PENGARUH JUMLAH DAN KEAHLIAN KOMITE AUDIT TERHADAP PENGUNGKAPAN INTEGRATED REPORTING PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Sri Desi Rama Dani desi.ramadani04@gmail.com Dr. Lilik Purwanti, Ak., CSRS.,CA
lilik@ub.ac.id
Accounting Department, Faculty of Economics and Business, Brawijaya University Jl. MT. Haryono 165, Malang, 65145, Indonesia
ABSTRAK
Laporan Keuangan menjadi hal yang cukup penting bagi suatu perusahaan sehingga dengan adanya pengungkapan laporan keuangan terintegrasi yang sesuai atau disebut juga Integrated Reporting menjadi hal yang perlu diperhatinkan dalam perusahaan terlebih bagi pihak-pihak yang bersangkutan dalam proses pembuatan dalam pengungkapannya seperti adanya komite audit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah dan keahlian komite audit terhadap pengungkapan Integrated Reporting pada perusahaan pertambangan. Metode pemilihan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling yang kemudian dperoleh 186 laporan keuangan tahunan yang memenuhi kriteria. Pengolahan data dilakukan dengan analisis terhadap content element pada poin pengungkapan Integrated Reporting menggunakan indikator dari Integrated Reporting Framework yang ditetepakan oleh International Integrated Reporting Commite. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa baik variabel jumlah komite audit maupun keahlian komite audit memiliki pengaruh terhadap pengungkapan Integrated Reporting.
Kata Kunci: Jumlah Komite Audit, Keahlian Komite Audit, Integrated Reporting, Content Element, Integrated Reporting Framework, International Integrated Reporting Commite
ABSTRACT
Financial statements are quite important for a company so that the appropriate disclosure of integrated financial statements or also called Integrated Reporting is something that needs to be considered in the company, especially for the parties concerned in the disclosure process, such as the existence of an audit committee. This study aims to determine the effect of the number and expertise of the audit committee on the disclosure of Integrated Reporting in mining companies. The sample selection method used is Purposive Sampling which is then obtained 186 annual financial statements that meet the criteria. Data processing is carried out by analyzing the content elements at the disclosure points of Integrated Reporting using indicators from the
Integrated Reporting Framework set by the International Integrated Reporting Committee. The results of this study indicate that both the number of audit committee variables and the expertise of the audit committee have an influence on the disclosure of Integrated Reporting.
Keywords: Number of Audit Committees, Audit Committee Expertise, Integrated Reporting, Content Element, Integrated Reporting Framework, International Integrated Reporting Committee
PENDAHULUAN
Kondisi yang saat ini ada membuat pengungkapan atas laporan keuangan perusahaan menggunakan cara yang dimiliki perusahaan, namun yang pasti didalam laporan keuangan sendiri diperlukan informasi yang memuat secara keseluruhan atas kinerja yang dilakukan oleh perusahaan selama beberapa waktu tertentu. Laporan keuangan harus dapat digunakan oleh pengguna baik internal maupun eksternal perusahaan, yang mana tidak hanya pengguna yang berhubungan langsung dengan perusahaan namun juga pengguna yang berhubungan tidak langsung dengan perusahaan seperti masyarakat sekitar perusahaan. Oleh karena itu laporan keuangan diharapkan
memuat tidak hanya
pertanggungjawaban dalam hal keuangan namun juga dalam hal non keuangan seperti adanya pengungkapan atas pertanggungjawaban perusahaan terhadap lingkungan dan sosial.
Pengungkapan Integrated Reporting ini dalam laporan keuangan perusahaan setiap tahunnya menjadi hal yang cukup penting. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kustiani (2016) memberikan hasil bahwa
pengungkapan integrated reporting pada waktu penelitian tersebut dilaksanakan memberikan gambaran bahwa sudah banyak perusahaan di Indonesia yang sejauh ini telah melakukan pengungkapan Integrated Reporting. Penelitian lain yang menjelaskan tentang pengungkapan integrated reporting dalam sebuah perusahaan dari Chairi dan Juniarti (2017) yang menyatakan bahwa perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejauh penelitian tersebut dilaksanakan hanya memiliki integrated reporting index sebesar 51%
(33 dari 64 indikator), yangmana artinya masih banyak perusahaan yang melakukan pengungkapan laporan tahunan perusahaan (Annual Report) masih belum banyak menyajikan informasi yang sesuai dengan elemen Integrated Reporting. Padahal disisi lain Integrated Reporting ini sebagai bentuk alat komunikasi yang singkat tentang bagaimana strategi, tata kelola, kinerja, dan prospek organisasi dalam konteks lingkungan eksternal yang mengarah pada penciptaan nilai dalam jangka pendek, menengah, dan panjang (IIRC,2013). Terdapat fenomena yang ada menurut jurnal dari Nazir &
Umiyati bahwa dari survey yang
dilakukan pada perusahaan Fortune 500 ditahun 2013 menunjukkan hanya 1,4%
yang membuat Integrated Reporting namun 499 diantara sudah melaporkan Sustainability Report pada laporan tahunannya (Actuino,2013). Mengingat dengan adanya kondisi tersebut secara tidak langsung perkembangan atas pembuatan laporan yang tidak hanya menyampaikan tentang kondisi keuangan namun juga menyampaikan kondisi non keuangan juga menjadi hal yang cukup penting.
Pertimbangan yang lainnya dalam suatu artikel yang dimuat oleh PricewaterhouseCoopers (2017) menyatakan bahwa dengan adanya Integrated Reporting ini menjadi sarana pendorong nilai yang lebih luas dari bisnis yang dikelola secara internal yang kemudian dikomunikasikan kepada investor dan pemangku kepentinngan lainnya. Dalam artikel tersebut disebutkan pula bahwa melalui konsep Integrated Reporting ini pada tahun 2015 sebanyanya 130 perusahaan di jepang telah berusaha untuk mengeluarkannya. Artikel tersebut pula menyebutkan bahwa dalam survei yang dilakukan oleh Pwc pada saat itu menghasilkan bahwa 75% CEO melakukan pengukuran dan pelaporan mengenai dampak total dari perusahaan mereka baik dari dampak pada kegiatan sosial, lingkungan, dan fiskal dan ekonomi yang memenrikan kontribusi untuk keberhasilan jangka panjang perusahaan mereka.
Pengungkapan Integrated Reporting ini juga membuat pihak- pihak tertentu ikut andil dalam
pembuatannya seperti keberadaan komite audit yang bertugas untuk melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan oleh perusahaan kepada publik (OJK,2015).
Hal tersebut menjadikan faktor-faktor yang ada dalam komite audit seperti jumlah dan juga keahlian komite audit perlu diketahui agar dapat mengukur pembuatan laporan keuangan perusahaan yang juga tercantum dalam Integrated Reporting. Keberadaan komite audit ini juga sebagai bentuk pengawasan terhadap laporan kinerja perusahaan terlebih bagi perusahaan yang memiliki dampak secara lingkungan dan social. Integrated Reporting sebagai bentuk pelaporan terintegrasi atas kinerja perusahaan yang tidak hanya memberikan pertanggungjawaban baik dari segi keuangan namun juga dari segi non keuangan seperti adanya pertanggungjawaban kepada lingkungan dan sosial yang juga dibahas dalam Laporan Berkelanjutan (Sustainability Report).
Penelitian terdahulu dalam Jurnal yang dibuat oleh Kustiani (2016) tentang Integrated Reporting menjadi hal yang tidak asing lagi terlebih saat diketahui betapa pentingnya hal tersebut, dimana jurnal tersebut menyatakan bahwa tidak terdpat perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan dengan nilai penerapan Integrated Reporting yang minimun dikarenakan bidang ini memiliki isu mengenai dampak operasi perusahaan kepadan lingkungan alam dan sosial yang perlu diperhatikan. Penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh Ahmad (2017) tentang Pengaruh Komite Audit, Ukuran Perusahaan, Ukuran KAP terhadap tingkat keselarasan Laporan Tahunan dengan rerangka Integrated Reporting yang dijadikan sebagai acuan dalam penelitian ini memberikan hasil yang salah satunya menerangkan bahwa Komite Audit berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat keselarasan Laporan Tahunan dengan Rerangka Integrated Reporting yang dinilai dari jumlah komite audit perusahaan. Selain penelitian terdahulu diatas, terdapat jugan penelitian terdahulu dari Chariri dan Juniarti (2017) yang menyatakan bahwa keahlian komite audit ini berpengaruh positif terhadap Integrated Reporting , sehingga semakin banyaknya anggota komite audit yang memiliki keahlian akuntansi/keuangan maka semakin banyak jumlah elemen integrated reporting yang dimasukkan dalam annual report.
