan yang berkaitan dengan kerumah tanggaan (merapikan tempat tidur, mencuci alat makan, menyapu, dan sebagainya); (b) keterampilan pengetahuan dan fungsional, keterampilan ini menyangkut penguasaan pengetahuan dasar (membaca, menulis, matematika, pengetahuan umum, agama, kesenian yang bersifat terapan dan berfungsi untuk memecahkan masalah yang dihadapi setiap hari, misalnya keterampilan membaca koran, resep, undangan dan sebagainya); (c) keterampilan fisik, keterampilan ini menyangkut kegiatan yang berhubungan dengan tubuh dan fungsinya (pengenalan tubuh, gerak perabaan, penciuman, identifikasi suara, mobilitas, melindungi badan dan sebagainya); (d) keterampilan sosial, keterampilan ini berkaitan dengan kegiatan berkomunikasi dengan orang lain (penggunaan bahasa, sopan santun, kemasyarakatan); (e) keterampilan vokasional, keterampilan ini berkaitan dengan kegiatan yang menghasilkan produk tertentu baik yang bersifat jasa maupun kerumahtanggaan mandiri (berkebun, masak-memasak, berdagang, mengatur tempat tinggal, penggunaan uang dan sebagainya.

(21)

Lianita Zanith, 2014

Profil kemandirian anak down syndrome dan implikasinya bagi bimbingan pribadi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Menurut Astati (2011: 9-10) bina diri merupakan usaha membangun diri individu baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial melalui pendidikan di keluarga, sekolah dan di masyarakat sehingga terwujudnya kemandirian dengan keterlibatannya dalam kehidupan sehari-hari secara memadai meliputi; (a) merawat diri, meliputi makan, minum, kebersihan badan; (b) mengurus diri, meliputi berpakaian, berhias; (c) menolong diri, menghindari dan mengendalikan bahaya; (d) komunikasi meliputi komunikasi perbuatan, lisan, tulisan, dan penggunaan media komunikasi; (e) sosialisasi, meliputi sosial akademis (membaca, menulis dan berhitung termasuk mengelola uang), kesadaran sosial (peraturan/tata tertib di rumah, di masyarakat, membantu orang lain, memelihara lingkungan, dan menunggu giliran), hubungan sosial (memperkenalkan diri, berteman, bermain, penggunaan sumber-sumber di masyarakat seperti berbelanja, penggunaan kendaraan umum); (f) keterampilan/persiapan pekerjaan, meliputi tata laksana rumah, penguasaan keterampilan, dan mengkomunikasikan hasil pekerjaan.

Berdasarkan pemaparan diatas kemandirian adalah kemampuan individu down syndrome dalam melakukan kegiatan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan pribadinya yang ditandai dengan merawat diri, mengurus diri, menolong diri, komunikasi, sosialisasi, keterampilan hidup, pengetahuan sosial, berpartisipasi, tanggung jawab, memanfaatkan waktu luang, aktivitas pekerjaan, mengatur keuangan/aktivitas ekonomi, keterampilan fisik.

2. Bimbingan pribadi

(22)

Lianita Zanith, 2014

Profil kemandirian anak down syndrome dan implikasinya bagi bimbingan pribadi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

konseling di sekolah, yang selanjutnya akan menjadi pedoman bagi setiap personel dalam pelaksanaan dan pertanggungjawabannya. Struktur pengembangan program terdiri dari rasional, visi, misi, deskripsi kebutuhan, tujuan, komponen program, rencana operasional, pengembangan tema/topik, pengembangan satuan layanan, evaluasi dan anggaran. Berdasarkan uraian tersebut, maka program bimbingan dan konseling dapat merupakan serangkaian aktivitas yang terencana dan terorganisasi yang dilaksanakan untuk membantu individu dalam mencegah dan mengatasi permasalahannya yang meliputi bidang pribadi, sosial, belajar, dan karir sesuai kebutuhannya.

(23)

Lianita Zanith, 2014

Profil kemandirian anak down syndrome dan implikasinya bagi bimbingan pribadi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kegiatan layanan bimbingan yang diberikan kepada peserta didik dari seorang ahli (konselor) untuk mencegah dan mengatasi masalah, sehingga dapat mencapai perkembangan dan merencanakan masa depan, serta dapat melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.

3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan menghasilkan profil kemandirian anak down syndrome Taman Kanak-Kanak (TK) Sekolah Luar Biasa (SLB) Yayasan Pendidikan dan Latihan Anak Berkelainan (YPLAB) Lembang Tahun Ajaran 2013/2014. Selanjutnya, berdasarkan profil kemandirian dirumuskan bimbingan pribadi untuk anak down syndrome di Taman Kanak-Kanak (TK) Sekolah Luar Biasa (SLB) Yayasan Pendidikan dan Latihan Anak Berkelainan (YPLAB) Lembang Tahun Ajaran 2013/2014.

4. Manfaat penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat dalam rangka pengembangan konsep, aspek, indikator dan karakteristik kemandirian anak down syndrome beserta implikasinya bagi bimbingan pribadi anak tersebut di Taman Kanak-Kanak (TK) sekolah luar biasa (SLB). Adapun secara praktis, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh Kepala Sekolah, Wali Kelas, Guru dan Penelitian selanjutnya dengan pemaparan sebagai berikut.

a. Kepala Sekolah

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan untuk merumuskan bimbingan pribadi untuk mengoptimalkan kemandirian anak down syndrome di sekolah

b. Wali Kelas dan Guru

(24)

Lianita Zanith, 2014

Profil kemandirian anak down syndrome dan implikasinya bagi bimbingan pribadi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dimanfaatkan sebagai masukan dalam memahami anak down syndrome di lingkungan sekolah agar dapat memberikan perhatian untuk mewujudkan kemandirian yang optimal pada anak down syndrome.

c. Bagi Penelitian selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dikembangkan dengan fokus-fokus penelitiannya pada kajian yang lebih relevan dan dapat pula dikembangkan pada jenjang pendidikan yang berbeda atau tingkatan yang berbeda pada jenjang pendidikan yang sama.

