19
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian asosiatif, karena penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis suatu variabel dengan variabel lain. Menurut Ulum dan Juanda (2018) penelitian asosiatif merupakan jenis penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain.
3.2 Populasi dan Teknik Penentuan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa pengguna Jenius di Perguruan Tinggi kota Malang. Alasan dipilihnya mahasiswa sebagai sampel penelitian dikarenakan untuk dapat menggunakan Jenius, pengguna harus memiliki e-ktp terlebih dahulu. Akan tetapi, Jenius tidak memfokuskan konsumen untuk beberapa kalangan saja, semua kalangan dapat menggunakan aplikasi Jenius. Namun, berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Jakpat yang bekerjasama dengan Dailysocial diperoleh hasil bahwa 74,6% pengguna e-wallet adalah rentang usia 20-35 tahun (iprice, 2019).
Hal ini diperkuat oleh penelitian Adityawan (2019) yang melakukan penelitian pengguna Jenius dan mendapatkan hasil bahwa 75% pengguna Jenius adalah pelajar atau mahasiswa dan 25% lainnya adalah pegawai swasta dan pekerjaan lainnya. Hal ini dapat dikatakan bahwa sebagian besar pengguna aplikasi
Jenius adalah pelajar atau mahasiswa. Oleh karena itu sampel pada penelitian ini yaitu mahasiswa pengguna Jenius. Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dengan kiteria sebagai berikut :
1. Mahasiswa di Perguruan Tinggi kota Malang 2. Mahasiswa yang menggunakan layanan Jenius
Pada penelitian ini, pengguna aplikasi Jenius di kalangan mahasiswa kota Malang tidak diketahui secara pasti jumlah populasinya. Sehingga digunakan rumus Lemeshow untuk mengetahui jumlah sampel yang akan digunakan.
Berikut rumus Lemeshow untuk menentukan sampel :
檠 t
t 檠
t
Keterangan : n : jumlah sampel
Z21-α/2: tingkat kepercayaan 95% atau 1,96 P : estimasi proporsi (0,2)
d2: presisi atau kelonggaran (10%)
Dalam penelitian ini persentase kelonggaran sebesar 10% dan hasil dari perhitungan dapat dibulatkan untuk mencapai hasil yang sesuai. Berikut perhitungan dari rumus Lemeshow :
th t tt 檠 tt t t
t t
t
t t
t
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, diperoleh hasil sebesar 61,4656 atau dapat dibulatkan menjadi 62. Dengan kata lain, jumlah minimum responden dalam penelitian ini sebanyak 62 orang, dengan ketentuan responden yang disesuaikan dengan kriteria-kriteria dari purposive sampling.
3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Dalam penelitian ini terdapat dua kualifikasi, yaitu variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen yang digunakan yaitu kualitas informasi, serta variabel dependen yang digunakan yaitu kepercayaan pengguna.
a. Variabel Independen 1. Kualitas Informasi
Kualitas informasi merupakan hal penting yang perlu dipertimbangkan oleh konsumen maupun penyedia layanan. Di dalam informasi yang berkualitas setidaknya informasi tersebut haruslah akurat, lengkap dan tepat waktu, dengan informasi yang berkualitas dapat menarik minat pengguna dan memunculkan kepercayaan pengguna untuk menggunakan layanan, terutama pada penelitian ini yaitu aplikasi Jenius. Oleh karena itu indikator kualitas informasi dalam penelitian ini yaitu akurat, lengkap, dan tepat waktu yang disesuaikan dengan dimensi kualitas informasi oleh O'Brien dan Marakas (2014).
1. Akurat
Informasi yang dihasilkan atau dibutuhkan bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak bias. Informasi harus akurat karena dari sumber informasi sampai ke penerima informasi kemungkinan banyak terjadi gangguan (noise) yang dapat mengubah atau merusak informasi tersebut. Apabila semakin akurat suatu informasi yang disediakan maka semakin bermanfaat bagi pengguna informasi tersebut. Untuk mengukur indikator akurat digunakan skala likert 5 poin dengan alternatif jawaban yaitu sangat setuju (5), setuju (4), cukup setuju (3), tidak setuju (2), dan sangat tidak setuju (1) (Hardiawan dan Sugiono, 2013).