Dimana dengan adanya beberapa penelitian terdahulu dari Kustiani (2016), Ahmad (2017), dan Chariri dan Juniart (2017) maka dalam penelitian ini terdapat perbedaan dengann menggabungkan objek penelitian dan variabel penelitian dari penelitiana terdahulu tersebut untuk menghasilkan hasil penelitian yang lebih komprehensif yang berfokus dalam satu sektor usaha yaitu sektor pertambangan dan hal lain yang membedakan yaitu tahun dilakukannya penelitian serta jangka waktu untuk pengambilan sampel peneiltian yang lebih panjang yaitu tahun 2014-2019. Sehingga dengan adanya hal tersebut keinginan
peneliti melakukan penelitian yaitu untuk mengkorelasikan penelitian terdahulu serta dengan adanya kondisi dan fenomena baru yang berhubungan dengan pelaporan laporan tahunan perusahaan.
TELAAH LITERATUR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Teori Stakeholder (Stakeholder Theory)
Teori Stakeholder adalah suatu teori dikemukakan oleh Freeman pada tahun 1983 dimana hal tersebut didefinisikan bahwa Stakeholder sebagai kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan perusahaan dimana setiap tindakan yang diambil oleh manajemen pada akhirnya harus dibenarkan oleh apakah hal itu meningkatkan kepentingan korporasi dan pemegang sahamnya atau tidak.
Dilihat dari penjelasan tersebut menunjukkan bahwa teori Stakeholder ini berhubungan dengan pembahasan tata kelola perusahaan yang tentunya melibatkan peran Stakeholder dalam keberlangsungan perusahaan . Melalui adanya teori tersebut menerangkan bahwa dalam suatu perusahaan kepentingan yang ada mendorong adanya keterbukaan dan komunikasi antara pihak korporasi atau perusahaan yang disebut sebagai manajemen perusahaan dan pihak pemegang saham.
Berdasarkan hal tersebut pengungkapan laporan keuangan untuk memberikan informasi kepada Stakeholder yang berkepentingan menjadi hal yang cukup penting, untuk melakukan fungsi ini
peranan komite audit terlebih dilihat dari jumlah dan keahlian yang dimiliki untuk menjalankan tugas sebagai penelaah atas informasi keuangan juga diperlukan agar pungungkapan laporan dapat diterbitkan sesuai informasi yang menyeluruh sehingga tercipta hubungan yang baik dengan Stakeholder. Selain itu juga dalam menjaga hubungan dengan Stakeholder hal ini menjadi cukup penting karena hal ini juga dijelaskan dalam kerangka Integrated Reporting. Hal ini disampaikan dalam salah satu prinsip pada kerangka Integrated Reporting yaitu prinsip Stakeholder relationship yang memberikan penekanan bahwa dalam proses menciptakan nilai perusahaan tidak hanya terjadi didalam perusahaan namun juga melalui proses menjaga hubungan dengan pihak lain.
Teori Agensi (Agency Theory)
Teori Agensi ini merupakan suatu teori yang disampaiakn oleh Jensen dan Meckling pada tahun 1976. Teori ini merupakan hasil perkembangan studi yang berkaitan dengan teori dari perusahaan dan hak mili. Teori Agensi yang disampaikan oleh Jensen dan Meckling (1976) sendiri menjelaskan bahwa hubungan keagenan meruapakan adanya hubungan kontraktual antara agen dan prinsipal untuk melakukan beberpa kegiatan. Dimana dalam hal ini prisnsipal memberikan kepercayaan kepada agen untuk melakukan sejumlah jasa sesuia dengan kepentingan prinsipal yang didelegasikan kepada agen termasuk dalam pengambilan keputusan. Apabila kedua pihak dalam hubungan tersebut memiliki keinginan
untuk memaksimalkan utilitas maka dapat diyakoni bahwa agen tidak akan selalu bertindak demi kepentingan prinsipal. Sehingga dalam hal ini prinsipal dapat membatasi perbedaan dari kepentingannya dengan mendirikan suatu kontrak melalui adanya insentif untuk agen yang dapat dianggap sebagai biaya pemantauan yang dirancang untuk membatasi aktivitas agen yang dapat menyimpang.
Dimana dalam pelaksanaan kinerja perusahaan ada pengawasan juga dilakukan oleh pihak komite audit sehingga nantinya dapat tujuan dari prinsipal dan agen dapat berjalan dengan selaras dan dapat membantu untuk mengurangi risiko perusahaan atas munculnya keputusan dari kedua belah pihak. Dengan begitu setidaknya proses pelaksanaan teori agensi yang ada dapat terlaksana dengan baik serta melalui adanya kontribusi dari komite audit ini diharapkan akan mendukung pembuatan dan pengungkapan adanya integrated reporting yang sesuai dengan kondisi sebenar-benarnya dari perusahaan itu sendiri sehingga mampu membantu meminimalisir adanya risiko yang dapat merugikan perusahaan itu sendiri.
Komite Audit
Definisi Komite Audit
Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No 55 Tahun 2015 Pasal 1 Ayat 1 menyatakan bahwa Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dalam membantu melaksanakan tugas dan fungsi Dewan Komisaris. Dimana komite audit ini
diketuai oleh Komisaris Independen yang merupakan anggota Dewan Komisaris yang berasal dari luar emiten atau perusahaan publik dan memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam peraturan Otoritas Jasa Keuangan. Sedangkan berdasarkan penjelasan dari Ikatan Komite Audit Indonesia memaparkan bahwa komite audit merupakan salah satu unsur dalam kerangka GCG (Good Corporate Governance) yang diharapkan keberadaannya mampu meningkatkan kualitas pengawasan internal
perusahaan serta mampu
mengoptimalkan mekanisme checks and balances yang pada akhirnya ditujukan untuk memberikan perlindungan yang optimum kepada para pemegang saham dan para pemangku kepentingan lainnya.
Keahlian Komite Audit
Kriteria atas keahlian yang dimiliki komite audit ini juga disebutkan dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 55 Tahun 2015 dimana dalam menjalankan tugasnya anggota komite audit wajib memiliki integritas tinggi, kemampuan penegtahuan, pengalaman yang sesuai dengan bidang pekerjaan serta mampu berkomunikasi dengan baik. Selain itu untuk anggota komite audit juga wajib memiliki paling sedikit satu (1) anggota yang berlatar belakanag pendidikan dan keahlian di bidang akuntansi dan keuangan. Sehingga berdasarkan hal tersebut keahlian yang harus dimiliki oleh seorang komite audit terlebih dalam menjalankan tugasnya serta untuk mendukung terbentuknya
Integrated Reporting yang sesuai dengan kondisi perusahaan maka keahlian di bidang akuntansi dan keuangan menjadi hal yang tidak bisa dihindarkan begitu saja. Penilaian terhadap keahlian yang dimiliki di bidang tersebut juga dapat didukung dengan melihat implementasinya dalam pengalaman yang sudah dilakukan dalam dunia kerja.
Jumlah Komite Audit
Jumlah komite audit ini tertera dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.55 Tahun 2015 Pasal 4 menyatakan bahwa komite audit paling sedikit terdiri dari tiga (3) orang anggota yang berasal dari Komisaris Independen dan Pihak dari luar Emiten atau Perusahaan Publik. Selain itu membahas tentang jumlah anggota komite audit dalam perusahaan hal ini juga telah diatur dalam Peraturan menteri keuangan Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2015 tentang penerapan tata kelola perusahaan yang baik pada perusahaan perseroan (PERSERO) di bawah pimpinan dan pengawasan menteri keuangan yangmana didalam nya menyatakan bahwa keanggotaan komite audit terdiri dari satu orang anggota komisaris sebagai ketua, satu orang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang keuangan atau akuntansi sebagai anggota, dan satu oarang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang usaha persero sebagai anggota sehingga jika ditotal secara keseluruhan maka jumlah anggota komite auditnya sebanyak tiga orang.
