Artikel Penelitian
Seminar Nasional Keperawatan
Complementary Therapy: From Research to Practice
Palembang, 27 November 2015Ekstrak Buah Kurmaterhadap Histologi Epididimis Tikus Jantan yang diinduksi Bisphenol A
1-7
Sri Nita, Rara Inggarsih
Pengaruh Akupresur Terhadap Tekanan Darah Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Teratap Palembang
8-15
Yudi Abdul Majid, Puji Setya Rini
Efektivitas Terapi Okupasi Terhadap Kemandirian Dalam Perawatan Diri Pasien Skizofrenia Di Ruang Rehabilitasi Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang
16-22
Suzanna, Khalida Zia
Hubungan Penerapan Model Praktek Keperawatan Profesional(Mpkp) Dengan Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inaprsu Budi Agung Palu
23- 31
Andi Fatmawati, , Fajrillah Kolomboy
Pengaruh Intervensi Paket “Haid Sehat” Terhadap Intensitas Dismenore di SMA Patra Mandiri 1 Palembang
Lusia Hayati , Asifa Ramadhani Sembiring , Ziske Maritska , Mgs.H.M.Irsan Saleh
Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Perubahan Tekanan Darah Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Palembang Tahun 2015
48-55
Aristoteles , Maya Fadlilah , Trillia
Efektivitas Hypnoterapi Teknik The Swish Terhadap Perilaku Merokok Siswa SMU Muhammadiyah 3 Palembang 2015
56-61
Septi Ardianty
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Lansia Tentang Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Berdasarkan Teori Abraham Maslow di Panti Tresna Werdha Teratai Palembang
62-66
Puji Setya Rini, Yudi Abdul Madjid
Pengaruh Terapi Zikir Terhadap Tingkat Kecemasan Klien Pasca Stroke di Palembang Tahun 2015
67-72
Artikel Penelitian
Seminar Nasional Keperawatan
Complementary Therapy: From Research to Practice
Palembang, 27 November 2015Pengaruh Senam Diabetes Terhadap Kadar Gula Darah Sewaktu Pada DM Tipe II 73-78 Karolin Adhisty, Sigit Purwanto, Ira Kusumawati
Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kepatuhan Pasien Hemodialisa dalam Menjalani Diet di RSUD Undata Palu
79-86
Fitria Masulili, Serly
Hubungan Senam Hamil dengan Lama Proses Persalinan Kala II dan Kejadian Ruptur Perineum Pada Primipara di RSIA Widiyanti Palembang Tahun 2015
87-91
Rosmiarti , Mardalena
Efek Antiinflamasi Fraksi Daun Binahong (Anredera Cordifolia) Pada Tikus Putih Jantan (Rattus Norvegicus) Galur Sprague Dawley
92-99
Evi Royani
Faktor Resiko Ventilator Associated Pneumonia (VAP) di Ruang General Intensive Care Unit (GICU) Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Moh. Hoesin Palembang
100-106
Rahmiati, Eny Purwanti,Yuliana Kumala Dewi
Kepuasan Pasien Terhadap Penggunaan Waslap dan Washcloth Disposible Saat Diseka
107-111
Herpi Pasaribu, Gilny Aileen Joan, Florida Hondo
Pengaruh Konseling Terhadap Kecemasan Primigravida Trimester I di Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014
112-118
Murbiah,Rohmi
Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2
119-127
Fuji Rahmawati, Elsa Pudji Setiawati, Tetti Solehati
Pengaruh Akupresur Terhadap Klien Artritis Rheumatoid di Panti Tresna Werdha Wargatama Indralaya Tahun 2015
128-134
Jaji
Uji Beda Penurunan Tekanan Darah Setelah dilakukan Terapi SSBM dan Guided Imagery
135-140
Artikel Penelitian
Seminar Nasional Keperawatan
Complementary Therapy: From Research to Practice
Palembang, 27 November 2015Identifikasi Karakteristik dan Prevalensi Carpal Tunnel Syndrome (Cts) Pada Ibu Hamil
141-147
