DETEKSI FORMALIN PADA BAKSO YANG DIJUAL
DI PASAR-PASAR KOTA MEDAN TAHUN 2010
Oleh:
MUHAMMAD FAIZ BIN ZULKIFLI
070100423
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DETEKSI FORMALIN PADA BAKSO YANG DIJUAL
DI PASAR-PASAR KOTA MEDAN TAHUN 2010
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh:
MUHAMMAD FAIZ BIN ZULKIFLI
070100423
LEMBAR PENGESAHAN
Deteksi formalin dalam bakso yang dijual di pasar-pasar kota Medan tahun 2010
Nama: Muhammad Faiz bin Zulkifli
NIM: 070100423
Pembimbing Penguji
………. . ...
(dr. Yahwardiah Siregar, PhD) ( dr. Almaycano Ginting, M.Kes)
NIP: 131 459 296 NIP: 132 330 382
...………..
(dr. Sri Sofyani, Sp.A)
NIP: 140 328 817
Medan, 22 Desember 2010
Universitas Sumatera Utara
Fakultas Kedokteran
NIP: 19540220 198011 101
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan izin dan inayahNya peneliti dapat menyiapkan
proposal karya tulisan ilmiah (KTI) yang bertajuk “Deteksi Formalin pada Bakso
yang dijual di Pasar - Pasar Kota Medan Tahun 2010”. Karya tulisan ilmiah ini
adalah sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pembelajaran peringkat S1
di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Dalam menyelesaikan karya tulisan ilmiah ini, peneliti telah mendapat
banyak sokongan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh yang demikian peneliti
ingin mengambil kesempatan untuk menyampaikan setinggi-tinggi penghargaan
dan terima kasih kepada :
1. Dr. Yahwardiah Siregar, dr, PHD. selaku dosen pembimbing karena
banyak membantu dan memfasilitasi peneliti dalam menyiapkan karya
tulisan ilmiah ini.
2. Majlis Amanah Rakyat (MARA) yang telah menaja peneliti dalam
melanjutkan pelajaran dalam bidang kedokteran di Indonesia.
3. Seluruh staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara karena telah memberikan ilmu pengetahuan kepada peneliti.
4. Kedua orang tua peneliti Zulkifli Ariffin dan Zooridah Haron yang
sentiasa memberikan sokongan moral, doa dan material dalam hidup
peneliti.
5. Teman-teman kelompok penulisan karya tulisan ilmiah yang telah
memberikan kritik dan saran kepada peneliti semasa penulisan
dilakukan.
6. Teman-teman peneliti di setambuk 2007 Fakultas Kedokteran
Semoga Allah memberi rahmat kepada mereka diatas sumbangan yang
telah diberikan kepada peneliti dalam menyiapkan karya tulisan ilmiah ini
Peneliti menyedari bahwa penyusunan dan penulisan karya tulisan ilmiah
ini masih terdapat banyak kekurangan karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan
pengalaman peneliti. Peneliti mengharapkan kritik dan saran yang berguna untuk
membaiki kesilapan dan juga menambah ilmu pengetahuan agar karya yang
dihasilkan berkualitas.
Selain itu, peneliti berharap agar hasil penelitian yang dilakukan dapat
memberikan impak dan sumbangan kepada komuniti dan sesiapa saja yang ingin
memanfaatkan ilmu yang diperoleh dari penelitian ini.
Medan, Nopember 2010,
Peneliti,
(Muhammad Faiz bin Zulkifli)
ABSTRAK
Bakso adalah bebola daging yang dihasilkan dari campuran tepung tapioca dan daging tidak kira daging sapi, ayam maupun ikan. Bakso sangat digemari oleh masyarakat Indonesia sehingga ia boleh didapati dimana-mana mulai dari kaki lima maupun di hotel bintang lima. Walaubagaimanapun, menurut BPOM (Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan) Jakarta penggunaan bahan pengawet terlarang formalin dalam produk makanan seperti bakso, tahu, ikan masin dan mie basah semakin berleluasa. Formalin adalah senyawa aldehid yang sering digunakan dalam bidang industri sebagai bahan antibakteri untuk membersih lantai gudang dan juga agen untuk pengawetan mayat dan spesimen. The International Agency for Resarch on Cancer (IARC) telah mengklasifikasikan formalin sebagai bahan karsinogen. Selain itu, kajian yang dilakukan oleh National Cancer Institute (NCI) telah menemukan bahawa paparan berlebihan terhadap formalin dapat meningkatkan resiko terkenanya kanker terutamanya leukemia.
Uji laboratorik ini bertujuan mengetahui keberadaan formalin dalam bakso yang dijual oleh 13 pengusaha berbeda di 11 buah pasar di kota Medan diantara bulan Juni dan Juli.
Penelitian ini adalah berbentuk uji laboratorik secara potong lintang (cross sectional). Pengambilan sampel di 11 buah pasar yang telah disenaraikan oleh dinas pasar Medan dilakukan secara total sampling . Deteksi formalin secara kualiatif dilakukan dengan menggunakan ujian Schiff. Hasil positif ditentukan dengan terbentuknya warna lembayung pada destilat apabila direaksikan dengan reagensia Schiff.
Sebanyak 13 biji bakso yang diperoleh dari 11 buah pasar di sekitar kota Medan, tiada satu pun didapati menunjukkan hasil yang positif terhadap formalin. Oleh yang demikian, bakso daging sapi yang terjual di pasar-pasar di kota Medan bebas dari formalin.
