• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN

MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA

PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sabagian dari Syarat untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer

Oleh

Asep Setiawan

0902243

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Efektivitas Model Discovery Learning Berbantuan Multimedia Interaktif Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa Pada Mata

Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

Oleh :

Asep Setiawan

0902243

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

pada program studi Pendidikan Ilmu Komputer

Asep Setiawan

Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Efektivitas Model Discovery Learning Berbantuan Multimedia Interaktif Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa Pada Mata

Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

Oleh Asep Setiawan NIM. 0902243

Disetujui dan disahkan oleh : Pembimbing I,

Dr. Dedi Rohendi, MT NIP. 196705241993021001

Pembimbing II,

Drs. H. Heri Sutarno, M.T NIP. 195607141984031002

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer

(4)

Efektivitas Model Discovery Learning Berbantuan Multimedia

Interaktif Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep

Siswa Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi

Asep Setiawan, 0902243, AsepSetiawan.pikb09@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan perancangan dan pengembangan multimedia interaktif sebagai alat bantu pembelajaran model discovery learning, untuk mengetahui efektivitas peningkatan pemahaman konsep siswa, serta mengetahui respon belajar siswa terhadap model discovery learning berbantuan multimedia. Metode penelitian yang digunakan adalah quasy experiment dengan desain pretest posttest nonequivalent kontrol group design.Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 2 dan XI IPS 4 SMA Negeri 13 Bandung. Penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman konsep antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol pada data posttest. Indeks gain pada kelas eksperimen sebesar 0,32 dengan criteria sedang dan kelas kontrol 0,07 dengan criteria rendah. Efektivitas dari model Discovery Learning diukur dengan menggunakan perhitungn Effect Size. Tingkat keefektivan diperoleh data pretest menghasilkan nilai Effect Size 0,29 dengan nilai efek yang sedang, pada data posttest menghasilkan nilai 1,24 dengan nilai efek yang besar dan untuk data gain yaitu 1,40 dengan nilai efek yang besar. Sebagian besar siswa memberikan respon positif mengenai pembelajaran menggunakan model Discovery Learning berbantu multimedia. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan persentase dari angket sebesar 70,83%.

Kata Kunci : Efektivitas, Discovery Learning, Multimedia Interaktif, Kemampuan

(5)

Effectiveness of Discovery Learning Interactive Multimedia Assisted

Models to Enhance Student Ability Understanding of Concepts

Lesson In Information And Communication Technology

Asep Setiawan, 0902243, AsepSetiawan.pikb09@gmail.com

ABSTRACT

This study aims to produce the design and development of interactive multimedia as a learning tool of discovery learning models, to determine the effectiveness of improved student's understanding concept, and know the student's learning response of the multimedia-assisted discovery learning model. The method used was Quasy experiment with a pretest-posttest nonequivalent control group design. Samples taken in this study were students of class XI IPS 2 and XI IPS 4 of SMAN 13 Bandung. This study concludes that there was a difference between the capacity of students' concept understanding between experimental class and control class in the posttest data. Gain in the index was 0,32 with experimental class criteria and control class was 0,07 with lower criteria. The effectiveness of the Discovery Learning model was measured by using a Effect Size count. The level of effectiveness of the data obtained pretest generate value with the value of 0.29 Effect Size effect was, at posttest generate the data value with the value of 1.24 and a large effect for the data value of the gain is 1.40 with great effect. Most of the students responded positively about learning using multimedia-assisted Discovery Learning model. This is indicated by the percentage gain of 70.83% from the questionnaire.

Key Words: Effectiveness, Discovery Learning, Interactive Multimedia, Ability

(6)

DAFTAR ISI

PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Batasan Masalah ... 7

1.4 Tujuan Penelitian ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 8

1.6 Definisi Operasional ... 8

1.7 Hipotesis ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Multimedia ... 10

2.2 Teknologi Informasi dan Komunikasi ... 12

2.2.1 Pendekatan dan Strategi Perencanaan TIK ... 13

(7)

2.2.3 Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran ... 16

2.3 EfektivitasPembelajaran ... 18

2.4 ModelPembelajaran ... 19

2.5 Model Discovery Learning ... 21

2.6 KemampuanPemahaman Konsep ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 MetodePenelitian.. ... 32

3.2 DesainPenelitian.. ... 32

3.3 PopulasidanSampel.. ... 33

3.4 Variabel Penelitian... 34

3.5 InstrumenPenelitian ... 34

3.6 Pengembangan Bahan Ajar... 34

3.7 Metode Pengembangan Multimedia Pembelajaran. ... 35

3.8 Data Hasil Uji Instrumen. ... 36

3.9 Prosedur Penelitian ... 39

3.10 Teknik Analisis Data ... 40

3.11 Analisis Effect Size ... 44

3.12 Pengolahan Data Angket ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Tahap Persiapan Penelitian ... 47

4.1.1 Identifikasi Awal ... 47

4.1.2 Penyusunan Instrumen ... 47

4.1.3 Pengembangan Multimedia ... 48

(8)

4.2 Analisis dan Hasil Uji Coba Instrumen ... 57

4.2.1 Uji Validitas, Daya Pembeda dan Indeks Kesukaran ... 57

4.2.2 Uji Reliabilitas ... 60

4.3 Tahap Pelaksanaan Penelitian... 61

4.3.1 Pelaksanaan Pretes ... 61

4.3.2 Proses Pembelajaran ... 61

4.3.3 Pelaksanaan Posttest ... 62

4.3.4 Pemberian Angket ... 63

4.4 Analisis Data Hasil Penelitian ... 63

4.4.1 Analisis Data Pretest ... 63

4.4.2 Analisis Data Postest ... 66

4.4.3 Analisis Pengukuran Effect Size ... 71

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 82

5.2 Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 84

LAMPIRAN ... 88

1. LAMPIRAN A ... 89

2. LAMPIRAN B ... 131

3. LAMPIRAN C ... 157

4. LAMPIRAN D ... 194

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Profil peningkatan Pemahaman Konsep Siswa ... 4

