• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asal dan Habitat Tanaman Pare

Departemen pertanian Republik Indonesia tahun 2002 menjelaskan pare (Momordica charantia L.) merupakan tumbuhan dataran rendah yang seluruh bagian dari tanaman ini dimanfaatkan sebagai obat bagi manusia. Selain itu, batangnya mempunyai alat pembelit yang terletak didekat daun. Tanaman yang merupakan sayuran buah ini mempunyai daun berbentuk menjari berbentuk kaki tanpa daun menumpu dengan bunga yang berwarna kuning. Permukaan buahnya berbintil-bintil dan rasa buahnya pahit. Tanaman ini berkelamin tunggal dan berumah satu/dua. (Sunarjo, 2013).

Pare merupakan tanaman sayuran buah, dahulu tanaman pare kurang diminati, tanaman ini hanya ditanam sebagai usaha smbilan mengingat rendahnya permintaan dari konsumen, sekarang dunia pare mulai semarak dengan munculnya hasil-hasil penelitian tentang potensi tanaman tersebut, terutama mengenai kandungan zat dan varietas-varietas baru yang lebih unggul dalam hal rasa dan penampakan, akhirnya sayuran ini mampu merambah ke supermarket, langkah ini menunjukan bahwa pare telah membentuk citra sendiri (Kristiawan,2011).

Pare termasuk salah satu tanaman sayur yang berpotensi bila dibudidayakan secara intensif dalam sekala agribisnis. Namun masih banyak petani yang hanya membudidayakan sebagai usaha sampingan. Padahal peluang pasar

(2)

terbuka luas mulai dari pasar-pasar lokal hingga pasar swalayan di kota-kota besar (Rukmana,2007).

Tanaman Pare merupakan tanaman yang bukan berasal dari Indonesia.

Menurut Kristiawan et al., (2011) tanaman pare diduga berasal dari daerah beriklim tropis tepatnya di Asia tropis terutama daerah India bagian barat, yakni Assam dan Burma. Belum ditemukan informasi terinci kapan tanaman ini mulai masuk ke Indonesia. Hal ini diperkuat dengan pendapat Gupta et al., (2011)

Momordica charantia (Sumber: Gupta et al., 2011) juga menjelaskan

bahwa tanaman pare merupakan tanaman yang berasal dari daerah tropis serta banyak ditanam di India dan bagian lainnya dari benua India, Asia Tenggara, Cina, Afrika, Karibia, dan Amerika Selatan. Menurut Cahyadi (2009) tanaman pare tumbuh dengan baik di dataran rendah dan dapat ditemukan tumbuh liar di tanah terlantar, tegalan, serta dibudidayakan atau ditanam di pekarangan dengan dirambatkan di pagar untuk diambil buahnya. Tanaman ini tidak memerlukan banyak sinar matahari, sehingga dapat tumbuh subur di tempat-tempat yang sedikit terlindung. Jadi tanaman pare merupakan tanaman yang cocok di tanam di daerah dataran rendah dan dapat tumbuh pada tempat yang sedikit terkena cahaya matahari.

(3)

2.2 Klasifikasi dan Morfologi tanaman Pare

Menurut Kumar dan Bhowmik (2010) klasifikasi buah pare adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Cucurbitales

Famili : Cucurbitaceae

Genus : Momordica

Spesies : Momordica charantia L

a. Batang

Tanaman pare memiliki batang berusuk lima, panjang kurang lebih 2-5 m, dan pada batang tanaman yang masih muda berambut rapat. Batang pare dapat mencapai panjang 5 cm dan membentuk segi lima (Suanto,2010), di bawa ini merupakan dari batang tanman pare :