Sigit Purwanto, Bina Melvia Girsang
Dukungan Sosial: Informasi Melalui Media Modul Terhadap Pengenalan Dating Violence Pada Remaja di Universitas Sriwijaya Inderalaya
148-155
Bina Melvia Girsang
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Terapi Komplementer dalam Kehamilan di Bidan Praktik Mandiri Kota Bengkulu
156-167
Asmawati, Husni, Septiyanti
Pengaruh Finger Painting dan Hypnoparenting Terhadap Frekuensi Tempertantrum Anak Toddler di PAUD Harapan Indah Inderalaya
168-175
Antarini Idriansari, Sri Maryatun
Efektifitas Senam Kaki Diabetes Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah, Pencegahan Ulkus Diabetikum
176-180
Nurna Ningsih, Herliawati
Gambaran Pengetahuan Ibu Dan Status Gizi pada Anak Usia Bawah Dua Tahun yang Diberi Susu Formula Di Daerah Tanjung Raja, Kabupaten Ogan Ilir 2015
181-185
Anita Rahmiwati
Karakteristik Dan Masalah Kesehatan Pada Lansia 186-191 Dian Wahyuni, Antarini Idriansari, Putri Widita Muharyani
Pengaruh Pelatihan Sitz Bath Terhadap Intensitas Nyeri Pada Ibu Nifas Post Episiotomi
192-197
Tintasia, Jum Natosba, Bina Melvia Girsang
Pengaruh Metode Baby Led Weaning Terhadap Ketrampilan Oral Motor Bayi 198-203 Putri Widita Muharyani, Antarini Idriansari, Sigit Purwanto
Pengaruh Teknik Afirmasi Positif Dan Terapi Aktivitas Kelompok (Tak) Terhadap Kemampuan Sosialisasi Lansia Di Panti Werdha Warga Tama Inderalaya
204-210
Artikel Penelitian
Seminar Nasional Keperawatan
Complementary Therapy: From Research to Practice
Palembang, 27 November 2015Karakteristik Responden Dengan St Elevasi Miokard Infark 211-215 Hikayati, Indri Seta Septadina, Antarini Idriansari
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Skabies Di Pondok Pesantren Al-Ittifaqiah Indralaya
216-222
Ade Erine Suryani, Eka Yulia Fitri Y, Hikayati
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keikutsertaan Wanita Dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Serviks Melalui Metode Iva
223-232
Esa Zahirah,Eka Yulia Fitri Y, Dhona Andhini
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Biji Pepaya (Carica Papaya L) Terhadap Escherichia Coli
233-243
Sasono Mardiono
Pengaruh Kunyahan Rumput Laut Terhadap Ph Hcl Sebagai Peluang Buffer Asam Basa
244-252
Susunan Acara
Seminar Nasional Keperawatan
Complementary Therapi: From Research to Practice
Palembang, 27 November 2015Waktu Acara
07.30 08.00 Registrasi
08.00 08.15 Pembukaan oleh master of Ceremony 08.15 08.30 Tari pembukaan “tari tanggai”
08.30 08.40 Menyanyikan lagu Indonesia raya
08.40 08.50 Laporan Ketua panitia
08.50 09.00 Sambutan kaprodi
09.00 09.10 Sambutan dekan/rektor dan pembukaan acara secara resmi
09.10 09.25 Coffee break
Seminar Nasional
09.25 09.30 Pembukaan Moderator: Dosen PSIK FK UNSRI
09.30 10.10 Pembicara 1: Edy Wuryanto, S.Kp., M.Kep
Tema: Pengembangan Kebijakan Praktik Komplementer
10.10 10.50 Pembicara 2: Hartiah Haroen, S.Kp., M.Kes., M.Ng, AIFO
Tema: Integrative and Holistic Nursing
10.50 11.30 Pembicara 3 : dr.Yuliarni,M.Kes
Tema : Konsep dan Prosedur Terapi Komplementer : Bekam
11.30
11.55 11.55
12.00
Tanya Jawab
Penutupan seminar dan Penyerahan Plakat kepada Pembicara
12.00 13.00 ISHOMA
13.00 15.00 Oral Presentation
15.00 15.30 ISHOMA + Coffee Break
15.30 16.00 Penutupan Poster & Oral Presentasi dan Pengumuman Poster & Oral
Seminar Nasional Keperawatan “Complementary Therapy: From Research to Practice”
186