Tabel 3.1 Klasifikasi Koefisien Validitas ... 32

Tabel 3.2 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ... 32

Tabel 3.3 Klasifikasi Daya Pembeda ... 33

Tabel 3.4 Klasifikasi Tingkat Kesukaran ... 34

Tabel 3.5 Klasifikasi Indeks Gain ... 39

Tabel 3.6 Kriteria Effect Size ... 40

Tabel 3.7 Bobot Tiap Soal Angket ... 40

Tabel 3.8 Tafsir Data Angket ... 41

Tabel 4.1 Data hasil analisa uji instrumen soal pretes ... 52

Tabel 4.2 Data hasil analisa uji instrumen soal postes ... 53

Tabel 4.3 Uji Reliabilitas ... 54

Tabel 4.4 Kemampuan Awal Siswa Sebelum Dilakukan Pembelajaran ... 57

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data Pretest ... 59

Tabel 4.6 Uji Homogenitas Data Pretest ... 60

Tabel 4.7 Uji Statistik Perbedaan Dua Rerata Data Pretest ... 60

Tabel 4.8 Pemahaman Konsep Siswa Setelah Dilakukan Pembelajaran ... 61

Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Data Posttest ... 62

Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest ... 63

Tabel 4.11 Uji Statistik Perbedaan Dua Rerata Data Postest ... 63

Tabel 4.12 Uji Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa ... 64

Tabel 4.13 Data Hasil Uji Effect Size. ... 65

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 33

Gambar 4.1 Flowchart Multimedia PembelajaranInteraktif ... 52

Gambar 4.2 Data Flow Diagram Level 0... 53

Gambar 4.3Data Flow Diagram Level 1 ... 53

Gambar 4.4Data Flow Diagram Level 2 ... 53

Gambar 4.5 ContohStoryboard Multimedia Pembelajaran ... 54

Gambar 4.6Tampilan Multimedia – Menu Utama ... 55

Diagram 4.1 Rata-rata Nilai Pretest ... 64

Diagram 4.2 Rata-rata Nilai Posttest ... 67

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada zaman sekarang ini merupakan era perkembangan pengetahuan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ini berdampak pada kehidupan

bermasyarakat, karena pada dasarnya kehidupan dalam semua aspek tidak lepas

dari pengetahuan dan teknologi. Masyarakat dituntut untuk mengikuti

perkembangan teknologi, karena teknologi akan berperan pada kehidupan masa

kini dan masa yang akan datang. Masyarakat yang melek teknologi akan mampu

memilih, merancang, membuat, dan menggunakan hasil-hasil rekayasa teknologi

tersebut. Bagian dari masyarakat tersebut adalah sekolah yang di dalamnya

terdapat peserta didik. Melek teknologi (technology literacy) artinya peserta didik

aktif terlibat dalam proses teknologi atau belajar memanfaatkan hasil teknologi.

Bahkan tidak hanya untuk mengetahui dan mengenal saja, peserta didik belajar

merancang dan membuat karya teknologi sendiri. Selain itu mereka dilatih untuk

menemukan dan memecahkan permasalahan sendiri dalam kehidupan

sehari-harinya yang dapat dipecahkan dengan memanfaatkan jasa teknologi.

Menurut Martin (1999) teknologi informasi tidak hanya terbatas pada

teknologi komputer yang digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi,

melainkan mencakup juga teknologi komunikasi untuk mengirimkan informasi.

Demikian juga dengan apa yang disampaikan oleh William dan Sawyer (2003)

yang dikutip Abdul Kadir dan Terra Ch Triwahyuni (2003: 2) dalam bukunya

pengenalan teknologi informasi mengemukakan bahwa “Teknologi informasi

adalah teknologi yang menggabungkan komputasi (komputer) dengan jalur komunikasi dengan kecepatan tinggi yang membawa data, suara dan video.” Dari definisi diatas tergambar bahwa teknologi informasi tidak sekedar berupa

teknologi komputer, tetapi juga teknologi komunikasi. Dengan kata lain teknologi

(12)

2

Mempelajari teknologi informasi dan komunikasi sangat penting, karena

selain sebagai alat bantu, kita juga dapat berbagi hal positif dengan orang lain

sehingga ilmu yang kita miliki dapat bermanfaat bagi kehidupan orang banyak.

Maka dari itu di sekolah kita belajar teknologi informasi dan komunikasi sejak

dini. Dengan mempelajari teknologi informasi dan komunikasi kita tidak hanya

mengenal, mengetahui dan melihat perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi saja, melainkan diharapkan mampu mengembangkan dan

menciptakan sesuatu yang baru sehingga kedepannya siswa tidak hanya

menggunakan tapi mampu membuat sesuatu yang berguna untuk lingkungannya.

Selain itu siswa dapat meningkatkan minat dan bakat pada teknologi informasi

dan komunikasi ini sehingga siswa dapat fokus menggali dan mengembangkan

bakatnya dalam hal tersebut. Pendidikan merupakan hak asasi setiap warga negara

Indonesia, untuk itu setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh

pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa

memandang status sosial, ekonomi, suku, etnis, agama, dan gender. Pemerataan

akses dan peningkatan mutu pendidikan akan membuat warga negara Indonesia

memiliki kecakapan hidup.

Peningkatan mutu pendidikan sangat ditentukan oleh guru sebagai pendidik

dalam pencapaian tujuan pendidikan yang diharapkan. Dengan kata lain guru

menempati titik sentral pendidikan. Agar guru mampu menunaikan tugasnya

dengan baik, maka terlebih dahulu harus memahami hal-hal yang berhubungan

dengan proses belajar mengajar seperti halnya proses pendidikan pada umumnya.

Dengan demikian peranan guru yang sangat penting adalah mengaktifkan dan

mengefisienkan proses belajar di sekolah termasuk didalamnya penggunaan

metode mengajar yang sesuai.

Tugas utama seorang guru adalah mendidik, membimbing, melatih, dan

mengembangkan kurikulum, sebagaimana prinsip “Ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso, tut wuri handayani”. Artinya seorang guru apabila di depan memberikan suri teladan, di tengah memberi prakarsa dan di belakang memberi

dorongan atau motivasi (Fridani dan Lestari, 2009: 129). Oleh karena itu guru

(13)

3

pembelajaran agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan aktif, efektif dan

menyenangkan.

Salah satu prinsip pembelajaran inovatif adalah berpusat pada siswa (student

centered). Suyatno (2009: 8) mengemukakan student centered mengandung

pengertian pembelajaran menerapkan stategi pedagogik yang mengorientasikan

siswa kepada situasi yang bermakna, kontekstual, dunia nyata, dan menyediakan

sumber belajar, bimbingan, petunjuk bagi siswa ketika mereka mengembangkan

pengetahuan tentang materi pelajaran yang dipelajarinya sekaligus keterampilan

memecahkan masalah.

