• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMUNIKASI LINGKUNGAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KOMUNIKASI LINGKUNGAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KOMUNIKASI LINGKUNGAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL

Editor

Iriana Bakti Suwandi Sumartias

Priyo Subekti

(3)

Copyright @2020, Pusat Studi Ilmu Lingkungan Fikom UNPAD Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang

mengutip atau meperbanyak sebagian

atau seluruh isi buku tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Cetakan 1, Januari, 2020 Diterbitkan oleh Unpad Press Graha Kandaga, Perpustakaan Unpad Lt 1 Jl. Raya Bandung Sumedang Km 21 Bandung 45363 e-

mail : [email protected]/[email protected] http://press.unpad.ac.id

Anggota IKAPI dan APPTI

Editor : Iriana Bakti, Suwandi Sumartias, Priyo Subekti

Tata Letak : Priyo Subekti Desainer Sampul : Delly

Ramdani

Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT) Komunikasi Lingkungan berbasis Kearifanl Lokal / Editor Iriana Bakti, Suwandi Sumartias, Priyo Subekti Penyunting, --Cet. 1– Bandung; Unpad Press;

150h; 21 cm

ISBN: 978-602-439-751-7

I Komunikasi Lingkungan berbasis Kearifan Lokal II. Iriana Bakti, Suwandi Sumartias, Priyo Subekti Subekti

(4)

DAFTAR ISI

FALSAFAH SUNDA SEBAGAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT KAMPUNG

NAGA DALAM MELESTARIKAN LINGKUNGAN ... 4

Elfira Rosa Juningsih, Uud Wahyudin, Priyo Subekti ... 4

GERAKAN SOSIAL BARU DALAM UPAYA MENGURANGI SAMPAH DI KABUPATEN BANDUNG BARAT ... 12

Meria Octavianti ... 12

KAMPANYE GERAKAN KURANGI PISAHKAN DAN MANFAATKAN SAMPAH (KANG PISMAN) DI KOTA BANDUNG ... 20

Alwin Fiqri Lafansyah, Yanti Setianti, Anwar Sani ... 20

ANTARA BENCANA DAN PENDIDIKAN KEBENCANAAN ... 28

Priyo Subekti, Iriana Bakti ... 28

KOMUNIKASI LINGKUNGAN LEWAT CERITA RAKYAT DI YOUTUBE ... 37

Rachmaniar, Renata Anisa ... 37

MEMAHAMI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT MANGGARAI NTT DALAM MELINDUNGI LINGKUNGAN ... 44

Felisianus Efrem Jelahut, Uud Wahyudin, Atwar Bajari ... 44

KOMUNIKASI LINGKUNGAN MELALUI TRADISI BABAKTI MENYELAMATKAN MATA AIR IRUNG IRUNG DI DESA CIHIDEUNG KECAMATAN PARONGPONG KABUPATEN BANDUNG ... 52

Iriana Bakti, Aat Ruchiat Nugraha ... 52

“李子柒 LIZIQI CHANNEL: MENGANGKAT KEARIFAN LOKAL MELALUI MEDIA SOSIAL ... 60

Eni Maryani ... 60

PAMALI, KEARIFAN LOKAL UNTUK MENJAGA KELESTARIAN ALAM ... 70

Rinda Aunillah Sirait, Dian Wardiana Sjuchro ... 70

@KERANJANGSEGAR : PASAR TRADISIONAL ONLINE RAMAH LINGKUNGAN ... 79

Cut Meutia Karolina, & Eni Maryani ... 79

PELAKSANAAN PROGRAM SATAPOK SEBAGAI UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BAGI MASYARAKAT DI KECAMATAN BANJARAN... 87

Yustikasari,Iriana Bakti,Feliza Zubair ... 87

KEARIFAN LOKAL DALAM PROMOSI KESEHATAN: RESPON KHALAYAK SASARAN TERHADAP VIDEO “Apadeng e Kakos!”. ... 95

Ima Hidayati Utami, Susanne Dida, Purwanti Hadisiwi, Bambang Dwi Prasetyo ... 95

(5)

