• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan. Proses evaluasi melahirkan sebuah pertanyaan apa perbedaan yang dibuat?.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan. Proses evaluasi melahirkan sebuah pertanyaan apa perbedaan yang dibuat?."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Evaluasi Kebijakan

Evaluasi adalah kegiatan menilai mencari terobosan baru untuk penyempurnaan. Evaluasi juga merupakan proses analisis yang menekankan pada penciptaan Premis nilai yang memberikan penilaian terhadap lahirnya sebuah program kebijakan atau sebuah kegiatan. Proses evaluasi melahirkan sebuah pertanyaan apa perbedaan yang dibuat ?. Artinya evaluasi merupakan analisa terhadap sebuah fakta dan tanggapan yang dihasilkan ketika sebuah program dan kebijakan dilaksanakan.

Menurut Dunn tahap-tahap dalam proses pembuatan kebijakan adalah sebagai berikut :

1. Fase penyusunan agenda, disini pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah kebijakan pada agenda publik

2. Fase formulasi kebijakan, disini para pejabat merumuskan alternatif kebijakan untuk mengatasi masalah

3. Adopsi kebijakan, disini alternatif kebijakan dipilih dan diadopsi dengan dukungan dari mayoritas dan atau consensus kelembagaan

4. Implementasi kebijakan, disini kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasi dengan memobilisir sumber daya yang dimilikinya, terutama financial dan manusia.

5. Penilaian kebijakan, disini pembuat kebijakan dan pelaksana kebijakan akan dinilai

apakah telah memenuhi kebijakan yang telah ditentukan.1

Kelima tahap pembuatan kebijakan di atas dinilai paralel dengan tahapan analisis kebijakan yang dapat digambarkan pada table berikut :

1

(2)

16

Analisis Kebijakan Pembuatan Kebijakan

a. Perumusan Masalah b. Peramalan c. Rekomendasi d. Pemantauan e. Penilaian (evaluasi) a. Penyusunan agenda b.Formulasi kebijakan c. Adopsi kebijakan d.Implementasi kebijakan e. Penilaian kebijakan Sumber : Dunn dalam Nugroho 2007

Berikut ini akan dijelaskan proses analisis kebijakan menurut Dunn yaitu sebagai berikut :

1. Perumusan masalah, masalah kebijakan adalah nilai kebutuhan atau kesempatan yang belum terpenuhi yang dapat diidentifikasi untuk kemudian diperbaiki atau dicapai melalui tindakan publik. Fase-fase perumusan masalah kebijakan antara lain :

a. Pencarian masalah b. Pendefenisian masalah c. Spesifikasi masalah d. Pengenalan masalah

2. Peramalan masa depan kebijakan, peramalan adalah prosedur untuk membuat informasi actual tentang situasi social dimasa depan atas dasar informasi yang telah ada tentang masalah kebijakan. Peramalan mempunyai sejumlah tatanan yaitu :

a. Akurasi ramalan.

b. Kondisi komperatif masa depan.

c. Konteks, yaitu konteks institusional, temporal dan historical.

3. Rekomendasi kebijakan, yaitu menentukan alternatif yang terbaik dan mengapa. Terdapat enam kriteria untuk rekomendasi kebijakan antara lain :

a. Efektifitas b. Efisiensi c. Kecukupan

(3)

17 d. Perataan

e. Responsifitas f. Kelayakan

4. Pemantauan hasil kebijakan, yaitu untuk memberi informasi tentang sebab dan akibat kebijakan publik. Pemantauan mempunyai empat fungsi yaitu :

a. Ekplanasi b. Akutansi c. Pemeriksaan d. Kepatuhan

5. Penilaian (evaluasi) kinerja kebijakan yaitu menekankan pada penciptaan premis-premis nilai dengan kebutuhan untuk menjawab pertanyaan “ apa perbedaan yang dibuat ?” kriteria untuk evaluasi kebijakan sama dengan kriteria rekomendasi kebijakan yaitu : a. Efektifitas b. Efisiensi c. Kecukupan d. Perataan e. Responsifitas f. Kelayakan2