5. Pendekatan dan Metode Penelitian

(25)

Lianita Zanith, 2014

Profil kemandirian anak down syndrome dan implikasinya bagi bimbingan pribadi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(26)

Lianita Zanith, 2014

Profil kemandirian anak down syndrome dan implikasinya bagi bimbingan pribadi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Sumber Data 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Taman Kanak-Kanak (TK) pada Sekolah Luar Biasa (SLB) Yayasan Pendidikan dan Latihan Anak Berkelainan (YPLAB) Lembang yang berlokasi di Jalan Barulaksana Nomor 183, Kelurahan Jayagiri, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Sekolah ini merupakan sekolah khusus untuk anak berkelainan kategori A, B, C, dan autis. Lokasi tersebut dipilih dengan pertimbangan sebagai berikut.

a. TK SLB YPLAB Lembang memiliki tiga anak down syndrome yang terindikasi memiliki masalah pada aspek-aspek kemandirian namun belum pernah dilakukan identifikasi karakteristik kemandirian anak tersebut. Padahal, identifikasi profil masing-masing anak down syndrome sangat penting sebagai masukan pengembangan intervensi untuk mengembangkan kemandirian individu anak tersebut. Orang-orang dengan ketunagrahitaan adalah populasi heterogen yang khsusus, perbedaan individu menjadi pertimbangan dalam pengembangan program (Rahardja, 2006: 58).

(27)

Lianita Zanith, 2014

Profil kemandirian anak down syndrome dan implikasinya bagi bimbingan pribadi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Taman Kanak-Kanak (TK) yang menjadi lokasi penelitian merupakan bagian dari SLB Lembang yang berada pada naungan lembaga Yayasan Pendidikan dan Latihan Anak Berkelainan (YPLAB). Kantor berada di Jalan Gamelan Nomor 19, Turangga, Kota Bandung, Kode Pos 40264. YPLAB didirikan mulai tanggal 03 Oktober 1998 dengan izin Kabid Diknas Kanwil DEPDIKBUD Provinsi Jawa Barat Nomor 045/SLB/JB/II/1989 Tanggal 16-02-1989. Komplek sekolah YPLAB Kabupaten Bandung Barat memiliki 3 (tiga) bangunan besar dengan 10 ruang belajar, satu ruang kepala sekolah dan guru, serta satu dapur sekolah. Sekolah ini memiliki visi dan misi sebagai berikut.

Visi SLB YPLAB Lembang adalah “Dengan semangat kebersamaan kita ciptakan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang terampil, kreatif dan mandiri”. Misi SLB YPLAB Lembang adalah sebagai berikut.

a. Memberikan pelayanan bagi semua Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) mengembangkan minat dan bakat Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) melalui potensi yang dimiliki.

b. Mengembangkan fasilitas yang disesuaikan dengan kelainannya. c. Meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM).

(28)

Lianita Zanith, 2014

Profil kemandirian anak down syndrome dan implikasinya bagi bimbingan pribadi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Gambar 3. 1

Bangunan SLB YPLAB Lembang Sumber: Observasi, 2014

2. Sumber Data

Data yang diperlukan adalah kemandirian tiga peserta didik anak down syndrome pada aspek merawat diri, mengurus diri, menolong diri, komunikasi, sosialisasi, dan keterampilan hidup. Beragam sumber data (multiple sources of data) digunakan dalam penelitian kualitatif, biasanya memilih mengumpulkan data dari beragam sumber, seperti wawancara, observasi, dan dokumentasi, ketimbang bertumpu hanya pada satu sumber data saja (Creswell, 2010: 261). Dalam penelitian ini data diperoleh dari hasil observasi perilaku tiga peserta didik anak down syndrome, wawancara terhadap seorang guru wali kelas, serta wawancara terhadap tiga orang tua (ibu) anak down syndrome.

a. Tiga peserta didik anak down syndrome

(29)

Lianita Zanith, 2014

Profil kemandirian anak down syndrome dan implikasinya bagi bimbingan pribadi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

individu-individu ini ke dalam laboratorium (atau dalam situasi yang telah di-setting sebelumnya), tidak pula membagikan instrumen-instrumen kepada mereka (Creswell, 2010:261). Dalam setting yang alamiah, para peneliti kualitatif melakukan interaksi face to face sepanjang penelitian (Creswell, 2010:261).

b. Wali kelas

Sumber data lainnya adalah guru wali kelas anak down syndrome. Wali kelas yang menjadi sumber data yaitu guru yang memliki latar belakang pendidikan Strata 1 Pendidikan Luar Biasa, pengalaman bekerja yaitu selama tiga tahun mengajar di sekolah dan menangani anak berkebutuhan khusus usia Taman Kanak-Kanak (TK). Wali kelas dijadikan sumber data karena wali kelas merupakan orang yang mengetahui perilaku dan masalah anak down syndrome saat di sekolah. Selain itu, guru mengetahui bentuk intevensi yang pernah diberikan kepada anak down syndrome di sekolah.

c. Orang tua

Orang tua dijadikan sumber data untuk melengkapi dan mengkonfirmasi data mengenai kemandirian anak down syndrome. Orang tua merupakan orang yang mengetahui perkembangan keseharian anak selama di rumah. Dalam penelitian ini orang tua yang dimakusd adalah ibu dari anak down syndrome. Ibu merupakan sumber data untuk mengungkapkan kemandirian anak down syndrome, karena ketiga subyek dalam kesehariannya selalu didampingi oleh ibu baik di sekolah maupun di rumah. Selain itu, ibu dari anak down syndrome juga yang paling mengetahui bentuk perlakukan yang pernah diberikan kepada anaknya selama di rumah dan di lingkungan sekitarnya.