PENGARUH PELATIHAN SITZ BATH TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA IBU NIFAS POST EPISIOTOMI
1
Tintasia, 2Jum Natosba, 3Bina Melvia Girsang
1
Mahasiswa PSIK Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
2,3
Dosen PSIK Kedokteran Universitas Sriwijaya Email: y.tintasia@yahoo.com
ABSTRAK
Ibu post episiotomi mengalami banyak keluhan berupa nyeri episiotomi, gatal pada daerah perineum, dan keputihan. Upaya mencegah dan mengatasi nyeri dilakukan dengan memberikan pendidikan kesehatan serta intervensi berupa perendaman daerah perineum dengan metode Sitz Bath. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan Sitz Bath terhadap intensitas nyeri ibu nifas post episiotomi. Jenis penelitian ini yaitu Quasi-experiment dengan pendekatan non-equivalent control group design dengan jumlah 32 orang ibu postpartum yang terdiri dari 16 orang kelompok intervensi dan 16 orang kelompok kontrol dengan teknik pengambilan sampel incidental sampling. Alat ukur yang digunakan yaitu skala nyeri NRS (Numerical Rating Scale) yang terdiri dari skala 0s/d 10. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan uji statitik Mann-Whitney yang menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok intervensi dan kontrol dengan p value= 0,010. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu secara statistik tidak terdapat pengaruh pelatihan Sitz Bath terhadap intensitas nyeri ibu nifas dengan episiotomi, dilihat dari nilai rata-rata kedua kelompok terdapat perbedaan intensitas nyeri pada kelompok intervensi dan kontrol. Diskusi: penurunan intensitas nyeri pada kelompok kontrol disebabkan oleh proses penyembuhan luka dan faktor yang mempengaruhinya sedangkan pada kelompok intervensi disebabkan oleh relaksasi dari Sitz Bath, selanjutnya perlu diperhatikan faktor-faktor yang berhubungan dengan intensitas nyeri episiotomi.
Kata kunci : Sitz Bath, Intensitas nyeri, Episiotomi Daftar pustaka : 38 (2002-2015)
PENDAHULUAN
Dalam persalinan, tindakan episiotomi sering dilakukan untuk mengendalikan robekan perineum sehingga memudahkan penyembuhan luka karena lebih mudah dijahit dan menyatu kembali (Manuaba, 2011). Waktu untuk pemulihan kembali luka episiotomi berminggu-minggu, bulanan atau tahunan bergantung pada kondisi kesehatan dan perawatan perineum itu sendiri. Luka post episiotomi jika tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan komplikasi secara fisik maupun psikologis. Hal ini dibuktikan dengan penelitian Romi (2009) yang menyebutkan bahwa dijumpai infeksi pada luka episiotomi sebanyak 2 orang(11.8 %) dari 17 orang(100%) pasca pembedahan episiotomi.
Seminar Nasional Keperawatan “Complementary Therapy: From Research to Practice”
187
Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di wilayah kerja puskesmas Indralaya didapatkan lima orang sampel yang mengalami episiotomi. Tiga diantaranya mengaku tidak percaya diri dan takut melakukan perawatan perineum dan dua orang sisanya tidak tahu cara merawat perineum dan membiarkan rasa nyeri akibat tindakan episiotomi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan olehSari (2010), sebanyak 54,2% ibu hamil mengungkapkan ketakutannya akibat tindakan episiotomi, 71,4 % menyatakan keraguannya dalam membersihkan luka episiotomi sendiri tanpa bantuan tenaga kesehatan sementara itu perawatan luka episiotomi dengan benar sangat diperlukan untuk mempercepat kesembuhan luka.