Deskripsi utama Evaluasi adalah bahwa evaluasi menghasilkan tuntutan tuntutan yang bersifat evaluasi.Pertanyaan yang terlontar tentang evaluasi bukanlah mengenai fakta (apakah sesuatu ada?) atau aksi (apakah yang harus dilakukan?). Tetapi berhubungan dengan nilai (berapa nilainya?) karena evaluasi mempunyai karakteristik yang membedakan dengan

metode analisis kebijakan lainnya seperti yang dipaparkan Dunn3yaitu :

2Nugroho, Op.cit, hal. 16 3

(4)

18 1. Fokus nilai. Evaluasi berbeda dengan pemantauan, dipusatkan pada penilaian menyangkut keperluan atau nilai dari suatu kebijakan dan program. Evaluasi terutama merupakan usaha untuk menentukan manfaat atau kegunaan sosial kebijakan atau program, bukan sekedar usaha untuk mengumpulkan informasi mengenai hasil aksi kebijakan yang terantisipasi. Karena ketepatan tujuan dan sasaran kebijakan dapat selalu dipertanyakan, evaluasi mencakup prosedur untuk mengevaluasi tujuan tujuan dan sasaran itu sendiri.

2. Interpendensi Fakta Nilai. Tuntutan evaluasi tergantung baik “Fakta”maupun nilai untuk menyatakan bahwa kebijakan atau program tertentu telah mencapai tingkat kinerja tertinggi (atau rendah) diperlukan tidak hanya hasil hasil kebijakan berharga bagi sejumlah individu, kelompok ataupun seluruh masyarakat. Untuk menyatakan yang demikian harus didukung oleh bukti bukti bahwa hasil kebijakan secara aktual merupakan konsekuensi dari aksi aksi yang dilakukan untuk memecahkan masalah tertentu, karena itu pemantauan merupakan prasarat bagi evaluasi.

3. Orientasi masa kini dan masa lampau, tuntutan evaluasi berbeda dengan tuntutan tuntutan advokatif, diarahkan pada hasil sekrang dan masa lalu, dibangdingkan hasil masa desan. Evaluasi bersifat retrospektif dan setelah.

4. Dualitas nilai. Nilai nilai yang mendasari tuntutan evaluasi mempunyai kualitas ganda, karena dipandang sebgai tujuan dan sekaligus cara. Evaluasi sama dengan rekomendasi sejauh berkenaan dengan nilai yang ada. Dapat dianggap sebagai intrisik maupun ekstrinsit. Nilai nilai sering ditata dalam suatu yang merefleksikan kepentingan dan saling ketergantungan antar tujuan dan sasaran.

Menurut Dunn, istilah evaluasi dapat disamakan dengan penaksiran, pemberian angka dan penilaian. Evaluasi berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai atau manfaat

(5)

19

hasil kebijakan.4 Secara umum Dunn menggambarkan kriteria-kriteria evaluasi kebijakan

public sebagai berikut :

4

(6)

20

Tipe Kriteria Pertanyaan Ilustrasi

Efektivitas Apakah hasil yang diinginkan telah

dicapai? Unit pelayanan

Efisiensi

Seberapa banyak usaha diperlukan untuk mencapai hasil yang

diinginkan?

- Unit biaya - Manfaat bersih - Rasio biaya-manfaat Kecukupan

Seberapa jauh pencapaian hasil yang diinginkan dapat memecahkan masalah

- Biaya tetap - Efektivitas tetap

Perataan

Apakah biaya dan manfaat didistribusikan dengan merata kepada kelompok-kelompok yang berbeda?

- Kriteria Pareto

- Kriteria Kaldor – Hicks - Kriteria Rawls

Responsivitas

Apakah hasil kebijakan memuaskan kebutuhan preferensi atau nilai kelompok-kelompok tertentu?