B. Pendekatan dan Metode Penelitian

(30)

Lianita Zanith, 2014

Profil kemandirian anak down syndrome dan implikasinya bagi bimbingan pribadi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kualitatif cocok digunakan pada penelitian ini karena karakteristik utama pendekatan tersebut adalah mengungkap perilaku anak-anak down syndrome dalam konteks (setting) alami. Creswell (2010: 261) menyatakan bahwa karakteristik utama penelitian kualitatif adalah mengumpulkan informasi dengan berbicara langsung kepada orang-orang dan melihat mereka bertingkah laku dalam konteks alami. Selain itu, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena memberikan gambaran yang kompleks mengenai kemandirian anak down syndrome. Creswell (2010: 263) menyatakan bahwa karakteristik pendekatan kualitatif adalah pandangan menyeluruh (holistic account), yang berarti memberikan gambaran kompleks dari suatu masalah atau isu yang diteliti. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2007:6).

C. Definisi Operasional 1. Kemandirian

Kemandirian diartikan berbeda-beda, menurut Kirk (1962), Fallen dan Umansky (1985) kemandirian sebagai self-help, menurut Grossman (1977) perilaku adaptif sebagai tingkatan kemandirian, menurut Gunarhadi (2005) kemandirian sebagai kepercayaan diri anak, menurut Farrell (2009) kemandirian diartikan sebagai otonomy dan menurut Astati (2011) kemandirian sebagai bina diri.

(31)

Lianita Zanith, 2014

Profil kemandirian anak down syndrome dan implikasinya bagi bimbingan pribadi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mandi dan memiliki rutinitas tidur, maka anak retardasi mental tidak tergantung pada orang lain untuk kebutuhan pribadinya. Meskipun kemandirian tersebut adalah umum di antara anak-anak yang normal setelah usia masa bayi perlu untuk mendidik dan dilatih dalam unsur perawatan diri. Hal ini mencangkup kemampuan berhias, toilet, berpakaian, makan, menyikat gigi, mencuci dan merawat diri sendiri.

Grossman (Patton dan Payne, 1981:189-190) menggambarkan perilaku adaptif sebagai tingkatan atau derajat dimana seorang individu mampu memenuhi standar kemandirian pribadi dan tanggung jawab sosial. Dalam hal ini meliputi; (a) kemandirian (independent functioning), yaitu makan (eating), penggunaan toilet (toilet use), kebersihan (cleanliness), penampilan (appearance), care of cloting, memakai dan membuka pakaian (dressing and undressing), berpergian (travel), general independent fungtioning; (b) perkembangan fisik (psysical development), yaitu perkembangan sensori (sensory development) dan perkembangan motorik (motor development); (c) kegiatan ekonomi (economic activity), yaitu penggunaan dan penganggaran uang (money handling and budgeting), keterampilan berbelanja (shopping skill); (d) perkembangan bahasa (language development), yaitu ekspresi (expression), pemahaman (comprehension), perkembangan bahasa (social language development). (e)angka dan pehitungan (numbers and term), 6) kegiatan domestik (domestic activity), yaitu kebersihan (cleaning), tugas dapur (kitchen duty), dan kegiatan harian lainnya (other domestic activities). (f)aktivitas pekerjaan (vocational activity), (g) memanfaatkan waktu luang (sel direction), yaitu prakarsa (initiative), ketekunan (perseverance), waktu luang (leisure time), (h) tanggungjawab (responsibility) (i) sosialisasi (sosialized).

(32)

Lianita Zanith, 2014

Profil kemandirian anak down syndrome dan implikasinya bagi bimbingan pribadi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

membantu anak-anak untuk menjadi lebih mandiri dan memungkinkan mereka berkesempatan yang lebih besar untuk berpartisipasi dalam rumah, sekolah, dan kegiatan masyarakat yang meliputi aspek keterampilan makan (eating skills), keterampilan menggunakan kamar mandi (toileting skills), berpakaian dan berhias (dressing and grooming skills).

(33)

Lianita Zanith, 2014

Profil kemandirian anak down syndrome dan implikasinya bagi bimbingan pribadi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Menurut Farrell (2009:23-24) mengembangkan kemandirian (otonomy) bagi anak disability/disorder merupakan pendidikan untuk membantu memastikan bahwa kesulitan yang ditimbulkan oleh penyandang disability/disorder dapat ditangani, serta keterampilan dan pengetahuan lainnya anak telah dibawa untuk menanggung aktifitas menuju kemandirian. Keseimbangan yang memerlukan kebijaksanaan dan kepekaan dari orang dewasa untuk memberikan dukungan yang diperlukan dan mendorong kemandirian.

Menurut Astati (2011: 9-10) bina diri merupakan usaha membangun diri individu baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial melalui pendidikan di keluarga, sekolah dan di masyarakat sehingga terwujudnya kemandirian dengan keterlibatannya dalam kehidupan sehari-hari secara memadai meliputi; (a) merawat diri, meliputi makan, minum, kebersihan badan; (b) mengurus diri, meliputi berpakaian, berhias; (c) menolong diri, menghindari dan mengendalikan bahaya; (d) komunikasi meliputi komunikasi perbuatan, lisan, tulisan, dan penggunaan media komunikasi; (e) sosialisasi, meliputi sosial akademis (membaca, menulis dan berhitung termasuk mengelola uang), kesadaran sosial (peraturan/tata tertib di rumah, di masyarakat, membantu orang lain, memelihara lingkungan, dan menunggu giliran), hubungan sosial (memperkenalkan diri, berteman, bermain, penggunaan sumber-sumber di masyarakat seperti berbelanja, penggunaan kendaraan umum); (f) keterampilan/persiapan pekerjaan, meliputi tata laksana rumah, penguasaan keterampilan, dan mengkomunikasikan hasil pekerjaan.