Integrated Reporting
Integrated Reporting ini merupakan upaya untuk mendukung perkembangan terbaru yang melakukan reformasi terhadap pelaporan perusahaan yangmans Integrated Reporting ini menjanjikan akan mengatasi kritik serta kekurangan-kekurangan yang ada pada pelaporan perusahaan sebelumnay (Stubbs dan Higgins, 2015). Sedangkan menurut The International Integrated Reporting Committee (IIRC) tahun 2013 menyatakan bahwa Integrated Reporting adalah komunikasi singkat mengenai bagaimana strategi, tata kelola, kinerja, dan prospek perusahaan dapat digunakan untuk mengarahkan kepada penciptaan nilai jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
Sedangkan menurut De Villiers (2016) menyatakan bahwa Integrated Reporting merupakan kerangka baru pelaporan yang menyediakan laporan tunggal secara terintegrasi mengenai informasi keuangan dan informasi non keuangan. Sehingga dengan ini dapat diketahui bahwa Integrated Reporting merupakan suatu suatu kerangka pelaporan terbaru yang mampu menyediakan informasi keuangan dan non keuangan secara terintegrasi dan keseluruhan yangmana hal ini untuk memenui kebutuhan informasi yang dibutuhkan oleh para pemangku kepentingan atau stakeholder dapat terpenuhi untuk menilai kemampuan perusahaan di masa depan.
Ada tujuan dari dibuatnya Intergated Reporting Framework atau Kerangka Laporan Terintegrasi ini
secara khusus memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi informasi yang akan dimasukkan secara terintegrasi laporan untuk digunakan dalam menilai kemampuan organisasi untuk menciptakan nilai; itu tidak menetapkan tolok ukur untuk itu hal-hal sebagai kualitas strategi organisasi atau tingkat kinerjanya.
2. Ditulis terutama dalam konteks sektor swasta, perusahaan nirlaba dari berbagai ukuran tetapi bisa juga diterapkan, diadaptasi seperlunya, oleh sektor publik dan organisasi nirlaba.
Dengan berbagai tujuan diatas tentunya Kerangka Laporan Terintegrasi juga memiliki pendekatan dengan basis prinsip. Prinsip-Prinsip Panduan sebagai basis pendukung berikut berguna untuk mendukung persiapan laporan terintegrasi dalam rangka menginformasikan konten laporan dan menyajikan informasinya, berikut ini prinsip-prinsip yang digunakan yaitu :
1. 1. Fokus strategis dan orientasi masa depan
Laporan terintegrasi harus memberikan wawasan tentang strategi organisasi dan kemampuan organisasi untuk menciptakan nilai dalam jangka pendek, menengah dan panjang.
2. 2.Konektivitas informasi
Laporan yang terintegrasi harus menunjukkan gambaran holistik dari kombinasi, keterkaitan dan ketergantungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan organisasi untuk menciptakan nilai dari waktu ke waktu
3. 3.Hubungan pemangku kepentingan
Laporan terintegrasi harus memberikan wawasan tentang sifat dan kualitas hubungan organisasi dengan pemangku kepentingan utamanya, termasuk bagaimana dan sejauh mana organisasi
tersebut memahami,
mempertimbangkan, dan menanggapi kebutuhan dan kepentingan mereka yang sah
4.Materialitas
Laporan terintegrasi harus mengungkapkan informasi tentang hal- hal yang secara substantif mempengaruhi kemampuan organisasi untuk menciptakan nilai dalam jangka pendek, menengah, dan panjang
5.Conciseness
Laporan terintegrasi harus disajikan secara ringkas
6.Keandalan dan kelengkapan
Laporan terintegrasi harus mencakup semua hal material, baik positif maupun negatif, dalam format dengan cara yang seimbang dan tanpa kesalahan material 7.Konsistensi dan komparabilitas
Informasi dalam laporan terintegrasi harus disajikan atas dasar itum konsisten dari waktu ke waktu dan dengan cara yang memungkinkan perbandingan dengan organisasi lain sejauh hal itu material kemampuan organisasi sendiri untuk menciptakan nilai dari waktu ke waktu.
Pembahasan lain yang tidak kalah penting yaitu perihal elemen apa saja yang dimasukkan dalam Integrated Reporting, hal ini juga dijelaskan dalam Intergated Reporting Framework dimana terdapat 8 elemen yang pada dasarnya terkait satu sama lain dan tidak saling terkait yaitu :
1. 1. Tinjauan organisasi dan lingkungan eksternal
Menjelaskan tentang apa yang dilakukan organisasi dan bagaiman keadaan di mana ia beroperasi
2.Tata Kelola
Menjelaskan tentang bagaimana struktur tata kelola organisasi mendukung kemampuannya untuk menciptakan nilai dalam jangka pendek, jangka menengah dan panjang
2. 3.Model bisnis
Menjelaskan tentang spa model bisnis organisasi
3. 4.Risiko dan peluang
Menjelaskan tentang apa risiko dan peluang spesifik yang memengaruhi kemampuan organisasi untuk menciptakan nilai dalam jangka pendek, menengah dan panjang, dan bagaimana organisasi menghadapinya
4. 5.Strategi dan alokasi sumber daya:
Menjelaskan tentang kearah mana organisasi ingin pergi dan bagaimana cara untum mencapai tujuannya sampai ke sana
5. 6.Kinerja
Menjelaskan tentang sejauh mana organisasi mencapai tujuan strategisnya untuk periode tersebut dan apa saja hasil dalam hal efek pada ibu kota 6. 7.Pandangan
Menjelaskan tentang apa tantangan dan ketidakpastian yang mungkin dihadapi organisasi dalam mengejar strateginya serta implikasi potensial untuk model bisnis dan kinerja masa depan
7. 8.Dasar penyajian
Menjelaskan tentang bagaimana organisasi menentukan apa yang penting untuk dimasukkan ke dalam
laporan terintegrasi dan bagaimana hal- hal seperti itu diukur atau dievaluasi
RERANGKA DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS Jumlah Komite Audit dan Pengungkapan Integrated Reporting
Merujuk pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Ahmad (2017) yang menyaatakan bahwa Komite Audit, Ukuran Perusahaan dan Ukuran KAP berpengaruh positif terhadap Tingkat Keselarasan Laporan Tahunan dengan Rerangka Integrated Reporting (IR).
Dimana dalam penelitian ini pengukuran variabel komite audit dengan memberikan skor pada jumlah keanggotaan dari komite audit di dalam perusahaan, apabila jumlah komite audit lebih dari sama dengan tinga maka mendapatkan skor 1 dan bila tidak memenuhi syarat tersebut mendapat skor nol. Sehingga secara tidak langsung melihat pengukuran dari penelitian ini dan menghubungkan dengan hasil penelitiannya maka dapat dikatakan bahwa Jumla komite audit, erpengaruh signifikan terhadap Tingkat Keselarasan Laporan Tahunan dengan Rerangka Integrated Reporting (IR).
Selain itu pengembangan hipotesis dalam penelitian ini didukung dengan adanya teori stakeholder yang mana dalam suatu perusahaan manajer wajib memberikan pertanggungjawaban kepada stakeholder yang ada. Oleh karenanya kepentingan untuk mendorong adanya keterbukaan informasi menjadi hal yang cukup
penting dan dapat diterapkan dengan adanya pelaporan dari perusahaan menggunakan pengungkapan Integrated Reporting, dimana hal ini dapat dilakukan dengan bantuan komite audit sehingga jumlah komite audit yang ada dalam perusahaan juga turut berpartisipasi dalam menambah pengungkapan laporan perusahaan berdasarkan kerangka Integrated Reporting
Sehingga berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dan teori tersebut, jumlah komite audit yang berdasarkan indikator pemberian skor pada jumlah orang dalam keanggotaan komite audit memiliki pengaruh terhadap pengungkapan Integrated Reporting.
Maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :
H1 : Jumlah Komite Audit berpengaruh positif terhadap pengungkapan Integrated Reporting.
