• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemakaian konjungsi pada kolom tajuk surat kabar Harian Jogja edisi November 2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemakaian konjungsi pada kolom tajuk surat kabar Harian Jogja edisi November 2015."

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

i

ABSTRAK

Haning, Sarlyn Esthy Andini. 2016. Pemakaian Konjungsi pada Kolom Tajuk

Surat Kabar Harian Jogja Edisi November 2015. Skripsi. Yogyakarta:

PBSI, FKIP, USD.

Penelitian ini mengkaji pemakaian konjungsi pada kolom Tajuk Surat

Kabar Harian Jogja Edisi November 2015. Tujuan penelitian ini untuk

mendeskripsikan konjungsi yang dipakai dan kesalahan pemakaian konjungsi.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Pengumpulan data

pada penelitian ini mencakup pengumpulan surat kabar Harian Jogja edisi

November 2015, membaca kolom tajuk dan menggarisbawahi kalimat yang

mengandung konjungsi, mengelompokkan konjungsi sesuai jenis dan tanggal

terbitnya, melakukan identifikasi data, dan langkah yang terakhir adalah analisis

data untuk memperoleh frekuensi pemakaian konjungsi dan kesalahan pemakaian

konjungsi. Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan cara mencermati

pemakaian konjungsi satu per satu, mencatat, mengklasifikasi dan menjelaskan

hasil temuan berupa konjungsi yang dipakai dan berbagai kesalahan yang

ditemukan pada kolom Tajuk surat kabar Harian Jogja.

Dari hasil analisis dapat ditarik kesimpulan: pertama, secara keseluruhan

ada 1.255 kali pemakaian konjungsi dan 34 jenis konjungsi yang dipakai.

Konjungsi yang diperoleh dibedakan menjadi konjungsi yang kedudukannya

sederajat (koordinatif) dan konjungsi yang kedudukannya tidak sederajat

(subordinatif). Konjungsi yang kedudukannya sedejarat (koordinatif) terdapat 454

kali dipakai dan konjungsi yang kedudukannya tidak sederajat (subordinatif)

terdapat 801 kali dipakai. Kedua, terdapat 34 kesalahan pemakaian konjungsi yang

terdiri dari kesalahan pemakaian konjungsi jika 3, konjungsi dan 8 kesalahan,

konjungsi namun 7 kesalahan, konjungsi bahkan 5 kesalahan, konjungsi yang 4

kesalahan, konjungsi tapi 4 kesalahan, konjungsi kemudian 1 kesalahan dan

konjungsi maka 2 kesalahan.

(2)

ii

ABSTRACT

Haning, Sarlyn Esthy Andini. 2016. The Use of Conjunctions in Editorials on

Harian Jogja Newspapers November 2015 Edition. Thesis. Yogyakarta:

PBSI, FKIP, USD.

This study examines the use of conjunctions in editorials on Harian Jogja

Newspapers November 2015 Edition. The aim of this study is to describe the used

conjunctions and usage errors conjunction.

This is a descriptive qualitative study. The data collection in this study

included collecting the Harian Jogja Newspapers November 2015 edition, reading

the editorials and underlining the sentences that contain the conjunctions, grouping

the conjunctions based on the types and the dates, identifying the data, and

analyzing the data to obtain the frequency of used conjunctions and usage errors

conjunction. The data analysis in this study was done by examining the used

conjunction one by one, making the list, clarifying and describing the result that

consist of the used conjunctions and various errors that was found in the editorial

on Harian Jogja Newspapers.

From the analysis of data, it can be concluded: first, overall, there are 1.255

conjunctions used and 34 type kinds of conjunction used. The obtained conjunction

was differentiated to be conjunctions with the same level (coordinative) and

conjunction with the different level (subordinate). There are 454 coordinative

conjunctions and 801 subordinate conjunctions used. Second, there are 34 usage

errors conjunction that consist of 3 errors jika, 8 errors of dan, 7 errors of namun, 5

errors of bahkan, 4 errors of yang, 4 errors of tapi, 1 errors of kemudian, and 2

errors of maka.

(3)

i

PEMAKAIAN KONJUNGSI PADA KOLOM TAJUK

SURAT KABAR HARIAN JOGJA EDISI NOVEMBER 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh:

Sarlyn Esthy Andini Haning

121224055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Tuhan Yesus Kristus yang selalu menguatkan dan menolongku serta

memberi harapan dalam hidupku.

Bapak Daniel Filipus Haning dan Ibu Carolina Elisabeth Tali Lay yang

selalu mendoakan, mendukung, dan selalu memberikan perhatian, serta

memenuhi segala kebutuhanku.

(7)

v

MOTO

Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya,

dan Ia akan bertindak;

(Mazmur 37:5)

“AKU TA

HU, AKU TIDAK SEUTUHNYA SEMPURNA, TETAPI

PASTI ADA SESUATU DALAM DIRIKU YANG SANGAT INDAH”

(Mario Teguh)

Orang tidak bisa sampai kepada fajar kecuali melalui malam.

(Kahlil GIBRAN)

Melihat-lihat tidak salah, t

etapi bila kita terlalu sering „melihat

-

lihat‟,

perjalanan kita akan terasa jauh lebih panjang dan kita tak mudah

(8)
(9)
(10)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat dan berkat-

Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Pemakaian

Konjungsi pada Kolom Tajuk Surat Kabar Harian Jogja

Edisi November 2015”

dapat peneliti selesaikan dengan baik.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana pada Program Studi Pendidikan Bahasa Satra Indonesia, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Peneliti

menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini banyak mendapatkan bimbingan,

bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti

mengucapkan terima kasih kepada:

1.

Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2.

Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Bahasa Sastra Indonesia

3.

Dr. Y. Karmin, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing, terima kasih atas

bimbingan, dukungan, dan kesabaran yang telah diberikan selama proses

penyusunan skripsi ini.

4.

Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia atas ilmu

dan inspirasi selama proses belajar peneliti.

5.

Robertus Marsidiq selaku Staf Sekretariat Program Studi Pendidikan Bahasa

Sastra Indonesia yang telah membantu membereskan seluruh administrasi

dan persyaratan sampai akhirnya peneliti dapat mengujikan penelitian ini.

6.

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah menyediakan buku-buku

sebagai sumber referensi dan informasi.

7.

Kedua orang tua Daniel Felipus Haning dan Carolina Elisabet Tali Lay serta

kakak Alvionita Wahy Haning dan adik Veby Anggreany Haning yang

senantiasa memberi cinta dan kasih sayang, dukungan, baik dukungan moril

dan materiil, semangat, serta doa yang tiada putusnya sehingga peneliti dapat

(11)
(12)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

ABSTRAK ... xiii

ABSTRACT ... xiv

BAB I PENDAHULUAN

………

... 1

1.1

Latar Belakang ... 1

1.2

Rumusan Masalah ... 4

1.3

Tujuan Penelitian ... 4

1.4

Manfaat Penelitian ... 5

1.5

Definisi Istilah ... 5

1.6

Sistematika Penyajian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI

………

... 7

2.1

Penelitian Terdahulu ... . 7

2.2

Konjungsi ... . 9

2.2.1

Macam Konjungsi ... 11

2.2.2

Rangkuman ... 13

2.2.3

Fungsi Konjungsi ... 15

2.2.4

Makna Konjungsi ... 18

(13)

xi

2.2.6

Tajuk (Rencana) ... 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 24

3.1

Jenis Penelitian ... 24

3.2

Data dan Sumber Data ... 25

3.3

Instrumen Penelitian ... 25

3.4

Teknik Pengumpulan Data ... 26

3.5

Teknik Analisis Data ... 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29

4.1

Deskripsi Data ... 29

4.2

Analisis Data ... 29

4.2.1

Frekuensi pemakaian konjungsi kolom Tajuk

Surat Kabar Harian Jogja Edisi November 2015 ... 29

4.2.2 Kesalahan Pemakaian Konjungsi pada kolom Tajuk

Surat Kabar Harian Jogja Edisi November 2015 ... 40

BAB V PENUTUP

………..

49

5.1

Kesimpulan ... 50

5.2

Implikasi ... 52

5.3

Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 53

LAMPIRAN ... 56

(14)

xii

DAFTAR TABEL

[image:14.595.85.511.198.627.2]

Tabel 1: Hasil Analisis Pemakaian Konjungsi ... 57

(15)

xiii

ABSTRAK

Haning, Sarlyn Esthy Andini. 2016. Pemakaian Konjungsi pada Kolom Tajuk

Surat Kabar Harian Jogja Edisi November 2015. Skripsi. Yogyakarta:

PBSI, FKIP, USD.