(34)

Lianita Zanith, 2014

Profil kemandirian anak down syndrome dan implikasinya bagi bimbingan pribadi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

a. Merawat diri, artinya kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan kebutuhan pribadinya dalam hal kebersihan badan seperti makan, minum, menggunakan toilet, mencuci tangan, tata cara mandi dan menyikat gigi. b. Mengurus diri, artinya kemampuan peserta didik dalam memenuhi kebutuhan

pribadinya dalam hal berpakaian, berhias, memakai sepatu dan memakai sandal.

c. Menolong diri, artinya kemampuan peserta didik dalam menghindari dan mengendalikan bahaya dari benda tajam, listrik dan jalan raya.

d. Komunikasi, artinya kemampuan peserta didik dalam kegiatan berhubungan dengan orang lain secara perbuatan dan lisan.

e. Sosialisasi, artinya kemampuan peserta didik berkaitan dengan hubungan sosial (berteman dan bermain), memperkenalan diri dengan menyebutkan nama dan identitas sederhana.

f. Keterampilan hidup, artinya kemampuan peserta didik dalam penguasaan keterampilan sederhana untuk maksud tertentu, seperti memelihara mainannya, mengambil mainannya serta merapikan mainannya setelah bermain.

2. Bimbingan Pribadi

Bimbingan pribadi merupakan suatu rangkaian kegiatan bimbingan yang terencana, terorganisir, dan terkoordinasi dan dilaksanakan secara terpadu, melalui kerjasama antara personal BK dan personal sekolah lainnya, keluarga, sekolah serta masyarakat dalam upaya membantu peserta didik menghadapi dan menyelesaikan masalah-masalah pribadi.

(35)

Lianita Zanith, 2014

Profil kemandirian anak down syndrome dan implikasinya bagi bimbingan pribadi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pada penelitian ini yang dimaksud dengan bimbingan pribadi untuk mengembangkan kemandirian peserta didik anak down syndrome Taman Kanak-Kanak (TK) adalah suatu rangkaian kegiatan bimbingan yang terencana, terorganisir, dan terkoordinasi, dan dilaksanakan secara terpadu melalui kerjasama antara guru wali kelas, orang tua dan personal sekolah lainnya, terkait dengan upaya mengembangkan kemandirian peserta didik anak down syndrome Taman Kanak-Kanak (TK).

D. Proses Pengembangan Instrumen

Instrumen dalam penelitian ini ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut yaitu penentuan jenis instrumen, penentuan definisi operasional, pengembangan kisi-kisi, perumusan butir pertanyaan instrumen dan pengujian instrumen. Langkah-langkah tersebut dijelaskan sebagai berikut.

1. Jenis Instrumen

Instrumen yang digunakan untuk mengetahui kemandirian anak down syndrome berupa pedoman observasi perilaku anak down syndrome, pedoman wawancara guru wali kelas dan pedoman wawancara orang tua anak down syndrome.

2. Penentuan definisi operasional

Secara operasional kemandirian dalam penelitian ini adalah kemampuan peserta didik Taman Kanak-Kanak (TK) yang mengalami down syndrome dalam melakukan kegiatan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan pribadinya yang ditandai dengan merawat diri, mengurus diri, menolong diri, komunikasi, sosialisasi dan keterampilan hidup.

(36)

Lianita Zanith, 2014

Profil kemandirian anak down syndrome dan implikasinya bagi bimbingan pribadi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b. Mengurus diri, artinya kemampuan peserta didik dalam memenuhi kebutuhan pribadinya dalam hal berpakaian, berhias, memakai sepatu dan memakai sandal.

c. Menolong diri, artinya kemampuan peserta didik dalam menghindari dan mengendalikan bahaya dari benda tajam, listrik dan jalan raya.

d. Komunikasi, artinya kemampuan peserta didik dalam kegiatan berhubungan dengan orang lain secara perbuatan dan lisan.

e. Sosialisasi, artinya kemampuan peserta didik berkaitan dengan hubungan sosial (berteman dan bermain), memperkenalan diri dengan menyebutkan nama dan identitas sederhana.

f. Keterampilan hidup, artinya kemampuan peserta didik dalam penguasaan keterampilan sederhana untuk maksud tertentu, seperti memelihara mainannya, mengambil mainannya serta merapikan mainannya setelah bermain.

Pada penelitian ini yang dimaksud dengan bimbingan pribadi untuk mengembangkan kemandirian peserta didik anak down syndrome Taman Kanak-Kanak (TK) adalah suatu rangkaian kegiatan bimbingan yang terencana, terorganisir, dan terkoordinasi, dan dilaksanakan secara terpadu melalui kerjasama antara guru wali kelas, orang tua dan personal sekolah lainnya, terkait dengan upaya mengembangkan kemandirian peserta didik anak down syndromeTaman Kanak-Kanak (TK).

3. Pengembangan Kisi-Kisi

(37)

Lianita Zanith, 2014

Profil kemandirian anak down syndrome dan implikasinya bagi bimbingan pribadi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Indikator Batasan Ruang Lingkup Teknik Pengumpulan

Data

Sumber Data Merawat diri Makan, minum, menggunakan

toilet, mencuci tangan, tata cara Mengurus diri Berpakaian, berhias, memakai

dan melepaskan sepatu/sandal.

Menolong diri Menghindari dan mengendalikan bahaya benda tajam, api, listrik,

(38)

Lianita Zanith, 2014

Profil kemandirian anak down syndrome dan implikasinya bagi bimbingan pribadi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Indikator Batasan Ruang Lingkup Teknik Pengumpulan

Data

Sumber Data Komunikasi Berhubungan dengan orang lain

baik dengan perbuatan, lisan, maupun penggunaan media komunikasi Sosialisasi Bermain dengan teman Observasi 3 Peserta

didik Keterangan :Pedoman observasi dan pedoman wawancara dapat di lihat pada Lampiran A

4. Uji Kelayakan

Uji kelayakan instrumen memiliki tujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen dari segi konstruk, isi, dan bahasa yang digunakan. Dalam penelitian ini pengujian dilakukan oleh empat pakar yaitu tiga dosen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang ahli pada bidang bimbingan pribadi dan pengembangan instrumen, serta seorang dosen Pendidikan Luar Biasa yang ahli pada bidang anak tunagrahita. Pada tanggal 8 Desember 2013 uji kelayakan dilakukan oleh dosen pendidikan luar biasa. Dengan perubahan pada indikator merawat diri, mengurus diri dan keterampilan hidup.