ABSTRACT
Bakso is a local meatballs made with mixture of tapioca flour and meat whether it is beef, chicken or fish. Bakso is very likeable by the people of Indonesia and it can be found anywhere from sidewalk stalls to five star hotels . Nevertheless, according to BPOM (Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan) Jakarta, the usage of illegal preservatives , formalin in processed foods like bakso, tofu, salted fish and noodles is getting worst. Formalin derrived from aldehyde group and it has been used to desinfact warehouse’s floor and to preserve cadaver. The International Agency for Research on Cancer (IARC), has classified formalin as a carcinogenic substance. Meanwhile, research that has been conducted by National Cancer Institute (NCI) proves that the prolonged exposure towards the chemical could increase one’s risk of getting cancer particularly leukemia.
This laboratory research aims to detect the presence of formalin in the meatballs sold by 13 different vendors in 11 markets around the city of Medan
The research was designed to be a laboratory research with cross sectional point of view. Samples used in the research were obtained from 11 markets that has been listed by dinas pasar Medan through total sampling technique. The presence of formalin was detected through Schiff test. Colour change from colourless to violet indicates presence of formalin.
There were 13 meatballs from 11 markets were tested, but none of it tested positive with formalin. Therefore, meatballs sold in Medan is free from formalin.
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Pengesahan.………...…….... i
Kata Pengantar………...…….. ii-iii Abstrak... iv-v Daftar Isi………..…... vii-viii Daftar Tabel... ix
Daftar Gambar... x
Daftar Singkatan... xi
Daftar Lampiran... xii
BAB 1 PENDAHULUAN... 1
1.1. Latar Belakang……… ... 1
1.2. Rumusan Masalah………... ... 2
1.3. Tujuan penelitian………... 2
1.3.1. Tujuan Umum... 2
1.3.2. Tujuan Khusus... 2
1.4. Manfaat Penelitian………. 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 4
2.1. Formalin 2.1.1. Formaldehida……….. 4
2.1.2. Efek Samping Formaldehida……….. 5
2.1.3. Destilasi Formaldehida………...…... 5
2.2. Leukemia Tipe Mieloid
2.2.1. Acute Myeloid Leukemia (AML)……….…….... 8
2.2.2 Chronic Myeloid Leukemia (CML)... 10
BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL... 12
3.1. Kerangka Konsep Penelitian……….. 12
3.2. Definisi Operasional………... 13
3.2.1. Bakso……….….. 13
3.2.2. Tes Deteksi Formalin………... 13
BAB 4 METODE PENELITIAN... 14
4.1. Jenis Penelitian………....14
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian………. 14
4.3. Populasi dan Sampel………...……... 14
4.4. Alat dan Bahan... 14
4.5. Teknik Pengumpulan Data………... 15
4.6. Pengolahan dan Analisa Data……….……... 16
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN... 17
5.1 Hasil Penelitian... 17
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 17
5.1.2 Deskripsi Karakteristik Sampel... 18
5.1.3 Hasil Analisa... 18
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 23
6.1 Kesimpulan... 23
6.2 Saran... 23
DAFTAR PUSTAKA……….... 24 LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
4.1. Perubahan warna terhadap hasil tes 16
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 1. Hasil tes yang negatif 19
Gambar 2. Hasil tes pada kontrol positif 19
DAFTAR SINGKATAN
ALL : Acute Lymphoblastic Leukemia
AML : Acute Myeloid Leukemia
BPOM : Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan
CML : Chronic Myeloid Leukemia
EPA : U.S Environment Protection Agency
FAB : French, American & British
IARC : The International Agency for Resarch on Cancer
NCI : National Cancer Institute
PH : Philadelphia
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul
ABSTRAK
Bakso adalah bebola daging yang dihasilkan dari campuran tepung tapioca dan daging tidak kira daging sapi, ayam maupun ikan. Bakso sangat digemari oleh masyarakat Indonesia sehingga ia boleh didapati dimana-mana mulai dari kaki lima maupun di hotel bintang lima. Walaubagaimanapun, menurut BPOM (Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan) Jakarta penggunaan bahan pengawet terlarang formalin dalam produk makanan seperti bakso, tahu, ikan masin dan mie basah semakin berleluasa. Formalin adalah senyawa aldehid yang sering digunakan dalam bidang industri sebagai bahan antibakteri untuk membersih lantai gudang dan juga agen untuk pengawetan mayat dan spesimen. The International Agency for Resarch on Cancer (IARC) telah mengklasifikasikan formalin sebagai bahan karsinogen. Selain itu, kajian yang dilakukan oleh National Cancer Institute (NCI) telah menemukan bahawa paparan berlebihan terhadap formalin dapat meningkatkan resiko terkenanya kanker terutamanya leukemia.
Uji laboratorik ini bertujuan mengetahui keberadaan formalin dalam bakso yang dijual oleh 13 pengusaha berbeda di 11 buah pasar di kota Medan diantara bulan Juni dan Juli.
Penelitian ini adalah berbentuk uji laboratorik secara potong lintang (cross sectional). Pengambilan sampel di 11 buah pasar yang telah disenaraikan oleh dinas pasar Medan dilakukan secara total sampling . Deteksi formalin secara kualiatif dilakukan dengan menggunakan ujian Schiff. Hasil positif ditentukan dengan terbentuknya warna lembayung pada destilat apabila direaksikan dengan reagensia Schiff.
Sebanyak 13 biji bakso yang diperoleh dari 11 buah pasar di sekitar kota Medan, tiada satu pun didapati menunjukkan hasil yang positif terhadap formalin. Oleh yang demikian, bakso daging sapi yang terjual di pasar-pasar di kota Medan bebas dari formalin.
