• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh: Yuangga Yanuar R ( ) Dosen Pembimbing : Ir. Murdjito, M.Sc.Eng Dr. Eng. Rudi Walujo Prastianto, ST., MT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh: Yuangga Yanuar R ( ) Dosen Pembimbing : Ir. Murdjito, M.Sc.Eng Dr. Eng. Rudi Walujo Prastianto, ST., MT"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

 

A

NALISIS

R

ESIKO

P

ERAMBATAN

R

ETAK

P

ADA

B

OTTOM

P

LATE

FPSO

DENGAN PENDEKATAN

E

LASTIC

P

LASTIC

F

RACTURE

M

ECHANICS

Oleh:

Yuangga Yanuar R (4306 100 016)

Dosen Pembimbing :

Ir. Murdjito, M.Sc.Eng

Dr. Eng. Rudi Walujo Prastianto, ST., MT

   

L

ATAR

B

ELAKANG

|

Penggunan FPSO semakin meningkat seiring

perkembangan industri migas.

|

Modifikasi tanker menjadi FPSO merupakan

alternatif strategis pengadaan armada FPSO.

(2)

 

|

Kegagalan akibat kepecahan merupakan salah satu

moda kegagalan terpenting struktur bangunan apung,

khususnya yang berbentuk kapal (ship shaped

structure)

|

Materil bersifat ductile lebih sering digunakan

dibanding material bersifat britle pada konstruksi

bangunan apung.

|

Analisa keretakan berbasis EPFM lebih dapat

mewakili karakteristik material ductile.

Latar Belakang (lanjutan)

   

|

Kegagalan struktur (plat alas) akibat terjadinya

keretakan mengakibatkan kebocoran.

|

Untuk itu perlu dilakukan penelitian berbasis resiko

pada kasus tersebut.

Latar Belakang (lanjutan)

(3)

 

P

ERUMUSAN

M

ASALAH

|

Berapa besar

Stress Intensity Factor

(SIF

) bottom

plate

FPSO yang memiliki

surface crack

?

|

Bagaimana perambatan retak (

crack

propagation

)

bottom plate

FPSO yang

memiliki

surface crack

?

|

Bagaimana matriks resiko dari kegagalan akibat

kepecahan pada

bottom plate

FPSO?

   

T

UJUAN

|

Mengetahui besar

Stress Intensity Factor

(SIF

)

bottom plate

FPSO yang memiliki

surface crack

.

|

Mengetahui besar perambatan retak (

crack

propagation

)

bottom plate

FPSO yang

memiliki

surface crack

|

Mengetahui model matriks resiko dari kegagalan

akibat kepecahan pada

bottom plate

FPSO

(4)

 

M

ANFAAT

P

ENELITIAN

|

Dari penelitian ini diharapkan dapat diketahui

perilaku retak yang berkaitan terhadap besaran

perambatan retak struktur, serta dapat

ditentukan perkiraan level resiko yang dibuat,

sehingga dapat dilakukan usaha-usaha preventif

penyelamatan untuk mengurangi akibat

kegagalan

   

B

ATASAN

M

ASALAH

|

Struktur yang dikaji merupakan tanker dengan code

Germanischer

Lloyd

|

Perhitungan tegangan pada

bottom plate

mempertimbangkan

self

weight

dan beban lingkungan.

|

Beban lingkungan ditinjau ialah beban gelombang (dua puncak

gelombang pada kedua ujung struktur, dan satu puncak gelombang

pada midship)

|

Tebal plat dianggap tetap, tidak ada pengurangan tebal akibat

korosi.

|

Crack

diasumsikan

elliptical surface crack

dengan

crack initial

berdasarkan code ABS

.

|

Mode retak yang digunakan pada analisa adalah mode opening

yang hanya memperhitungkan gaya aksial (Mode I) dengan kondisi

plane stress

.

|

Analisis

fracture mechanics

menggunakan pendekatan

elastic-plastic fracture mechanics dengan J-Integral Analysis.

|

Kegagalan diasumsikan jika kedalaman

surface crack

sama dengan

tebal plat

|

Analisis resiko dilakukan untuk mendapatkan matriks resiko

(5)

 

