vii Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT
The progress of globalization, supported the development of technology requires companies to maintain a competitive position in the middle of growing industry. Determination of more accurate product costs will assist management in making pricing decisions better. Activity-based cost system can help management to make decisions in a more appropriate pricing.
From the simulation calculation of costs of products made using a model conventional costing, product cost per unit acquired spot by Rp 1,889.24 while the cost per unit of smash products amounted to Rp 592.16. By using the model of activity-based costing system, product cost per unit acquired spot by Rp 1,870.27 while the cost of the product per unit of smash Rp 605.09.
viii Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK
Kemajuan globalisasi yang ditunjang perkembangan teknologi menuntut perusahaan untuk dapat mempertahankan posisi kompetitif di tengah industri yang semakin berkembang. Penentuan biaya produk yang lebih akurat akan membantu manajemen dalam membuat keputusan penetapan harga dengan lebih baik. Sistem biaya berdasarkan aktivitas dapat membantu manajemen untuk membuat keputusan penetapan harga secara lebih tepat.
Dari hasil simulasi perhitungan biaya produk yang dilakukan dengan menggunakan model sistem biaya yang bersifat konvensional, didapat biaya produk per unit spot sebesar Rp 1,889.24 sedangkan biaya produk per unit smash sebesar Rp 592.16. Dengan menggunakan model sistem biaya berdasarkan aktivitas, didapat biaya produk per unit spot sebesar Rp 1,870.27 sedangkan biaya produk per unit smash sebesar Rp 605.09.
Perhitungan menggunakan model sistem biaya yang bersifat konvensional dan sistem biaya berdasarkan aktivitas menghasilkan perbedaan sebesar Rp 18.97 untuk produk spot dan perbedaan sebesar Rp 12.93 untuk produk smash. Dengan perbedaan yang telah diuraikan, maka sistem biaya yang bersifat konvensional masih dapat mencukupi kebutuhan perhitungan biaya produk.
ix Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRACT ... vii
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR TABEL ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 7
1.3. Tujuan Penelitian ... 9
1.4. Kegunaan Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 11
2.1. Akuntansi Biaya ... 11
2.1.1. Pengertian Akuntansi Biaya ... 11
2.1.2. Biaya dan Beban ... 12
2.1.3. Klasifikasi Biaya ... 13
2.2. Akuntansi Manajemen ... 16
2.2.1. Pengertian Akuntansi Manajemen ... 16
x Universitas Kristen Maranatha
2.3. Sistem Biaya Konvensional ... 17
2.3.1. Pengertian Sistem Biaya Konvensional ... 17
2.3.2. Kelemahan Sistem Biaya Konvensional ... 19
2.4. Sistem Biaya Berdasarkan Aktivitas ... 21
2.4.1. Pengertian Sistem Biaya Berdasarkan Aktivitas ... 21
2.4.2. Penggerak Biaya ... 26
2.4.3. Metode Pembebanan Biaya ... 27
2.4.4. Objek Biaya ... 30
2.4.5. Klasifikasi Aktivitas ... 32
2.4.6. Manfaat Sistem Biaya Berdasarkan Aktivitas ... 34
2.4.7. Kelemahan Sistem Biaya Berdasarkan Aktivitas ... 35
2.4.8. Sistem Biaya Berdasarkan Aktivitas Pada Perusahaan Jasa ... 37
2.5. Rerangka Pemikiran ... 43
BAB III METODA PENELITIAN ... 48
3.1. Objek Penelitian ... 48
3.1.1. Sejarah Perusahaan ... 48
3.1.2. Visi dan Misi Perusahaan ... 51
3.1.3. Struktur Organisasi ... 52
3.1.4. Jenis Produk ... 55