Keahlian Komite Audit dan Pengungkapan Integrated Reporting erujuk pada hasil penelitian dari Chariri dan Januarti (2017) yang menyatakan bahwa karakteristik unik komite audit secara signifikan mempengaruhi luas lingkup Integrated reporting yang tercermin dalam keahlian komite audit (dalam akuntansi/keuangan) berpengaruh positif terhadap integrated reporting dan frekuensi pertemuan komite audit secara empiris memiliki korelasi positif dan signifikan dengan luas lingkup integrated reporting. Hal ini secara tidak langsung mengatakan bahwa keahlian yang dimiliki komite
audit ini memiliki pengaruh secara signifikan terhadap adanya Integrated Reporting.
Selain itu pengembangan hipotesis dalam penelitian ini didukung dengan adanya teori agensi yang menyatakan bahwa terdapat hubungan saling kontraktual antara prinsipal atau pemiliki perusahaan dengan agen atau manajer perusahaan untuk melakukan beberapa kegiatan. Dalam hal ini prisnsipal memberikan kepercayaan kepada agen untuk melakukan kepentingan prinsipal yang mana dalam pelaksanaannya tentu hal ini juga membutuhkan pengawasan agar tidak terjadi kecurangan sehingga dibutuhkan peran komite audit dalam pelaksanaannya dan juga untuk mendapatkan informasi dan menyesuaikan kepentingan dari kedua belah pihak tadi tentunya komite audit harus memiliki keahlian terlebih dalam bidang akuntansi dan keuangan seperti yang telah disampaikan dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangann Nomor 55 Tahun 2015.
Sehingga berdasarkan hasil penelitian sebelumnya tersebut keahlian komite audit yang berdasarkan indikator kemapuan yang dimiliki di bidang akuntansi dan keuangan memiliki pengaruh terhadap pengungkapan Integrated Reporting. Maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut : H2 : Keahlian Komite Audit berpengaruh positif terhadap pengungkapan Integrated Reporting.
Kerangka Penelitian
METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan pertambangan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia pada tahun 2014-2019. Perusahaan pertambangan merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam sektor usaha dengan kegiatan utamanya untuk mengeksplorasi hasil alam dan lingkungan sekitar. Alasan memilih data perusahaan pertambangan pada tahun 2015-2019 berhubungan dengan dikeluarkannya kerangka Integrated Reporting (IR Framework ) pada Desember 2013. Berdasarkan data yang ada dalam Bursa Efek Indonesia jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 216 laporan keuangan atas perusahaan
pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada rentang waktu 2014-2019.
Sampel adalah bagian dari populasi yang terdiri terdiri dari beberapa anggota yang dipilih dari populasi tersebut, artinya tidak semua elemen populasi ini dapat membentuk sampel (Sekaran & Bougie,2013:241).
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan metode purposive sampling yang memiliki tujuan untuk mendapatkan sampel atas populasi yang ada yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan dalam penelitian.
Berdasarkan atas penjelasan tersebut maka kriteria yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1. Perusahaan pertambangan yang telah listing secara terus- menerus di Bursa Efek Indonesia selama perionde penelitian yaitu tahun 2014- 2019
2. Perusahaan yang melaporkan laporan tahunan lengkap dalam rentang waktu tahun 2014-2019 yang dapat diakses di website BEI maupun website perusahaan terkait
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Dimana penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif karena dalam pengolahan data menggunakan angka-angka dan statistika. Data sekunder yang digunakan berupa Laporan Tahunan Perusahaan.
Berdasarkan dari pemilihan jenis data yang berupa data sekunder, maka data yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan dari sumber data berupa basis data yang telah terkumpul dan terpublikasi sebelumnya. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari Bursa Efek Indonesia dan Website Perusahaan terkait selaku sarana yang menyediakan sistem untuk mengambil sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini. Secara lebih lanjut sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data atas Laporan Tahunan yang dikeluarkan oleh Perusahaan Pertambangan di Indonesia pada tahun 2014-2019.
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik dokumentasi Tehnik dokumentasi ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data sekunder dari berbagai publikasi yang ada dalam situs jejaring sosial yang bersifat resmi.
Teknik dokumentasi ini dilakukan dengan mengunduh data-data yang dibutuhkan untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan variabe- variabel dalam penelitian ini.
Data yang dikumpulkan berupa laporan tahunan perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2014-2019.
Data- data yang ada tersebut diunduh melalu website perusahaan dan website resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.ac.id) yang kemudian data yang sudah dikumpulkan diolah yang disesuaikan dengan kebutuhan dari peneliti.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel Dedependen Integrated Reporting (Y)
Pada kerangka konseptual yang telah ditetapkan pada tahun 2013 terdapat penjelsan perihan unsur-unsur yang ada dalam Integrated Reporting yang dibentuka dalam Guidance Principal dan Content Element.
Olehnya dalam penelitian ini pula menggunakan indeks pengukuran yang mengacu pada komponen-kopmpone didalan unsur Content Element.
Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad (2017) indeks pengukuran dari content element yang digunakan terdiri dari Ikhtisiar Organisasi dan Model Bisnis (tujuh item), Operating Context sembilan item), Tujuan Strategis dan Strategi untuk Mencapainya (tujuh item), Tata Kelola (delapan item), Kinerja (sepuluh item), Future Outlook (tujuh item).
Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini mengacu dari penelitian tersebut dengan mengkombinasikan penjelasan yang terdapat dalam Integrated Reporting Framework sehingga peneliti menggunakan 7 komponen dalam content element sebagai indikator pengukuran dalam penelitian ini yang terdiri atas :
Tabel Komponen Pengukuran Pengungkapan Integrated Reporting
Dalam pengukuran setiap komponen tersebut sebagai indikator atas pengungkapan oleh perusahaaan dalam laporan tahunannya maka akan diberi skor 1 apabila diungkapkan dan akan diberi skor 0 apabila tidak diungkapkan.
Sehingga rumus perhitungan indeks pengukuran yang mengacu pada content element sebagai bentuk pengungkpaan Integrated Reporting yaitu :
Variabel Independen
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝𝑎𝑛 𝐼𝑅 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑡𝑒𝑚 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑢𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐼𝑡𝑒𝑚 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐻𝑎𝑟𝑢𝑠 𝐷𝑖𝑢𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛
Jumlah Komite Audit (X1)
Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 55 Tahun 2015 menerangkan bahwa komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggungjawab kepada Dewan Komisaris dalam membantu melaksanakan tugas dan fungsi Dewan Komisaris dalam melakukan fungdi pengawasan. Sedangkan untukl jumlah komite audit ini sendiri tertera dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.55 Tahun 2015 Pasal 4 menyatakan bahwa komite audit paling sedikit terdiri dari tiga (3) orang anggota yang berasal dari Komisaris Independen dan Pihak dari luar Emiten atau Perusahaan Publik.
Berdasarkan pada peraturan yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) yang menerbitkan peraturan tentang pembentukan dan pedoman pelaksanaan kerja komite audit dalam Peraturan No IX.I.5 yang didalamnya menyatakan bahwa komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya satu orang Komisaris Independen dan sekurang-kurangnya 2 (dua) orang anggota lainnya berasal dari luar Emiten atau Perusahaan Publik. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka dalam penelitian ini penguluran yang digunakan yaitu dengan melakukan pemberian nilai 1 (satu) kepada perusahaan yang memiliki jumlah komite audit lebih dari sama dengan 3 orang, sedangkan diberi nilai 0 (nol) kepada perusahaan yang memiliki jumlah komite audit kurang dari 3 orang.
Keahlian Komite Audit (X2)
Komite Audit sebagai pihak yang bertugas dalam melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan aktivitas bisnis perusahaan yang nantinya . disebutkan dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 55 Tahun 2015 dimana dalam menjalankan tugasnya anggota komite audit wajib memiliki integritas tinggi, kemampuan penegtahuan, pengalaman yang sesuai dengan bidang pekerjaan serta mampu berkomunikasi dengan baik. Selain itu untuk anggota komite audit juga wajib memiliki paling sedikit satu (1) anggota yang berlatar belakanag pendidikan dan keahlian di bidang akuntansi dan keuangan.
