PENGARUH PENERAPA.N TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) TERHADAP FUNGSI AUDIT INTERNAL PADA PJB.
UNIT PEMBANGKIT GRESIK
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonami
Universitas Pembangunan Nasioiial "Veteran" Jawa Timur Untuk Menyusun Skripsi S-1 Program Studi Akuntansi
Diaiukan Oleh :
Vivian Dena Anabrita 0413010281/FE/AK
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL "VETERAN" JAWA TIMUR
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan kemurahan, kebaikan dan karunianya-Nya, sehingga penulisan
dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana program studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan
Nasional "Veteran" Jawa Timur.
Pada kesempatan ini, penulis melakukan penelitian dengan judul
"Pengaruh Penerapan Total Quality Management (TQM) Terhadap Fungsi Audit
Internal Pada PJB Unit Pembangkit Gresik".
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan bisa
terselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak. Pada
kesempatan yang baik ini, perkenankan penulis dengan segenap kerendahan dan
ketulusan hati untuk menyampikan ucapan terimakasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu guna mendukung kelancaran penyusunan skripsi ini.
Penulis dengan rasa hormat yang mendalam mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional "Veteran" Jawa Timur.
2. Dr. Dhani Ichsanudin N, MM., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur.
3. Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi., selaku wakil Dekan Fakultas Ekonomi
4. D r. S ri Trisnaningsih, MSi., selaku Ketua Progra m Studi Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur.
5. Dra. Ec. Sari Andayani, MAks., selaku Dosen Pembimbing yang telah
mengarahkan, meluangkan waktu dan memberikan bimbingan guna
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
6. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan
Nasional "Veteran" Jawa Timur yang telah mendidik penulis selama menjadi mahasiswa.
7. Ucapan terima kasih kepada keluargaku, bapak dan ibu serta saudara yang
senantiasa memberikan do'a dan dukungan baik moral maupun materiil
dengan tulus ikhlas.
8. Keluarga besar Medokan, mbak dan mas....trimakasih udah dibantu selama
ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam melakukan penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa isi dan cara penyajian skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran sangat penulis harpkan guna meningkatkan mutu dari penulisan skripsi ini. Penulis juga berharap, penulisan
skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi acuan bagi peneliti lain yang tertarik untuk mendalaminya dimasa yang akan datang.
Surabaya, Februari 2010
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...
Daftar Isi ... iii
Daftar Tabel ... vii
Daftar Gambar ... ix
Daftar Lampiran ... x
Abstraksi ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 4
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
1.4. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 7
2.2. Landasan Teori ... 9
2.2.1. Total Quality Management ... 9
2.2.1.1.Pengertian Total Quality Management ... 9
2.2.1.2.Unsur-Unsur Total Quality Manajement ... 10
2.2.1.3.Manfaat Total Quality Manajement ... 13
2.2.1.5.Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kegagalan
Total Quality Manajement ...
15 2.2.1.6.Prinsip TQM Yang Berbasis Kualitas ...
18 2.2.2. Internal Auditor ... 25
2.2.2.1.Pengertian Internal Auditor ... 25 2.2.2.2.Fungsi dan Tujuan Internal Auditing ...
29 2.2.3. Pengaruh Penerapan Total Quality Management
(TQM) terhadap Fungsi Intenal Auditor ... 31
2.3. Kerangka Pikir ... 31
2.4. Hipotesis ... 33
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 34 3.1.1. Definisi Operasional ...
3.4.3. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 43 4.1.4. Struktur Organisasi Perusahaan ...
49 4.3.4. Hasil Pengujian Asumsi Klasik ...
72 4.3.5. Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda ...
75 4.3.6. Hasil Pengujian Hipotesis ...
77
4.3.6.2.Uji t ... 77
4.4. Pembahasan ... 79
4.4.1. Pengaruh Fokus Pada Pelanggan Terhadap Fungsi
Audit Internal ... 80
4.4.2. Pengaruh Perbaikan Berkelanjutan Terhadap Fungsi
Audit Internal ... 81
4.4.3. Pengaruh Pemberdayaan Karyawan Terhadap Fungsi
Audit Internal ... 81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ... 83
5.2. Saran ... 83
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 61
Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 62
Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 63
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja... 63
Tabel 4.5 Rekapitulasi Jawaban Responden Variabel Fokus Pada Pelanggan (X1) ... 64
Tabel 4.6. Rekapitulasi Jawaban Responden Variabel Perbaikan Berkelanjutan (X2) ... 65
Tabe14.7. Rekapitulasi Jawaban Responden Variabel Pemberdayaan Karyawan (X3) ... 67
Tabe14.8. Rekapitulasi Jawaban Responden Variabel Fungsi Internal Audit (Y) ... 68
Tabel 4.9. Hasil Uji Validitas Pertanyaan Variabel Fokus Pada Pelanggan (X1) ... 69Ta bel 4. 10 . Hasil Uji Validita s Pert any aa n Varia bel Perbai kan Berkelanjutan (X2) ... Tabe14.11. Hasil Uji Validitas Pertanyaan Variabel Pemberdayaan Karyawan (X3) ... 70
label 4.12. Hasil Uji Validitas Pertanyaan Variabel Fungsi Audit Internal (Y) ... 70
Tabel 4.13. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner ... 71
Tabel 4.14. Hasil Pengujian Normalitas ... 72
Tabel 4.l 5. Hasil Pengujian Multikolinieritas ... 74
Tabel 4.16. Hasil Pengujian Heteroskedastisitas ... 74
D A
FTAR GAMBAR
Gambar 4.2
Struktur Organisasi PT PJB Unit Pembangkitan Gresik ... Gambar 4.3.
Distribusi Daerah Keputusan Autokorelasi ... Gambar 2.1.
Gambar 2.2.
Gambar
4.1.
Total Quality Management dalam Perusahaan ... 14
Gambar Kerangka Pikir ...
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner
L a mp i r a n 2 . R e k a p i t u l a s i J a w a b a n R e s p o n d e n V a r i a b e l F o k u s P a d a
Pelanggan (X1)
L a m p i r a n 3 . R e k a p i t u l a s i J a w a b a n R e s p o n d e n V a r i a b e l P e r b a i k a n
Berkelanjutan (X2)
Lampiran 4. Rekapitulasi Jawaban Responden Variabel Pemberdayaan
Karyawan (X3)
Lampiran 5. Rekapitulasi Jawaban Responden Variabel Fungsi Audit
Internal (Y)
Lampiran 6. Input Data
Lampiran 7. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Fokus Pada
Pelanggan (X1)
La mp iran 8 . Hasil Uji Validitas d an Relia bilita s Vari abe l Per baik an
Berkelanjutan (X2)
Lampiran 9. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pemberdayaan
Karyawan (X3)
Lampiran 10. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Fungsi Audit
Internal (Y)
Lampiran 11. Hasil Uji Normalitas
Lampiran 12. Hasil Uji Regresi Linier Berganda
PENGARUH PENERAPAN TOTAL QUALITY M ANAGEM EN (TQM ) TERHADAP FUNGSI AUDIT INTERNAL PADA PJB. UNIT PEM BANGKIT GRESIK
Abstraksi
Pengendalian internal dalam perusahaan berskala besar sulit
dilakukan,
hal ini dikarenakan banyaknya anggota dan perusahaan tersebut. Untuk
itu sesulit apapun pelaksanaannya tetap diperlukan pengendalian internal
yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan perusahaan. Tujuan dari
audit internal: adalah mengatur secara sistematis serta mengevaluasi
pengendalian intern dalam perusahaan. Pengendalian intern dan kinerja
dan manajemen sangatlah penting, karena menjadi pemain inti di dalam
sebuah perusahaan. Kegiatan audit internal menguji dan menilai
efektivitas dan kecukupan sistem pengendalian intern yang ada dalam
perusahaan.
Variabel penelitian ini adalah Fokus Pada Pelanggan (X1), Perbaikan
berkelanjutan (X2), Pemberdayaan Karyawan (X3) dan Fungsi Audit
I nternal (Y). teknik pengukuran variable tersebut menggunakan skala
semantic differential. Populasi penelitian ini adalah seluruh top, middle
dan lower manager PJB Unit Pembangkit Gresik yang berjumlah 63 orang,
sedangkan setelah dimasukkan rumus Yaman diperoleh jumlah sample
sebanyak 49 orang manager. Untuk mengetahui pengaruh antara variabel
bebas terhadap variabel terikat digunakan statistik regresi linier berganda.