Penelitian ini mengkaji pemakaian konjungsi pada kolom Tajuk Surat

Kabar Harian Jogja Edisi November 2015. Tujuan penelitian ini untuk

mendeskripsikan konjungsi yang dipakai dan kesalahan pemakaian konjungsi.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Pengumpulan data

pada penelitian ini mencakup pengumpulan surat kabar Harian Jogja edisi

November 2015, membaca kolom tajuk dan menggarisbawahi kalimat yang

mengandung konjungsi, mengelompokkan konjungsi sesuai jenis dan tanggal

terbitnya, melakukan identifikasi data, dan langkah yang terakhir adalah analisis

data untuk memperoleh frekuensi pemakaian konjungsi dan kesalahan pemakaian

konjungsi. Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan cara mencermati

pemakaian konjungsi satu per satu, mencatat, mengklasifikasi dan menjelaskan

hasil temuan berupa konjungsi yang dipakai dan berbagai kesalahan yang

ditemukan pada kolom Tajuk surat kabar Harian Jogja.

Dari hasil analisis dapat ditarik kesimpulan: pertama, secara keseluruhan

ada 1.255 kali pemakaian konjungsi dan 34 jenis konjungsi yang dipakai.

Konjungsi yang diperoleh dibedakan menjadi konjungsi yang kedudukannya

sederajat (koordinatif) dan konjungsi yang kedudukannya tidak sederajat

(subordinatif). Konjungsi yang kedudukannya sedejarat (koordinatif) terdapat 454

kali dipakai dan konjungsi yang kedudukannya tidak sederajat (subordinatif)

terdapat 801 kali dipakai. Kedua, terdapat 34 kesalahan pemakaian konjungsi

yang terdiri dari kesalahan pemakaian konjungsi jika 3, konjungsi dan 8

kesalahan, konjungsi namun 7 kesalahan, konjungsi bahkan 5 kesalahan,

konjungsi yang 4 kesalahan, konjungsi tapi 4 kesalahan, konjungsi kemudian 1

kesalahan dan konjungsi maka 2 kesalahan.

(16)

xiv

ABSTRACT

Haning, Sarlyn Esthy Andini. 2016. The Use of Conjunctions in Editorials on

Harian Jogja Newspapers November 2015 Edition. Thesis. Yogyakarta:

PBSI, FKIP, USD.

This study examines the use of conjunctions in editorials on Harian Jogja

Newspapers November 2015 Edition. The aim of this study is to describe the used

conjunctions and usage errors conjunction.

This is a descriptive qualitative study. The data collection in this study

included collecting the Harian Jogja Newspapers November 2015 edition,

reading the editorials and underlining the sentences that contain the conjunctions,

grouping the conjunctions based on the types and the dates, identifying the data,

and analyzing the data to obtain the frequency of used conjunctions and usage

errors conjunction. The data analysis in this study was done by examining the

used conjunction one by one, making the list, clarifying and describing the result

that consist of the used conjunctions and various errors that was found in the

editorial on Harian Jogja Newspapers.

From the analysis of data, it can be concluded: first, overall, there are

1.255 conjunctions used and 34 type kinds of conjunction used. The obtained

conjunction was differentiated to be conjunctions with the same level

(coordinative) and conjunction with the different level (subordinate). There are

454 coordinative conjunctions and 801 subordinate conjunctions used. Second,

there are 34 usage errors conjunction that consist of 3 errors jika, 8 errors of dan,

7 errors of namun, 5 errors of bahkan, 4 errors of yang, 4 errors of tapi, 1 errors of

kemudian, and 2 errors of maka.

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Bahasa merupakan alat komunikasi bagi manusia dalam kehidupan

sehari-hari. Kridalaksana (2008: 24) mengatakan bahwa bahasa adalah sistem lambang

bunyi yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama,

berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Keraf (2004: 1) mengemukakan bahwa

bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi

yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa adalah alat komunikasi bagi

manusia untuk menyampaikan gagasan, pikiran, pendapat, dan perasaan kepada

orang lain. Bahasa sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk

berkomunikasi.

Wujud pemakaian bahasa dapat berupa bahasa lisan dan tulis.

Mengungkapkan gagasan dalam bahasa tulis tidaklah mudah karena dalam bahasa

tulis tidak ada intonasi, gerak-gerik ataupun mimik yang dapat membantu

pemahaman terhadap gagasan yang hendak disampaikan oleh penulis. Oleh

karena itu, bahasa tulis harus lebih baik daripada bahasa lisan.

Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, kehadiran

media massa, baik berupa media cetak maupun media elektronik, semakin penting

bagi masyarakat. Fungsi media massa dimulai dari pengumpulan bahan atau

informasi sampai dengan penyajian kepada masyarakat dalam bentuk berita.

Media massa pada zaman sekarang ini, dijadikan tempat untuk memperoleh

(18)

tempat kejadian perkara untuk mengetahui kejadian yang sedang terjadi. Dalam

menyajikan berita kepada masyarakat, penggunaan bahasa menjadi faktor

terpenting. Dalam media cetak, misalnya surat kabar, penggunaan bahasa

merupakan faktor penting dalam mengungkapkan berbagai peristiwa yang terjadi.

Oleh karena itu, bahasa dalam media massa haruslah jelas dan mudah dipahami

oleh masyarakat.

Penguasaan tentang struktur kalimat adalah penguasaan tentang

unsur-unsur fungsional kalimat yang terdiri dari subjek (S), predikat (P), objek (O),

keterangan (K). Di samping unsur-unsur itu, dalam kalimat kadang-kadang masih

ada dua unsur, yaitu kata penghubung dan kata depan. Kata penghubung dan kata

depan adalah unsur penting yang sering terabaikan dalam pembentukan kalimat.

Selain itu, penggunaan kata penghubung yang kurang tepat akan mempengaruhi

makna, bahkan dapat mengubah makna kalimatnya.

Surat kabar banyak memuat wacana, baik itu pada kolom berita, kolom

opini, kolom tajuk, maupun kolom iklan. Dalam kolom-kolom itu dapat diamati

dan diteliti bagaimana pemakaian konjungsinya. Penggunaan bahasa dalam surat

kabar memiliki kekhasan sendiri. Tetapi, tidak dapat di memungkiri bahwa

kesalahan penggunaan kata penghubung dalam wacana tulis pada surat kabar

masih sering terjadi. Masalah yang akan diteliti oleh penulis adalah pemakaian

kata penghubung (konjungsi) dan kesalahan pemakaiannya pada kolom Tajuk

Surat Kabar daerah Harian Jogja edisi November tahun 2015. Penelitian ini

(19)

mendeskripsikan pemakaian konjungsi yang terdapat pada surat kabar daerah

Harian Jogja edisi November tahun 2015.

Tajuk rencana adalah opini redaksi berisi aspirasi, pendapat, dan sikap

resmi media pers terhadap persoalan potensial, fenomenal, aktual, dan atau

kontroversial yang terdapat dalam masyarakat (Sumadiria, 2004:81). Tajuk

rencana merupakan suatu opini dari redaksi tentang permasalahan-permasalahan

yang diangkat dalam koran tersebut. Tajuk rencana berusaha menbangun opini

dan mendorong pembaca agar berpikir kritis dalam menanggapi suatu masalah

dan mau bertindak sesuai dengan maksud penulis. Pada penelitian ini peneliti

memilih kolom tajuk karena tajuk mempunyai beberapa fungsi yang sangat

penting dalam penerbitan surat kabar, salah satunya yakni merupakan pandangan

dari redaksi suatu media massa dalam menanggapi suatu berita atau masalah yang

sedang hangat di tengah masyarakat. Pada surat kabar Harian Jogja mempunyai

kekhasan, yaitu menyebutkan kolom tajuk rencana hanya tajuk, sedangkan surat

kabar lainnya menggunakan tajuk rencana.

Surat kabar Harian Jogja termasuk salah satu harian surat kabar daerah

yang terbit setiap hari. Surat kabar Harian Jogja menyuguhkan berbagai macam

rubrik yang menarik, diantaranya yaitu kolom ekonomi bisnis, internasional,

olahraga, umum, humaniora, aspirasi dan yang menarik dari surat kabar Harian

Jogja memuat kolom khusus untuk informasi-informasi kota Jogja, baik berita

dari Sleman, Bantul, Kulonprogo.