Menyikapi fenomena tersebut, keperawatan telah memberikan penekanan lebih pada peran perawat sebagai pendidik (Sari, 2010). Pendidikan keperawatan sebagai fungsi mandiri dari praktik keperawatan yang bertujuan membantu individu untuk beradaptasi dengan masalah kesehatannya, mencegah komplikasi dan mematuhi program terapi serta belajar untuk memecahkan masalah ketika menghadapi situasi yang baru (Moloku, fiolen & Joulie, 2013).
Menurut Aisyah (2010), pendidikan kesehatan dapat diberikan dengan berbagai metode seperti ceramah, diskusi, pemberian leaflet, booklet, ataupun praktek langsung sesuai dengan kebutuhan ibu. Pada penelitian ini menggunakan metode booklet sebagai media dalam memberikan pendidikan kesehatan pelatihan Sitz Bath. Media ini dipilih sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mukhoirotin, Rahmat & Siswosudarmo (2014) yang menyatakan bahwa pendidikan kesehatan dengan booklet lebih efektif menurunkan kecemasan pada ibu primgravida yang akan menghadapi persalinan dibandingkan dengan pendidikan kesehatan biasa.
Menurut Lockhart, Anita & Lyndon (2014) terapi Sitz Bath meliputi perendaman bagian perineum dalam air hangat atau panas untuk mengurangi ketidaknyamanan serta meningkatkan proses kesembuhan luka dengan cara membersihkan perineum dan anus yang akan membantu meningkatkan sirkulasi darah serta mengurangi inflamasi. Menurut Khairani (2014), Sitz Bath dilakukan dilakukan 2 kali dalam 1 hari. Pada hari yang sama satu kali di siang hari dan malamnya satu kali, karena akan terlihat perubahannya jika dibandingkan hanya satu kali. Satu kali sesi terdiri dari alternatif air hangat dan air dingin dengan pengukuran waktu selama 12 menit. Dalam 12 menit terdiri dari 3 siklus, yaitu 2 menit dalam air hangat dan lalu di ganti dengan air dingin, diulangi sampai 3 kali atau tergantung dengan tingkat keparahan penyakit. Sedangkan Menurut Lockhart, Anita & Lyndon (2014) Sitz Bath dilakukan antara 15-30 menit.
METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan rancangan Quasi-experiment dengan pendekatan non-equivalent control group design. Responden dalam penelitian ini adalah 32 orang ibu postpartum yang terdiri dari 16 orang kelompok intervensi dan 16 orang kelompok kontrol, selanjutnya ibu nifas diminta mengisi skala nyeri NRS (Numerical Rating Scale) yang terdiri dari skala 0s/d 10. Penelitian ini dimulai dari studi pendahuluan dilakukan pada bulan Januari, seminar proposal dilakukan pada tanggal 12 Maret 2015, pengambilan data dan penelitian dilakukan pada 12 April- 7 Mei 2015 dan pengolahan data dilakukan pada bulan Juni 2015.
Seminar Nasional Keperawatan “Complementary Therapy: From Research to Practice”
188
Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang diisi langsung oleh responden. Kuesioner berupa lembaran yang berisi angka dari rentang 0-10 dengan 0 tidak nyeri, 5 nyeri sedang dan 10 nyeri hebat.
HASIL
Tabel 1.1
Distribusi Nilai Tengah Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah diberikan Pelatihan Sitz Bath (n=16)
Variabel Median Min-max.
Sebelum 7 5-9
Setelah 3,5 2-5
Berdasarkan tabel 1.1 skala nyeri tertinggi sebelum diberikan pelatihan Sitz Bath yaitu skala 9 sedangkan setelah diberikan perlakuan Sitz Bath intensitas nyeri mengalami perubahan dengan skala tertinggi adalah skala 5. Artinya, terjadi penurunan intensitas nyeri pada kelompok intervensi dengan selisih antara sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Sitz Bath berdasarkan skala nyeri adalah 4.