Konsistensi dengan survey warga negara

Ketepatan

Apakah hasil (tujuan) yang diinginkan benar-benar berguna atau bernilai?

Program publik harus merata dan efisien

Kebijakan yang telah diformulasikan atau dirumuskan bermaksud untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam konteks ini, dapat dimengerti apabila banyak kalangan yang berpendapat bahwa kebijakan tidak akan sukses jika dalam pelaksanaannya tidak ada kaitannya dengan tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mengetahui sejauhmana pelaksanaan kebijakan mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka tahap terakhir dari proses kebijakan adalah melakukan evaluasi kebijakan. Evaluasi kebijakan menekankan pada estimasi atau pengukuran dari suatu kebijakan, termasuk juga materi, implementasi, pencapaian tujuan, dan dampak dari kebijakan tersebut, bahkan evaluasi juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu

(7)

21 kebijakan, sehingga hasil pengkajian tersebut dapat digunakan sebagai bahan pengambilan

keputusan apakah kebijakan tersebut akan dilanjutkan, diubah, diperkuat atau diakhiri.5

Evaluasi implementasi kebijakan dibagi tiga, menurut timing evaluasi yaitu sebelum dilaksanakan, pada waktu dilaksanakan dan setelah dilaksanakan. Evaluasi pada waktu pelaksanaan biasanya disebut evaluasi proses. Evaluasi setelah kebijakan juga disebut sebagai evaluasi konsekuensi (output) kebijakan dan/atau evaluasi impak/pengaruh (outcome)

kebijakan atau sebagai evaluasi sumatif.6 James P. Lester dan Joseph Steward,Jr

mengelompokkan evaluasi implementasi kebijakan menjadi evaluasi proses, yaitu evaluasi yang berkenaan dengan proses implementasi. Evaluasi impak, yaitu evaluasi berkenaan dengan hasil dan/atau pengaruh dari implementasi kebijakan. Evaluasi kebijakan, yaitu apakah benar hasil yang dicapai mencerminkan tujuan yang dikehendaki dan evaluasi meta-evaluasi yang berkenaan dengan meta-evaluasi berbagai implementasi kebijakan yang ada untuk

menemukan kesamaan-kesamaan tertentu.7

Ernest R. House membagi model evaluasi menjadi : a. Model sistem, dengan indikator utama adalah efisiensi.

b. Model perilaku, dengan indikator utama adalah produktivitas dan akuntabilitas.

c. Model formulasi keputusan dengan indikator utama adalah keefektifan dan keterjagaan kualitas.

d. Model tujuan bebas dengan indikator utama adalah pilihan pengguna dan mamfaat sosial. e. Model kekritisan seni dengan indikator utama adalah standar yang semakin baik dan

kesadaran yang semakin meningkat.

f. Model review professional dengan indikator utama adalah penerimaan professional.

5

Anderson, 1997. Public Policy-Making. Third Edition. New York : Holt, Rinehart and

Winston, hal.272

6 Riant Nugroho, op.cit, hal 671 7

(8)

22 g. Model kuasi legal dengan indikator utama adalah resolusi.

h. Model studi kasus dengan indikator utama adalah pemahaman atas diversitas.8

Studi evaluasi dapat menjawab bagaimana suatu kebijakan dilaksanakan, apa kendalanya, apakah program dapat mencapai sasaran, variabel apa sajakah yang berpengaruh terhadap keberhasilan suatu kebijakan atau program. Evaluasi dilakukan karena tidak semua program kebijakan meraih hasil yang diinginkan.Seringkali terjadi kebijakan publik gagal

meraih maksud atau tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.9 Evaluasi kebijakan

ditunjukkan untuk melihat sebab-sebab kegagalan suatu kebijakan atau untuk mengetahui