3.2. Metoda Penelitian ... 57
3.2.1. Teknik Pengumpulan Data ... 58
xi Universitas Kristen Maranatha
BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN ... 66
4.1. Biaya Pada PT. X ... 66
4.2. Proses Produksi ... 69
4.3. Perhitungan Biaya Produk Dengan Menggunakan Sistem Biaya Konvensional ... 72
4.4. Perhitungan Biaya Produk Dengan Menggunakan Sistem Biaya Berdasarkan Aktivitas ... 80
4.4.1. Prosedur Tahap Pertama Pembebanan Biaya Overhead ... 80
4.4.2. Prosedur Tahap Kedua Pembebanan Biaya Overhead ... 91
4.5. Pembahasan ... 94
4.5.1. Pembahasan Biaya Produk Dengan Menggunakan Sistem Biaya Konvensional ... 94
4.5.2. Pembahasan Biaya Produk Dengan Menggunakan Sistem Biaya Berdasarkan Aktivitas ... 97
4.5.3. Perbandingan Biaya Produk Dengan Menggunakan Sistem Biaya Konvensional dan Sistem Biaya Berdasarkan Aktivitas ... 100
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 103
5.1. Simpulan ... 103
5.2. Saran ... 104
DAFTAR PUSTAKA ... 106
xii Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Sistem Biaya Konvensional ... 19
Gambar 2. Sistem Biaya Berdasarkan Aktivitas ... 23
Gambar 3. Metode Pembebanan Biaya ... 30
Gambar 4. Rerangka Pemikiran ... 47
Gambar 5. Struktur Organisasi Perusahaan ... 52
Gambar 6. Proses Produksi PT. X ... 69
xiii Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Anggaran Biaya Pada PT. X ... 74 Tabel II. Anggaran Jam Mesin Perusahaan ... 75 Tabel III. Konsumsi Sumber Daya Produk ... 76 Tabel IV. Perhitungan Biaya Produk Spot Dengan Sistem Biaya
Konvensional ... 77 Tabel V. Perhitungan Biaya Produk Smash Dengan Sistem Biaya
Konvensional ... 78 Tabel VI. Biaya Produksi PT. X Dengan Menggunakan Sistem
Biaya Konvensional ... 79 Tabel VII. Pengelompokkan Biaya Overhead Ke Dalam Kategori Aktivitas
dan Konsumsi Aktivitas Atas Biaya Overhead ... 84 Tabel VIII. Konsumsi Sumber Daya Atas Aktivitas dan Pemicu Biaya
Aktivitas ... 87 Tabel IX. Konsumsi Aktivitas Atas Produk Berdasarkan Pemicu Biaya
Yang Digunakan ... 89 Tabel X. Perhitungan Tarif Aktivitas ... 91 Tabel XI. Perhitungan Biaya Overhead Dengan Menggunakan Sistem
Biaya Berdasarkan Aktivitas ... 92 Tabel XII. Biaya Produk Dengan Menggunakan Sistem Biaya
Berdasarkan Aktivitas ... 93 Tabel XIII. Perbandingan Biaya Produk Antara Sistem Biaya Konvensional
1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Penelitian
Dalam era globalisasi yang ditunjang dengan kemajuan teknologi serta perkembangan dunia usaha yang semakin pesat, mengakibatkan persaingan bisnis semakin ketat dimana para pelaku usaha harus memiliki strategi yang tepat untuk dapat bertahan dalam persaingan usaha yang ada saat ini. Persaingan dalam dunia usaha tidak hanya dialami oleh para pelaku usaha yang bergerak dalam bidang industri manufaktur tetapi juga dialami oleh para pelaku usaha yang bergerak dalam bidang jasa. Saat ini semakin banyak perusahaan jasa yang didirikan, seperti jasa travel, jasa rumah sakit, jasa penyewaan kendaraan, jasa pencucian pakaian, dan lainnya. Setiap jenis usaha yang ada memiliki karakteristik yang berbeda-beda bagi setiap konsumen tergantung dengan kebutuhan yang diperlukan, namun setiap jenis usaha yang ada memiliki kesamaan tujuan, yaitu untuk memaksimalkan laba, dimana untuk mendapatkan laba, perusahaan berusaha untuk mendapatkan konsumen sebanyak-banyaknya agar laba yang telah ditetapkan sebelumnya dapat tercapai.
