• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BERBAGAI KETEBALAN SABUT KELAPA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN SUKUN (Artocarpus communis Forst) DI DAERAH TANGKAPAN AIR DANAU TOBA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH BERBAGAI KETEBALAN SABUT KELAPA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN SUKUN (Artocarpus communis Forst) DI DAERAH TANGKAPAN AIR DANAU TOBA"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BERBAGAI KETEBALAN SABUT KELAPA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN SUKUN (Artocarpus communis Forst) DI DAERAH TANGKAPAN AIR

DANAU TOBA

OLEH:

SKRIPSI

RIWAN TUMANGGOR 121201078/BUDIDAYA HUTAN

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2016

(2)

ABSTRACT

RIWAN TUMANGGOR. Effect of Various Coconut Fiber thickness on Growth Seeds Breadfruit (Artocarpus communis Forst) On the DTA Lake Toba.

Supervised by: AFIFFUDIN Dalimunthe SP, MP and Dr. BUDI UTOMO SP, MP.

Forest is the utilization of natural resources is now becoming vital for the fulfillment of human needs. The utilization of an impact on climate change and forest cover due to the absence of efforts to repair the consequences of such exploitation. Replanting is the right solution to restore the function and the area covered forest. In this case the water is very important to support the growth of the plants so that the required materials capable of storing water such as coconut husk. This research was conducted in the village Paropo Silahisabungan District of Dairi. The method used is to analyze the effect of coconut husk with various thicknesses based on the results of the measurement data for 90 days. Parameters measured were as height, increase stem diameter, number of leaves, leaf area, wide canopy and the survival rate of seedlings. Analysis of the data by using random sampling in non-factorial.

Based on the results of the study stated that the granting of coco with various thicknesses significant effect on the growth of seedlings of breadfruit plants for 90 days of observation. Average measurement results - the highest average parameters are as height showed K8 is 22.98 cm, the increase in diameter showed K8 is 0.562 cm, number of leaves showed K4 and K8 6.6 strands, leaf area showed K8 is 396.52 cm2, spacious K8 header indicates that 1666.48 cm2.

Keywords: forest, water, breadfruit, coconut husk

(3)

ABSTRAK

RIWAN TUMANGGOR. Pengaruh Sabut Kelapa Berbagai Ketebalan Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Sukun (Artocarpus Communis Forst) Pada DTA Danau Toba. Dibimbing oleh : AFIFFUDIN DALIMUNTHE SP,MP dan Dr.

BUDI UTOMO SP,MP.

Hutan merupakan sumber daya alam yang pemanfaatannya saat ini menjadi vital bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Pemanfaatan tersebut berdampak pada perubahan iklim dan luas tutupan hutan karena tidak adanya upaya untuk memperbaiki akibat dari eksploitasi yang berlebihan tersebut.

Penanaman kembali merupakan solusi yang tepat guna mengembalikan fungsi dan luas tutupan hutan.dalam hal ini air sangat penting untuk mendukung pertumbuhan tanaman sehingga dibutuhkan bahan yang mampu menyimpan air seperti sabut kelapa. Penelitian ini dilakukan di desa Paropo Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi. Metode yang digunakan adalah dengan menganalisis pengaruh pemberian sabut kelapa dengan berbagai ketebalan berdasarkan hasil data pengukuran selama 90 hari. Parameter yang diamati adalah pertambahan tinggi, pertambahan diameter batang, jumlah daun, luas daun, luas tajuk dan persen hidup bibit. Analisis data dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Non-Faktorial.

Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa pemberian sabut kelapa dengan berbagai ketebalan memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan bibit tanaman sukun selama 90 hari pengamatan. Hasil pengukuran rata – rata parameter yang tertinggi adalah pertambahan tinggi menunjukkan K8 yaitu 22,98 cm, pertambahan diameter menunjukkan K8 yaitu 0,562 cm, jumlah daun menunjukkan K4 dan K8 yaitu 6,6 helai, luas daun menunjukkan K8 yaitu 396,52 cm2, luas tajuk menunjukkan K8 yaitu 1666,48 cm2.

Kata kunci : hutan, air, sukun, sabut kelapa

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Riwan Tumanggor dilahirkan di Desa Parbotihan, Kecamatan Onan Ganjang, Kabupaten Humbang Hasundutan, Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 31 Agustus 1993 dari Ayah R. Tumanggor dan Ibu L. Purba.

Penulis merupakan anak kedua dari lima bersaudara.

Tahun 2012 penulis lulus dari SMA Swasta Santo Petrus Medan dan pada tahun 2012 juga penulis lulus ujian masuk perguruan tinggi melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi ( SNMPTN ). Penulis memilih jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan.

Selama masa perkuliahan penulis aktif dalam kegiatan intra dan ekstra kampus. Penulis mengikuti kegiatan Unit Kegiatan Mahasiswa yaitu UKM Studi Pedesaan USU pada tahun 2013-2015. Pada tahun 2016, penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapang ( PKL ) di Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat.

Dalam rangka menyelesaikan pendidikan dan merupakan syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan penulis melakukan penelitian dengan judl “ Pengaruh Berbagai Ketebalan Sabut Kelapa Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Sukun ( Artocarpus communis forst) di Daerah Tangkapan Air Danau Toba”.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan perlindungan-Nya penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini.

Penelitian ini berjudul “Pengaruh berbagai ketebalan sabut kelapa terhadap pertumbuhan bibit tanaman sukun (Artocarpus communis Forst) pada DTA Danau Toba, Desa Paropo, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah menberikan dukungan dan bantuan kepada penulis.

1. Ayahanda R. Tumanggor dan Ibu L. Purba yang telah memberikan bantuan baik materil dan dukungan moril.

2. Afifuddin, SP,MP. dan Dr. Budi Utomo, SP, MP atas kesediaannya untuk membimbing saya dalam menyelesaikan penelitian ini.

3. Dr. Agus Purwoko, S. Hut, M.Si dan Ridwanti Batubara, S. Hut, M.Si selaku dosen penguji meja hijau.

4. Kepada Bapak Hehe Raya Sihaloho selaku Kepala Desa Paropo Kecamatan Silahisabungan yang memberikan tempat untuk melakukan penelitian.

5. Pustaka USU yang menjadi sumber refrensi dalam penulisan penelitian.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk hasil penellitian yang lebih baik. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN Latar belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Manfaat Penelitian ... 2

Hipotesis Penelitian ... 2

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Tanaman Sukun ... 3

Botani Tanaman Sukun ... 3

Tempat Tumbuh ... 5

Media Tanam Tumbuhan ... 5

Kandungan Air Tanah ... 7

Karakteristik Lokasi ... 9

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu ... 11

Bahan dan Alat ... 11

Metode penelitian ... 11

Prosedur Penelitian ... 12

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 15

Pembahasan ... 20

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 27

Saran ... 27 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Halaman

(7)

DAFTAR TABEL

No

1. Hasil Pengukuran Pertambahan Tinggi Bibit Tanaman Sukun

Dengan Berbagai Parameter Berdasarkan Ketebalan Sabut Kelapa .. 15 2. Hasil Pengukuran Pertambahan Diameter Bibit Tanaman Sukun

Dengan Berbagai Parameter Berdasarkan Ketebalan Sabut Kelapa ... 16 3. Hasil Pengukuran Pertambahan Jumlah Daun Bibit Tanaman

Sukun Dengan Berbagai Parameter Berdasarkan Ketebalan Sabut

Kelapa ... 17 4. Hasil Pengukuran Luas Daun Bibit Tanaman Sukun Dengan

Berbagai Parameter Berdasarkan Ketebalan Sabut Kelapa ... 18 5. Hasil Pengukuran Luas Tajuk Bibit Tanaman Sukun Dengan

Berbagai Parameter Berdasarkan Ketebalan Sabut Kelapa ... 19 6. Persen Hidup Bibit Tanaman Sukun ... 20 7. Korelasi Antar Perlakuan ... 25 Halaman

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

No

1. Desain Pengacakan... 31 2. Analisis Rancangan Percobaan Pertambahan Tinggi Bibit Tanaman

Sukun ... 31 3. Analisis Rancangan Percobaan Pertambahan Diameter Batang

Bibit Tanaman Sukun ... 33 4. Analisis Rancangan Percobaan Pertambahan Jumlah Daun Bibit

5. Tanaman Sukun ... 35 6. Analisis Rangcangan Percobaan Luas Daun Bibit Tanaman Sukun .... 35 7. Analisis Rancangan Percobaan Luas Tajuk Bibit Tanaman Sukun ... 36 8. Dokumentasi Selama Penelitian ... 37 Halaman

(9)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keberadaan hutan dan lahan Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba belakangan ini semakin menunjukkan penurunan kualitas dan kuantitas. Lahan kritis dan lahan kosong yang dianggap beberapa penyebabnya adalah bekas tebangan maupun bekas kebakaran banyak di jumpai sepanjang pinggiran Danau Toba. Upaya rehabilitasi dan reboisasi telah banyak dilakukan sejak beberapa tahun terakhir, namun peningkatan kualitas tutupan lahan dan kualitas lingkungan hidup belum menunjukkan perubahan. Penggundulan hutan di daerah tersebut, bukan hanya menghilangkan keindahan alam, tetapi juga mengakibatkan permukaan air Danau Toba tidak stabil dan cenderung menurun. Salah satu hal yang dilakukan untuk merehabilitasi lahan di sekitar Danau Toba adalah dengan menanam tanaman sukun .