Berdasarkan basil pengujian dan analisis yang telah dilakukan, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: variabel fokus pada pelanggan
(X1), perbaikan berkelanjutan (X2), dan pemberdayaan karyawan (X3)
secara simultan berpengaruh terhadap nilai fungsi internal audit (Y).
Variabel fokus pada pelanggan (X1), dan perbaikan berkelanjutan (X2)
secara parsial berpengaruh terhadap nilai fungsi internal audit (Y),
sedangkan variabel pemberdayaan karyawan (X3) tidak berpengaruh
PENGARUH PENERAPAN TOTAL QUALITY M ANAGEM EN (TQM ) TERHADAP FUNGSI AUDIT INTERNAL PADA PJB. UNIT PEM BANGKIT GRESIK
Keyword: fokus pada pelanggan, perbaikan berkelanjutan, pemberdayaan
karyawan, nilai fungsi internal audit
Abstraction
I nternal control in large-scale enterprises is difficult, this is because
many members of the company. For that implementation is still required
as hard as any effective internal controls and efficient way to achieve
company goals. The purpose of internal audit is to systematically manage
and evaluate internal control within the company. I nternal control and
performance of management is very, important, because it became a core
player in a company. I nternal audit activities to test and assess the
effectiveness and adequacy of the existing system of internal control
within the company.
The purpose of this study, among others, to test and analyze the
influence of the focus of the customer, continuous improvement and
employee empowerment of the internal audit function.
The variables of this study is the focus on customer (X1), continuous
improvement (X2), employee empowerment (X3) and the internal audit
function (Y). Tekni measurement of these variables using the semantic
differential scale. this study population is the entire top, middle and lower
managers PJB Gresik Power Units, amounting to 63 individuals, Yamane
entered the formula obtained after the sample number as many as 49
people manager. To determine the influence of independent variables on
the dependent variable using linear regression test.
Based on the results of testing and analysis has been done, it can be
concluded as follows: a focus on the customer variable (X1), continuous
improvement (X2), and employee empowerment (X3) simultaneously
affect the value of the internal audit function (Y). Focus on the customer
PENGARUH PENERAPAN TOTAL QUALITY M ANAGEM EN (TQM ) TERHADAP FUNGSI AUDIT INTERNAL PADA PJB. UNIT PEM BANGKIT GRESIK
of the internal audit function (Y), while the variable employee
empowerment (X3) had no effect partially to the value of the internal
audit function (Y)
Keyword: focus on customers, continuous improvement, employee
empowerment, the value of the internal audit function
focused), perbaikan berkelanjutan (continous improvement), dan
pemberdayaan karyawan (employee empowerment) telah menjadi isu
penting, tidak hanya dalam lingkup bisnis lokal tetapi juga dalam bisnis
international, terutama dalam menghadapi Asena Free Trade Agreement
(AFTA) 2010 dan era perdagangan bebas dunia. Sehingga melalui
peningkatan kualitas yang menyeluruh terhadap produk atau jasa yang
dihasilkan dan ditunjang oleh keberadaan fungsi audit internal yang
semakin menyadari posisinya sebagai pihak kunci yang turut menentukan
pencapaian tujuan perusahaan khususnya dalam usahanya memenuhi
kepuasan pelanggan. Bukan tidak mungkin akan lebih banyak lagi
perusahaan-perusahaan dalam negeri yang akan kembali dikenal di dunia
sebagaimana dikenal sebelum terjadi krisis ekonomi melanda I ndonesia
karena geliat para pelaku bisnis yang ada di I ndonesia.
Perusahaan PJB. Unit Pembangkit Gresik adalah salah satu
perusahaan yang mengalami kendala dalam pelaksanaan tersebut, di
mana perusahaan tidak bisa memanfaatkan fungsi dan audit internal
secara benar, sehingga tidak mampu membantu perusahaan dalam
memelihara pengendalian internal yang efektif. Sebagaimana bentuknya
adalah kekurang tepatan manajemen dalam menunjuk orang yang
dipercaya untuk menjadi auditor internal (tidak didasarkan atas
pemenuhan kompetensi, pedoman kriteria) sehingga tidak dapat
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Pengendalian internal dalam perusahaan berskala besar tentunya
sangat sulit dilakukan, hal tersebut dikarenakan banyaknya anggota dari
perusahaan tersebut. Untuk itu sesulit apapun pelaksanaannya tetap
diperlukan pengendalian internal yang efektif dan efisien untuk mencapai
tujuan perusahaan.
Tujuan dari audit internal adalah mengatur secara sistematis serta
mengevalusi pengendalian intern dalam perusahaan. Namun, pada
kenyataannya pengendalian intern tidak berjalan sesuai dengan konseprnya,
dikarenakan kurangnya tanggungjawab dalam perusahaan dan
banyaknya penyimpangan-penyimpangan dalam perusahaan.
Penyimpangan-penyimpangan tersebut biasanya dalam bentuk kinerja
manajemen. Karena tidak sesuainya kinerja manajemen dengan
prosedur-prosedur yang berlaku, atau adanya penugasan-penugasan yang dirangkap
sehingga menyebabkan pengendalian intern tidak efisien.
Pengendalian intern dan kinerja dari manajemen sangalah penting,
karena menjadi pemain inti di dalam sebuah perusahaan, schingga apabila
manajemen dapat memberikan kinerja yang baik, maka akan dapat
2
prosedur yang diterapkan sering kali tidak sesuai dengan kinerja perusahaan
tersebut dan juga pembagian tanggungjawab atau pendelegasian
tanggungjawab tidak efektif dan sering kali tidak sesuai dengan tugas dan
wewenangnya.
Kegiatan audit internal menguji dan menilai efektivitas dan
kecukupan sistem pengendalian intern yang ada dalaan perusahaan. Tanpa
fungsi audit internal, dewan direksi ada atau pimpinan unit tideak memiliki
sumber informasi intern yang bebas mengenai kinerja perusahaan. Hal
tersehut disebabkan karena fungsi dari audit internal harus dapat membantu
perusahaan dalam memelihara pengendalain internal yang efektif dengan
cara mengevaluasi kecukupan, efisiensi dan efektivitas pengendalian tersebut
serta mendorong peningkatan pengendalian intern secara berkesinambungan.
Efektivitas penerapan pengendalian sebagai bagian dari fungsi audit
internal yang menjadi sasaran TQM dan berfokus pada pelanggan (customer
focused), perbaikan berkelanjutan (continous improvement), dan
pemberdayaan karyawan (employee empowerment) telah menjadi isu
penting, tidak hanya dalam lingkup bisnis lokal tetapi juga dalam bisnis
international, terutama dalam menghadapi Asena Free Trade Agreement
(AFTA) 2010 dan era perdagangan bebas dunia. Sehingga melalui
peningkatan kualitas yang menyeluruh terhadap produk atau jasa yang
dihasilkan dan ditunjang oleh keberadaan fungsi audit internal yang semakin
menyadari posisinya sebagai pihak kunci yang turut menentukan pencapaian
3
pelanggan. Bukan tidak mungkin akan lebih banyak lagi
perusahaan-perusahaan dalam negeri yang akan kembali dikenal di dunia sebagaimana
dikenal sebelum terjadi krisis ekonomi melanda Indonesia karena geliat para
pelaku bisnis yang ada di Indonesia.
Perusahaan PJB. Unit Pembangkit Gresik adalah salah satu
perusahaan yang mengalami kendala dalam pelaksanaan tersebut, dimana
perusahaan tidak bisa memanfaatkan fungsi dari audit internal secara benar,
sehingga tidak mampu membantu perusahaan dalam mcmelihara
pengendalian internal yang efektif. Sebagaimana bentuknya adalah
kekurangtepatan manajemen dalam menunjuk orang yang dipercaya untuk
menjadi auditor internal (tidak didasarkan atas pemenuhan kompetensi,
pedoman kriteria) sehingga tidak dapat memastikan sejauh mana sasaran dan
tujuan program serta kegiatan operasi telah ditetapkan dan sejalan dengan
sasaran dan tujuan perusahaan.
Sesuai dengan hasil observasidan wawancara yang dilakukan oleh
penliti terhadap pihak manajemen terkait dengan hasil audit yang dilakukan,
maka dapat diketahui bahwa kondisi diatas berdampak pada terhambatnya
perbaikan-perbaikan yang dilakukan oleh perusahaan karena karyawan yang
dimiliki tidak diberdayakan dengan baik. Pada permasalahan internal tersebut
menyebabkan perusahaan tidak dapat memberikan fokus dan perhatiannya
4
Keuntungan bagi perusahaan dalam usahanya untuk mencapai tujuan
organisasi. Sebab, untuk melaksanakan audit diperlukan informasi yang dapat
diverifikasi sejumlah kriteria yang dapat digunakan sebagai pedoman
pengevaluasian informasi tersebut. Informasi disini memiliki berhagai bentuk,
sedangkan kriteria untuk mengevaluasi informasi cukup beragam dan audit
dilakukan oleh orang yang berkompeten. Untuk dapat tercapainya audit alas
aktivitas perusahaan secara optimal pada dasamya memang diperlukan sistem
audit yang berkualitas, dimana syarat pertama dan utama adalah kualitas
auditor interna itu sendiri yang mengevaluasi sistem pengendalian internal
perusahaan.
