• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENCEGAH NIKAH SIRI DI KECAMATAN SAMBI RAMPAS KABUPATEN MANGGARAI TIMUR (NTT)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENCEGAH NIKAH SIRI DI KECAMATAN SAMBI RAMPAS KABUPATEN MANGGARAI TIMUR (NTT)"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENCEGAH

NIKAH SIRI DI KECAMATAN SAMBI RAMPAS

KABUPATEN MANGGARAI TIMUR (NTT)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan meraih Gelar Sarjana Hukum Islam (S.H) pada Program Studi Hukum Keluarga (Ahwal Syakhshiyah) Fakultas

Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh:

RAMADHAN SAHA

NIM :105261102517

PRODI HUKUM KELUARGA (AHWAL SYAKHSIYAH)

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

1442 H/2021 M

(2)

i

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul Skripsi : Peran KUA Dalam Mencegah Nikah Siri di Kec. Sambi

Rampas Kab. Manggarai Timur

Nama : Ramadhan Saha

NIM : 105261102517

Program Studi : Ahwal Syakhshiyah Fakultas : Agama Islam

Setelah dengan seksama memeriksa dan meneliti, maka skripsi dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diajukan dan dipertahankan dihadapan tim penguji ujian skripsi Fakultas Agama Islam UNISMUH Makassar.

Makassar, 17 Juni 2021 M

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Muhammad Ali Bakri, S.Sos.,M.Pd. Rapung, Lc., M.H.I NIDN : 0916077601 NIDN :

(3)

ii

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259 Gedung Iqra lt. IV telp. (0411) 851914 Makassar 90222

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi saudara Ramadhan Saha, NIM 105261102517 yang berjudul “Peran KUA

Dalam Mencegah Nikah Siri di Kec. Sambi Rampas Kab. Manggarai Timur” telah diujikan pada tanggal : sabtu 29 Zulkaidah 1442 H. bertepatan dengan tanggal 10 Juli 2021 M dihadapan penguji, dan dinyatakan telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (SH) pada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, 29 Zulkaidah 1442 H 10 Juli 2021 M

Dewan Penguji:

Ketua : Dr. Amirah Mawardi, S.Ag., M.Si. : (…………..………..)

Sekretaris : Dr. M. Ilham Muchtar, Lc., MA. : (………)

Tim Penguji:

1. Dr. M. Ilham Muchtar, Lc., MA : (………...……)

2. Dr. Muhammad Ali Bakri, S.Sos., M.Pd : (………...…)

3. Rapung, Lc., M.H.I : (………...)

4. Hasan bin Juhanis, Lc., MS : (………...) Disahkan oleh:

Dekan Fakultas Agama Islam

Dr. Amirah Mawardi, S.Ag., M.Si. NBM: 774 234

(4)

iii

BERITA ACARA MUNAQASYAH

Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar, setelah mengadakan sidang munaqasyah pada : Hari/Tanggal : Sabtu, 29

Zulkaidah 1442 H,/ 10 Juli 2021 M. Tempat : Gedung Prodi Ahwal Syakhshiyah, Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar, Jl. Sultan Alauddin No. 259 Makassar

MEMUTUSKAN

Bahwa saudara,

Nama : Ramadhan Saha NIM : 105261102517

Judul Skripsi : Peran KUA Dalam Mencegah Nikah Siri di Kec. Sambi

Rampas Kab. Manggarai Timur

Dinyatakan : LULUS

Ketua Sekretaris

Dr. Amirah Mawardi, S.Ag., M.Si Dr. M. Ilham Muchtar, Lc.,MA NBM: 744 234 NIDN: 0909107201

Dewan Penguji:

1. Dr. M. Ilham Muchtar, Lc.,MA : (……….) 2. Dr. Muhammad Ali Bakri, S.Sos., M.Pd : (……….)

3. Rapung, Lc., M.H.I : (……….)

4. Hasan bin Juhanis, Lc., M.S : (……….) Disahkan oleh:

Dekan Fakultas Agama Islam

Dr. Amirah Mawardi, S.Ag., M.Si NBM: 774 234

(5)

iv

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259 Gedung Iqra lt. IV telp. (0411) 851914 Makassar 90222

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama ; Ramadhan Saha

NIM : 105261102517

Fakultas : Agama Islam Prodi : Ahwal Syakhshiyah

Dengan ini menyatakan sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya menyusun sendiri skripsi saya ( tidak dibuat oleh siapapun ) 2. Saya tidak melakukan penjiplakan ( plagiat ) dalam menyusun skripsi 3. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada nomor 1, 2 dan 3, saya

bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku. Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, 29 Zulkaidah 1442 H 10 Juli 2021 M Yang membuat pernyataan

Ramadhan Saha NIM: 105261102517

(6)

v

Dalam Mengatasi Nikah Siri di Kecamatan Sambi Rampas, Kabupaten Manggarai Timur. Skripsi. Program Studi Ahwal Syakshiyah. Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I: Muhammad Ali Bakri, Pembimbing II: Rapung.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Bagaimana pelaksanaan nikah siri di Kecamatan sambi Rampas Kabupaten Manggarai Timur; 2) Bagaimana peran Kantor Urusan Agama dalam mencegah nikah siri di Kecamatan Sambi Rampas Kabupaten Manggarai Timur.

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh diantaranya data primer yang didapat melalui terjun langsung ke lapangan untuk dilakukan wawancara dan observasi, serta data sekunder yang didapat dengan pengkajian beberapa literatur yang berhubungan dengan judul skripsi. Setelah data terkumpul, Langkah selanjutnya adalah mengolah, menganalisis serta mengambil kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) pelaksanaan nikah siri yang terjadi di Kecamatan Sambi Rampas Kabupaten Manggarai Timur disebabkan karna beberapa faktor, diantaranya: faktor ekonomi masyarakat yang minim, rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya pengetahuan dan pemahaman hukum tentang pentingnya pencatatan nikah. 2) peran Kantor Urusan Agama dalam mengatasi nikah siri di Kecamatan Sambi Rampas Kabupaten Manggarai Timur, diantaranya: melakukan penyuluhan-penyuluhan tentang pencatatan nikah dan keluarga bahagia kepada calon pengantin dan wali, serta melakukan sosialisasi tentang pentingnya pencatatan nikah dan dampak buruknya terhadap keluarga, ibu dan anak melalui seminar-seminar dan pengajian yang diadakan oleh departemen agama melalui perwakilan di Kecamatan yang diselenggarakan di masyarakat.

(7)

vi

KATA PENGANTAR

ِ ب

ِ نمْحَّرلاِ هاللِّ مْس

ِ مْي حَّرلا

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, puji syukur penulis haturkan kepada Allah swt yang terus mengajarkan kepada hamba-hambanya dengan QalamNya. Sehingga peradaban manusia kian dinamis dari masa ke masa. Salam serta shalawat penulis curahkan kepada Rasulullah saw, manusia paripurna yang dengan titah peradabannya menghantarkan manusia mencapai derajat mulia. Shalawat serta salam penulis juga curahkan kepada keluarga-keluarga beliau, istri-istri beliau, sahabat-sahabat serta shahabiyah, para tabi’in dan tabi’ut tabi’in, serta orang-orang yang senantiasa istiqomah dalam mengikuti semua petunjuk beliau hingga hari akhir. Semoga kita diantara ummatnya kelak mendapatkan syafaat dari Rasulullah saw.

Penulis menyadari bahwa karya tulis yang dipersembahkan tentu masih jauh dari kata sempurna. Olehnya, konstruktif saran dari semua kalangan sangat kami harapkan untuk menjadikan tulisan ini jauh lebih bermutu dan bermanfaat.

Dibalik baiknya tulisan ini, tentulah ada sederetan nama yang berjasa. Untuk ibunda ku tersayang, ibu Hamida, sosok penyayang yang sangat gigih dan tidak pantang menyerah dalam bekerja, mendidik dan menyemangati keluarga tentang arti kehidupan. Jazakillahu khairan ummi. Sosok lain yang begitu luar biasa sabar dalam mendidik dan terus memberikan semangat bagi anak-anaknya tentang pentingnya ilmu agama, dialah ayah ku tercinta Dato Saha bin Walage.

Jazakallahu khairan abi. Semoga kesabaran mu menjadi panutan bagi kami semua.