ABSTRACT
Bakso is a local meatballs made with mixture of tapioca flour and meat whether it is beef, chicken or fish. Bakso is very likeable by the people of Indonesia and it can be found anywhere from sidewalk stalls to five star hotels . Nevertheless, according to BPOM (Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan) Jakarta, the usage of illegal preservatives , formalin in processed foods like bakso, tofu, salted fish and noodles is getting worst. Formalin derrived from aldehyde group and it has been used to desinfact warehouse’s floor and to preserve cadaver. The International Agency for Research on Cancer (IARC), has classified formalin as a carcinogenic substance. Meanwhile, research that has been conducted by National Cancer Institute (NCI) proves that the prolonged exposure towards the chemical could increase one’s risk of getting cancer particularly leukemia.
This laboratory research aims to detect the presence of formalin in the meatballs sold by 13 different vendors in 11 markets around the city of Medan
The research was designed to be a laboratory research with cross sectional point of view. Samples used in the research were obtained from 11 markets that has been listed by dinas pasar Medan through total sampling technique. The presence of formalin was detected through Schiff test. Colour change from colourless to violet indicates presence of formalin.
There were 13 meatballs from 11 markets were tested, but none of it tested positive with formalin. Therefore, meatballs sold in Medan is free from formalin.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang :
Indonesia terkenal dengan berbagai jenis makanan yang lazat dan bakso
merupakan salah satu daripadanya. Bakso merupakan bebola daging yang
dihasilkan dari tepung dan terdapat berbagai jenis seperti bakso sapi, bakso ayam,
bakso ikan dan lain-lain. Bakso sangat digemari oleh masyarakat Indonesia
sehingga ia boleh didapati dimana-mana dari kaki lima maupun hotel bintang
lima. Namun begitu, masih ramai lagi diantara kita yang tidak sadar apakah
makanan yang menjadi sumber protein ini benar-benar selamat untuk dikonsumsi.
Permasalahan penggunaan formalin dalam makanan telah lama
dibincangkan tetapi masyarakat tidak ambil peduli karena dampaknya tidak
terlihat dengan jelas. Namun , hanya pada tahun 2005 masyarakat mulai sadar
tentang pentingnya keamanan bahan makanan.
Peredaran sejumlah produk makanan seperti bakso, tahu, ikan masin dan
mie basah yang mengandungi formalin telah ditemukan di wilayah DKI Jakarta,
Banten, Bogor dan berbagai daerah lainnya. Produk ini tidak hanya dijual di
pasar-pasar tradisional, malah juga terdapat di supermarket. Hasil pengujian
BPOM (Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan) Jakarta pada beberapa tahun
yang lalu terhadap 98 sampel produk pangan yang dicurigai mengandug formalin,
56 daripadanya dinyatakan positif mengandung formalin.
Para pengusaha tahu akan bahaya penggunaan formalin dalam makanan,
tetapi alas an mereka adalah dengan menggunakan formalin produk mereka tahan
lebih lama, penggunaannya yang praktis dan harganya lebih terjangkau
berbanding bahan pengawet yang lain.
. Formalin adalah senyawa aldehida yang terdiri daripada bahan aktif
formaldehid 40 % dan aquadest serta ditambah methanol sebagai agen penstabil.
antibakteri sering digunakan untuk membersih lantai gudang dan kapal. Selain itu
ia juga digunakan untuk mengawet mayat dan spesimen – spesimen untuk
kegunaan medis.
Menurut laporan komisi keselamatan produk konsumen Amerika pada
tahun 1997, kadar normal formaldehida di udara adalah kurang dari 0,03 ppm.
Materi yang mengandungi yang mengandungi formaldehida boleh melepaskan gas
formaldehida di udara. Apabila kadar formaldehida di udara melebihi 0,1 ppm
50% individu yang terpapar berkemungkinan mengalami efek samping dalam
masa yang singkat seperti mata berair, sensasi terbakar pada daerah mata, hidung
dan tenggorokan serta iritasi pada kulit jika terdapat kontak pada kulit.
Oleh karena bakso merupakan makanan yang sering dikonsumsi oleh
masyarakat, maka sebagian besar diantara kita boleh dikatakan rentan terhadap
paparan zat kimiawi formaldehida yang berlebihan dan dalam jangka masa yang
lama. Hal ini dapat memberi dampak yang serius terahadap kesehatan masyarakat
kita karena The International Agency for Research on Cancer (IARC) telah
mengklasifikasikan formaldehida sebagai zat karsinogen terhadap manusia. Selain
itu , ada kajian yang dilakukan oleh National Cancer Institute (NCI) menemukan
paparan formaldehida yang berlebihan dalam tempoh yang lama dapat
meningkatkan resiko terkenanya kanker terutamanya leukemia.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana keberadaan formalin dalam bakso yang dijual di beberapa pasar di kota Medan.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
1.3.2.1 Mendeteksi keberadaan formalin dalam bakso yang berasal dari pasar di kota Medan.
1.3.2.2 Mendapatkan nilai kandungan formalin dalam bakso yang dijual di kota Medan.
2. Manfaat Penelitian 2.1 Bagi komuniti
2.1.1 Sebagai dasar untuk melalukan penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahayanya penggunaan formalin
sebagai zat pengawet makanan.
2.2 Bagi pelayanan kesehatan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fornalin: 2.1.1 Formaldehida
Formaldehida (CH2O) adalah derivasi aldehida yang mempunyai bau yang
menyengat . Zat kimiawi ini mempunyai kecenderungan untuk berpolimerisasi di
mana, molekul secara individu bergabung membentuk suatu satuan dari bobot
molar yang tinggi. Aktivitas polimerisasi ini melepaskan panas yang sering terjadi
secara letupan. Jesteru itu, sediaan formaldehida adalah di dalam bentuk cairan
bagi mengurangi konsentrasi. Sediaan ini lebih dikenali sebagai formalin.