Dalam penelitian ini tidak semua surat kabar yang terbit pada tahun 2015

(20)

tentang konjungsi yang terdapat pada kolom tajuk Harian Jogja edisi November

2015. Penulis memilih surat kabar daerah Harian Jogja sebagai bahan penelitian

pemakaian konjungsi khususnya pada kolom tajuk, dikarenakan surat kabar

Harian Jogja ini merupakan surat kabar daerah. Biasanya surat kabar daerah

masih pengaruh dengan penggunaan bahasa daerah. Selain itu, dari segi bentuk,

kata, kalimat, pemenggalan dalam kalimat, maupun strukturnya sering kali terjadi

kesalahan. Pemakaian konjungsi di dalam surat kabar daerah Harian Jogja ini

juga sering terjadi kesalahan yang dapat memberikan makna yang berbeda dengan

yang dimaksudkan.

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, rumusan pada

penelitian ini adalah

a. Konjungsi apa saja yang dipakai pada kolom Tajuk Surat Kabar Harian Jogja

edisi November tahun 2015 ?

b. Konjungsi apa saja yang salah pemakaiannya pada kolom Tajuk Surat Kabar

Harian Jogja edisi November tahun 2015 ?

1.3

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan yang

ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

a. Mendeskripsikan konjungsi yang dipakai pada kolom Tajuk Surat Kabar

Harian Jogja edisi November tahun 2015.

b. Mengidentifikasi kesalahan-kesalahan pemakaian konjungsi pada kolom Tajuk

(21)

1.4

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan

pengetahuan bagi bagi guru, mahasiswa PBSI, dan peneliti lain.

a. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat membantu guru dan calon guru dalam

pembelajaran bahasa, terutama dalam mengajarkan konjungsi kepada siswa dalam

membuat kalimat yang baik dan benar.

b. Bagi Mahasiswa PBSI

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada mahasiswa

PBSI tentang penggunaan konjungsi dalam surat kabar. Mahasiswa diharapkan

mendapatkan contoh penggunaan konjungsi yang baik dan benar. Selain itu,

mahasiswa dapat memperkaya wawasan dalam memahami jenis-jenis konjungsi,

fungsi konjungsi dan penggunaan konjungsi yang terdapat dalam media massa

khususnya surat kabar Harian Jogja.

c. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan menambah wawasan

tentang aspek kebahasaan, khususnya kata penghubung atau konjungsi.

1.5

Definisi Istilah

Untuk memberikan gambaran mengenai judul dan keseluruhan isi

penelitian ini, penulis memberikan beberapa batasan istilah yang digunakan dalam

(22)

a. Konjungsi

Konjungsi adalah kategori yang menghubungkan kata dengan kata, klausa

dengan klausa, atau kalimat dengan kalimat; bisa juga antara paragraf dengan

paragraf (Abdul Chaer, 2008: 81).

b. Koran

Koran merupakan lembaran kertas bertuliskan kabar (berita) dan

sebagainya, terbagi dalam kolom-kolom (8-9 kolom), terbit setiap hari atau secara

periodik (KBBI, 2011: 266).

c. Tajuk Rencana

Tajuk rencana merupakan tulisan yang berupa sikap atau pandangan surat

kabar dan majalah terhadap suatu berita atau peristiwa, kejadian, fakta, gagasan,

dan opini yang berkembang di tengah masyarakat (Barus, 2010: 142).

1.6

Sistematika Penyajian

Laporan penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I adalah Pendahuluan,

berisi latar belakang masalah yang akan diteliti, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian. Bab II adalah Landasan

Teori, berisi penelitian terdahulu dan kajian teori. Bab III adalah Metodologi

Penelitian, berisi jenis penelitian, sumber data, instrumen penelitian, teknik

pengumpulan data, serta teknik analisis data. Bab IV adalah Hasil Penelitian dan

Pembahasan, yang berisi deskripsi data dan hasil penelitian yang meliputi

konjungsi yang dipakai dan kesalahan yang terdapat dalam surat kabar Harian

Jogja, serta pembahasan. Bab V adalah Penutup, yang berisi kesimpulan,

(23)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1

Penelitian Terdahulu

Penelitian yang sejenis dengan penelitian ini adalah penelitian yang

dilakukan oleh Dwi Astuti (2006) dan penelitian yang dilakukan oleh Eka Ulfa

Rujiantika (2009). Penelitian Dwi Astuti (2006) berjudul

Penggunaan Konjungsi

Intrakalimat dalam Paragraf Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Wonosari,

Gunungkidul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2005/2006

”. Tujuan penelitian ini

adalah: (1) mendeskripsikan jenis-jenis konjungsi intrakalimat yang digunakan

oleh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta Tahun

Ajaran 2005/2006 dalam melengkapi paragraf, (2) mendeskripsikan jenis-jenis

konjungsi intrakalimat yang salah digunakan oleh siswa kelas VIII SMP Negeri 1

Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2005/2006 dalam melengkapi

paragraf.

Adapun hasil penelitiannya: (1) jenis-jenis konjungsi intrakalimat yang

digunakan oleh siswa dalam paragraf yaitu; konjungsi intrakalimat koordinatif,

konjungsi intrakalimat korelatif dan konjungsi intrakalimat subordinatif, (2)

kon-jungsi intrakalimat yang salah digunakan siswa dalam paragraf yaitu; konkon-jungsi

intrakalimat koordinatif ada 13,89%, konjungsi intrakalimat korelatif ada 1,57%

dan konjungsi intrakalimat subordinatif ada 10,14%.

Penelitian yang dilakukan oleh Eka Ulfa Rujiantika (2014) berjudul

(24)

Januari-April 2013

”. Tujuan penelitian ini adalah: (1) memperoleh deskripsi yang lengkap

mengenai jenis konjungsi intrakalimat dalam kolom Politik-Ekonomi Kompas

edisi Januari-April 2013, (2) memperoleh deskripsi yang memadai tentang fungsi

konjungsi intrakalimat sebagai penanda pertalian makna karena penggunaan

konjungsi bahasa Indonesia dalam kolom Politik-Ekonomi Kompas edisi

Januari-April 2013, dan (3) memperoleh deskripsi yang memadai tentang ketepatan

pemakaian konjungsi intrakalimat dalam bahasa Indonesia pada kolom

Politik-Ekonomi Kompas edisi Januari-April 2013.

Adapun hasil penelitiannya: (1) jenis konjungsi intrakalimat meliputi,

konjungsi subordinatif, konjungsi koordinatif, dan konjungsi korelatif, (2)

peng-gunaan konjungsi bahasa Indonesia dalam kolom Politik-Ekonomi Kompas edisi

Januari-April 2013 berfungsi sebagai penanda makna penjumlahan, pertentangan,

pemilihan, cara, alat, pengandaian, waktu, perbandingan, contoh, sebab, dan

kosesif. Fungsi konjungsi sebagai penanda atributif, (3) pemakaian konjungsi

intrakalimat dalam bahasa Indonesia pada sebagian besar kalimat dalam kolom

Politik-Ekonomi sudah tepat, namun ada beberapa penggunaan konjungsi yang

kurang tepat. Penggunaan konjungsi yang kurang tepat meliputi penempatan

konjungsi, pemilihan konjungsi, penggunaan konjungsi ganda, pemborosan

penggunaan konjungsi, dan penggunaan konjungsi tidak baku. Ketidaktepatan

penggunaan konjungsi yang banyak ditemukan adalah ketidaktepatan penempatan

konjungsi.

Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan oleh

(25)

meneliti konjungsi intrakalimat dalam paragraf siswa dan mengkaji penggunaan

konjungsi intrakalimat, sedangkan penelitian ini lebih mengkaji penggunaan

konjungsi intrakalimat dan antarkalimat dalam kolom Tajuk surat kabar Harian

Jogja edisi November tahun 2015.

P

enelitian Eka Ulfa Rujiantika (2014) yang berjudul “

Penggunaan

Konjungsi dalam Kolom Politik-Ekonomi Kompas edisi Januari-April 2013

meneliti penggunaan konjungsi dalam kolom Politik-Ekonomi. Kedua penelitian

terdahulu di atas memberikan gambaran bahwa penelitian yang dilakukan oleh

peneliti masih relevan untuk diteliti lebih lanjut karena sering kali pada

pemakaian konjungsi terdapat kesalahan. Keterkaitan penelitian yang dilakukan

oleh peneliti dengan kedua penelitian di atas bahwa yang menjadi subjek

penelitian sama-sama berupa konjungsi dalam suatu wacana. Selain itu, penelitian

ini akan mendeskripsikan pemakaian konjungsi pada surat kabar Harian Jogja

edisi November tahun 2015, dan menemukan kesalahan-kesalahan yang sering

terjadi.