Tanaman sukun merupakan salah satu pohon yang tersebar diseluruh nusantara. Tanaman sukun mempunyai daun yang lebar dan lebat sehingga dapat digunakan untuk pakan ternak.Sukun juga mempuyai buah yang dapat dimakan sebagai pengganti beras karena sumber kalori dan kandungan gizinya yang tinggi, sehingga tanaman sukun berkontribusi terhadap upaya global dalam menjamin ketahanan pangan. Sistem agroforestri sederhana dapat dilakukan dalam penanaman sukun, dimana pohon/tanaman tahunan ditanam secara tumpang sari dengan satu atau lebih jenis tanaman semusim (Pitojo, 1999).

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah air. Air merupakan faktor penting dalam menunjang pertumbuhan suatu tanaman. Selain dalam proses transpirasi dan fotosintesis, air juga berperan dalam penyerapan

(10)

unsurhara yang diperlukan tanaman. Kebutuhan air oleh suatu tanaman umumnya selalu berbeda-beda, oleh karena itu banyak sedikitnya air yang diberikan dalam penyiraman sangat mempengaruhi kondisi dari pertumbuhan tanaman itu sendiri.

Kekurangan air akan mengganggu aktifitas fisiologis maupun morfologis, sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan. Defisiensi air yang terus- menerus akan menyebabkan perubahan irreversibel (tidak dapat balik) dan pada gilirannya tanaman akan mati (Daniel et al., 1987).

Sabut kelapa merupakan hasil sampingan dari kelapa yang kegunaannya telah banyak diaplikasikan dalam berbagai bidang misalnya sebagai media tumbuh tanaman. Dengan sifat bahan yang mudah menyerap air dan merupakan bahan organik sangat membantu tanaman dalam menyediakan, menyimpan serta melindungi tanaman dari berbagai jenis gulma (Mashuri, 2009). .

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh berbagai ketebalan sabut kelapa untuk pertumbuhan bibit sukun (Artocarpus communis Forst) pada lahan.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah memberi informasi mengenai ukuran ketebalan anyaman sabut kelapa sebagai penahan air yang tepat untuk pertumbuhan bibit sukun (Artocarpus communis Forst).

Hipotesis Penelitian

Berbagai ketebalan Sabut kelapa berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit tanaman sukun (Artocarpus communis Forst).

(11)

TINJAUAN PUSTAKA

Taksonomi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst.)

Taksonomi tanaman sukun (Artocarpus communis Forst) yaitu: Kingdom : Plantae (Tumbuhan), Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh), Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga), Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil), Sub Kelas : Dilleniidae, Ordo : Urticales, Famili : Moraceae (suku nangka-nangkaan), Genus : Artocarpus, Spesies : Artocarpus communis Forst (Alrasjid, H. 1993) Botani Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst.)

Tanaman sukun merupakan tanaman multiguna, dimana: buah dapat digunakan sebagai bahan makanan, bunga digunakan sebagai bahan ramuan obat- obatan; daun dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan kayunya dapat digunakan sebagai bahan perkakas rumah tangga. Sampai saat ini, pengembangan dan pemanfaatan tanaman sukun masih terbatas, belum dibudidayakan secara intensif, buahnya masih diolah dalam skala industri rumah tangga dan dipasarkan untuk memenuhi permintaan lokal. Budidaya Tanaman sukun belum secara intensif, masih sebagai tanaman pekarangan, sehingga memunculkan permasalahan terkait pengembangan tanaman Sukun, antara lain: (1). Perusahaan pengolah buah sukun masih dalam betuk home industri. (2). Ketersedian bahan baku masih terbatas, karena produksi buah sukun masih tergantung pada musim.

(3). Terbatasnya akses permodalan. (4). Minat Petani untuk membudidayakan tanaman sukun masih rendah. (5). Belum adanya kepastian pasar (Departemen kehutanan, 2005).

(12)

Tanaman sukun dapat ditanam di segala jenis tanah dan tanaman sukun juga memiliki toleransi tinggi terhadap keadaan tanah, sehingga memiliki daerah penyebaran yang luas. Tanaman sukun mampu tumbuh dengan baik di dataran rendah dan dataran sedang. Sukun relatif kuat terhadap keadaan iklim. Iklim mikro yang sangat ideal bagi pertumbuhan sukun adalah di tempat terbuka dan banyak menerima panas sinar matahari. Pohon sukun bertajuk rimbun dengan percabangan melebar kesamping dan tingginya dapat mencapai 10-20 meter, kulit batangnya hijau kecoklatan. Pohon sukun membentuk percabangan sejak ketinggian 1,5 meter dari tanah. Tekstur kulitnya sedang. Pohon sukun yang dipangkas akan cepat membentuk cabang kembali (Pitojo, 1999).

Tanaman sukun merupakan tanaman hutan yang tingginya mencapai 20 m.

Kulit kayunya berserat kasar, dan semua bagian tanaman bergetah encer. Daunnya lebar, bercagap menjari dan berbulu kasar. Bunganya keluar dari ketiak daun pada ujung cabang dan ranting, tetapi masih dalam satu pohon (berumah satu). Bunga jantan berbentuk tongkat panjang yang biasa disebut ontel. Bunga betina berbentuk bulat bertangkai pendek yang biasa disebut babal seperti pada nangka.Bunga betina ini merupakan bunga majemuk sinkarpik. Kulit buah bertonjolan rata sehingga tidak jelas yang merupakan bekas putik dari bunga tersebut (Sunarjono, 1999).

Tanaman sukun memiliki banyak kegunaan, antara lain buah sukun yang merupakan hasil utama dimanfaatkan sebagai bahan makanan, diolah menjadi berbagai macam makanan, misalnya getuk sukun, klepon sukun, stik sukun, keripik sukun dan sebagainya. Batang pohon (kayu) sukun dapat dimanfaatkan

(13)

sebagai bahan bangunan maupun dibuat papan kayu yang kemudian dikilapkan (Departemen kehutanan, 1998).

Tempat Tumbuh

Tanaman sukun dapat tumbuh dan dibudidayakan pada berbagai jenis tanah. Sukun juga toleran terhadap curah hujan yang sedikit maupun curah hujan yang tinggi dengan kelembaban 60-80%, namun lebih sesuai pada daerah-daerah yang cukup banyak mendapat penyinaran matahari.Tanaman sukun tumbuh baik di tempat yang lembab, panas, dengan temperatur antara 15-38°C.Tanaman sukun ditanam di tanah yang subur, dalam dan drainase yang baik, tetapi beberapa varietas tanpa biji dapat tumbuh baik di tanah berpasir (Tridjaja, 2003).

Iklim mikro yang baik untuk pertumbuhan tanaman sukun adalah pada lahan terbuka dan banyak menerima sinar matahari, sebagai indikator adalah apabila tanaman keluwih bisa tumbuh dengan baik maka sukun juga bisa tumbuh asal daerahnya tidak berkabut. Sukun dapat tumbuh pada semua jenis tanah (tanah podsolik merah kuning, tanah berkapur, tanah berpasir), namun akan lebih baik bila ditanam pada tanah gembur yang bersolum dalam, berhumus dan tersedia air tanah yang dangkal. Tanaman sukun tidak baik dikembangkan pada tanah yang memiliki kadar garam tinggi (Alrasjid, 1993).