3

UPAYA KAMPANYE SANITASI YANG BERBASISKAN KEARIFAN LOKAL ... 107

Aat Ruchiat Nugraha, Iriana Bakti ... 107

PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENANGANAN DEGRADASI LINGKUNGAN ... 115

Iwan Koswara ... 115

PERAN KEARIFAN LOKAL DALAM STRATEGI KOMUNIKASI LINGKUNGAN ... 122

Yuliani Dewi Risanti, Putri Trulline ... 122

KEMENKES RI DALAM MENGANGKAT KEARIFAN LOKAL DAN KOMUNIKASI LINGKUNGAN INDONESIA ... 129

Ditha Prasanti, Kismiyati El Karimah ... 129

KEARIFAN LOKAL “Se Aman Jii” PADA SUKU ASMAT SEBAGAI CARA MENJAGA LINGKUNGAN HIDUP ... 138

Rafael Miku Beding, Uud Wahyudin, Agus Setiaman ... 138

KEARIFAN LOKAL DALAM PENDIDIKAN MITIGASI BENCANA ... 143

Priyo Subekti, Suwandi Sumartias ... 143

(6)

PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENANGANAN DEGRADASI LINGKUNGAN

Iwan Koswara [email protected]

PENDAHULUAN

Faktor penting untuk terciptanya kelangsungan hidup manusia adalah dengan dimilikinya Sumberdaya alam. Sumberdaya alam terbagi atas sumber daya alam yang dapat diperbarui dan tidak bisa diperbarui. Jika dilihat dari aspek pemakaiannya sumberdaya alam yang tidak dapat diperbarui harus dikelola dan digunakan dengan efektif dan efisien. Sebagaimana dikatakan dalam Pasal 33 UUD 1945, bahwa “segala bentuk sumber daya alam yang ada di dalam negara Republik Indonesia, dikuasai negara untuk kesejahteraan rakyat sebesar-besarnya”. Pada kenyataanya dalam melakukan pengelohan sumber daya alam antara pemerintah dengan masyarakat banyak sekali permasalahan yang terjadi, dipicu oleh adanya kegiatan pengolahan alam dan timbulnya penurunan kualitas lingkungan, contoh adanya penebangan pohon secara liar, hancurnya ekosistem laut karena nelayan yang sering melakukan pengeboman, dan lain- lain. Manusia dan lingkungannya mempunyai hubungan yang sangat berpengaruh dalam mengembangkan suatu daerah dimana apa yang dilakukan manusia terhadap lingkungannya berdampak juga pada ekologi di sekelilingnya tergantung dari cara melakukan pengolahannya dalam menjaga keseimbangan lingkungan.

Lingkungan alam yang baik tentunya akan terkait dengan bagaimana menata dan mengembangkan sumber kehidupan alam ini dengan tepat. Pesatnya perkembangan teknologi tentu akan berdampak pada proses pengelolaan sumber daya alam tersebut, disamping itu tentu akan berpengaruh juga terhadap kebutuhan tenaga kerja, oleh karena itu perlu adanya keseimbangan dan penggunaan eknologi yang tepat guna. Namun demikian permasalahan muncul dimana Negara Maju yang memiliki modal dalam mengembangkan teknologi yang hebat sehingga membutuhkan sedikit tenaga kerja serta memunculkan banyak inovasi, Sedangkan Negara dunia ketiga yang merupakan negara yang masih berkembang memiliki modal serta kesempatan yang sedikit untuk mengenalkan teknologi yang lebih ramah lingkungan. Kemajuan teknologi dari waktu ke waktu sangat mempengaruhi pertumbuhan masyarakat, urbanisasi, pertanian, ekonomi, sosial budaya, dan sebagainya, hal tersebut tidak luput dari kemajuan yang dicapai serta adat, istiadat serta budaya suatu negara.