Formalin biasanya terbentuk dari campuran formaldehida yang tepu kira 40
persen dari volumenya dan sedikit penstabil biasanya methanol bagi
mengurangkan oksidasi dan derajat polimerisasi. Formaldehida mempunyai takat
didih yang sangat rendah iaitu -21°C manakala setelah menjadi formalin, takat
didihnya berubah menjadi 96 °C. (Chang, 2007 )
Oleh karena harganya yang terjangkau, formalin banyak digunakan dalam
berbagai jenis industri seperti pembuatan perabot dan juga digunakan sebagai
bahan campuran dalam pembuatan bangunan. Selain itu, formalin juga digunakan
sebagai bahan pengawet mayat dan agen fiksasi di laboratorium. Bahan pengawet
ini, menurut Kepala Pusat Penelitian Kimia LIPI, Dr. Leonardus Broto Kardono
(2006), memiliki unsur aldehida yang bersifat mudah bereaksi dengan protein dan
mudah berikatan dengan unsur protein mulai dari permukaan hingga terus
meresap ke jaringan yang dalam. Dengan matinya protein setelah terikat dengan
baru di permukaannya supaya ianya tahan terhadap serangan bakteri yang lain
pada masa akan datang. (Kardono, 2006)
2.1.2 Efek samping formaldehida
Apabila kadar formaldehida di udara melebihi batas yang dibenarkan iaitu
0.1 ppm (parts per million) , sesetengah individu beresiko mengalami gejala
seperti sensasi terbakar di mata, hidung dan di daerah tenggorokan. Selain itu ada
juga individu yang merasa mual, pusing serta mengalami iritasi pada kulit apabila
terdedah pada zat ini. Walaubagaimanapun, hal ini hanya terjadi pada individu –
individu yang sensitif terhadap zat kimia formaldehida. ( National Cancer
Institute, 2009)
Pada tahun 1980, suatu penelitian telah diajalankan menunjukkan tikus
yang terpapar dengan formaldehida menderita penyakit kanker. Penemuan ini
menimbulkan persoalan apakah paparan terhadap formaldehida boleh
menyebabkan terjadinya kanker pada manusia. Pada tahun 1987, U.S
Environmental Protection Agency (EPA) telah mengklasifikasikan formaldehida
sebagai zat karsinogen pada manusia. Selain itu , The International for Research
on Cancer (IARC) turut mengklasifikasikan formaldehida sebagai zat karsinogen
pada manusia. ( National Cancer Institute , 2009)
2.1.3 Destilasi formaldehida
Destilasi adalah proses pemanasan suatu larutan hingga ia mendidih dan
uap panas yang terhasil akan dikumpul dan didinginkan menjadi suatu larutan
baru. Menurut hukum Raoult, sekiranya zat terlarut tidak dapat meruap, tekanan
uap pada larutan itu mestilah lebih rendah dari pelarutnya. Takat didih suatu
komponen dapat ditentukan melalui teknik destilasi dan sifat fisik ini amat
penting dalam aplikasi teknik destilasi iaitu mengasingkan suatu komponen dari
komponen yang lain berdasarkan perbedaan takat didih diantara komponen
tersebut. ( Chang, 2007)
destilasi terdiri dari berbagai jenis seperti destilasi ringkas yang sering digunakan
di laboratorium kecil, destilasi fraksi yang menggunakan tabung fraksi dan
destilasi vakum untuk kompaun yang mempunyai takat didih yang sangat tinggi.
(Helmenstine, 2010)
2.1.4 Reaksi Schiff terhadap amylum
Salah satu aplikasi penting reagensia Schiff adalah reaksi pewarnaan asam
Schiff berkala atau juga dikenali sebagai “periodic acid Schiff reaction”. Ini
adalah suatu teknik yang digunakan untuk mendeteksi karbohidrat dalam sel tisu.
Asam periodik seperti asam iodik digunakan bagi mengoksidasi sebagian
karbohidrat yang terdapat pada tisu. Ini akan menghasilkan gugus aldehid yang
akan tersejat bersama reagensia Schiff dan menghasilkan warna merah terang
yang menunjukkan komponen pada tisu yang mengandungi karbohidrat. (Kiernan,
1999)
Reaksi pewarnaan asam Schiff berkala adalah suatu tes laboratorik yang
sangat ringkas. Pertama sekali, sampel tisu haruslah dicuci dengan bersih
seterusnya diberikan asam iodik dan dibiarkan selama 10 hingga 30 menit.
Kemudian sampel tisu dicuci bagi menghilangkan sisa asam iodik dan diberikan
reagensia Schiff lalu dibiarkan selama 10 hingga 30 menit. Selanjutnya, sampel
tisu itu sekali lagi dicuci dengan air bersih bagi menghilangkan sisa reagensia
Schiff. Bagian yang mengandung karbohidrat akan terlihat berwarna merah
jambu. Selain itu, intensitas warna yang terhasil dipengaruhi oleh lamanya masa
diberikan reagensai Schiff. (Kiernan, 1999)
2.1.5 Tes deteksi formaldehida
Formaldehida yang merupakan suatu senyawa aldehida dapat dideteksi
uji kedua berisi 1 ml ethanol dan 0,3 formaldehida. Hasil positif terhadap aldehida
ditandai dengan perubahan warna pada larutan iaitu daripada tidak berwarna
kepada warna ungu kemerahan. Eksperimen menunjukkan terdapatnya perubahan
warna pada kedua-dua tabung reaksi yang berisi zat aldehida. (Keush, 2003)
2.1.6 Hubungan formaldehida dengan kanker
Sejak tahun 1980, institusi kanker nasional di Amerika telah menjalankan
beberapa siri penelitian untuk menentukan apakah terdapat hubungan antara
paparan terhadap zat formaldehida dengan resiko seseorang untuk mendapatkan
kanker. (National Cancer Institue, 2009)
Beberapa survey yang dijalankan oleh NCI terhadap beberapa individu
yang bekerja dalam profesi yang mempunyai resiko terpapar zat formaldehida
seperti ahli anatomi dan ahli mengawet mayat. Hasilnya menunjukkan individu –
individu tersebut lebih cenderung menderita penyakit seperti leukemia
terutamanya leukemia tipe mieloid berbanding orang lain. Namun begitu kadar
formaldehida yang dipaparkan tidak diklasifikasikan dalam penelitian. Suatu
penelitian case- control yang dilakukan oleh penyelidik dari NCI terhadap ahli
mengawet mayat yang sering terpapar dengan zat formaldehida mendapati ada
hubungan dengan paparan terhadap formaldehida dalam tempoh yang lama
dengan kematian akibat leukemia, terutamanya leukemia tipe mieloid.