Berdasarkan permasalahan yang ada pada latar belakang diatas, maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul "Pengaruh
Penerapan Total Quality Management (TQM) terhadap Fungsi Audit Internal
Pada PJB. Unit Pembangkit Gresik"
1.2.Perumusan Masalah
Permasalahan merupakan bagian dari suatu kegiatan yang berupa
pertanyaan yang nantinya diperoleb jawaban setelah penelitian selesai
dilaksanakan, yaitu pada kesimpulan. Berdasarkan latar belakang, maka
permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah apakah focus pada
pelanggan, perbaikan berkelanjutan dan pemberdayaan karyawan
5
1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan hal pokok yang harus ada terlebih
dahulu sebelum seseorang melaksanakan kegiatan penelitian. Karena dengan
merumuskan tujuan diharapkan dapat memberikan arah yang jelas bagi
peneliti dalam melangkah. Adapun tujuan yang ingin dicapai rnelalui
penelitian ini antara lain untuk menguji dan menganalisis pengaruh dari fokus
dari pelanggan, perbaikan berkelanjutan dan pemberdayaan karyawan
terhadap fungsi audit internal PJB. Unit Pembangkit Gresik.
1.4.Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti
a. Untuk memberikan sumbangan dan saran-saran bagi perusahaan yang
dapat bermanfaat sebagai alternative yang akan dipertimbangkan
dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh perusahaan.
b. Untuk memberikan usul dan sebagai bahan pertimbangan dalam
mengoptimalkan fungsi dari audit internal dalam sebuah perusahaan.
2. Bagi Univesitas
Untuk menjadikan suatu perbandingan antara teori-teori yang selama ini
penulis dapatkan dengan pelaksanaan sebenarnya di perusahaan ini.
3. Bagi Pembaca
a. Memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan yang luas dalam
pengendalian intern khususnya terhadap aktifitas penjualan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.Basil Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya mengenai
penerapan TQM dan fungsi audit internal antara lain pernah dilakukan oleh
Zainal dan Muda (2009) yang melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Penerapan Total Quality Management (TQM) terhadap Fungsi Audit Internal
(Survey pada Perusahaan Bersertifikasi ISO 9000 di Propinsi Sumatera Utara)
dimana dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa penerapan TQM yang
terdiri dan Customer Focused (fokus pada pelanggan), Continous
Improvement (perbaikan berkelanjutan), dan Employee Empowerment
(pemberdayaan karyawan), berpengaruh positif secara simultan dan parsial
terhadap Fungsi Audit Internal pada perusahaan bersertifikasi ISO 9000 di
Propinsi Sumatera Utara dan hipotesis keenam (H6) terbukti, artinya secara
simultan semua variabel yang diuji berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja manajerial dengan kemampuan prediksi 71,1%.
Penelitian ini juga menggunakan penelitian yang dilakukan oleh
Yadnyana (2010) sebagai dasar penelitian dengan judul “Pengaruh Kualitas
Jasa Auditor Internal Terhadap Efektivitas Pengendalian Intern Pada Hotel
Berbintang Empat dan Lima di Bali”. Penelitian tersebut memperoleh hasil
bahwa, berdasarkan pembahasan dapat diperoleh simpulan sebagai berikut:
bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap efektivitas
pengendalian intern pada hotel berbintang empat dan lima di Bali.
Artikel dari Purwanto (2003) juga dipergunakan sebagai dasar dalam
penelitian ini, dimana judul artikel adalah TQM dan TQEM. Artikel ini
menjelaskan mengenai konsep dari Total Quality Management dan Total
Quality Environmental Management (TQEM). Kesimpulan dari artikel ini
adalah kunci keberhasilan dari suatu manajemen kualitas terpadu, baik pada
TQM atau TQEM adalah penetapan kebijakan dan tujuan perusahaan serta
komitmen untuk melaksanakan kebihakan tersebut oleh seluruh pihak dalam
organisasi, kepemimpinan dari manajemen puncak untuk memberikan arah
bagi perubahan budaya kualitas dalam perusahaan. Adanya motivasi dari
seluruh personil organisasi untuk memberikan dan menjadi yang terbaik
dalam perusahaan dan adanya program peningkatan kualitas yang
berkesinambungan. Fokus perusahaan untuk memuaskan pelanggan serta
penerapan sistem kualitas sebagai landasan dalam usaha pencapaian
manajemen kualitas terpadu.
Ada beberapa perbedaan dari penelitian terdahulu dengan penelitian
yang sekarang. Perbedaan pada penelitian pertama dengan penelitian
sekarang terletak pada obyek penelitian. Sedangkan pada penelitian kedua
perbedaan terletak pada variabel efektivitas pengendalian intern dan obyek
penelitian. Kemudian pada penelitian ketiga perbedaan terletak pada variabel
yang digunakan, dimana pada penelitian terdahulu menggunakan variabel
2.2.Landasan Teori
2.2.1. Total Quality Management
2.2.1.1.Pengertian Total Quality Management
Total Quality Management adalah perpaduan semua fungsi dari
suatu perusahaan kedalam falsafah holistic yang dibangun berdasarkan
konsep kualitas, team work, produktivitas, dan pengertian serta kepuasan
pelanggan (Ishikawa dalam Pawitra, 1993:135) yang dikutip oleh Tjiptono
& Anastasia. Selain itu TQM juga diartikan sebagai sistem manajemen
yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada
kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi. TQM
merupakan sistem manajemen yang berfokus pada orang atau karyawan
dan bertujuan untuk terus-menerus meningkatkan nilai yang diberikan pada
pelanggan dengan biaya penciptaan nilai yang lebih rendah (Nasution,
2004:22).
Untuk memudahkan pemahaman pengertian TQM dapat dibedakan
dalam dua aspek. Aspek pertama menguraikan apa TQM, sedangkan aspek
kedua membahas bagaimana mencapainya. Total Quality Management
merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang menoba untuk
memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan secara
terus-menerus atas produk, jasa, tenaga kerja, proses dan lingkungannya
Total Quality Management adalah sebagai suatu penerapan metode
kuantitatif dan sumber daya manusia untuk memperbaiki dalam penyediaan
bahan baku maupun pelayanan bagi organisasi, semua proses dalam
organisasi pada tingkatan tertentu dimana kebutuhan pelanggan terpenuhi
sekarang dan dimasa yang akan datang (Arini, 2003:35).
Mengenai adopsi terhadap pemanufakturan barn memberikan
gambaran bahwa praktik TQM lebih menekankan karyawan dalam
memcahkan masalah, bekerja secara team work, dan membangkitkan
inovatif untuk memperbaiki produksi. Menurut mereka karyawan diminta
mengidentifikasi cara-cara untuk meningkatkan proses pemanufakturan,
mengurangi kerusakan dan memastikan bahwa operasi perusahaan berjalan
dengan efisien, Iebih menekankan pada produk dan pelanggan bukan
produksi massa (Bather dan Schorder dalam Indriantoro, 2001:30)
2.2.1.2.Unsur-Unsur Total Quality Management
Faktor pembeda TQM dengan pendekatan-pendekatan lain dalam
menjalankan usaha adalah komponen bagaimana tersebut. Komponen
tersebut memiliki 10 unsur yang akan dijelaskan sebagai berikut
(Nasution, 2001:30):
1. Fokus pada Pelanggan
Dalam TQM, baik pelangganintemal maupun pelanggan eksternal
dan jasa yang disampaikan kepada mereka, sedangkan pelanggan
internal berperan besar dalam menentukan kualitas tenaga kerja,
proses dan lingkungan yang berhubungan dengan produk atau jasa.
2. Obsesi terhadap Kualitas
Dalam organisasi yang menerapkan TQM, pelanggan internal dan
eksternal menentukan kualitas. Dengan kualitas yang ditetapkan
tersebut, organisasi harus terobsesi untuk memenuhi atau melebihi apa
yang telah ditetapkan. Bila suatu organisasi terobsesi dengan kualitas,
maka yang berlaku prinsip “good enough is not good enough”.
3. Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ini diperlukan terutama untuk mendesain pekerjaan, dalam
proses pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah yang
berkaitan dengan pekerjaan yang didesain tersebut.
4. Komitmen Jangka Panjang
TQM merupakan suatu paradigma baru dalam melaksanakan bisnis.
Untuk itu diperlukan budaya perusahaan yang baru pula, oleh karena
itu komitmen jangka panjang sangat penting agar dapat berjalan
dengan sukses.
5. Kerjasama Tim (Team Work)
Dalam organisasi yang menerapkan TQM, kerjasama tim dan
kemitraan dijalin dan dibina baik antar karyawan perusahaan,
6. Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan
Sistem yang ada perlu diperbaiki secara terus-menerus agar kualitas
yang dihasilkan dapat semakin meningkat.
7. Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan dan pelatihan merupakan faktor fundamental bagi
organisasi yang menerapkan TQM. Setiap orang diharapkan dan
diharuskan untuk terus belajar. Dalam hal ini berlaku prinsip bahwa
belajar merupakan proses yang tidak ada akhirnya dan tidak mengenal
batas usia. Dengan belajar, setiap orang dalam perusahaan dapat
meningkatkan keterampilan teknis dan keahlian professional.
8. Kebebasan yang Terkendali
Untuk ini merupakan unsur yang sangat penting, karena dengan
demikian dapat meningkatkan rasa memiliki dan tanggungjawab
karyawan terhadap keputusan yang telah dibuat.
9. Kesatuan Tujuan
Supaya TQM dapat diterapkan dengan baik, maka organisasi harus
memiliki kesatuan tujuan. Dengan demikian, setiap usaha dapat
diarahkan pada tujuan yang sama.
10. Adanya Keterlibatan dan Pemberdayaan
Keterlibatan dan pcmberdayaan karyawan merupakan hal yang
penting dalam penerapan TQM. Usaha untuk melibatkan karyawan
kemungkinan dihasilkannya keputusan yang baik, rencana yang baik
atau perbaikanyang lebih efektif. Kedua, keterlibatan karyawan juga
meningkatkan ”rasa memiliki” dan tanggungjawab atas keputusan
dengan melibatkan orang-orang yang harus melaksanakannya.
2.2.1.3.Manfaat Total Quality Management
Manfaat Total Quality Management dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu dapat memperbaiki posisi persaingan dan meningkatkan
keluaran yang bebas dari kerusakan. Menurut Tjiptono dan Anastasia
(2001:10), dengan melakukan perbaikan secara terus menems, maka
perusahaan dapt meningkatkan labanya melalui dua rute, yaitu:
1. Rute pertama
Rute pasar. Perusahaan dapat memperbaiki posisi persaingannya
sehingga pangsa pasar semakin besar dan harga jualnya lebih tinggi.
Kedua hal ini mengarah pada meningkatnya penghasilan sehingga laba
yang diperoleh juga semakin besar.
2. Rute kedua
Perusahaan dapat meningkatkan output yang bebas dari kerusakan
melalui upaya-upaya perbaikan kualitas. Hal ini menyebabkan biaya
Gambar 2.1.
Total Quality Management dalam Perusahaan
2.2.1.4.Karakteristik dan Prinsip Total Quality Management
TQM merupakan suatu konsep yang berupaya melaksanakan
sistem manajemen kualitas tingkat dunia. Untuk itu diperlukan perubahan
besar dalam budaya dan sistem nilai suatu organisasi. Ada 4 prinsip utama
dalam Total Quality Management (TQM), yaitu (Nasution, 2001:45):
1) Kepuasan Pelanggan
Dalam TQM, konsep mengenai kualitas dan pelanggan diperluas.
Kualias tidak lagi hanya bermakna kesesuaian dengan spesifikasi-
spesifikasi tertentu. Pelanggan itu sendiri meliputi pelanggan internal
maupun pelanggan eksternal. Kualitas yang dihasilkan suatu
perusahaan sama dengan nilai (value) yang diberikan didalam rangka
meningkatkan kualitas hidup para pelanggan. Semakin tinggi nilai
2) Respek terhadap setiap orang
Dalam perusahaan yang memperhatikan kualitas, setiap karyawan
dipandang sebagai individu yang memiliki talenta dan kreatifitas
sendiri yang unik. Oleh karena itu perusahaan menganggap karyawan
adalah sumberdaya yang bernilai. Dengan pola pandang demikian,
maka perusahaan akan memberikan peran karyawan untuk
berpartisipasi dalam tim pengambilan keputusan.
3) Manajemen berdasarkan fakta
Ada dua konsep pokok yang menyangkut ini, yaitu prioritasi dan
variasi (variation). Prioritas memfokuskan aspek penting, dan
mengabaikan aspek tidak penting berdasarkan data-data dan fakta
yang ada. Sedangkan variasi memberikan gambaran mengenai
variabilitas yang merupakan bagian wajar dari setiap organisasi.
4) Perbaikan berkesinambungan
Konsep yang berlaku adalah PDCA (plan, do, chek, act) yang
merupakan urutan langkah manajemen meliputi perencanaan,
pelaksanaan rencana, pemeriksaan dan pelaksanaan rencana.
2.2.1.5.Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kegagalan Total Quality Management
Menurut Tjiptono & Diana (2003:20), beberapa kesalahan yang
1. Delegasi dan kepemimpinan yang tidak baik dan manajemen senior
Inisiatif upaya perbaikan kualitas secara berkesinambungan
sepatutnya dimulai dari pihak manajemen dimana mereka harus terlibat
secara langsung dalam pelaksanaannya. Bila tanggungjawab tersebut
didelegasikan kepada pihak lain, maka peluang terjadinya kegagalan
sangat besar.
2. Team Mania
Organisasi perlu membentuk beberapa tim yang melibatkan
semua karyawan. Untuk menunjang dan menumbuhkan kerjasama tim,
paling tidak ada dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama, baik penyelia
maupun karyawan harus memiliki pemahaman yang baik terhadap
perannya masing-masing. Kedua, organisasi harus melakukan
perubahan budaya supaya kerja sama tim tersebut dapat berhasil.
Apabila kedua hal tersebut tidak dilakukan sebelum pembentukan tim,
maka akan timbul masalah, bukannya pemecahan masalah.
3. Proses Penyebarluasan (deployment)
Ada organisasi yang mengembangkan inisiatif kualitas tanpa
secara bersamaan mengembangkan rencana untuk menyatukannya
kedalam seluruh elemen organisasi, misalnya operasi, pemasaran dan
lain-lain. Seharusnya pengembangan inisiatif tersebut juga melibatkan
4. Menggunakan pendekatan yang terbatas dan dogmatis
Adapula organisasi yang hanya menggunakan pendekatan Deming,
Juran atau pendekatan Crosby dan hanya menerapkan prinsip- prinsip
yang ditentukan disitu, padahal tidak ada satupun pendekatan yang
disarankan oleh ketiga pakar tersebut yang merupakan satu pendekatan
yang cocok untuk segala situasi. Bahkan para pakar kualitas mendorong
organisasi untuk menyesuaikan program-program kualitas dengan
kebutuhan mereka masing-masing.
5. Harapan yang terlalu berlebihan dan tidak realistis
Bial hanya mengirim karyawan untuk mengikuti suatu pelatihan
selama beberapa hari, bukan berarti telah membentuk keterampilan
mereka. Selain itu dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk
mengimplementasikan perubahan-perubahan proses baru.
6. Enpowement yang bersifat premature
Banyak perusahaan yang kurang memahami makna dari
pemberian empowerment kepada para karyawan. Mereka mengira
bahwa bila karyawan telah dilatih dan diberi wewenang baru dalam
mengambil suatu tindakan, maka para karyawan tersebut akan dapat
menjadi self-directed dan memberikan hasil-hasil positif. Seringkali
dalam praktik, karyawan tidak tahu apa yang hams dikerjakna setelah
2.2.1.6.Prinsip TQM Yang Berbasis Kualitas
Kualitas merupakan totalitas fitur dan karakteristik produk atau jasa
yang bersandar pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang
dinyatakan atau diimplikasikan. Mengikuti penjelasan tersebut, manajemen
kualitas dapat dijalaskan sebagai aspek keseluruhan fungsi manajemen
yang menentukan dan mengimplementasikan kebijakan kualitas.