Selain itu keahlian komite audit ini pula, menurut Bedard, Chtourou, &
Courteau (dikutip dalam Widasari &
Isgiyarta, 2017, hal 2) menyatakan bahwa komite audit memiliki keahlian yang berfungsi untuk memastikan laporan keuangan atas entitas dapat berkualitas. Sehingga secara tidak langsung pernyataaan tersebut juga memberikan syarat bagi komite audit perusahaan untuk memiliki keahlian akuntansi dan keuangan. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka dalam penelitian ini menggunakan pengukuran dengan membandingkan jumlah anggota komite audit yang mempunyai keahlian di bidang akuntansi dan keuaangan dengan seluruh juumlah anggota komite audit yang dimiliki perusahaan.
Jumlah Komite Audit ≥ 3 Orang mendapat nilai 1 Jumlah Komite Audit < 3 Orang mendapat nilai 0
Metode Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
Metode Analisis Data Analisis Statistik Deskriptif Menurut Sarwono (2006:138) statistik deskriptif mengacu pada transformasi data mentah ke dalam suatu bentuk yang akan membuat pembaca lebih mudah memahami dan menafsirkan maksud dari data atau angka yang ditampilkan.
Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat dikatakan bahwa kegunaan statistik deskriptif yaitu untuk menggambarkan jawaban- jawaban observasi.
Menurut Sanusi (2011:116) statistik deskriptif bermaksud untuk
menjelaskan data dari suatu variabel yang diteliti yang digunakan dalam mendeskripsikan data penelitian adalah frekuensi dan rata-rata. Oleh karenanya hasil analisis statitistik data deskriptif yang dibutuhkan akan ditampilkan dalam bentuk seperti distribusi frekuensi, mean, median, standar deviasi, modus, dan lain-lain.
Uji Asumsi Klasik
Menurut Ghozali (2018:106) terdapat beberapa uji yang dapadilakukan dalam uji asumsi klasik ini yaitu Uji
Multikolinearitas, Uji Autokorelasi, Uji Heterokedastisitas, Uji
Normalitas, dan Uji Lineraritas.
Dimana uji tersebut digunakan untuk mengetahui dan menguji variabel yang ada sesuai kriteria dari masing-
masing uji yang ada, sehingga dalam penelitian ini mengambil beberapa uji yaitu :
1. Uji Normalitas
Uji normalitas untuk mengetahui tentang kondisi variabel dependen, independen, atau keduanya berdistribusi normal, mendekati normal atau tidak (Umar, 2011).
Nantinya penelitian ini akan
menggunakan Uji
KolmogrovSminov yang digunakan untuk mendeteksi data berdistribusi normal atau tidak dari hasil persebaran data pada grafik. Kriteria yang perlu dipenuhi untuk dapat dikatakan normal apabila uji t dan F yang mengasumsikan nilai residual mengikuti distribusi normal , sehingga saat hal tersebut tidak dipenuhi maka uji tersebut tidak valid. Terdapat dua cara untuk mendeteksi apaka residual berdistribusi normal yaitu dengan analisi grafik dan uji statistik. Dalam penelitian ini yang akan digunakan yaitu analisis grafik dengan dasar pengambilan keputusan yaitu : - Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal menunjukkan data berdistribusi normal dan memenuhi asumsi normalitas.
- Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidamengikuti arah garis diagonal menunjukkan data tidak berdistribusi normal dan tidak memenuhi asumsi normalitas.
2. Uji Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas dilakukan untuk mengetahui sebuah model regresi yang terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain, apabila varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap disebut homoskedastisitas sementara itu untuk varian yang berbeda disebut heterokedastisitas (Umar,2011). Dalam penelitian ini nantinya uji heterokedastisitas dilakukan dengan melihat grafik plot antara nilai variabel terikat dan nilai residualnya, dimana kriteria analisis yang digunakan sebagia berikut : -Jika ada pola tertentu , seperti titik- titik yang membentuk pola teratu maka mengindikasikan adanya heterokedastisitas
-Jika tidak ada pola yang jelas , serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 dan sumbu Y maka dapat dikatakan tidak terjadi heterokedastisitas.
3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui suatu model regresi linier terdapat hubungan yang kuat baik positif maupun negatif antar data yang ada didalam variabel- variabel penelitian (Umar,2011).
Model regresi yang baik tidak memiliki korelasi anatr periode pengamatan. Dalam penelitian ini uji autokorelasi menggunakan uji Durbin-Watson (d) yang dibandingkan dengan nilai dtabel pada
α= 0,05. Dimana pada tabel d memiliki dua nilai yaitu nilai batas atas (du) dan nilai batas bawah (dL) untuk berbagai nilai n dan k. Dasar pengmabilan kesimpulan pada uji Durbin Watson dengan pembagian keputusan sebagai berikut (Sanusi,2011) :
-Jika d < dL atau d > 4- dL terjadi autokorelasi
-Jika du < d < 4- du tidak terjadi autokorelasi
-Jika dL ≤ d ≤ du atau 4-du ≤ d ≤ 4- dL pengujian tidak meyakinkan Model Analisis
Dalam penelitiani ini data yang dikumpulkan akan diolah dan dianalisis, sehingga dalam penelitian ini bentuk persamaan model regresi sebegai berikut :
Keterangan :
IR = Integrated Reporting α = Nilai Konstanta β1,β2 = Koefisisen Regresi X1 = Jumlah Komite Audit X2 = Keahlian Komite Audit Pengujian Hipotesis
1. Uji Koefisien Determinasi R2
Koefisien determinasi (R2) sering pula disebut dengan koefisisen determinasi majemuk yang hampir sama dengan koefisien r2. R2
menejlaskan proporsi variasi dalam variabel terikat (Y) yang dijelaskan oleh variabel bebas (lebih dari satu
𝐼𝑅 = 𝛼 + 𝛽1𝑋1 + 𝛽2𝑋2 + 𝑒
variabel : Xi ; i = 1,2) secara bersama-sama sedangkan r2 mengukur kebaikan-sesuai
(goodeness-of-fit) dari persamaan regresi, yaitu memberikan persentase variasi total dalam variabel terikat (Y) yang dijelaskan oleh variabel bebas (X).
Uji T (t-test)
Uji t bertujuan untuk menentukan apakah dua sample yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda. Uji beda t-test
dilakukan dengan cara
membandingkan perbedaan antara dua nilai ata-rata dengan standar error dari perbedaan rata-rata dua sampel (Ghozali, 2018: 64). Tahapan yang perlu dilakukan untuk uji ini adalah :
1. Menetapkan niali statistik t dengan t dengan ketentuan tingkat signifikai (level of significance-α) harus di bawah 0,05.
2. Pengambilan Keputusan
Apabila tingkat signifikasi nilai statistik t menurut hasil perhitungan kurang dari 0,05 maka H0 ditolak dan HA diterima. Artinya ada pengaruh secara parsial variabel independen terhadap variabel dependen.
Apabila tingkat signifikasi nilai statistik t menurut hasil
perhitungan lebih dari 0,05 maka H0 ditolak dan HA diterima. Artinya tidak ada pengaruh ffsecara parsial variabel independen terhadap variabel dependen.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Deskriptif.
Berdasarkan hasil dari pemilihan sampel data dengan menggunakan purposive sampling maka diperoleh sampel penlitian dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 4. 1
Kriteria dan Hasil Pemilihan Sampel
Kriteria Sampel Jumlah Jumlah perusahaan
sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2019
48
Jumlah perusahaan sektor pertambangan yang tidak listingf dalam BEI dalam rentang tahun 2014-2019
(7)
Jumlah perusahaan sektor pertambangan yang tidak melaporkan laporan tahunan dalam rentang tahun 2014-2019
(10)
Jumlah Sampel Penelitian
31
Jumlah Tahun
Penelitian
6
Jumlah Sampel Total 186
Dilihat dari tabel diatas maka dapat diketahui jumlah data perusahaan pada penelitian ini sebnayak 186 laporan keuangan dari 31 perusahaan pertambangan. Data peneleitian ini diperoleh dari laporan keuangan yang dipublikasikan melalui Bursa Efek Indonesia dan website resmi perusahaan pertambangan terkait. Untuk pengujian dan pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan bantuan software SPSS 24.0 for Windows.