Penyelidikan ini telah dilakukan terhadap para pekerja industri pengebumian dari
tahun 1960 hingga 1986. Para penyelidik telah membandingkan para karyawan
yang meninggal dunia karena kanker hematopoesis, tumor otak dan atas
sebab-sebab lain. Hasil analisa menunjukkan para karyawan yang sering melakukan
pengawetan mayat dan yang paling sering terpapar dengan zat formaldehida
mempunyai resiko yang tinggi untuk mendapat leukemia tipe mieloid. (National
Cancer Institute, 2009)
Selain itu, suatu penelitian jenis cohort telah dilakukan oleh penyelidik
NCI terhadap 25619 karyawan di industri – industri yang berisiko terhadap
mieloid di kalangan pekerja. Peningkatan resiko ini berhubungan dengan
peningkatan kadar paparan serta jangka masa terhadap paparan. Namun begitu
tidak ditemukan hubungan antara resiko kanker dengan paparan secara kumulatif.
Penelitian ini kemudiannya dilanjutkan untuk selama 10 tahun terhadap pekerja
yang sama dan hasilnya juga menunjukkan adanya hubungan antara insidensi
kanker terutama leukemia tipe mieloid dengan paparan terhadap zat formaldehida.
(National Cancer Institue, 2009)
Formaldehida akan mengalami perubahan kimiawi yang cepat selepas
diabsorbsi. Oleh yang demikian, segelintir saintis berpendapat bahwa
formaldehida jarang sekali akan menimbulkan efek yang buruk pada organ –
organ selain saluran pernapasan atas. Namun begitu ada beberapa penelitian di
laboratorium menunjukkan formaldehida dapat memberikan efek yang negatif
terhadap sistem limfatik dan hematopoetik. (National Cancer Institue, 2009)
Berdasarkan dari kedua jenis penelitian cohort dan case control dan data
serta eksperimen laboratorium, para penyelidik dari NCI telah menyimpulkan
bahwa formaldehida berkemungkinan dapat mengakibatkan leukemia terutama
leukemia tipe mieloid pada manusia. (National Cancer Institue, 2009)
2.2. Leukemia Tipe Mieloid
2.2.1 Acute Myeloid Leukemia (AML)
Leukemia mieloid adalah penyakit golongan heterogenus yang ditandai
dengan infiltrasi pada sel darah, sumsum tulang dan jaringan lain oleh sel–sel
neoplastik sistem hematopoesis. Leukemia jenis ini mempunyai spektrum
malignan yang luas sekiranya tidak mendapatkan rawatan. Penyakit ini boleh saja
berkembang dengan cepat dan sangat membahayakan namun begitu ia juga boleh
berkembang secara perlahan. (Kasper et al, 2005)
Herideter, radiasi, zat kimiawi, paparan zat kimiawi berlebihan di tempat
kerja serta beberapa jenis obat – obatan dikatakan memberi kesan terhadap
pembentukan AML . Namun begitu, masih tiada bukti yang kukuh menyatakan
virus adalah salah satu penyebab penyakit ini. (Kasper et al, 2005)
Selain itu, insiden penyakit leukemia mieloid pada korban bom atom di
Jepang meningkat kira-kira 5 hingga 7 tahun setelah pengeboman tersebut.
(Dennis et al, 2005)
Paparan terhadap zat kimiawi benzene yang digunakan sebagai zat pelarut
dalam industri juga ada menunjukkan hubungannya dengan peningkatan resiko
AML. Selain itu bahan –bahan karsinogen lain seperti rokok, formaldehida juga
dilihat mempunyai hubungan dengan meningkatnya resiko AML. (Kasper et al,
2005)
Patogenesis utama bagi penyakit leukemia mieloblastik akut adalah
adanya blockade maturitas yang menyebabkan proses diferensiasi sel-sel myeloid
terhenti pada sel-sel muda (blast) akibat terjadinya akumulasi blast di sumsum
tulang. Hal ini akan menyebabkan sistem hematoposesis normal terganggu dan
seterusnya akan mengakibatkan sindroma kegagalan sumsum tulang yang ditandai
dengan adanya gejala anemia, lekopenia dan trombositopenia pada penderita.
Selain itu, sel-sel blast yang terhasil mampu untuk bermigrasi keluar sumsum
tulang dan berinfiltrasi ke organ-organ lain seperti kulit, tulang, jaringan lunak
dan sistem saraf pusat seterusnya merusak organ-organ tersebut. (Kurnianda,
2006)
Pasien dengan AML sering mengalami gejala non spesifik dan bermula
secara berperingkat dan biasanya merupakan akibat dari anemia, leukositosis,
lekopenia, atau trombositopenia. Lebih dari 50 % pasien menderita gejala non
spesifik kira –kira ≥ 3 bulan sebelum leukemia di diagnosa. (Kasper et al, 2005)
Sebagian dari penderita menderita kelelahan sebagai gejala pertama.
