Hal. 1 dari 31
TEORI ADMINISTRASI
9&10
9&10
TEORI ADMINISTRASI
Hal. 2 dari 31
TEORI ADMINISTRASI
9&10
Chapter 9
ASPEK MANAGEMEN DALAM ADMINISTRASI PUBLIK
Manajemen berasal dari kata manus (tangan), agree (melakukan). Beberapa definisi manajemen yang ada disampaikan sebagai:
Frederick W. Taylor:
“The art of management is defined as knowing exactly whant you want to do, and than seing that they do it in the best and cheapest way” (Ilmu manajemen adalah ilmu pengetahuan yang mandiri ynag kita kerjakan, mengkaji sesuatu yang kita kerjakan baik atau tidak)
George Terry
“Management is a distinct process of planning, organizing, actuating and controlling performed to determine and accomplish stated objective by the use of human being and other resource”
(Manajemen adalah suatu proses khusus yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan lainnya)
Hal. 3 dari 31
TEORI ADMINISTRASI
9&10
Prajudi Atmosudirjo dalam bukunya berjudul Administrasi dan Manajemen Umum mendefinisikan manajemen sebagai pengendalian dan pemanfaatan dari semua faktor serta sumber daya yang menurut suatu perencanaan, diperlukan untuk mencapai atau menyelesaikan suatu prapta atau tujuan kerja yang tertentu.
A. FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN
Selain pendapat di atas, manajemen juga dapat diterjemahkan ke dalam fungsi-fungsi manajemen, seperti:
1. Planning, Organizing, Commanding, Coordinating, and Controlling (Henry Fayol)
2. Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Reporting, and Budgeting (Luther M. Gullick)
3. Planning, Organizing, Staffing, Directing, and Controlling (Harold Knoots dan Cyriil O’Donnel)
4. Directing, and Facilitating (John D. Millet)
5. Planning, Organizing, Motivating, and Controlling (John F. Mee) 6. Planning, Organizing, Actuating, and Controlling (George Terry)
Hal. 4 dari 31
TEORI ADMINISTRASI
9&10
Fungsi-fungsi Manajemen di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Perencanaan (Planning)
Didefinisikan sebagai pembuatan penetapan melalui proses pembuatan keputusan yang dilaksanakan dengan jangka waktu tertentu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan bersama. Penetapan yang dimaksudkan dalam suatu pemerintahan adalah perencanaan publik yang mengarah pada kegiatan masyarakat dalam jangka waktu tertentu.
b. Organisasi (Organizing)
Adalah suatu bentuk struktur yang terdiri dari kewenangan dengan terciptanya hubungan kerjasama dan pembagian tugas agar terlaksana proses aktivitas kerja bersama.
c. Penempatan Pegawai (Staffing)
Adalah proses rekrutmen, pemanfaatan, pelatihan, pengembangan sumber daya manusia dalam organisasi
Hal. 5 dari 31
TEORI ADMINISTRASI
9&10
d. Mengarahkan (Directing)
Adalah tugas mengarahkan melalui berbagai instrumen (peraturan, keputusan, instruksi) agar seluruh sumber daya manusia dapat bekerja dengan tidak menyimpang dari tujuan yang akan dicapai
e. Koordinasi (Coordinating)
Dimaksudkan sebagai bentuk penyesuaian penggerakan atau pengoperasian bagian- bagian yang ada agar selaras atau dapat dikatakan sebagai upaya mengkoordinasikan (dalam bentuk komunikasi, integrasi, dan sinkronisasi) kegiatan dari berbagai unit yang memiliki tugas dan fungsi berbeda.
f. Pelaksanaan Kerja (Actuating)
Sebagai suatu tindakan mengupayakan anggota kelompok mencapai sasaran sesuai dengan rencana yang ditetapkan.
g. Motivasi (Motivating)
Merupakan suatu kebutuhan yang diperoleh berdasarkan pada apa yang akan dikerjakan.