apakah kebijakan public yang sudah dijalankan meraih dampak yang diinginkan?.10

Secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak.Dalam hal ini evaluasi kebijakan dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional. Artinya evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja, melainkan dilakukan dalam seluruh proses kebijakan. Dengan demikian evaluasi kebijakan bias meliputi

perumusan masalah-masalah kebijakan, program-program yang diusulkan untuk

menyelesaikan masalah kebijakan, implementasi maupun dampak kebijakan.11

Teori evaluasi kebijakan akan dapat mengetahui peran para aktor dalam pembuatan kebijakan. Dalam proses pembuatan kebijakan melalui beberapa proses, diantaranya proses pengkajian kebijakan. Dalam proses pengkajian harus memahami metode analisis yang bertujuan menciptakan, menilai secara kritis dan mengkomunikasikan pengetahuan yang relevan dengankebijakan.

Evaluasi merupakan suatu proses yang mendasarkan diri pada disiplin ketat dan tahapan waktu, maka untuk dapat memenuhi hasil dari kegiatan atau program yang telah

8

Ibid

9

Winarno, Budi, Teori dan Proses Kebijakan Publik, (Yogyakarta, Med Press, 2002) University. Hal 165

10James P.Laster dalam Winarno, Budi, Teori dan Proses Kebijakan Publik, (Yogyakarta, Med Press, 2002)

University. Hal 165

11

(9)

23 direncanakan. Dengan evaluasi dapat diketahui hambatan atau kendala-kendala yang terjadi dari suatu kegiatan. Degnan evaluasi dapat mengukur tingkat keberhasilan prinsip-prinsip dan pelaksanaan kegiatan dana simpan pinjam kelompok perempuan.

Evaluasi menurut Siagian adalah penilaian dan merupakan bagian yang integral dari proses pelaksanaan system pengawasan, penilaian merupakan suatu proses analisa data yang diperoleh melalui proses penguasaan untuk menentukan hasil faktual dari pelaksanaan pengawasan itu. Instrument yang digunakan dalam proses penilaian boleh saja atau bias menggunakan instrument pengawasan, jika demikian halnya perbedaan mendasar pengawasan, dengan penilaian terletak pada aspek oerientasi waktu, sasaran dan

pemanfaatannya.12

Selanjutnya menurut Siagian faktor-faktor pendukung kegiatan penilaian tersebut adalah:13

1. Tercapainya sasaran yang ditetapkan untuk dicapai. 2. Tersedianya dana, sasaran dan prasarana yang diperlukan.

3. Pengetahuan dan keterampilan manajerial yang mutakhir, tidak ketinggalan zaman yang sesuai dengan tuntutan lingkungan eksternal.

4. Keunggulan produk organisasi sehingga para pesaing tersebut dapat

menandingkannya.

5. Loyalitas, dedikasi dan semangat kerja yang tinggi dari para pelaksana berbagai kegiatan operasional.

6. Interaksi positif antara berbagai bantuan kerja yang membuahkan kerja sama yang intim dan serasi.

7. Tepatnya rincian strategi bidang fungsional dan operasional dikaitkan dengan tujuan, misi, sasaran jangka panjang dan strategi induk organisasi.

12Siagian, Sondang. P, 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta, PT Bumi Aksara, Hal 166 13

(10)

24 8. Dalam pada itu harus diwaspadai pula kemungkinan diraihnya keberhasilan “semua” dan arti bahwa keberhasilan yang diraih itu hanya karena sasaran dan standard mutu kerja yang ditentukan terlalu rendah, sehingga tanpa upaya maksimalpun, keberhasilanpun akan dicapai juga.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Evaluasi adalah penilaian hasil, hingga saat ini yang belum diperoleh (Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia 1990;2034).

