• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eksistensi Leaflet Arsitektural dalam Memahami Arsitektur Kampung Budaya Sindangbarang Lokasi mitra binaan : Kampung Budaya Sindangbarang di Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Eksistensi Leaflet Arsitektural dalam Memahami Arsitektur Kampung Budaya Sindangbarang Lokasi mitra binaan : Kampung Budaya Sindangbarang di Bogor"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

43

Eksistensi Leaflet Arsitektural dalam Memahami

Arsitektur Kampung Budaya Sindangbarang

Lokasi mitra binaan : Kampung Budaya Sindangbarang di Bogor

Retna Ayu Puspatarini, Sri Handjajanti, Laksmi Utami

Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Trisakti, Jl. Kyai Tapa No.1, Grogol, Jakarta 11440

e-mail: retna.ap@trisakti.ac.id

ABSTRAK

Kampung Budaya Sindangbarang merupakan kawasan budaya yang berada di Bogor. Budaya yang diangkat di kawasan ini yakni budaya Sunda sehingga secara penampilan fisik terlihat kawasan ini menghadirkan bangunan tradisional Sunda. Minimnya informasi terkait arsitektur khasnya menyebabkan masih sedikitnya masyarakat yang tertarik untuk berkunjung ke kawasan tersebut. Untuk mendukung ketertarikan masyarakat datang ke Kampung Budaya Sindangbarang maka diperlukan leaflet arsitektural yang dapat membantu mempromosikan kawasan tersebut. Leaflet arsitektural yang dirancang memberikan informasi terkait arsitektur khas Kampung Budaya Sindangbarang. Dalam mewujudkan leaflet arsitektural maka diperlukan metodologi ethnografi arsitektur. Tulisan ini dibuat untuk memahami eksistensi leaflet arsitektural dalam memperkenalkan arsitektur Kampung Budaya Sindangbarang kepada masyarakat. Hasil penelitian disimpulkan bahwa untuk dapat memahami arsitektur Kampung Budaya Sindangbarang dengan baik maka bentuk dari leaflet arsitektural yang dirancang terbagi ke beberapa bagian didasarkan pada ethnografi arsitektur Kampung Budaya Sindangbarang sehingga pembuatan leaflet ini dapat memberikan informasi yang jelas kepada masyarakat tentang arsitektur khas yang ada di kawasan tersebut.

Kata kunci: Arsitektur Kampung Budaya Sindangbarang; Ethnografi Arsitektur; Leaflet Arsitektural

The Existence of Architectural Leaflets in Understanding

Architecture of Sindangbarang Cultural Village

Location of foster partner: Sindangbarang Cultural Village in Bogor

ABSTRACT

Sindangbarang Cultural Village is a cultural area located in Bogor. The culture raised in this area is Sundanese culture so that physically visible this area presents traditional Sundanese buildings. The lack of information related to its distinctive architecture causes there are still at least few people who are interested in visiting the area. To support the interest of public to come to Sindangbarang Cultural Village, an architectural leaflet is needed that can help promote the area. Architectural leaflet designed to provide information related to the typical architecture of Sindangbarang Cultural Village. In realizing architectural leaflet, architectural ethnographic methodology is required. This paper was made to understand the existence of architectural leaflet in introducing the architecture of Sindangbarang Cultural Village to public. The result of the study concluded that to be able to understand the architecture of Sindangbarang Cultural Village, the form of architectural leaflet designed to be divided into several parts is based on the ethnography of the architecture of Sindangbarang Cultural Village so that the making of this leaflet can provide clear information to public on the typical architecture in the area.

(2)

44

PENDAHULUAN

Kampung budaya Sindangbarang merupakan sebuah kampung budaya yang mengangkat budaya tradisional Sunda. Kawasan ini berada di area persawahan yang terletak di kabupaten Bogor. Keberadaan kampung budaya ini seperti terlihat pada gambar 1.

Gbr.1. Lokasi Kampung Budaya Sindangbarang

(Sumber: Google map)

Berdasarkan gambar udara pada gambar 1 terlihat bahwa secara fisik bentuk kampung budaya Sindangbarang memiliki penampilan yang sama dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini menunjukkan bahwa kampung budaya Sindangbarang berbaur dengan lingkungannya sehingga perkampungan ini masih kental menggunakan budaya yang melekat di masyarakat sekitarnya yakni budaya Sunda.