Problema Lingkungan Hidup

Secara substantif, lingkungan hidup dilihat seperti sebuah sistem yang terbagi atas bagian atau subsistem. Manusia juga merupakan salah satu subsistem dalam ekosistem. Maka dari itu manusia merupakan kesatuan yang berpadu dengan lingkungannya sehingga terjalin keterkaitan hubungan yang saling menguntungkan satu sama lain, karena Hubungan yang menguntungkan tersebut manusia dan lingkungan akhirnya saling bergantung satu sama lain yang akhirnya akan mempengaruhi ekosistem secara keseluruhan. Untuk terciptanya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antar subsistem dalam ekosistem dibutuhkan sebuah sistem pengelolaan yang terpadu. Permasalahan ini biasanya terjadi karena eksploitasi sumber daya yang terus terjadi secara belebihan tanpa melihat kemampuan sumber daya alam

(7)

116

itu sendiri. Sehingga demi tercapainya kesejahteraan, sumber daya alam merupakan poin penting dalam faktor produksi agar tujuan pembangunan ekonomi dapat terwujudkan, dan mengabaikan dampak buruknya.

Alam di Indonesia baru-baru ini sering mendapati banyak perubahan lingkungan, seperti musibah banjir besar, tanah longsor, dan satwa yang menyerang manusia yang disebabkan hilangnya habitat akibat pembangunan yang dilakukan manusia. Jika membandingkan lingkungan saat ini dengan puluhan tahun yang lalu, banyak sekali perbedaan yang sangat kontras, sehingga sangat terasa sekali perubahan yang terjadi seperti diperkotaan dan desa yang semakin ramai kendaraan, kendaraan yang semakin menjamur mengakibatkan polusi udara, hutan dan bukit-bukit yang semakin gersang, terasa sangat panas saat kemarau, dan banjir bandang saat musim hujan terjadi.

Banyak yang mengatakan penyebab kerusakan alam diakibatkan kegiatan-kegiatan industri yang menghasilkan limbah sampah. Demi mencapai keuntungan yang besar, banyak dari Industri-industri ini didesak oleh persaingan bisnisnya dan tidak memperhatikan daya dukung sumber daya alam dalam memenuhi kebutuhan industrinya dan teknologi yang tidak memperhatikan kondisi alamnya. Pengaplikasian teknologi yang hebat ini dalam produksi berkemungkinan untuk mengolah sumber daya alam secara efektif, sehingga dalam proses mengakumulasi modal dan konsumsi bisa dilakukan secara singkat. Itulah pemahaman kapitalisme. Kapitalisme memang menghasilkan banyak keuntungan yang melimpah, namun di balik uang yang melimpah tersebut terdapat kerusakan yang akan dirasakan oleh bumi ini, seperti kacaunya ekosistem, yang dalam jangka panjang bisa mempengaruhi perubahan iklim, dan mengakibatkan bencana yang dialami manusia itu sendiri.

Terdapat dua hal yang bisa menyebabkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan hidup yakni; penyebab yang bersifat langsung dan tidak langsung, biasa terjadi karena ulah manusia yang menggunakan lingkungan besar-besaran karena faktor kebutuhan. Sedangkan Penyebab yang bersifat tidak langsung merupakan penyebab yang sangat dominan terhadap kerusakan lingkungan. berikut ini bersifat tidak langsung yakni :

1. Bertambahnya jumlah Penduduk yang terus meningkat setiap tahun yang diharuskan tersedianya semua jenis kebutuhan. Sementara lapangan perkerjaan tidak bertambah banyak. sehingga dibutuhkan hadirnya banyak pengusaha agar menciptakan lapangan kerja. Perluasan lapangan kerja itulah yang akhirnya mennakibatkan eksploitasi yang berlebihan pada lingkungan

2. Terdapat Beberapa kebijakan pemerintah yang tidak mendukung lingkungan hidup.

Sejak tahun 1970, pembangunan di Indonesia lebih difokuskan pada sektor industri pertanian. Keinginan pemerintah pada jaman itu ingin menciptakan Indonesia sebagai negara industri, sehingga banyak mayoritas rakyat yang miskin (terutama yang tidak memiliki lahan yang cukup) tidak bisa menikmati pembangunan tersebut. Bahkan banyak dari mereka kehilangan pekerjaannya yang menjadi buruh tani dan nelayan akibat masuknya teknologi di bidang pertanian dan perikanan. Sehingga banyak dari Mereka terpaksa menggarap tanah negara besar-besaran di daerah pesisir hingga pegunungan

