• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang

Discharge planning adalah suatu proses dimana pasien mulai mendapat pelayanan kesehatan yang diberikan dengan kesinambungan perawatan baik dalam proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk kembali ke rumah (Kozier, 2004: 113).

Rorden dan Traft (1993 dalam Nursalam, 2011: 337) mengungkapkan bahwa perencanaan pulang bertujuan untuk membantu pasien dan keluarga untuk dapat memahami permasalahan dan upaya pencegahan yang harus ditempuh sehingga dapat mengurangi resiko kambuh, serta menukar informasi kepada pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar dari rumah sakit.

Salah satu anggota tim perencana pemulangan adalah perawat, dan sebagai perencana pemulangan, perawat mengkaji setiap pasien dengan mengumpulkan dan menggunakan data yang berhubungan untuk mengidentifikasi masalah aktual dan potensial, menentukan tujuan dengan atau bersama pasien dan keluarga, memberikan tindakan khusus untuk mengajarkan dan mengkaji secara individu dalam mempertahankan atau memulihkan kembali kondisi pasien secara optimal dan mengevaluasi kesinambungan asuhan keperawatan (Potter & Perry, 2005: 96).

Perawat bertanggung jawab untuk membuat rujukan yang sesuai dan harus mampu menentukan pengetahuan, keahlian, dan tindakan apa yang dapat membantu pasien beradaptasi terhadap lingkungan baru setelah pemulangan (Potter & Perry, 2005:

93). Salah satunya adalah pengetahuan perawat tentang konsep discharge planning.

Pengetahuan perawat tentang discharge planning sangat erat hubungannya dengan keberhasilan mempersiapkan rencana pemulangan pasien.

(2)

Pengetahuan perawat yang baik akan mempengaruhi terhadap kesiapan perawat dalam memberikan discharge planning kepada pasien dan keluarga. Kesiapan adalah kemampuan yang mencakup pengetahuan, pengalaman, dan keinginan yang mencakup keyakinan, komitmen, dan motivasi perawat dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab. Dengan pengetahuan yang baik diharapkan perawat mampu memberikan rencana pemulangan yang berisi tentang pendidikan kesehatan terkait perawatan penyakit pasien dirumah (Potter & Perry, 2005: 99).

Kesiapan perawat dalam memberikan discharge planning kepada pasien dan keluarga sebelum menghadapi pemulangan ke rumah meliputi 2 tahapan kesiapan, yaitu persiapan perawat sebelum hari pemulangan pasien dan kesiapan penatalaksanaan pada hari pemulangan. Persiapan perawat sebelum hari pemulangan pasien terdiri dari kesiapan perawat untuk menganjurkan bagaimana cara merubah keadaan rumah untuk memenuhi kebutuhan pasien, mempersiapkan pasien dan keluarga dengan memberikan informasi tentang sumber-sumber pelayanan kesehatan komunitas, menginformasikan kepada pasien dan keluarga bahwa rujukan dapat dilakukan sekalipun pasien masih di rumah, mengadakan sesi pengajaran dengan pasien dan keluarga secepat mungkin selama dirawat di rumah sakit (seperti tanda dan gejala terjadinya komplikasi, kepatuhan terhadap pengobatan, kegunaan alat-alat medis, perawatan lanjutan, diet, latihan, pembatasan yang disebabkan oleh penyakit atau pembedahan), perawat dapat menunjukkan pamflet, buku-buku, atau rekaman video yang dapat diberikan kepada pasien dan memberitahu tentang sumber-sumber informasi yang ada (Potter & Perry, 2005: 99).

Sedangkan kesiapan perawat dalam penatalaksanaan pada hari pemulangan pasien, perawat mempersilahkan pasien dan keluarga bertanya dan mendiskusikan isu-isu yang berhubungan dengan perawatan di rumah, perawat memeriksa instruksi pemulangan dokter dan memasukkan kedalam terapi, atau kebutuhan akan alat-alat medis yang khusus.

(3)

Namun pelaksanaan discharge planning di rumah sakit pada saat ini belum diterapkan secara maksimal karena peran perawat masih terbatas pelaksanaan rutinitas saja, yaitu hanya berupa informasi tentang jadwal kontrol ulang (Nursalam, 2011: 336). Salah satu penyebabnya adalah kurangnya pengetahuan perawat tentang discharge planning sebagai pemberi layanan discharge planning.

Berdasarkan hasil penelitian Hariyati dkk (2008) yang berjudul “Evaluasi Model Perencanaan Pulang yang Berbasis Teknologi Informasi” menunjukkan bahwa ada peningkatan pengetahuan yang bermakna setelah dilaksanakan pengenalan model discharge planning yang terorganisasi terhadap pengetahuan perawat (mean sebelum = 11,6; mean sesudah = 16,81). Sedangkan terhadap pelaksanaan discharge planning menunjukkan adanya peningkatan pelaksanaan discharge planning yang bermakna setelah dikenalkan model pelaksanaan discharge planning (mean sebelum =50,3; mean sesudah = 59,33). Selama penelitian, program telah dimanfaatkan oleh 62 orang (pasien dan keluarga).

Penelitian yang dilakukan oleh (Nasir, 2011) yang berjudul “Pengaruh Pengetahuan Perawat Tentang Discharge Planning terhadap pelaksanaanya di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011” yang dilakukan kepada 21 orang perawat, diperoleh 6 orang berpengetahuan baik tentang discharge planning (28,6%), 15 orang berpengetahuan cukup (71,4%) dan tidak ditemukan perawat yang berpengetahuan buruk/kurang. Hasil tabulasi silang tentang pengetahuan perawat terhadap pelaksanaan discharge plannig diperoleh responden yang berpengetahuan baik melaksanakan discharge planning dengan baik sebanyak 6 orang (28,6%), responden yang berpengetahuan cukup yang melaksanakan discharge planning dengan baik sebanyak 7 orang (33,3%), dan yang melaksanakan tidak baik sebanyak 8 orang (38,1%).