Kenyataannya di sekolah-sekolah masih banyak guru yang menggunakan

pembelajaran konvensional, semuanya berpusat pada guru atau didominasi oleh

guru (teacher centered) bukan berpusat pada siswa. Itulah yang saya alami saat

melaksanakan PPL (Program Pengalaman Lapangan) di SMA Negeri 13

Bandung, siswa hanya memperhatikan guru yang sedang mengajar tidak

dilibatkan kepada masalah yang membuat siswa dapat berpikir lebih kritis dan

kreatif, sehingga siswa tidak memahami keseluruhan materi yang disampaikan

gurunya tersebut yang mengakibatkan siswa akan merasa kesulitan ketika

diberikan suatu permasalahan.

Dalam pembelajaran konvensional, guru menggunakan metode transfer

informasi. Proses pembelajaran seperti inilah yang membuat siswa bosan, siswa

tidak dapat melihat hubungan antar materi pelajaran yang telah dipelajari dengan

materi selanjutnya. Selain itu siswa tidak dituntut untuk banyak menyelesaikan

sebuah permasalahan, karena dalam situasi seperti ini kebanyakan siswa hanya

menunggu materi selesai diberikan oleh guru kemudian setelah itu tidak ada lagi

pembelajaran yang dilakukan oleh siswa-siswa itu sendiri.

Melihat fenomena itu, guru harus mampu mengemas suatu pembelajaran

yang dapat membuat siswa menjadi aktif, partisipatif, dan menyenangkan dalam

belajar, maka diperlukan alternatif solusi yang tepat untuk mencari model

pembelajaran yang tepat dan dapat meningkatkan kemampuan pemahaman siswa.

Selain itu guru juga harus mengubah paradigma dari yang mulanya semua

(14)

4

pembelajaran yang tepat, permasalahan kurangnya pemahaman siswa dalam

kegiatan pembelajaran di kelas bisa diatasi.

Menurut Bruner dalam Arends (2008), discovery learning merupakan

sebuah metode pengajaran yang menekankan pentingnya membantu siswa untuk

memahami struktur atau ide-ide kunci suatu disiplin ilmu, kebutuhan akan

keterlibatan aktif siswa dalam proses belajar, dan keyakinan bahwa pembelajaran

sejati terjadi melalui personal discovery (penemuan pribadi). Belajar penemuan

mengakibatkan keingintahuan siswa, memberi motivasi untuk bekerja terus

sampai menemukan jawaban. Lagi pula metode ini dapat mengajarkan

keterampilan-keterampilan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain,

dan meminta para siswa untuk menganalisis dan memanipulasi, tidak hanya

menerima saja.

Dalam model discovery learning, siswa-siswa hendaknya belajar melalui

berpartisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, agar mereka

memperoleh pengalaman, dan melakukan eksperimen-eksperimen yang

mengizinkan mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri. Pengetahuan

yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan kebaikan-kebaikan,

diantaranya pengetahuan itu bertahan lama atau lama diingat, atau lebih mudah

diingat.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ibrahim (2013),

didapatkan informasi sebagai berikut:

Tabel 1.1 Profil peningkatan Pemahaman Konsep Siswa

Aspek Pretest Postest <g> <g>% Kategori

Translasi 31,00 68,67 0,587 58,70 Sedang

Interpretasi 38,00 90,00 0,634 63,40 Sedang

Ekstapolasi 29,33 62,33 0,537 53,70 Sedang

Tabel di atas menunjukan bahwa profil peningkatan pemahaman konsep

pada aspek translasi, interprestasi, dan ekstrapolasi. Dengan terjadinya

(15)

5

menggunakan model discovery learning siswa dapat lebih aktif dalam

menyelesaikan sebuah permasalahan, dapat menterjemahkan dan

mengkomunikasikan materi yang didapatkannya sendiri, artinya model

pembelajaran discovery learning (belajar penemuan) berbantuan multimedia

cukup efektif untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa.

Hasil penelitian yang juga dilakukan oleh Ibrahim (2013) disimpulkan

bahwa pemahaman konsep fisika siswa pada mata pelajaran Fisika di sekolah juga

masih dalam kategori rendah. Rendahnya pemahaman konsep fisika tersebut

diduga karena proses pembelajaran yang dilaksanakan belum tepat. Kebanyakan

metode belajar yang digunakan guru adalah ceramah. Proses pembelajaran seperti

itu masih belum sesuai dengan proses pembelajaran yang disarankan pada

kurikulum KTSP yaitu pembelajaran yang mengembangkan kompetensi yang

dimiliki oleh siswa atau berpusat pada siswa (student centered).

Pemaparan diatas menunjukan bahwa ternyata ada kaitan antara rendahnya

pemahaman konsep fisika siswa dengan proses pembelajaran yang diterapkan.

Untuk itu diperlukan model pembelajaran yang dapat membantu proses belajar

siswa sesuai harapan KTSP sehingga pemahaman konsep fisika siswa dapat

meningkat.

Adapun penelitian yang dilakukan Fajriani (2013) dapat disimpulkan bahwa :

1. Penguasaan konsep siswa kelas eksperimen untuk kelompok tinggi termasuk

kedalam kriteria sangat baik dengan nilai rata-rata 82,50%, sedangkan

kelompok sedang dan rendah termasuk dalam kriteria baik dengan nilai

rata-rata 75,86% dan 75,00%.

2. Peningkatan penguasaan konsep siswa yang melakukan pembelajaran dengan

menggunakan metode discovery-inquiry, yaitu sebesar 24,26%, secara

signifikan lebih baik dibandingkan dengan siswa yang melakukan

pembelajaran dengan menggunakan metode praktikum yang bersifat

(16)

6

3. Menurut siswa, pembelajaran discovery-inqury yang dilakukan dapat

membuat pembelajaran lebih menarik, menyenangkan, bersemangat,

termotivasi, serta dapat lebih memahami materi yang dipelajari.

Selanjutnya berdasarkan penelitian, analisis data hasil penelitian dari Husein

(2013), maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Secara umum peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa pada

pembelajaran TIK setelah dilaksanakannya model Discovery Learning

berbantuan MMI dari ketiga pertemuan adalah sebesar 0,53 dengan kriteria

sedang.