(8)

vii

Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, juga Wakil Rektor I, Wakil Rektor II, Wakil Rektor III dan Wakil Rektor IV Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Syekh Dr. (HC) Mohammad MT. Khoory, Selaku Donatur Yayasan Muslim Asia (AMCF)

3. Dr. Amira Mawardi, S.Ag., M.Si, selaku Dekan Fakultas Agama Islam, juga Wakil Dekan I, Wakil Dekan II, Wakil Dekan III dan Wakil Dekan IV Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Dr. M. Ilham Muchtar, Lc.,MA., selaku Ketua Program Studi Ahwal Syakhshiyah,

5. Dr. Muhammad Ali Bakri, S.Sos,. M. Pd, dan Rapung Lc,.M.H.I sebagai Pembimbing I dan Pembimbing II yang membantu serta memberikan bimbingan penulisan skripsi ini, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi pada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar. 6. Segenap dosen Universitas Muhammadiyah Makassar, khususnya pada

Program Studi Ahwal Syakhshiyah Universitas Muhammadiyah Makassar. Semoga bantuan berupa arahan, dorongan, dan pengorbanan yang telah diberikan bernilai pahala di sisi Allah swt, dan mudah-mudahan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

(9)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

BERITA ACARA ... iii

SURAT PERNYATAAN... iv

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

BAB I: PENDAHULUAN ... 1-4 A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian ... 4

BAB II: TINJAUAN TEORITIS ... 5-20 A. Kantor Urusan Agama ... 5

1. Pengertian Kantor Urusan Agama ... 5

2. Dasar Visi dan Misi Kantor Urusan Agama ... 5

3. Fungsi Kantor Urusan Agama ... 7

4. Tugas dan Wewenang Kantor Urusan Agama ... 8

B. Nikah Siri ... 9

1. Pengertian Nikah Siri ... 9

2. Sebab dan Akibat Nikah Siri ... 11

(10)

ix

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN ... 20-24

A. Jenis dan Lokasi Penelitian ... 20

B. Pendekatan Penelitian ... 20

C. Sumber Data ... 21

D. Metode Pengumpulan Data ... 21

E. Instrument Penelitian ... 22

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 23

G. Pengujian Keabsahan Data ... 24

BAB IV: HASIL PENELITIAN ... 25-32 A. Deskripsi Umum Manggarai Timur Sebagai Daerah Penelitian ... 25

B. Profil Kantor Urusan Agama Kecamatan Sambi Rampas ... 29

C. Pelaksanaan Nikah Siri di Kecamatan Sambi Rampas ... 32

D. Peran Kantor Urusan Agama Dalam Mencegah Nikah Siri di Kecamatan Sambi Rampas ... 37

BAB V: PENUTUP ... 42-43 A. Kesimpulan ... 42

B. Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 45

(11)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan sudah berlangsung sejak manusia pertama yang Allah swt ciptakan. Manusia yang pertama kali menginginkan hidup bersama ialah Adam dan Hawa. Meskipun Adam hidup didalam surga yang semuanya serba ada, ia tetap merasa kesepian sehingga Allah menciptakan baginya pasangan hidup yang terbuat dari tulang rusuknya sendiri.

Perkawinan adalah salah satu ketentuan atau hukum dari hukum-hukum Allah swt yang berlaku bagi manusia secara umum.1 Manusia tidak seperti binatang

yang melakukan perkawinan bebas sesuai dengan nafsunya. Oleh sebab itu maka perkawinan manusia harus sesuai dengan aturan yang berlaku. Perkawinan tidak hanya sekedar satu jalan yang amat mulia dalam mengatur kehidupan rumah tangga dan keturunan, namun perkawinan juga dapat diartikan sebagai satu jalan menuju pintu perkenalan antara satu kaum dengan yang lain.

Perkawinan sesungguhnya adalah sifat manusiawi. Syariat islam telah menjelaskan tentang pernikahan. Mulai dari cara meminang hingga sampai pada terbentuknya keluarga yang sakinah.

Didalam Al-Quran Allah SWT telah menjelaskan bahwa hidup berpasang-pasangan, hidup berjodoh-jodohan adalah naluri segala mahluk Allah, termasuk manusia.2

1 Ahmad Ali, Syarhu Kitab An-Nikah, (Lebanon: Dar Al-kutub Al-Ilmiyah, 2005), h. 21 2 Beni Ahmad Saebani, Fiqh Munakahat 1, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2009), h. 15

(12)

Sebagaimana firman-Nya dalam Surat Adz-Dzariyat, ayat 49

Terjemahnya;

“Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu ingat kebesaran Allah”.3

Akibat dari adanya perkawinan maka timbullah berbagai macam masalah. Begitu banyak persoalan sosial kemasyarakatan yang timbul akibat terlaksananya suatu perkawinan, maka sudah seharusnya urusan perkawinan perlu dilihat dan ditangani dari berbagai sudut pandang hukum yang mengatur tentang perkawinan yang terjadi di negara hukum seperti Indonesia.

Idealnya suatu perkawinan yang sah menurut Islam yaitu perkawinan yang dilakukan berdasarkan syarat dan rukun sah-nya suatu perkawinan. Namun hal ini berbeda dengan pandangan atau aturan pernikahan di Indonesia yang mengatakan bahwa setiap perkawinan harus dicatat, dan perkawinan yang tidak dicatat oleh lembaga yang berwenang maka perkawinan tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum.

Namun kenyataannya tidak semua masyarakat Indonesia terutama masyarakat islam yang berada di Kecamatan Sambi Rampas mengikuti prosedur pencatatan perkawinan tersebut. Kebanyakan masyarakat Sambi Rampas yang melaksanakan pernikahan namun tidak mencatatkannya pada lembaga yang berwenang seperti KUA.

(13)

3

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa sampai hari ini pernikahan siri di Kecamatan Sambi Rampas masih terus dilakukan. Dan faktor utama yang melatarbelakangi masyarakat menikah siri adalah ketidaktahuan tentang pentingnya pencatatan pernikahan, terbatasnya pendapatan perekonomian masyarakat, dan rendahnya tingkat pendidikan. Oleh sebab itu ketidaktahuan yang dialami oleh masyarakat Kecamatan Sambi Rampas tentang pentingnya pencatatan nikah memerlukan bantuan dari suatu lembaga, seperti Kantor Urusan Agama (KUA) sebagai representasi dari pemecahan masalah nikah siri yang terus terjadi.

Akibat dari pernikahan siri tersebut menimbulkan pengaruh negatif yang sangat merugikan bagi istri dan anak yang dilahirkan baik secara hukum, sosial dan psikologi. Diantara dampak negatifnya yaitu istri tidak diakui sebagai istri yang sah dan anak tidak memiliki akta kelahiran.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis ingin mengkaji lebih dalam mengenai fenomena tersebut. Adapun fokus bahasan yang ingin diteliti oleh penulis melihat pada fenomena tersebut dengan judul: ”PERAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENGATASI NIKAH SIRI DI KECAMATAN SAMBI RAMPAS KABUPATEN MANGGARAI TIMUR”

B. Rumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka penulis mencoba mengajukan masalah pokok: Peran KUA Dalam Mengatasi Nikah Siri di Kecamatan Sambi Rampas Kabupaten ManggaraiTimur.

Berdasarkan masalah pokok diatas sekaligus memperjelas apa yang akan diteliti, maka penulis akan menjabarkan beberapa masalah yaitu:

(14)

1. Bagaimana pelaksanaan nikah siri di Kecamatan Sambi Rampas Kabupaten Manggarai Timur?

2. Bagaimana peran KUA dalam mengatasi nikah siri di Kecamatan Sambi Rampas Kabupaten Manggarai Timur?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan, maka tujuan dari penelitian yang akan lakukan adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui tentang pelaksanaan nikah siri di Kecamatan Sambi Rampas Kabupaten Manggarai Timur

b. Untuk mengetahui peran KUA dalam mengatasi nikah siri di kecamatan Sambi Rampas kabupaten Manggarai Timur.

2.Manfaat penelitian

Manfaat penelitian adalah selain berguna untuk ilmu pengetahuan, juga berguna untuk kepentingan pengembangan program. Manfaat penelitian mencakup dua aspek:

a. Manfaat teoritis, dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengalaman tentang pernikahan siri.

b. Manfaat praktis, dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran atau jalan keluar dari masalah atau topik yang diteliti.

(15)

5

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Kantor Urusan Agama (KUA)

1. Pengertian Kantor Urusan Agama (KUA)

Kantor Urusan Agama (KUA) adalah unit kerja terdepan kementrian agama yang melaksanakan Sebagian tugas pemerintah dibidang agama islam wilayah kecamatan.4

2. Dasar, Visi dan Misi Kantor Urusan Agama (KUA)

Yang menjadi dasar hukum pelaksanaan tugas KUA diantaranya adalah: a. Undang-undang No. 22 Tahun 1946 tentang pencatatan NTR;

b. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan;

c. Undang-undang No. 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat; d. Undang-undang No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf;

e. Undang-undang No. 13 Tahun 2008, tentang penyelenggaraan ibadah haji; f. Peraturan pemerintah No. 9 tahun 1975, tentang pelaksanaan UU 1/1974; g. Peraturan pemerintah No. 51 Tahun 2000 tentang tarif atas jenis penerimaan

bukan pajak yang berlaku di kementrian agama;

h. Keputusan menteri agama No. 3 Tahun 1999, tentang pembinaan gerakan keluarga Sakinah;

i. Keputusan menteri agama No. 517 Tahun 2001 tentang penataan organisasi KUA kecamatan;

4 Depag RI, Tugas-Tugas Pejabat Pencatat Nikah, Bimbingan Masyarakat Islam dan

(16)

j. Keputusan menteri agama No. 373 Tahun 2001tentang penataan organisasi KUA kecamatan;

k. Keputusan menteri agama No. 168 Tahun 2000 tentang pedoman perbaikan pelayanan masyarakat di lingkungan kementerian agama;

l. Keputusan menteri agama No. 517 Tahun 2001 yang menegaskan bahwa kantor urusan agama bertugas melaksanakan Sebagian tugas dari kantor kementerian agama kabupaten dibidang urusan agama islam diwilayah kecamatan;

m. Keputusan menteri agama No. 298 Tahun 2003 tentang pencatatan nikah; n. Keputusan menteri agama No. 11 Tahun 2007 tentang pencatatan nikah; o. Peraturan menteri agama No. 30 Tahun 2005 tentang wali hakim; p. Peraturan menteri agama No. 11 Tahun 2007 tentang pencatatan nikah; q. Peraturan menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. PER/62/M.