Bab I Pendahuluan 2
Universitas Kristen Maranatha biasanya bersifat subjektif karena penilaian antara satu konsumen dengan konsumen lainnya akan menghasilkan penilaian yang berbeda. Penilaian konsumen terhadap kualitas suatu perusahaan yang memberikan pelayanan jasa yang baik dapat dinilai dari harga yang ditawarkan kepada konsumen, sikap serta perilaku karyawan atas konsumen, serta umpan balik yang diterima oleh konsumen atas pelayanan jasa yang diberikan. Untuk itulah, setiap perusahaan, tidak hanya perusahaan yang bergerak dalam industri manufaktur tetapi juga perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa, dituntut untuk memberikan kualitas yang terbaik untuk konsumen yang ada sehingga akan berakibat terhadap peningkatan laba yang dapat diperoleh suatu perusahaan.
Untuk mendapatkan laba yang diperoleh suatu perusahaan, dibutuhkan konsumen sebagai pengguna produk atau layanan suatu perusahaan. Untuk menarik konsumen atas suatu produk yang dihasilkan oleh perusahaan, diperlukan usaha untuk menarik minat serta daya tarik bagi konsumen. Salah satu yang dapat menjadi media informasi untuk menyampaikan suatu maksud kepada konsumen adalah melalui media iklan. Media iklan merupakan salah satu sarana bagi suatu perusahaan untuk meningkatkan laba atas penjualan produk yang dihasilkan. Media iklan dipergunakan oleh masyarakat sebagai media atas kebutuhan informasi bagi masyarakat. Media informasi yang saat ini banyak dipakai oleh masyarakat adalah berupa media televisi, namun saat ini masih banyak masyarakat yang menggunakan media radio sebagai salah satu media untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
Bab I Pendahuluan 3
Universitas Kristen Maranatha secara tidak langsung untuk memperkenalkan produk yang telah dihasilkan maupun jenis jasa yang ditawarkan oleh suatu perusahaan yang bergerak dalam industri jasa. Suatu perusahaan memilih untuk melakukan promosi terhadap suatu produk melalui iklan dapat melalui beberapa pertimbangan, baik melalui media televisi maupun media radio. Perusahaan dapat memasang iklan untuk suatu produk yang dihasilkan melalui media radio dengan pertimbangan segmentasi pendengar yang juga merupakan kebutuhan pendengar itu sendiri.
PT. MAESTRO merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang penyiaran radio. Perusahaan ini memproduksi jasa berupa iklan yang memiliki keragaman dalam segi durasi waktu penayangan. Iklan yang merupakan kebutuhan untuk menunjang keuangan sebuah stasiun radio ini sangat penting sekali. Namun sangat tidak mudah bagi hampir semua stasiun radio dapat memperoleh iklan dengan mudah. Hal ini dikarenakan persaingan radio-radio yang terkadang tidak sehat dalam menentukan harga jual iklan, sehingga radio-radio yang memiliki harga jual iklan lebih tinggi sangat jarang mendapatkan iklan1. Persaingan radio saat ini semakin ketat, sehingga pengelola media siaran radio harus benar-benar memahami dan mengenali ekspektasi atau apa yang diinginkan para pendengar. Selain itu, pengelola radio juga harus memperbaiki kualitas audio, baik audio teknologi maupun audio yang berasal dari intonasi penyiar. Harga iklan juga harus kompetitif berdasarkan jumlah pendengar yang dimiliki radio tersebut. Jika pendengar banyak, bisa saja harga jual iklan mahal,
Bab I Pendahuluan 4
Universitas Kristen Maranatha tetapi kalau ternyata pendengar sedikit, maka harus kompetitif sesuai dengan jumlah pendengar2.