Penerapan budaya Sunda di kampung budaya Sindangbarang terlihat jelas saat diadakannya kegiatan seren taun (upacara panen hasil bumi) yang diadakan setiap tahun. Dalam kegiatan tersebut menghadirkan kegiatan budaya lainnya yakni tari, musik, olah raga tradisional, dan lainnya. Selain kegiatan budaya yang melekat pada masyarakatnya, budaya Sunda juga terlihat jelas pada bangunan yang ada di kampung ini dan menjadi ciri khas dari bangunan di kampung budaya Sindangbarang.

Secara fungsional, bangunan yang ada di kampung budaya Sindangbarang memiliki kesamaan fungsi dengan bangunan yang ada di arsitektur Sunda yang terdiri atas bangunan

(3)

45 rumah ketua adat, lumbung padi, bangunan pertemuan, dan rumah warga. Sedangkan secara penampilannya, bentuk fisik bangunan di kawasan ini memiliki kesamaan dengan bentuk bangunan tradisional Sunda dan menggunakan material bangunan yang terbuat dari bambu.

Kehadiran yang unik dari kampung budaya Sindangbarang lambat laun mulai diketahui masyarakat luas. Namun masih sedikit informasi yang dapat diperoleh masyarakat terkait keberadaan perkampungan ini khususnya informasi terkait arsitektur kampung budaya Sindangbarang. Berdasarkan fenomena ini maka kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat yang kami lakukan yakni membuat suatu media informasi yang dapat diakses oleh masyarakat terkait arsitektur kampung budaya Sindangbarang saat mereka berkunjung ke kawasan ini.

Media informasi untuk menjelaskan arsitektur kampung budaya Sindangbarang yakni pembuatan leaflet arsitektural. Untuk mendukung pembuatan leaflet, langkah pertama yakni melakukan survei ke kampung budaya Sindangbarang. Di lokasi kami melakukan pengamatan terhadap bangunan yang ada di kawasan dan wawancara dengan ketua adat dan pengurusnya. Berdasarkan data yang diperoleh maka langkah selanjutnya yakni mengolah data tersebut menjadi data yang informatif secara arsitektural sehingga layak menjadi leaflet arsitektural untuk dapat menjelaskan arsitektur kampung budaya Sindangbarang.

Pemilihan leaflet sebagai media informasi yang efektif untuk menyampaikan informasi sudah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu. Dalam bidang kedokteran, leaflet digunakan untuk memberikan informasi kepada pasien terhadap obat yang dikonsumsi namun dalam menyampaikan informasi perlu diperhatikan tata cara penggunaan bahasa yang disampaikan agar pasien memahami isi dari informasi tersebut. Berkat bantuan leaflet, banyak masyarakat sadar untuk mengkonsumsi obat yang diresepkan (Kitching, J B. 1990). Penelitian terhadap penggunaan leaflet sebagai sarana informasi juga dilakukan oleh Ratna Asmaranai, dkk (2017). Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa untuk mendukung pariwisata di kota Semarang dibutuhkan leaflet yang dibuat dengan baik dan diperlukan pelatihan membuat leaflet. Salah satu pelatihan pembuatan leaflet telah dilakukan Audita Nuvriasari dan Ruswan Udjang dalam kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat di desa wisata Gamplong tahun 2017.

Berdasarkan 3 (tiga) kegiatan yang diutarakan menunjukkan bahwa leaflet merupakan cara efektif yang dilakukan untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat. Dalam menyampaikan informasi perlu diperhatikan beberapa hal seperti bahasa yang digunakan, penyusunan materi yang diinformasikan, dan pelatihan dalam membuat leaflet. Oleh karena itu dalam membuat leaflet arsitektural kampung budaya Sindangbarang perlu diperhatikan penggunaan bahasa dan penyusunan materi yang dapat dimengerti masyarakat untuk mengetahui informasi arsitektur yang disampaikan di leaflet.