Oleh sebab itu, pelaksanaan discharge planning di rumah sakit sangat penting karena discharge planning akan memberikan proses pembelajaran yang mendalam kepada pasien dan keluarga dalam memahami kondisi kesehatan pasien (Potter &

(4)

Perry, 2005). Kegagalan untuk mempersiapkan pemulangan atau ketidakberhasilan pasien dan keluarganya untuk memahami pembatasan atau implikasi masalah kesehatan dapat menyebabkan terjadinya ketidaksiapan pasien dan keluarga menghadapi pemulangan, kegagalan merawat diri di rumah sehingga dapat menyebabkan kondisi pasien menjadi lebih buruk, meningkatkan terjadinya hambatan dan kekambuhan, serta terjadinya komplikasi yang tidak diinginkan (Perry & Potter, 2005: 99).

Berdasarkan hasil survey pendahuluan pada saat dinas pra klinik pada tanggal 17 September - 15 Oktober Tahun 2012 dan 21 Oktober - 10 November 2013 di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan, dari hasil observasi peneliti diketahui bahwa perawat belum memberikan discharge planning secara optimal kepada pasien yang akan pulang ke rumah karena pasien masih bertanya-tanya dan kelihatan bingung bagaimana perawatan pasien di rumah setelah pulang dari rumah sakit. Dan hasil wawancara pada tanggal 11 Februari 2014 kepada 10 orang perawat, ketika ditanyakan tentang discharge planning 3 orang perawat meminta penjelasan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan discharge planning, dan mengatakan bahwa discharge planning sama dengan pendidikan kesehatan, 5 orang perawat mengetahui discharge planning dan tindakan-tindakan yang dilaksanakan setelah diberitahu bahwa discharge planning sama dengan perencanaan pemulangan, namun perawat mengatakan bahwa discharge planning dilaksanakan ketika pasien hendak pulang kerumah, 2 perawat lainnya tahu tentang discharge planning dan tindakan-tindakan yang dilaksanakan, serta tahu kapan diberikan discharge planning yaitu mulai pasien masuk sampai pasien pulang ke rumah.

Setelah dilakukan wawancara dengan kepala bidang keperawatan di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan, bahwa pelaksanaan discharge planning sudah dimasukkan dalam SOP perawatan, namun pelaksanaanya masih kurang maksimal dilaksanakan disebabkan karena waktu kerja perawat yang terlalu padat, kurangnya sosialisasi kepada perawat tentang pelaksanaan discharge planning, dan belum

(5)

dilaksanakannya seminar khusus tentang discharge planning kepada perawat di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan.

Berdasarkan latar belakang, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui apakah ada hubungan pengetahuan perawat tentang discharge planning dengan kesiapan perawat memberikan discharge planning kepada pasien dan keluarga sebelum pulang ke rumah di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2014.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara pengetahuan perawat tentang discharge planning dengan kesiapan perawat memberikan discharge planning kepada pasien dan keluarga di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2014?.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan perawat tentang discharge planning dengan kesiapan perawat memberikan discharge planning kepada pasien dan keluarga di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2014.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan perawat tentang discharge planning di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2014.

b. Untuk mengetahui kesiapan perawat dalam memberikan discharge planning kepada pasien dan keluarga di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2014.

(6)

D. Manfaat Penelitian 1. Perawat

Diharapkan hasil penelitian ini menjadi bahan evaluasi bagi perawat untuk mengevaluasi pengetahuan dan kesiapan perawat dalam pemberian discharge planning sebelum pasien pulang kerumah.

2. Bagi Institusi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak rumah sakit untuk mengevaluasi kinerja perawat dalam pemberian discharge planning dan menyusun form discharge planning yang lengkap dan memasukkan discharge planning sebagai program tetap sehingga perawat dapat mempersiapkan rencana pemulangan pasien dengan optimal.

3. Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tambahan maupun data awal untuk pengembangan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan hubungan pengetahuan perawat tentang discharge planning dengan kesiapan perawat memberikan discharge planning kepada pasien dan keluarga.

4. Mahasiswa Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan agar pada saat mendapat teori/pembahasan tentang discharge planning dari kampus mahasiswa sungguh- sungguh mengikutinya.

Referensi

Dokumen terkait

Bijih akan terurai dengan menggunakan alumunium yang mengandung larutan NaOH dan menghasilkan larutan untuk mengendapkan Al(OH) 3.. Pada tahap kedua, merupakan proses

[r]

Hasil penelitian menunjukkan terdapat 19 sasaran strategis yang ingin dicapai dengan prioritas sasaran adalah: meningkatkan penerimaan Fakultas (bobot 10%),

1. Kondisi Faktual Implementasi Kebijakan Pendidikan Inklusif di Provinsi Sulawesi Selatan Berdasarkan Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009. Secara faktual kondisi

Myös rinnan ympärysmitoissa (Piirros 5.) oli rotujen järjestys molemmilla ruokintatasoilla sama. voidaan havaita, että SkSk:n rinnan ympärysmitat olivat 300 kg:n painossa

Maksimum total drift sebesar 7,3625x10 -5 m, nilai displacement sebesar 1,178x10 -3 m jadi displacement pada gedung tidak melampaui displacement maksimal dan

Pendampingan Kegiatan DAK Infrastruktur Irigasi Pekerjaan Paket 21 Rehabilitasi.. Jaringan

mantap dan stabil meliputi bertindak sesuai dengan norma sosial, bangga menjadi guru, dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma; Kepribadian yang dewasa