Sistem akuntansi biaya yang bersifat tradisional tidak bisa mengakomodasi kebutuhan biaya suatu perusahaan yang memiliki produk yang beragam karena banyak penggerak biaya yang tidak berhubungan dengan produk yang diproduksi. Sistem akuntansi biaya yang bersifat tradisional saat ini telah usang bahkan tidak ada manfaatnya lagi. Informasi biaya produk yang jauh lebih akurat dan lebih bermanfaat diperlukan oleh manajemen untuk memungkinkan mereka meningkatkan kualitas, produktivitas, dan mengurangi biaya (Mulyadi, 2003:20). Sistem biaya yang bersifat konvensional membebankan biaya dari bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung ke produk dengan menggunakan penelusuran langsung (direct tracing). Biaya overhead, di lain pihak menggunakan penelusuran penggerak (driver tracing) dan alokasi (allocation). Penelusuran langsung (direct tracing) merupakan metode yang paling akurat karena metode ini bergantung pada hubungan sebab akibat yang dapat diamati secara fisik. Penelusuran penggerak (driver tracing), dalam hal keakuratan pembebanan biaya, mengikuti penelusuran langsung (direct tracing). Penelusuran penggerak (driver tracing) bergantung pada faktor sebab akibat, yaitu penggerak, untuk membebankan biaya ke objek biaya. Keakuratan penelusuran penggerak (driver tracing) tergantung pada kualitas hubungan sebab akibat yang digambarkan oleh
penggerak. Pengidentifikasian penggerak dan penilaian kualitas dari hubungan sebab akibat, jauh lebih besar biayanya dibandingkan dengan penelusuran langsung (direct tracing) atau alokasi (allocation). Salah satu keunggulan alokasi
Bab I Pendahuluan 5
Universitas Kristen Maranatha (allocation) adalah kemudahan dan rendahnya biaya implementasi. Akan tetapi, alokasi (allocation) adalah metode yang tingkat keakuratan pembebanan biayanya paling rendah, dan penggunaannya harus seminimal mungkin (sedapat mungkin dihindari). (Hansen dan Mowen, 2004:45-46). Dalam sistem biaya yang bersifat konvensional cenderung menekankan alokasi (allocation) yang mengabaikan hubungan sebab akibat sedangkan untuk sistem biaya berdasarkan aktivitas lebih menekankan pada penelusuran langsung (direct tracing) dan penelusuran penggerak (driver tracing).
Bab I Pendahuluan 6
Universitas Kristen Maranatha Untuk mengatasi kelemahan yang terdapat pada sistem biaya yang bersifat tradisional maka terdapat suatu konsep baru dalam pengelolaan biaya produksi. Konsep ini disebut dengan sistem biaya berdasarkan aktivitas yang menyediakan informasi strategi yang relevan untuk keperluan penilaian profitabilitas produk jangka panjang dan lini produk serta mendorong manajer untuk mengevaluasi pekerjaan di dalam aktivitas organisasi (Sinta Setiana, 2006). Sistem biaya berdasarkan aktivitas menggunakan aktivitas sebagai basis penggolongan biaya untuk menghasilkan biaya aktivitas. Biaya aktivitas ini dimanfaatkan untuk menyediakan informasi bagi anggota perusahaan dan memberdayakan anggota dalam melaksanakan pengurangan biaya melalui pengelolaan berdasarkan aktivitas. Sistem biaya berdasarkan aktivitas membebankan biaya aktivitas ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi produk atau jasa atas aktivitas, sehingga dapat menghasilkan informasi biaya produk yang akurat (Mulyadi, 2003:20).
Bab I Pendahuluan 7
Universitas Kristen Maranatha permasalahan ketidakakuratan perhitungan dan pembebanan biaya, yaitu sistem biaya berdasarkan aktivitas akan menghasilkan perhitungan biaya yang lebih akurat karena memakai penggerak aktivitas tingkat non unit untuk membebankan biaya overhead ke produk serta menggunakan penelusuran langsung (direct tracing) dan penelusuran penggerak (driver tracing) yang menekankan hubungan
sebab akibat. Keakuratan dalam perhitungan dan pembebanan biaya akan meghasilkan informasi biaya yang lebih relevan serta dapat digunakan untuk pengambilan keputusan yang lebih baik dan tepat.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada PT. MAESTRO dengan judul:
Perbandingan Sistem Biaya Konvensional dan Sistem Biaya Berdasarkan