Tujuan pokok evaluasi bukanlah untuk menyalah-nyalahkan, melainkan untuk melihat seberapa besar kesenjangan antara pencapaian dan harapan suatu kebijakan public.Tugas selanjutnya adalah bagaimana mengurangi dan menutup kesenjangan tersebut.Jadi evaluasi kebijakan publik harus dipahami sebagai sesuatu yang bersifat positif.Evaluasi bertujuan mencari kekurangan dan menutupi kekurangan. Ciri dari evaluasi kebijakan adalah :

1. Tujuan menemukan hal-hal yang strategis untuk menigkatkan kinerja kebijakan. 2. Evaluasi mampu mengambil jarak dari pembuat kebijakan, pelaksanaan kebijakan,

dan target kebijakan.

3. Prosedur dapat dipertanggungjawabkan secara metodologi. 4. Dilaksanakan tidak dalam permusuhan atau kebencian.

5. Mencakup rumusan, implementasi, lingkungan dan kinerja kebijakan.

Adapun penjelasan tentang mengevaluasi kebijakan yaitu dengan mengidentifikasi Tujuan Program yang akan dievaluasi. Dilihat dari Pedoman Pelaksanaan Alokasi Dana Desa Kabupaten Bengakalis Tahun 2013 Bab II Bagian Pertama Pasal 3, adapun tujuan Umum dari ADD ini adalah:

a. Meningkatkan penyelenggaraan Pemerintahan Desa dalam melaksanakan

pelayanan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan sesuai

(11)

25 b. Meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan desa dalam menyusun rencana, melaksanakan, mengendalikan, memanfaatkan, memelihara dan mengembangkan pembangunan secara partisipatif sesuai dengan potensi desa; c. Meningkatkan pemerataan pendapatan, keseimbangan kerja dan kesempatan

berusaha bagi masyarakat Desa;

d. Menumbuhkembangkan dinamika masyarakat dalam rangka pemberdayaan masyarakat;

e. Menggerakkan dan mengembangkan partisipasi, gotong royong dan swadaya masyarakat.

Tujuan khusus meliputi, menigkatkan pengetahuan masyarakat tentang ADD dan penggunaannya, meningktakan partisipasi masyarakat dalam Musrenbang Desa dan pelaksanaan pembangunan Desa, terjadinya sinergi antara kegiatan yang dibiayai ADD dengan program program lainnya yang ada dalam desa, meningkatkan peran serta masyarakat dalam swadaya masyarakat pada kegiatan pembangunan desa dan terjadinya peningkatan asli desa.

Jika hal ini dikaitkan dengan program ADD di Kecamatan Bengkalis, Kabupaten Bengkalis, juga dilakukan proses pemantauan pelaporan, perifikasi surat pertanggung jawaban pemakaian dana, evaluasi dan pengawasan. Pemantauan pelaksanaan program Alokasi Dana Desa dilaksanakan dalam tingkat Desa, Kecamatan dan Kabupaten. Pemantauan dilakukan secara berkala atau bisa kapan saja jika memang dirasa perlu untuk diadakan pemantauan langsung Desa. Pelaporan dalam rangka pengendalian kegiatan program Alokasi Dana Desa dilaksanakan secara periodic, dalam satu tahun dilaksanakan 3 (tiga) kali pelaporan yang dirangkum dalam surat pertanggung jawaban dana Alokasi Dana Desa. Pengawasan dilakukan dari pihak konsultan, pihak Kecamatan sebagai pendamping

(12)

26 dan dari fungsional yaitu dari Inspektorat Kabupaten. Selain itu bias juga pengawasan langsung dari desa seperti BPD dan LKMD yang ada di Desa.