(39)

Lianita Zanith, 2014

(40)

Lianita Zanith, 2014

Profil kemandirian anak down syndrome dan implikasinya bagi bimbingan pribadi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 3.2

Sumber Data Prosedur Pengumpulan Data Maksud

1 Observasi a. Kondisi lingkungan sekolah dan rumah b. Perilaku tiga anak

down syndrome saat di sekolah dan di rumah

a. Observasi dilakukan secara langsung di Taman Kanak-Kanak (TK)

b. Mengamati perilaku anak down syndrome dalam setiap melakukan aktivitas disekolah

c. Mencatat setiap perilaku yang muncul pada pedoman observasi.

d. Memotret kejadian-kejadian dengan menggunakan camera.

a. Untuk mendapatkan data yang akurat mengenai kemandirian anak down syndrome.

b. Pedoman observasi sebagai panduan agar observasi tidak keluar dari konteks masalah dan

a. Wawancara tatap muka dengan menggunakan perangkat rekam suara di telepon seluler dan catatan lapangan. b. Wawancara dengan pedoman wawancara semi

terstruktur dan tidak menutup kemungkinan adanya pengembangan pertanyaan sesuai dengan situasi dan kondisi.

c. Setelah proses wawancara dan penulisan transkrip hasil wawancara. Hasil analisis data tersebut ditunjukan kepada orang yang diwawancara untuk mengkonfirmasi kebenaran hasil wawancara.

a. Informasi tambahan dan gambaran yang kompleks mengenai kemandirian anak down syndrome Taman Kanak-Kanak (TK ). b. Pedoman wawancara sebagai

panduan agar wawancara tidak keluar dari konteks masalah.

(41)

Lianita Zanith, 2014

Profil kemandirian anak down syndrome dan implikasinya bagi bimbingan pribadi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian ini dikumpulkan dengan cara observasi dan wawancara. Peneliti mengumpulkan data melalui beragam sumber data (multiple sources of data), para peneliti kualitatif biasanya memilih mengumpulkan data dari beragam sumber, seperti wawancara, observasi, dan dokumentasi, ketimbang bertumpu hanya pada satu sumber data saja (Creswell, 2010: 261). Berikut ini dijelaskan lebih rinci teknik pengumpulan data dalam penelitian ini.

1. Observasi

Observasi untuk mengamati perilaku peserta didik anak down syndrome pada aspek merawat diri, mengurus diri, menolong diri, komunikasi, sosialisasi dan keterampilan hidup. Penelitian ini menggunakan observasi kualitatif. Observasi kualitatif dalam penelitian ini dilakukan dengan cara peneliti turun langsung ke sekolah dan rumah untuk mengamati tiga perilaku anak down syndrome yang berkaitan dengan aspek-aspek kemandirian kemudian peneliti merekam/mencatat secara terstruktur dengan pedoman observasi (pedoman observasi dapat dilihat pada Lampiran A) dan mendokumentasikan beberapa aktivitas tersebut melalui kamera digital. Observasi kualitatif merupakan observasi yang didalamnya peneliti langsung turun ke lapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas individu-individu di lokasi penelitian baik secara terstruktur maupun semi terstruktur (Creswell, 2010: 267).

(42)

Lianita Zanith, 2014

Profil kemandirian anak down syndrome dan implikasinya bagi bimbingan pribadi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

partisipan utuh pada saat observasi memiliki kelebihannya peneliti mendapatkan pengalaman langsung dari partisipan (Creswell, 2010: 268).

Observasi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut. Penelitian ini melakukan observasi awal. Observasi awal dilakukan untuk mengidentifikasi lokasi penelitian dan individu-individu yang diteliti. Observasi awal juga dilakukan untuk memahami kondisi lokasi dan permasalahan awal yang dihadapi terkait kemandirian anak down syndrome. Selain itu, observasi awal juga sekaligus merupakan kunjungan awal untuk menjalin komunikasi dengan pihak sekolah dan orang tua anak down syndrome. Hal ini penting untuk membangun kepercayaan (trust) antara peneliti dengan pihak sekolah dan orang tua anak down syndrome. Pada akhirnya kepercayaan yang terbangun sangat berguna untuk memperlancar jalannya penelitian dan keterbukaan data yang diperlukan untuk penelitian ini. Observasi awal dilakukan pada tanggal 22 September 2013 sampai dengan 25 September 2013. Observasi awal menghasilkan informasi awal mengenai jumlah anak down syndrome yang ada di sekolah dan indikasi permasalahan kemandirian anak down syndrome.

Kemudian penelitian ini melakukan observasi mendalam perilaku kemandirian anak down syndrome di lingkungan SLB YPLAB Lembang dan di rumah anak down syndrome. Observasi dilakukan untuk mengenali karakteristik perilaku kemandirian anak down syndrome saat melakukan aktivitas di sekolah dan di rumah anak down syndrome. Observasi sebagian besar dilakukan oleh peneliti dengan dibantu oleh peneliti langsung dengan dibantu oleh guru wali kelas.

(43)

indikator-Lianita Zanith, 2014

Profil kemandirian anak down syndrome dan implikasinya bagi bimbingan pribadi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

indikator aspek yang belum bisa diamati di sekolah seperti mandi, cuci kaki, berpakaian, mengendalikan bahaya listrik dan benda tajam. Hal itu karena anak down syndrome tidak melakukan aktivitas yang berkaitan dengan pengendalian bahaya dan mandi saat di sekolah. Observasi anak down syndrome di sekolah dilakukan pada tanggal 17 Februari 2014 sampai dengan 22 Februari 2014 dengan rincian dapat dilihat pada tabel 3.3 (hasil observasi dan dokumentasi terlampir).