Terdapat 8 hal kunci (8 hal prinsip-prinsip manajemen kualitas)
keberhasilan perbaikan kinerja berbasis kualitas seperti disebutkan
Purwanto (2003:4-6), yaitu:
1. Fokus pada Konsumen
Organisasi yang tergantung pada pelanggan mereka hams mengerti
kebutuhan pelanggan sekarang dan masa depan, hams memenuhi
keperluan pelanggan dan berketetapan untuk memenuhi harapan
pelanggan. Manfaat kuncinya adalah peningkatan pendapatan dan
pangsa pasar yang didapat melalui respon yang cepat dan fleksibel pada
peluang pasar, peningkatan keefektifan dalam penggunaan sumber daya
organisasi untuk mengingkatkan kepuasan pelanggan, memperbaiki
kesetiaan pelanggan, sehingga kontak bisnis berulang.
Menerapkan prinsip ini akan mengarahkan pada tindakan:
a. Penelitian untuk mengerti kebutuhan dan harapan pelanggan.
b. Memastikan bahwa sasaran organisasi dihubungkan dengan
c. Mengkomunikasikan kebutuhan dan harapan pelanggan diseluruh
organisasi.
d. Mengukur kepuasan pelanggan dan bertindak sesuai hasil tersebut.
e. Mengelola hubungan dengan pelanggan secara sistematis.
f. Memastikan pendekatan keseimbangan antara memuaskan
pelanggan dan pihak lain yang terkait.
2. Kepemimpinan
Kepemimpinan menentukan kesatuan arah dan maksud dari organisasi.
Prinsip ini harus menciptakan dan menjaga lilngkungan internal dimana
orang-orang dapat terlibat secara penuh dalam mencapai sasaran
organisasi. Manfaat kuncinya adalah:
a. Semua orang akan mengeti dan memotivasi menuju tujuan dan
sasaran organisasi.
b. Aktifasi dapat dievaluasi, diarahkan dan diimplementasikan dalam
satu kesatuan arah.
c. Miskomunikasi diantara tingkatan organisasi dapat diminimalkan.
Menerapkan prinsip kepemimpinan akan membawa pada:
a. Mempertimbangkan kebutuhan semua pihak terkait termasuk
pelanggan, pemilik, karyawan, pemasok, investor, masyarakat lokal
dan keseluruhan.
b. Mendirikan visi yang jelas pada masa depan organisasi.
d. Menciptakan dan menjaga nilai-nilai bersama, keadilan dan model
peran etikal disemua tingkatan organisasi.
e. Meningkatkan ras saling percaya dan menghilangkan ketakuatan.
f. Menyediakan sumber daya yang diperlukan, pelatihan dan
kemerdekaan untuk bertindk pada semua orang, dengan
tanggungjawab dan akutabilitas.
g. Menginspirasikan, mendorong dan mengenali kontribusi semua
orang dalam organisasi.
3. Keterlibatan Semua Orang
Orang disemua tingkatan adalah inti dari organisasi dan keterlibatan
penuh mereka memungkinkan kemampuan mereka untuk digunakan
bagi kcmanfaatan organisasi. Manfaat kuncinya adalah:
a. Orang yang tennotivasi, komit dan terlibat dalam organisasi.
b. Inovasi dan kreatifitas dalam menuju sasaran organisasi.
c. Orang yang akan bertanggungjawab pada kinerja mereka sendiri.
d. Semua orang ingin berpartisipasi dan berkontribusi pada perbaikan
terus-menerus.
Menerapkan prinsip keterlibatan orang ini akan membawa pada:
a. Orang mengerti pentingnya kontribusi mereka dan perannya di
organisasi.
b. Orang mengidentifikasi hambatan dari kinerja mereka.
c. Orang mengevaluasi kinerja mereka terhadap tujuan dan sasaran
d. Orang akan secara aktif mencari peluang meningkatkan kompetensi
mereka, pengetahuan dan pengalaman.
e. Orang akan berbagi pengetahuan dan pengalaman secara bebas.
f. Orang akan secara terbuka mendiskusikan masalah dan isu-isu
penting.
4. Pendekatan Proses
Hasil yang diharapkan dapat dicapai secara lebih efisien ketika aktifitas
dan sumber daya yang berhubungan dengannya dikelola sebagai suatu
proses. Manfaat kuncinya adalah:
a. Biaya yang lebih dan waktu siklus lebih pendek melalui penggunaan
sumber daya yang lebih efektii
b. Basil yang dapat diprediksi, konsisten dan lebih baik.
c. Peluang perbaikan yang terfokus dan dalam bentuk prioritas.
Menerapkan prinsip pendekatan proses akan membawa pada:
a. Secara sistematis akan menjelaskan aktifitas yang diperlukan untuk
mendapatkan hasil yang diharapkan.
b. Mendirikan tanggungjawab yang jelas dan akuntahilitas bagi
mengelola aktifitas kunci.
c. Menganalisa dan mengukur kemampuan aktifitas kunci.
d. Mengidentifikasi antar muka aktifitas kundi di dalam dan diantara
fungsi organisasi.
e. Memfokuskan pada faktor seperti sumber daya, metoda dan material
f. Mengevaluasi resiko, konsekwensi dan dampak dari aktifitas pada
pelanggan, pemasok dan pihak lain yang terkait.
5. Pendekatan Sistem Pada Manajemen
Mengidentifikasi, mengerti dan mengelola proses saling berhubungan
sebagai sistem yang memberi sumbangan pada keefektifan organisasi
dan efisiensi dalam mencapai sasarannya. Manfaat kuncinya adalah:
a. Integrasi dan pengarahan proses yang akan mencapai hasil terbaik
yang diinginkan.
b. Kemampuan untuk memfokuskan usaha pada proses kunci.
c. Meningatkan kepercayaan diri pihak terkait (pelanggan, investor,
masyarakat, dan seterusnya) terhadap konsistensi, efektifitas dan
efisiensi organisasi.
Menerapakan prinsip pendekatan sistem pada manajemen akan
membawa pada:
a. Menstrukturkan sistem untuk mencapai sasaran organisasi dalam
cara yang paling efektif dan efisien.
b. Mengerti hubungan saling ketergantungan antara proses-proses
dalam sistem.
c. Menstrukturkan pendekatan yang mengharmonisasi dan
mengintegrasikan proses.
d. Menyediakan pengertian lebih baik pada peran dan tanggungjawab
yang diperoleh hagi upaya mencapai sasaran bersama dan sekaligus
e. Mengerti kemampuan organisasional dan menentukan batasan
sumber daya menurut prioritas perlakuan.
f. Menentukan target dan menjelaskan seberapa spesifik aktifitas dalam
sistem sebaiknya dioperasikan.
g. Secara terus-menerus memperbaiki sistem melalui pengukuran dan
evaluasi.
6. Perbaikan Terus-Menerus
Perbaikan terus-menerus pada kinerja keseluruhan organisasi harus
menjadi sasaran permanen organisasi. Manfaat kuncinya adalah:
a. Keungulan kinerja melalui kemampuan organisasional yang lebih
baik.
b. Penyesuaian aktifitas perbaikan disemua tingkatan pada maksud
strategis organisasi.
c. Fleksibilitas untuk bereaksi secara cepat pada peluang.
Menerapkan prinsip ini akan membawa pada:
a. Menerapkan pendekatan konsisten diseluruh organisasi untuk
perbaikan kinerja organisasi secara terus-menerus.
b. Menyediakan pelatihan pada semua orang dalam metoda dan alat
perbaikan berkelanjutan.
c. Membuat perbaikan berkelanjutan pada produk, proses, dan sistem
menjadi sasaran bagi semua individu dalam organisasi.
d. Mendirikan tujuan untuk memandu dan ukuran untuk ditempuh,
perbaikan berkelanjutan.
7. Pendekatan Faktual Pada Proses Pengambilan Keputusan
Keputusan-keputusan efektif didasarkan pada analisa data dan
informasi. Manfaat kuncinya adalah:
a. Keputusan-keputusan yang diinformasikan.
b. Peningkatan kemampuan untuk mendemonstrasikan keefektifan
keputusan-keputusan masa lalau.
c. Melalui referensi pada rekaman faktual.
d. Peningkatan kemampuan untuk mereview, menantang dan merubah
opini dan keputusan.
8. Hubungan Dengan Pemasok Yang Saling Menguntungkan
Organisasi dan pemasoknya adalah saling ketergantungan, dan
hubungan yang saling menguntungkan akan meningkatkan kemampuan
keduanya untuk menciptakan nilai. Manfaat kuncinya adalah:
a. Meningkatkan kemampuan untuk menciptakan nilai bagi kedua
belah pihak.
b. Flesibilitas dan kecepatan respon bersama pada perubahan pasar atau
keinginan dan harapan pelanggan.
c. Mengoptimalkan biaya dan sumber daya.