Setelah memperoleh sampel yang akan dijadikan sebagai data pengujian, maka pengolahan data pertama yang dilakukan adalah melakukan pengolahan data statistik deskriptif. Statistik deskriptif merupakan pengujian statistik secara umum yang bertujuan untuk melihat distribusi data dari variabel yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini. Data yang diperoleh dari hasil analisis deskriptif menunjukkan nilai tertinggi (maximum), nilai terendah (minimum), rata-rata (mean), dan standar deviasidari setiap variabel yang diteliti. Hasil analisis deskriptif dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut:
Tabel 4. 2 Statistik Deskripitf N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
X1 186 0 1 0.704 0.458
X2 186 0 1 0.697 0.359
Y 186 0.557 0.913 0.708 0.092
Berdasarkan Tabel 4.2 didapatkan hasil statistik deskriptif sebagai berikut :
a. Variabel Jumlah Komite Audit memiliki nilai terendah sebesar 0 dan nilai tertinggi sebesar 1. Variabel Jumlah Komite Audit memiliki rata – rata sebesar 0,704 dengan besar simpangan atau standar deviasi sebesar 0,458.
b. Variabel Keahlian Komite Audit memiliki nilai terendah sebesar 0 dan nilai tertinggi sebesar 1. Variabel keahlian Komite Audit memiliki rata – rata sebesar 0,697 dengan besar simpangan atau standar deviasi sebesar 0,359.
c. Variabel Jumlah Integrated Reporting memiliki nilai terendah sebesar 0,557 dan nilai tertinggi sebesar 0,913.
Variabel Jumlah Integrated Reporting memiliki rata – rata sebesar 0,708 dengan besar simpangan atau standar deviasi sebesar 0,092.
Uji Asumsi Klasik
Asumsi-asumsi klasik ini harus dilakukan pengujiannya untuk memenuhi penggunaan regresi linier berganda. Setelah diadakan pengujian uji asumsi klasik regresi.
Hasil pengujian disajikan sebagai berikut :
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan menguji apakah dalam model penelitian apakan variabel dapat terdistribusi secara normal. Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan pengujian grafiknormal P-Pplot test dan One-Sample Kolmogorov Smirnov test yang terdapat dalam program SPSS 24.0 for Windows. Data dikatakan terdistribusi dengan normal apabila residual terdistribusi dengan normal yaitu memiliki tingkat signifikansi diatas 0,05 (Ghozali, 2018:164).Pengujian normalitas dilakukan untuk melihat apakah nilai residual yang diperoleh dari model mengikuti distribusi normal atau tidak. Hasil pengujian dapat dilihat dari grafik P-Plot dan hitungan statistik sebagai berikut :
Gambar 4.1 Grafik Normal P-Plot
Berdasarkan uji P-P Plot didapatkan bahwa titik – titik data sudah menyebar mengikuti garis diagonal, sehingga dikatakan bahwa residual sudah menyebar secara distribusi normal.
Dapat dimungkinkan terdapat kelemahan pada P-Plot test ketika melakukan penafisran. Apabila dilihat secar grafik bisa dikatakan data terdistribusi decara normal, namun dimungkinkan terjadi hal lain saat pengujian data statitstik. Oleh karenanya uji normalitas dalam penelitian ini juga didukung dengan adanya uji statistik menggunakan uji normalitas One-Sample Kolmogrov Smirnov Test. Prosedur uji dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov, dengan ketentuan sebagai berikut : Hipotesis yang digunakan
H0 : data residual berdistribusi normal
H1 : data residual tidak berdistribusi normal
Jika nilai sig. (p-value) > 0,05 maka H0 diterima yang artinya normalitas terpenuhi.
Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini :
Tabel 4. 3
Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogrov Smirnov Test One-Sample Kolmogorov-Smirnov
Test
.
Dari hasil perhitungan didapat nilai sig. sebesar 0.082 sehingga hasilnya lebih besar dari 0.05 maka ketentuan H0 diterima yang artinya bahwa asumsi normalitas terpenuhi dan data residual terdistribusi secara normal.
Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak heteroskedastisitas (Ghozali 2018:137 ). Dalam penelitian ini uji
heterokedastisitas dilakukan dengan melihat grafik scateplot antara nilai variabel terikat dan nilai residualnya . Prosedur uji dilakukan dengan Uji scatter plot. Pengujian kehomogenan ragam residual dilandasi pada hipotesis:
H0 : ragam residual homogen H1 : ragam residual tidak homogen
Gambar 4. 1
Uji Heterokedastisitas dengan Scatterplot
Dari hasil pengujian tersebut didapat bahwa diagram tampilan scatterplot menyebar diatas dan dibawah angka 0 serta tidak membentuk pola tertentu maka dapat dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas, sehingga dapat disimpulkan bahwa residual mempunyai ragam homogen (konstan) atau dengan kata lain tidak terdapat gejala heterokedastisitas.
Dapat dimungkinkan terdapat kelemahan pada Scatterplot ketika melakukan penafisran. Oleh
karenanya uji
heterokedastisitasdalam penelitian
ini juga didukung dengan adanya uji statistik menggunakan uji glejser.
Prosedur uji dilakukan dengan melakukan regresi absolut residual , kemudian kriteria yang digunakan ialah apabila niali signifikasi > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa data terbebas dari heterokedastisitas.
Berikut hasil uji dari olah data spss : Tabel 4. 4
Uji Heterokedastisitas dengan Uji Glejser
Dari hasil perhitungan didapat nilai sig. 0,751 pada variabel jumlah komite audit dan 0,290 pada variabel keahlian komite audit sehingga hasilnya lebih besar dari 0.05 maka ketentuan H0 diterima yang artinya bahwa residual mempunyai ragam homogen (konstan) atau dengan kata lain tidak terdapat gejala heterokedastisitas.
Dengan terpenuhi seluruh asumsi klasik regresi di atas maka dapat dikatakan model regresi linear berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah sudah layak atau tepat. Sehingga dapat diambil interpretasi dari hasil analisis regresi berganda yang telah dilakukan.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui suatu model regresi
linier terdapat hubungan yang kuat baik positif maupun negatif antar data yang ada didalam variabel- variabel penelitian (Umar,2011).
Selain itu uji autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah didalam model regresi terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (Ghozali, 2018:111). Dalam
penelitian ini Uji
autokorelasidilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW-test). Hipotesis yang melandasi pengujian adalah:
0
=
0:ρ
H (tidak terdapat
autokorelasi di antara residual)
0
1 :
H (terdapat autokorelasi di antara residual).
Dimana dalam penelitian ini prosedur uji Durbin-Watson yang dilakukan sebagai berikut :
1. Dengan menggunakan Metode Kuadrat Terkecil (MKT) biasa, hitung koefisien regresi, kemudian tentukan ei.
2.Dengan menggunakan rumus diatas hitung statistik d
3.Berdasarkan banyaknya pengamatan dan peubah penjelas tentukan nilai-nilai kritis dL dan dU. 4.Terapkan kaidah keputusan:
-Jika d < dL atau d > (4 – dL), maka H0 ditolak yang berarti terdapat autokorelasi.
-Jika dU < d < (4 – dU), maka H0
diterima berarti tidak terdapat auotokorelasi
-Jika dL < d < dU atau (4 – dU) < d <
(4 – dL), maka uji Durbin-Watson tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti (inconclusive). Untuk nilai- nilai ini, tidak dapat (pada suatu tingkat signifikansi tertentu) disimpulkan ada tidaknya autokorelasi di antara faktor-faktor gangguan.
Keterangan:
dU = Durbin-Watson Upper (batas atas dari tabel Durbin-Watson) dL = Durbin-Watson Lower (batas bawah dari tabel Durbin-Watson)
Dari tabel Durbin-Watson untuk n = 186 dan k = 2 (adalah banyaknya variabel bebas) diketahui nilai du sebesar 1.738 dan 4-du sebesar 2.262. Hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada Tabel 4.5 sebagai berikut :
Tabel 4. 5 Hasil Uji Autokorelasi Model Durbin-Watson
1 1,798
Dari Tabel 4.4 diketahui nilai uji Durbin Watson sebesar 1,798 yang terletak antara 1.738 dan 2.262,
maka dapat disimpulkan bahwa asumsi tidak terdapat autokorelasi telah terpenuhi.