2. Setelah diterapkannya model Discovery Learning berbantuan MMI, tingkat

ranah kognitif siswa meningkat yaitu sebagai berikut : tingkat kemampuan

pengetahuan (C1) meningkat sebesar 0,62 dengan kriteria sedang, tengkat

kemampuan pemahaman (C2) meningkat sebesar 0,51 dengan kriteria sedang,

tingkat kemampuan pengaplikasian (C3) meningkat sebesar 0,48 dengan

kriteria sedang.

Dalam pelaksanaanya, agar pembelajaran dapat berjalan lebih menarik,

pembelajaran akan didukung dengan digunakannya media pembelajaran.

Multimedia dipilih sebagai alat bantu dalam penelitian ini karena multimedia

dapat membuat suasana menjadi lebih hidup, membangkitkan keinginan dan

minat siswa yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar,

penampilannya lebih menarik serta dapat menjelaskan suatu informasi tertentu

secara lebih nyata.

Berdasarkan uraian di atas penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian

berkaitan dengan “Efektivitas Model Discovery Learning Berbantuan

Multimedia Interaktif untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman

(17)

7

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diungkapkan, maka permasalahan

dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana perancangan dan pengembangan multimedia interaktif sebagai

alat bantu pembelajaran model discovery learning?

2. Apakah model Discovery Learning berbantuan multimedia lebih efektif

dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa pada mata

pelajaran TIK daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan model

pembelajaran konvensional?

3. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan model

pembelajaran penemuan (Discovery learning) berbantuan multimedia?

1.3Batasan Masalah

Di dalam penerapan model Discovery Learning ini diberikan pembatasan

masalah sebagai berikut :

1. Multimedia pembelajaran dibuat dengan menggunakan Adobe Flash

Professional CS5 dan media tersebut hanya bersifat sebagai pendukung atau

alat bantu pembelajaran (berbantuan multimedia).

2. Hasil pembelajaran dari penelitian ini merupakan hasil belajar dalam aspek

pemahaman konsep.

3. Penelitian dilakukan di kelas XI IPS 2 dan XI IPS 4 SMA Negeri 13

Bandung.

4. Pokok bahasan yang di pilih pada penelitian ini adalah pada kompetensi dasar

membuat dokumen pengolah angka sederhana dengan materi pokok rumus

dan fungsi.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menghasilkan perancangan dan pengembangan multimedia interaktif

sebagai alat bantu pembelajaran model discovery learning.

2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa yang

(18)

8

mata pelajaran TIK lebih efektif dibandingkan dengan siswa yang belajar

menggunakan model pembelajaran konvensional.

3. Untuk mengetahui respon belajar siswa terhadap pembelajaran yang

menggunakan model Discovery Learning berbantuan mutimedia.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

Manfaat penelitian ini untuk peneliti adalah mendapatkan wawasan dan

pengetahuan mengenai model Discovery Learning sehingga bisa diterapkan

pada saat proses pembelajaran.

2. Bagi Guru

Manfaat penelitian ini untuk guru adalah guru dapat memberikan

inspirasi dan inovasi baru dalam proses pembelajaran yang dapat

meningkatkan pemahaman konsep siswa.

3. Bagi Siswa

Melalui penelitian ini siswa mendapatkan pengalaman baru dalam

belajar yang diharapkan dapat menambah motivasi dalam belajar.

4. Bagi Dunia Pendidikan

Sebagai alternatif model pembelajaran untuk pembelajaran mandiri bagi

siswa sehingga pembelajaran dapat berjalan secara kreatif, menyenangkan

dan inovatif.

1.6 Definis Operasional

Definisi operasional dari penelitian ini adalah :

1. Multimedia penyampaian informasi menggunakan gabungan dari teks,

grafik, suara, video dan animasi sehingga menciptakan suatu persentasi

yang interaktif.

2. Model Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai

proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan

pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri

(19)

9

3. Pemahaman konsep adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan

sejumlah materi pelajaran, dimana siswa tidak sekedar mengetahui atau

mengingat sejumlah konsep yang dipelajari, tetapi mampu mengungkapan

kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti, memberikan

interprestasi data dan mampu mengaplikasikan konsep yang sesuai dengan

struktur kognitif yang dimilikinya.

1.7Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap suatu masalah penelitian.

Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Hipotesis nol (H0) : Peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa

yang menggunakan model Discovery Learning berbantuan multimedia

interaktif tidak lebih efektif dibandingkan pembelajaran dengan model

pembelajaran konvensional.

b. Hipotesis kerja (H1) : Peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa

lebih efektif dalam model Discovery Learning berbantuan multimedia

interaktif dibandingkan pembelajaran dengan model pembelajaran

(20)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Sugiyono (2011:6) menjelaskan bahwa metode penelitian pendidikan

adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid, dengan tujuan dapat

ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga

pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan

mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode Quasi

Experimental Design. Metode Quasi Experimental Design adalah penelitian yang

bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari suatu perlakuan pada suatu

subyek dan dibandingkan dengan subyek yang tidak mendapat perlakuan.

Menurut Sugiyono (2011:114) bentuk desain eksperimen ini, merupakan

pengembangan dari true experimental design, yang sulit dilaksanakan. Desain ini

lebih baik pre-experimental design. Dalam penelitian ini menggunakan dua

kelompok kelas sebagai sampel, kelompok kelas pertama disebut kelas

eksperimen dan kelompok kelas kedua disebut kelas kontrol. Kelas eksperimen

pada saat pelaksanaan penelitian diberikan pembelajaran dengan multimedia pada

model Discovery Learning, sedangkan kelompok kontrol mendapat pembelajaran

konvensional.

3.2Desain penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah “Pretes-Postes Nonequivalent Control Group Design. Pretes-Postes Nonequivalent Control Group Design

adalah desain yang melibatkan dua kelompok dan tidak dipilih secara acak.