Menerapkan prinsip ini akan membawa pada:
a. Mendirikan hubungan yang menyeimbangkan pendapatan jangka
pendek dengan pertimbangan jangka panjang.
b. Mengumpulkan keahlian dan sumber daya dengan mitra.
d. Komunikasi yang jelas dan terbuka.
e. Berbagi infonnasi dan rencana mada depart.
f. Mendirikan aktifitas perbaikan dan pengembangan bersama.
g. Menginspirasi, mendorong dan mengenali perbaikan dan pencapaian
dengan pemasok.
2.2.2. Internal Auditor
2.2.2.1.Pengertian Internal Auditor
Internal Auditor ialah orang atau badan yang melaksanakan
aktivitas internal auditing. Oleh sebab itu internal auditor senantiasa
berusaha untuk menyempurnakan dan melengkapi setiap kegiatan dengan
penilaian langsung atas setiap bentuk pengawasan untuk dapat mengikuti
perkembangan dunia usaha yang semakin kompleks. Dengan demikian
internal auditing muncul sebagai suatu kegiatan khusus dari bidang
akuntansi yang luas yang memanfaatkan metode dan teknik dasar dari
penilain. Dengan demikian pemeriksa intern (internal auditor) harus
memahami sifat dan luasnya pelaksanaan kegiatan pada setiap jajaran
organisasi, dan juga diarahkan untuk menilai operasi sebagai tujuan utama.
Hal ini berarti titik berat pemeriksaan yang diutamakan adalah
pemeriksaan manajemen. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan
memahami kebijaksanaan manajemen (direksi), ketetapan rapat umum
pemegang saham, peraturan pemerintah dan peraturan lainnya yang
berkaitan. Supaya pengertian auditor dapat menjadi lebih jelas maka
terlebih dahulu penulis menguraikan pengertian internal control
(pengawasan intern), sebab pembahasan selanjutnya berkaitan erat dengan
pengawasan intern. Pengawasan intern mempunyai peranan yang sangat
penting bagi suatu organisasi perusahaan. Pengawasan intern merupakan
alat yang baik untuk membantu manejemen dalam menilai operasi
perusahaan guna dapat mencapai tujuan usaha. AICPA (American Institute
of Certified Public Accountants) memberikan pengertian internal control
sebagai berikut (Commaite on Auditing Procedures dalam Nasution,
2003:1):
"Internal control comprises the plan of organization and all of the coordinated methods and measures adopted within a business to safeguad it's cassets, chek the accuracy and realibility of it's accounting data, promate operational efficiency, and encorage adhrence to prescribed managerial policies".
Atau jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia akan tampak
metode serta ketentuan yang terkoordinir dan dianut dalam perusahaan
untuk melindungi harga benda miliknya, memeriksa kecermatan dan
seberapa jauh data akuntasi dapat dipercaya, meningkatkan efisiensi usaha
dan mendorong ditaatinya kebijaksanaan perusahaan yang telah
digariskan.
Sesuai dengan definisi diatas, maka dalam arti sistem pengawasan
intern mencakup pengawasan yang dapat dibedakan atas pengawasan yang
bersifat akuntansi dan administratif (Hadibroto dan Oemat Witarsa,
a. Pengawasan akuntansi meliputi rencana organisasi dan semua cara dari
prosedur yang terutama menyangkut dan berhubungan langsung dengan
pengamanan harta benda dapat dipercayainya catatan keuangan
(pembukuan). Pada umumnya pengawasan akuntansi meliputi sistem
pemberian wewenang (otorisasi) dan sistem persetujuan pemisahan
antara tugas operasional, tuggas penyimpanan harta kekayaan dan tugas
pembukuan, pengawasan fisik dan pemeriksaan intern (internal audit).
b. Pengawasan administratif meliputi rencana organisasi dan semua cara
dan prosedur yang terutama menyangkut efisiensi usaha dan ketaatan
terhadap kebijaksanaan pimpinan perusahaan ang pada umumnya tidakl
langsung berhubungan dengan pembukuan (akuntasi). Dalam
pengawasan administratif termasuk analisa statistik, time dan motion
study, laporan kegiatan, program latihan pegawai dan pengawasan
mutu.
Dan definisi diatas mengenai pengertian system pengawasan intern,
maka jelas betapa pentingnya peranan sistem itu dalam rangka tercapainya
tujuan usaha secara efektif dan efisien. Dengan perkataan lain pengertian
tersebut mengandung arti bahwa tujuan pengawasan intern menjamin
pemakaian kekayaan perusahaan yang telah ditetapkan. Sistem internal
control yang baik tidak dapat menjamin tidak adanya penyimpangan
kecurangan dan pemborosan dalam suatu perusahaan, apabila orang-orang
yang melaksanakan kegiatan tersebut tidak selalu bertindak sesuai dengan
Usaha untuk melaksanakn sistem intern control yang baik adalah
dilaksanakan sistem internal control yang baik adalah dilaksanakannya
pemeriksaan yang teratur oleh pimpinan perusahaan dengan membuat
suatu departemen atau bagian yang disebut departemen internal auditing.
Semakin berkembangnya satuan usaha-usaha ekonomis, baik ditinjau dari
unit-unit operasi maupun struktur organisasi menurut suatu sistem
manajmen yang baik, dengan mempekerjakan pekerja atau karyawan yang
sesuai dengan keahliannya pada berbagai bidang tingkat unit operasi dan
tempat yang berbeda pula. Dengan bertambah kompleksnya tugas-tugas
manajemen, maka mereka tidak mampu melakukan pengawasan dan
koordinasi yang efektif untuk seluruh perusahaan.
Oleh karena itu manajemen perlud dibantu oleh suatu unit yang
khusus mengenai dan menelaah prosedur-prosedur dan operasi perusahaan.
Dengan adanya departemen internal audit, diharapkan akan dapat
membantu anggota manajemen dalam berbagai hal, seperti menelaah
prosedur operasi dari berbagai unit dan melaporkan hal-hal yang
menyangkut tingkat kepatuhan terhadap kebijaksanaan pimpinan
perusahaan, efisiensi, unit usaha atau efektifit system pengawasan intern.
Hal inilah yang melatar belakangi timbulnya spesialisasi bidang
pemeriksaan intern, yang menuntut tidak hanya keahlian dalam bidang
2.2.2.2.Fungsi dan Tujuan Internal Auditing
Seperti telah dikemukakan bahwa internal auditing merupakan
salah satu unsur daripada pengawasan yang dibina oleh manajemen,
dengan fungsi utama adalah untuk menilai apakah pengawasan intern telah
berjalan sebagaimana yang diharapkan. Adapaun fungsi internal auditing
secara menyeluruh mengenai pelaksanaan kerja intern telah berjalan
sebagaimana yang diharapkan. Adapun fungsi internal auditing secara
menyeluruh mengenai pelaksanaan kerja internal auditing dalam
mencappai tujuannya adalah (Kosasih, 2005:27):
1. Membahas dan menilai kebaikan dan ketepatan pelaksanaan
pengendalian akuntansi, keuangan serta operasi.
2. Meyakinkan apakah pelaksanaan sesuai dengan kebijaksanaan, rencana
dan prosedur yang detetapkan.
3. Meyakinkan apakah kekayaan perusahaan atau organisasi
dipertanggunjawabkan dengan baik dan dijaga dengan aman terhadap
segala kemungkinan resiko kerugian.
4. Menyakinkan tingkat kepercayaan akuntansi dan dan lainnya yang
dikembangkan dalam organisasi.
5. Menilai kualitas pelaksanaan tugas dan tanggungjawab yang telah
dibebankan.
Dari penjelasan diatas, bahwasanya tujuan dan luas pemeriksaan
intern tersebut dalam membantu semua anggota manajemen dalam
objektif mengenai hasil analisa, penilaian, rekomendasi dan komentar atas
aktivitas yang diperijsanya. Sebab itu intenal auditing haruslah
memperhatikan semua tahap-tahap dari kegiatan perusahaan dimana dia
dapat memberikan jasa-jasanya dalam rangka usaha pencapaian tujuan
perusahaan (Holmes dan Burns, 2000:109-110)
Adapun tujuan internal auditing yang dikemukakan oleh ahli yang
lain adalah:
1. Membantu manajemen untuk mendapatkan adminstrasi perusahaan
yang paling efisien dengan memuat kebijaksanaan operasi kerja
perusahaan.
2. Menentukan kebenaran dari data keuangan yang dibuat dan keefektifan
dari prosedur intern.
3. Memberikan dan memperbaiki kerja yang tidak efisien.
4. Membuat rekomendasi perubahan yang diperlukan dalam beberapa fase
kerja.