Anorexia dan penurunan berat badan sangat umum pada penderita. Selain itu lebih
kurang 10% pasien mengalami demam dengan atau tanpa infeksi sebagai gejala
Selain itu, kadang kala turut ditemukan nyeri tulang, limfadenopati, pusing dan
batuk sebagai gejala penyerta. (Kasper et al, 2005)
Selain itu turut ditemukan adanya pembesaran pada kelenjar getah bening
serta limfa. Hal ini juga mengakibatkan rasa tidak nyaman di abdomen akibat
adanya pembesaran hati dan limfa. Pasien juga turut mengalami gejala hematuria.
(Goldman L, 2007)
2.2.2 Chronic Myeloid Leukemia (CML)
Chronic Myeloid Leukemia (CML) adalah gangguan mieloproliferasi yang
ditandai dengan peningkatan proliferasi sel granulosit tanpa mengganggu ia
berdiferensiasi. Akibatnya pada pemeriksaan darah tepi didapati adanya
peningkatan sel granulosit, penujuk yang tidak matang dan sel blast. (Besa, 2010)
Penyakit ini merupakan suatu abnormalitas dapat yang melibatkan sel
stem hematopoetik. Ia disifatkan dengan aberasi sitogenetik meliputi transklokasi
diantara lengan panjang kromosom 22 dan 9. Proses translokasi tersebut
mengakibatkan kromosom 22 memendek. Hal ini pertama kali ditemukan oleh
Nowell dan Hungerford dan seterusnya menamakan ia kromosom Philadelpia (Ph)
sempena nama tempat ia ditemukan. (Besa, 2010)
Translokasi ini merelokasikan suatu onkogen yang dikenali sebagai abl
dari lengan panjang kromosom 9 ke lengan panjang kromosom 22 iaitu di daerah
gen BCR. Hal ini menyebabkan penggabungan gen BCR/ABL seterusnya
mengkode suatu protein yang mempunyai aktivitas tyrosine kinase yagn kuat.
Ekspresi protein ini menjurus ke arah pembentukan fenotip leukemia mieloblastik
kronik melalui proses yang masih belum difahami sepenuhnya. (Besa, 2010)
Masih tidak ditemukan korelasi penyakit ini dengan paparan terhadap obat
sitotoksik. Selain itu etiologi virus juga masih belum ditemukan. Tabiat merokok
dederitai oleh laki-laki berbanding wanita. Lazimnya, penyakit ini berjalan
perlahan. Pada stadium pertama dari CML, kebanyakan orang tidak mempunyai
gejala kanker, Ketika gejala tersebut timbul, penderita mungkin berasa lelah,
demam, kehilangan nafsu makan dan berkeringat malam. Selain itu, turut
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.2 Definisi Operasional 3.2.1 Bakso
Bakso yang diteliti adalah bakso daging sapi yang dibeli di beberapa pasar
di kota Medan. Kesemua daging bakso yang akan diuji haruslah ditimbang
beratnya dengan alat timbangan elektronik dan hanya 5 gram sahaja yang diambil
untuk dilakukan tes deteksi formalin.
3.2.2 Tes Deteksi Formalin
Tes deteksi formalin akan dilakukan terhadap bakso daging sapi yang
diperoleh dengan menggunakan metode Schiff. Melalui metode ini, bakso tersebut
terlebih dahulu haruslah ditimbang dan digilis hingga halus dengan menggunakan
mortar. Bakso yang sudah digilis dicampurkan dengan 2.5 ml asam fosfat 10%
dan 50 ml aquadest kemudian didestilasi dengan perlahan. Destilat ditampung dan
1 µ l dari destilat diambil dan dimasukkan dalam tabung reaksi yang sudah terisi 1
µ l reagensia Schiff. Sekiranya terdeteksi komponen aldehida di dalam tabung
reaksi, perubahan warna dari tidak berwarna kepada warna lembayung dapat
BAB 4
METODE PENILITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah berbentuk uji laboratorik.
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian akan dilakukan pada bulan Juni hingga bulan Juli 2010 di 11
buah pasar tradisional di kota Medan. Sementara itu ujian deteksi formalin akan
dilakukan di laboratorium terpadu Fakultas Kedokteran USU.
4.3 Populasi dan Sampel Penilitian
Populasi yang akan diteliti di dalam penelitian ini adalah 11 buah pasar
tradisional di kota Medan. Pasar – pasar yang dijadikan tempat pemgambilan
sampel adalah Pasar Sentral, Pasar Petisah, Pasar Halat, Pasar Sukaramai, Pasar
Aksara, Pasar Simalingkar, Pasar Kwala Bekala, Pasar Titi Kuning , Pasar
Gelugur, Pasar Muara Takus dan Pasar Sambas.
Oleh karena populasinya yang cukup besar serta keterbatasan tenaga,
waktu dan dana maka pengambilan sampel dengan menggunakan teknik total
sampling, dimana hanya satu sampel sahaja yang akan diambil di setiap pasar
kecuali di pasar-pasar besar akan diambil 2 sampel dari pengusaha yang berbeda.
Oleh yang demikian terdapat 13 biji bakso yang digunakan sebagai sampel.
5. Mortar
Asam fosfat 10% dihasilkan dari asam fosfat 85% melalui teknik
pengenceran dengan menggunakan rumus :
V1d1 = V2d2
Jadi 17.65 ml aquadest harus ditambahkan pada 2.35 ml asam fosfat 85%
untuk menghasilkan 20ml asam fosfat 10%.