(4)

46 Kegiatan pembuatan leaflet arsitektur bertujuan untuk mendokumentasikan arsitektur tradisional yang ada di kampung budaya Sindangbarang, menginformasikan kepada masyarakat tentang arsitektur tradisional di Sindangbarang, dan sebagai sarana promosi untuk menunjukkan keunikan yang dimiliki di kawasan ini. Selain memiliki tujuan kegiatan, manfaat yang dapat diambil dari kegiatan ini untuk melengkapi dokumentasi beragam bentuk arsitektur tradisional Sunda, dan untuk memberitahukan bahwa leaflet dapat digunakan dalam membantu pendokumentasian arsitektural.

METODE

2.1 Tahapan Metoda

Metode Pengabdian kepada Masyarakat yang dilakukan dalam pembuatan leaflet arsitektural berupa pendampingan. Kegiatan pendampingan yang dilakukan yakni membuatkan leaflet arsitektural sebagai salah satu bentuk pendokumentasian terhadap kelengkapan data arsitektur tradisional yang ada di kampung budaya Sindangbarang. Tahap awal yang dilakukan yakni melakukan dialog dengan ketua adat terkait arsitektur tradisional Sindangbarang dan melakukan pencatatan dari hasil dialog tersebut. Hasil dialog dan pencatatan kemudian didialogkan kembali dengan ketua adat sehingga terdapat kesepahaman terkait arsitektur tradisional Sindangbarang. Hasil kesepahaman diolah dan disusun menjadi leaflet arsitektural.

Pembuatan leaflet arsitektural ini merupakan salah satu cara untuk melakukan pendokumentasian arsitektur di kampung budaya Sindangbarang. Dilakukannya kegiatan ini dikarenakan belum banyak tulisan yang mengangkat arsitektur di kampung budaya Sindangbarang sehingga keunikan dari arsitektur di kawasan ini masih belum banyak diketahui masyarakat. Selain itu leaflet arsitektural ini tidak hanya sebagai dokumentasi pihak kampung budaya Sindangbarang namun juga sebagai dokumentasi bagi masyarakat.

Mitra kegiatan yang dilibatkan dalam kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat yang dilakukan di kampung budaya Sindangbarang yakni ketua adat dan pengurus adat lainnya di kawasan ini. Kegiatan pencatatan data arsitektural yang dilakukan dengan mengamati benda-benda arsitektural dan menanyakan informasi terkait makna dan nilai yang dimiliki dari tiap benda arsitektural yang ada di kawasan ini. Hal ini dilakukan untuk melakukan pencatatan arsitektural menyeluruh baik secara tangible (terlihat wujudnya) maupun secara intangible (tidak terlihat wujudnya).

Langkah berikutnya untuk mengevaluasi pencatatan data yang diperoleh di lapangan diolah dengan menggunakan metoda etnografi arsitektur. Metoda ini merupakan metoda untuk mendeskripsikan kehidupan manusia bagi kehidupan dijalani dan dialami (Ingold, Tim. 2017; Lucas, Ray. 2016). Kehidupan tersebut berhubungan dengan budaya yang menyertainya. Dalam

(5)

47 hubungannya dengan etnografi arsitektur maka pendeskripsian kehidupan manusia yang dilakukan yang mendeskripsikan kehidupan manusia terkait bangunan yang menjadi bagian dari kehidupan mereka.

Berdasarkan hal tersebut maka dibutuhkan tenaga kepakaran yang berpengalaman dalam melakukan kegiatan etnografi arsitektur. Ketua dan anggota tim berpengalaman dalam melakukan penelitian arsitektur yang berhubungan dengan pengamatan kehidupan masyarakat tradisional terhadap bangunan yang menjadi bagian dari kehidupan mereka. Ketua tim bertugas melakukan wawancara dengan ketua adat, sedangkan anggota tim bertugas melakukan pendokumentasian bangunan-bangunan yang ada di kawasan yakni dengan melakukan pemotretan dan pengukuran fisik bangunan. Dalam pembuatan leaflet arsitektural, ketua dan anggota tim sama-sama bekerja dalam melakukan pengolahan data untuk disajikan ke leaflet dengan menggunakan etnografi arsitektur.

Berdasarkan penjelasan yang telah diutarakan, secara garis besar dalam kegiatan untuk menghasilkan leaflet arsitektural, tahapan metoda yang dilakukan terlihat pada diagram 1.