Observasi kemudian dilengkapi dengan mengamati perilaku anak down syndrome pada aspek-aspek kemandiran saat di rumah dan lingkungan sekitarnya. Tujuannya untuk melengkapi dan mengkonfirmasi perilaku kemandirian anak saat di sekolah. Namun, ternyata tetap ada keterbatasan yang belum diobservasi pada indikator aspek mandi, mencuci kaki, dan menggunakan toilet. Hal itu karena saat observasi berlangsung di rumah anak down syndrome tidak melakukan kegiatan tersebut. Observasi anak di rumah dilakukan pada tanggal 22 Februari 2014 sampai dengan 25 Februari 2014 dengan rincian pada tabel 3.3 (hasil observasi dan dokumentasi terlampir).

Hasil observasi kemudian dikonfirmasikan juga kepada orang tua dan wali kelas dengan cara melakukan wawancara kepada mereka. Selain itu, untuk melengkapi keterbatasan pada observasi yang dapat diobservasi hanya pada aspek-aspek tertentu saja, maka dilengkapi dengan wawancara. Penjelasan mengenai teknik wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut.

2. Wawancara

(44)

Lianita Zanith, 2014

Profil kemandirian anak down syndrome dan implikasinya bagi bimbingan pribadi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menggali berbagai informasi yang berkenaan dengan masalah penelitian yaitu kemandirian anak down syndrome di SLB YPLAB Lembang. Wawancara bersifat luwes, terbuka, dan semi terstruktur dan mengembangkan pertanyaan-pertanyaan tersebut secara mendalam dengan rumusan kata-kata yang disusun sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian. Pertanyaan wawancara menanyakan seputar karakteristik dan permasalahan perilaku anak down syndrome dan bentuk intervensi yang pernah diberikan kepada mereka saat di sekolah dan saat di rumah. Untuk memperoleh data yang lebih lengkap, peneliti menggunakan pedoman wawancara. Sumber data diperoleh dari seorang guru wali kelas dan tiga orang tua anak down syndrome karena mereka merupakan pihak-pihak yang mengetahui perilaku anak down syndrome sehari-hari baik di sekolah maupun di rumah (Pedoman wawancara dapat dilihat pada Lampiran A).

Wawancara yang dilakukan dengan semi terstruktur dengan melakukan wawancara dipandu dengan panduan wawancara namun tetap terbuka pada informasi lain yang berkaitan dengan kemandirian anak down syndrome. Wawancara juga dilakukan dengan wawancara berhadap-hadapan (face to face interview) pada perorangan. Wawancara ini penting karena peneliti tidak bisa mengobservasi secara langsung semua anak down syndrome. Creswell (210: 268) menyatakan bahwa wawancara perorangan penting dilakukan karena peneliti kualitatif tidak bisa mengobservasi secara langsung semua partisipan.

Penelitian ini merekam informasi dari wali kelas dan orang tua anak down syndrome dengan menggunakan catatan-catatan tangan, dengan alat rekaman video dan rekaman suara. Wawancara ini direkam menggunakan rekaman suara dan kamera digital, tetapi peneliti tetap mencatatnya karena sebagai back up data. digunakan kemudian mentranskrip hasil rekaman video tape tersebut (Creswell, 2010) (transkrip wawancara dapat dilihat pada lampiran A).

(45)

Lianita Zanith, 2014

Profil kemandirian anak down syndrome dan implikasinya bagi bimbingan pribadi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

lokasi penelitian dan individu-individu yang diteliti. Wawancara awal juga dilakukan untuk memberikan pemahaman terhadap kondisi lokasi dan permasalahan awal yang dihadapi terkait kemandirian anak down syndrome. Selain itu, wawancara awal juga sekaligus merupakan kunjungan awal untuk menjalin komunikasi dengan pihak sekolah dan orang tua anak down syndrome. Hal ini penting untuk membangun kepercayaan (trust) antara peneliti dengan pihak sekolah dan orang tua anak down syndrome. Pada akhirnya kepercayaan yang terbangun sangat berguna untuk memperlancar jalannya penelitian dan mau terbuka mengenai data yang diperlukan untuk penelitian ini. Wawancara awal dilakukan pada 22 September 2013 sampai dengan 25 September 2013. Wawancara dilakukan di sekolah. Wawancara awal menghasilkan informasi awal mengenai jumlah anak down syndrome yang ada di sekolah dan indikasi permasalahan kemandirian anak down syndrome.

Kemudian penelitian ini melakukan wawancara mendalam kepada wali kelas di sekolah dan orang tua anak down syndrome saat di sekolah dan di rumah. Wawancara dilakukan untuk mengkonfirmsi dan melengkapi data hasil observasi. Wawancara dilakukan dengan membuat janji terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar wawancara berdasarkan kesedian dari wali kelas dan orangtua agar tidak mengganggu aktivitas mereka sehari-hari. Wawancara dilakukan pada tanggal 20 Februari 2014 sampai dengan 24 Februari 2014 dengan rincian dapat dilihat pada Tabel 3.3. Wawancara ini menghasilkan gambaran secara kualitatif mengenai karaktersitik kemandirian anak down syndrome berdasarkan pengetahuan dan pengalaman wali kelas dan orang tua saat berinteraksi dengan anak down syndrome sehari-hari.

Tabel 3.3 Pengumpulan Data

No Kegiatan Hari/Tanggal Waktu Tempat

(46)

Lianita Zanith, 2014

Profil kemandirian anak down syndrome dan implikasinya bagi bimbingan pribadi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

No Kegiatan Hari/Tanggal Waktu Tempat

3 Observasi ZI Senin, 17 februari 2014 Pukul 10.00-10.30 Ruang kelas 4 Observasi AZ Selasa, 18 Februari 2014 Pukul 08.00-09.00 Ruang kelas 5 Observasi YU Selasa, 18 Februari 2014 Pukul 08.00-10.00 Ruang kelas 6 Observasi ZI Selasa, 18 Februari 2014 Pukul 08.00-10.00 Ruang kelas 7 Observasi AZ Rabu, 19 Februari 2014 Pukul 08.00-10.00 Ruang kelas 8 Observasi AZ Kamis, 20 Februari 2014 Pukul 08.00-10.00 Ruang kelas 9 Observasi