5. Menentukan sejauh mana perlindungan pencatatan dan pengamanan
harta kekayaan perusahaan terhadap penyelewengan.
6. Menentukan tingkat koordinasi dan kerjasama dari kebijaksanaan
manajemen.
2.2.3. Pengaruh Penerapan Total Quality Management (TQM) terhadap Fungsi Intenal Auditor
Revolusi TQM yang pada tahun 1940 dikembangkan oleh W. E.
suatu perubahan dan harapan mengenai "mendapatkan sesuatu pada saat
dibutuhkan" bai konsumen ekstrnal maupun internal melalui keterlibatgan
seluruh jajaran pada setipa tingkatan organisasi. Deming dan Juran
menetapkan suatu tatanan pengimplementasian TQM yang menekankan
pada 14 unsur penting dimana bermuara pada pergeseran dari inspeksi dan
pengawasan managerial yang kaku kepada integrasi antara proses
perbaikan dan partisipatif secara berkelanjutan (Zainal dn Muda,
2009:155).
Pengimplementasian TQM secara merata dikomprehensif dan
berkesinambungan turut mendukung kinerja organisasi (Supratiningrum
et.al,:2004). Implikasi TQM melalui keterlibatan seluruh jajaran organisasi
yang ditunjang dengan berbagai sarana dan program yang berkaitan
berdampak pata tatanan kultur, sikap, dan aktivitas organisasi termasuk
juga berimplikasi pada profesi audit internal, dimana audit internal dituntut
untuk turut menyesuaikan dan terllibat dengan sistem pengendalian yang
selaras denan strategi TQM. Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan
yang menjadi ciri TQM juga merupakan pemicu bagi perubahan
paradigma kehidupan perusahaan.
2.3.Kerangka Pikir
Berdasarkan permasalahn yang telah dirumskan, berikutnya peneliti
akan menampilkan kerangka pemikiran dalam penelitian ini, secara lengkap
Gambar 2.2. Gambar Kerangka Pikir
2.4.Hipotesis
Berdasarkan teori yang sudah diuraikan di atas, maka hipotesis dalam
penelitian ini yaitu: "diduga focus pada pelanggan, perbaikan bekelanjutan
dan pemberdayaan karyawan berpengaruh terhadap fungsi audit internal PJB
Unit Pembangkit Gresik. Fokus pada Pelanggan
(X1)
Perbaikan Berkelanjutan (X2)
Pemberdayaan Karyawan (X3)
Fungsi Audit Internal (Y)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Definisi Operasional Variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Fokus Pada Pelanggan (Xi)
Organisasi yang tergantung pada pelanggan mereka harus mengerti
kebutuhan pelanggan sekarang dan masa depan, harus memenuhi
keperluan pelanggan dan berketetapan untuk memenuhi harapan
pelanggan. Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel
inimeliputi :
a. Mengerti kebutuhan dan harapan konsumen
b. Memastikan sasaran organisasi dihubungkan dengan kebutuhan dan
harapan konstnnen
c. Mengkomunikasikan kebutuhan dan harapan konsumen diseluruh
organisasi
d. Mengukur kepuasan pelanggan dan bertindak sesuai dengan hasil
tersebut
e. Mengelola hubungan dengan pelanggan secara sistematis
f. Memastikan pendekatan keseimbangan antara memuaskan
2. Perbaikan Berkelanjutan (X2)
Perbaikan berkelanjutan perbaikan terus-menerus pada kinerja
keseluruhan organisasi hams menjadi sasaran permanen organisasi.
Indikator yang digunakan untuk mengukur variable ini meliputi:
a. Menerapkan pendekatan konsisten diseluruh organisasi untuk
perbaikan kinerja organisasi secara terus-menerus.
b. Menyediakan pelatihan pada semua orang dalam metoda dan alat
perbaikan berkelanjutan.
c. Membuat perbaikan berkelanjutan pada produk, proses dan sistem
menjadi sasaran bagi semua individu dalam organisasi.
d. Mendirikan tujuan untuk memandu dan ukuran untuk ditempuh
perbaikan berkelanjutan.
e. Mengenali dan mengikuti perbaikan.
3. Pemberdayaan Karyawan (X3)
Pemberdayaan karyawan merupakan hal yang penting dalam
penerapan TQM, dengan adanya pemberdayaan karyawan yang
optimal akan menunjang keseluruhan aktivitas perusahaan dalam
memenuhi harapan pelanggannya. Indicator yang digunakan untuk
mengukur variable ini meliputi:
a. Kesadaran lingkungan.
b. Program memotivasi karyawan.
c. Lingkungan perusahaan sehari-hari.
c. Lingkungan perintah
4. Fungsi Audit Internal (Y)
Fungsi audit internal adalah untuk menilai apakah pengawasan intern
telah berjalan sebagaimana yang diharapkan. Indikator yang
digunakan untuk mengukur variabel ini adalah:
a. Perbaikan internal.
b. Merespon keinginan pelanggan ekstemal.
c. Memberikan suatu bentuk pelayanan bagi seluruh lapisan
manajemen.
3.1.2. Pengukuran Variabel
Tipe skala yang digunakan adalah skala interval dan teknik pengukuran
yang digunakan adalah Semantic Differential Scale, artinya penskalaan yang
meminta responden untuk memberikan penilain terhadap sejumlah pernyataan
tentang variabel yang diteliti yang terukur melalui tujuh skala sikap yang pada
kedua sisinya ditutup dengan kata sifat. Jawaban dengan nilai 7 berarti sangat
setuju. Nilai 1 berarti sangat tidak setuju.
1 2 3 4 5 6 7
3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari atas
obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan cleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sutiyono, 2003:55). Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh lop, middle dan lower manager PM. Unit Pembangkit Gresik yang
berjumlah 63 orang. Periode pengamatan yaitu bulan Januari 2010 sampai
bulan Juli 2010.
3.2.2. Sampel
Sampel merupakan bagian yang diambil dari populasi. Teknik
penelitian ini menggtmakan teknik sampel nonpropobabiliiy sampling
dengan metode sampling purposive. Dimana nonpropobability sampling
yaitu teknik yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi
setiap unsur atau anggota populasi, untuk dipilih menjadi sampel
sedangkan sampling purposive yaitu teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2003:61) yaitu top, middle dan lower
manager yang bekerja di PJB. Unit Pembangkit Gresik dan telah bekerja
lebih dad 2 tahun.
Dalam menentukan;umlah sampel yang responden dalam peneltian
ini, peneliti menggunakan rumus yamane yaitu sebagai berikut :
1 N(d)
N
n 2
+
Keterangan
N = Populasi
N = Jumlah sample
d = Presisi (derajat ketelitian 100%)
l = angka konstan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus Yamane
tersebut maka jumlah sampel yang menjadi responden dalam penelitian ini
adalah berjumlah 49 orang manager.
3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam pcnelitian ini terdiri dari dua
macam, yaitu data Primer dan data sekunder
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh sebagai tanggapan dari
kuesioner yank disebarkan kepada responden dan juga hasil dari
wawancara dengan pihak-pihak yang merdukung penelitian ini.
2. Data sekunder, adalah data yang diperoleh dari studi pustaka (library
research), data internal perusahaan menyangkut gambaran umum
perusahaan secara singkat dan sumber-sutnber lain yang mendukung
3.3.2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pengadaan data primer
untuk keperluan penelitian. Pengumpulan data merupakan langkah yang
amat panting dalam metode ilmiah karena pada umumnya data yang
dikumpulkan harus valid untuk digunakan dalam penelitian ini
digunakan beberapa metode dalam membantu pengumpulan data yang
lengkap sehingga dapat mendukung landasan teori, memudahkan analisa
dalam rangka pemecahan masalah. Adapun teknik yang digunakan
adalah :
a. Wawancara
Proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara
tanyajawab Iangsung kepada responden.
b. Kuesioner
Teknik pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan
kepada responden untuk diisi dengan batas yang ditetapkan oleh
peneliti.
3.4. Teknik Analisis Data 3.4.1. Uji Kualitas Data
Ada dua konsep untuk mengukur kualitas data, yaitu : validitas
dan reliabilitas. Artinya suatu konsep penelitian akan menghasilkan
1. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana alat pengukur itu
(kuesionar) mengukur apa yang diinginkan. Valid atau tidaknya alat ukur
tersebut dapat diuji dengan mengkorelasikan antara skor yang diperoleh pada
masing-masing butir pertanyaan dengan skor total yang diperoleh dari
penjumlahan semua skor pertanyaan. Apabila korelasi antara skor total dengan
skor masing-masing pertanyaan signifikan (ditunjukkan dengan taraf signifikan
< 0,05), maka dapat dikatakan bahwa alat pengukur tersebut mempunyai
validitas (Sumarsono, 2002:31).