PAM/6/2005, tentang jabatan fungsional penghulu dan angka kreditnya; r. Surat edaran Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam dan penyelenggaraan haji

No: DJ.1/Pw.01/1487/2005 tentang petunjuk pengisian formulir NR; s. Intruksi Menteri agama No. 1 Tahun 2000 tentang pelaksanaan keputusan

Menteri agama Nomor 168 Tahun 2000 tentang pedoman perbaikan pelayanan masyarakat.5

5 Dilihat di https://kuasungairumbai.wordpress.com/2-dasar-hukum/. Diakses pada tanggal 11

(17)

7

Visi:

Terwujudnya masyarakat yang Islami, berakhlakul karimah dan tercapainya layanan prima berbasis pada peraturan perundang-undangan, nilai ketaqwaan dan akhlak mulia.

Misi:

a. Mewujudkan kehidupan keluarga sakinah

b. Mewujudkan kesadaran masyarakat muslim terhadap pemberdayaan wakaf c. Meningkatkan kualitas dan kondisi masjid yang kondusif

d. Meningkatkan kinerja kemitraan dengan lintas sektoral yang harmonis e. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pangan halal dalam kehidupan

f. Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang hisab rukyat g. Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang Haji dan Umroh h. Meningkatkan pemahaman dan pengamalan agama dalam masyarakat i. Peningkatan layanan dan bimbingan nikah dan rujuk.

3. Fungsi Kantor Urusan Agama (KUA)

Fungsi KUA sebagai sarana untuk menjaga dan mewujudkan tujuan perkawinan. Salah satu cara untuk menjaga dan mewujudkan tujuan perkawinan tersebut adalah dengan menertibkan dan mengatur administrasi perkawinan. Yang salah satunya adalah pencatatan nikah. Pencatatan nikah ini merupakan bukti yang paling kuat bagi adanya ikatan suami isteri, sehingga disamping masing-masing akan lebih bertanggung jawab juga dikemudian hari tidak bisa ada yang mengingkarinya baik dari pihak suami isteri maupun pihak lainnya. Oleh sebab itu

(18)

KHI mengatur masalah pencatatan perkawinan tersebut agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat islam. 6

4.Tugas dan Wewenang Kantor Urusan Agama (KUA)

Tugas KUA Kecamatan yaitu melaksanakan tugas pokok dan fungsi Kantor Kementerian Agama diwilayah Kecamatan berdasarkan kebijakan Kantor Kementerian Agama Kabupaten dan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Adapun tugas-tugasnya meliputi:

a. Melaksanakan sebagian tugas Kantor Kementerian Agama Kabupaten di bidang urusan Agama Islam dalam wilayah Kecamatan.

b. Membantu Pelaksanaan tugas Pemerintah di tingkat Kecamatan dalam bidang keagamaan.

c. Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas KUA Kecamatan.

d. Penyuluh Agama Islam dan koordinasi/kerjasama dengan Instansi lain yang erat hubungannya dengan pelaksanaan tugas KUA Kecamatan.

e. Selaku PPAIW (Pegawai Pencatat Akta Ikrar Wakaf). Berdasarkan KMA Nomor 18 tahun 1975 juncto KMA Nomor 517 tahun 2001 dan PP Nomer 6 tahun 1988 tentang penataan organisasi KUA Kecamatan telah dicantumkan tugas KUA,yaitu:

1) Melaksanakan sebagian tugas Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota dalam urusan agama Islam di wilayah kecamatan. KUA melaksanakan kegiatan dokumentasi dan statistik (doktik), surat menyurat, pengurusan surat, kearsipan, pengetikan dan rumah tangga;

6 Wardah Nuroniyah, Konstruksi Ushul Fikih Kompilasi Hukum Islam, (Tangerang Selatan: Cinta

(19)

9

2) Mengorganisasikan dan melaksanakan kegiatan sektoral maupun lintas sektoral di wilayah kecamatan seperti melaksanakan pencatatan pernikahan, mengurus dan membina masjid, zakat, wakaf, baitul maal dan ibadah sosial, kependudukan dan pengembangan keluarga sakinah.7

B. Nikah Siri

1. Pengertian Nikah Siri

Perkawinan dalam islam ialah suatu perjanjian atau ikatan suci yang kuat dan kokoh untuk hidup bersama dalam ikatan yang sah antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan membentuk keluarga yang saling menyantuni, saling mengasihi, aman, tenteram, bahagia dan kekal. Sementarara pengertian perkawinan dalam UU perkawinan mempunyai empat (4) unsur, yakni: 1) ikatan lahir batin,hal ini berarti tidak hanya ikatan lahiriah dalam perkawinan, tetapi berupa ijab qobul, wali mempelai wanita dan mempelai pria. Disaksikan oleh dua orang mempelai laki-laki disertai dengan penyerahan mahar, namun ikatan lahir dan batin tersebut diwujudkan dalam kesepakatan yang tulus antara kedua calon mempelai. Artinya tidak ada faktor paksaan dari satu pihak kepada pihak lain, dan juga berperan sangat penting dalam mempererat ikatan perkawinan untuk menciptakan keluarga yang bahagia dan kekal. 2) antara seorang pria dengan seorang wanita, artinya menurut Undang-undang perkawinan, dalam suatu hubungan perkawinan hanya dapat terjadi antara seorang laki-laki sebagai suami dan seorang perempuan sebagai istri. 3) membentuk keluarga yang Bahagia dan kekal, yaitu keluarga yang selalu

7Depak RI, Tugas-Tugas Pejabat Pencatat Nikah, Bimbingan Masyarakat Islam dan

(20)

mendapatkan ketentraman, kebahagiaan, kenyamanan, ketentraman lahir dan batin dalam kehidupan berumah tangga. 4) berlandaskan ketuhanan yang maha esa, berarti perkawinan harus berdasarkan peraturan atau agama, dan tidak boleh dipisahkan dari agama. Kuncinya adalah keabsahan perkawinan dilihat atau diukur sesuai dengan ketentuan hukum agama.8

Dalam pengertian diatas, tidak ada pertentangan dan perselisihan antara satu sama lain, bahkan jiwanya sama dan seirama. Karena pada dasarnya hukum atau syariat islam itu bersumber dari Allah swt. Oleh karna itu, perkawinan adalah suatu akad yang menghalalkan hubungan antara suami dan istri, menjadikan keduanya saling tolong-menolong serta menimbulkan hak dan kewajiban antara keduanya.

Perkawinan siri atau yang biasa disebut dengan pernikahan yang disembunyikan adalah perkawinan yang terjadi tanpa adanya pencatatan pada instansi yang berwenang seperti Kantor Urusan Agama (KUA) atau Catatan Sipil sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (2) UU No 1 Tahun 1974 tentang perkawinan.9 Perkawinan siri yang dikenal masyarak Indonesia saat ini adalah

perkawinan yang dilakukan dengan memenuhi rukun dan syarat yang ditentukan oleh agama, tetapi tidak dihadapan pencatat nikah sebagai pejabat pemerintah, atau perkawinan yang belum tercatat sehingga mereka tidak memiliki akta nikah yang dikeluarkan oleh pemerintah. Perkawinan semacam ini dimasyarakat selain disebut nikah siri, juga disebut nikah gelap.10

8 Jamaluddin dan Nanda Amalia, Buku Ajar Hukum Perkawinan, (Sulawesi: Unimal Pres, 2016), h.

18-20

9 Umar Haris Sanjaya dan Aunur Rahim Faqih, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia,

(Yogyakarta: Gama Media, 2017), h. 164

(21)

11

2. Penyebab dan akibat dari nikah siri

Beberapa alasan mengapa nikah siri masih sering dilakukan dikalangan masyarakat:

a. Tidak ada kemampuan untuk menikah secara hukum negara karna tidak dapat menyediakan tempat tinggal.

b. Kebanyakan pria yang mencari cara pernikahan seperti ini disebabkan karna terlibat dengan beberapa keluarga, istri dan anak. Dia takut ketahuan akan merusak rumah tangganya.

c. Pandangan negatif dari masyarakat terhadap laki-laki yang berusaha untuk beristri lebih dari satu, bahwa dia adalah laki-laki yang suka mencari kenikmatan dunia, hingga akhirnya pernikahannya disembunyikan.

d. Masalah internal keluarga biasanya terjadi ketika anak sudah besar dan istri sibuk mengurus anak, yang dapat menimbulkan kebosanan dan kelelahan, serta membuat suami merasa membutuhkan wanita lain yang dapat mengembalikan vitalitas dan semangatnya.

e. Ada laki-laki yang berakhlak mulia dan memiliki kemampuan untuk menikah lebih dari satu, sementara istrinya tidak mampu atau tidak mempunyai kesanggupan untuk memenuhi nafsu jasmaninya sehingga dianjurkan untuk melangsungkan perkawinan demikian agar tidak terjerumus kedalam perbuatan dosa.11

(22)

Perkawinan melalui nikah di bawah tangan menyebabkan banyak efek negatif yang berdampak pada istri dan anak. Ada banyak kerugian yang dapat dirasakan sang istri jika nikah di bawah tangan tidak dapat pengakuan hukum, belum lagi sang istri akan merasakan dampak sosial, ekonomi dan sebagainya. Memahami nikah di bawah tangan hanya berdasarkan dari kacamata hukum Islam saja adalah keliru, karena kita hidup disebuah negara yang dasar hukumnya tidak berdasarkan syariat Islam melainkan memiliki dasar hukum Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Jadi setiap perkawinan yang dilakukan tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku tidak akan mendapatkan kekuatan hukum yaitu suatu bukti yang otentik terhadap perkawinan tersebut, konsekuensi dari nikah di bawah tangan adalah sebagai berikut:

a. Suami istri tidak mempunyai bukti bahwa mereka telah menikah secara sah menurut Agama dan Negara disebabkan karna tidak adanya akta nikah. b. Anak-anak tidak dapat mempunyai akta kelahiran karena salah satu syarat

untuk mendapatkan akta kelahiran itu diperlukan akta nikah dari orang tuanya.

c. Anak-anak tidak bisa mewarisi harta orang tuanya karena tidak ada bukti yang menunjukan bahwa mereka sebagai ahli waris orang tuanya.12

3. Nikah Siri Dalam Perspektif Islam Dan Undang-Undang

Didalam islam, yang perlu diperhatikan dalam pernikahan ialah rukun dan syarat:

12 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2008), h.