1.2 Program Alokasi Dana Desa

1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes)

Pembiayaan atau keuangan merupakan faktor essensial dalam mendukung penyelenggaraan otonomi desa, sebagaimana juga pada penyelenggaraan otonomi daerah. Seajalan dengan pendapat yang mengatakan bahwa “Autonomy” identic dengan “auto money” maka untuk mengatur danmengurus rumah tangganya sendiri, desa membutuhkan dana atau biaya yang memadai sebagai dukungan pelaksanaan kewenangan yang dimilikinya.14

Sumber pendapatan desa yang seperti sudah diterangkan sebelumnya yang terdiri dari Pendapatan Asli Desa dan bantuan dari Pemerintah Kabupaten, bantuan dari Pemerintah Provinsi, Sumbangan Pihak ketiga ini akan dikelola melalui Angggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Kepala Desa dan BPD menetapkan APBDes setiap tahun dengan Peraturan Desa, sedangkan pedoman penyusunan APBDes ditetapkan oleh Bupati.

Yang menjadi tata cara penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (RAPBDes) harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Setiap pengeluaran anggaran harus memperhatikan prinsip anggaran yaitu hemat, terarah, terkendali dan menghindari pengeluaran yang sifatnya pemborosan.

2. Pengeluaran yang tidak termasuk dalam pos anggaran tidak dibenarkan untuk dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Dea (APBDes).

3. ADD merupakan salah satu sumber pendapatan desa didalam APBDes disamping pendapatan desa lainnya, sehingga semua Pendapatan Asli Desa yang berbentuk uang

14

(13)

27 harus dimasukkan ke dalam APBDes dan dapat dipertanggungjawaban baru penerimaan maupun pengeluaran.

4. Rancangan Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) disampaikan kepada BPD untuk dibahas bersama dalam rangka memperoleh persetujuan bersama.

5. Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja sejak dilaksanakannya rapat pembahasan Rancangan Peraturan Desa tentang APBDes, BPD memeberikan persetujuan atau penolakan dalam bentuk BPD.

6. Bersamaan dengan diterimanya keputusan BPD tentnag persetujuan bersama Rancangan Peraturan Desa tentnag Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, sebelum Kepala Desa menetapkan Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa pada tahun yang bersangkutan paling 7 (tujuh) hari kerja disampaikan kepada Bupati untuk devaluasi melalui Camat.

Dalam rangka peningkatan pemberdayaan, kesejahteraan dan pemerataan pembangunan di pedesaan melalui dana APBD Kabupaten, Provinsi dan Pemerintah Pusat maka Pemerintah Kabupaten, Provinsi dan Pusat perlu merealisasikan dalam APBD masing-masing sebesar 10% untuk Dana Alokasi Desa. Dengan mengalokasikan Dana Alokasi sebesar 10% ini diharapkan kesejahteraan dan pemerataan pembangunan di Desa dapat

menjadi kenyataan.15

2. Pedoman Alokasi Dana Desa

Dasar pemberian Alokasi Dana Desa adalah amanat pasal 212 ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa, yang telah ditindak lanjuti dengan Peraturan Pemerintahan Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa khususnya Pasal 68 ayat (1). Sedangkan perhitungan besaran APBD didasarkan pada Surat Menteri Dalam Negeri tanggal

15Pedoman Pelaksanaan Alokasi Dana Desa Kabupaten Bengkalis Tahun 2012, Penjelasan atas Pedoman

(14)

28 22 Maret 2005 Nomor 140/640/SJ perihal Pedoman Alokasi Dana Desa dari Pemerintah

Kabupaten/Kota kepada Pemerintah Desa.16

Alur kegiatan ADD dalam pemberdayaan masyarakat desa meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan dan pelestarian .sebelum memulai tahap perencanaan hal penting yang harus dilakukan adalah melakukan orientasi dan pengenalan terhadap kondisi yang ada di Desa dan Kecamatan.

Pemerintah Desa pelaku utama ADD mulai dari tahap Perencanaan, pelaksanaan dan pelestarian agar berdasarkan prinsip hemat, terarah dan terkendali. Sedangkan pelaku-pelaku lainnya berfungsi sebagai fasilitator, pembimbing dan Pembina agar tujuan, prinsip, kebijakan dan prosedur dan mekanisme alokasi dana ADD dapat tercapai dan dilaksanakan secara benar dan konsisten.