2. Lengkap atau Detail
Informasi lengkap merupakan informasi yang disediakan secara detail, jelas dan sesuai dengan kebutuhan pengguna dimana implementasi penuh dari fungsi yang diharapkan telah tercapai.
Untuk mengukur indikator lengkap digunakan skala likert 5 poin dengan alternatif jawaban yaitu yaitu sangat setuju (5), setuju (4), cukup setuju (3), tidak setuju (2), dan sangat tidak setuju (1) (Hardiawan dan Sugiono, 2013)
3. Tepat Waktu
Informasi yang tepat waktu seharusnya disediakan ketika informasi tersebut diperlukan. Informasi yang sudah usang tidak akan mempunyai nilai lagi. Karena informasi merupakan landasan di dalam pengambilan keputusan.. Untuk mengukur indikator tepat
waktu digunakan skala likert 5 poin dengan alternatif jawaban yaitu sangat setuju (5), setuju (4), cukup setuju (3), tidak setuju (2), dan sangat tidak setuju (1) (Hardiawan dan Sugiono, 2013).
Ketiga indikator tersebut digunakan sebab untuk indikator ketepatan waktu, informasi yang tepat waktu akan memberikan informasi yang terbaru kepada penggunanya. Menurut Prof. Dr.
Jogiyanto HM (2005) informasi yang telah usang tidak akan memiliki nilai lagi sebab informasi merupakan landasan dalam pengambilan keputusan. Untuk indikator akurat, informasi yang akurat akan meminimalisisr kesalahan yang dapat mengubah informasi tersebut.
Menurut Prof. Dr. Jogiyanto HM (2005) informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak bias, informasi harus akurat karena dari sumber informasi sampai ke penerima kemungkinan banyak terjadi gangguan yang dapat mengubah informasi tersebut. Selain itu, menurut Zunaidi et al. (2011) informasi yang akurat dapat menimbulkan kepercayaan, semakin tinggi keakuratan informasi maka akan bermanfaat bagi pengguna. Untuk indikator detail atau lengkap, informasi yang lengkap atau detail akan membuat penerima informasi dapat memahami dengan jelas maksud dari informasi tersebut. Menurut Riana (2006) informasi yang lengkap merupakan informasi yang diberikan secara detail, jelas dan sesuai dengan kebutuhan pengguna dimana implementasi penuh dari fungsi yang diharapkan telah tercapai.
b. Variabel Dependen
1. Kepercayaan Pengguna
Kepercayaan pengguna merupakan hal utama yang dipertimbangkan oleh konsumen ketika menjalankan atau melakukan sebuah layanan yang baru saja muncul dan apakah mereka dapat percaya pada layanan tersebut. Kepercayaan menjadi sangat penting dalam suatu layanan keuangan atau transaksi yang berkaitan dengan uang elektronik dan menjadikan faktor yang memengaruhi niat untuk menggunakan layanan tersebut. oleh karena itu, indikator dalam penelitian ini yaitu competence, benevolence, dan integrity yang disesuaikan dengan dimensi kepercayaan oleh McKnight dan Chervany (2001).
1. Competence
Seseorang dapat meyakini suatu informasi dikarenakan informasi tersebut sesuai dengan yang dibutuhkan. Untuk mengukur competence digunakan skala likert lima poin dengan alternatif jawaban yaitu sangat setuju (5), setuju (4), cukup setuju (3) , tidak setuju (2), dan sangat tidak setuju (1) (Hardiawan dan Sugiono, 2013).
2. Benevolence
Kesediaan penyedia informasi untuk melayani dan memberikan informasi yang sesuai dengan kepentingan konsumen.
Untuk mengukur benevolence digunakan skala likert lima poin dengan alternatif jawaban yaitu sangat setuju (5), setuju (4), cukup
setuju (3), tidak setuju (2), dan sangat tidak setuju (1) (Hardiawan dan Sugiono, 2013).