Kemampuan awal siswa diperoleh dengan pretes. Setelah pretes, diberikan

pembelajaran dengan multimedia dengan model Discovery Learning pada kelas

(21)

33

Desain penelitiannya digambarkan seperti dibawah ini:

O1 X O2 kelas eksperimen

O1 O2 kelas kontrol

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Keterangan

O1 : Pretes

O2 : Postes

X : pemberian pembelajaran dengan bantuan multimedia pada model

Discovery Learning

3.3 Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011:117). Dari

pernyataan tersebut penelitian ini dilaksanakan di SMA. Populasi penelitian ini

adalah seluruh siswa kelas XI di SMA Negeri 13 Bandung, tahun ajaran

2013/2014.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2011:118). Teknik sampel yang digunakan adalah

dengan metode sampling purposive. Sampling purposive menurut Sugiyono

(2011:124) adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan. Dari

pernyataan tersebut maka peneliti mengambil sampel sesuai pertimbangan yaitu

beberapa kelas XI di SMA Negeri 13 Bandung dan dipilih 2 kelas sebagai

kelompok eksperimen dan kontrol. Kedua kelas tersebut di pilih lagi untuk

mendapatkan mana kelas yang sebagai kelas eksperimen dan kelas yang menjadi

kelas kontrol. Kelas XI IPS 2 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPS 4

(22)

34

3.4 Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2011:60), Variabel penelitian pada dasarnya adalah

segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik

kesimpulannya.

Pada penelitian terdapat variabel bebas dan variabel dan variabel terikat.

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Varibel terikat yaitu variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat adanya variabel bebas (Sugiyono,2011:61).

Variabel bebas dari penelitian ini yaitu : Penggunaan multimedia

pembelajaran pada model Discovery Learning dan variabel terikatnya yaitu

meningkatnya kemampuan pemahaman konsep siswa SMA.

3.5 Instrumen Penelitian

Dalam menguji dan mengukur hipotesis dibutuhkan alat yang menghasilkan

data yang disebut dengan instrumen. Instrumen yang digunakan dalam

mengumpulkan data adalah bentuk tes objektif pilihan ganda dan angket respon

siswa. Untuk mengetahui kemampuan siswa digunakan pretes dan postes yang

berbentuk tes pilihan ganda. Sementara angket, untuk mengetahui respon siswa

terhadap pembelajaran model Discovery Learning berbantu multimedia yang

dibuat peneliti.

3.6 Pengembangan Bahan Ajar

1. RPP

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah salah satu perangkat

pembelajaran yang penting dalam proses pembelajaran. RPP dapat membantu

seorang guru menyampaikan materi dengan efektif. Karena didalam RPP

(23)

35

2. Soal Pretes dan Postes

Peneliti membuat 60 soal pilihan ganda yang terbagi menjadi 2 bagian, 30

soal untuk pretes dan 30 soal untuk postes. Untuk proses perhitungan

menggunakan skala nilai 0-100. Rumus perhitungan nilai sebagai berikut :

3.7 Metode Pengembangan Multimedia Pembelajaran

Berikut penjelasan dari proses pengembangan multimedia yang digunakan

dalam penelitian ini yang diadaptasi dari Munir (2011) dan (2012 : 107-108):

1. Tahap Analisis

Pada tahap ini, peneliti akan mengumpulkan informasi mengenai

model Discovery Learning yang akan diterapkan kedalam multimedia,

informasi mengenai alat-alat yang akan dipakai dalam pembuatan

multimedia, serta peneliti akan menentukan pula tujuan-tujuan yang ingin

dicapai dari pembuatan multimedia ini.

2. Tahap Desain

Pada tahap ini peneliti akan merancang multimedia mulai dari sistem,

tampilan dan bahan materi pembelajaran yang akan digunakan dalam

multimedia yang dibuat.

3. Tahap Pengembangan

Setelah kebutuhan untuk multimedia dianalisis dan desain dari

multimedia ditentukan, selanjutnya dibuat flowchart dan storyboard untuk

menjadi panduan visual dalam membuat multimedia. Dalam tahap ini juga

akan dilakukan pengintegrasian sistem antara satu bagian sistem dengan

sistem lainnya yang telah dikembangkan.

4. Tahap Implementasi

Pada tahap ini multimedia yang telah dikembangkan akan diberikan

(24)

36

5. Tahap Penilaian

Setelah siswa mencoba multimedia yang dikembangkan, selanjutnya

siswa memberi penilaian terhadap multimedia yang dikembangkan.

3.8 Data Hasil Uji Instrumen

Dalam penelitian, instrumen yang digunakan harus valid dan reliabel. Valid

berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya

diukur (Sugiyono, 2011:173) sedangkan instrumen reliabel adalah instrumen yang

bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan

menghasilkan data yang sama. Maka sangat diperlukan beberapa uji pada

instrumen. Uji instrumen yang digunakan adalah:

1. Uji instrumen tes

a. Uji Validitas

Untuk menguji validitas empiris dapat digunakan jenis statistika korelasi

product moment (Arifin,2012:254).

X = skor tiap item dari tiap responden

Y = skor total seluruh item dari tiap responden

(25)

37

Tabel 3.1 Klasifikasi Koefisien Validitas

Koefisien Validitas Keterangan

0,80 ≤ rxy ≤ 1,00 Validitas sangat tinggi 0,60 ≤ rxy <0,80 Validitas tinggi

0,40 ≤ rxy < 0,60 Validitas cukup 0,20 ≤ rxy < 0,40 Validitas rendah

0,00 ≤ rxy < 0,20 Validitas sangat rendah

(Arifin, 2012 : 257 )

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat derajat atau konsistensi dari suatu

instrument. Suatu tes dapat dikatakan reliable jika selalu memberikan hasil

yang sama bila di teskan pada kelompok yang sama pada waktu atau

kesempatan yang berbeda (Arifin,2012:264).