Media Tanam Tumbuhan

Tanah yang digunakan sebagai media pembibitan harus memiliki kesuburan yang baik, tidak berkerikil, memiliki aerasi yang baik, tidak terlalu mengandung liat, sumber air cukup tersedia dan berkualitas baik. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam memproduksi media bibit adalah sifat

(14)

medianya. Media yang memiliki sifat fisik baik memiliki struktur remah, daya serap dan daya simpan air baik serta kapasitas udaranya cukup (Khaerudin, 1999)

Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam.

Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang ingin ditanam. Menentukan media tanam yang tepat dan standar untuk jenis tanaman yang berbeda habitat asalnya merupakan hal yang sulit. Hal ini disebabkan setiap daerah memiliki kelembaban dan kecepatan angin yang berbeda. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga kelembaban daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur hara. Jenis media tanam yang digunakan pada setiap daerah tidak selalu sama (Khaerudin, 1999).

Sabut kelapa segar mengandung tanin 3,12%. Senyawa tanin dapat mengikat enzim yang dihasilkan oleh mikroba sehingga mikroba menjadi tidak aktif. Serbuk sabut kelapa ini juga telah dikembangkan untuk pembuatan briket serbuk sabut kelapa yang digunakan sebagai bahan penyimpan air pada lahan pertanian. Karakteristik sifat daya serap airnya sangat berbeda dengan sifat daya serap air papan partikel yang terbuat dari kayu, yaitu sifat daya serap airnya antara 3,5 sampai 5,5 kali dari beratnya, sedangkan untuk sifat daya serap air nilainya berkisar antara 2,5 sampai 4 kali dari beratnya. Berdasarkan sifat penyerapan air dan oli yang tinggi ini memungkinkan pemanfaatan produk papan partikel yang terbuat dari serbuk sabut kelapa ini dapat digunakan sebagai bahan penyerap air atau oli. Disamping itu dapat digunakan sebagai pengganti papan busa (stiroform) sebagai bahan pembungkus anti pecah yang ramah lingkungan karena bahan ini kemungkinan besar dapat terdekomposisi secara alami (Subiyanto et al., 2003)

(15)

Pengolahan sabut kelapa menghasilkan serat sabut dan serbuk kelapa.

Pemanfaatan keduanya sangat banyak. Seperti seratnya dapat dimanfaatkan untuk aneka kerajinan rumah tangga seperti sapu, keset, dan untuk bahan jok mobil, untuk reklamasi seperti cocomesh, untuk membantu kesuburan tanah seperti coco pot dan lain-lain. (Mashuri, 2009).

Kandungan Air Tanah

Kandungan air didalam tanah merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan keberhasilan pertumbuhan dan produksi tanaman. Kandungan air didalam tanah sangat dipengaruhi oleh iklim, curah hujan dan dipengaruhi oleh sifat tanah seperti tekstur dan struktur tanah. Persentase kandungan air tanah berbeda dengan berbedanya sifat tekstur tanah. Tanaman yang cukup air, stomata dapat dipertahankan selalu membuka untuk menjamin kelancaran pertukaran gas- gas di daun termasuk CO2 yang berguna dalam aktifitas fotosisntesis, aktivitas yang tinggi menjamin pula tingginya kecepatan pertumbuhan tanaman (Bayer, 1976).

Air tersedia bagi pertumbuhan tanaman merupakan air yang terikat antara kelembapan kapasitas lapang dan pada kelembapan titik layu permanen. Air harus cukup tersedia di dalam tanahguna dapat melarutkan pupuk yang diberikan, karena tanaman hanya dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terlarut didalam larutan tanah. Air tanah sangat berperan dalam hal mekanisme pergerakan hara ke akar tanaman. Perkembangan akar tanaman sangat dirangsang oleh kondisi tanah yang lembab, sehingga kesempatan dari akar untuk lebih dekat dengan unsur hara yang berasal dari pupuk akan lebih besar. Demikian juga dengan aliran massa untuk keperluan transpirasi diperlukan air tanah dan pada waktu bersamaan juga

(16)

akan mengangkut unsur-unsur hara ke akar dari daerah yang jauh dari jangkauan akar (Damanik et al., 2010).

Air sangat berfungsi bagi pertumbuhan tanaman, khususnya air tanah yang digunakan oleh tumbuhan sebagai bahan melalui proses fotosintesis. Air diserap tanaman melalui akar bersama dengan unsur hara yang larut di dalamnya, kemudian diangkut melalui pembuluh Xylem (Lakitan, 1993).

Sel tanaman yang telah kehilangan air dan berada pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimumnya, disebut menderita stress air. Hal ini merupakan suatu istilah yang menyesatkan karena stress mempunyai defenisi yang tepat dalam mekanika dan dapat dengan mudah diukur. Stress air adalah suatu istilah yang sangat tidak tepat, yang menunjukkan bahwa kandungan air sel telah turun dibawah nilai optimum, menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme (Fitter, 1981).

Kekeringan juga memodifikasi komponen morfologi tanaman melalui penurunan nisbah luas daun ( leaf area ratio /LAR) dan luas daun spesifik ( specific leaf area ), yang merupakan indikator ketebalan daun dan

memungkinkan tanaman memiliki kepadatan protein daun lebih tinggi sehingga meningkatkan kapasitas fotosintesis (Marcelis et al. 1998).

Air seringkali membatasi pertumbuhan dan perkembangan tanaman budidaya. Respon tumbuhan terhadap kekurangan air dapat dilihat pada aktivitas metabolismenya, morfologinya, tingkat pertumbuhannya, atau produktivitasnya.

Pertumbuhan sel merupakan fungsi tanaman yang paling sensitif terhadap kekurangan air. Kekurangan air akan mempengaruhi turgor sel sehingga akan mengurangi pengembangan sel, sintesis protein, dan sintesis dinding sel. Pengaruh

(17)

kekurangan air selama tingkat vegetatif adalah berkembangnya daun-daun yang ukurannya lebih kecil, yang dapat mengurangi penyerapan cahaya. Kekurangan air juga mengurangi sintesis klorofil dan mengurangi aktifitas beberapa enzim.

Kekurangan air justru meningkatkan aktivitas enzim-enzim hidrolisis (Hsiao et al.

dalam Gardner et al. 1991).

Jika tanaman kekurangan air, maka proses pertumbuhan terhambat dan hasil akan menurun. Pemberian yang di bawah kondisi optimum bagi pertumbuhan tanaman, akan berakibat tanaman akan terhambat (tanaman menjadi kerdil) ataupun terlambat untuk memasuki fase vegetatif selanjutnya (Lubis. 2000).

ketersediaan air sangat mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman dan perkembangan jaringan-jaringan meristem pada titik tumbuh tanaman.

Ketersediaan air tanah ditentukan oleh banyaknya air kapiler yaitu air yang berada di antara kapasitas lapang dan layu permanen (Harjadi 1996).

Karakteristik Lokasi

Danau Toba merupakan danau terbesar di Indonesia, dengan luas permukaan ±112.970 ha dengan perairan terdalam berkisar 435 m terletak pada ketinggian 906 di atas permukaan laut. Danau Toba terletak antara 2-3 LU dan 98- 99 BT. Dasar danau kebanyakan terdiri dari batu-batuan dan pasir. Pada bagian tertentu terdapat endapan lumpur dan daerah sekitar Danau Toba dikelilingi oleh perbukitan. Selain itu, Danau Toba juga merupakan danau terbesar di Asia Tenggara. Danau Toba mempunyai luas permukaan lebih kurang 1.100 km2 dengan total volume air sekitar 1.258 km3 (Amnte, 2012).

(18)

Danau Toba terbentuk sebagai akibat terjadinya runtuhan (depresi) tektonik vulkanis yang dahsyat pada zaman Pleiopleistosen dengan luas 1100 km2. Ketinggian permukaan air Danau Toba yang pernah diamati dan dicatat adalah sekitar ± 906 meter dpl (diatas permukaan laut). Kedalaman air Danau Toba berkisar 400 – 600 meter dan terdapat di depan teluk Haranggaol (± 460 meter). Jenis tanah yang terdapat disekeliling Danau Toba mempunyai sifat kepekaan terhadap erosi yang cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya bagian yang terkena longsor dan adanya singkapan batuan sesi (PPT Bogor, 1990).