3. Integrity
Informasi yang memiliki konsistensi, jujur, fair, dan bertanggungjawab yang diberikan oleh penyedia informasi kepada pengguna. Untuk mengukur integrity digunakan skala likert lima poin dengan alternatif jawaban yaitu sangat setuju (5), setuju (4), cukup setuju (3) , tidak setuju (2), dan sangat tidak setuju (1) (Hardiawan dan Sugiono, 2013).
3.4 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa data terkait kualitas informasi terhadap kepercayaan pengguna aplikasi Jenius.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik kuesioner kepada mahasiswa pengguna aplikasi Jenius di Kota Malang.
Pembagian Kuesioner dilakukan secara online dengan menggunakan google forms.
3.6 Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah PLS (Partial Least Square) yang merupakan persamaan struktural (Structural Equation
Modelling) SEM, SEM adalah rangkaian hubungan yang dibangun antara variabel dependen atau endogen dengan variabel independen atau eksogen dan variabel-variabel tersebut berbentuk konstruk yang dibangun dari beberapa indikator yang diobservasi atau diukur langsung.
Menurut Rifai (2015) PLS merupakan Salah satu metode penyelesaian Structural Equation Modelling (SEM). SEM merupakan model analisis struktural yang digunakan untuk menguji hubungan suatu teori. PLS-SEM memiliki tingkat fleksibilitas yang tinggi untuk penelitian regresi yang menghubungkan antara teori, data, dan analisis jalur dengan variabel laten.
1. Uji Outer Model
Outer Model merupakan hubungan antara variabel laten dengan indikator-indikatornya atau dengan kata lain bahwa outer model mendefinisikan setiap indikator berhubungan dengan variabel lainnya.
Menurut Anggraini (2010), bilamana indikator refleksif maka diperlukan evaluasi berupa kalibrasi instrumen yaitu dengan pemeriksaan dan reliabilitas. Uji yang dilakukan pada outer model yaitu :
a. Convergent Validity
Pengujian indikator dalam variabel laten untuk memastikan bahwa indikator yang digunakan mampu dipahami oleh responden (Anggraini, 2010). Indikator dianggap valid jika memiliki nilai AVE (Average Variance Extranced) di atas 0,7 atau nilai loading > 0,7 sehingga dapat dikatakan memenuhi kriteria convergent validity.
b. Discriminant Validity
Pengukuran indikator refleksif berdasarkan cross loading dengan variabel latennya, apabila nilai cross loading disetiap indikatornya > cross loading pada variabel laten maka dikatakan valid (Anggraini, 2010). Dapat pula diketahui melalui AVE (Average Variance Extranced), apabila nilai AVE > 0,5 dikatakan valid.
c. Composite Reliability
Merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya untuk diandalkan, apabila hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten maka alat tersebut reliabel (Anggraini, 2010). Suatu variabel dapat dikatakan reliabel apabila nilai composite reliability > 0,7.
2. Uji Inner Model
Inner model merupakan model struktural untuk melihat hubungan kualitas antar variabel laten. Menurut Anggraini (2010), dalam mengevaluasi struktur model dapat dengan melihat persentase varian yang dijelaskan dengan melihat R2 untuk konstruk laten dependen dengan menggunakan ukuran Stone-Geisser Q Square test dan juga melihat besarnya koefesien jalur strukturalnya.
a. Coefficient of Determination (R2)
Merupakan koefesien yang digunakan untuk mngukur seberapa banyak variabel endogen dipengaruhi oleh variabel lainnya.
b. Pengujian Hipotesis
Ukuran signifikan hipotesis dapat diperbandingkan antara nilai T-table dan T-statistic. Apabila T-statistic lebih tinggi dari nilai
T-table maka hipotesis diterima dan begitupula sebaliknya apabila T-statistic lebih rendah dari T-table maka hipotesis ditolak. Dapat pula dilihat dengan tingkat keyakinan 95%, apabila nilai T-table > 1,96 maka hipotesis diterima dan apabila nilai T-table < 1,96 maka hipotesis ditolak.