Aktivitas Untuk Perhitungan Biaya Iklan (Studi Kasus Pada PT. MAESTRO)
(Comparison of Conventional Cost System and Activity Based Costing System to Calculate The Cost of Advertising (Case Study On PT. MAESTRO))
1.2.Identifikasi Masalah
Bab I Pendahuluan 8
Universitas Kristen Maranatha akhirnya akan merugikan perusahaan secara keseluruhan. Supaya dapat menghasilkan informasi-informasi biaya yang akurat dan relevan, maka dalam memproses semua data-data biaya biaya perusahaan diperlukan metode yang tepat. Metode yang digunakan oleh perusahaan dapat berupa pemilihan metode pembebanan biaya yang dianggap tepat dan relevan untuk menyelesaikan permasalahan biaya yang dihadapi oleh perusahaan. Sistem biaya yang digunakan oleh perusahaan dapat dievaluasi untuk menentukan apakah sistem biaya yang ada saat ini masih relevan untuk digunakan dan tidak menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Informasi biaya yang tidak akurat dapat disebabkan karena sistem biaya yang dimiliki oleh perusahaan sudah tidak mencukupi kebutuhan biaya perusahaan sehingga memerlukan sistem biaya yang bisa memperbaiki keakuratan perhitungan biaya produk. Sistem biaya berdasarkan aktivitas bertujuan untuk meningkatkan ketepatan biaya produk dan jasa dengan menggolongkan biaya berdasarkan aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk. Konsep biaya berdasarkan aktivitas dilandasi oleh logika berpikir bahwa untuk menghasilkan produk diperlukan aktivitas, dan untuk melakukan aktivitas diperlukan biaya.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengidentifikasikan beberapa masalah pokok yang akan mendasari penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana perusahaan dapat menghasilkan perhitungan biaya yang lebih akurat agar dapat digunakan untuk pengambilan keputusan?
Bab I Pendahuluan 9
Universitas Kristen Maranatha 1.3.Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk menghasilkan perhitungan biaya yang lebih akurat dengan menggunakan sistem biaya berdasarkan aktivitas yang nantinya dapat digunakan oleh perusahaan untuk pengambilan keputusan yang tepat.
2. Untuk membuat, menghitung, serta membandingkan model sistem biaya konvensional dan model sistem biaya berdasarkan aktivitas.
1.4.Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya bagi:
1. Bagi perusahaan
Dapat memberikan informasi mengenai konsep sistem biaya berdasarkan aktivitas yang memiliki peran untuk menghasilkan perhitungan biaya yang lebih akurat serta dapat digunakan untuk pengambilan keputusan.
2. Bagi akademisi
Bab I Pendahuluan 10
Universitas Kristen Maranatha 3. Bagi penelitian selanjutnya
103 Universitas Kristen Maranatha
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, serta perhitungan biaya produk dengan menggunakan model sistem biaya yang bersifat konvensional serta dibandingkan dengan menggunakan model sistem biaya berdasarkan aktivitas pada dua produk yang dihasilkan oleh PT. MAESTRO yang memiliki volume produksi yang tinggi, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pembuatan serta perhitungan dengan menggunakan model sistem biaya yang bersifat konvensional didapatkan biaya produk per unit spot sebesar Rp 1,889.24, sedangkan untuk biaya produk per unit smash sebesar Rp 592.16.
2. Dengan melakukan simulasi perhitungan biaya produk dengan menggunakan model sistem biaya berdasarkan aktivitas, didapatkan biaya produk per unit spot sebesar Rp 1,870.27, sedangkan untuk biaya produk per unit smash sebesar Rp 605.09.
3. Perhitungan biaya produk yang dilakukan dengan menggunakan model sistem biaya yang bersifat konvensional dan model sistem biaya berdasarkan aktivitas, menghasilkan perbedaan untuk kedua produk. Untuk produk spot terdapat perbedaan sebesar Rp 18.97 sedangkan untuk produk smash sebesar Rp 12.93. Hasil perhitungan yang didapatkan untuk kedua
Bab V Simpulan dan Saran 104
Universitas Kristen Maranatha menghasilkan jumlah yang relatif tidak berbeda jika dibandingkan dengan model sistem biaya yang bersifat konvensional.