M

ETODOLOGI

P

ENELITIAN

1 1    

M

ETODOLOGI

P

ENELITIAN

(L

ANJUTAN

)

2

2

(6)

 

M

ETODOLOGI

P

ENELITIAN

(L

ANJUTAN

)

   

Data Struktur

Description Symbol Unit Quantity

Vessel Size Kdwt 30

Displacement Δ Ton 38144

Length Overall LOA m 180

Length Between Perpendicular LPP m 173

Breadth B m 30.5

Depth D m 15.6

Draft Design T m 9

Max Speed in calm water Vo kn 14

Block Coefficient CB 0.8 Sumber Data: PT.PAL Indonesia, 2009

(7)

 

T

ANKTOP

C

ONSTRUCTION

, M

IDSHIP

S

ECTION MODEL

, S

TEEL

P

LAN

M

AIN

M

ODEL

,

BHD & TRANS S

ECTION

M

ODEL

Data gambar

Sumber Data: PT PAL Indonesia, 2009

   

POSEIDON ND

Perhitungan Scantlings

criteria yang mengacu

pada:

*Germanischer Lloyd Rules for Classification and Construction (Ship Technology Part 1, Chapter 1)

*Prosedur perhitungan langsung (finite element

analysis)

Principal Dimension, Hull Structure design

termasuk stiffener, holes & cutout

(8)

 

PEMODELAN MENGGUNAKAN

POSEIDON

POSEIDO

N Start

Input

Principal

Dimension

Input

Functional

Element

Input Plate and

Stiffener

Arrangement

Calculation of

Scantling acc, to

GL Rules

Input Design

Criteria, Loads

Acceptance of

Scantling acc, to

GL Rules

Alur Pemodelan POSEIDON

   

O

UTPUT RUNNING

POSEIDON

Grafik shear force & bending moment

(9)

   

   

(10)

   

   

(11)

   

   

(12)

   

   

(13)

   

   

(14)

   

   

(15)

   

 

O

UTPUT RUNNING

POSEIDON

Tabel tegangan pada bottom plate

(16)

 

LOKASI ANALISA LOKAL…

   

Pemodelan

crack

dengan ANSYS

Data model : Material jenis A-36

Tegangan Luluh (σy) = 250 MPa

Modulus Young (E) = 2.005x1010kg/m2 Shear Modulus (G) = 74.376 kg/m2 Poisson’s Ratio = 0.32

Tebal plat alas = 12 mm Tebal Longitudinal girder = 12 mm

Tebal frame = 14 mm

Variasi kedalaman retak = 0.5mm,1mm,1.5mm, 2.04mm, 2.5mm,3.5mm, 5mm, 6.5mm, 8mm, dan 10mm.

Element : 20node solid 95 Mesh size: 0.4

(17)

 

O

UTPUT MODELLING

ANSYS

. Distribusi tegangan pada crack tip

Hasil Pemodelan crack pada ANSYS 1 MX .00389836.865 73.726 110.587 147.448 184.309 221.17 258.031 294.893 331.754 JUL 25 2010 16:45:13 NODAL SOLUTION STEP=1 SUB =1 TIME=1 SEQV (AVG) DMX =.039837 SMN =.003898 SMX =331.754 1 MX .003898 36.865 73.726 110.587 147.448 184.309 221.17 258.031 294.893 331.754 JUL 25 2010 16:45:46 NODAL SOLUTION STEP=1 SUB =1 TIME=1 SEQV (AVG) DMX =.039837 SMN =.003898 SMX =331.754    

S

TRESS

I

NTENSITY

F

ACTOR

(SIF)

kedalaman SIF (Δ K)

retak Δ K analitis Δ K ANSYS Error (m) (MPa√m) (MPa√m) (%) 0.0005 0.5497 0.5669 3.0337 0.001 0.6575 0.6407 2.6115 0.0015 0.7328 0.7351 0.3192 0.00204 0.8335 0.8651 3.6575 0.0025 0.9056 0.9284 2.4577 0.0035 1.1299 1.1304 0.0442 0.005 1.3395 1.3044 2.6903 0.0065 1.4188 1.4261 0.5133 0.008 1.5078 1.4753 2.2013 0.01 1.5464 1.5025 2.9226