Secara geografis Kecamatan Silahisabungan berada di wilayah pinggir Kabupaten Dairi dan berada di pinggiran Danau Toba yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Samosir. Sebagian besar arealnya terdiri dari Pegunungan yang bergelombang dan hanya sebagian kecil yang datar/rata.

Sebagian besar adalah hutan, maka iklim di daerah ini adalah iklim sedang. Luas wilayah Kecamatan Silahisabungan adalah 75,62 km2. Desa Silalahi II merupakan desa yang memiliki wilayah terluas dengan luas wilayah 1819 km2 atau sekira 24,05 persen dari luas wilayah Kecamatan Silahisabungan, sedangkan desa dengan luas wilayah terkecil adalah Desa Paropo I dengan luas wilayah 1.119 km2, atau sekitar 14,8 persen dari luas wilayah kecamatan Silahisabungan. Semua desa di Silahisabungan berada di tepi hutan, dengan luas wilayah sebesar 75,62 km, 3,24% merupakan lahan pertanian padi sawah, masyarakat sekitar hutan juga menggunakan sebagian lahan untuk digunakan sebagai lahan pertanian, baik padi maupun palawija (BPS, 2012).

(19)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di DTA Danau Toba, Desa Paropo, Kecamatan silahisabungan, Kabupaten Dairi. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan yang dimulai dari bulan November 2015 sampai dengan Januari 2016.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit sukun (Artocarpus communis Forst) umur 3 bulan dan anyaman dari sabut kelapa dengan ukuran 40 cm x 40 cm dengan ketebalan 2 cm, 4 cm, 6 cm, 8 cm, 10 cm yang bagian tengahnya di beri lubang ukuran 10 cm x 10 cm. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, timbangan digital, kertas label, penggaris, kalkulator, jangka sorong, tally sheet, cutter, laptop/komputer (Microsoft exel dan software image j).

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) terdiri atas 5 perlakuan dan 5 ulangan.

K0 = kontrol (tanpa perlakuan) K1 = sabut kelapa ketebalan 2 cm

K2 = sabut kelapa ketebalan 4 cm K3 = sabut kelapa ketebalan 6 cm

K4 = sabut kelapa ketebalan 8 cm K5 = sabut kelapa ketebalan 10 cm

(20)

Untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan yang diberikan dilakukan dengan sidik ragam berdasarkan model linier digunakan model statistika sebagai berikut : Yij = µ + τi + βj + ∑ij

Keterangan :

Yij = Nilai hasil pengamatan pada ulangan ke-i dan kelompok ke-j µ = Rataan umum

τi = Pengaruh pemberian sabut kelapa dengan ketebalan ke-i βj = pengaruh kelompok ke-j

∑ij = Pengaruh galat percobaan pada ulangan ke-i dan pemberian sabut kelapa ke-j

Pada pengolahan data dilakukan dengan uji F pada microsoft exel. Jika ANOVA berpengaruh nyata terhadap uji F, maka dilanjutkan dengan uji lanjutan

berdasarkan uji jarak DMRT (Duncan Multiple Range Test) (Gomez dan Gomez, 1995).

Prosedur Penelitian

1. Penyediaan Bibit

Bibit sukun yang digunakan dalam penelitian ini merupakan bibit yang berasal dari daerah Tanjung Morawa. Bibit sukun berumur 3 bulan sebanyak 30 bibit, yang akan ditanam di DTA Danau Toba, Desa Paropo, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi.

2. Penanaman

Dilakukan penanaman bibit sukun di DTA Danau Toba, Desa Paropo dengan lubang tanam ukuran 20 cm x 20 cm x 20 cm dan jarak tanam adalah

(21)

5 m x 5 m. bibit ditanam dengan melepas plastik polybag agar akar tanaman dapat menembus tanah.

3. Persiapan Media Penahan Air

Disiapkan sabut kelapa dengan ketebalan yang telah ditentukan dan bagian tengahnya telah diberi lubang dengan ukuran 10cm x 10 cm. Pemberian sabut kelapa dilakukan dengan cara memasukkan bagian tajuk tanaman sukun ke bagian lubang anyaman terlebih dahulu sehingga permukaan tanah disekitar tanaman tertutup oleh sabut kelapa. Beri label sebagai penanda perlakuan serta patok batas bawah sebagai titik awal pengukuran tinggi tanaman juga menjaga konsistensi pengukuran.

4. Parameter Pengamatan

Sebelum dilakukan pengamatan parameter, dilakukan terlebih dahulu pengambilan data. Pengamatan mulai dilakukan dua minggu setelah tanam (2 MST). Pengamatan dilakukan selama 3 bulan (Mansur dan Surahman, 2011).

Parameter yang diamati antara lain adalah : a. Pertambahan tinggi (cm)

Pengukuran dilakukan dari awal pengamatan. Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang dipermukaan tanah hingga titik tumbuh bibit menggunakan penggaris. Pengambilan data dilakukan dua minggu sekali.

b. Diameter bibit (cm)

Pengukuran dilakukan dari awal pengamatan. diameter diukur menggunakan jangka sorong, diukur pada pangkal batang sekitar 3 cm dari permukaan tanah yang sudah ditandai atau diberi patok batas. Pengukuran dilakukan setiap dua minggu sekali.

(22)

c. Jumlah daun (helai)

Pengukuran dilakukan di akhir pengamatan. Jumlah seluruh daun dihitung tiap dua minggu sekali selama penelitian. Daun yang dihitung adalah daun yang sudah terbuka sempurna.

d. Luas Tajuk ( cm² )

Pengukuran luas Tajuk dilakukan pada akhir pengambilan data.

Gambar tajuk terlebih dahulu di foto dengan kamera secara vertikal, selanjutnya di input ke komputer dan dihitung dengan menggunakan program software komputer Image J.

e. Luas daun ( cm2)

Pengamatan luas daun dilakukan pada akhir pengambilan data.

Luas daun terlebih dahulu di foto dengan kamera secara vertikal, selanjutnya di input ke komputer dan dihitung dengan menggunakan program software komputer Image J. Daun yang dihitung adalah daun ke - 3 pada bibit.

f. Persen hidup bibit

Pengukuran persen hidup bibit dilakukan pada saat akhir pengukuran. Persen hidup bibit sukun dihitung dengan membandingkan jumlah bibit yang hidup dengan jumlah bibit sukun yang ditanam.

Pengukuran persen hidup dapat dihitung dengan persamaan Keterangan:

𝑃𝑃i =niN x 100%

Pi = Persen tumbuh bibit ni = Jumlah bibit yang hidup N = Jumlah bibit yang ditanam

(23)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pertambahan Tinggi Bibit Sukun

Pengukuran pertambahan tinggi bibit tanaman sukun dilakukan setiap 2 minggu dimulai dari minggu 1 sampai minggu ke-11 pengamatan dengan menggunakan penggaris. Hasil pengukuran pertambahan tinggi bibit tanaman sukun tersedia pada tabel berikut ini :

Tabel 1. Hasil pengukuran pertambahan tinggi (cm) bibit sukun dengan berbagai parameter berdasarkan ketebalan sabut kelapa

Perlakuan Ulangan

Total

Rata-rata U1 U2 U3 U4 U5

K0 7.7 5.5 5.9 8 7.4 34.5 6.9a

K2 16.9 10.4 14.2 8.5 6.1 56.1 11.22ab

K4 6.7 13.4 11.5 16 9.5 57.1 11.42ab

K6 20.3 14.1 24.3 28.2 17.7 104.6 20.92c

K8 15.5 25.2 27.9 18.9 27.4 114.9 22.98c K10 26.3 21.3 17.2 19.6 17.4 101.8 20.36c Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

Berdasarkan pada Tabel 1 hasil pengukuran rata-rata pertambahan tinggi bibit tanaman sukun menunjukkan bahwa pertambahan tinggi bibit tamanan sukun yang paling tinggi adalah pada perlakuan K8 atau sabut kelapa dengan ketebalan 8 cm yaitu sebesar 22,98 cm. Sedangkan pertambahan tinggi bibit tanaman sukun terendah adalah pada perlakuan K0 atau tanpa sabut kelapa yaitu sebesar 6,9 cm.