Tabel 1.2
Distribusi Nilai Tengah Skala Nyeri Pre-test dan Post-test Pada Kelompok Kontrol (n=16)
Median Min-max.
pre-test 7 5-9
post-test 4,5 3-6
Berdasarkan tabel 4.2 Intensitas nyeri tertinggi sebelum dilakukan intervensi adalah skala 9. Pada penilaian intensitas nyeri yang terakhir atau post-test skala nyeri tertinggi adalah skala 6. Ini berarti terjadi penurunan intensitas nyeri pada kelompok kontrol berdasarkan skala nyeri dengan selisih 3 antara pre-test dan post-test.
Table 1.3
Perbedaan Skala Nyeri pada Kelompok Intervensi dan Kontrol (n=32)
n Mean Rank P value
intervensi 16 20,62
0,010
kontrol 16 12,38
Seminar Nasional Keperawatan “Complementary Therapy: From Research to Practice”
189 PEMBAHASAN
Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah Intervensi pada Kelompok Intervensi.
Berdasarkan uji statistik distribusi nilai tengah intensitas nyeri dari 16 orang reponden sebelum dilakukan intervensi yaitu 7, hal ini didapat berdasarkan jumlah kuesioner dari jawaban responden menunjukkan nilai dengan rentang skala 5-9. Intensitas nyeri yang paling banyak dirasakan reponden berdasarakan jawaban kuesioner adalah skala 8. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 7 dari 16 responden mengalami nyeri subjektif skala 8.
Hasil penelitian setelah intervensi didapatkan nilai tengah skala nyeri setelah dilakukan Sitz Bath sebesar 3,5. Hal ini dikarenakan setelah intervensi terjadi penurunan intensitas nyeri yang dibuktikan dari jumlah jawaban kuesioner post-test berada dalam rentang skala 2-5 yang sebelunya berada dalam rentang skala 5-9. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Pore (2014) yaitu Sitz Bath efektif digunakan untuk menurunkan nyeri dan meningkatkan penyembuhan luka pada klien dengan jahitan perineum.
Sitz Bath merupakan rendam duduk yang berfungsi untuk meningkatkan sirkulasi daerah lokal (daerah perendaman) yang dilakukan khusus pada bagian perineum dalam air hangat atau dingin. Tindakan ini juga membantu merelaksasikan otot-otot setempat. Efek hangat pada kulit khususnya daerah genitalia eksterna menimbulkan sensasi suhu pada nerve ending (ujung saraf) pada permukaan kulit. Sensasi ini mengaktivasi transmisi dopaminergik dalam jalur mesolimbik system saraf pusat. Terapi hangat memberikan efek “crowding process” (proses pengacauan) pada system saraf karena mengakibatkan rasa nyeri terhambat oleh sensasi suhu yang diterima oleh nerve endings (Ruffini dan Krause) sehingga memberikan efek penekanan atau pengurangan rasa nyeri (analgesia) (Hasmita, Roeshadi &Tala, 2011).
Menurut Arovah (2010), tujuan dari Sitz Bath dengan air dingin yaitu menurunkan suhu sedangkan inti dari terapi dingin adalah menyerap kalori di area lokal cedera sehingga terjadi penurunan suhu. Efek fisiologis terapi dingin terhadap tubuh yaitu menyebabkan vasokonstriksi daerah lokal sedangkan efek fisiologis tubuh terhadap rendam dingin adalah menurunkan spasme otot sehingga menyebabkan relaksasi otot, menurunkan persepsi nyeri dengan menurunkan eksitabilitas akhiran saraf bebas sehingga menurunkan kepekaan terhadap rangsangan nyeri. Hal ini di buktikan dengan penurunan nyeri responden dari skala minimum 5 dan maksimum 9 sebelum intervensi menjadi skala minimum 2 dan maksimum 5 setelah intervensi.