4. Penggunaan sistem biaya yang bersifat konvensional dapat menyebabkan pembebanan yang terlalu tinggi atau rendah bagi produk sehingga dapat mengakibatkan pengambilan keputusan yang salah bagi perusahaan karena menggunakan jenis penggerak biaya yang mewakili biaya overhead secara keseluruhan. Sedangkan sistem biaya berdasarkan aktivitas menghasilkan pembebanan yang lebih akurat karena biaya overhead yang ada dialokasikan berdasarkan hubungan sebab akibat antara biaya yang dikeluarkan dengan aktivitas yang terjadi selama pembutan produk dan pembebanan overhead dilakukan sesuai dengan konsumsi produk atas sumber daya sehingga meminimalkan pembebanan overhead yang terlalu tinggi dan terlalu rendah.
5.2. Saran
Berdasarkan penelitian serta perhitungan biaya yang ada, maka terdapat saran yang dapat dipertimbangkan oleh PT. MAESTRO:
1. Proses pembuatan serta perhitungan biaya produk merupakan contoh model dari sistem biaya yang bersifat konvensional dan sistem biaya berdasarkan aktivitas.
Bab V Simpulan dan Saran 105
106 Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Anonkuncoro (2010). Iklan dan Persaingan, diakses dari http://www.radiosaw986.com/home/2010/04/iklan-dan-persaingan/ pada tanggal 13 November 2010
Carter, K., William, Milton F. Usry. (2009). Cost Accounting 14th ed. Jakarta: Penerbit Salemba Empat
Female, Fieda. (2007). Penerapan Metode Activity Based Costing Dalam Menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap. Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.
Freshinta, Maryani. (2006). Perbandingan Antara Metoda Konvensional Dengan Metoda Activity Based Costing Dalam Pembebanan Kos Produksi. Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Kristen Maranatha Bandung.
Glad, Ernest, and Hugh Becker. (1995). Activity Based Costing And Management. England: John Wiley & Sons Ltd.
Garrison, Ray H., Eric W. Noreen, Peter C. Brewer, (2006). Managerial Accounting 11th Edition. Jakarta: Salemba Empat.
Kristina, Vika. (2010). Analisis Aktivitas Perolehan Bahan Baku Dengan Activity Based Management Dalam Pemilihan Pemasok Yang Tepat. Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Kristen Maranatha Bandung. Managerial Emphasis. 12th Edition. Prentice-Hall, Inc. New Jersey.
Meyliana. (2005). Suatu Tinjauan Mengenai Penetapan Harga Pokok Produk Dengan Menerapkan Activity Based Cost System Dalam Mendukung Pembebanan Biaya Overhead Yang Lebih Akurat. Jurnal Ilmiah Akuntansi. Vol. 5, No. 1, hal. 1-14. Mulyadi. (2001). Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat, dan Rekayasa. Edisi 3.
Jakarta: Salemba Empat
Daftar Pustaka 107
Universitas Kristen Maranatha Mursyidi. (2008). Akuntansi Biaya: Conventional Costing, Just In Time, dan Activity
Based Costing. Bandung: Refika Aditama.
L.D. Nunik. (2007). ABC System: Sistem Biaya dalam Mengatasi Kelemahan/Kekurangan Sistem Biaya Tradisional. Jurnal Ilmiah Akuntansi. Vol. 6, No. 2, hal. 88-100.
Pensilwarnadesign (2010). Persaingan Radio Makin Ketat, diakses dari http://pensilwarnadesign.wordpress.com/2010/05/05/persaingan-stasiun-dan-iklan-radio-semakin-sengit-dan-ketat/ pada tanggal 16 November 2010.
Puspitaningsih, Rina. (2009). Penerapan Activity Based Costing System Sebagai Alternatif Sistem Penentuan Biaya Rawat Inap Pada Rumah Sakit. Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Setiana, Sinta. (2006). Penerapan Activity Based Costing System dalam Perhitungan Biaya Produk. Majalah Ilmiah Maranatha. Vol. XXX, Tahun XIII, hal. 15-21. Sidharta, Juaniva dan Yessica. (2008). Perbandingan Penerapan Metode Tradisional
Dengan Metode Activity Based Costing Dalam Perhitungan Biaya Produksi Pada Perusahaan XYZ. Buletin Ekonomi Kajian Manajemen dan Akuntansi. Vol. XVII, No. 2, hal. 48-64.
Simamora, Henry. Akuntansi Manajemen. (1999). Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Tanamal, Merry. (2008). Penerapan Activity Based Costing System Dalam Menghitung