Pelaksanaan Alokasi Dana Desa dilakukan berdasarkan pada prinsip hemat, terarah, terkendali dengan rancangan kegiatan Pemerintahan Desa serta tertib dan disiplin. Anggaran untuk kegiatan Alokasi Dana Desa yang bersifat fisik dikoordinir oleh LKMD/LPMD atau Lembaga Kemasyarakatan lainnya yang ada di desa secara swakelola dan mereka disebut Tim Pelaksana Desa (PTD) yang ditettapkan dengan Keputusan Kepala Desa berdasarkan hasil musyawarah.

Pengawasan terhadap ADD beserta kegiatannya dilakukan secara fungsional oelh inspektorat daerah, disamping pengawasan melekat oleh Kepala Desa, Camat serta Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPMPD) serta juga oleh masyarakat.

1.3 Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Korten, pemberdayaan adalah peningkatan kemandirian rakyat berdasarkan kapasitas dan kekuatan internal rakyat atas SDM baru material maupun non material melalui

retrisbusi modal.17

16Prof. Drs. Haw Wijaya, Otonomi Desa Merupakan Otonomi yang Asli, bulat dan Utuh, Jakarta, Rajawali

(15)

29

Drijver dan Sajise dalam Sutrisno18 mengemukakan dasar-dasar pemberdayaan

masyarakat adalah :

1. Mengembangkan masyarakat khusunya kaum miskin, kaum lemah dan kelompok terpinggirkan.

2. Menciptakan hubungan kerjasama antara masyarakat dan lembaga pengembangan. 3. Memobilisasi dan optimalisasi penggunaan sumber daya secara berkelanjutan. 4. Mengurangi ketergantungan.

5. Membagi kekuasaan dan tanggungjawab. dan 6. Meningkatkan tingkat keberlanjutan.

Program Alokasi Dana Desa merupakan contoh program yang ada di Desa untuk pemberdayaan masyarakat karena dari pengertian pemberdayaan diatas, pemberdayaan itu adalah upaya meningkatkan kemampuan dan potensi yang dimiliki masyarakat, sehingga masyarakat dapat mewujudkan jati diri, hakikat dan martabatnya secara maksimal.

17David C.Korten dan Syahrir, Pembangunan Berdimensi Kerakyatan, Jakarta

18Drijver dan Sajise dalam Sutrisno Loekman, Menuju Masyarakat Partisipatif, Yogyakarta, Kanisius, 1995, hal

(16)

30

1.4 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan dari uraian latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan kajian teori, penelitian ini berusaha untuk mengevaluasi Pelaksanaan Program Alokasi Dana Desa di Dua Desa di Kecamatan Bengkalis, Kabupaten Bengkalis.

Dalam proses Evaluasi ada beberapa hal yang diperhatikan yang menurut Rian

Nugroho yaitu :19

1. Mengindentifikasikan tujuan program yang akan dievaluasi, merupakan langkah penting dalam mengevaluasi kebijakan yang telah dijakalankan sesuai dengan tujuan program sehingga kebijakan yang telah ditetapkan tepat sasaran.

2. Analisa terhadap masalah merupakan tahapan penentu kesuksesan kebijakan yang dilaksanakan, dengan menganalisis masalah yang tepat akan menghasilkan evaluasi yang tepat pula.

3. Pengukuran terhadap peruahan yang terjadi, artinya kebijakan yang ditetapkan akan mengalami kendala-kendala, untuk mengatasi kendala itu harus ada solusi atau pemecahan masalah yang lebih baik.

4. Deskripsi dan standarisasi kegiatan, bahwa kegiatan yang dilaksanakan memiliki gambaran jelas dalam pelaksanaan kegiatan yang memiliki tolak ukur untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan kegiatan.