Perhitungan manual SIF berdasarkan persamaan

elliptical surface crack :

Q

a

K

I

=

σ

π

Dengan :

σ= tegangan lokal daerah crack baik minimum atau maksimum (Mpa) a= variasi kedalaman crack(m) Π = 3.14

Q =parameter bentuk, dari grafik 2.11 bernilai 1,1

(18)

 

Stress Intensity Factor (SIF)

–lanjutan-y = 0.000e2.638x R² = 0.956 0 0.002 0.004 0.006 0.008 0.01 0.012 0.0000 0.2000 0.4000 0.6000 0.8000 1.0000 1.2000 1.4000 1.6000 Re ta k A w a l ( m )

SIF ANSYS (MPa√m)

SIF vs Retak Awal

•ΔK dipengaruhi oleh rentang tegangan dan ukuran retak awal

•Trendline pola eksponensial

   

P

ARAMETER

J-I

NTEGRAL

kedalaman J‐Integral

retak ΔJ analitis ΔJ ANSYS Error (m) (Mpa.m) (Mpa.m) (%) 0.0005 4.27E‐05 4.20E‐05 1.6183 0.001 8.46E‐05 8.55E‐05 0.9776 0.0015 1.04E‐04 1.05E‐04 0.7630 0.00204 1.57E‐04 1.59E‐04 0.9249 0.0025 1.74E‐04 1.72E‐04 1.0340 0.0035 2.54E‐04 2.52E‐04 0.8215 0.005 3.26E‐04 3.26E‐04 0.0103 0.0065 4.24E‐04 4.04E‐04 4.9906 0.008 4.62E‐04 4.79E‐04 3.5322 0.01 6.26E‐04 6.03E‐04 3.8046 Perhitungan manual parameter J berdasarkan persamaan : Dengan :

K= faktor intensitas tegangan daerah crack baik minimum atau maksimum (MPa√m)

E= modulus young (MPa)

(19)

 

Parameter J-Integral

–lanjutan-y = -2E+07x3+ 27024x2+ 8.616x + 0.000 R² = 0.998 0 0.002 0.004 0.006 0.008 0.01 0.012

0.00E+00 1.00E‐04 2.00E‐04 3.00E‐04 4.00E‐04 5.00E‐04 6.00E‐04 7.00E‐04

Re ta k A w a l ( m ) ∆ J (Mpa.m)

∆J vs Retak Awal

•Trendline pola polinomial orde 3

   

P

ERAMBATAN RETAK

a0 af da/dN N m m m/cycle cycle 0.0005 0.012 1.2483E-15 9.2126E+12 0.001 0.012 1.0524E-14 1.0453E+12 0.0015 0.012 1.9393E-14 5.4142E+11 0.00204 0.012 6.7561E-14 1.4742E+11 0.0025 0.012 8.5929E-14 1.1056E+11 0.0035 0.012 2.7079E-13 3.1390E+10 0.005 0.012 5.8584E-13 1.1949E+10 0.0065 0.012 1.1116E-12 4.9479E+09 0.008 0.012 1.8539E-12 2.1576E+09 0.01 0.012 3.6988E-12 5.4071E+08

Perhitungan crack propagation dari rumus empiris Paris-Erdogan untuk J-integral analysis :

Perhitungan jumlah siklus pembebanan didapat dengan mengintegralkan persamaan laju keretakan:

Dengan :

a0= kedalaman crack awal (m) acr= kedalaman kritis (m) = 12mm

C&m = konstanta material = 6.9 x 10-3 & 3 R=parameter rasio tegangan rata-rata =0.59

(20)

 

y = 4E-06x3- 1E-08x2+ 8E-11x - 7E-14

R² = 0.999 -5.00E-13 0.00E+00 5.00E-13 1.00E-12 1.50E-12 2.00E-12 2.50E-12 3.00E-12 3.50E-12 4.00E-12 0 0.002 0.004 0.006 0.008 0.01 0.012 P era mb a ta n ret a k , d a /d N (m /c y cl e) Retak Awal (m)