2.2

Konjungsi (Kata Penghubung)

Menurut Abdul Chaer (2008: 103) konjungsi adalah kategori kata yang

bertugas menghubungkan kata dengan kata, frase dengan frase, klausa dengan

klausa, kalimat dengan kalimat, bahkan juga paragraf dengan paragraf. Ramlan

(2008: 39) mengemukakan bahwa konjungsi ialah kata yang berfungsi

menghubungkan kata/frasa/klausa dengan kata/frasa/klausa lain. Kridalaksana

(26)

untuk menggabungkan kata dengan kata, frase dengan frase, klausa dengan

klausa, kalimat dengan kalimat, atau paragraf dengan paragraf.

Menurut Kridalaksana (2008: 104-105) sesuai dengan makna

satuan-satuan yang dihubungkan oleh konjungsi, dapat dibedakan tugas-tugas konjungsi

berdasarkan makna yang ditimbulkan oleh konjungsi, seperti: penambahan,

pilihan, gabungan, perlawanan, temporal, perbandingan, sebab, akibat, syarat, tak

bersyarat, pengandaian, harapan, perluasan, pengantar objek, cara, perkecualian,

dan pengantar wacana.

Alwi (2010: 301) menyatakan bahwa konjungtor (konjungsi) atau kata

sambung adalah kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang

sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa.

Contoh:

(1)

Toni dan Ali sedang belajar matematika di kamar.

(2)

Tim ahli Indonesia dan utusan IMF berunding lebih dari seminggu.

(3)

Farida sedang membaca dan adiknya sedang bermain catur.

Dalam contoh (1) di atas kata dan menghubungkan dua kata Toni, Ali.

Contoh (2) kata dan menghubungkan frase tim ahli Indonesia dengan frase utusan

IMF. Pada contoh kalimat (3) kategori konjungsi dan menghubungkan klausa

Farida sedang membaca dengan klausa adiknya sedang bermain catur.

Ada beberapa bentuk seperti konjungsi karena, sejak, dan setelah dapat

menghubungkan kata, frasa, ataupun klausa. Dalam hubungannya dengan kata dan

frasa, bentuk-bentuk itu bertindak sebagai preposisi seperti contoh berikut.

(27)

Namun, dalam hubungannya dengan klausa, bentuk-bentuk karena, sejak,

dan setelah akan bertindak sebagai konjungsi seperti dalam contoh berikut.

(7)

Dia tidak kuliah karena uangnya habis.

(8)

Dia sudah tinggal di sini sejak dia berumur dua puluh tahun.

(9)

Kami boleh menemui dia setelah dia salat Jumat.

Dari pengertian para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa konjungsi atau

kata

penghubung

merupakan

kata

tugas

yang

dipergunakan

untuk

menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa,

kalimat dengan kalimat, atau paragraf dengan paragraf.

2.2.1

Macam Konjungsi

Konjungsi tidak hanya terdiri dari satu macam. Menurut Ramlan (2008:

40), berdasarkan sifat, konjungsi dibedakan menjadi dua, yaitu (1) konjungsi

koordinatif dan (2) konjungsi subordinatif. Konjungsi setara (koordinatif) adalah

konjungsi yang menghubungkan kata, frasa, atau klausa yang sejajar atau setara

(sama tingkatannya dan kedudukannya). Konjungsi tidak setara (subordinatif)

adalah konjungsi yang menghubungkan klausa atau kalimat yang kedudukannya

tidak setara atau konjungsi yang menghubungkan anak kalimat dan induk kalimat.

Apabila dilihat dari fungsinya dibedakan adanya dua macam konjungsi, yaitu

(1) konjungsi yang menghubungkan kata, klausa, atau kalimat yang

kedudukannya sederajat atau setara dan (2) konjungsi yang menghubungkan

klausa dengan klausa yang kedudukannya tidak sederajat, melainkan bertingkat

(Abdul Chaer, 2011: 140-141). Konjungsi yang menghubungkan kata, klausa,

atau kalimat yang kedudukannya sederajat atau setara berarti konjungsi yang

(28)

kedudukannya. Konjungsi yang menghubungkan klausa dengan klausa yang

kedudukannya tidak sederajat, melainkan bertingkat berarti konjungsi yang hanya

menghubungkan klausa atau kalimat yang kedudukannya tidak setara atau tidak

sama tingkatan dan kedudukannya.

Menurut posisinya, konjungsi dapat dibagi atas (1) konjungsi intra-kalimat

dan (2) konjungsi ekstra-kalimat (Kridalaksana, 2005: 102-103). Konjungsi

intra-kalimat adalah konjungsi yang ada pada satu intra-kalimat. Konjungsi antarintra-kalimat atau

ekstra-kalimat adalah konjungsi pada kalimat yang berbeda atau antarparagraf.

Alwi (2010: 303), apabila dilihat dari perilaku sintaksisnya dalam kalimat,

konjungsi dapat dibagi menjadi empat, yaitu konjungsi koordinatif, konjungsi

korelatif, konjungsi subordinatif, dan konjungsi antarkalimat.

(1) Konjungsi koordinatif, yaitu konjungsi yang menghubungkan dua unsur atau

lebih yang sama pentingnya, atau memiliki status yang sama, contoh: Ibu sedang

memasak, sedangkan Ayah membaca koran; (2) konjungsi korelatif, yaitu

konjungsi yang menghubungkan dua kata, frasa, atau klausa yang memiliki status

sintaksis yang sama. Konjungsi korelatif terdiri atas dua bagian yang dipisahkan

oleh salah satu kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan, contoh: Kita tidak

hanya harus setuju, tetapi juga harus patuh; (3) konjungsi subordinatif, yaitu

konjungsi yang menghubungkan dua klausa, atau lebih, dan klausa itu tidak

memiliki status sintaksis yang sama. Salah satu dari klausa itu merupakan anak

kalimat, contoh: Dia takut saya seolah-olah saya ini musuhnya. Selain ketiga

(29)

menghubungkan satu kalimat dengan kalimat lain, contoh; Mereka berbelanja ke

Glodok. Sesudah itu, mereka pergi ke saudaranya di Ancol.

2.2.2

Rangkuman

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa konjungsi dapat dilihat dari

empat sisi, yaitu dari sifat, fungsi, posisi, dan perilaku sintaksisnya. Jika dilihat

dari sifat dapat dibedakan menjadi dua yaitu (1) konjungsi koordinatif dan

(2) konjungsi subordinatif. Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang

menghubungkan dua buah konstituen yang kedudukannya sederajat atau setara,

yakni klausa inti dengan klausa inti atau klausa bawahan dengan klausa bawahan.

Konjungsi koordinatif selalu terletak di antara klausa yang dihubungkan.

Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua buah

konstituen yang kedudukannya tidak sederajat atau tidak setara, maksudnya

menghubungkan klausa inti dengan klausa bawahan. Ada atasan dan ada

konstituen bawahan.

Apabila dilihat dari jenis, dapat dibagi menjadi dua, yaitu (1) konjungsi

yang menghubungkan kata, klausa, atau kalimat yang kedudukannya sederajat

atau setara dan (2) konjungsi yang menghubungkan klausa dengan klausa yang

kedudukannya tidak sederajat atau tidak setara. Apabila dilihat dari posisi, dapat

dibagi menjadi dua, yaitu (1) konjungsi intra-kalimat dan (2) konjungsi

ekstra-kalimat. Konjungsi intra-kalimat adalah konjungsi yang ada pada satu ekstra-kalimat.

Konjungsi antarkalimat atau ekstra-kalimat adalah konjungsi pada kalimat yang

berbeda atau antarparagraf. Apabila dilihat dari perilaku sintaksis dalam kalimat,

(30)

korelatif, (3) konjungsi subordinatif, dan (4) konjungsi antarkalimat. Konjungsi

koordinatif, yaitu konjungsi yang menghubungkan dua unsur atau lebih yang

sama pentingnya, atau memiliki status yang sama.

Contoh: Dia mencari saya dan adik saya.