Setelah dilakukan sidik ragam di dapat hasil bahwa pemberian sabut kelapa dengan berbagai ketebalan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit tanaman sukun. Berdasarkan hasil Uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) di dapat hasil bahwa perlakuan K6, K8, K10 memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata tetapi berbeda nyata terhadap perlakuan K0, K2, dan K4.

(24)

Pertambahan Diameter Bibit Sukun

Pengukuran pertambahan diameter bibit tanaman sukun dilakukan dari awal sampai minggu ke-11 pengamatan dengan menggunakan jangka sorong.

Hasil pengukuran pertambahan diameter bibit tanaman sukun tersedia pada tabel berikut ini :

Tabel 2. Hasil pengukuran pertambahan diameter (cm) bibit sukun dengan berbagai parameter berdasarkan ketebalan sabut kelapa

Perlakuan

Ulangan

Total Rata-rata

U1 U2 U3 U4 U5

K0 0.33 0.33 0.26 0.28 0.35 1.55 0.31a

K2 0.4 0.46 0.59 0.36 0.43 2.24 0.45bcd

K4 0.48 0.36 0.45 0.37 0.44 2.1 0.42abc

K6 0.56 0.48 0.49 0.75 0.44 2.72 0.544cd

K8 0.41 0.55 0.47 0.71 0.67 2.81 0.562d

K10 0.34 0.36 0.39 0.49 0.33 1.91 0.382ab

Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

Pertambahan diameter bibit sukun dengan berbagai perlakuan cukup berbeda dengan tanpa perlakuan, terlihat bahwa pertambahan diameter terendah terdapat pada perlakuan K0 atau tanpa sabut kelapa dengan rata-rata pertambahan diameter sebesar 0,31 cm, sedangkan yang tertinggi terdapat pada perlakuan K8 atau ketebalan sabut kelapa 8 cm yaitu rata-rata sebesar 0,562 cm.berdasarkan hasil sidik ragam didapat hasil bahwa pemberian berbagai ketebalan sabut kelapa terhadap bibit tanaman sukun berpengaruh nyata. Setalah di lakukan Uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) menunjukkan bahwa perlakuan K8 menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap perlakuan K0, K2, K4, K6 dan K10.

Jumlah Daun Bibit Sukun

Pengukuran jumlah daun tanaman sukun dilakukan pada minggu ke-11.

Jumlah daun yang dihitung adalah daun yang telah terbuka sempurna. Hasil

(25)

pengukuran pertambahan jumlah daun bibit tanaman sukun tersedia pada tabel berikut ini :

Tabel 3. Hasil Pengamatan jumlah daun bibit sukun dengan berbagai parameter berdasarkan ketebalan sabut kelapa

Perlakuan

Ulangan

Total Rata-rata

U1 U2 U3 U4 U5

K0 5 5 6 6 5 27 5,4a

K2 7 6 6 7 6 32 6,4b

K4 6 7 7 7 6 33 6,6b

K6 7 6 6 7 6 32 6,4b

K8 6 6 8 7 6 33 6,6b

K10 7 6 7 6 6 32 6,4b

Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

Berdasarkan hasil pengukuran jumlah daun yang tertera pada Tabel 3 diatas bahwa jumlah rata-rata jumlah daun terbanyak terdapat pada ketebalan 4 Cm dan 8 Cm yakni 6,6 helai daun selama 90 hari pengamatan, sedangkan untuk jumlah daun rata-rata paling sedikit adalah K0 atau tanpa sabut kelapa yaitu 5,4 helai daun selama 90 hari. Setelah dilakukan sidik ragam didapat hasil bahwa pemberian sabut kelapa dengan berbagai ketebalan pada bibit tanaman sukun berpengaruh nyata, kemudian dilanjut dengan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) menunjukkan bahwa perlakuan K2, K4, K6, K8, K10 memberikan pengaruh

yang tidak berbeda nyata tetapi berbeda nyata terhadap perlakuan K0.

Luas Daun Bibit Sukun

Pengambilan gambar luas daun bibit tanaman sukun dilakukan di akhir pengamatan yaitu minggu ke-11 dengan menggunakan kamera dan pengaris. Hasil pengukuran luas daun setelah di ukur dengan software image j tersedia pada tabel berikut ini :

(26)

Tabel 4. Hasil pengukuran luas daun bibit tanaman sukun ( cm2 ) dengan berbagai parameter berdasarkan ketebalan sabut kelapa

Perlakuan

Ulangan

Total Rata-Rata

U1 U2 U3 U4 U5

K0 199.9 65.78 85.7 257.17 47.26 655.798 131.16a K2 79.89 345.48 240.38 189.41 349.99 1205.14 241.03ab K4 632.53 366.93 143.47 153.3 347.43 1643.66 328.73b K6 343.41 184.27 162.94 213.67 357.79 1262.08 252.42ab K8 427.24 329.95 482.52 408.59 334.32 1982.62 396.52b K10 622.93 368.17 207.98 195.09 334.82 1728.99 345.80b Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

Berdasarkan hasil pengukuran luas daun bibit tanaman sukun yang terdapat pada Tabel 4 diatas bahwa luas daun rata-rata terluas terdapat pada sabut kelapa dengan ketebalan 8 cm atau K8 yaitu 396,524 cm², sedangkan luas daun rata-rata terkecil terdapat pada tanpa pemberian sabut kelapa yaitu 131,1596 cm². Pada pengujian nilai analisis sidik ragam diperoleh hasil bahwa perlakuan pemberian sabut kelapa berbagai ketebalan berpengaruh nyata. Setelah dilakukan uji lanjutan yaitu uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) menunjukkan bahwa perlakuan K4, K8 dan K10 memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata tetapi berbeda nyata terhadap perlakuan K0, K2 dan K6.

Luas Tajuk

Pengukuran luas tajuk bibit tanaman sukun dilakukan di akhir pengamatan yaitu pada minggu ke-11 dengan menggunakan kamera dan pengaris. Hasil pengukuran luas tajuk bibit tanaman sukun setelah di ukur dengan software image j tersedia pada tabel berikut ini :

(27)

Tabel 5. Hasil pengukuran luas tajuk bibit tanaman sukun (cm²) dengan berbagai parameter berdasarkan ketebalan sabut kelapa

Perlakuan

Ulangan

Total Rata-rata

U1 U2 U3 U4 U5

K0 727.07 404.04 457.06 800.62 480.81 2869.6 573.92a K2 416.98 1200.6 787.69 590.62 904.68 3900.57 780.114ab K4 2533.8 1862.4 434.81 491.58 1397.9 6720.49 1344.1bc K6 891.73 677.28 2017.7 769.92 1427.6 5784.23 1156.85abc K8 2112.1 556.6 2494.8 2293.9 875 8332.4 1666.48c K10 1540.7 2276.2 735.57 703.77 908.85 6165.09 1233.02abc Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata

menurut uji DMRT pada taraf 5%.

Berdasarkan hasil pengukuran luas tajuk bibit tanaman sukun yang terdapat pada tabel 5 diatas bahwa rata-rata luas tajuk terluas tedapat pada sabut kelapa dengan ketebalan 8 cm atau K8 yaitu 1666.48 cm². sedangkan rata-rata luas tajuk terkecil terdapat pada tanpa sabut kelapa atau K0 yakni 573.92 cm² . Setelah dilakukan uji F didapat hasil bahwa pemberian sabut kelapa dengan berbagai ketebalan terhadap bibit tanaman sukun sangat berpengaruh nyata.

Dilanjutkan dengan pengujian uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) menunjukkan bahwa perlakuan K4 dan K8 memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata tetapi berbeda nyata terhadap perlakuan K0, K2, K6 dan K10.

Persen Hidup Bibit

Bibit tanaman sukun yang ditanam di DTA Danau Toba menunjukkan bahwa semua bibit tanaman sukun hidup dan tumbuh dengan kondisi fisik tanaman yang berbeda sesuai dengan perlakuan yang diberikan pada saat penelitian. Berikut tabel hasil pengamatan persen hidup bibit:

(28)

Tabel 6. Persen hidup bibit tanaman sukun

Perlakuan Ulangan 1 ulangan 2 ulangan 3 ulangan 4 ulangan 5

Kontrol

ketebalan 2 cm

ketebalan 4 cm

ketebalan 6 cm

ketebalan 8 cm

ketebalan 10 cm

Keterangan : Tanda √ merupakan tanaman yang hidup Tanda – merupakan tanaman yang mati

Persen tumbuh bibit = 30

30 × 100% = 100 %

100 % bibit tanaman sukun hidup dengan berbagai kondisi, seperti kerdil maupun tumbuh dengan subur.