4.3 Model Regresi
Persamaan regresi digunakan mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dengan menggunakan bantuan SPSS for Windows maka didapat model regresi seperti pada Tabel 4.6 :
Tabel 4.6
Persamaan Hasil Regresi
Berdasarkan pada Tabel 4.6 didapatkan persamaan regresi sebagai berikut :
Y = 0,727 + 0,068 X1 – 0,097 X2 Dari persamaan di atas dapat dijelaskan bahwa hasil yang didapatkan yaitu :
Konstanta sebesar 0,727, menunjukkan bahwa rata – rata Integrated Reporting jika tidak ada variabel bebas bernilai 0,727
b1 = 0,068, artinya Integrated Reporting akan meningkat sebesar 0,068 satuan untuk setiap tambahan satu satuan X1 (Jumlah Komite audit).
Tolak H0
Jadi apabila Jumlah Komite audit mengalami peningkatan 1 satuan, maka Integrated Reporting akan meningkat sebesar 0,068 satuan dengan asumsi variabel yang lainnya dianggap konstan.
b2 = -0,097,
Integrated Reporting akan menurun sebesar 0,097 satuan untuk setiap tambahan satu satuan X2 (Keahlian Komite audit), Jadi apabila Keahlian Komite audit mengalami peningkatan 1 satuan, maka Integrated Reporting akan menurun sebesar 0,097 satuan dengan asumsi variabel yang lainnya dianggap konstan.
Pengujian Hipotesis
Uji Koefiensi Determinasi R2
Untuk mengetahui besar kontribusi variabel bebas yaitu Jumlah Komite audit (X1) dan Keahlian Komite audit (X2) terhadap variabel terikat (Integrated Reporting) digunakan nilai R2, nilai R2 seperti dalam Tabel 4.7 dibawah ini:
Tabel 4. 6 Koefisien Korelasi dan
Determinasi R
R Square
Adjusted R Square
0.55
5 0.308 0.301
Koefisien determinasi digunakan untuk menghitung besarnya pengaruh atau kontribusi
variabel bebas terhadap variabel terikat. Dari analisis pada Tabel 4.6 diperoleh hasil adjusted R2 (koefisien determinasi) sebesar 0,301. Artinya bahwa 30,1%
variabel Integrated Reporting akan dipengaruhi oleh variabel bebasnya, yaitu Jumlah Komite audit(X1) dan Keahlian Komite audit (X2).
Sedangkan sisanya 69,9% variabel Integrated Reporting akan dipengaruhi oleh variabel-variabel yang lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
Uji t-test
Uji t bertujuan untuk menentukan apakah dua sample yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda. Uji beda t- test dilakukan dengan cara membandingkan perbedaan antara dua nilai ata-rata dengan standar error dari perbedaan rata-rata dua sampel (Ghozali, 2018: 64). Selain itu Uji t-test ini digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh variabel independen secara individual/parsial dalam menerangkan variabel dependen (Ghozali, 2018 :98).
Tahapan dalam melakukan uji t- test ini membandingkan nila t hitung dan t tabel. Apabila t hitung > t tabel atau t hitung < -t tabel maka hasilnya signifikan dan berarti H0
ditolak dan H1 diterima. Sedangkan jika t hitung < t tabel atau -t hitung >
-t tabel maka hasilnya tidak signifikan dan berarti H0 diteima dan
H1 ditolak. Hasil dari uji t dapat dilihat pada Tabel 4.8
Tabel 4. 7 Hasil Uji t / Parsial
Berdasarkan Tabel 4.7 diperoleh hasil sebagai berikut :
t test antara X1 (Jumlah Komite audit) dengan Y (Integrated Reporting) menunjukkan t hitung = 5,399. Sedangkan t tabel (α = 0.05 ; db residual = 183) adalah sebesar 1,973. Karena t hitung > t tabel yaitu 5,399
> 1,973 atau nilai sig t (0,000) < α = 0.05 maka pengaruh X1 (Jumlah Komite audit) terhadap Integrated Reporting adalah signifikan.
Hal ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah komite audit berpengaruh secara positif terhadap Pengkapandengan
meningkatkan Jumlah Komite audit maka Integrated Reporting akan mengalami peningkatan secara nyata.
t test antara X2 (Keahlian Komite audit) dengan Y (Integrated Reporting) menunjukkan t hitung = 6,014. Sedangkan t tabel (α =
0.05 ; db residual = 183) adalah sebesar 1,973. Karena t hitung > t tabel yaitu 6,014
> 1,973 atau nilai sig t (0,000) < α = 0.05 maka pengaruh X2 (Keahlian Komite audit) terhadap Integrated Reporting adalah signifikan pada alpha 5%.
Hal ini berarti H0 diterima dan H1 ditolak. Nilai koefiieen regresi parsial dari variabel Keahlian Komite audit bernilai -0,097 berarti jika Keahlian Komite audit karyawan semakin baik, maka Integrated Reporting akan turun sebesar 0,097. Dengan demikian kesimpulannya adalah ada pengaruh negatif yang signifikan Keahlian Komite audit terhadap Integrated Reporting.
Dari hasil uji tersedut dapat disimpulkan bahwa variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Integrated Reporting secara simultan dan parsial. Dan dari sini dapat diketahui bahwa kedua variabel bebas tersebut yang paling dominan pengaruhnya terhadap Integrated Reporting adalah Keahlian Komite audit karena memiliki nilai koefisien beta dan t hitung paling besar.
Hasil dan Pembahasan
1. Pengaruh Jumlah Komite Audit terhadap pengungkapan Integrated Reporting
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa adanya variabel jumlah komite audit memiliki pengaruh positif terhadap pengungkapan Integrated Reporting pada penelitian yang dilakukan kepada perusahaan pertambangan yamg terdaftar di Bursa Efek Indonesia . Pada penelitian terdahulu milik Alhasani (2019) yang mana dijadikan sebagai acuan yaitu variabel efektifitas komite audit yang diukur dari jumlah kenaggotaan komite audit, dari hasil penelitian tersebut jumlah komite audit memiliki pengaruh terhadap adanya Integrated Reporting. Terdapat penelitian terdahulu juga dari Ahmad (2017) yang menyaatakan bahwa Komite Audit, Ukuran Perusahaan dan Ukuran KAP berpengaruh positif terhadap Tingkat Keselarasan Laporan Tahunan dengan Rerangka Integrated Reporting (IR). Sehingga dalam penelitian ini pula dapat dikatakan sesuai dengan penelitian terdahulu meskipun obdari jek dari penelitian yang dilakukan berbeda namun hasil yang didapatkan sama. Disisi lain hasil dari penelitian ini juga didukung dengan adanya teori Stakeholder yang menyatakan bahwa pengungkapan laporan keuangan untuk memberikan informasi kepada
Stakeholder yang berkepentingan menjadi hal yang cukup penting sehingga peranan komitea audit sangat diperlukan untuk mencapai tujuan ini.
Sedangkan untuk kriteria jumlah komite audit ini juga didukung oleh aturan pemerintah dalam peraturan yang dikeluarkkan oleh Bursa Efek Jakarta No. SE- 008/BEJ/12-2001 tanggal 7 Desember 2001 (dikutip dalam Ni Made Sunarsih , 2017) menyatakan bahwa jumlah anggota komite audit sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang, termasuk ketua komite audit.
Sehingga dapat dikatakan bahwa banyak atau sedikitnya jumlah komite audit yang terdapat dala perusahaan mempengaruhi pengungkapan Integrated Reporting dari perusahaan itu sendiri, apabila jumlah komite audit sesuai dengan jumlah yang ada minimal sesuai dengan aturan yang ditetapkan pemerintah atau jumlahnya semakin banya dan tidak kurang dari itu maka pengungkapa Integrated Reporting juga akan semakin sesuai dengan kriteria yang diungkapkan.