Penelitian ini dilakukan dalam rentang waktu satu bulan, setiap ibu nifas post episiotomi dalam 2 minggu pertama dimasukkan kedalam kelompok intervensi sedangkan sisanya dikategorikan kedalam kelompok kontrol. Prosedur pelaksanaan penelitian diawali dengan pemberian pendidikan kesehatan berupa materi tentang Sitz Bath dalam bentuk booklet, selanjutnya dilakukan pengukuran intensitas nyeri pre-test dan Sitz Bath pertama untuk kelompok intervensi.
Skala Nyeri Pre-test dan Post-test pada Kelompok Kontrol
Seminar Nasional Keperawatan “Complementary Therapy: From Research to Practice”
190
hari berikutnya dilakukan pre test. Pada kelompok kontrol responden juga mengalami penurunan intensitas nyeri dalam rentang 3-6 dari sebelumnya 5-9 dengan nilai tengah skala nyeri pertama yaitu 7 dan intensitas nyeri kedua yaitu 4,5.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa juga terdapat penurunan intensitas nyeri dengan selisih pengukuran pertama dan kedua kelompok kontrol yaitu satu poin meskipun tidak diberikan tindakan apapun oleh peneliti. Hal ini dapat terjadi karena proses penyembuhan luka juga mempengaruhi penurunan nyeri. Menurut Wardani (2015) luka dapat sembuh melalui proses utama (primary intention) yang terjadi ketika tepi luka disatukan (approximated) dengan menjahitnya. Apabila luka dijahit, maka tidak ada lagi ruang kosong sehingga luka dapat menyatu dan sembuh.
Menurut Megawati (2013) tujuan dari episiotomi itu sendiri yaitu membuat luka yang lurus sehingga mudah dijahit dan penyembuhannya menjadi lebih baik. Pada penelitian ini, kelompok kontrol adalah ibu nifas post episiotomi yang telah dilakukan penjahitan perineum sehingga meskipun tidak dilakukan Sitz Bath, terjadi penurunan intensitas nyeri melalui proses penyembuhan luka primer.
Perbedaan skala Nyeri pada Kelompok Kontrol dan Intervensi.
Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna pada intensitas nyeri responden dalam kelompok control dan intervensi yaitu p value= 0,010 (p<0,05). Maka H0 ditolak, artinya dengan adanya pemberian pelatihan Sitz Bath lebih efektif menurunkan intensitas nyeri pada kelompok intervensi dibandingkan kelompok kontrol.
Jika dilihat dari nilai tengah, maka kedua kelompok mengalami penurunan intensitas nyeri, hal ini dikarenakan Faktor lain dalam penelitian ini yang mempengaruhi kecepatan penyembuhan luka episiotomi yaitu usia, penyembuhan luka lebih cepat terjadi pada usia muda dari pada orang tua. Orang yang sudah lanjut usianya tidak dapat mentolerir stres seperti trauma jaringan atau infeksi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usia ibu tidak ada yang melebihi dari usia 35 tahun.
Paritas ibu juga dapat mempengaruhi nyeri post episiotomi. Ini dibuktikan dari hasil penelitian bahwa ibu dengan paritas 2 mengalami penurunan nyeri yang signifikan dan lebih mampu berdaptasi dengan nyeri berdasarkan pengalaman masa lalunya. Apabila seseorang telah melahirkan anak yang kedua kali dan seterusnya umumnya dapat melakukan perawatan perineum dengan baik karena mereka telah memperoleh pengalaman dan informasi pada kelahiran anak sebelumnya sehingga peneliti berasumsi bahwa penurunan intensitas nyeri pada kelompok kontrol dapat terjadi karena faktor proses penyembuhan luka, usia dan paritas ibu.
KESIMPULAN DAN SARAN
Secara statisik yaitu brdasarkana nilai tengah pada kedua kelompok intervensi dan kontrol tidak terdapat perbedaan karena keduanya mengalami penuruna, namun jika dilihat dari uji statistik antara kelompok intervensi dan kontrol tetap terdapat perbedaan dengan nilai p=0,010 (p<0,05).