Konjungsi korelatif, yaitu konjungsi yang menghubungkan dua kata, frasa, atau

klausa yang memiliki status sintaksis yang sama. Konjungsi korelatif terdiri atas

dua bagian yang dipisahkan oleh salah satu kata, frasa, atau klausa yang

dihubungkan.

Contoh: Baik Pak Anwar maupun istrinya tidak suka merokok.

Konjungsi subordinatif, yaitu konjungsi yang menghubungkan dua klausa, atau

lebih, dan klausa itu tidak memiliki status sintaksis yang sama. Salah satu dari

klausa itu merupakan anak kalimat.

Contoh: Hari ini dia tidak masuk kantor karena sakit.

Selain ketiga konjungsi itu ada pula konjungsi antarkalimat, yaitu konjungsi yang

menghubungkan satu kalimat dengan kalimat lain.

Contoh: Pak Darta terkena penyakit kencing manis. Selain itu, dia juga

mengidap tekanan darah tinggi.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa macam konjungsi dapat

dibedakan atau dilihat dari empat sisi yang berbeda. Pada dasarnya pendapat

mengenai macam-macam konjungsi hampir sama. Konjungsi lebih cenderung

dibedakan menjadi konjungsi setara atau sederajat dan konjungsi tidak setara atau

tidak sederajat. Jadi dapat disimpulkan dari pendapat Alwi yang lebih lengkap

bahwa (1) konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menggabungkan kata atau

(31)

frasa atau kalimat, (3) konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang membentuk

anak kalimat, dan (4) konjungsi antarkalimat adalah konjungsi yang berfungsi

merangkaikan dua kalimat, tetapi masing-masing merupakan kalimat

sendiri-sendiri.

2.2.3 Fungsi Konjungsi

Di samping terdapat perbedaan jenis, konjungsi juga mempunyai fungsi

masing-masing. Chaer membedakan fungsi konjungsi menjadi dua yaitu

konjungsi yang kedudukannya setara atau sederajat dengan konjungsi yang

kedudukannya tidak setara atau sederajat. Fungsi konjungsi yang kedudukannya

setara atau sederajat adalah sebagai berikut.

(1)

Menggabungkan biasa; dan, dengan, serta.

(2)

Menggabungkan memilih; atau.

(3)

Menggabungkan mempertentangkan; tetapi, namun, sedangkan,

sebaiknya.

(4)

Menggabungkan membetulkan; melainkan, hanya.

(5)

Menggabungkan menegaskan; bahkan, malah (malahan), lagipula,

apalagi, jangankan.

(6)

Menggabungkan membatasi; kecuali, hanya.

(7)

Menggabungkan mengurutkan; lalu, kemudian, selanjutnya.

(8)

Menggabungkan menyamakan; yaitu, yakni, bahwa, adalah, ialah.

(9)

Menggabungkan menyimpulkan; jadi, karena itu, sebab itu.

Fungsi konjungsi yang kedudukannya tidak setara atau sederajat yaitu:

(1)

Menyatakan sebab; sebab, karena.

(2)

Menyatakan syarat; kalau, jika, bila, apabila, asal.

(3)

Menyatakan tujuan; agar, supaya.

(4)

Menyatakan waktu; ketika, sewaktu, sebelum, sesudah, tatkala.

(5)

Menyatakan akibat; sampai, hingga, sehingga.

(6)

Menyatakan sasaran; untuk, guna.

(32)

Selain itu, Ramlan (2008: 38-62) membagi 2 jenis konjungsi berdasarkan

sifat hubungannya yaitu konjungsi setara dan konjungsi tidak setara. Fungsi

konjungsi setara dapat diperinci seperti berikut ini.

(1)

Konjungsi yang menandai pertalian semantik “Penjumlahan”, kata

penghubung ini memperjelas jumlah hal yang dilakukan atau benda

yang ada. Contoh konjungsinya: dan, lagi pula, serta.

(2)

Konjungsi yang menandai pertalian semantik “Pemilihan”, kata

penghubung ini memperjelas hal apa yang dipilih. Contoh

konjungsinya: atau.

(3)

Konjungsi yang menandai pertalian semantik “Perurutan”, kata

penghubung ini memperjelas suatu yang terjadi secara berurutan.

Contoh konjungsinya: kemudian, lalu.

(4)

Konjungsi yang menandai pertalian semantik “Lebih”, kata

penghubung ini memperjelas. Contoh konjungsinya: bahkan.

(5)

Konjungsi yang menandai pertalian semantik “Perlawanan” atau

“Pertentangan”, ka

ta penghubung ini memperjelas sesuatu yang

berlawanan dan bertentangan. Contoh konjungsinya: tetapi, akan

tetapi, melainkan, namun, padahal, sebaliknya, sedang, sedangkan.

Jenis konjungsi yang berfungsi sebagai konjungsi setara seperti yang

disebutkan di atas secara umum pemakaiannya lazim digunakan dalam wacana.

Pemakaian konjungsi tersebut membantu membentuk suatu koherensi dalam

wacana. Konjungsi-konjungsi itu merupakan konjungsi yang biasa dipakai untuk

menghubungkan kata, frasa, klausa yang menghubungkan sejajar atau setara

(sama tingkatannya dan kedudukannya). Di samping fungsi konjungsi setara, ada

pula fungsi konjungsi tidak setara. Fungsi konjungsi tidak setara yaitu:

(1)

Konjungsi tidak setara yang menandai pertalian semantik

“Waktu”, konjungsi ini memperjelas waktu terjadinya suatu hal.

Contoh konjungsinya: ketika, tatkala, setiap, setiap kali, sebelum,

sesudah, setelah, sejak, semenjak, hingga.

(33)

(3)

Konjungsi tidak setara yang menandai pertalian semantik

“Sebab”, konjungsi ini memperjelas apa sebab terjadinya suatu

kejadian. Contoh konjungsinya: sebab, karena.

(4)

Konjungsi tidak setara yang menandai pertalian semantik

“Akibat”, konjungsi ini memperjelas akibat

apa yang ditimbulkan

dari suatu perbuatan. Contoh konjungsinya: sehingga.

(5)

Konjungsi tidak setara yang menandai pertalian semantik

“Syarat”, konjungsi ini memperjelas suatu syarat untuk

melakukan suatu hal atau perbuatan. Contoh konjungsinya: jika,

jikalau, kalau, apabila, bila.

(6)

Konjungsi tidak setara yang menandai pertalian semantik

“Harapan”, konjungsi ini menegaskan suatu harap

an dari hal yang

akan atau sudah dilakukan. Contoh konjungsinya: agar, supaya.

(7)

Konjungsi tidak setara yang menandai pertalian semantik

“Penerang”, konjungsi ini menegaskan suatu keterangan atas hal

yang dikemukakan. Contoh konjungsinya: yang.

(8)

Konjungsi tid

ak setara yang menandai pertalian semantik “Isi”,

konjungsi ini menegaskan isi dari suatu hal atau perbuatan.

Contoh konjungsinya: bahwa.

(9)

Konjungsi tidak setara yang menandai pertalian semantik

“Perlawanan”, konjungsi ini menegaskan adanya perlawanan atau

pertentangan dari dua hal atau lebih. Contoh konjungsinya:

meskipun, walaupun.

(10)

Konjungsi tidak setara yang menandai pertalian semantik

“Pengandaian”, konjungsi ini menegaskan pengandaian

atau

angan- angan. Contoh konjungsinya: andaikata, seandainya,

andaikan, sekiranya, seumpama.

(11)

Konjungsi tidak setara yang menandai pertalian semantik

“Penjumlahan”, konjungsi ini menegaskan jumlah atau

banyaknya sesuatu. Contoh konjungsinya: selain, di samping.

(12)

Konjungsi tidak setara yang menandai pertalian semantik

“Perkecualian”, konjungsi ini menegaskan adanya perkecualian

untuk melakukan suatu hal. Contoh konjungsinya: kecuali.

(13)

Konjungsi tidak setara yang menandai pertalian semantik “Cara”,

konjungsi ini menegaskan bagaimana cara melakukan suatu hal.

Contoh konjungsinya: dengan, sambil, tanpa.

(14)

Konjungsi tidak setara yang menandai pertalian semantik

“Kegunaan:, konjungsi ini menegaskan bagaimana kegunaan dari

hal yang dibicarakan. Contoh konjungsinya: untuk.