3. Eksploitasi kayu di hutan-hutan secara berlebihan karena Kegiatan industrialisasi seperti perkayuan dan perumahan/real estate dan industri kertas yang membutuhkan kayu dalam jumlah yang banyak sebagai bahan bakunya

(8)

4. Reboisasi dan Reklamasi yang Gagal dikarenakan prosesnya yang membutuhkan waktu puluhan tahun dan anggarannya yang tidak mencukupi karena sering disalahgunakan.

Hal ini menjadi bukti bahwa rendahnya baik dari sisi pemerintah dan masyarakat dalam pengetahuan dan kesadaran atas pentingnya pelestarian alam.

5. Bertambahnya kemiskinan, pengangguran sebagai akibat dari gagalnya pemulihan krisis ekonomi yang sampai sekarang ini belum berhasil menguatkan perekonomian masyarakat, serta adanya kebijakan ekonomi pemerintah yang tidak memihak pada kalangan masyarakat tidak mampu seperti meghapus subsidi untuk sebagian kebutuhan pokok rakyat, naiknya tarif BBM, listrik, telepon, air dan lain-lain, merupakan pemicu sekaligus pemacu untuk timbulnya pengrusakan lingkungan yang disebabkan oleh pen- duduk miskin di pedesaan.

6. Penegakan Hukum yang lemah, ini terlihat dengan banyak peraturan perundangan yang dibuat berkenaan dengan pengelolaan lingkungan dan khususnya hutan, namun implementasinya di lapangan seakan-akan tidak tampak, karena memang faktanya apa yang dilakukan tidak sesuai dengan peraturan yang telah dibuat. Lemah dan tidak jalannya sangsi atas pelanggaran dalam setiap peraturan yang ada memberikan peluang untuk terjadinya pelanggaran. Di pihak lain disinyalir adanya aparat penegak hukum yang terlibat dalam sindikat/mafia perkayuan dan pertambangan telah melemahkan proses peradilan atas para penjahat lingkungan, sehingga mengesankan peradilan masalah lingkungan seperti sandiwara belaka. Namun di atas itu semua lemahnya penegakan hukum sebagai akibat rendahnya komitmen dan kredibilitas moral aparat penegak hukum merupakan faktor utama yang berpengaruh terhadap semakin maraknya perusakan hutan/lingkungan.

7. Tidak menyadari terhadap pentingnya pelestarian lingkungan/hutan merupakan hal yang menyebabkan penurunan kualitas lingkungan yang semakin sering. Rendahnya kesadaran ini dikarenakan kurangnya pengetahuan mereka tentang pemahaman lingkungan hidup yang memadai.

8. Terjadinya pencemaran lingkungan, pencemaran air, tanah, dan polusi udara saat ini sudah sangat memprihatinkan terutama di wilayah pulau Jawa. kurangnya kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah secara benar. Banyaknya tumpukan sampah yang tidak pada tempatnya. berdasarkan hasil penelitian pengolahan sampah yang tidak dilakukan dengan baik dari pihak industri. Meningkatnya Pencemaran udara di kota- kota besar, serta berbagai daerah kawasan industri.

Pemerintah sebagai lembaga tinggi negara yang berwenang untuk mengatur aspek yang berkaitan dengan pengolahan lingkungan hidup di Indonesia, dan dalam Undang-undang Dasar 1945 Amandemen I-IV dalam pasal 33 yang mengatur tentang sumber-sumber Negara yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Untuk merealisasikan hal tersebut maka pemerintah melakukan hal- hal sebagai berikut:

1. mengatur dan memperbaiki peraturan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup 2. mengendalikan penyediaan,peruntukan,penggunaan,pengelolahan lingkungan hidup

dan pemanfaatan kembali sumber daya alam, termasuk sumber genetika.