Gambar 1. Batang pare

(4)

b. Daun

Tanaman pare berdaun tunggal, bertangkai panjang mulai dari 1,5-5,3 cm, kedudukannya berseling, bentuk bulat panjang, helai daun berbagi 5-7, pangkal daun berbentuk jantung dengan panjang kurang lebih 3,5-8,5 cm, lebar 2,5-6 cm, berwarna hijau tua, tunggal, berbulu, berbentuk lekuk, dan bertangkai sepanjang kurang lebih lebih 10 cm (Suanto, 2010), di bawa ini merupakan dari daun tanman pare :

Gambar 2. Daun pare

c. Bunga

Bunga tanaman pare bertipe tunggal, memiliki 2 kelamin dalam satu pohon, tangkai bunga panjang dan mahkota bunga berwarna kuning (anonym,2010). di bawa ini merupakan dari bunga tanman pare :

Gambar 3. Bunga pare

(5)

d. Buah

Buah pare berwarna hijau (muda) sampai jingga (tua), bentuk bulat memanjang dengan 8-10 rusuk, permukaan buah berbintil-bintil tidak beraturan, panjang 8-30 cm, bila dikonsumsi rasanya pahit. Meski rasanya terasa pahit tapi buah ini digemari masyarakat karena dapat mengobati penyakit seperti luka, demam, campak, hepatitis dan diabetes ( Subhar, 2004) di bawa ini merupakan dari buah tanman pare :

Gambar 4. Buah pare

2.3 Macam-macam Tanaman Pare

Menurut Sebayang, Yusuf, dan Harahap (2015) ada beberapa jenis pare yang terdapat di pasaran antara lain pare gajih, pare hijau, pare import dan pare belut. Jenis pare tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pare Gajih

Pare gajih merupakan jenis pare yang paling banyak disukai dan dibudidayakan oleh masyarakat. Pare ini biasa dikenal dengan sebutan pare putih atau pare mentega. Bentuk buahnya panjang dengan ukuran 30-50 cm dengan diameter buah 3-7 cm serta memiliki berat 200-500 gram/buah, di bawa ini merupakan dari buah tanman pare :

(6)

Gambar 5. Buah pare gajih Sumber : Genpi sehat, 2021

2. Pare hijau

Pare hijau merupakan pare yang berwarna hijau berbentuk lonjong, kecil dengan bintil agak halus pada buahnya. Panjang buah pare hijau 15-20 cm. Daging buahnya tipis dan rasanya pahit. Pemeliharaan pare hijau ini tergolong mudah, karena tanpa lanjaran atau para-para tanaman pare hijau ini sudah bisa tumbuh dengan baik, di bawa ini merupakan dari buah tanman pare hijau :

Gambar 6. Buah pare hijau Sumber : the quit.com, 2021

3. Pare Import

Pare import merupakan pare yang berasal dari taiwan. Varietas pare import yang beredar di Indonesia meliputi known-you green, known-you now, dan 10 moonshine dengan perbedaan yang dapat dilihat dari permukaan kulit, kecepatan tumbuh, bentuk buah dan ukuran buah. Pare ini sulit dibudidayakan karena benih pare ini merupakan hybrida yang final stock sehingga jika ditanam tidak dapat

(7)

menghasilkan bibit baru dan jika tetap ditanam akan menghasilkan produk yang jelek, di bawa ini merupakan dari buah tanman pare import :

Gambar 7. Buah pare import Sumber : LMA Agro, 2019

2.4 Syarat Tumbuh

2.4.1. Iklim

Kelembaban relative udara (RH) yang dikehendaki oleh tanman untuk pertumbuhan antara 50% - 85% sementara curah hujan yang diinginkan tanman syuran ini antara 200 – 400 mm curah ujan yang terlalu tinggi tidak baik untuk tanamana sayuran ini terlebih pada saat mulai berbunga karena curah hujan yang sangat tinggi akan banyak menggugurkan bunga (Supena,2005).