Menurut Abraham H. Maslow, dalam bukunya “Motivation Personality”, ada 5 (lima)
Hal. 6 dari 31
TEORI ADMINISTRASI
9&10
kebutuhan yang menyebabkan manusia bertindak untuk melakukan sesuatu khususnya Motivasi (pribadi), yaitu:
1. Kebutuhan fisik 2. Kebutuhan rasa aman
3. Kebutuhan untuk bermasyarakat 4. Kebutuhan untuk dihormati 5. Kebutuhan untuk diakui
h. Melaporkan (Reporting)
Adalah kegiatan pelaporan, penyampaian apa yang telah, sedang, dan akan dikerjakan kepada pihak-pihak yang terkait terutama pada pimpinan organisasi
i. Pengawasan (Controlling)
Sebagai salah satu fungsi manajemen yang melaksanakan terjaminnya pelaksanaan kerja sesuai dengan yang ditentukan dalam perencanaan. Pengawasan berguna untuk mengetahui apakah pelaksanaan kerja sesuai dengan rencana yang telah ditentukan atau tidak, apabila diperlukan dapat dilakukan perubahan-perubahan atau pembetulan secukupnya. Secara lebih spesifik, dapat dikatakan bahwa pengawasan bertujuan untuk
Hal. 7 dari 31
TEORI ADMINISTRASI
9&10
memastikan bahwa kegiatan atau aktifitas organisasi berjalan sesuai dengan rencana dan untuk menghindari adanya penyimpangan. Pengawasan ialah proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Dari definisi ini jelas terlihat bahwa terdapat hubungan yang sangat erat antara perencanaan dan pengawasan. Artinya bahwa perencanaan dan pengawasan merupakan kedua belahan mata uang yang sama. Jelas bahwa tanpa rencana pengawasan tidak mungkin dilaksanakan karena tidak ada pedoman untuk melakukan pengawasan itu.
Sebaliknya rencana tanpa pengawasan akan berarti timbulnya penyimpangan- penyimpangan dan atau penyelewengan-penyelewengan yang serius tanpa ada alat untuk mencegahnya.
Jelaslah kiranya bahwa pengawasan sangat menentukan peranannya dalam usaha pencapaian tujuan. Secara filosofis dapat dikatakan bahwa pengawasan itu mutlak diperlukan karena manusia bersifat salah dan khilaf. Dus manusia dalam organisasi perlu diamati, bukan dengan maksud untuk mencari kesalahannya kemudian menghukumnya, akan tetapi untuk mendidik dan membimbing. Hal ini kiranya sangat penting untuk diperhatikan karena para pemimpin dalam suatu organisasi sering lupa bahwa seorang
Hal. 8 dari 31
TEORI ADMINISTRASI
9&10
pemimpin yang baik adalah seorang yang ikhlas memberikan kesempatan yang seluas- luasnya kepada bawahannya untuk berbuat kesalahan. Hanya saja setelah kesalahan diperbuat, adalah menjadi tugas pimpinan untuk memperbaiki kesalahan itu dengan jalan memberikan bimbingan kepada bawahannya agar ia tidak mengulangi kesalahan yang sama, akan tetapi berani untuk berbuat kesalahan yang lain.
Proses pengawasan pada dasamya dilaksanakan oleh administrasi , manajemen dengan mempergunakan dua macam teknik, yakni:
1) Pengawasan langsung (direct control)
2) Pengawasan tidak langsung (indirect control)
Yang dimaksud pengawasan langsung ialah apabila pimpinan organisasi mengadakan sendiri pengawasan terhadap kegiatan yang sedang dijalankan. Sementara pengawasan tidak langsung ialah pengawasan dari jarak jauh. Pengawasan ini dilakukan melalui laporan yang disampaikan oleh para bawahan. Laporan itu dapat berbentuk tertulis dan lisan.
Kelemahan daripada pengawasan tidak langsung ialah bahwa sering para bawahan hanya melaporkan hal-hal yang positif saja Padahal, seorang pimpinan yang baik akan menuntut bawahannya untuk melaporkan beberapa hal, baik yang bersifat positif maupun negatif Karena kalau hanya hal-hal yang positif saja yang dilaporkan, pimpinan tidak akan
Hal. 9 dari 31
TEORI ADMINISTRASI
9&10
mengetahui keadaan yang sesungguhnya. Akibatnya dia akan mengambil kesimpulan yang salah. Lebih jauh lagi ia akan mengambil keputusan yang salah.
j. Penganggaran (Budgeting)
Merupakan bagian yang terkait dengan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian serta pertanggungjawaban anggaran
B. Manajemen Pemerintahan
Disiplin ilmu administrasi Publik mendapat tantangan dari paradigma manajemen yang dikembangkan oleh disiplin ilmu administrasi Bisnis. Pendekatan manajemen merupakan suatu yang menjanjikan dalam reformasi administrasi publik dan akan menggantikan pendekatan administrasi yang selama ini dipakai (Lane, 1995). Perkembangan paradigma, teori dan terutama prakteknya, dapat dilihat munculnya pemikiran dalam kaitannya dengan penyediaan layanan publik yang telah lama menjadi agenda pemerintah di negara-negara maju. Perkembangan pemikiran terhadap penyediaan layanan publik ini menghasilkan berbagai pergeseran paradigma dalam penyelenggaraan pemerintahan bahkan penyelenggaraan negara secara luas. Pergeseran paradigma tentang
penyelenggaraan negara tersebut berakar dari praktek dominasi peran negara dalam berbaga i segi kehidupan masyarakat (Ranson, 1994). Dari berbagai ketidakpuasan terhadap lembaga-lembaga pemerintahan tersebut. Ronald Reagen, Margaret Thatcher dan Brian Mulroney mengatakan bahwa pemerintah bukanlah jalan keluar bagi penyakit-penyakit masyarakat, melainkan merupakan bagian utama dari
Hal. 10 dari 31
TEORI ADMINISTRASI
9&10
masalah-masalah tersebut. Lebih lanjut dikatakan bahwa pusat ketidakpuasan tersebut adalah pelayanan kepada masyarakat itu sendiri (Ingraham dan Romzek, 1994).