2. Pengaruh Keahlian Komite Audit terhadap pengungkapan Integrated Reporting
Hasil penelitian menunjukan bahwa adanya variabel keahlian komite audit memiliki pengaruh negatif terhadap pengungkapan Integrated Reporting pada penelitian yang dilakukan kepada perusahaan
pertambangan yamg terdaftar di Bursa Efek Indonesia . Hasil Penelitian terdahulu dari Chariri dan Januarti (2017) yang menyatakan bahwa karakteristik unik komite audit secara signifikan mempengaruhi luas lingkup Integrated reporting yang tercermin dalam keahlian komite audit (dalam akuntansi/keuangan) berpengaruh positif terhadap integrated reporting, dimana hasil penelitian tersebut tidak sesuai dengan hasil dari penelitian ini . Dari sisi pemerintah sendiri juga telah mengeluarkan aturan dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 55 Tahun 2015 yang menyatakan bahwa komite audit juga harus memiliki keahlian dan kriteria tertentu, dimana dalam menjalankan tugasnya anggota komite audit wajib memiliki integritas tinggi, kemampuan penegtahuan, pengalaman yang sesuai dengan bidang pekerjaan serta mampu berkomunikasi dengan baik. Selain itu untuk anggota komite audit juga wajib memiliki paling sedikit satu (1) anggota yang berlatar belakanag pendidikan dan keahlian di bidang akuntansi dan keuangan.
Disisi lain melihat hasil penelitian ini yang nenunjukkan arah negatif maka hal tersebutut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mandalika, Hemanti, Handajani (2019) yang hasil penelitiannya keahlian komite audit ditad berpengaruh secara signifikan terhadap luas Integtrated Reporting.
Hal tersebut terjadi karena tidak hanya jumlah dari komite audit sendiri namun keahlian komitea audit juga diperlukan untuk mendukung adanya pengungkapan Integrated Reporting yang baik dalam suatu perusahaan. Olehnya semakin tinggi keahlian komite audit di bidang akuntansi dan keuangan maka belum tentu akan
meningkatkan kualitas
pengungkapan Integrated Reporting namun justru bisa sa menurunnkann kualitas karena yang dibutuhkan tidak hanya keahlian di bidang akuntansi dan keuangan. Selain keahlian di bidang keuangan dan akuntansi namun komite audit juga harus memiliki keahlian lain, seperti keahlian dalam tata kelola dan keahlian industri dalam menghasilkan kualitas pelaporan perusahaan (Bédard et al., 2004 dalam Haji & Anifowose, 2016).
Selain itu, komite audit juga harus di dorong untuk memiliki keahlian yang relevan, termasuk dalam bidang industri, teknologi, hukum, kepemimpinan, dan tata kelola (Baatwah et al., 2013).
Sehingga dapat dikatakan bahwa keahlian komite audit yang terdapat dalam perusahaan mempengaruhi pengungkapan Integrated Reporting dengan arah yang negatif karena tidak hanya keahlian dibidangg keuangan dan akuntansi saja yang dibutuhkan namun juga ada keahlian lain yang dibutuhkan untuk
meningkatkan kualitas pengungkapan Integrated Reporting.
Dilihat dari hasil penelitian ini maka dapat mengacu drai teori keagenan yang mentakan bahwa adanya hubungan kontraktual antara agen dan prinsipal untuk melakukan beberpa kegiatan. Dimana dalam hal ini prisnsipal memberikan kepercayaan kepada agen untuk melakukan sejumlah jasa sesuai dengan kepentingan prinsipal yang didelegasikan kepada agen termasuk dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan maka prinsipal juga mendirikan adanya suatu kontrak dan bersedia mengeluarkan biaya pemantauan untuk membatasi aktivitas agen yang menyimpang. Hal ini lah yang
dilakukan oleh komite audit olehnya keahlian yang dimiliki oleh komite audit tidak hanya terbatas pada bidang akuntansi dan keuang saja namun juga keahlian yang berhubungan dengan kondisi yang dibutuhkan perusahaan. Sehingga dapat dikatakan jika dalam suatu perusahaan apabila komite auditnya secara keseluaruhan dari jumlah anggota hanya memiliki keahlian di bidang akuntansi dan keuangan maka dapat menurunkan kualitas pengungkapan Integrated Reporting.
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian Keuangan Republik Indonesia. (2015, April 28).
PERATURAN MENTER!
KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 /PMK.06/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PADA PERUSAHAAN
PERSEROAN (PERSERO) DI BAWAH PEMBINAAN DAN PENGAWASAN MENTERI KEUANGAN.
Retrieved Desember 11, 2020 from djkn.kemenkeu.go.id:
https://www.djkn.kemenkeu.
go.id/2013/peraturan/detail/p mk-nomor-88pmk062015 Ahmad, R. (2017). Pengaruh Komite
Audit, Ukuran Perusahaan, Ukuran KAP terhadap
Tingkat Keselarasan Laporan Tahunan Dengan Rerangka Integrated Reporting. Jurnal Nominal/Volume VI/Nomor2, 134.
Aisyah Kustiani, N. (2016).
Penerapan Elemen-Elemen Integrated Reporting Pada Perusahaan Yang Tedaftar di Bursa Efek Indonesia.
Alhasani, A. (2019). PENGARUH EFEKTIVITAS KOMITE AUDIT TERHADAP
RISIKO PERUSAHAAN DENGAN KUALITAS INTEGRATED
REPORTINGSEBAGAI VARIABEL
INTERVENING. 144-148.
Arum, D. (2019). PENGARUH UMUR PERUSAHAAN, PROFITABILITAS DAN KOMITE AUDIT
TERHADAP INTEGRATED REPORTING. Jurnal
Akuntansi AKUNESA Vol 7, No 2 , 9-23.
Baatwah, S. S. (2013). Whether Audit Commitee Financial Expertise Is the Only Relevant Expertise : A Review of AUdit Commitee Expertise and Timeliness of Finacial Reporting. Issues in Social and Environmental Accounting, 86-101.
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) . (24, September 2004).
PERATURAN NOMOR IX.I.5:PEMBENTUKAN DAN PEDOMAN
PELAKSANAAN KERJA KOMITE AUDIT. Retrieved Desember 11, 2020 from adams.co.id:
https://adams.co.id/rule/BAP EPAM/Emiten/ix_i_5.htm Chariri, A. &. (2017).
EKSPLORASI ELEMEN INTEGRATED
REPORTING DALAM ANNUAL REPORTS PERUSAHAAN DI INDONESIA. Jurnal Akuntansi/Volume XX1 No.03, 411-413.
De Villiers, C. d., & Jeffrey Unerman, R. (2014).
Integrated Reporting : Insights,gasps and an agenda for fouture research.
Accounting, Auditing &
Accountability Journal, 1054.
Edward, F., & Reed, D. .. (1983).
Stockholders and Stakeholders: A New Perspective on Corporate Governance. Vol. XXV No.3, 88.
Eufosif, A. &. (2013, Juni 27). What di Investors Expect from Non- Financial Reporting?
Retrieved September 10, 2020 from
www.accaglobal.com:
https://www.accaglobal.com/
uk/en/technical- activities/technica
Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan
Program IBM SPSS 25 Edisi
9. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Haji, A. .. (2016). Audit Committee and Integrated Reporting Practise : Does Internal Assurance Matter.
Managerian Auditing Journal (318/9).
International Integrated Reporting Council. (2013). The International <IRL Framework.
Jensen, M., & Meckling, W. (1976).
THEORY OF THE FIRM:
MANAGERIAL
BEHAVIOR AGENCY COSTS AND OWNERSHIP STRUCTURE. Journal of Financial Economics 3, 307- 310.
Lilik, M. L. (2019). Pengaruh Corporate Governance Terhadap Luas Integrated Reporting dan Implikasinya dalam NIlai Perusahaan. E- JA e-Jrrnal akuntansi, 30 No 3, 556-570.
Muhamad, Z. (2019, Oktober). Apa yang dimaksud dengan Teori Agensi? Retrieved September 09, 2020 from dictio.id:
https://www.dictio.id/t/apa- yang-dimaksud-dengan-teori- agensi/117344/2
Mutiara. (2019). PENGARUH EFEKTIVITAS KOMITE