(9)

118

3. mengatur tata hubungan hukum subyek hukum dengan peraturan hukum tentang sumber daya alam dan sumber daya rekayasa genetika

4. mengatur kegiatan yang memiliki manfaat dalam lingkungan sosial.

5. mengatur anggaran dalam upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dampak kapitalisme global yang terjadi mengharuskan pemerintah campur tangan untuk segera melakukan regulasi (pengaturan). Efek yang ditimbulkan adalah terjadinya sebuah informasi yang simpang-siur yang terjadi antara pemilik modal dengan birokrasi demi melancarkan proses eksploitasi sumber daya alam dengan maksud investasi untuk kesejahteraan masyarakat. Sementara itu dalam mengeksploitasi lingkungan, masyarakat lokal memiliki cara yang berbeda dalam mengatasinya, sehingga menimbulkan konflik lingkungan.

Konflik lingkungan ini yaitu adanya kebijakan pemerintah yang seringkali tidak menguntungkan kepada masyarakat dan juga pemerintah seringkali tidak melibatkan masyarakat dalam mengambil keputusan, padahal korban yang paling sering mengalaminya dalam kasus-kasus lingkungan adalah masyarakat, baik sebagai individu maupun kelompok.

Konflik ini memperlihatkan bahwa negara sering tidak memihak dengan masyarakat dan masing-masing dari keduanya seperti mempunyai kepentingan yang berbeda-beda, baik di daerah rural maupun urban. Penurunan kualitas lingkungan tersebut tentunya akan merusak infrastruktur perekonomian dan mengganggu kehidupan sosial. Di wilayah perkotaan terlihat dari semakin tingginya penyebaran polusi udara. Keadaan ini tidak luput dari industri yang menghasilkan limbah dan merusak lingkungan, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi maupun perkembangan penduduk. Di daerah rural degradasi atau penurunan lingkungan bisa dilihat dari menipisnya atau berkurangnya kawasan perhutanan yang dikarenakan kebakaran ataupun pembalakan liar oleh masyarakat sekitar.

Degradasi lingkungan dapat diminimalisir jika adanya kerjasama yang baik dalam pengelolaan sumberdaya alam yang dilakukan oleh Pemerintah beserta perangkatnya, dan masyarakat, khususnya masyarakat dilingkungan sekitar terjadinya keruksakan lingkungan.

Kearifan dan Pengetahuan Lokal dalam Masyarakat

Keadaan lingkungan ataupun alam semesta yang ada disekitar kita merupakan salah satu unsur pendukung selama keberlangsungan hidup kita. Berdasarkan pada pandangan tersebut, bisa dipengaruhi oleh kesadaran berfikir dan tingkah laku manusia dalam setiap menjaga komponennya. Bagaimana norma yang dilakukan manusia dengan bertingkah laku yang secara langsung tidak tertulis diwariskannya tetapi sudah menjadi salah satu bagian manusia itu sendiri terhadap pengelolaan lingkungan yang disekitarnya. Norma aturan yang berlaku disini adalah apa yang disebut pengetahuan dan kearifan lokal. Marfais (2016)

UU RI 32 Tahun 2009 menjelaskan bahwa “kearifan lokal adalah nila-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat untuk melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara lestari”. Sejalan dengan pernyataan tersebut Sumarmi dan Amirudin (2016) menjelaskan bahwa kearifan lokal itu adalah aturan atau norma yang berlaku di masyarakat, sebagai pedoman hidup bermasyarakat yang terpatri dalam sistem kepercayaan, adat budaya, yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Nygren (1999) memberikan pendapat tentang Pengetahuan lokal adalah istilah yang menimbulkan permasalahan. Pengetahuan lokal dianggap tidak ilmiah, dan menyebabkan perbedaan pengertian dengan pengetahuan ilmiah, dimana pengetahuan ilmiah dapat ditelusuri