Diagram 1. Diagram tahapan Metoda Pendampingan Kegiatan

2.2 Kriteria Informasi Leaflet Arsitektural

Leaflet arsitektural kampung budaya Sindangbarang merupakan leaflet yang dibuat untuk menginformasikan bangunan-bangunan khususnya bangunan tradisional Sunda yang ada di kampung budaya Sindangbarang. Untuk mengumpulkan informasi tersebut diperlukan kriteria materi yang dimasukkan ke leaflet arsitektural.

Kriteria utama materi informasi yang disampaikan di leaflet arsitektural didasarkan pada pemikiran yang diutarakan vitruvius bahwa untuk melihat arsitektur dilakukan dalam tiga komponen yakni utilitas, firmitas, dan venustas (Nuryanto.2019). Utilitas merupakan fungsi atau guna, firmitas merupakan teknologi, dan venustas merupakan keindahan. Namun dikarenakan adanya keterbatasan waktu maka pembuatan leaflet arsitektural fokus pada utilitas dan firmitas dari bangunan di kampung budaya Sindangbarang.

Kriteria utilitas ini membagi pembahasan bangunan yang ada di kampung budaya Sindangbarang menjadi tipologi bangunan. Pembahasan tipologi ini dijelaskan oleh ketua adat dan pengurus kampung budaya Sindangbarang terkait penggunaan pemanfaatan bangunan yang

DATA

 Pengamatan  Wawancara

LEAFLET ARSITEKTURAL Hasil dari pengolahan data PENGOLAHAN DATA

Menggunakan Metoda Ethnografi Arsitektur FEEDBACK

Pendampingan Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat

(6)

48 dilakukan saat ini. Sedangkan penjelasan firmitas disampaikan secara menyeluruh terhadap teknologi yang digunakan di bangunan.

Untuk memahami letak bangunan di kampung budaya Sindangbarang saat pengunjung datang ke kampung ini maka leaflet ini dilengkapi dengan gambar tata lokasi bangunan. Leaflet ini juga dilengkapi dengan sejarah singkat kampung budaya Sindangbarang. Dengan adanya tambahan 2 (dua) hal tersebut diharapkan masyarakat memahami bangunan-bangunan yang ada di kampung budaya Sindangbarang.

HASIL DAN DISKUSI

3.1 Arsitektur Kampung Budaya Sindangbarang

Kampung budaya Sindangbarang memiliki bentuk perkampungan yang unik. Keunikan ini terlihat saat memasuki kawasan perkampungannya di mana terlihat bangunan tradisional Sunda yang menjadi ciri dari bangunan di perkampungan ini. Namun pada tiap wilayah di area budaya Sunda memiliki ciri perkampungan dan bangunan yang berbeda tidak terkecuali dengan ciri budaya Sunda yang berada di kampung budaya Sindangbarang.

Secara penampilan fisik, bangunan bercirikan tradisional yang ada di kawasan ini yakni bangunan lumbung padi (leuit), rumah ketua adat (imah gede), imah pasangrahan, bale riungan, dan saung talu. Selain bangunan, bentuk fisik yang menjadi ciri dari kawasan ini adanya batu ungkal biang yang diletakkan dekat dengan gerbang kawasan dan imah gede. Wujud fisik tersebut seperti yang terlihat pada gambar 2.

Gbr.2. Bangunan Tradisional di Kampung Budaya Sindangbarang

(Sumber: Koleksi Pribadi)

Untuk melengkapi wujud fisik yang sudah ada perlu untuk dilakukan penelusuran terhadap makna dan nilai yang dimiliki dari tiap wujud fisik di kampung budaya Sindangbarang.

Imah Gede Imah Pasangrahan Leuit

(7)

49 Dengan adanya penambahan tersebut maka data terkait arsitektur yang diamati bersifat tangible dan intangible.

Selain hasil pengamatan di lapangan, peneliti merasakan kesukaran untuk mencari literatur yang menjelaskan tentang arsitektur kampung budaya Sindangbarang. Oleh karena itulah timbul ide untuk memperkenalkan arsitektur di kawasan ini ke dalam bentuk yang informatif bagi masyarakat yakni dalam bentuk leaflet arsitektural.