Di lnggris, ketidakpuasan terhadap peran pemerintah atau birokrasi yang sangat besar dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat telah dijawab oleh mantan perdana menteri lnggris periode tahun 1979-1990, Margareth Thatcher, dengan apa yang dikenal sebagai Thatcherism. Inti pemikiran dalam Thatcherism adalah mengurangi peran birokrasi sebanyak mungkin dalam pemberian pelayanan masyarakat. Peran tersebu t lalu dipindahkan pada mekanisme pasar , dimana perusahaan swasta
dan masyarakat berperan banyak. Gerakan Thatcherism lalu lebih dikenal di lnggris. Sebagai gerakan swastanisasi (privatization). Swastanisasi yang digulirkan oleh Margareth Thatcher tersebut lalu mendapatkan sambutan yang hangat oleh para akademis maupun oleh pemerintah di berbagai negara di dunia. Hal ini antara lain dapat dilihat dari berbagai perubahan yang dilakukan oleh mantan presiden Amerika Serikan Roland Reagan, yang pada intinya mengacu pada swastanisasi.
Pemikiran ini terus bergulir dan menghasilkan sebuah buku yang berjudul "Reinventing Government' ' oleh David Osborne dan Ted Gaebler. Pada intinya buku tersebut
Hal. 11 dari 31
TEORI ADMINISTRASI
9&10
menguraikan proses-proses swastanisasi penyediaan layanan publik, perbaikan manajemen layanan publik yang disediakan oleh pemerintah dan performance budgeting (Osborne dan Gaebler, 1996). Pemikiran tersebut lalu diterapkan oleh Presiden Bill Clinton lain dengan membentuk lembaga tingkat nasional yang bernama Na tional Performance Review (Peri, 1995). Pada hakekatnya apa yang sedang terjadi di
negara-negara sekarang ini adalah suatu usaha untuk mencari atau membangu paradigma baru bagi pemberian layanan publik. Salah satu dari ciriutama dari "the marketization of the public service "(Walsh, 1995). Sebenarnya perdebatan mengenai peran
mekanisme birokrasi dan peran mekanisme pasar dalam melakukan alokasi barang dan jasa atau pemberian layanan publik kepada masyarakat telah menjadi agenda yang selalu muncul dalam kurun waktu yang lama. Berbagai argument yang dikemukakan oleh para pendukung kedua pendekatan itu itu seringkali memperlihatkan kekuatan dan kelemahan masing-masing. Aki batnya adalah, diberbagai negara di dunia kedua mekanisme tersebut selalu diterapkan secara bersamaan dengan tingkat penekanan yang berbeda berdasarkan ideologi negara yang dianut serta Kondisi sosial. ekonomi dan politik yang ada di masing-masing negara (Bennett, 1980 dan W orld Development Report, 1988).
Hal. 12 dari 31
TEORI ADMINISTRASI
9&10
Di Indonesia berbagai kelemahan dari karakter birokrasi yang telah dipraktekkan selama kurang lebih 4 (empat) dasawarsa yaitu sistem birokrasi yang sangat tersentralistik dan sistem politik yang sangat otoriter memunculkan berbaga gerakan yang memuncak pada tahun 1998, yang disebut dengan gerakan reformasi. Salah satu hasil dari tuntutan gerakan reformasi di Indonesia adalah munculnya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, yang salah satu makna substansinya adalah untuk mempercepat proses pelayanan kepada masyarakat dengan memberikan wewenang yang lebih luas kepada pemerintah daerah Secara historis , model tradisional dalam pemberian dan pelaksanaan layanan publik didasarkan pada kondisi dimana secara alam i terjadi kegagalan pasar ( market failure) yang antara lain disebabkan oleh adanya barang-barang yang menjadi milik publik (public good)
"externalities" yang muncul karena keberadaan public good, merit good, informasi
yang asimetris dan adanya increasing returns to scale (Walsh, 1995) Arg umen yang dibangun oleh model tradisional tersebut diatas telah mendorong terbangunnya birokrasi yang besar dalam pemberian layanan kepada masyarakat. Seperti telah dikemukakan diatas, upaya layanan kepada masyarakat Seperti telah dikemukakan diatas, upaya pemerintah mengatas. menjawab kegagalan pasar
Hal. 13 dari 31
TEORI ADMINISTRASI
9&10
karena begitu ja uh dan besarnya intervensi pemerintah pada akhirnya memunculkan kegagalan birokrasi ( the failure of the state).