(23)

13

a. Adanya calon mempelai wanita dan pria; b. Adanya wali dari mempelai wanita;

c. Adanya dua orang saksi dari masing-masing pihak; d. Adanya ijab dan qobul.

Apabila rukun dan syarat diatas terpenuhi, maka pernikahan tersebut sudah sah berdasarkan agama islam. Hal ini sesuai dengan pendapat para imam madzhab, kecuali imam Malik yang mengatakan jika terjadi kesepakatan antara suami dan para saksi untuk menyembunyikan pernikahan dari orang lain maka pernikahan tersebut batal.13 Kemudian berdasarkan perspektif undang-undang nikah siri adalah

nikah dibawah tangan. Yaitu nikah yang dilakukan namun tidak mengindahkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 pasal 2 ayat (2) dimana setiap perkawinan harus dicatat menurut peraturan perundangan yang berlaku. Pasal 2 ayat (2) ini mempunyai arti bahwa orang yang akan menikah hendaknya memberitahukan kepada negara. Seperti yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 pasal 3:

1. Setiap orang yang akan melangsungkan perkawinan memberitahukan kehendaknya kepada pegawai pencatat ditempat perkawinan dilangsungkan. 2. Pemberitahuan tersebut dalam ayat (1) dilakukan sekurang-kurangnya 10 hari

kerja sebelum perkawinan dilangsungkan.

3. Pengecualian dalam jangka tersebut dalam ayat (2) disebabkan sesuatu alasan yang penting diberikan oleh camat (atas nama) bupati kepada daerah.

13Abdul Malik Bin Yusuf, Zawaj Almisyar Dirasah Fiqhiyah wa Ijtima’iyah Naqdiyah, (Saudi

(24)

Dari ketentuan pada Peraturan Pemerintahan No. 9 Tahun 1975 dapat diketahui bahwa negara melarang suatu perkawinan yang tanpa adanya pelibatan negara yang berwenang. Oleh karena itu perkawinan dibawah tangan tidak mempunyai kekuatan hukum, akibatnya salah satu pihak yang dirugikan baik suami atau istri dikemudian hari tidak bisa mendapatkan perlindungan hukum.14

Perkawinan tidak tercatat yang biasa disebut “nikah siri” dalam kehidupan masyarakat Indonesia adalah realita, alasannya minimnya kesadaran dan pengetahuan hukum yang dialami oleh masyarakat. Hal ini berarti bahwa pernikahan siri adalah sah menurut undang-undang Nomor 1 Tahun 1974. Sebaliknya menurut hukum islam, suatu perkawinan yang telah memenuhi rukun dan syarat perkawinan dianggap sebagai perkawinan yang sah walaupun tidak dicatat oleh pegawai pencatat nikah. Oleh karna itu perkawinan tersebut tidak sah menurut hukum positif, maka perkawinan tersebut tidak mempunyai akibat hukum tetapi terdapat dampak perkawinan terhadap status anak dan istri, yaitu dalam hal warisan dan pengakuan anak.

Pencatatan perkawinan yang tidak disyaratkan dalam pasal 2 ayat (2) Undang-undang perkawinan, walaupun tidak secara tegas dinyatakan sebagai syarat-syarat perkawinan yang termaktub dalam pasal 2 ayat (1) Undang-undang perkawinan, tetapi mempunyai akibat hukum yang sangat penting dalam hubungan suami istri.

Akibat hukum dari perkawinan tersebut adalah menyangkut hubungan suami istri yang melahirkan hak dan kewajiban, timbulnya harta benda atau

14 Umar Haris Senjaya dan Aunur Rahim Faqih, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia,

(25)

15

kekayaan suami istri dalam perkawinan, serta hubungan antara orang tua dengan anak-anaknya yang dilahirkan dari perkawinan mereka. Akibat hukum perkawinan yang tidak dicatatkan tersebut, yaitu: pertama, perkawinan dianggap tidak sah menurut hukum negara. Kedua, anak hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibu dan keluarga ibu. Ketiga, baik istri maupun anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut tidak berhak atas nafkah atau warisan dari mantan suaminya dan ayahnya, karena tidak memiliki akta nikah dan akta kelahiran anak atas nama ibunya. 15

4. Faktor-Faktor Yang Melatarbelakangi Masyarakat Melakukan Nikah Siri. Adapun faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya nikah siri adalah sebagai berikut:

1. Ketidaktahuan tentang ketentuan agama pada umumnya dan perkawinan pada khususnya.16

Ketidaktahuan adalah penyakit dan suatu kerugian bagi setiap umat. Oleh sebab itu Nabi SAW menganggap ketidaktahuan adalah penyakit dan memerintahkan pengobatan dan penyembuhan darinya. Dalam sebuah hadist dari Jabir Radhiyallahu anhu:

15 Sabarudin Ahmad, Transformasi Hukum Pembuktian Perkawinan Dalam Islam, (Airlangga

University Press, 2020), h. 17-19

16Muhammad Bin Jamal Bin Mahmud, Az-Zawajul Urfi fii miizanil Islam, (Lebanon: Darul Kutub,

(26)

Dari Jabir Radhiyallahu anhu beliau berkata: kami berangkat dalam satu perjalanan lalu seorang dari kami tertimpa batu dan melukai kepalanya. kemudian orang itu mimpi basah, lalu ia bertanya kepada para sahabatnya ”apakah kalian mendapatkan keringanan bagi ku untuk tayammum?” mereka menjawab: “kami memandang kamu tidak mendapatkan keringanan karena kamu mampu menggunakan air.” Lalu ia mandi kemudian meninggal. Ketika kami bertemu dengan Nabi saw, peristiwa tersebut diceritakan kepada beliau saw dan beliau bersabda: mereka telah membunuhnya Semoga Allah membalas mereka. Tidakkah mereka bertanya jika tidak mengetahui? Karena obat dari ketidaktahuan adalah bertanya. (HR Abu Dawud).17

2. Sulitnya aturan berpoligami.

Padahal poligami adalah salah satu syariat yang dibolehkan yang merupakan kebutuhan wajib dizaman seperti ini.

Allah swt berfirman:

Terjemahnya;

“Dan jika kamu khawatir tidak bisa berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (apabila kamu menikahinya), maka nikahilah wanita-wanita lain yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu khawatir tidak bisa berlaku adil, maka nikahilah seorang saja atau hamba sahaya perempuan yang kamu miliki. (QS. An-Nisa ayat 3).18

17Abu Dawud Sulaiman bin Al-Asy’ats As-Sijistani, Sunan Abu Dawud, No. 336 (Beirut: Ihya

Turats Al-arabi, 2010), h. 172

(27)

17

Akan tetapi untuk dilakukannya pernikahan yang kedua, ketiga dan seterusnya (poligami) ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu harus mendapat izin atau persetujuan dari istri sebelumnya. Suami mungkin memerlukan istri ke-2 namun ia takut diketahui oleh istri pertama dan karena sulit untuk mendapatkan izin dari istri, maka akhirnya suami melakukan nikah secara diam-diam atau nikah siri.19

3. Zina akibat ber-khalwat

Tidak semua orang memiliki persiapan untuk melakukan sebuah pernikahan, apalagi disebabkan oleh faktor pergaulan bebas yang terjadi di luar nikah (zina) akibat pacaran yang dilakukan. Merasa menyesal terhadap dosa-dosa yang telah di lakukan serta keinginan untuk memiliki dan melanjutkan hubungan kasih sayang, terkadang membuat seseorang untuk keluar dari aturan, seperti melakukan nikah siri. 20

4. Faktor belum cukup umur

Nikah siri dilakukan karna adanya salah satu calon mempelai belum cukup umur. Kasus ini terjadi disebabkan ekonomi juga, dimana orang tua merasa kalau anak perempuannya sudah menikah, maka beban keluarga secara ekonomi menjadi berkurang, karena anak perempuannya sudah ada yang nanggung/ngurusi yaitu suaminya.

19 Muhammad Bin Jamal Bin Mahmud, Az-Zawajul Urfi fii miizanil Islam (Lebanon: Dar AlKutub,

2004), h. 89

(28)

5. Hamil diluar nikah sebagai efek pergaulan bebas.

Pergaulan masa sekarang yang telah dimasuki oleh budaya-budaya asing tanpa adanya penyaringan mengenai hal tersebut, memicu banyaknya tingkahlaku manusia yang melampaui batas. Salah satunya adalah pergaulan bebas. Pergaulan bebas memiliki banyak akibat yang negatif, salah satunya adalah hamil diluar nikah. Kehamilan yang terjadi diluar nikah tersebut, merupakan aib bagi keluarga yang akan mengundang cemohan dari masyarakat. Dari sanalah orang tua menikahkan secara siri anaknya dengan laki-lakiyang menghamilinya dengan alasan menyelamatkan nama baik keluarga dan tanpa melibatkan petugas PPN, tetapi hanya dilakukan oleh mualim (ada istilah nikah secara kiyai) tanpa melakukan pencatatan.

6. Kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang pencatatan pernikahan.

Dengan pemahaman masyarakat yang sangat minim tentang pentingnya pencatatan pernikahan, akibatnya mempengaruhi masyarakat agar tetap melaksanakan pernikahan siri. Adanya anggapan bahwa perkawinan yang dicatat maupun yang tidak dicatat sama saja.

7. Faktor ekonomi

Sebagian masyarakat, khususnya yang ekonominya menengah kebawah merasa tidak mampu membayar administrasi pencatatan yang kadang membengkak dua kali lipat dari biaya resmi.

(29)

19

8. Faktor harta

Dalam sebagian suku masih mengakar adat jual mahar, sehingga menjadi medan kebanggaan bagi mereka, dan tatkala ada pasangan suami istri yang ridho dengan mahar yang relative murah, mereka menempuh pernikahan siri karena khawatir diejek oleh masyarakat.

9. Faktor tempat kerja

Aturan-aturan tempat kerja atau kantornya yang tidak membolehkan menikah selama dia bekerja, atau tidak boleh menikah lebih dari satu.

10. Faktor sosial

Masyarakat sudah terlanjur memberikan stigma negatif kepada setiap orang yang menikah lebih dari satu, maka untuk menghindari stigma negatif tersebut, seseorang tidak mencatatkan pernikahannya kepada lembaga resmi. Dan ada juga penyebab lain yaitu karna tidak disetujui orang tua sehingga membuat kedua pasangan tersebut menikah siri.21

21Bahtiar Tahir, Penyebab dan Problematika Atas Status Anak Dalam Perspektif Hukum Islam,

(30)

20

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian

Penelitian kualitatif adalah strategi penelitian yang menekankan pada pencarian makna, pemahaman, konsep, ciri, gejala, simbol, dan deskripsi mengenai suatu fenomena, pemusatan dan multimetode, bersifat keseluruhan dan holistik, mementingkan kualitas, menggunakan berbagai cara, serta disajikan secara narratif.22

Jenis penelitian Kualitatif, ini biasa disebut metode penelitian naturalistik lantaran penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah, merupakan metode penelitian yang berlandaskan dalam filsafat postpositivisme, yang dipakai untuk mempelajari keadaan obyek alamiah, (bukan obyek eksperimen) dimana penelitilah yang menjadi alat kunci.23

Adapun lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Sambi Rampas Kabupaten Manggarai Timur. Hal ini dianggap relevan dengan judul dan tujuan penelitian, sehingga memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian.

B. Pendekatan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimulai dari sesuatu yang kosong, melainkan berdasarkan persepsi terhadap masalah. an masalah dalam penelitian kualitatif disebut fokus. Fokus pada dasarnya adalah masalah pokok yang bersumber dari

22Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan penelitian Gabungan, (Kencana, 2017),

h. 328

(31)

21

pengalaman peneliti atau melalui pengetahuan yang diperolehnya melalui kepustakaan ilmiah ataupun kepustakaan lainnya.24

Penlitian ini difokuskan pada bagaimana pelaksanaan nikah siri, dan bagaimana peran KUA dalam mengatasi nikah siri di Kecamatan Sambi Rampas Kabupaten Manggarai Timur.

C. Sumber Data

Data adalah bukti atau informasi yang dikumpulkan atau disajikan untuk tujuan tunjauan tertentu. Adapun sumber informasi atau data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Data primer diperoleh secara langsung dari informan penelitian dengan cara wawancara langsung untuk mendapatkan data-data tentang Bagaimana peran KUA dalam mengatasi nikah siri di Kecamatan Sambi Rampas Kabupaten Manggarai Timur dan bagaimana pelaksanaan nikah siri di Kecamatan Sambi Rampas Kabupaten Manggarai Timur.

b. Data sekunder diperoleh dari berbagai literature seperti artikel ilmiah, buku-buku, dan jurnal yang berkaitan dengan penelitian.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan cara yang dapat dipakai oleh peneliti buat mengumpulkan data.

24 Moleong, J. Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h.

(32)

Dalam penelitian kualitatif secara generik di kenal beberapa jenis cara pengumpulan data, antara lain:

1. Observasi

Merupakan sebuah Teknik pengumpulan data menggunakan pengamatan terhadap fenomena penelitian. Metode ini merupakan salah satu metode pengumpulan data yang paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif. 2. Wawancara (Interview)

Wawancara pada penelitian kualitatif di lakukan pada saat peneliti ingin mendapatkan pengetahuan tentang makna-makna subyektif yang di pahami individu berkaitan dengan topik yang sedang di teliti dan bertujuan membuat eksplorasi terhadap isu tersebut, dimana hal tersebut tidak dapat di lakukan melalui pendekatan lainnya. Pertanyaan-pertanyaan yang di berikan kepada narasumber dalam wawancara kualitatif umumnya bersifat tidak struktur dan bersifat terbuka yang dengan sengaja di ciptakan untuk memunculkan pandangan maupun opini dari para responden wawancara. 3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah analisis yang di lakukan dengan cara melihat atau mengamati dokumen-dokumen yang di buat oleh subyek sendiri maupun orang lain tentang subyek. 25

E. Instrument Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrument penelitian. Keberhasilan dalam mengumpulkan data sebagian besar tergantung pada

25Cosmas Gatot Haryono, Ragam Metode Penelitian Kualitatif Komunikasi, (Cv Jejak Anggota

(33)

23

kemampuan peneliti untuk menilai kondisi sosial yang ditinjau. Ia dapat mswawancarai yang diteliti, ia harus bisa mengamati kondisi sosial yang terjadi dalam konteks yang sesungguhnya, ia dapat memotret peristiwa, simbol dan tanda serta merekam dialog yang terjadi. 26

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan selama proses pengumpulan data dan dalam jangka waktu setelah pengumpulan data selesai. Dalam wawancara, peneliti menganalisis jawaban responden. Setelah dianalisis dan jawaban dari responden belum memuaskan, maka peneliti akan terus bertanya hingga memperoleh jawaban atau data yang memuaskan.. Dalam menganalisis data diperlukan beberapa cara yaitu;

1. Reduksi data

Mereduksi data yaitu memilih hal-hal yang penting karna data yang didapat dari lapangan sangat banyak untuk itu maka perlu dicatat secara cermat dan detail.

Tujuan dari mereduksi data yaitu untuk perbaikan kalimat dan kata-kata yang tidak penting.

2. Penyajian data (data display)

Setelah reduksi data, langkah selanjudnya adalah penyajian data. Dengan melihat data tersebut, maka akan lebih memudahkan memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjudnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

26Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan penelitian Gabungan, (Kencana, 2017),

(34)

3. Verifikasi

Kesimpulan awal yang dilakukan hanya bersifat sementara dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti konkrit yang memperkuat pada tahap pengumpulan data selanjudnya. Dan apabila kesimpulan yang dipaparkan pada tahap pertama didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.27

G. Pengujian Keabsahan Data

Berbagai metode yang digunakan untuk memverifikasi data penelitian, antara lain:

1. Kepercayaan: verifikasi data dilakukan dengan peningkatan partisipasi untuk mencapai tingkat keandalan hasil tertent.

2. Triangulasi adalah metode untuk memverifikasi data dengan menggunakan sesuatu yang lain untuk pengecekan atau perbandingan terhadap data. Tekhnik triangulasi yang paling banyak di gunakan ialah pemeriksan melalui sumber lain.

27Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2013), h.

(35)

25

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Umum Manggarai Timur Sebagai Daerah Penelitian

1. Sejarah Singkat Manggarai Timur

Masyarakat Manggarai Timur merupakan bagian dari masyarakat Manggarai. Pada zaman reformasi, Manggarai mengalami perubahan, dengan melakukan pemekaran wilayah menjadi Manggarai, Manggarai Timur dan Manggarai Barat. Perubahan ini terjadi pada tahun 2003. Pemekaran wilayah ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Sehingga secara historis antara masyarakat Manggarai dan Manggarai Barat tidak dapat dipisahkan diantara keduanya. Masyarakat Manggarai (termasuk masyarakat Manggarai Barat) merupakan bagian dari enam kelompok etnis di Pulau Flores seperti diuraikan di atas. Manggarai Barat terdiri dari 38 kedaluan (hameente), yakni: Ruteng, Rahong, Ndoso, Kolang, Lelak, Wotong, Todo, Pongkir, Pocoleok, Sita, Torokgolo, Ronggakoe, Kepo, Manus, Rimu, Welak, Pacar, Reho, Bari, Pasat, Nggalak, Ruis, Reo, Cibal, Lambaleda, Congkar, Biting, Pota, Rembong, Rajong, Ngoo, Mburak, Kempo, Boleng, Matawae, Lo'o dan Bajo. 28

2. Kondisi Geografi dan Iklim

Kabupaten Manggarai merupakan salah satu dari 16 Kabupaten/Kota yang terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Secara geografis wilayah Kabupaten

(36)

Manggarai terletak diantara 80 LU- 80.30 LS dan 119, 300 –12, 300 BT. Terletak di

bagian barat pulau Flores, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: a. Sebelah Barat dengan Kabupaten Manggarai Barat, b. Sebelah Utara dengan Laut Flores,

c. Sebelah Timur dengan Kabupaten Ngada, dan d. Sebelah Selatan dengan Laut Sawu.