3.2 Etnografi Arsitektur

Dalam melakukan pendekatan etnografi, peneliti menghabiskan waktu di lapangan dan berinteraksi dengan masyarakat yang ditelitinya serta mencatat setiap pengamatan yang dilakukan dari kegiatan interaksi di lapangan (Lucas, Ray. 2016). Pendekatan etnografi erat hubungannya dengan manusia yang tinggal di kawasan yang sedang dilakukan penelitian. Oleh karena itu ketika melakukan pengamatan di lapangan, kami melakukan wawancara dengan ketua adat dan pengurus lainnya untuk menanyakan bangunan yang ada di kampung budaya Sindangbarang baik pertanyaan secara tangible maupun intangible.

Michael Peter Smith (1992) mengutarakan bahwa etnografi mendekode dan mencatat, menceritakan dasar ketertiban kolektif dan keragaman, inklusi dan pengecualian. Ini menggambarkan proses inovasi dan penataan, dan merupakan bagian dari proses ini. Pemahaman ini menunjukkan bahwa metoda etnografi merupakan metoda yang digunakan untuk mendeskripsikan hasil penelitian atau pengamatan melalui sebuah proses yang telah dirangkum berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan.

Arsitektur adalah semacam skrip yang dapat dibaca, jelas bahwa metodologi terkait mempengaruhi bagaimana teks arsitektur ini akhirnya dipahami. Mereka memandu apa yang dilihat, bagaimana hal itu dilihat, dan cara di mana ia dikontekstualisasikan dan dipahami (Blier, Suzanne Preston. 1987). Berdasarkan pemahaman tersebut maka metodologi etnografi arsitektur dipilih karena tipe ini sesuai untuk mengeksplorasi arsitektur yang menghubungkan manusia dan budaya.

Berdasarkan pemahaman yang telah dijabarkan maka metoda etnografi arsitektur merupakan metoda yang digunakan untuk membantu dalam mendeskripsikan pengamatan arsitektural secara beruntun dari awal hingga akhir dari sebuah deskripsi yang hendak disampaikan. Metoda ini dianggap tepat untuk mengolah data pengamatan dan wawancara yang dilakukan di kampung budaya Sindangbarang untuk mendeskripsikan arsitektur kawasan ini untuk diinformasikan ke leaflet arsitektural.

(8)

50 3.3 Leaflet Arsitektural

Leaflet arsitektural yang dibuat yakni Nilai dan Makna Arsitektur di Kampung Budaya Sindangbarang. Leaflet dibuat dalam 2 (dua) halaman bolak balik. Warna leaflet disesuaikan dengan warna dominan di kampung budaya Sindangbarang yakni warna dasar coklat. Leaflet ini dibagi menjadi 6 bagian di mana tiap bagian menginformasikan pembahasan yang berbeda satu sama lain.

Pada bagian pertama merupakan halaman judul leaflet yang dilengkapi dengan beragam bentuk bangunan yang ada di kampung budaya Sindangbarang. Bagian ke dua merupakan bagian yang menjelaskan peta kampung budaya Sindangbarang yang dilengkapi dengan sejarah singkat kawasan. Bagian ke tiga hingga bagian ke lima menjelaskan tipologi bangunan yang ada di kampung budaya Sindangbarang. Untuk menjelaskan tipologi bangunan tidak hanya dijelaskan dari penampilan tangiblenya saja namun juga menjelaskan sekilas aspek intangible dari tiap bangunan. Bagian ke tiga menjelaskan rumah ketua adat (imah gede), bagian ke empat menjelaskan lumbung padi (leuit) dan saung talu, dan bagian ke lima menjelaskan imah pasangrahan dan bale riungan. Sedangkan untuk bagian ke enam menjelaskan eksterior dan interior. Informasi ini seperti yang terlihat pada gambar 3.

(9)

51

Gbr.3. Desain Leaflet Arsitektural Kampung Budaya Sindangbarang

(Sumber: Desain Karya Tim PKM Sindangbarang)

KESIMPULAN

Leaflet arsitektur kampung budaya Sindangbarang dibuat sebagai respon terhadap minimnya dokumentasi arsitektur bangunan tradisional yang ada di kawasan ini. Selain itu leaflet ini juga bertujuan untuk menginformasikan kepada masyarakat tentang arsitektur di kampung budaya Sindangbarang di mana belum banyak yang menuliskan tentang arsitektur tersebut. Diharapkan dengan adanya leaflet ini dapat menjadi media promosi terhadap sarana dan prasarana yang ada di kampung budaya Sindangbarang sehingga semakin banyak masyarakat yang datang ke kawasan ini.