Seperti halnya jenis konjungsi yang berfungsi sebagai konjungsi tidak

setara seperti yang disebutkan di atas secara umum pemakaiannya lazim

(34)

Selanjutnya, Alwi (2010: 396-403) membedakan fungsi konjungsi menjadi

dua yaitu konjungsi yang kedudukannya sederajat atau setara dan konjungsi yang

kedudukannya tidak setara atau sederajat. Fungsi konjungsi yang kedudukannya

setara atau sederajat adalah; (1) dan, (2) atau, (3) tetapi, (4) serta, (5) lalu, (6)

ke-mudian,

(7)

lagipula,

(8)

hanya,

(9)

padahal,

(10)

sedangkan,

(11)baik...maupun, (12) tidak...tetapi, dan (13) bukan (nya)...melainkan. Adapun

fungsi konjungsi yang kedudukannya tidak setara atau sederajat yaitu:

(1)

Konjungsi waktu: setelah, sesudah, sebelum, sehabis, sejak,

selesai, ketika, tatkala, sewaktu, sementara, sambil, seraya, selagi,

selama, sehingga, sampai

(2)

Konjungsi syarat: jika, kalau, jikalau, asal(kan), bila, manakala

(3)

Konjungsi

pengandaian:

andaikan,

seandainya,

andaikata,

sekiranya

(4)

Konjungsi tujuan: agar, supaya, biar

(5)

Konjungsi konsesif: biarpun, meski(pun), sungguhpun, sekalipun,

walau(pun), kendati(pun)

(6)

Konjungsi perbandingan atau kemiripan: seakan-akan, seolah-olah,

sebagaimana, seperti, sebagai, bagaimana, laksana, daripada,

alih-alih, ibarat

(7)

Konjungsi sebab atau alasan: sebab, karena, oleh karena

(8)

Konjungsi hasil atau akibat: sehingga, sampai(-sampai)

(9)

Konjungsi cara: dengan, tanpa

(10)

Konjungsi alat: dengan, tanpa

2.2.4 Makna Konjungsi

Makna konjungsi bahasa Indonesia menurut Soekono Wirjosoedarmo

(2004: 4) adalah: 1) sebagai pengantar kalimat, 2) sebagai himpunan atau

kumpulan, 3) menyatakan pertentangan, 4) menyatakan sebab, 5) menyatakan

akibat, 6) menyatakan waktu, 7) menyatakan tempat, 8) menyatakan maksud,

9) menyatakan syarat, 10) menyatakan perwatakan, 11) menyatakan keadaan atau

(35)

(1)

Sebagai bahasa pengantar (kalimat), misalnya: alkisah, syahdan,

arkian, maka, sebermula, bahwasannya, hatta, adapun, dan lain

sebagainya.

(2)

Sebagai himpunan/kumpulan, misalnya: dan, lagi, dengan,

lagipula, tambahan lagi, dan lain sebagainya.

(3)

Menyatakan pertentangan, misalnya: tetapi, hanya, sedangkan,

biar, meski, meskipun, sekalipun, walaupun, sungguhpun,

melainkan, dan lain sebagainya.

(4)

Menyatakan sebab, misalnya: sebab, karena, oleh sebab itu, oleh

karena, dan lain sebagainya.

(5)

Menyatakan akibat, misalnya: sampai, sehingga, sebab itu, karena

itu, sampai-sampai, dan lain sebagainya.

(6)

Menyatakan waktu, misalnya: bila, waktu, ketika, mula-mula,

apabila, bilamana, sebelum, selama, setelah, tatkala, semenjak,

sesudah, setelah, dan lain sebagainya.

(7)

Menyatakan tempat, misalnya: sampai, hingga.

(8)

Menyatakan maksud, misalnya: supaya, agar, agar supaya.

(9)

Menyatakan syarat, misalnya: asal, asalkan, jika, andaikata, kalau,

seandainya, dan lain sebagainya.

(10)

Menyatakan perwatakan, misalnya: kecuali.

(11)

Menyatakan keadaan/perihal, misalnya: sambil, seraya.

(12)

Menyatakan perbandingan, misalnya: seperti, bagaikan, sebagai,

seakan-akan, dan lain sebagainya.

(13)

Menyatakan modalitas, misalnya: jangan-jangan, kalau-kalau.

2.2.5 Konjungsi dan Preposisi

Konjungsi dan preposisi tergolong ke dalam kelompok kata tugas. Dalam

buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (TBBI, 2010: 294) dikatakan bahwa

preposisi disebut juga kata depan, menandai berbagai hubungan makna antara

konstituen di depan preposisi tersebut dengan konstituen di belakangnya. Abdul

Chaer (2009: 108) mengemukakan bahwa preposisi adalah kategori yang terletak

di sebelah kiri nomina sehingga terbentuk sebuah frase eksosentrik untuk mengisi

fungsi keterangan dalam sebuah klausa atau kalimat.

Ramlan (2008: 63) mengemukakan bahwa preposisi termasuk dalam

golongan kelas kata tertutup, maksudnya memiliki jumlah yang terbatas.

(36)

kesulitan. Kridalaksana (2008: 199) berpendapat bahwa preposisi adalah partikel

yang biasanya terletak di depan nomina dan menghubungkannya dengan kata lain

dalam ikatan eksosentris; misalnya di, ke, dari.

Ada beberapa kata yang sama antara kata yang termasuk konjungsi dan

kata yang termasuk preposisi. Guna mengetahui kata mana yang termasuk

konjungsi dan kata mana yang termasuk preposisi bisa dilihat dari penggunaan

kata tersebut di dalam kalimat. Beberapa contoh kata yang termasuk ke dalam

konjungsi dan preposisi adalah sejak, hingga, karena, dan kecuali. Kata-kata yang

tidak sama antara kata yang termasuk konjungsi dan preposisi fungsinya juga

hanya sebagai konjungsi atau preposisi saja. Sebagai contoh preposisi di,

berfungsi untuk (1) menyatakan suatu tempat, (2) menyatakan suatu keadaan,

(3) menyatakan orang dan kata benda nama waktu, (4) menyatakan karangan,

buku, majalah, atau koran. Penggunaan preposisi di dalam kalimat biasanya

terletak di muka kata benda yang menyatakan tempat, tetapi perkecualian untuk

preposisi di yang menyatakan orang dan kata benda nama waktu penggunaannya

diganti dengan preposisi pada.

Contoh: Buku yang kamu cari ada di kakak (sebaiknya: Buku yang kamu

cari ada pada kakak).

Preposisi di ini hanya berfungsi sebagai preposisi saja. Berbeda dengan

preposisi daripada. Preposisi daripada dapat berfungsi sebagai preposisi dan

konjungsi.

Jika ditinjau dari segi bentuknya, preposisi ada dua macam, yaitu preposisi

tunggal dan preposisi majemuk (Alwi, 2010: 294-296). Preposisi tunggal dapat

(37)

selama, mengenai, dan sepanjang. Preposisi majemuk atau gabungan terdiri atas

(1) dua preposisi yang berdampingan, dan (2) dua preposisi yang berkorelasi.

Preposisi gabungan jenis pertama terdiri atas dua preposisi yang letaknya

berurutan.

Contoh: kita sudah mempertimbangkan persoalan itu.

Masalah penduduk harus diatasi secara nasional.

Preposisi jenis kedua terdiri atas dua unsur yang dipakai berkorelasi atau

berpasangan, tetapi terpisah oleh kata atau frasa lain.

Contoh: Dari lahir sampai berumur sepuluh tahun, ia ikut neneknya..

Kami pindah dari Bandung ke Jakarta tahun lalu.

Dapat disimpulkan bahwa konjungsi dan preposisi sama-sama termasuk

dalam kata tugas, keduanya memiliki persamaan dan perbedaan. Untuk

membedakannya perlu diperhatikan bahwa kata yang termasuk preposisi

membentuk frase preposisi dengan nomina yang mengikutinya, dan menduduki

fungsi keterangan di dalam klausa atau kalimat. Sedangkan, konjungsi

menggabungkan dua unsur sintaksis, baik kata, frase, klausa, maupun kalimat.

2.2.6 Tajuk (Rencana)

Kata tajuk tidak asing bagi sebagian orang. Dalam surat-surat kabar

biasanya terdapat tajuk berita dan tajuk rencana. Penyebutan tajuk rencana dalam

berbagai surat kabar pun terkadang tidak sama, seperti surat kabar Suara Merdeka

menyebutkan dengan tajuk rencana. Berbeda dengan surat kabar Harian Jogja

yang hanya menyebutkan dengan tajuk.