Perambatan Retak vs Retak Awal

y = 628.8x-3.11 R² = 0.988 0.00E+00 2.00E+12 4.00E+12 6.00E+12 8.00E+12 1.00E+13 1.20E+13 1.40E+13 0 0.002 0.004 0.006 0.008 0.01 0.012 Ju m la h s ik lu s (c y cl e) Retak awal (m)

Jumlah siklus tegangan vs Retak awal

P

ERAMBATAN RETAK

LANJUTAN

-•Laju perambatan retak dipengaruhi oleh ukuran retak awal & ΔJ 

• Makin besar ΔJ , siklus semakin kecil •Trendline pola polinomial orde 3

•Trendline pola power

   

ANALISA

RESIKO

| Identifikasi Hazard > Crack (ABS 2003 – Risk Evaluations For The

Classification of Marine Related Facilities)

| Prakiraan PoF > Montecarlo (iterasi 10000 kali)

a o (m) Keandalan(K) PoF

0.0005 0.967 0.030 0.001 0.909 0.091 0.0015 0.768 0.232 0.00204 0.753 0.247 0.0025 0.582 0.416 0.0035 0.511 0.489 0.005 0.479 0.521 0.0065 0.428 0.572 0.008 0.391 0.609 0.01 0.385 0.615 PoF Peringkat 0.6000 – 1.000 High 0.3000 – 0.5999 Medium High 0.1000 – 0.2999 Medium Low 0.0000 – 0.0999 Low

PoF dihitung dengan menggunakan simulasi

Monte Carlo dibantu dengan software minitab

untuk menentukan distribusi Stress, menentukan

parameter-parameter dari distribusi yang

digunakan serta mengenerate random variable. Data Stress di sekitar crack tip menunjukkan

distribusi Weibull. Struktur dinilai keandalan

berdasarkan design umur operasi 25 tahun.

Berikut mode kegagalan :

Dengan : Nf = 4.825 x 107

untuk design life 25 tahun.

(21)

 

Analisa Resiko

-lanjutan-| Prakiraan Konsekuensi > (Lee .dkk & ABS)

Location Personnel Environment Asset Total (P) (E) (A) (T)

Plat Alas Minor Significant Critical Significant

Parameter konsekuensi di atas dihubungkan dengan laju perambatan retak dan ketebalan plat minimum yang diijinkan oleh code Germanischer Lloyd sebesar

t min= 6.5 + 0.02L (mm),sehingga konsekuensi menjadi dua yakni: a0 (mm) Consequence

0.5mm – 2.04mm Minor 2.05mm‐10mm Significant

   

A

NALISA

R

ESIKO

LANJUTAN

-Mitigasi :

Menekan PoF dengan cara melakukan inspeksi berkala sesuai rules & standard

ID Crack depth Component Criteria

A 0.0005

PoF 0.030 Low 0.033 Consequence Minor Low Low

B 0.001

PoF 0.091 Low 0.091 Consequence Minor Low Low C 0.0015

PoF 0.232 Medium Low 0.232 Consequence Minor Low Low

D 0.00204

PoF 0.247 Medium Low 0.247 Consequence Minor Low Low

E 0.025

PoF 0.416 Medium High 0.418 Consequence Significant Medium Low 0.033

F 0.0035

PoF 0.489 Medium High P3C2 Consequence Significant Medium Low

G 0.005

PoF 0.521 Medium High P3C2 Consequence Significant Medium Low H 0.0065

PoF 0.572 Medium High P3C2 Consequence Significant Medium Low

I 0.008

PoF 0.609 High

P4C2 Consequence Significant Medium Low

J 0.01

PoF 0.615 High

P4C2 Consequence Significant Medium Low y Evaluasi Resiko > Matrik (ABS 2003)

(22)

 

K

ESIMPULAN

| Harga stress intensity factor (ΔK) meningkat bertahap

membentuk kurva non linier mengikuti pola eksponensial. Pada kedalaman retak awal 0.0005 m (ΔK) bernilai 0.05669 MPa√m, sedangkan pada retak terdalam yakni 0.01 m harga (ΔK) mencapai 1.5025 MPa√m. Adapun harga parameter (ΔJ) juga menunjukkan pola peningkatan dengan nilai 4.20×10-5 MPa.m pada retak awal hingga 6.03× 10-4MPa.m pada kedalaman retak maksimum mengikuti pola polynomial orde 3.

| Retak awal yang divariasikan dalam analisa ini menunjukkan

bahwa semakin dalam retak awal semakin cepat laju perambatan retak. Pada retak awal terkecil yaitu 0.0005 meter memiliki laju perambatan retak 1.2483× 10-15m/cycle sedangkan pada retak terbesar yakni 0.01 m laju perambatan retak meningkat drastis mengikuti pola polynomial orde 3 hingga mencapai laju 3.6988× 10-12m/cycle.