Pembahasan

Tanaman sukun dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dan iklim. Hal ini membuat tanaman sukun menjadi pilihan dalam upaya reboisasi atau penghijauan.

Kemampuan tumbuh bibit tanaman sukun pada kondisi iklim yang berbeda membuat tanaman sukun dapat ditanam di berbagai tempat termasuk di daerah tangkapan air danau toba desa Paropo Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi. Menurut Pitojo (1999) bahwa tanaman sukun dapat ditanam di segala jenis tanah dan tanaman sukun juga memiliki toleransi tinggi terhadap keadaan tanah, sehingga memiliki daerah penyebaran yang luas. Tanaman sukun mampu tumbuh dengan baik di dataran rendah dan dataran sedang. Sukun relatif kuat terhadap keadaan iklim. Iklim mikro yang sangat ideal bagi pertumbuhan sukun adalah di tempat terbuka dan banyak menerima panas sinar matahari. Hal ini dibuktikan dengan jumlah bibit tanaman yang ditanam baik dengan pemberian sabut kelapa berbagai ketebalan maupun tanpa pemberian sabut kelapa dapat tumbuh dan hidup semua. Walaupun ada perbedaan kondisi fisik tanaman antara tanaman yang di

(29)

beri sabut kelapa dengan yang tidak di beri sabut kelapa. Bramasto , dkk (2015) Persen hidup bibit tanaman sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air, bibit akan mengalami kelayuan apabila kekurangan air demikian pula apabila dalam kondisi tergenang.Hal ini berarti bahwa ketersediaan air mutlak diperlukan bagi pertumbuhan anakan. Kemampuan tumbuh bibit tanaman sukun di berbagai kondisi iklim dan tempat tidak membuat tanaman tersebut tumbuh sesuai dengan yang di inginkan sehingga pemberian sabut kelapa dengan berbagai ketebalan untuk membantu tanaman dalam mencukupi kebutuhan air untuk proses metabolisme terutama proses transpirasi dan fotosintesis tanaman. Menurut Daniel et al.(1987) bahwa Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah air. Air merupakan faktor penting dalam menunjang pertumbuhan suatu tanaman. Selain dalam proses transpirasi dan fotosintesis, air juga berperan dalam penyerapan unsur hara yang diperlukan tanaman. Kebutuhan air oleh suatu tanaman umumnya selalu berbeda-beda, oleh karena itu banyak sedikitnya air yang diberikan dalam penyiraman sangat mempengaruhi kondisi dari pertumbuhan tanaman itu sendiri. Kekurangan air akan mengganggu aktifitas fisiologis maupun morfologis, sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan.

Defisiensi air yang terus-menerus akan menyebabkan perubahan irreversibel (tidak dapat balik) dan pada gilirannya tanaman akan mati.

Kemampuan tumbuh tersebut tidak berarti membuat tanaman sukun pada saat masih usia bibit mampu tumbuh dengan baik saat ditanam di tempat yang baru. Akar bibit yang baru ditanam ditempat yang baru akan memulai proses adaptasi tumbuh untuk mencari sumber nutrisi dan air serta iklim di sekitarnya.

Dalam hal ini air akan membantu akar dalam menyerap sumber nutrisi dari tanah.

(30)

Pada hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pemberian sabut kelapa dengan berbagai ketebalan memberikan pengaruh yang nyata bagi bibit tanaman sukun. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji sidik ragam yang menunjukkan bahwa sabut kelapa mampu memberikan dukungan dalam mempertahankan hidup bibit. Bibit tanaman sukun yang diberi sabut kelapa tumbuh dengan baik bila dibandingkan dengan bibit tanaman yang tidak diberi sabut kelapa. Menurut Soemartono (1990) bahwa air sangat dibutuhkan oleh tanaman dalam semua proses fisiologis tanaman termasuk pembelahan sel dan proses pembentukan daun. Ketersediaan air juga akan mempengaruhi jumlah gugurnya daun karena jumlah air di daun harus cukup sehingga daun tidak layu atau kering. Fitter dan Hay (1981) keadaan cekaman air menyebabkan penurunan turgor pada sel tanaman dan berakibat pada menurunnya proses fisiologi. Air memegang peranan penting bagi tanaman. Kandungan air pada tanaman akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan, dan salah satunya ialah kandungan air itu sendiri.

Pada tahap pertumbuhan vegetatif, air digunakan oleh tanaman untuk pembelahan dan pembesaran sel yang terwujud dalam pertambahan tinggi tanaman, pembesaran diameter, perbanyakan daun dan pertumbuhan akar.

Hasil Pengamatan yang dilakukan secara fisik pada tanaman yang di uji dengan berbagai perlakuan berdasarkan parameter yang ditentukan menunjukkan perbedaan yang cukup nyata . Semua bagian dari tumbuhan yang tumbuh mengikuti efek dari perlakuan yang diberikan. Efek yang dimaksud adalah ketebalan sabut kelapa yang diberikan pada bibit tanaman sukun . Air yang tersimpan dalam sabut kelapa menyediakan kebutuhan tanaman dalam proses pertumbuhan. Dalam penelitian ini didapat hasil uji berdasarkan uji DMRT bahwa

(31)

pengaruhnya artinya pemberian sabut kelapa dengan berbagai ketebalan memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan bibit tanaman sukun tetapi antar ketebalan sabut kelapa tidak berbeda nyata pengaruhnya. Proses fotosintesis, tranportasi dan transpirasi pada perlakuan pemberian sabut kelapa berjalan dengan baik ditunjukkan dengan fisik bibit tanaman mengalami pertambahan ukuran seperti tinggi, diameter, jumlah daun, luas daun, luas tajuk serta persen hidup bibit. Menurut pernyataan Lubis (2000) bahwa jika tanaman kekurangan air, maka proses pertumbuhan terhambat dan hasil akan menurun.

Pemberian yang di bawah kondisi optimum bagi pertumbuhan tanaman, akan berakibat tanaman akan terhambat (tanaman menjadi kerdil) ataupun terlambat untuk memasuki fase vegetatif selanjutnya. Harjadi (1979) juga menyatakan bahwa ketersediaan air sangat mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman dan perkembangan jaringan-jaringan meristem pada titik tumbuh tanaman. Novita Anggraini , dkk (2013) Pertumbuhan mampu dicapai melalui pembelahan, pembesaran dan diferensiasi sel, dan melibatkan faktor genetik, fisiologi, ekologi, morfologi serta interaksi kompleksnya. Kualitas dan kuantitas pertumbuhan tergantung pada aktivitas yang terjadi pada tubuh tanaman yang dipengaruhi oleh ketersediaan air tanaman.

Pada pengukuran fisik bibit tanaman sukun yang diberi sabut kelapa menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan dengan bibit tanaman sukun yang tidak diberi sabut kelapa. Ditunjukkan dengan data rata-rata hasil pengukuran pada bibit tanaman sukun tanpa sabut kelapa merupakan yang terendah. Hal ini mengindikasikan bahwa sabut kelapa dengan dugaan kemampuan menyediakan air sebagai kebutuhan pertumbuhan awal bibit tanaman sukun memberi efek

(32)

positif pada pertumbuhan tanaman sukun. sesuai dengan pernyataan subyanto et al (2003) bahwa sabut kelapa segar mengandung tanin 3,12%. Senyawa tanin dapat mengikat enzim yang dihasilkan oleh mikroba sehingga mikroba menjadi tidak aktif. Serbuk sabut kelapa ini juga telah dikembangkan untuk pembuatan briket serbuk sabut kelapa yang digunakan sebagai bahan penyimpan air pada lahan pertanian. Karakteristik sifat daya serap airnya sangat berbeda dengan sifat daya serap air papan partikel yang terbuat dari kayu, yaitu sifat daya serap airnya antara 3,5 sampai 5,5 kali dari beratnya, sedangkan untuk sifat daya serap air nilainya berkisar antara 2,5 sampai 4 kali dari beratnya.