Cahaya merupakan paktor yang sangat penting dalam pertumbuhan tanaman pare, penyerapan unsur hara akan berlangsung dengan optimal jika pencahayaan berlangsung antara 8-12 jam /hari (supena,2005) tanaman pare yang tumbuh baik pada daerah dengan suhu 22-30°C ini lebih banyak ditemukan di

(8)

dataran rendah. Tanaman pare membutuhkan iklim kering dan sinar matahari yang cukup (tempat terbuka) (Sujarsono,2007)

2.4.2. Tanah

Tanaman pare akan tumbuh baik di ketinggian 0-100 m diatas permukaan laut, diketinggian lebih dari 1.000 meter diatas permukaan laut tanaman pare harus menggunakan mulsa plastic perak hitam karena diketinggian tersebt suhu tanah kurang dari 18°C dan suhu kuirang dari 25°C (Sumpena, 2005) Pada dasarnya pare dapat tumbuh dan beradaptasi di hampir semua jenis tanah. Tanah mineral yang bertekstur ringan sampai pada tanah yang bertekstur liat berat dan juga pada tanah organik seperti lahan gambut. Kemasaman tanah yang opimal adalah 5,5-6,5. Tanah yang banyak mengandung air, terutama pada frekuensi berbunga merupakan jenis tanah yang baik untuk penanaman pare diantaranya alluvial, latosol dan andosol (Sumpena, 2005)

2.5 Varietas

Penggunaan varietas unggul ( hibrida ) merupakan langkah awal dalam kegiatan budidaya pare (Momordica charantia L.) yang intesif. pare hibrida merupakan hasil persilangan antara dua induk yang memiliki sifat-sifat unggul.

Hasilnya memiliki sifat yang lebih unggul dari induknya.

Sebelum melakukan usaha budidaya mentimun hibrida dimulai, harus diketahui terlebih dahulu bebrapa sifat-sifat varitas mentimun hibrida, diantaranya:

(9)

2.5.1. Varietas Lipa F1

Paria hibrida berwarna hijau segar dengan adaptasi yang sangat luas. cocok untuk dataran rendah sampai menengah pada tanah berpasir atau liat, vigor tanaman bagus mampu beradaptasi segala musim baik di musim hujan maupun kemarau, bentuk buah silindris ujung menumpul, bobot 200 g - 250 g, keras dan toleran retak, cukup tahan serangan layu Fusarium, bercak mata kodok dan embun bulu, umur panen mulai 42 - 45 HST, hasil 3 - 4 kg/tanaman, 35 - 40 ton/ha.

2.5.2. Varietas Oktan F1

Paria hibrida cocok ditanam dataran rendah, vigor bagus, buah hijau segar, ukuran buah 30-35 cm x 6 cm, bobot 300 - 400 g/buah, rasa pahit, umur panen mulai 42 - 45 HST, potensi hasil 3 - 4 kg/tanaman, 40 - 50 ton/ha.

2.5.3. Varietas Opal F1

Paria hibrida berwarna hijau gelap mengkilap dengan cucuk buah yang mulus. bentuk buah sangat sesuai untuk pasar Jawa Barat. Cocok untuk ditanam di dataran rendah - menengah. panjang buah sekitar 26 cm. tanaman vigor dan mampu dipanen sampai umur tua. Percabangan banyak dan mulai dipanen di umur 42 HST Tips menanam: untuk mendapatkan buah yang lebih optimal, disarankan ditanam

di dataran menengah

.

(10)

2.5.4. Varietas Raden F1

Paria hibrida cocok ditanam dataran rendah, vigor bagus, buah hijau segar, ukuran buah 30-35 cm x 6 cm, bobot 300 - 400 g/buah, rasa pahit, umur panen mulai 42 - 45 HST, potensi hasil 3 - 4 kg/tanaman, 40 - 50 ton/ha

2.6 Pentingnya Bahan organik tanah

Bahan organik tanah umumnya berasal dari jaringan tanaman. Residu tanaman mengandung 60- 90% air dan sisa bahan keringnya mengandung karbon (C), oksigen, hidrogen (H), dan sejumlah kecil sulfur (S), nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), dan magnesium (Mg). Meskipun jumlahnya sangat kecil, namun unsur hara ini sangat penting dari kesuburan tanah (Bot and Benites 2005).