Metode deteksi formalin yang dilaksanakan pada penelitian ini lebih baik
yang direncanakan dalam proposal, karena sampel yang digunakan mengandung
amylum yang memberi reaksi false positif. Karena itu,digunakan destilasi air
terhadap sampel dan destilatlah yang diuji.
Seterusnya, bakso yang dijadikan sampel ditimbang dengan menggunakan
telah digiling dicampurkan dengan 50 ml aquadest dan 2.5 ml larutan asam fosfat
10%. Larutan dimasukkan ke dalam labu Kjedahl dan didestilasi. Semasa proses
destilasi, larutan sampel haruslah dipanaskan bagi mengelakkan ia dari melimpah
ke dalam kondenser dan seterusnya mengganggu hasil destilasi.
Bagi peneliti berikutnya, disarankan agar melakukan prosedur tes dengan
cermat untuk menghindari terjadinya “false positif”. Selain itu, kesemua alat
haruslah dibersihkan dengan sebaik mungkin setelah setiap kali digunakan bagi
mengelakkan kontaminasi.
Hasil destilasi ditampung dan 1ml destilat diambil dengan mikropipet dan
dimasukkan kedalam tabung reaksi yang sudah terisi 1ml reagensia Schiff.
Perubahan warna pada tabung reaksi diperhatikan seperti berikut:
Tabel 4.1. Perubahan warna terhadap hasil tes
Hasil tes Perubahan warna yang
diperhatikan Positif Formalin Tiada warna lembayung
Negatif Formalin Tiada perubahan warna diperhatikan
4.5 Pengolahan dan Analisa Data
Data penelitian iaitu hasil tes keberadaan zat formalin dalam setiap sampel
dicatat ke dalam sebuah tabel dan seterusnya dianalisa untuk mengetahui apakah
masih ada pengusaha yang menggunakan formalin sebagai bahan pengawet bakso
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil penelitian
Penelitian ini adalah eksperimental laboratorium secara potong lintang
(cross sectional) untuk mendeteksi formalin dalam bakso sapi yang diperoleh dari
bakso daging sapi yang terdapat di pasar-pasar tradisional kota Medan. Bakso –
bakso yang diperoleh telah di ekstrak dan di uji di Laboratorium Biokimia FK
USU dan Laboratorium Terpadu FK USU dengan reagensia Schiff untuk
mendapatkan hasil. Hasil dari penelitian dapat disajikan seperti berikut:
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang digunakan adalah di sekitar kota Medan yaitu
sampel –sampel bakso daging sapi telah diambil dari 13 buah pasar tradisional di
kota Medan yang telah dijelaskan (disenaraikan) oleh Dinas Pasar Kota Medan,
5.1.2 Deskripsi Karakteristik Sampel
Sampel yang digunakan adalah bakso daging sapi yang diperoleh dari 11
pasar tradisional di kota Medan pada waktu pagi yaitu dari jam 0600 – 0800 WIB
. Sampel kemudiannya di timbang dengan alat timbangan elektronik dan hanya 5
gram dari setiap sampel telah diambil untuk dilakukan pemeriksaan.
5.1.3 Hasil Analisa
Sebanyak 13 sampel dari 11 buah pasar yang telah diuji dengan reagensia
Schiff telah dilihat perubahan warna yang terjadi dan hasilnya adalah seperti
berikut :
6 Pasar Sukaramai Negatif
7 Pasar Aksara Negatif
8 Pasar Simalingkar Negatif
9 Pasar Kwala Bekala Negatif
10 Pasar Titi Kuning Negatif
11 Pasar Gelugur Negatif
12 Pasar Muara Takus Negatif
Gambar 1: Hasil tes yang negatif
Oleh karena semua hasil negatif, maka dibuat kontrol positif yang terdiri
dari bakso yang dihasilkan sendiri dengan menggunakan daging sapi segar,
tepung tapioka dan sedikit merica, seterusnya ditambah formalin pada volume
yang berbeda untuk setiap biji bakso yang dihasilkan. Volume formalin yang
ditambahkan pada bakso adalah 5µ l, 10µ l, 20µ l dan 50µ l. Hasil yang telah
diperoleh mendapati kesemua sampel menghasilkan warna lembayung apabila
diuji dengan reagensia Schiff. Selain itu, kadar perubahan warna turut
diperhatikan dan didapati kadar perubahan warna reagensia Schiff semakin cepat
dengan peningkatan kadar formalin pada sampel.
5.2 Pembahasan
Bakso merupakan makanan olahan daripada sapi, ayam mahupun ikan
yang sering dikonsumsi oleh masyarakat karena mengandungi gizi yang penting
seperti protein dan karbohidrat. Walaupun mempunyai kelebihan dari kandungan
gizinya, bakso juga mudah rusak karena terpapar pada kondisi yang panas dan
lembab serta penyimpanan dan pengolahannya yang tidak terjamin kebersihannya.
Oleh yang demikian, bagi memperpanjangkan masa simpan, didapati ada
pengusaha yang menambahkan bahan pengawet yang tidak diizinkan seperti
boraks dan formalin. Bahan pengawet sememangnya dibutuhkan untuk
menghalang pertumbuhan mikrooganisme dan mengekalkkan kualitas namun
harus tetap mempertimbangkan keamanan dan dampaknya terhadap kesehatan
masyarakat. Penggunaan formalin sebagai bahan pengawet sebenarnya sudah
dilarang oleh Pemerintah dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI (MenKes)
Nomor 1168/MenKes/PER/X/1999 ( Anonim, 1999).