Sumadiria (2004: 82) mengemukakan bahwa tajuk rencana dapat diartikan

(38)

terhadap persoalan potensi, fenomenal, aktual, dan atau kontroversial yang

terdapat dalam masyarakat. Suara tajuk rencana bukanlah suara perorangan atau

pribadi-pribadi yang terdapat di jajaran redaksi atau di bagian produksi dan

sirkulasi, melainkan suara kolektif seluruh wartawan dan karyawan dari suatu

lembaga penerbitan pers. Karena merupakan suara lembaga, maka tajuk rencana

tidak ditulis dengan mencantumkan nama penulisnya.

Menurut William Pinkerton dari Harvard University, Amerika Serikat

(Rivers, 1994: 23-24), fungsi tajuk rencana mencakup empat hal: 1) Menjelaskan

berita, 2) Menjelaskan latar belakang, 3) Meramalkan masa depan, 4)

Me-nyampaikan pertimbangan moral.

1)

Menjelaskan berita (explaining the news)

Tajuk rencana menjelaskan kejadian-kejadian penting kepada para

pembaca. Tajuk rencana berfungsi sebagai guru, menerangkan bagaimana suatu

kejadian tertentu berlangsung, faktor-faktor apa yang diperhitungkan untuk

menghasilkan perubahan dalam kebijakan pemerintah, dengan cara bagaimana

kebijakan baru akan memengaruhi kehidupan sosial dan ekonomi suatu

masyarakat.

2)

Menjelaskan latar belakang (filling in background)

Untuk memperlihatkan kelanjutan suatu peristiwa penting, tajuk rencana

dapat menggambarkan kejadian tersebut dengan latar belakang sejarah, yaitu

menghubungkannya dengan sesuatu yang telah terjadi sebelumnya. Tajuk rencana

berfungsi untuk memberikan kaitan sesuatu berita dengan kenyataan-kenyataan

(39)

3)

Meramalkan masa depan (forecasting the future)

Suatu tajuk rencana kadang-kadang menyajikan analisis yang melewati

batas berbagai peristiwa sekarang dengan tujuan meramalkan sesuatu yang akan

terjadi pada masa datang.

4)

Menyampaikan pertimbangan moral (passing moral judgment)

Menurut tradisi lama, para penulis tajuk rencana diharapkan dapat

mempertahankan isu-isu moral dan mempertahankan posisi mereka.

Dari keempat fungsi di atas dapat disimpulkan bahwa tajuk rencana

umumnya berisi pendapat atau penilaian serta sikap redaksi tajuk rencana

terhadap permasalahan atau persoalan yang terjadi. Suhadang (2004: 155)

mengemukakan bahwa idealnya fungsi tajuk adalah membentuk dan mengarahkan

opini publik; menerjemahkan berita mutakhir kepada pembaca dan menjelaskan

maknanya. Selain itu, fungsi tajuk juga menetapkan apa yang harus selalu ada,

yaitu menafsirkan berita, mengarahkan opini, dan mengkampanyekan hal-hal

yang baik. Tajuk rencana merupakan opini dari redaksi tentang

permasalahan-permasalahan yang diangkat dalam koran tersebut. Tajuk rencana berusaha

membangun opini dan mendorong para pembaca agar dapat berpikir kritis dalam

menanggapi suatu masalah yang diangkat dalam kolom Tajuk dan mau bertindak

(40)

24

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1

Jenis Penelitian

Penelitian berjudul Pemakaian Konjungsi pada Kolom Tajuk Surat Kabar

Harian Jogja Edisi November tahun 2015 ini berdasarkan sifat dan jenis datanya

termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian

yang dilakukan berdasarkan fakta yang ada berupa perian bahasa tanpa

mempertimbangkan benar salahnya penggunaan bahasa oleh penuturnya

(Sudaryanto, 1992: 62). Menurut Hansiswany Kamarga (2009: 12) penelitian

deskriptif adalah penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau

menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, mengkaji bentuk, aktivitas,

karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaan fenomena, tidak

dilakukan manipulasi, hanya menggambarkan suatu kondisi apa adanya.

Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2008: 4), penelitian

kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang diamati. Penelitian

kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui

prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya (Strauss dan Corbin, 2003: 4).

Peneliti menggunakan penelitian deskriptif kualitatif karena beberapa sifat

yang tampak dalam objek penelitian dan tujuan yang ingin dicapai. Tujuan yang

ingin dicapai penelitian ini adalah mendeskripsikan konjungsi yang dipakai dan

mengidentifikasi kesalahan-kesalahan pemakaian konjungsi pada kolom Tajuk

(41)

3.2

Data dan Sumber Data

Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto,

2010: 172). Sumber data menjadi titik mula munculnya peneltian. Sumber data

membantu penelti memperoleh data yang akurat. Sumber data penelitian ini

adalah kolom Tajuk pada surat kabar Harian Jogja edisi November 2015, dari

tanggal 2 sampai dengan tanggal 30 November 2015. Pada hari Minggu surat

kabar Harian Jogja tidak memuat kolom Tajuk. Jadi, jumlah keseluruhan kolom

Tajuk surat kabar Harian Jogja edisi November 2015 adalah 25. Data penelitian

ini adalah kalimat-kalimat yang mengandung konjungsi pada kolom Tajuk surat

kabar Harian Jogja edisi November 2015.

3.3

Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2010: 203) instrumen penelitian adalah alat atau

fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar lebih

mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis

sehingga lebih mudah diolah. Dengan kata lain, instrumen penelitian adalah

semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan

data secara sistematis dan objektif guna memecahkan suatu masalah. Peneliti

sendiri berkedudukan sebagai instrumen penelitian. Ia merupakan perencana,

pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya menjadi

pelopor hasil penelitiannya (Moleong, 2006: 168).

Beberapa alat bantu penelitian yang dipakai peneliti berupa alat tulis dan

laptop. Alat bantu penelitian ini digunakan untuk mempermudah peneliti dalam

(42)

3.4

Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono (2008: 63) mengemukakan adanya empat teknik pengumpulan

data, yaitu (1) observasi, (2) wawancara, (3) dokumentasi, dan (4) gabungan atau

triangulasi. Secara khusus teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik dokumentasi atau teknik pemanfaatan dokumen. Dokumen yang

digunakan dalam penelitian ini ialah seluruh kolom tajuk surat kabar Harian

Jogja edisi November tahun 2015.

Dokumentasi dari kata asal

dokumen

, yang artinya barang-barang

tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki

benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen

rapat, catatan harian dan sebagainya (Arikunto, 1987: 131).

Dalam teknik dokumentasi pemanfaatan dokumentasinya terbagi atas dua

yaitu dokumen internal dan dokumen eksternal (Moleong, 2006: 219). Dokumen

internal dapat berupa memo, pengumuman, instruksi, dan sebagainya. Dokumen

eksternal berupa majalah, bulletin, surat kabar, dan berita yang disiarkan kepada

media-media massa.

Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini termasuk jenis dokumen

resmi eksternal, yaitu berita yang disiarkan dalam media massa (surat kabar).

Pemakaian data berupa dokumen seperti ini berguna untuk menggali informasi

yang telah terjadi atau sudah terjadi di masa silam.Teknik pengumpulan data yang

(43)

(1)

Mengumpulkan surat kabar Harian Jogja edisi November 2015.

(2)

Memotong setiap tajuk yang ada di setiap harinya. Potongan data yang

berupa tajuk tersebut dikumpulkan, kemudian diurutkan sesuai dengan

tanggal terbit.

(3)

Peneliti membaca kolom tajuk surat kabar Harian Jogja edisi November

2015 dan menggaris bawahi kata-kata yang termasuk konjungsi dalam

kolom tajuk.

3.5

Teknik Analisis Data

Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan

data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat

dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang

penting dan apa yang dipelajari, dan dapat memutuskan apa yang dapat

diceritakan kepada orang lain (Bogdan dan Biklen dalam Moleong, 2006: 248).

Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah teknik analisis

data kualitatif. Teknik ini digunakan untuk mendeskripsikan hasil rumusan

masalah pada bab 1. Setelah data terkumpul langkah selanjutnya yang dilakukan

oleh peneliti adalah menganalisis data yang sudah ada. Langkah-langkah analisis

data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

(1)

Mencermati pemakaian konjungsi satu per satu dalam kolom tajuk Surat

Kabar Harian Jogja edisi November 2015.