Menurut Bot dan Benites (2005) sebagai penyumbang unsur hara bagi tanah, bahan organik memiliki peranan kunci sebagai:

1. Bahan organik yang berasal dari residu tanaman yang mengandung unsur hara essensial bagi tanah kemudian terakumulasi sebagai sumber makanan bagi tanaman.

2. Bahan organik yang sudah stabil (humus) berfungsi mengadsorpsi dan menahan unsur hara dalam bentuk tersedia bagi tanaman. Fungsi penting humus dalam tanah adalah meningkatkan efisiensi pupuk, memperpanjang waktu pemanfaatan N, meningkatkan serapan hara tanaman terutama P dan Ca mengurangi risiko serangan hama dan penyakit tanaman dengan keseimbangan fungsi hara dalam tanah, membuffer Salinitas dalam tanah, dan sebagai katalis meningkatkan status C dalam tanah (Brady and Weil 2002

(11)

2.7 Mulsa Organik

Mulsa organik dapat berfungsi sebagai pelindung permukaan tanah sehingga dapat menekan terjadinya pengupan tanah yang berlebihan pada saat siang hari dan memperlambat aliran permukaan dan mampu menambah bahan organik tanah karena mudah lapuk sehingga unsur hara dalam tanah terpenuhi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh mulsa jerami padi lebih baik dibanding perlakuan pemberian mulsa organik lainnya terhadap pengamatan jumlah daun.

Mulsa jerami padi lebih baik dalam menghambat penguapan air dari permukaan tanah dan mulsa jerami padi memiliki kandungan hara yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman (Ramli,2009)

2.7.1. Mulsa jerami

Pemberian mulsa jerami padi adalah untuk menghambat penguapan yang cukup tinggi khususnya pada daerah-daerah tropis dan mulsa jerami padi lebih baik dalam menghambat penguapan air dari permukaan tanah. Mulsa jerami mampu mengurangi pertumbuhan gulma yang ada dilahan penelitian dan dapat menjaga kelembaban dalam tanah sehingga mendorong aktifitas mikroorganisme tanah tetap aktif dalam mendekomposisi bahan organik untuk mensuplai kebutuhan unsur hara yang dibutuhkan pada pertumbuhan organ vegetatif tanaman, mulsa jerami padi merupakan mulsa yang bersifat sarang dan dapat mempertahankan suhu dan kelembaban tanah, memperkecil penguapan air tanah sehingga tanaman yang tumbuh pada tanah tersebut dapat hidup dengan baik (Ramli,2009)

(12)

Pemberian mulsa organik jerami padi mampu meningkatkan berat segar per buah, berat segar per tanaman, volume buah, berat kering bagian atas tanaman dan berat kering akar yang paling berat pada tanaman mentimun (Fitriani et al, 2017).

Hasil penelitian (Manurung et al, 2016) terhadap 3 perlakuan pemberian mulsa jerami padi sebanyak 7 ton/ha, 14 ton/ha dan 21 ton/ha, menyatakan bahwa semakin tinggi jumlah mulsa yang diberikan maka semakin tinggi efisiensi pengendalian gulma. Doring et al. (2006) menyatakan bahwa mulsa jerami mempunyai daya pantul lebih tinggi di bandingkan dengan mulsa plastik.