Keterangan:

r11 = koefisien reliabilitas

R = banyaknya butir soal ∑σi2 = jumlah varians butir Σx2= varians total

Tabel 3.2 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas Keterangan

0,90 ≤ r11 ≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi 0,70 ≤ r11 <0,90 Reliabilitas tinggi 0,40 ≤ r11 < 0,70 Reliabilitas cukup 0,20 ≤ r11 < 0,40 Reliabilitas rendah r11 ≤ 0,20 Reliabilitas sangat rendah

(26)

38

c. Daya Pembeda

Uji daya pembeda soal bertujuan untuk mengetahui siswa yang

berkemampuan tinggi maupun berkemampuan rendah. Rumus daya pembeda:

B

BA = banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab benar

JA = banyaknya siswa kelompok atas

BB = banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab benar

JB = banyaknya siswa kelompok bawah

Tabel 3.3 Klasifikasi Daya Pembeda

Koefisien Reliabilitas Keterangan

DP < 0,00 Sangat jelek

termasuk kategori sukar, sedang atau mudah. Rumus yang digunakan sebagai

berikut:

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab benar

(27)

39

Tabel 3.4 Klasifikasi Tingkat Kesukaran

Indeks Kesukaran Keterangan

0,00 ≤ P < 0,30 Sukar 0,30 ≤ P < 0,70 Sedang 0,70 ≤ P ≤ 1,00 Mudah

Erman (2003 : 161)

2. Instrumen Non-Test

a.Angket Respon Siswa

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis

kepada responden untuk dijawab(Sugiyono, 2011:199).

Angket yang digunakan bertujuan untuk mengukur respon siswa

terhadap pembelajaran yang dilakukan dengan model Discovery

Learning berbantu multimedia. Angket ini diberikan pada saat akhir

pembelajaran/postes. Jenis angket yang digunakan yaitu angket skala

sikap model likert dengan pilihan sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak

setuju dan sangat tidak setuju.

3.9 Prosedur Penelitian

1. Tahap perencanaan

a. Menentukan masalah

b. Menetapkan pokok bahasan

c. Menentukan populasi penelitian

d. Mengurus surat perijinan penelitian

e. Mengobservasi sarana dan prasarana sekolah

f.Menetapkan materi

g. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran

h. Membuat bahan ajar untuk penelitian

(28)

40

j.Melakukan judgment multimedia, RPP dan instrumen penelitian kepada

dosen pembimbing

k. Melakukan uji coba instrument penelitian

l.Revisi hasil jugment multimedia, RPP dan instrumen penelitian

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

a.Melaksanakan pretes kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk

mengetahui kemampuan awal siswa

b.Memberikan perlakuan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu

dengan menggunakan model Discovery Learning berbantu multimedia

pada kelas eksperimen dan metode pembelajaran konvensional pada

kelas kontrol dengan pokok bahasan, dan pengajar yang sama.

c.Melaksanakan postes kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk

mengetahui kemampuan akhir siswa.

3. Tahap Analisis Data

a. Mengumpulkan data hasil pretes dan postes.

b. Membandingkan hasil tes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

c. Melakukan analisis data terhadap data hasil pretes dan postes

d. Melakukan analisis data angket, dan lembar observasi

e. Menarik kesimpulan

4. Tahap Pengambilan Kesimpulan

a. Membuat kesimpulan dari data yang diperoleh yaitu mengenai

peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa setelah diberi model

Discovery Learning berbantu multimedia.

b. Membuat kesimpulan mengenai respon siswa terhadap pembelajaran

dengan model Discovery Learning berbantu multimedia.

3.10 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini terdapat data skor tes dan angket. Data skor tes berasal

dari pretes dan postes siswa sedangkan data angket berasal dari angket respon

(29)

41

Pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Pengolahan Data tes

Data skor tes diperoleh dari hasil pretes dan postes. Data hasil tes

tersebut kemudian dianalisis untuk mengetahui apakah ada perbedaan

peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa yang menggunakan

model Discovery Learning berbantu multimedia dengan siswa yang

menggunakan metode pembelajaran biasa. Analisis yang dilakukan adalah

sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan terhadap data tes awal pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui apakah data dalam

penelitian berdistribusi normal atau tidak. Jika normal maka dilanjutkan

ke uji homogenitas varians untuk menunjukkan uji parametrik yang

sesuai. Namun jika data tidak berdistribusi normal maka langsung diuji

perbedaan 2 rerata (uji non parametric). Dalam, penelitian ini uji

normalitas yang digunakan adalah uji Chi-Kuadrat.

Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Mencari rentang (R)

R = skor tertinggi – skor terendah

2) Menentukan banyaknya kelas (BK) interval

BK = 1 + 3,3 log n (Sudjana 2002:47)

3) Menentukan rentang interval (P)

BK R

P (Sudjana 2002:47)

Keterangan

P = rentang interval

R = rentang

BK = banyak kelas

(30)

42

6) Menghiung nilai varians (S2)

7) Membuat tabel distribusi nilai yang diperlukan dalam chi-kuadrat

8) Batas kelas interval

9) Nilai baku Z score

10)Mencari harga frekuensi harapan (fe)

11)Menentukan chi kuadrat (X2)

Oi : Frekuensi pengamatan

Ei : Frekuensi yang diharapkan

Penentuan normalitas

Jika X2 hitung < X2 tabel = data berdistribusi normal

Jika X2 hitung > X2 tabel = data tidak berdistribusi normal

b. Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas dilakukan untuk menentukan bahwa kelas kontrol dan

kelas eksperimen memiliki penguasaan yang relatif sama atau varians yang

(31)

43

1) Menentukan varians dari skor kelas eksperimen dan kelas kontrol

2) Uji homogenitas dilakukan

2

3) Membandingkan nilai F perhitungan dengan nilai F tabel.

Fhitung < Ftabel = data skor tes kedua kelompok homogen

Fhitung > Ftabel = data skor tes kedua kelompok tidak homogen

c. Uji Perbedaan Dua rata-rata

Uji perbedaan 2 rerata dilakukan terhadap data skor tes awal dan tes

akhir pada kelas eksperimen dan kontrol. Uji bertujuan untuk mengetahui

perbedaan rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen dan kelas kontrol. Uji

ini dilakukan apabila hasil tes awal berdistribusi normal dan varians yang

homogem. Uji perbedaan dua rata-rata memakai uji-t. Rumus uji-t yaitu:

x nilai rerata kelas eksperimen

2

x nilai rerata kelas kontrol

s12 = Varians kelas eksperimen

s22 = varians kelas kontrol

n1.n2= jumlah siswa kelas eksperimen dan kontrol

(32)

44

d. Uji indeks gain

Uji indeks gain bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar

siswa. Untuk menghitung uji indeks gain, menurut Hake (1991:1) rumus yang

digunakan yaitu :

Tahap selanjutnya setelah mendapatkan nilai gain adalah

membandingkan nilai gain dengan tabel klasifikasi indeks gain. Tabel

klasifikasi indeks gain menurut Hake (1999:1) :

Tabel 3.5 Klasifikasi Indeks Gain

Nilai g Kriteria

0.7 < g ≤ 1 Tinggi 0.3 ≤ g ≤ 0.7 Sedang 0 ≤ g < 0.3 Rendah

3.11Analisis Effect Size

Menurut Becker (2000) Effect Size merupakan indikator yang mengukur

besarnya efek dari suatu perlakuan. Perhitungan Effect Size tersebut digunakan

untuk menghitung tingkat keefektivan suatu perlakuan yang menjadi salah satu

krieria acuan untuk menentukan apakah model Discovery Learning dapat

dikatakan efektif untuk digunakan dalam pembelajaran.