Luas wilayah Kabupaten Manggarai ialah 4.188,9 Km2.Secara

administratif, Kabupaten Manggarai terbagi menjadi 12 Kecamatan, 227 Desa dan 27 Kelurahan. Pusat pemerintahan kabupaten di Kota Ruteng-Kecamatan Langke Rembong. Tahun 2004 jumlah penduduk mencapai sebanyak 484.015 jiwa dan 103.861 KK, dan Tingkat Kepadatan penduduk sebesar 115,55 jiwa / Km2. 29

3. Topografi, Geologi dan Hidrologi

Jika dilihat dari topografinya, wilayah Manggarai Timur terdiri atas 5 bagian besar, yaitu :

a. Sedikit berombak dengan kemiringan 3-16 %. b. Sedikit bergelombang dengan kemiringan 17-26 %. c. Bergelombang dengan kemiringan 27-50 %.

d. Bergunung dengan kemiringan lebih besar dari 50 %.

e. Daerah banjir dengan kemiringan 0-30 %. 30

Keadaan topografi tersebut mempunyai pengaruh dengan pola kehidupan penduduk, yaitu pola pemukiman digunung-gunung, sehingga terdapat beberapa

29Dokumentasi Kantor Lurah Sambi Rampas Tanggal 14 April 2021 30Dokumentasi Kantor Lurah Sambi Rampas Tanggal 21 April 2021

(37)

27

variasi adat dan tipologi kehidupan yang sangat besar antara suatu daerah dengan daerah lainnya. Pulau ini dibentuk oleh pegunungan vulkanik muda. Pada teori lempeng tektonik, deretan pegunungan di nusa tenggara dibangun tepat di zona subduksi indo-australia pada kerak samudra dan dapat di interpretasikan kedalaman magmanya kira-kira mencapai 165-200 km sesuai dengan peta tektonik Hamilton (1979). Lempeng tektonik kepulauan Indonesia terletak di penggabungan tiga lempeng utama diantaranya lempeng indo-australia, Eurasia dan pasifik. Interaksi dari ke tiga lempeng tersebut menimbulkan kompleks tektonik khususnya di perbatasan lempeng yang terletak di timur Indonesia. Sebagian besar busur dari Manggarai Timur dibentuk oleh zona subduksi dari lempeng Indo-australia yang berada tepat dibawah busur Sunda-Banda selama diatas kurun waktu tertier yang mana subduksi ini dibentuk didalam busur volcanik kepulauan Nusa Tenggara. 31

4. Kondisi Demografi a. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Manggarai Timur dalam pendataan pada tahun 2017 adalah sebanyak 25.788 jiwa, menurut jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki sebanyak 12.969 dan jenis kelamin perempuan sebanyak 12.819 jiwa. Kepadatan penduduk berkisar LL per km,yang tersebar dalam 7 kelurahan.32

Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk Manggarai Timur, dengan 7 kecamatan sebagai acuan atau sampel dalam penelitian ini. Maka dapat kita lihat pada tabel 4.1.

31Dokumentasi Kantor Lurah Sambi Rampas Tanggal 14 April 2021 32Dokumentasi Kantor Lurah Sambi Rampas Tanggal 14 April 2021

(38)

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Manggarai Timur Tahun 2020 No. Kelurahan Jumlah Penduduk Jumlah ( Jiwa ) Persentase % Pria Perempuan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Sambi Rampas Borong Baras Poco Ranaka Lambaleda Elar Kota komba 1.859 3.276 1.543 1.209 1.394 1.687 2.001 1.866 3.112 1.528 1.221 1.357 1.672 2.063 3.725 6.388 3.071 2.430 2.751 3.359 4.064 14,44 24,77 11,91 9,42 10,67 13,03 15,76 Jumlah 12.969 12.819 25.788 100,00

Sumber: Data BPS Kabupaten Manggarai Timur 2020

b. Kondisi Perekonomian

Tabel 4.2 Klasifikasi Mata Pencaharian Penduduk kabupaten Manggarai Timur

No Mata Pencaharian Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Pegawai Negeri Sipil Pedagang

Petani

Usaha Rumah Tangga Nelayan Penjahit Supir Angkutan Buruh Lain-lain 775 1570 5478 525 325 17 142 210 710

(39)

29

Seperti telah dikemukakan bahwa mata pencaharian penduduk Keamatan Bissappu pada umumnya bergerak pada sektor pertanian, khususnya petani sawah, kebun, beternak, nelayan, dan selebihnya bergerak pada sektor perdagangan, sektor jasa,dan sipil.

Kabupanten Manggarai Timurdengan potensi ekonomi yang dimiliki cukup memadai, hal ini disebabkan karena didukung factor alam, letaknya srategis dimana merupakan jalur angkutan umum yang menghubungkan Kabupaten Manggarai Timurdengan Kota Borongdidukung oleh sarana transportasi yang sangat memadai. Hal inilah yang menyebabkan hasil dengan harga yang cukup memadai.

Pegawai negeri sipil (PNS) adalah mata pencaharian yang paling diminatioleh Kabupaten Manggarai Timur, hal ini terlihat dari besarnya animo masyarakat pada setiap pendaftaran calon pegawai negeri sipil dan tingginya jumlah penduduk yang berprofisi sebagai negeri sipil (PNS).33

B. Profil KUA Kecamatan Sambi Rampas

1. Visi Misi dan Motto KUA Kecamatan Sambi Rampas

Visi

“Terwujudnya Masyarakat Kecamatan Sambi Rampas yang taat beragama, rukun, cerdas dan sejahtera lahir dan bathin”.

Misi

- Meningkatakan pemahaman dan pengalaman ajaran agama - Meningkatkan kualitas pelayanan nikah dan rujuk berbasis IT

(40)

- Meningkatkan kualitas bimbingan keluarga Sakinah, haji, zakat, wakaf, dan tilawatil qur’an

- Meningkatkan peran Lembaga keagamaan

- Meningkatkan koordinasi lintas sektoral dan kemitraan umat.

Motto

“Melayani dengan professional dan akhlakul karimah” 34

2. Sarana dan Prasarana

Terciptanya proses pelayanan dan pelaksanaan tugas dengan baik harus ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai. KUA Kecamatan Sambi Rampas memiliki sarana dan prasarana yang kurang memadai. Sarana dan Prasarana yang tersedia berupa: Ruang Kepala, Ruang Penyuluh, Ruang balai nikah, Ruang arsip, toilet, dan dapur serta ketersediaan sarana berupa computer, lemari, meja, kursi, dan printer. Sebagai gambaran secara adminstratif dapat dilihat sebagai berikut:

a. Satu (1) buah computer dan tidak dapat memenuhi kebutuhan administrasi.

b. Lemari arsip yang digunakan sebagai penyimpanan berkas tidak mampu menampung berkas yang ada.

c. Kursi yang ada, seperti kursi staf dan kursi pelayanan masih kurang sehingga proses pelayanan sering terganggu, terutama jika yang akan mendapatkan pelayanan melebihi fasilitas yang ada.35

34 Dokumentasi KUA Sambi Rampas Tanggal 15 April 2021 35 Dokumentasi KUA Sambi Rampas Tanggal 15 April 2021

(41)

31

3. Kepegawaian

Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Sambi Rampas sejak pertama berdiri dari tahun 1982 hingga tahun 2021 saat ini, sudah dipimpin oleh empat (4) Kepala KUA, diantaranya:

1. Usman (1982 s.d 1992)

2. Drs. Abdurahman Kedang (1993 s.d 2003) 3. Drs. M Kasim (2004 s.d 2013)

4. Drs. H Abdul Kadir (2014 s.d Sekarang)

Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Sambi Rampas difasilitasi oleh dua (2) personil kepegawaian yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Honorer. Pegawai Negeri Sipil (PNS) terdiri dari empat (4) orang, masing-masing:

1.Drs. H. Abdul Kadir (Kepala KUA) 2.Dra. Sya’riah (Pelaksana) 3.Syamsudin S.Pd (Penghulu) 4.A. Hamid Kasim S.Pd (Staff)

Adapun tenaga honorer terdiri dari dua belas (12) orang, masing-masing:

1.Jainudin, S.Pd (Penyuluh Non PNS) 2.Adnan Achmad, S.Sos (Penyuluh Non PNS) 3.Mustamin (Penyuluh Non PNS) 4.Anisa MA, S.Km (Penyuluh Non PNS) 5.Nurul Maghfirah M, S.EI (Penyuluh Non PNS)

(42)

6.Syarifudin, S.HI (Penyuluh Non PNS) 7.Sunarti (Penyuluh Non PNS) 8.Aliyudin, S.Pd (Penyuluh Non PNS) 9.Fadlun, S.HI (Penyuluh Non PNS) 10.Marwati, S.HI (Penyuluh Non PNS) 11.Hasbin, S.Pd.I (Penyuluh Non PNS) 12.Makbul S.Sos (Penyuluh Non PNS).36

C. Pelaksanaan Nikah Siri di Kecamatan Sambi Rampas

Dalam kehidupan, seseorang tidak bisa hidup sendiri. Setiap orang tentu menginginkan atau membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Diantaranya keinginan untuk memiliki pasangan hidup. Islam sebagai agama yang sempurna telah mengatur segala sesuatu di muka bumi ini. Termasuk keinginan untuk memiliki pasangan hidup, islam telah mengaturnya melalui sebuah pernikahan atau perkawinan yang menyatukan antara seorang pria dan wanita dalam sebuah ikatan yang sah dan diakui oleh agama maupun negara.37

Menurut pandangan islam, perkawinan yang sah adalah perkawinan yang dilakukan dengan memenuhi rukun dan syaratnya. Sedangkan menurut pandangan hukum Indonesia, jika perkawinan itu dicatatkan pada suatu instansi yang berwenang, maka perkawinan itu dianggap sah.