(10)

lewat empiris dengan kajian metodologi riset. Sedangkan pengetahuan lokal, sesuatu pandangan tentang fenomena melalui pendekatan pragmatis dan supranatural, pendekatan pengetahuan lokal tidak mengacu kepada landasan ilmiah empiris, dan tidak memiliki landasan keilmuan (unreason). Secara pragmatis artinya masyarakat melakukan langsung pengolahan sumber daya alam ini untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dengan cara-cara tradisional, pengolahan yang dilakukan tanpa menimbulkan kerusakan alam, misalnya dengan tidak menebang pohon di hulu sungai, ataupun pembakaran lahan untuk pertanian/perkebunan, namun masyarakat tetap meyakini keberadaan alam ini ada yang menaunginya sehingga melalui pendekatan supranatural masyarakat tertentu masih melakukan ritual-ritual doa bagi sang khalik pencipta sumberdaya alam ini. Disinilah bagaimana masyarakat masih memiliki dan meyakini bahwa secara pragmatis, supranatural merupakan wujud untuk menjaga tidak terjadinya degradasi lingkungan dan sekaligus sebagai langkah pelestarian sumber daya alam.

Pengetahuan lokal sering dikatakan bertolak belakang atau berlawanan dengan pengetahuan dari barat yang bersifat ilmiah, universal, serta memiliki metodologi dan dapat diverifikasi.

Pengetahuan lokal dari masyarakat kita (timur) dikatakan bersifat lokal, terbatas dan tidak memiliki metodologi dan sebagainya yang sama dengan apa yang dimiliki oleh pengetahuan dari barat. Perbedaan ini secara tidak langsung menjaga ketidaksamaan antara pengetahuan ilmiah negara barat dan pengetahuan lokal (negara timur), yang pada akhirnya memelihara pandangan kolonialisme antara barat dan timur.

Pengetahuan dan kearifan lokal yang hadir dalam kehidupan masyarakat telah ada sejak zaman prasejarah hingga sekarang, kearifan ini memberikan perilaku positif manusia dalam menjalin hubungan dengan alam dan lingkungan sekitarnya yang dapat berasal dari nilai-nilai agama, adat istiadat, nasihat leluhur atau budaya lokal. Pengetahuan dan kearifan lokal yang dibangun secara alami dalam kelompok orang untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, perilaku ini berkembang menjadi budaya suatu daerah dan akan berkembang secara turun temurun, secara umum budaya lokal diartikan sebagai budaya yang masih berkembang di suatu daerah, yang dalam unsur-unsurnya terdapat berbagai jenis budaya dari kelompok etnis yang menempati daerah tersebut, oleh karena itu pengetahuan dan kearifan lokal merupakan faktor penting untuk dipertimbangkan dan dipelihara.agar terus tercipta kesadaran masyarakat (lingkugan sekitar,daerah) untuk menggunakan, memanfaatkan, dan merawat sumberdaya alam ini sebagai aset kehidupan bagi kelanjutan hidup umat manusia dan lingkungan.

Sebagai contoh kearifan lokal adalah apa yang terjadi di daerah sekitar Gunung Sewu.

Sebagian besar orang di daerah Kars Gunung Kidul memiliki mata pencaharian dan mencari sumber pendapatan sebagai petani dengan memanfaatkan tanah di sekitar cekungan kars (doline) yang merupakan lahan pertanian yang dimaksudkan dan dikelola oleh masyarakat.

Tanah pertanian ini dipegang oleh swadaya masyarakat dengan peralatan tradisional yang telah lama mereka gunakan selama beberapa generasi dari zaman nenek moyangnya dan dikembangkan demi meraih hasil yang optimal berdasarkan dengan perubahan dan bertambahnya lahan. Untuk menyuburkan lahan pertanian di kawasan ini Kebutuhan akan air sebagai penyubur menjadi kendala yang dialami oleh para petani dalam mengolah lahannya, keberadaan sumberdaya alam yang tersedia hanya dapat membuat masyarakat melakukannya dengan pengelolaan secara manual, sehingga kondisi ini berdampak dengan usaha masyarakat untuk mendapatkan sumber daya air dengan melakukan tradisi-tradisi yang berkaitan dengan unsur mitos dan kebudayaan yang ada sebagai sebuah pedoman/panutan bagi kehidupan bermasyarakat di wilayah Gunung Kidul