Ukuran efek adalah besarnya efek yang ditimbulkan oleh parameter yang

diuji di dalam pengujian hipotesis. Ukuran efek bergantung kepada jenis

parameter yang diuji. Jika parameter itu adalah perbedaan rerata dua populasi

maka efek ditentukan oleh seberapa besar perbedaan itu. Jika parameter itu adalah

perbedaan proporsi dua populasi maka ukuran efek ditentukan oleh seeberapa

besar perbedaan itu. Jika parameter itu adalah koefisien korelasi maka ukuran efek

ditentukan oleh seberapa besar perbedaan itu. Jadi apabila peneliti ingin berbicara

besarnya perbedan rerata atau proporsi atau koefisien korelasi maka istilah yang

(33)

45

Berikut rumus yang dikemukakan Cohen (1988) :

d=

Ket : x1 = Rata-rata Eksperimen

x2 = Rata-rata Kontrol

Sp = Simpangan baku

Ket : s1 = Simpangan baku 1

s2 = Simpangan baku 2

n1 = Jumlah sampel 1

n2 = jumlah sampel 2

Kriteria yang diusulkan oleh Cohen (1988) tentang besar kecilnya ukuran

efek adalah sebagai berikut:

Tabel 3.6 Kriteria Effect Size

Effect Size Cohen’s Standard

0<d<0,2 Efek Kecil

0,2<d<0,8 Efek Sedang

d>0,8 Efek Besar

3.12Pengolahan Data Angket

Dalam mengolah data angket, menggunakan skala likert. Setiap jawaban

diberi bobot skor tertentu yaitu :

Tabel 3.7 Bobot Tiap Soal Angket

Skala Skor

Sangat tidak setuju 1

Tidak setuju 2

Ragu-ragu 3

Setuju 4

Sangat setuju 5

(34)

46

Jika rerata skor subjek lebih besar dari 3 maka dan semakin mendekati 5

makan sikap responden semakin positif sedangkan jika rerata mendekati 1 berarti

sikap responden semakin negatif.

Presentasi dalam angket diketahui dengan perhitungan

% 100 _

_

_ _

x total kriterium skor

total skor jumlah

P

(Sugiyono, 2011: 137)

Keterangan

P=Presentase jawaban

Jumlah skor total = skor yang didapat dari hasil angket

Skor kriterium total = jumlah responden x jumlah pertanyaan x nilai maximum

Tabel 3.8 Tafsir Data Angket

Kisaran persentase jawaban Tafsiran

P=0% Tak seorangpun

0%<P<25% Sebagian kecil

25%≤P<50% Hampir setengahnya

P=50% Setengahnya

50%<P<75% Sebagian besar

75%<P<100% Hampir seluruhnya

(35)

Asep Setiawan, 2014

EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis dan pembahasan terhadap data penelitian yang telah

dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan penelitian sebagai berikut:

1. Pengembangan multimedia pembelajaran interaktif pada penelitian ini

hanya sebagai alat bantu pada proses penyampaian materi dalam model

Discovery Learning. Pengembangan multimedia ini dibuat melalui beberapa

tahap, yaitu dimulai dari tahap analisis, tahap desain, tahap pengembangan,

tahap implementasi dan tahap penilaian.

2. Berdasarkan hasil analisis data yang telah dibahas pada bab sebelumnya,

dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan pemahaman

konsep siswa antara siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan model

Discovery Learning berbantu multimedia dengan siswa pada kelas kontrol

yang menggunakan model konvensional. Indeks gain pada kelas eksperimen

sebesar 0,32 dengan kriteria sedang dan kelas kontrol 0.07 dengan kriteria

rendah. Adapun perhitungan Effect Size untuk mengetahui tingkat

keefektivan diperoleh data pretest menghasilkan nilai Effect Size 0,29

dengan nilai efek yang sedang, pada data posttest menghasilkan nilai 1,24

dengan nilai efek yang besar dan untuk data gain yaitu 1,40 dengan nilai

efek yang besar. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan

pemahaman konsep dan keefektivan yang lebih baik pada siswa yang dalam

pembelajarannya menggunakan model Discovery Learning berbantuan

multimedia pembelajaran interaktif apabila dibandingkan dengan siswa

yang dalam pembelajarannya menggunakan model konvensional

3. Sebagian besar siswa memberikan respon positif mengenai pembelajaran

menggunakan model Discovery Learning berbantu multimedia. Hal ini

(36)

83

5.2 Saran

Saran yang disampaikan peneliti berdasarkan hasil penelitian ini diantaranya

sebagai berikut:

1. Untuk menggunakan multimedia sebagai alat bantu pembelajaran,

tahap-tahap yang berkaitan dengan model discovery learning harus diperhatikan

sebelum mengimplementasikan multimedia kedalam pembelajaran agar

konten multimedia yang telah dikembangkan dapat dimanfaatkan oleh

seluruh siswa dengan maksimal.

2. Proses pembelajaran yang dalam pelaksanaannya menggunakan model

Discovery learning membutuhkan waktu yang lebih lama daripada

pembelajaran konvensional. Hal ini disebabkan oleh berbedanya

kemampuan masing-masing siswa sehingga berbeda-beda pula waktu yang

diperlukan tiap siswa untuk dapat menguasai setiap materi yang diberikan.

3. Dalam menerapankan model Discovery Learning berbantu multimedia, guru

hendaknya memperhatikan waktu yang dialokasikan agar setiap kegiatan

dapat terlaksana sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai secara optimal.

4. Untuk pengukuran efektivitas menggunakan perhitungan effect size

hendaknya dikaji lebih dalam dan diperkenalkan lebih luas karena

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Amaliyanti. (2013). Pemahaman Siswa Dalam Proses Belajar [online].