Selain membuat leaflet arsitektural secara fisik, leaflet ini dapat dikembangkan menjadi leaflet arsitektural digital. Pembuatan secara digital sebagai bentuk mengikuti perkembangan zaman yang saat ini serba praktis dan mengurangi menyampaikan informasi dengan mencetaknya diatas kertas.

Dari segi materi informasi, leaflet arsitektural yang sudah dibuat belum membahas elemen-elemen lain yang dapat dibahas untuk menggali lebih detail tentang arsitektur kampung budaya Sindangbarang. Oleh karena itu untuk ke depannya, kegiatan informasi bangunan dapat

(10)

52 dilakukan dengan membuat booklet yang memuat informasi lebih detail dari bangunan yang ada di kampung budaya Sindangbarang.

UCAPAN TERIMA KASIH

Kami ucapkan terima kasih kepada jurusan Arsitektur Universitas Trisakti yang telah membantu kami dapat memberikan dana untuk melakukan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat di Kampung Budaya Sindangbarang. Tidak lupa kami juga ucapkan yang sebesar-besarnya kepada pihak Kampung Budaya Sindangbarang yang telah menyambut kami dengan hangat dan mengizinkan kami untuk melakukan kegiatan Pengabdian kepada Masyarkat. Kami juga ucapkan terima kasih kepada tim Mahasiswa yang telah membantu dalam pembuatan dan penyusunan desain leaflet arsitektur.

DAFTAR PUSTAKA

Asmarani, Ratna, dkk. 2017. Penulisan Media Promosi Wisata Dalam Bahasa Indonesia Dan Bahasa Inggris Di Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Pemerintah Kota Semarang. Jurnal “Harmoni”, Volume 1 Nomor 1 November

Blier, Suzanne Preston Blier. 1987. The Anatomy of Architecture Ontology and Metaphor In Battammaliba Architectural Expression, Cambridge University Press, Cambridge

Ingold, Tim. 2017. DEBATE Anthropology contra ethnography. HAU: Journal of Ethnographic Theory 7 (1)

Kitching, J B. 1990. Patient information leaflets - the state of the art. Journal of the Royal Society of Medicine. Volume 83 May

Lucas, Ray. 2016. Research Methods for Architecture. Laurence King Publishing Ltd. London Nuryanto.2019. Arsitektur Nusantara: Pengantar Pemahaman Arsitektur Tradisional Indonesia.

PT. Remaja Rosdakarya. Bandung

Nuvriasri, Audita; Udjang, Raswan. 2017. Pengembangan Tata Kelola Desa Wisata Gamplong. Jurnal ERA ABDIMAS. Volume 1 No 1 Bulan September

Smith, Michael Peter. 1992. Postmodernism, Urban Ethnography, and The New Social Space of Ethnic Identity. Theory and Society. Vol. 21 August

Gambar

Diagram 1. Diagram tahapan Metoda Pendampingan Kegiatan  2.2 Kriteria Informasi Leaflet Arsitektural

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk membuat aplikasi yang mempunyai fungsionalitas dapat menyediakan fungsionalitas

PENGUASAAN PENGETAHUAN LAUNDRY PADA PESERTA DIDIK AKOMODASI PERHDTELAN DI SMKN 9 BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Dengan menggunakan teori ketergantungan ini sebagai salah satu faktor pendukung penelitian ini diharapkan dengan teori ini peneliti dapat memberikan hasil yang

Keragaman budaya atau “ cultural diversity ” di Indonesia merupakan sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk,

Hasil uji hipotesis ditemukan bahwa variabel Stres Kerja dalam penelitian ini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kinerja Pegawai khususnya pada responden di

Tanaman obat yang dapat membantu dalam tindakan pertolongan pertama pada penanganan penyakit THT yang bersifat ringan seperti penanganan sakit telinga, dalam

Saran peneliti berdasarkan hasil yang diperoleh tentang kinerja keuangan dalam penelitian ini adalah pimpinan atau manajemen perusahaan harus mempertahankan dan juga lebih

Powerline Diesel Inti Pratama yang databasenya terkomputerisasi dengan baik, bagaimana agar aplikasi bisa menghasilkan laporan jumlah barang yang masuk dan keluar