(11)

120

Contoh lainya adalah masyarakat Kampung Naga yang terletak di Jawa Barat lebih tepatnya Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya. Letaknya yang berada dekat dengan perbukitan dan jalur regional antara Garut-Tasikmalaya. Kampung Naga memiliki pemukiman seluas 1,5 ha yang dipagari oleh pagar bambu dimana batas antara kampung Naga diwilayah utara dan sebelah timur berbatasan dengan sungai Ciwulan, sementara sebelah barat dan selatan berbatasan dengan perbukitan. Bagi masyarakat kampung naga dengan adanya batas-batas tersebut menjadi sebuah aturan untuk tidak boleh menempati daerah atau melewati wilayah yang telah ditentukan oleh leluhur.

Kearifan lokal yang ada pada masyarakat Kampung Naga, bagaimana sesuatu itu sudah menjadi kebiasaan yang sudah ada sejak turun-temurun. Kemudian, cara masyarakat juga dalam bertindak terhadap keadaan lingkungan sekitarnya yang menjadikan sebuah identitas maupun kepercayaan yang secara sadar. Masyarakat Kampung Naga bisa hidup bersama menyatu dengan alam atau lingkungan, lebih kepada memanfaatkan dengan keadaan sekitarnya demi keberlangsungan hidup. Biasanya kearifan lokal bukan hanya diibaratkan dengan kebendaan ataupun yang berwujud, tatpi juga bisa dengan nila-nilai, budaya dan keagaman yang bermanfaat pada kesehatan, pertanian dan perairan yang ada pada Masyarakat kampung Naga terlihat di sekitar lingkungan

Masyarakat kampung Naga percaya bahwa segala sesuatu haruslah alami serta kembali ke alam. Hal itu pula yang membuat penduduk disini tidak menggunakan pestisida, semua aspek kehidupan masyarakat masih sangat alami, makanan yang dikonsumsi oleh warga masyarakat kampung Naga semua berasal dari perkebunan dan peternakan mereka sendiri.

Bahkan aliran listrik yang masuk kewilayahnya ditolak karena mereka menilai ketika sesuatu tidak alami maka akan mengganggu keseimbangan perkampungan, namun demikian apa yang mereka lakukan dan diyakini sebagai aturan, adat budaya leluhur yang mereka patuhi, telah menunjukkan pembuktian meskipun di kampung naga ini dikelilingi oleh sungai-sungai namun tidak pernah sekalipun terjadi banjir meskipun terjadi hujan besar. Berbagai aspek pengetahuan dan kearifan lokal yang ditunjukkan dan dilaksanakan masyarakat dalam mengelola sumbar daya alam merupakan wujud dari peran serta masyarakat dalam menangani terjadinya degradasi lingkungan. Keseimbangan secara pragmatis dan supranatural terhadap pengelolaan sumberdaya alam, bukan untuk dihilangkan tetapi dilakukan pengarahan sejalan dengan perkembangan jaman, sehingga tujuan utama adalah bagaimna menjaga kondisi untuk tidak terjadinya degradasi lingkungan tetap terpelihara dengan baik.

Kesimpulan

Penurunan kualitas lingkungan atau degradasi lingkungan disebabkan oleh adanya pengeksploitasian sumberdaya alam secara berlebihan, sehingga menimbulkan konflik antara masyarakat, pemerintah, maupun pihak-pihak terkait. Penyebab konflik tersebut, adalah timbulnya ketidakseimbangan pendapatan ekonomi yang terjadi di kalangan masyarakat dengan keuntungan yang diraih oleh perusahaan ataupun pemerintah. Parahnya lagi adalah eksploitasi yang dilakukan oleh negara-negara maju, dimana mereka mendapatkan keuntungan, besar dari hasil sumberdaya tersebut. Akibat adanya eksploitasi besar-besaran tanpa mengindahkan lingkungan sekitarnya, tentu dapat menyebabkan bencana alam seperti banjir, rusaknya ekosistem dibawah laut, dan lain-lain. Oleh karena itu, dalam kegiatan eksploitasi sumberdaya alam, tidak dapat kita abaikan tentang keterlibatan masyarakat sekitar lingkungan (kearifan lokal). karena kearifan lokal memiliki fungsi untuk menyeimbangkan keselarasan lingkungan. Begitu juga halnya dengan pengetahuan lokal yang selama ini