(2)

Menandai kesalahan dalam pemakaian konjungsi yang tidak sesuai dengan

(44)

(3)

Mengklasifikasi dan menjelaskan hasil temuan yang berupa konjungsi

pada kolom Tajuk Surat Kabar Harian Jogja edisi November 2015 dan

berupa kesalahan-kesalahan yang terjadi pada kolom Tajuk Surat Kabar

Harian Jogja edisi November 2015. Peneliti memperbaiki kesalahan dan

(45)

29

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data

Data yang diperoleh secara keseluruhan 34 konjungsi yang dipakai

sebanyak 1.255 kali selama 25 hari terbit. Data yang diperoleh dibedakan menjadi

konjungsi yang kedudukannya sederajat atau setara (koordinatif) sebanyak 16

konjungsi dan konjungsi yang kedudukannya tidak sederajat atau setara

(subordinatif) sebanyak 18 konjungsi. Konjungsi koordinatif terdiri dari:

adalah/ialah, apalagi, atau/ataupun, bahkan, bahwa, dan, hanya, jadi,

kemudian/lalu/setelah itu/selanjutnya, malah/malahan, namun, sebaliknya,

sedangkan, serta, tapi/tetapi, yakni/yaitu. Konjungsi subordinatif terdiri dari:

agar, asal, bila, hingga/sehingga, jika/kalau, karena, ketika, maka,

meski/meskipun/walau/walaupun, sampai, sebab, sebelum, sebagai, sejak, seperti,

setelah, untuk, yang.

4.2 Analisis Data

4.2.1 Frekuensi pemakaian konjungsi pada kolom Tajuk

Peneliti membuat klasifikasi dan penjelasan satu per satu semua konjungsi

yang dipakai. Ditemukan ada 1.255 kali pemakaian konjungsi dan 34 konjungsi

yang dipakai dalam penulisan kolom Tajuk Surat Kabar Harian Jogja Edisi

November 2015 selama 25 hari terbit surat kabar. Konjungsi yang

menghubungkan satuan yang kedudukannya setara atau sedejarat (koordinatif)

sebanyak 454 dan konjungsi yang menghubungkan satuan yang kedudukannya

(46)

Dari hasil analisis data diperoleh bahwa pemakaian konjungsi koordinatif

sebagai berikut konjungsi dan sebanyak 226 kali, kemudian pemakaian konjungsi

atau/ataupun sebanyak 44 kali, pemakaian konjungsi adalah sebanyak 26 kali,

pemakaian konjungsi hanya sebanyak 23 kali, pemakaian konjungsi namun

sebanyak 21 kali, pemakaian konjungsi bahwa sebanyak 18 kali, pemakaian

konjungsi tapi/tetapi sebanyak 18 kali, pemakaian konjungsi yakni/yaitu sebanyak

15 kali, pemakaian konjungsi bahkan sebanyak 15 kali, pemakaian konjungsi

kemudian/lalu/setelah itu/selanjutnya sebanyak 14 kali, pemakaian konjungsi jadi

sebanyak 8 kali, pemakaian konjungsi apalagi sebanyak 8 kali, pemakaian

konjungsi serta sebanyak 7 kali, pemakaian konjungsi sedangkan sebanyak 5 kali,

pemakaian konjungsi sebaliknya sebanyak 3 kali, dan pemakaian konjungsi malah

sebanyak 3 kali.

Selajutnya, hasil analisis data diperoleh bahwa pemakaian konjungsi

subordinatif sebagai berikut konjungsi yang sebanyak 393 kali, kemudian

konjungsi untuk sebanyak 108 kali, pemakaian konjungsi karena sebanyak 40

kali, pemakaian konjungsi jika/kalau sebanyak 40 kali, pemakaian konjungsi

hingga/sehingga sebanyak 36 kali, pemakaian konjungsi sebagai sebanyak 34

kali, pemakaian konjungsi seperti sebanyak 27 kali, pemakaian konjungsi agar

sebanyak 25 kali, pemakaian konjungsi meski/meskipun/walaupun sebanyak 20

kali, pemakaian konjungsi maka sebanyak 18 kali, pemakaian konjungsi ketika

sebanyak 12 kali, pemakaian konjungsi sampai sebanyak 11 kali, pemakaian

konjungsi bila sebanyak 9 kali, pemakaian konjungsi sebelum sebanyak 8 kali,

(47)

sebanyak 6 kali, pemakaian konjungsi sejak sebanyak 6 kali, dan pemakaian

konjungsi asal sebanyak 1 kali.

Analisis data dibedakan antara konjungsi yang menghubungkan satuan

yang kedududukannya setara atau sederajat (koordinatif) dan konjungsi yang

menghubungkan satuan yang kedudukannya tidak setara atau sederajat

(subordinatif). Hasil analisis data ditemukan bahwa konjungsi yang

menghubungkan satuan yang kedudukannya setara atau sedejarat (koordinatif)

dipakai dalam Surat Kabar Harian Jogja edisi November 2015 adalah sebanyak

454.

1. Pemakaian konjungsi adalah/ialah

Konjungsi adalah/ialah adalah konjungsi intrakalimat yang menyatakan

kesamaan. Berdasarkan data yang diperoleh, frekuensi pemakaian konjungsi

adalah sebanyak 26. Contoh pemakaiannya adalah Pilkada 2015 yang dihelat

secara serentak adalah momen penting untuk membuktikan kualitas demokrasi di

Indonesia (14 November 2015).

2. Pemakaian konjungsi apalagi

Konjungsi apalagi adalah konjungsi yang menyatakan menegeaskan.

Berdasarkan data yang diperoleh, frekuensi pemakaian konjungsi apalagi adalah

8. Contoh pemakaiannya adalah Apalagi, data Pemerintah tersebut bertentangan

dengan keterangan Badan Pusat Statistik yang menyatakan produksi padi dalam

negeri meningkat dari 70 juta GKG ton per tahun menjadi 74 juta ton GKG per

(48)

3. Pemakaian konjungsi atau/ataupun

Berdasarkan data yang diperoleh, frekuensi pemakaian konjungsi

atau/ataupun adalah 44. Contoh pemakaiannya

adalah “Begitu juga untuk veteran

yang memiliki pensiunan atau mantan anggota TNI-Polri kerena punya dana

kehormatan yang nilainya Rp750.000 per bula

n” dan “Mereka baru teringat para

veteran ketika ada kegiatan bersama di perayaan Kemerdekaan Indonesia ataupun

peringatan Hari Pahlawan” (10 November 2015).

4. Pemakaian konjungsi bahkan

Berdasarkan data yang diperoleh, frekuensi pemakaian konjungsi bahkan

adalah 15. Salah satu contoh pemakaiannya

adalah “

Bahkan, kabar yang tak kalah

mengejutkan adalah topeng emas tersebut terancam dihapus dari daftar register

cagar budaya nasional” (11 November 2015).

5. Pemakaian konjungsi bahwa

Berdasarkan data yang diperoleh, fr

Gambar

Tabel 2: Hasil Analisis Kesalahan Pemakaian Konjungsi  ................................
Tabel 1: Hasil Analisis data
Tabel 3: Hasil Analisis Kesalahan Pemakaian Konjungsi

Referensi

Dokumen terkait

Logam Co terdeteksi dalam teh hitam dan rosella dengan konsentrasi hampir sama dengan teh dari negara lain, tetapi untuk jenis ke tiga cuplikan teh yang lain

"Biasanya mereka masih mencari jati diri tentang agama Islam, seperti yang dilakukan Yayasan Qodriyatul Qosimiyah yang mengarang buku kitab kuning sendiri, sehingga

Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan aplikasi Smart Fert dan menguji hasil perhitungan indikator fertilitas dari aplikasi Smart Fert dibandingkan dengan standar

Pada pendekatan ini model proses pemotongan batang dibuat berdasarkan analisis geometri bidang (dua dimensi) dan distribusi panjang potongan dihitung sebagai fungsi tinggi batang

Berdasarkan hal ini maka dilakukan penyelesaian yang salah satu caranya dengan membuat perancangan sistem penilaian dan evaluasi vendor bahan baku menggunakan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) tidak ada hubungan prestasi belajar mata pelajaran kewirausahaan dengan jiwa kewirausahaan siswa SMK; (2) tidak ada

[r]