   

| Peluang kegagalan struktur bernilai 0.030 pada kedalaman retak terkecil

hingga mencapai 0.615 pada kedalam retak maksimum, termasuk pada level resikolow hingga high, meningkat sesuai pertambahan kedalaman retak. Konsekuensi kegagalan diidentifikasi pada tiap bagian struktur padabottom plate dengan resiko kegagalan adalah terjadinya kebocoran pada plat alas dan didapatkan hasil konsekuensi kegagalan berada pada tingkat resikolow hingga medium low. Sehingga level resiko kegagalan akibat kepecahan padabottom plate adalah low risk hingga medium risk.

| Perambatan retak dipengaruhi beberapa faktor yaitu retak awal (a0),

rentang tegangan (Δσ) dan material yang digunakan. Rentang tegangan dan retak awal akan mempengaruhi selisihstress intensity factor (ΔK) yang berkaitan langsung pada hargaΔJ. Material yang digunakan mempengaruhi konstanta material (C dan m) yang digunakan dalam perhitungan laju perambatan retak. NilaiΔJ menentukan jumlah siklus tegangan (N) yang diperlukan untuk mencapai retak kritis, semakin besar N maka laju perambatn retak semakin kecil begitu juga sebaliknya.

K

ESIMPULAN

(L

ANJUTAN

)

(23)

 

S

ARAN

:

| Analisis perambatan retak bottom platehanya dilakukan pada

mode I (opening crack). Untuk itu perlu dilakukan analisa

perambatan retak pada mode II maupun mode III, karena retak pada struktur bisa diakibatkan oleh kombinasi ketiga mode pembebanan pada struktur.

| Analisa perambatan retak dapat dikembangkan dengan retak

asimetris, karena retak dapat terjadi di berbagai lokasi.

| Analisis lokal perambatan retak dilakukan pada bagian kritis

lain pada struktur, misalkan side shell, dan deck.

| Software yang digunakan merupakan software trial versionyang

hanya bisa memakai fitur GL rules, sedangkan analisa lebih komperhensif membutuhkan fitur lengkap CSR-OT yang memang

di khususkan untuk pemodelan oil tanker yang bisa diperoleh

pada POSEIDONfull version.

   

D

ANKE SCHOON

..^^

(24)

Gambar

Grafik shear force & bending moment
Tabel tegangan pada bottom plate

Referensi

Dokumen terkait

Rekam Medis memiliki arti yang cukup luas, tidak hanya sebatas berkas yang digunakan untuk menuliskan data pasien tetapi juga dapat berupa rekaman dalam bentuk

Data yang telah diperoleh kemudian di analisis dan dilakukan pengujian hipotesis dari penelitian yang telah dilakukan, yaitu : Terdapat pengaruh latihan arm curl

Tujuan umum kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah masyarakat mampu memahami dan mengetahui peran first responder kasus kegawatdaruratan dalam rangka

Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Lingkungan III Pulau Brayan Darat II Medan dan Kelompok Tani Purnakaryawan Desa Manunggal Deli Serdang

Selama tiga puluh lima hari sejak 19 Juli hingga 22 Agustus 2016, peserta KKN Desa Kabandungan melaksanakan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan program

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontribusi yang dilakukan oleh agen pegadaian syariah pertama agen Rahn (gadai) yakni tidak adanya kontribusi yang diberikan atau dilakukan

5 Salah satu alasan peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel probability sampling dengan jenis pengambilan sampel purposive sampling karena guru matematika

Berdasarkan hasil penjelasan dari bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Proxy Editing Offline pada film “After Sunset” yang telah melalui tiga