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dapat dipahami melalui ide dasar konsep tersebut yaitu
konsistensi. Peneliti dapat mengevaluasi instrumen penelitian berdasarkan
perspektif dan teknik yang berbeda walaupun gejalanya sama. Pengukurannya
menggunakan indeks numerik yang disebut dengan koefisien. Uji reliabilitas
menggunakan Cronbach's Alpha, dimana instrumen dianggap reliabel apabila
memiliki Cronbach's Alpha diatas 0,6 (Ghozali, 2001:133).
3. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti
sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti
sebaran normal atau tidak dapat dilakukan dengan berbagai metode diantaranya
Shapiro Wilk (Sumarsono, 2002:40). Nilai signifikansi atau nilai
probabilitas < 0,05 maka distribusi adalah tidak normal (simetris). Dan
nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka distribusi adalah
normal (simetris).
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai
distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah
memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.
3.4.2. Uji Asumsi Klasik
Menurut Gujarati (1999:153) persamaan regresi harus bersifat
BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan
melalui uji F dan uji t tidal( boleh bias. Untuk menghasilkan pengambilan
keputusan yang BLUE maka harus dipenuhi diantaranya tiga asumsi dasar
yang tidak boleh dilanggar oleh regresi linier berganda yaitu:
a. Tidak ada multikolinearitas
b. Tidak ada autokorelasi
c. Tidak boleh ada heteroskedastisitas
Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar,
maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE,
sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias.
1. Multikolinearitas
Uji asumsi multikolinieritas digunakan untuk menunjukkan
model regresi. Salah satu cara yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
multikolinieritas yaitu dengan melihat besarnya nilai Variance Inflation Factor
(VIF). VIF ini dapat dihitung dengan rumus :
VIF = 1
Tolerance
Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak
dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. dengan nilai VIF dibawah 10,
maka tidak terjadi multikolinieritas (Ghozali, 2001:57).
2. Heteroskedasitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan lain. Jika varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan
yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas (Santoso, 2002:208). Hal ini
bisa diidentifikasi dengan menghitung korelasi Rank Spearman antara residual
dengan seluruh variabel bebas dimana nilai probabilitas yang diperoleh harus
lebih besar dari 0,05.
3. Autokorelasi
Autokorelasi adalah hubungan yang terjadi diantara anggota- anggota
sample dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu
(time series data). Suatu jenis pengujian yang umum digunakan untuk
mengetahui adanya autokorelasi telah dikembangkan oleh J. Durbin dan
berdasarkan jumlah selisih kuadrat nilai-nilai taksiran factor-faktor gangguan
yang berurut.
3.4.3. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.4.3.1. Teknik Analisis
Untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel bebas yang diuji
terhadap variabel terikat maka diadakan analisa uji statistic regresi linier
berganda dengan persamaan:
Y=j3o+ .X1+132.X2+133.X3+el
Y : Fungsi Auditlnternal
Xi Fokus pada pelanggan
X2 Perbaikan Berkelanjutan
X3 Pemberdayaan Karyawan
bo : Konstanta
b : Koefisien rehresi untuk variabel X
e; Fakror kesalahan
3.4.3.2. Uji Hipotesis
a. Uji Kesesuaian Model
Uji kesesuaian model atau uji F ini digunakan untuk mengetahui
sesuai tidaknya model regresi yang dihasilkan guna melihat pengaruh dari
focus pada pelanggan (XI), perbaikan berkelanjutan (X2), dan
pemberdayaan karyawan (X3) terhadap fungsi audit internal (Y) dengan
44
1. Ho:bi = 0 (tidak ada pengaruh yang nyata antara variabel bebas dengan
variabel serikat secara simultan)
Ha:bl # 0 (ada pengaruh yang nyata antara variabel bebas dengan variabel
terikat secara simultan)
2. Dalam penelitian digunakan tingkat signifikansi 0,05 dengan derajat bebas
(n-k), dimana n: jumlah pengamatan, dan k: jumlah variabel.
3. Dengan F hitung sebesar:
R2 l(k –1) Fh" =
(1–R~)l(n–k)
Keterangan :
Fh;, = hasil F hitung
n = banyaknya sampel Rz =
koefisien determinasi
k = jumlah variabel
4. Dari uarian di atas, maka diberikan hipotesis statistic sebagai berikut:
Ho diterima jika F hitung <F tabel atau apabila nilai probabilitas> 0.05. Ho
ditolak jika F hitting > F tabel atau apabila nilai probabilitas < 0,05.
b. Uji t
Pengujian hipotesis penelitian pengaruh parsial (Xi, X2, dan X3) terhadap
Y digunakan uji t student dengan prosedur sebagai berikut: I. Ho:bl = 0 (tidak
ada pengaruh yang nyata antara variabel bebas
45
Ha:bl # 0 (ada pengaruh yang nyata antara variabel bebas dengan variabel
terikat secara parsial)
2. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi 0,05 dengan derajat
bebas (n-k), dimana n: jumlah pengamatan, dan k: jumlah variabel.
3. Dengan F hitung sebesar:
bj
thit
se (bj)
Keterangan:
thit t basil perhitungan
bj koefisien regresi
se (bj) standart error
4. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:
Ho diterima jika F hitting < F tahel atau apabila nilai probabilitas ? 0.05.
BAB IV
HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian
4.1.1. Sejarah PJB Unit Pembangkit Gresik
Unit Pembangkitan Gresik terbentuk berdasarkan surat keputusan
Direksi PLN No.030.K/023/ DIR/1980, tanggal 15 Maret 1980. UP Gresik
merupakan unit kerja yang dikelola oleh PT. PLN (Persero) PLN
Pembangkitan dan Penyaluran Jawa bagian Timur dan Bali (PLN Kitlur
JBT) yg dikenal dgn sebutan Sektor Gresik dengan kapasitas 700 MW
(PLTU dan PLTG).
B e r d a s a r k a n s u r a t k e p u t u s a n D i r u t P L N P u s a t
No.006.K/023/DIR/1992 tanggal 4 Februari 1992 terbentuk lagi Sektor
Gresik Baru dengan kapasitas 1578 MW (PLTGU) dengan lokasi di dalam
area Sektor Gresik. Berdasarkan surat keputusan Dirut PLN P.TB TI
No.023.K/023/DIR/1996 tanggal 14 Juni 1996 tentang penggabungan unit
pelaksana Pembangkitan Sektor Gresik dan Sektor Gresik Baru, maka UP
Gresik diubah strukturnya menjadi PT.PLN PJB U Sektor Gresik.
Pada tanggal 30 Mei 1997 Dirut PT.PLN PJB II mengeluarkan
surat keputusan No.021/023/DIR/1997 tentang perubahan sebutan Sektor
menjadi Unit Pembangkitan. Pada tanggal 24 Juni 1997 Dirut PT PLN PJB II
mengeluarkan surat keputusan No.024A.K/023/DIR/1997 tentang
pemisahan fungsi pemeliharaan dan fungsi operasi pada PT PLN PJB 1I Unit
47
Sampai Saat ini Unit Pembangkitan Gresik bertanggung jawab atas 3
macam mesin pembangkit tenaga listrik, yaitu :
1. Pembangkitan Listrik Tenaga Gas (PLTG) kapasitas ±80,4 MW.
2. Pembangkitan Listrik Tenaga Uap (PLTU) kapasitas ±600 MW.
3. Pembangkitan Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) kapasitas ±1575 MW
Total kapasitas daya yang mampu dibangkitkan PT PJB UP Gresik
mencapai ±2255 MW dan diperoleh dari 21 generator termal yang
dimiliki. PT PJB UP Gresik mampu memproduksi energi listrik sebesar
12.814 GWh per tahun yang kemudian disalurkan melalui Saluran Udara
Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 kV dan Saluran Udara Tegangan
Tinggi (SUTT) 150 kV ke sistem interkoneksi Jawa-Bali.
4.1.2. Filosofi, Visi, dan Misi Perusahaan
Dalam melaksanakan usahanya PT PJB UP Gresik mengusung
filosofi "Mempunyai komitmen yang tinggi terhadap sasaran yang hendak
dicapai dan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai asset penting bagi
perusahaan". Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam mengelola
perusahaan, komitmen tersebut merupakan aspek yang hams selalu dijaga.
Dalam menjaga komitmen tersebut PT PJB UP Gresik memiliki visi :
1. Menguasai pangsa pasar di Indonesia
2. Menjadi perusahaan kelas dunia
3. Memiliki SDM yang profesional