Salah satu adaptasi tanaman dalam menghadapi keadaan defisit air yaitu dengan menggugurkan daun atau menggulung daun guna mengurangi proses transpirasi berlebih oleh tanaman. Hal ini tidak terjadi pada tanaman yang diteliti karena hasil pengamatan daun tumbuh dengan baik dan terbuka sempurna. Ai N.S. dan Lenak A.A. ( 2014 ) Penggulungan daun merupakan salah satu bentuk mekanisme drought avoidance pada tumbuhan dengan cara menurunkan laju evapotranspirasi atau dengan meningkatkan absorpsi air pada tanah kering untuk mempertahankan potensial air daun tetap tinggi. Rendahnya tingkat penggulungan daun berkorelasi positif dengan meningkatnya potensial air daun. Sukarman dan dkk (2006) Tanaman memiliki reaksi yang sangat kompleks menghadapi kekeringan atau tergenang air. Bentuk morfologi, anatomi dan metabolisme tanaman yang berbeda menyebabkan tanaman memiliki respon yang beragam.

Luas daun dengan luas tajuk memberikan pengaruh kepada proses fotosintesis dan penyerapan energi cahaya matahari. Energi yang terserap oleh

(33)

daun membuat proses fotosistesis berjalan dengan lancar, namun dengan semakin luasnya tajuk akan membuat transpirasi tanaman akan semakin besar. Menurut Hsiao et al. dalam Gardner et al. (1991) bahwa Air seringkali membatasi pertumbuhan dan perkembangan tanaman budidaya. Respon tumbuhan terhadap kekurangan air dapat dilihat pada aktivitas metabolismenya, morfologinya, tingkat pertumbuhannya, atau produktivitasnya. Pengaruh kekurangan air selama tingkat vegetatif adalah berkembangnya daun-daun yang ukurannya lebih kecil, yang dapat mengurangi penyerapan cahaya. Kekurangan air juga mengurangi sintesis klorofil dan mengurangi aktivitas beberapa enzim (misalnya nitat reduktase).

Banyo Y. dan Song N.A. (2014) Penurunan kandungan klorofil pada saat tanaman kekurangan air berkaitan dengan akitivitas perangkat fotosintesis dan menurunkan laju fotosintesis tanaman. Nio Song Ai (2012) Fotosintesis merupakan proses metabolisme yang sangat penting pada tumbuhan, hal-hal yang harus dipenuhi dalam fotosintesis adalah cahaya, CO2, O2, klofil dan air. Air sangat berpengaruh pada turgiditas sel penjaga stomata, apabila kekurangan air maka turgiditas sel akan menurun dan akan menyebabkan stomata menutup.

Tabel 7. Korelasi Antar Perlakuan Parameter tinggi

tanaman

diameter batang

jumlah daun

luas

daun luas tajuk

Tinggi tanaman 1

Diameter batang 0,5532 1

Jumlah daun 0,487 0,253 1

Luas daun 0,3069 0,1927 0,278 1

Luas tajuk 0,2793 0,1642 0,233 0,747 1

Keterangan: 0.00-0.199 : Sangat lemah ; 0.20-0.399 : Rendah ; 0.40-0.599 : Cukup 0.60-0.799 : Kuat ; 0.80-1.000 : sangat kuat

Korelasi menunjukkan hubungan antar dua variabel parameter.

Berdasarkan Tabel 7 diatas menunjukkan bahwa hubungan antar parameter bersifat positif. Sifat positif ini menunjukkan bahwa semua parameter yang

(34)

diamati saling mendukung dan saling berhubungan karena pada dasarnya semua parameter yang diamati adalah proses pertumbuhan. Korelasi terkuat terlihat di antara luas daun dengan luas tajuk yaitu sebesar 0,747, dalam hal ini berarti luasnya daun dan luasnya tajuk akan semakin menambah banyaknya jumlah energi dan sumber makanan bagi tanaman yang akan tersedia. korelasi yang lemah ditunjukkan oleh korelasi antara luas tajuk dengan diameter batang yaitu sebesar 0,1642. Crafte et al (1949) bahwa Air merupakan kebutuhan pokok bagi semua tanaman juga merupakan bahan penyusun utama dari pada protoplasma sel.

Di samping itu, air adalah komponen utama dalam proses fotosintesis, pengangkutan assimilate hasil proses ini kebagian-bagian tanaman hanya dimungkinkan melalui gerakan air dalam tanaman. Dengan peranan tersebut jumlah pemakaian air oleh tanaman akan berkorelasi posistif dengan produksi biomassa tanaman, hanya sebagian kecil dari air yang diserap akan menguap melalui stomata atau melalui proses transpirasi.

(35)

KESIMPULAN

Kesimpulan

Pemberian sabut kelapa dengan berbagai ketebalan memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan bibit tanaman sukun umur 3 bulan berdasarkan parameter petambahan tinggi,diameter,jumlah daun serta luas daun dan tajuk.

Saran

Pemanfaatan sabut kelapa sebagai media untuk menyimpan air guna membantu bibit tanaman untuk berdaptasi terhadap lingkungan sebaiknya dapat diaplikasikan secara global.

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Ai N. S., Lenak. 2014. Penggulungan daun pada tanaman monokotil saat kekurangan air. Biologi FMIPA Universitas Sam Ratulangi. Manado.

http://jurnalbiologiFMIPA.com (diakses pada tanggal 3 Oktober 2016) Alrasjid, H. 1993. Pedoman Penanaman Sukun (Arthocarpus altilisFosberg).

Informasi Teknis No. 42. Pusat PenelitianPengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Badan Penelitiandan Pengembangan Kehutanan. Bogor.

Amnte, W.M. 2012, Pesona Danau Toba, Sumatera Utara. http://www.all- aboutindonesia.co.cc/2012/03/pesona-danau-toba-sumatera-utara.html/

[diakses pada tanggal 17 November 2015].

Anggraini N., Faridah E. , Dan Indrioko D. .2013. Pengaruh Cekaman Kekeringan Terhadap Perilaku Fisiologis Dan Pertumbuhan Bibit Black Locust (Robinia pseudoacacia) Bagian Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada. . file:///C:/Users/Joda/Downloads/10183-18964- 1-PB.pdf. [diakses pada tanggal 17 November 2015].

Badan Pusat Statistik (BPS). 2012. Statistik Daerah Kecamatan Silahisabungan 2015. Diakses dari http://www.dairikab.bps.go.id [17 November 2015].

Bramasto Y.U, dkk. (2015). Respon Pertumbuhan Bibitbambang Lanang (Michelia Champaca) Terhadap Cekaman. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman V ol. 12 No. 2, Agustus 2015, 81-91. Bogor . http://pasca.ipb.ac.id/jurnal/files/78e97117f84a28e99ca000bf37146906.pd f. [diakses september 2016]

Crafte, A.S., H.B., Currier and C.P. Stocking, 1949. Water in the Physiology of Plants. Waltham, Mass. USA. Published by The Chronoca Botanica Company. 240 p.

Damanik, B. Madjid. M, Hasibuan. Efendi. Bachtiar, Fauzi, Sarifuddin, Hanum.

Hamidah. 2010. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. usupress. Medan Daniel, T. W., J. A. Helms, dan F. S. Baker. 1987. Prinsip-prinsip Silvikultur.

Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Departemen Kehutanan. 2005. Tehnik Pembibitan dan Konservasi Tanah.Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan. BukuI. Jakarta

Departemen Kehutanan. 1998. Buku Panduan Kehutanan Indonesia. Jakarta.

(37)

Fitter, A. H., dan R.K.M. Hay. 1981. Fisiologi Lingkungan Tanaman. UGM Press. Yogyakarta.

Gardner, F. P., Pearce, R. B., and Mithcell, R. L. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan Herawati Susilo. UI Press. Jakarta.

Gomez, K .A dan A. A. Gomez. 1995. Prosedur Statistika Untuk Penelitian Pertanian. Diterjemahkan oleh E. Syamsuddin dan J.S. Baharsyah. UI Press. Jakarta.

Harjadi, S.S.M.M. 2002. Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Khaerudin. 1999. Pembibitan Tanaman HTI. Penebar Swadaya. Jakarta.

Kramer, PJ. 1969. plant and Soil Water Relationships. New York: Mc. Graw Hill Book Company. Inc. P 347.)