5. Menentukan apakah perubahan yang ada adalah akibat dari kegiatan yang dilaksanakan atau karena hal lain?

Gambar : II.1. Kerangka Pemikiran

19

Rian Nugroho, Public Policy, Jakarta. PT Elex Media Komputindo, 2004, hal 477

(17)

31

Peraturan Bupati Bengkalis Nomor 10 Tahun 2012

Fakta di Lapangan 1. Pemberdayaan masyarakat sebesar 70 %

dari ADD yang diterima.

2. Biaya penyelenggaraan pemerintah desa dan BPD sebesar 30 % dari ADD yang diterima.

1. Dana ADD dialokasikan lebih banyak

pada biaya penyelenggaraan

pemerintah desa dan BPD dibanding dari

penggunaan dana terhadap

penyelenggaraaan pemberdayaan

masyaraakat rata-rata berbanding 60 : 40.

2. Tingkat kemampuan pemerintah desa dalam memanfaatkan ADD dinilai belum maksimal

Alokasi Dana Desa (ADD)

Teori evaluasi yang dikemukan Ndraha dengan model before-after yaitu perbandingan antara sebelum dan sesudah diterapkannya kebijakan.

(18)

32

2.5. Konsep Operasional 2.5.1. Konsep Operasional

Untuk memudahkan pengetian dan pemahaman dalam menafsirkan istilah dalam penulisan ini, maka penulis memberikan batasan-batasan konsep diantaranya :

1. Kebijakan adalah suatu ketetapan yang memuat prinsip-prinsip untuk mengarahkan cara-cara bertindak yang dibuat secara terencana dan konsisten dalam mencapai tujuan tertentu dalam hal ini adalah Peraturan Bupati Nomor 10 Tahun 2012 Tentang Alokasi Dana Desa (ADD).

2. Evaluasi adalah suatu proses penilaian hasil dari kegiatan atau program atau kebijakan yang telah direncanakan sehingga dapat diketahui hambatan-hambatan atau kendala yang terjadi dalam menjalankan kegiatan atau program atau kebijakan tersebut. Dalam penelitian ini adalah penilaian terhadap pelaksanaan Peraturan Bupati Nomor 10 Tahun 2012 Tentang Alokasi Dana Desa (ADD). 3. Alokasi Dana Desa Adalah dana yang dialokasikan oleh pemerintah daerah untuk

desa yang bersumber dari bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh daerah ( Peraturan Bupati Nomor 10 Tahun 2012) desentralistik, pencairan dana diatur oleh daerah dan diawasi langsung oleh BPD.

Referensi

Dokumen terkait

Rumah Perawatan Psiko-Neuro-Geriatri atau yang lebih dikenal dengan “Puri Saras” adalah klinik kesehatan yang bergerak dalam bidang layanan kesehatan jiwa, mulai beroperasi sejak

Unit PT PLN (PERSERO) yang akan membangun SCADA harus mengacu pada SPLN S3.001: 2008 Peralatan SCADA Sistem Tenaga Listrik. Jumlah yang dijelaskan pada tabel 6 dan tabel 7

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil perhitungan teknik Product Moment dengan menggunakan program SPSS 15 for windows dapat di ketahui nilai korelasi (r) sebesar

Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia, Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan, Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Sistem Pengendalian Internal Terhadap Kualitas

Sementara komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya kenaikan indeks harga yang dibayar petani (Ib) terjadi pada subsektor tanaman perkebunan rakyat antara lain

- Nilai kualitas transformator dianalisis dengan metode Markov berdasarkan data hasil tes DGA, pengujian tegangan tembus, dan tahanan isolasi..c. Pembangkit Tenaga

Guru yang juga merupakan peneliti menjalankan tugas sebagai penilai sementara siswa yang lain diberi kebebasan untuk memberikan apresiasi sastra geguritan dengan memilih salah

Pendekatan latihan penyelesaian masalah dan membuat keputusan dalam permainan aplikasi mudah alih adalah satu pendekatan terbaik mengatasi isu-isu berkaitan