Seminar Nasional Keperawatan “Complementary Therapy: From Research to Practice”
191
memberikan pelayanan kesehatan ibu nifas post episiotomi. Bagi institusi pendidikan, Sitz Bath dapat dimasukkan kedalam program untuk membantu penatalaksanaan nyeri ibu nifas post episiotomi. Untuk peneliti selanjutnya agar mengevaluasi intensitas nyerinya setiap sebelum dan setelah diberikan perlakuan Sitz Bath. Mencari sejauh mana pengaruh faktor-faktor yang berhubungan dengan intensitas nyeri dalam pengaplikasian Sitz Bath untuk mengatasi nyeri ibu nifas post episiotomy serta melengkapi keluasan data dengan menggunakan data kualitatif.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah. (2010).Pengaruh Pemberian Paket Pendidikan Kesehatan Perawatan Ibu Nifas (PK-PIN) yang dimodifikasi terhadap Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Postpartum Primipara dalam Merawat Diri Di Palembang.Tesis: Universitas Indonesia.Tidak dipublikasikan. Diakses tanggal 30 Januari 2015
Arovah, N.I. (2010). Dasar-dasar Fisioterapi pada olahraga. Yogyakarta:Universitas Yogyakarta
Hasmita, M., Roeshadi, R.H., Tala, M.R. (2011).Efektivitas Bladder Training Sitz Bath terhadap Fungsi Eliminasi Berkemih Spontan pada Ibu Postpartum di RSUP.H.Adam Malik-RSUD. Dr.Pringadi Medan dan RS.Jejaring.Universitas Sumatera Utara.Resipotary journal.
Khairani, N. D. (2014).Gambaran Haluaran Urine Setelah Penerapan Sitz Bath pada Ibu Dengan Retensi Urin Pasca Episiotomi.Universitas Sriwijaya:Skripsi. Tidak dipublikasikan.
Kuncahyana, D., Rahayuningsih, F.B., Ambarwati, WN.(2013).Pengaruh Nyeri Episiostomi Ibu Nifas terhadap Psikologis Ibu Nifas Di Wilayah Kecamatan Sukodono Sregen. Prosiding seminar nasional 2013 menuju masyarakat madani dan lestari, ISBN: 978-979-98438-8-3
Lockhart, Anita L. & Lyndon S. (2014).Asuhan Kebidanan Masa Nifas Fisiologis dan Patologis.Tangerang:Binarupa Aksara
Manuaba, Ida Bagus Gede. (2011).Buku Ajar Pengantar Kuliah Teknik Operasi Obstetri dan Keluarga Berencana.Trans Info Media:Jakarta.
Megawati, Y. (2013). Asuhan Kebidanan pada Ny. T dengan Perawtan Luka Perineum Post Episiotomy di BPM Puji Setiani Tegal Mulyo Mojosongo Surakarta. Karya Tulis Ilmiah. Tidak di Publikasikan. Diakses tanggal 29 Juni 2015.
Moloku, fiolen,B. & Joulie, S. (2013).Hubungan Pengetahuan Tentang Perawatan dengan Penyembuhan Luka Episiotomi pada Ibu Post Partum di ruangan IRINA D Bawah RSUP Prof Dr.r.d Kandou Malalayang. Ejournal keperawatan(E-kep), 1(1), 2
Seminar Nasional Keperawatan “Complementary Therapy: From Research to Practice”
192
Romi, S. (2009).Kejadian Infeksi Luka Episiotomi dan Pola Bakteri pada Persalinan Normal di RSUP. H. Adam Malik Dan RSUD Dr. Pimgadi Medan.Thesis: USU Respiratory Sari, N. K. (2010).Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Perawatan Perineum terhadap
Kesembuhan Luka Episiotomi Klien Postpartum di BKIA Aisyiyah. Bagian Keperawatan Medikal Bedah FK UMY. e-journal
Pore, Y. (2014). Effectiveness of Moist Heat and Dry Heat Application on Healing of Episiotomy Wound. Asian Journal of Multidisciplinary studies, Volume 2, (7), 2321-8819