Lakitan, B. 1993. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. RajaGrafindo Persada.

Jakarta.

Lubis, K. 2000. Tanggapan Tanaman Terhadap Kekurangan Air Makalah Seminar. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.

Marcelis, LFM, Heuvelink, E & Goudriaan, J 1998,‘Modelling biomass production and yield of horticultural crops: A review, Sci Hortic., vol. 74, pp. 83-11.

Mashuri, M. 2009. Peluang Bisnis Sabut Kelapa : Cocopot untuk Reklamasi Lahan Bekas Tambang.http://produkkelapa.wordpress.com. [Diakses Desember 2015].

Ai N. S . 2012. .Evolusi Fotosintesis Pada Tumbuhan. Program Studi Biologi FMIPA,UniversitasSamRatulangi.Manado.http://ejournal.unsrat.ac.id/inde x.php/cocos/article/download/1469/1169. [Diakses September 2016].

Pitojo, S. 1999. Budidaya Sukun. Kanisius. Jakarta.

PPT Bogor, 1990, Buku Keterangan Peta Satuan Lahan dan Tanah Lembar.

Subiyanto, B, Raskita. S dan Effendy, H. Jurnal Ilmu & Teknologi Kayu Tropis Vol. 1. No 1. 2003. Pemanfaatan Serbuk Sabut Kelapa Sebagai Bahan Penyerap Air Dan Oli Berupa Panel Papan Partikel.

http://jurnalmapeki.biomaterial-lipi.org. [Diakses Desember 2015].

Sukarman Hi. Jafar, Thomas, Josephus. I. Kalangi dan Marthen. T. Lasut. (2006) . Pengaruh Frekuensi Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan Bibit Jabon Merah. Jakarta. :file:///C:/Users/Joda/Downloads/1469-2731-1- SM%20(1).pdf. diakses pada September 2016.

(38)

Sunarjono, H. H. 1999. Prospek Perkebunan Buah. Penebar Swadaya. Jakarta.

Soemartono. 1990. Genetika Kuantitaif dan Biologi Molekuler. PAU-UGM.

Yogyakarta.).

Song Dan Yunia Banyo .2013. Konsentrasi Klorofil Daun Sebagai Indikator Kekurangan Air Pada Tanaman. Manado. http://jurnalbiologiFMIPA.com (diakses pada tanggal 3 Oktober 2016)

Taiz, L., E. Zeiger. 2002. Plant Physiology. Third Edition. Sinauer Associate Inc.Publisher Sunderland, Massachusetts. 667 p.

Tridjaja, N. O. 2003. Panduan Teknologi Pengolahan Sukun Sebagai Bahan Pangan Alternatif. Departemen Pertanian. Jakarta. http://docs.google.com [Tanggal akses Desember 2015].

(39)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Desain Pengacakan

Lampiran 2. Analisis rancangan percobaan pertambahan tinggi bibit tanaman Sukun.

Data tinggi bibit tanaman sukun ( cm ) Minggu ke- 1

Perlakuan Ulangan

U1 U2 U3 U4 U5

K0 33.1 37.2 49.2 32.4 41

K2 52.2 40.7 54.2 49.4 58.7

K4 42.4 63.5 52.4 56.8 42.3

K6 52.4 46 45.1 43.4 42.4

K8 53 46 53 52.5 35.8

K10 48.9 43.1 42.7 49.1 50.5

Data tinggi bibit tanaman sukun ( cm ) Minggu ke- 3

Perlakuan Ulangan

U1 U2 U3 U4 U5

K0 34.9 38.4 50.2 33.1 42.4

K2 55.2 42.2 56.8 51.1 59.2

K4 43.7 67.7 54.9 61.3 43.4

K6 55.9 48.1 50.4 46.7 43.1

K8 55.1 47.3 57.9 52.9 45.2

K10 53.3 44.5 47.1 50.1 51.4

Data tinggi bibit tanaman sukun ( cm ) Minggu ke- 5

Perlakuan Ulangan

U1 U2 U3 U4 U5

K0 35.6 39.2 52.1 35.2 43.4

K2 59.1 44.5 63.4 52.7 60.1

K4 44.3 71.2 56 65.6 45.3

K6 57.9 50.3 56.1 48.9 48.2

K8 57.7 52 61.7 53.3 50.2

K10 61.3 50.4 51.4 56.2 54.6

BLOK 1 BLOK 2 BLOK 3 BLOK 4 BLOK 5

K0U1 K4U2 K0U4 K8U2 K8U4

K6U4 K10U4 K4U4 K4U3 K4U1

K4U5 K0U3 K6U2 K10U5 K2U4

K8U3 K2U5 K10U5 K2U1 K6U3

K2U2 K6U1 K2U3 K0U2 K0U5

K10U1 K10U3 K8U1 K6U5 K10U2

(40)

Data tinggi bibit tanaman sukun ( cm ) Minggu ke- 7

Perlakuan Ulangan

U1 U2 U3 U4 U5

K0 38.1 40.5 53.9 38.3 46.1

K2 63.6 47.8 63.6 55.3 63.2

K4 46.5 72.1 60.3 70.3 48.9

K6 67.4 55.4 62.9 57.6 54.3

K8 62.4 54.9 66.2 55.9 53.1

K10 68.3 58.1 53.6 60.7 61.9

Data tinggi bibit tanaman sukun ( cm ) Minggu ke- 9

Perlakuan Ulangan

U1 U2 U3 U4 U5

K0 39.6 41.2 54.7 39.6 47.8

K2 68.9 49.1 66.1 56.3 63.9

K4 47.7 74.2 62.1 71.9 49.4

K6 70.4 56.7 64.1 60.1 58.2

K8 66.2 60.3 70.6 65.5 58.6

K10 73.2 61.2 56.3 66.3 66.9

Data tinggi bibit tanaman sukun ( cm ) Minggu ke- 11

Perlakuan Ulangan

U1 U2 U3 U4 U5

K0 40.8 42.7 55.1 40.4 48.4

K2 69.1 51.1 68.4 57.9 64.8

K4 49.1 76.9 63.9 72.8 51.8

K6 72.7 60.1 69.4 71.6 60.1

K8 68.5 71.2 80.9 71.4 63.2

K10 75.2 64.4 59.9 68.7 67.9

Hasil pengukuran pertambahan tinggi (cm) bibit sukun dengan berbagai parameter berdasarkan ketebalan sabut kelapa

Perlakuan Ulangan

Total

Rata-rata U1 U2 U3 U4 U5

K0 7.7 5.5 5.9 8 7.4 34.5 6.9a

K2 16.9 10.4 14.2 8.5 6.1 56.1 11.22ab

K4 6.7 13.4 11.5 16 9.5 57.1 11.42ab

K6 20.3 14.1 24.3 28.2 17.7 104.6 20.92c

K8 15.5 25.2 27.9 18.9 27.4 114.9 22.98c K10 26.3 21.3 17.2 19.6 17.4 101.8 20.36c Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

Gambar

Tabel 6. Persen hidup bibit tanaman sukun

Referensi

Dokumen terkait

Biarkan piknometer di dalam lemari timbangan selama 30 menit, kemudian timbangb. dengan isinya (m

W hen one is teaching students who are new to concepts of body fluid and electrolyte regulation, a major challenge is to convey the separate but interactive nature of the two

capacity limits the ¯ow rather than the level of information that can be processed, then the num- ber of cues used by subjects who receive outcome- based incentives will be greater

The Location of Semantic Reference is aggregated by the Semantic Reference Object, which is realized by the Semantic Absolute Location with information of a Semantic

Pengadaan, antara lain: latar belakang pendidikan, pengalaman kerja dan identitas yang

BerdasarkanPenetapanPengadaanLangsung nomor: TGL.UGM/PP/PenEL/05/YLI/20L2 tanggal 26 Juli 2Ol2 untuk pekerjaan Pengadaan Peralatan Elektronik Untuk Juntsan Teknik Geologi

Dalam rangka pelaksanaan pelelangan paket pekerjaan pada Pokja Pengadaan Barang dan Jasa Deputi IGT Badan Informasi Geospasial Tahun Anggaran 2017, dengan ini kami

Biro Hukum mempunyai tugas menyiapkan bahan perumusan kebijakan peraturan perundang- undangan, telaahan hukum, pengembangan hukum, pengelolaan dokumentasi hukum,