Akan tetapi tidak semua masyarakat islam di Kecamatan Sambi Rampas mengikuti tata cara atau aturan pencatatan perkawinan tersebut. Masih banyak

36Dokumentasi KUA Sambi Rampas Tanggal 15 April 2021

37 Bahtiar Tahir, Penyebab dan Problematika Atas Status Anak Dalam Perspektif Hukum

(43)

33

masyarakat yang melaksanakan praktik nikah namun tidak terdaftar secara resmi pada Kantor Urusan Agama (KUA) dan tidak diumumkan atau yang kita kenal dengan pernikahan siri.

Berikut hasil wawancara dengan Kepala KUA, berikut penuturannya: “Pernikahan antara seorang lelaki dan seorang wanita dengan sengaja

disembunyikan atau dirahasiakan dan tidak diberitahukan kepada orang lain, biasanya terdapat masalah atau aib. KUA sebagai lembaga utama yang menangani masalah agama seperti zakat, wakaf, baitul mal, ibadah sosial, dan pengembangan keluarga Sakinah, KUA juga mengurusi masalah perkawinan seperti mengurusi pencatatan nikah sehingga apabila dikemudian hari terdapat hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan keluarga mudah mendapatkan pelayanan, karena sudah terdaftar. Pernikahan sah apabila memenuhi rukun dan syarat nikah. Syarat nikah terkait dengan hukum agama maupun menurut hukum yang berlaku di negara Indonesia”. 38

Di Kecamatan Sambi rampas sendiri telah banyak yang menikah siri dengan berbagai alasan dan faktor yang menyebabkan mereka melakukan nikah siri. Berdasarkan hasil wawancara langsung dilapangan dengan salah seorang informan, diketahui terdapat beberapa alasan yang melatarbelakangi seseorangan melakukan nikah siri adalah:

“Islam tidak melarang untuk berpoligami, islam membolehkan seseorang untuk menikah lebih dari satu, bahkan islam juga membolehkan seseorang untuk beristri hingga empat orang, asalkan suami mampu berbuat adil kepada semua istrinya”. 39

Inilah yang menjadi alasan seseorang untuk menikah lagi, tetapi kebanyakan dari istri tidak menyukainya karena takut suaminya tidak dapat berbuat adil atau takut sang suami lebih menyayangi istri kedua, sampai akhirya

38 Hasil Wawancara dengan Bapak H. Abdul Kadir selaku Kepala KUA Kecamatan Sambi Rampas

Tanggal 21 April 2021 pukul 09.00 WITA

39Hasil Wawancara dengan Bapak Kus Selaku Pelaku Nikah Siri Tanggal 24 April 2021 Pukul 22.00

(44)

memutuskan untuk menikah siri. Hal itu diungkapkan oleh salah seorang pelaku nikah siri, Bapak Kus yang berumur 37 tahun. Berikut penuturannya:

“saya melakukan pernikahan yang kedua dengan cara menikah siri

disebabkan karna istri saya yang pertama tidak sepakat kalau saya menikah lagi, karna saya terlanjur suka sama perempuan itu hingga akhirnya saya putuskan untuk nikah siri, asalkan saya mampu berlaku adil kepada istri-istri saya”. 40

Sedangkan Kasim yang berumur 26 Tahun memutuskan untuk nikah siri karena sudah menghamili perempuan terlebih dahulu, berikut wawancara Kasim bersama istrinya:

“saya nikah siri karna istri saya hamil duluan, karna umur kami yang belum memenuhi syarat untuk mendaftar di KUA, saya waktu nikah umur saya baru 18 tahun sedangkan istri saya berumur 16 tahun sehingga kami menikah siri. Yang penting sah menurut agama dulu karna umur kami yang belum mencukupi untuk menikah secara sah menurut hukum”. 41

“kalua saya ridho dengan pernikahan kami, karna memang ini keinginan kami berdua dan juga keinginan orang tua. Tidak mengapa menikah siri yang penting suami bertanggung jawab dan pernikahannya sah menurut agama.” 42

Islam tidak mengatur adanya pencatatan nikah, namun manfaat dari pencatatan nikah sangat diperlukan. Karena pernikahan tidak berlangsung selamanya, berdasarkan kenyataannya dalam pernikahan sering kali terjadi masalah yang diselesaikan di pengadilan.

Berikut hasil wawancara dengan salah seorang staff, berikut pengungkapannya:

“Suatu perkawinan jika sudah terdaftar di Kantor Urusan Agama (KUA) tentu mendapatkan akta nikah, jika suatu saat terjadi perceraian maka lebih mudah untuk menyelesaikannya. Berbeda dengan perkawinan yang tidak 40 Hasil Wawancara dengan Bapak Kus Selaku Pelaku Nikah Siri Tanggal 24 April 2021 pukul 22.00

WITA

41 Hasil Wawancara dengan Bapak Kasim Selaku Pelaku Nikah Siri Tanggal 24 April 2021 pukul

22.30 WITA

42Hasil Wawancara dengan Ibu Muliyana Selaku Pelaku Nikah Siri Tanggal 11 Juni 2021 pukul

(45)

35

tercatat di Kantor Urusan Agama (KUA), pengadilan tidak mau mengurusnya karna perkawinan tersebut di anggap tidak pernah terjadi.” 43

Ada beberapa masyarakat Sambi Rampas yang membenarkan tentang adanya nikah siri yang dilakukan dikalangan masyarakat di Kecamatan Sambi Rampas, berikut pengungkapan dari salah seorang masyarakat Bapak Falu yang bekerja sebagai petani:

“sebagian masyarakat masih melakukan pernikahan siri tersebut disebabkan karna beberapa masalah diantaranya: pertama, penghasilan perhari yang minim. Kedua, rendahnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pencatatan pernikahan. Ketiga, kurangnya Pendidikan yang dimiliki masyarakat.” 44

Kemudian penulis juga mewawancarai salah seorang masyarakat (Jajang) yang melakukan nikah siri yang berasal dari desa lain (Nanga Baras), kebetulan bekerja sebagai petani didaerah peneliti melakukan penelitian tentang alasan mengapa dia melakukan nikah siri adalah jarak yang harus ditempuh ke Kantor Urusan Agama (KUA) kurang lebih memakan waktu sekitar satu jam perjalanan dengan akses yang kurang bagus (jalannya jelek) dan Jajang tidak mengerti tentang pentingnya pencatatan nikah karena Jajang hanya Sekolah Dasar. 45

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya nikah siri:

Pertama, pendapatan ekonomi masyarakat sehari-hari sangat terbatas sehingga mereka tidak mampu membayar biaya pernikahan dan perjalanan jauh ke Kantor Urusan Agama. Hal ini dikarenakan keadaan ekonomi masyarakat di

43 Hasil Wawancara dengan Bapak A. Hamid Kasim selaku Staff Administrasi Nikah Tanggal 28

April 2021 pukul 11.00 WITA

44 Hasil Wawancara dengan Masyarakat Tanggal 21 April 2021 pukul 09.00 WITA

45 Hasil Wawancara dengan Jajang Selaku Pelaku Nikah Siri Tanggal 24 April 2021 pukul 20.00

(46)

Kecamatan Sambi Rampas sebagian besar berprofesi sebagai petani dan nelayan. Karena dalam situasi ekonomi seperti inilah sehingga status sosial masyarakat berada pada tingkat rata-rata menengah dan rendah dan pendapatan harian mereka serba kurang. Karena itu masyarakat enggan mendaftarkan pernikahan mereka ke KUA karena akan memakan biaya yang sangat mahal.

Kedua, keluarga dan kedua mempelai merasa malu dan malas untuk mendaftarkan pernikahan mereka ke Kantor Urusan Agama (KUA) dikarenakan status pernikahan mereka yang ternyata berasal dari suatu kecelakaan yang telah mereka lakukan.

Ketiga, rendahnya pemahaman dan kesadaran mengenai hukum di masyarakat tentang penting dari adanya pencatatan nikah. Kebanyakan masyarakat Kecamatan Sambi Rampas tidak mengerti dan memahami sepenuhnya betapa pentingnya pencatatan perkawinan. Walaupun dalam kenyataannya perkawinan itu dicatatkan di KUA sebagian dari mereka boleh jadi hanya sekedar ikut-ikutan belaka. Atau mungkin mereka menganggapnya sebagai tradisi yang lazim dilakukan oleh masyarakat setempat. Belum diniatkan dengan kesadaran sepenuhnya akan manfaat dari pencatatan perkawinan tersebut. Padahal pencatatan perkawinan yang merupakan perintah undang-undang No. 1 tahun 1974 sesungguhnya mempunyai tujuan penting, yaitu proses dokumentasi atas perbuatan hukum perkawinan itu sendiri sehingga kemudian akan memberikan perlindungan hukum bagi suami istri yang bersangkutan beserta anaknya dikemudian hari.

(47)

37

Keempat, kurangnya pendidikan yang dipelajari masyarakat yang ada di Kecamatan Sambi Rampas, yang mana kebanyakan dari para pelaku nikah siri adalah orang-orang yang bersekolah hanya sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) atau bahkan ada yang hanya sampai pada Sekolah Menengah Pertama (SMP). Mereka tidak tahu betul dengan pentingnya pencatatan perkawinan karena pendidikannya kurang.