Selain bakso, terdapat banyak makanan pangan yang lain didapati
berformalin. Berdasarkan laporan BPOM tahun 2002, dari 29 sampel mie basah
yang dijual di pasar dan took swalayan Jawa Barat, ditemukan 2 sampel ( 6.9 % )
mengandung boraks, 1 sampel ( 3,45 % ) mengandung formalin, sedangkan 22
sampel ( 75,8% ) mengandung formalin dan boraks . Hanya 4 sampel yang
dinyatakan aman dari formalin dan boraks. Selain itu makanan lain yang
mengandung banyak formalin adalah tahu, ikan asin dan ikan segar.
Walaubagaimanapun, perlu diingat bahawa tidak semua produk pangan
mengadung formalin.
Formalin yang ada pada bakso sapi boleh dipisahkan untuk dideteksi
rendah daripada larutan tersebut dalam keadaan murni (Chang, 2007). Komponen
– komponen dari suatu larutan dapat dipisahkan karena setiap komponen ini
mempunyai takat didih yang berbeda. Selain itu, asam fosfat digunakan semasa
proses destilasi bagi memutuskan ikatan silang yang terbentuk diantara
formaldehida dengan gugus asam amino seperti arginine yang ada pada sampel
(W.R Middlebrook , 1948).
Prinsip deteksi formalin dilakukan dengan mendeteksi gugus aldehida
pada formalin iaitu dengan menggunakan reagensia Schiff .Reagensia Schiff
adalah suatu larutan yang terdiri dari campuran pararosanilin dan asam sulfurik
yang mengganggu sistem kromofornya menyebabkan ia tidak berwarna. Reaksi
Schiff terhadap senyawa aldehida ditandai dengan terjadinya reaksi kimiawi yang
mengubah warna reagensia Schiff daripada tidak berwarna kepada warna
lembayung. Hal ini berlaku akibat pengaktifan semula gugus kromofor dan
seterusnya mengakibatkan perubahan warna. Reaksi Schiff dimulai dengan
pembentukan karbinolamin akibat reaksinya terhadap aldehida . Kemudian,
karbinolamin di hidrasi untuk membentuk gugus diimine iaitu komponen kimiawi
yang mengandungi “carbon nitrogen double bond” . Diamin bereaksi dengan
asam untuk menghasilkan kation yang stabil ( Keush , 2003).
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil eksperimen, tiada perubahan warna yang diperhatikan dari
kesemua destilat sampel. Ini menunjukkan tiada gugus aldehida yang bereaksi
dengan reagensia Schiff yang seterusnya menghasilkan warna lembayung. Oleh
yang demikian, bakso daging sapi yang dijual di pasar-pasar kota Medan bebas
dari formalin.
6.2 Saran
Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini boleh ditingkatkan
dan kawasan penelitian juga harus diperluaskan bagi memberikan hasil yang lebih
akurat. Selain itu penelitian haruslah dilakukan dalam tempoh yang panjang bagi
mendapat hasil yang benar – benar meyakinkan.
Selain itu sampel juga haruslah diperoleh daripada pedagang –pedagang
bakso dipinggir jalan karena ada kemungkinan ditemukan formalin didalamnya.
Selain bakso, makanan lain yang sering diawet dengan formalin adalah
DAFTAR PUSTAKA
Besa, Emmanuel C., 2010. Chronic Myelogenous Leukemia. Available from :
2010]
Chang, Raymond., 2007. Chemistry. 9th ed. USA : Mc Graw Hill International
Goldman L, Ausiello D., 2007. Cecil Textbook of Medicine. 23rd ed. USA:
Saunders Elselvier.
Helmenstine, Anne Marie., 2010. What is distillation. Available from :
Imron TA, Moch., Munif, Amirul., 2010. Metodologi Penelitian Bidang
Kesehatan. Jakarta : Sagung Seto.
Kardono, Leonardus Broto., 2006. Formalin Bukan Formalitas. Buletin CP. 73(7)
: 1-3
Kasper, Dennis L., Fauci, Anthony S., Longo, Dan L., Braunwald, Eugene.,
Hauser, Stepehen L., Jameson, J. Larry., 2005. Harrison’s Principles of
Internal Medicine. 16th ed. USA : Mc Graw Hill Companies, Inc.
Keush, Peter., 2003. Test for Aldehyde – Schiff’s Reagent. Available from :
Kiernan. J.A.,1999. Histological and histochemical methods : Theory and
practice, 3rd ed. Butterworth Heinemann, Oxford, UK.
Kurnianda, Johan., 2006. Leukemia Mieloblastik Akut. Dalam: Sudoyo, Aru W.,
eds. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4th ed. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta.
Middlebrook, W.R., 1948. Combination of formaldehyde and protein : Wool
11 April 2010]
Seiter, Karen., 2009. Acute Myelogenous Leukemia. Available from :
2010]
Stedman’s Medical Dictionary for the Health Professions & Nursing, 2006. 5th ed.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
NAMA : Muhammad Faiz Bin Zulkifli
TEMPAT / TANGGAL LAHIR : Kuala Lumpur, Malaysia / 6 Agustus 1988
AGAMA : Islam
ALAMAT : 42, Jalan Hilir 2, Taman Ampang Hilir, 55100
Kuala Lumpur, Malaysia
RIWAYAT PENDIDIKAN : 1. SK. Taman Nirwana (1995-2000)
2. SM Sains Kuala Selangor (2001-2005)
3. Allianze College of Medical Sciences (2006)
4. Universitas Sumatera Utara (2007-sekarang)
RIWAYAT PERLATIHAN :
RIWAYAT ORGANISASI :
Ahli Pewakilan Mahsiswa Universitas Sumatera Utara (PMUSU)
Panitia Penyambutan Mahasiswa Baru Tahun 2009 FK USU