YU

Kamis, 20 Februari 2014 pukul 09.00-10.00 Ruang kelas

10 Observasi ZI Kamis, 20 Februari 2014 pukul 09.00-10.00 Ruang kelas 11 Observasi AZ Jumat, 21 Februari 2014 Pukul 08.00-10.00 Lapangan

Olahraga 12 Observasi

YU

Jumat, 21 Februari 2014 Pukul 08.00-10.00 Lapangan Olahraga 13 Observasi ZI Jumat, 21 Februari 2014 Pukul 08.00-10.00 Lapangan

Olahraga 14 Observasi YU Sabtu, 22 Februari 2014 pukul 08.00-10.00 Lapangan

Sekolah 15 Observasi ZI Sabtu, 22 Februari 2014 Pukul 08.00-10.00 Lapangan

Sekolah 16 Wawancara

wali kelas

Kamis, 20 Februari 2014 Pukul 11.00-12.00 Ruang kelas

17 Wawancara orang tua AZ

Jumat, 21 Februari 2014 Pukul 09.00-10.00

Sabtu, 22 februari 2014 Pukul 12.00-13.30 Rumah YU

19 Wawanca orang tua ZI dan observasi ZI

Senin, 24 Februari 2014 Pukul 16.00-18.00 Rumah ZI

Keterangan : Hasil Observasi dan Transkrip Wawancara dapat dilihat pada Lampiran A

F. Reliabilitas danValiditas Data

(47)

Lianita Zanith, 2014

Profil kemandirian anak down syndrome dan implikasinya bagi bimbingan pribadi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kredibilitas hasil penelitian ini. Validasi kualitatif merupakan upaya pemeriksaan terhadap akurasi hasil penelitian dengan menerapkan prosedur-prosedur tertentu (Creswell, 2010). Validitas kualitatif didasarkan pada kepastian apakah hasil penelitian sudah akurat dari sudut pandang peneliti, partisipan, atau pembaca secara umum (Creswell, 2010). Sementara reliabilitas kualitatif mengindikasikan bahwa pendekatan yang digunakan peneliti konsisten jika diterapkan oleh peneliti-peneliti lain untuk penelitian-penelitian lain (Creswell, 2010). Peneliti kualitatif perlu menjelaskan sejumlah prosedur ini dalam penelitian untuk menunjukkan bahwa hasil penelitian yang mereka peroleh nantinya akan benar-benar konsisten dan reliabel (Creswell, 2010).

Penelitian ini menjaga reliabilitas kualitatif dengan cara sebagai berikut. Peneliti memeriksa hasil transkripsi untuk memastikan tidak adanya kesalahan-kesalahan yang dibuat selama proses transkripsi. Peneliti juga memastikan tidak ada definisi dan makna yang mengambang mengenai kode-kode selama proses coding. Hal ini dilakukan dengan menulis catatan tentang kode-kode dan definisi-definisinya. Penelitian ini juga mendokumentasikan seluruh langkah-langkah, prosedur, instrumen penelitian, dan hasil observasi dan hasil wawancara. Yin (2003) menegaskan bahwa para peneliti kualitatif harus mendokumentasikan sebanyak mungkin langkah-langkah dalam prosedur tersebut untuk menjaga reliabilitas penelitian kualitatif (Creswell, 2010: 269). Penelitian ini menjaga validitas dengan strategi-srategi sebagai berikut.

(48)

Lianita Zanith, 2014

Profil kemandirian anak down syndrome dan implikasinya bagi bimbingan pribadi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

melengkapi data yang luput dari observasi. Strategi triangulasi lainnya adalah mengumpulkan data observasi tidak hanya saat di sekolah tetapi juga saat di rumah. Hal ini dilakukan untuk menambah perspektif dan infromasi pada setting yang berbeda sehingga data yang dihasilkan lebih lengkap.

b. Menerapkan member checking untuk mengetahui akurasi hasil penelitian. Member checking dilakukan dengan membawa kembali laporan akhir atau deskripsi-deskripsi atau tema-tema spesifik ke wali kelas dan orang tua anak down syndrome untuk mengecak apakah mereka merasa bahwa laporan/skripsi/tema tersebut sudah akurat. Peneliti tidak membawa kembali transkrip-transkrip mentah kepada wali kelas dan orang tua anak down syndrome untuk mengecek akurasinya. Peneliti membawa hasil penelitian adalah yang sudah dianalisis dan dirumuskan kesimpulan dan rekomendasinya. Pada tahap ini, peneliti melakukan wawancara tindak lanjut dengan wali kelas dan orang tua anak down syndrome dan memberikan kesempatan pada mereka untuk berkomentar tentang hasil penelitian.

c. Membuat deskripsi yang kaya dan padat (rich and thick description). Penelitian ini mengungkap banyak deskripsi yang detil mengenai karakteristik kemandirian anak down syndrome dan menyajikan banyak perspektif mengenai tema berdasarkan literatur, teori dan hasil penelitian terdahulu sehingga hasilnya menjadi lebih realistis, kaya dan bermakna. d. Melakukan tanya jawab dengan sesama rekan peneliti (peer de briefing)

(49)

Lianita Zanith, 2014

Profil kemandirian anak down syndrome dan implikasinya bagi bimbingan pribadi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

peneliti sehingga subyektifitas dari peneliti bisa sangat minimal. Peneliti melibatkan Tanya jawab dengan tiga dosen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB) dan satu dosen Pendidikan Luar Biasa (PLB).

G. Analisis Data

Penelitian ini fokus menganalisis karakteristik perilaku kemandirian anak down syndrome pada aspek merawat diri, megurus diri, menolong diri, komunikasi, sosialisasi, dan keterampilan hidup. Proses analisis data pada penelitian ini secara keseluruhan melibatkan usaha memaknai data yang berupa visual dari hasil observasi perilaku anak down syndrome dan teks hasil wawancara wali kelas dan orang tua anak down syndrome. Penelitian ini melakukan proses analisis mulai dari mempersiapkan data tersebut untuk dianalisis, melakukan analisis dengan men-coding data ke dalam kategori-kategori atau tema-tema tertentu yang sudah ditetapkan sebelumnya, memperdalam pemahaman terhadap data tersebut, menyajikan data dan membuat interpretasi makna yang lebih luas terhadap data tersebut. Berikut ini rincian proses analisis dan interpretasi data yang dilakukan dalam penelitian ini.

1. Mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis.

Pada tahap ini data hasil observasi dicatat saat berada di lapangan dan setelah dari lapangan kemudian disajikan berupa lembar hasil observasi. Data hasil observasi berupa foto dan rekaman video dikumpulkan dan dirapihkan pada kategori-kategori tertentu berdasarkan sumber data. Pada tahap ini juga dilakukan pencatatan wawancara saat dilapangan dan membuat transkrip wawancara dari rekaman data digital yang terekam sebelumnya dalam alat perekam yang ada di telepon seluler. Pada tahap ini dilakukan kegiatan memilah-milah dan menyusun data ke dalam jenis-jenis yang berbeda tergantung pada sumber informasi.

(50)

Lianita Zanith, 2014

Profil kemandirian anak down syndrome dan implikasinya bagi bimbingan pribadi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Keseluruhan data yang dibaca adalah data visual hasil dari observasi dan data teks dari hasil wawancara. Tahap ini dilakukan untuk membangun pemahaman secara menyeluruh (general sense) atas informasi yang diperoleh. Pada tahap ini, peneliti menulis catatan-catatan khusus atau gagasan-gagasan umum tentang data yang diperoleh.

3. Menganalisis lebih detil dengan men-coding data.

Coding merupakan proses mengolah materi/informasi menjadi segmen-segmen tulisan sebelum memaknainya (Creswell, 2010). Pada tahap ini peneliti mengambil data tulisan atau gambar yang telah dikumpulkan selama proses pengumpulan, mensegmentasi kalimat-kalimat (atau paragraf-paragraf) atau gambar-gambar tersebut kedalam kategori-kategori, kemudian melabeli kategori-kategori ini dengan istilah-istilah khusus menurut aspek-aspek kemandirian.

4. Mendeskripsikan karakteristik kemandirian anak down syndrome ke dalam kategori-kategori tertentu.

Deskripsi ini melibatkan usaha penyampaian informasi secara detil mengenai perilaku kemandirian anak down syndrome. Peneliti membuat kode-kode untuk mendeskripsikan semua informasi, lalu menganalisisnya. Selain itu, menerapkan proses coding untuk membuat sejumlah kecil atau kategori. Tema-tema inilah yang menjadi hasil utama dalam penelitian kualitatif dan digunakan untuk membuat judul dalam bagian hasil penelitian. 5. Menyajikan deskripsi setiap kategori pada laporan kualitatif. Pendekatan

yang dilakukan adalah dengan menerapkan pendekatan deskriptif dalam menyampaikan hasil analisis. Pendekatan ini meliputi pembahasan tentang kategori-kategori tertentu lengkap dengan subkategori- kategori dan beberapa ilustrasi-ilustrasi khusus. Peneliti juga menggunakan data visual (gambar-gambar) untuk membantu menyajikan pembahasan.

(51)

Lianita Zanith, 2014

Profil kemandirian anak down syndrome dan implikasinya bagi bimbingan pribadi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Peneliti menginterpretasi dengan cara memaknai data. Pemaknaan data dalam penelitian ini berasal dari perbandingan antara temuan-temuan saat dilapangan dengan informasi yang berasal dari literatur atau teori atau penelitian terdahulu. Informasi dari literatur, teori, dan penelitian terdahulu digunakan untuk memaknai bagaimana dan mengapa perilaku kemandirian anak down syndrome pada penelitian ini.

H. Prosedur dan Tahap Penelitian

Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari empat tahap yaitu tahap persiapan, tahap pengumpulan data, tahap pengolahan dan analisis data, tahap pelaporan, yang terinci sebagai berikut.

1. Tahap Persisapan

a. Pembuatan dan pengesahan proposal penelitian oleh pembimbing I, II dan dewan skripsi jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan.

b. Pengajuan permohonan pengangkatan dosen pembimbing skripsi pada tingkat fakultas yang sebelumnya telah disahkan oleh ketua jurusan.

c. Studi pustaka awal untuk mengkaji penelitian-penelitian sebelumnya untuk mengumpulkan berbagai bahan dan materi yang terkait dengan penelitian.. d. Pengajuan permohonan izin penelitian dari Jurusan Psikologi Pendidikan dan

Bimbingan (PPB) yang merekomendasikan ke tingkat fakultas dan BAAK. Surat rekomendasi dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dilanjutkan ke Kesatuan Bangsa (Kesbang) dan Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Barat, selanjutnya disampaikan ke Kepala Sekolah SLB YPLAB Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

e. Menjalin komunikasi dengan guru-guru dan orang tua peserta didik anak down syndrome untuk mendapatkan data dan informasi awal yang dibutuhkan dalam penelitian.

Gambar

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data
Tabel 3.3

Referensi

Dokumen terkait

PANITIA KELOMPOK

[r]

Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Bakrie (p. 7-9) cites that mosque has many functions, namely: the mosque is a section of the department of information and culture, the mosque is a university

Terkait dengan sikap beralih konsumen, fenomena yang dapat digambarkan tentang peran variabel motivasi untuk mengelaborasi informasi adalah jika motivasi mengelaborasi

Dari hasil penelitan dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode Cooperative Integrated Reading and Compotition ( CIRC ) dapat meningkatkan kemampuan komunikasi

Pendahuluan , Besaran & Vektor ,Gerak Lurus ,Gerak Benda Dalam Bidang Datar Dengan Percepatan Tetap , Hukum –Hukum Newton Tentang gerak Kesetimbangan, Momentum Impuls Dan

Penelitian ini menggunakan metode Capital Asset Pricing Model (CAPM) untuk mengetahui seberapa besar risiko dan return yang akan dihadapi serta saham mana yang layak dan