Tersedia : http://cirukem.org/pendidikan-cirukem/penelitian/ [15 Juni

2014]

Arifin, Zainal. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya.

Arsyad, Azhar, Et al. (2002). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Becker, Lee A. (2000). Effect Size Calculators. [Online].

Tersedia http:// www.uccs.edu/~lbecker/ [15 Juni 2014]

Bloom, Benjamin S. Et al. (1979). Taxonomy of Educational Objective Books I

Cognitive Domain. London : Longman Group LTD.

Eggen, Paul. (2012). Strategi dan Model Pembelajaran Mengajarkan Konten dan

Keterampilan Berpikir. Jakarta Barat : Indeks.

Erman. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung : Jurusan

Pendidikan Matematika FPMIPA UPI.

Fajriani, Gita Nur. (2013). Pengaruh Metode Discovery-Inquiry Terhadap

Penguasaan Konsep Siswa Pada Pembelajaran Faktor-faktor Yang

Mempengaruhi Kelarutan. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI. Bandung :

Tidak Diterbitkan.

Fridani, Lara dan APE Lestari. (2009). Inspiring Education. Jakarta: Elex Media

(38)

85

Hake, Richard R. (1999). Interacvtive-Engagement Vs Traditional Methods: A

Six-Thousand-Student Survey Of Mechanics Test Data For Introductory

Physics Courses. [online]. Tersedia:

http://ww.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&source=web&cd=1&ved=0CC

8QFjAA&url=http%3A%2F%2Fweb.mit.edu%2Frsi%2Fwww%2F2005%

2Fmisc%2Fminipaper%2Fpapers%2FHake.pdf&ei=iX-zUZ3hKcrRrQf00YHADg&usg=AFQjCNGTzHFT0Vo92tw5VO9gHbvn

u-ELow&bvm=bv.47534661,d.bmk&cad=rja [15 Juni 2014]

Hartanto, Supri. (2013). Media Pembelajaran. [Online] Tersedia:

http://makalahmu.wordpress.com/2011/08/24/media-pembelajaran/ [15

Juni 2014]

Husein, Hasbi Al-Mauritsa. (2013). Penerapan Model Discovery Learning

Berbantuan Mmi Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Ranah Kognitif

pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Skripsi

Sarjana pada FPMIPA UPI. Bandung : Tidak Diterbitkan.

Ibrahim, Muhammad. (2013). Penerapan Pembelajaran Penemuan (Discovery

Learning) Untuk meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Siswa SMP.

Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI. Bandung : Tidak Diterbitkan.

Joyce, Bruce. Weil. Et al (2011). Model of Teaching (Eight Edition). USA:

Pearson Education.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Model Pembelajaran Penemuan

(Discovery Learning) [online].

Tersedia :

https://docs.google.com/document/d/1lY3rKYKB785ddheIO8PzspODRm

(39)

86

Kusmara, Agus. (2010). Aspek-aspek Pemahaman Konsep [online] Tersedia:

http://aguskusmanago.blogspot.com/2010/04/aspek-aspek-pemahaman-konsep.html [15 Juni 2014]

Mela, Ayahe. (2013). Discovery Learning – Model Pembelajaran Yang

Menekankan Pada Penemuan Konsep Yang Sebelumnya Tidak

Diketahui [online]. Tersedia :

http://www.eltelu.blogspot.com/2013/07/discovery-learning-model-pembelajaran.html [15 Juni 2014]

Muhli, Ahmad. (2011). Evektivitas Pembelajaran. [Online]. Tersedia :

http://ahmadmuhli.wordpress.com/2011/08/02/efektivitas-pembelajaran/

[15 Juni 2014]

Mulyasa, Enco. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi (Konsep, Karakteristik

dan Implementasi). Bandung. Rosda Karya.

Munir. 2001. Aplikasi Multimedia dalam Proses Belajar Mengajar. Mimbar

Pendidikan XX(3). Bandung: UPI Press.

Munir. (2010). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Bandung: Alfabeta.

Munir. (2012). Multimedia Konsep & Aplikasi dalam Pendidikan. Bandung:

Alfabeta.

Rusli. (2009). Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pendidikan. Jakarta:

Gaung Persada.

Satriawan, Muhammad. (2010). Discovery Learning [online].

Tersedia : http://muhammadsatriawan27.blogspot.com/2012/09/discovery-

learning_8550.html [15 Juni 2014]

(40)

87

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuanitaif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

CV. Alfabeta.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Suyatno. (2009). Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Jawa Timur: Masmedia

Buana Pustaka.

Syah Muhibbin. (2011). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tim Penyusun Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan

Karya Ilmiah. Bandung: Universitasa Pendidikan Indonesia.

Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi dan Implementasi

dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendiaikan (KTSP). Jakarta: PT Bumi

Aksara.

Trianto. (2011). Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia

Dini TK/RA & Anak Usia Kelas Awal SD/MI. Jakarta: Kencana.

Welcowitz, J., Ewen, R.B., and Cohen, J. (1982). Introductory Statistics for the

Behavioral Sciences. Third edition. Orlando, Florida: Harcourt, Brace

Jovanovich, Inc.

Yusuf, Muhammad. (2011). Aplikasi Metode Discovery Learning Dalam

Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah, Motivasi Belajar dan

Daya Ingat Siswa [Online]

Tersedia:

Gambar

Tabel 3.1 Klasifikasi Koefisien Validitas
Tabel 3.3 Klasifikasi Daya Pembeda
Tabel 3.4 Klasifikasi Tingkat Kesukaran
Tabel 3.5 Klasifikasi Indeks Gain
+3

Referensi

Dokumen terkait

populasi Alat Analisis: The Structural Equation Model (SEM) dari paket AMOS Pengujian Hipotesis:  Kualitas Hubungan Bisnis dengan Outlet berpengaruh positif terhadap

Hasil penelitian ini diantaranya menyimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan menerapkan Missouri Mathematics Project (MMP) dapat meningkatkan proses dan hasil

Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis masalah pencatatan dan penyimpanan rekam medis, merancang proses bisnis baru dalam sebuah sistem

[r]

[r]

[r]

Pejabat Pengadaan pada Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Musi Banyuasin Tahun Anggaran 2014, telah melaksanakan Proses Evaluasi Kualifikasi

[r]