Sifat dari jerami padi memiliki beberapa kandungan serat kasar yang tinggi, kurang palatabel, dan sifat amba yang tinggi. Menurut penelitian jerami padi mengandung 84,22% bahan kering (BK), 4,60% protein kasar (PK), 28,86% serat kasar (SK), 1,52% lemak kasar (LK), 50,80% bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) biasa lihat di lampiran 6. Tingginya kandungan lignin dan silika pada jerami padi menyebabkan daya cernanya menjadi rendah dan mempunyai kandungan mencapai 7,46% dan 11,45%. Kandungan nutrisi jerami padi berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh umur panen, jenis padi serta lokasi (Haryanto, 2003)

2.7.2. Sekam Padi

Pengaplikasian mulsa sekam padi dapat meningkatkan kandungan bahan organik, meningkatkan nutrisi dan menjadikan tanah lebih produktif (Ogban,2009).

bahwa adanya interaksi mulsa sekam padi dan jenis tanaman yang memberikan pengaruh signifikan terhadap C/N rasio dalam tanah, kalsium dan keasaman dalam tanah, bahwa adanya interaksi mulsa sekam padi dan jenis tanaman yang

(13)

memberikan pengaruh signifikan terhadap C/N rasio dalam tanah, kalsium dan keasaman dalam tanah. ( Eze, et.al 2015 ) Pemberian mulsa sekam padi berpengaruh terhadap tinggi tanaman pada umur 2, 4, 6, dan 8 MST 9 dan terhadap jumlah polong pertanaman pada tanaman kacang tanah (Nurdin, et.al 2019), terdapat 3 perlakuan pemberian mulsa sekam padi sebanyak 9 ton/ha, 10,5 ton/ha dan 12 ton/ha. Perlakuan pada 12 ton/ha memberikan pengaruh yang signifikan terhadap jumlah daun, lebar daun, dan volume sayuran kubis (Ramli, 2017)

Arang sekam memiliki karakteristik yang ringan (Berat jenis 0,2 kg/l), kasar sehingga sirkulasi udara tinggi, porositas yang baik dan menyerap air rendah. Arang sekam mengandung silika (Si) yang cukup tinggi yakni sebesar 16,98%, meskipun begitu silika (Si) bukanlah unsur hara yang esensial atau sangat dibutuhkan tanaman. Keberadaan unsur silika (Si) diketahui dapat memperbaiki sifat fisik tanah atau media tanam, sehingga berpengaruh terhadap kelarutan P dalam tanah. Jika unsur silika (Si) dalam tanah kurang dari 5%, maka tegak tanaman tidak kuat dan mudah roboh. Kandungan pada arang sekam dapat dilihat di lampiran 7.(DPP Puslutan,2021)

Referensi

Dokumen terkait

Perlu diulang kembali bahwa tugas unit pendingin adalah menjaga kondisi suatu ruangan agar berada pada suhu dan kelembaban tertentu yang umumnya lebih rendah

Selanjutnya dijelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap populasi hewan tanah adalah: kelembaban, suhu (temperatur), pH tanah, bahan oraganik tanah, vegetasi dan

Perawatan adalah suatu konsepsi dari semua aktifitas yang diperlukan untuk menjaga atau mempertahankan kualitas peralatan agar tetap dapat berfungsi dengan baik seperti

C-Organik penting untuk mikroorganisme tidak hanya sebagai unsur hara, tetapi juga sebagai pengkondisi sifat fisik tanah yang mempengaruhi karakteristik agregat dan air

Adapun tujuan dari pemberian mulsa cangkang pada bibit kelapa sawit adalah untuk menekan pertumbuhan gulma sehingga dapat mengurangi biaya perawatan dan

Secara teknis, penggunaan mulsa dapat memberikan keuntungan antara lain, menghemat penggunaan air dengan laju evaporasi dari permukaan tanah, memperkecil fluktuasi suhu

Tekanan tinggi pada otot bahu akan menyebabkan meningkatnya aktifitas kontraksi otot dimana dapat mendorong terjadinya peningkatan pada keduanya yaitu kelelahan

Sebagai contoh dari keterkaitan tersebut yakni keunikan sifat lahan akan mendorong pergeseran aktifitas penduduk perkotaan ke lahan yang terletak di pinggiran kota