(12)

dianggap tidak ilmiah, tidak mempunyai metode, tetapi dalam penerapannya bisa terbukti keberadaannya dalam meminimalisir bencana sebagai akibat dari degradasi dan fenomena alam.

Daftar Pustaka

Amalamien, 2008. “ Penelitian Ilmiah Berbasis Pengetahuan Lokal”.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) 2016. Risiko Bencana Indonesia. Jakarta Byrant, Raymond L, Sinead Bailey,1997 “Third world Political Ecology”, Routledge, New

York

Emil salim, 1993. Pembangunan Berwawasan Lingkungan”, LP3ES, Jakarta

Hans J. Daeng, 2008 “Manusia, Kebudayaan dan Lingkungan Tinjauan Antropologis”, Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Hari Poerwanto, 2008 “kebudayaan dan Lingkungan dalam perspektif Antropologi”, Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Herbert Marcuse, 2002 “ One Dimensional man : Studies in Ideology of Advance Industrial Society”, Routledge, New York.

Johan Iskandar, 2009. “Mitigasi Bencana Lewat kearifan lokal”, kompas, 6 oktober tahun 2009.

Lester R, Brown, 1992.“ Tantangan masalah lingkungan hidup bagaimana membangun masyarakat berdasarkan kesinambungan lingkungan hidup yang sehat”,yayasan obor Indonesia , Jakarta,

Lowe, Celia, 2006 “ Wild Profusion : Biodiversity Coversation in an Indonesian Archipelago”

, Princeton University.

Marfai Aris.M. 2012. Pengantar Etika Lingkungan dan Kearifan Lokal. Yogyaakarta. Gadjah Mada University Pers

Nygren, A, 1999 “Local Knowledge in the Environment-Development Discourse : From Dicotomies to Situated Knowledge”, Critique of Anthropology.

Sumarmi, S.R. dan Amirudin. 2016. Kearifan Lokal Dalam Melestarikan Lingkungan Hidup.

(Studi Kasus Masyarakat Adat Desa Kimeren Kecamatan Cigalagah Kabupaten Banyuwangi). 1-76.

Wibowo. A. 2019. Sejarah Bencana Indonesia :Potensi Bencana akan Berulang.

Referensi

Dokumen terkait

Komunikasi pemerintahan daerah yang dilakukan hendaknya dapat menjadikan kearifan lokal sebagai panduan, baik dalam berkomunikasi dengan masyarakat maupun

Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat dan sebagai masukan informasi empirik yang menguatkan tentang pengetahuan lingkungan berbasis kearifan lokal pada

Penelitian ini bertujuan untuk: Mengetahui tingkat pengetahuan lingkungan siswa dan masyarakat terhadap ekosistem sungai berbasis kearifan lokal lubuk larangan berdasarkan tingkat

Berdasarkan kajian pustaka yang telah dilakukan, maka ada banyak nilai kearifan lokal Bali yang berhubungan dengan kelestarian lingkungan, antara lain: desa kala patra, tri

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan teknik observasi lingkungan berbasis kearifan lokal dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis

8 Nilai-nilai kearifan budaya lokal yang dimaksud dalam tulisan ini adalah nilai-nilai kearifan budaya Bugis, yang tentu saja terdapat pada nilai-nilai budaya suku

Kearifan lokal pada masyarakat adat Baduy menjadi nilai etika inti yang diejawantahkan dalam bentuk perilaku keseharian yakni sangat peduli pada lingkungan, bekerja sama yang