D. Peran KUA Dalam Mengatasi Nikah Siri

Tujuan dari adanya suatu perkawinan bukan hanya untuk memenuhi atau menghalalkan hubungan biologis antara suami istri demi mendapatkan keturunan semata, melainkan juga untuk membentuk keluarga yang bahagia, penuh cinta dan kasih sayang. Begitu banyak persoalan yang terjadi seperti persoalan sosial dan persoalan hukum disebabkan karna adanya ikatan perkawinan. Maka sudah sepantasnya masalah perkawinan harus dilihat dari sudut pandang kemasyarakatan, agama, dan hukum negara.

Namun kenyataannya sekarang masih banyak kita temui masyarakat di Kecamatan Sambi Rampas yang melangsungkan pernikahan hanya secara agama, dan tidak mencatatkannya di Kantor Urusan Agama (KUA).

Perkawinan yang sah tentu akan menimbulkan akibat hukum, dan sebaliknya perkawinan yang tidak dianggap sah oleh suatu lembaga atau negara tidak mempunyai kekuatan hukum karena perkawinan tersebut tidak pernah dianggap ada oleh negara.

(48)

Berdasarkan hasil penelitian di Kecamatan Sambi Rampas, terdapat realitas masyarakat saat ini yang melakukan pernikahan namun tidak mencatatkan pernikahan tersebut pada lembaga yang berwenang. Akibat dari pernikahan yang tidak tercatat menimbulkan mudhorot yang lebih besar kepada pihak perempuan (istri) dan anak yang dilahirkan, sedangkan untuk suami hampir tidak ada mudhorotnya sama sekali. Oleh sebab itu Kantor Urusan Agama (KUA) sebagai Lembaga utama yang mengurusi masalah agama, mempunyai peran yang sangat penting didalam mengurusi masalah perkawinan, diantaranya pencatatan nikah dan mencegah terjadinya illegal wedding.

Berikut beberapa peran Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Sambi Rampas dalam mencegah nikah siri diantaranya:

“Mengadakan penyuluhan-penyuluhan pencatatan nikah dan keluarga bahagia kepada calon dan wali, mengadakan sosialisasi tentang pentingnya pencatatan nikah dan dampak negatifnya bagi ibu dan anak melalui seminar-seminar atau pengajian-pengajian yang diadakan oleh KUA Sambi Rampas.” 46

Berdasarkan data yang telah diperoleh dari hasil wawancara bersama beberapa pihak, diantaranya kepala Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan Sambi Rampas, masyarakat yang melakukan nikah siri, penyuluh dan seorang staff yang bekerja di Kantor Urusan Agama (KUA) serta data real yang didapat dari Kantor Urusan Agama (KUA), dapat disimpulkan bahwa sebagian dari masyarakat yang berada di wilayah Kecamatan Sambi Rampas kebanyakan bekerja sebagai petani dan tidak mengetahui akan pentingnya pencatatan perkawinan sebab mereka

(49)

39

hanya sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) atau bahkan ada yang hanya sampai pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan kurangnyaya acara sosialisasi yang diadakan oleh pihak KUA tentang pentingnya pencatatan perkawinan. Hal inilah yang membuat kebanyakan masyarakat enggan dan malas untuk mendaftarkan pernikahannya.

Selain itu pengajuan isbath nikah salah satu solusi dalam nikah siri, seperti yang dikatakan oleh Bapak Abdul Kadir, beliau mengatakan bahwa isbath nikah dilakukan sebagai akibat dari nikah tanpa dicatat/ tidak punya akta nikah. Isbath nikah itu sendiri adalah permohonan pengesahan nikah yang diajukan ke pengadilan untuk dinyatakan sah-nya pernikahan dan memiliki kekuatan hukum. Syarat-syarat yang harus dipenuhi seseorang untuk melakukan nikah adalah sebagai berikut:

“Menyerahkan Surat Permohonan Isbath Nikah pada Pengadilan Agama setempat, Surat Keterangan menurut Kantor Urusan Agama (KUA) setempat yang menyatakan bahwa pernikahannya belum dicatat, Surat Keterangan menurut Kepala Desa / Lurah yang menunjukankan bahwa pemohon sudah menikah, Foto Copy KTP pemohon, dan membayar administrasi perkara.”47

Selanjutnya Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan Sambi Rampas menilai bahwa salah satu faktor yang sangat memprihatinkan kepada msyarakat yang melakukan nikah siri adalah masih sangat rendahnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pencatatan nikah. Masyarakat mengira bahwa apabila mereka melakukan pencatatan pernikahan pasti prosesnya akan suli dan lama. Namun

47Hasil Wawancara dengan Bapak H. Abdul Kadir selaku Kepala KUA Kecamatan Sambi Rampas

(50)

kepala Kantor Urusan Agama (KUA) juga mengakui bahwa pihaknya telah berusaha semaksimal mungkin dalam melakukan sosialisasi ke desa-desa yang berada dibawah naungan Kecamatan Sambi Rampas, namun hasilnya belum begitu maksimal. sebab Ketika acara sosialisasi yang diadakan oleh pihak KUA ke desa-desa yang diselenggarakan, masyarakat yang menghadirinya sangat sedikit karena sibuk bekerja sehingga mereka tidak bisa hadir.

Berdasarkan pemaparan diatas, menurut penulis kegiatan yang dilakukan oleh pihak Kantor Urusan Agama Kecamatan Sambi Rampas mengenai pentingnya pencatatan nikah untuk mencegah nikah siri yang masih dilakukan oleh masyarakat, belum begitu efektif, khususnya bagi masyarakat yang tinggal didaerah yang jauh terkendala oleh jarak dan akses perjalanan serta sibuknya mereka dalam mencari nafkah (petani) untuk keperluan sehari-hari sehingga mereka tidak sempat hadir. Maka dari itu tidak heran apabila masih didapatkan masyarakat yang melakukan nikah siri karena mereka tidak tahu akan dampak yang diperoleh dikemudian hari.

Namun demikian pihak Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan sambi Rampas tetap berusaha dan mengadakan acara sosialisasi dan memberikan pelayanan yang terbaik terhadap masyarakat tentang pentingnya pencatatan pernikahan di KUA dan terus melakukan penyuluhan-penyuluhan pencatatan pernikahan dan keluarga bahagia yang dilakukan oleh badan penasehat, pembinaan dan pelestarian perkawinan (BP4) di Kantor Urusan Agama kepada calon pengantin dan wali.

(51)

41

Cara seperti inilah yang sering dilakukan oleh pihak Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Sambi Rampas dalam mengatasi dan meminimalisir nikah siri yang sering terjadi di masyarakat. Meskipun pada kenyataannya masih ada Sebagian masyarakat yang enggan dan malas untuk mendaftarkan pernikahannya di Kantor Urusan Agama (KUA).

(52)

42

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang Peran KUA Dalam Mengatasi Nikah Siri di Kecamatan Sambi Rampas Kabupaten Manggarai Timur, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan nikah siri di Kecamatan Sambi Rampas Kabupaten Manggarai Timur sampai hari ini masih sering terjadi disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya faktor ekonomi masyarakat yang minim, rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya pengetahuan dan pemahaman hukum tentang pentingnya pencatatan nikah.

2. Peran KUA dalam mengatasi nikah siri di Kecamatan Sambi Rampas Kabupaten Manggarai Timur diantaranya: melakukan penyuluhan-penyuluhan tentang pencatatan nikah dan keluarga bahagia kepada calon pengantin dan wali, serta melakukan sosialisasi tentang pentingnya pencatatan pernikahan dan dampak buruknya terhadap keluarga, ibu dan anak melalui seminar-seminar dan pengajian-pengajian yang diadakan oleh departemen agama melalui perwakilan di Kecamatan yang diselenggarakan dimasyarakat.

B. Saran

1. Diharapkan bagi masyarakat terkhususnya yang berada di wilayah Kecamatan Sambi Rampas terutama masyarakat yang memeluk agama

Gambar

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Manggarai Timur Tahun 2020  No.  Kelurahan  Jumlah Penduduk  Jumlah   ( Jiwa )  Persentase  Pria  Perempuan  %  1
Gambar 1. KUA Kec. Sambi Rampas
Gambar 4. Peneliti dan Kepala KUA Kec. Sambi Rampas
Gambar 7. Peneliti dan Pelaku Nikah Siri
+2

Referensi

Dokumen terkait

Existing production capacity for Quago is limited to one million kilograms per year and the new machine would only be used for demand additional to this.. The current selling price

Ketika dilarutkan dalam atau dicampur dengan bahan lain dan dalam kondisi yang menyimpang dari yang disebutkan dalam EN374 silahkan hubungi suplier sarung tangan CE-resmi

Faktor lain yang menyebabkan Islam dapat berkembang pesat di Arab Saudi di samping karena adanya faktor kesejarahan sebagai basis umat Islam sejak masa Nabi

(2010) menyebutkan bahwa perbandingan tingkat keagresifan pajak perusahaan keluarga dengan perusahaan non-keluarga tergantung dari seberapa besar efek manfaat atau

of the museum should provide facilities the public collection zone; showroom,. storage, and introduction area and non public collections zone namely:

Berdasarkan hasil pengamatan selama 7 kali pemetikan, produksi pucuk menunjukkan hasil signifikan terhadap perlakuan pupuk mikro Zn dan Cu (melalui daun) dengan pupuk

peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia tentang menceritakan isi cerita dengan menerapkan metode bermain peran GL NHODV ,, 6HNRODK 'DVDU

Surabaya, diharapkan penelitian ini dapat membantu perusahaan menelaah gambaran persepsi karyawan dalam mempersepsikan kesehatan organisasi, sebagai dasar bagi