Birokrasi sebagai suatu bentuk organisasi modern dengar para birokrat yang bekerja didalamnya, telah mendapat banyak kritikan yang tajam. Kritikan tersebut antara lain adalah bahwa para birokrat bersifat budget maximizer, seringkali melakukan eksploitasi terhadap pelaksanaan diskresi yang ada pada dirinya dan mempunyai intensitas yang rendah dalam bertindak untuk kepentingan masyarakat. birokrasi semakin besar, bahkan untuk tugas-tugas yang sudah tidak dibutuhkan lagi, cenderung untuk exessively labour intensive beorientasi terlalu kaku pada peraturan yang menyebabkan
terjadinya in-efisiensi (Frey, 1983}. akibatnya kekecewaan terhadap birokrasi pemerintahan mendorong lahirnya berbagai pemikiran akan perlunya perubahan dalam organisasi pemerintahan itu. Pemikiran-pemikiran ini berkembang menjadi pertanyaan-pertanyaan yang bersifat lebih mendasar seperti sejauh mana diperlukannya peran negara atau pemerintah dalam kehidupan sehari-hari. Seberapa jauh organisasi publik diperlukan untuk menyediakan layanan publik? Apakah ada altematif lain dalam mekanisme pemberian layanan publik? Jika ada bagaimana bentuknya? Apakah alternatif tersebut menjadikan penyediaan layanan kepada masyarakat menjadi lebih baik?
Hal. 14 dari 31
TEORI ADMINISTRASI
9&10
Pertanyaan-pertanyaan seperti itu lalu melahirkan pemikiran-pemikiran baru tentang pengelolaan layanan publik kepada masyarakat. Karena itu, lalu terjadi berbagai usaha untuk mendapatkan Pendekatan baru dalam manajemen sektor publik berkaitan dengan pemberian layanan kepada masyarakat. Dalam perkembanganya muncul pendekatan yang menamakan dirinya “the new public management" (Farnham, 1993}.
Aliran pertama dari the new public management adalah managerialism yang didefinisikan oleh Pollitt sebagai berikut:
1. Usaha pen,ingkatan efisiensi secara terus-menerus.
2. Peningkatan penggunaan teknology canggih secara terus-menerus 3. Peningkatan disiplin pegawai untuk meningkatkan produktivitas 4. Implementasi yang jelas terhadap peran manajemen professional
Aliran pertama dari new publik management ini bertumpu pada teori F.W Taylor yang didasarkan pada pengadopsian teknik-teknik industrial production engineering kedalam sektor publik. Aliran kedua dari the new public management, didasarkan pada pemikiran koordinasi berdasarkan pasar ( market based coordination). Karakteristik dari aliran kedua iniadalah sebagaiberikut:
Hal. 15 dari 31
TEORI ADMINISTRASI
9&10
1. Perbaikan secara terus-menerus terhadap kualitas 2. Penekanan pada devolution dan delegation
3. Sistem informasi yang memadai.
4. Penekanan pada kontrak dan pasar.
5. Pengukuran kinerja.
6. Peningkatan penekanan pada audit dan inspeksi.
Ransin merangkum pemikiran-pemikiran yang dikemukakan oleh Stewart dan Walsh serta Stewart dan Stoker (1994) mengatakan bahwa tema-tema utama bagi manajemen publik adalah sebagai berikut:
1. Penekanan pada masyarakat sebagai Customer dan pada pilihan konsumen ( customer choise)
2. Pembentukan pasar atau quasi markets dan komitmen untuk berkompetisi.
3. Ruang lingkup yang lebih luas bagi individu dan provision sektor swasta 4. Pemisahan peran "purchaser" dengan peran "provider".
5. Bertumbuhnya kerjasama yang didasarkan pada kontrak atau semi kontrak 6. Target kinerja yang diakui melaluiujipasar.
7. Fleksibilitas penggajian dengan kondisi-kondisiyang ada
Hal. 16 dari 31
TEORI ADMINISTRASI
9&10
Perkembangan pemikiran pada aliran kedua saat ini telah mendominasi perkembangan selanjutnya dari "the new public management". Tatanan hubungan antara pemerint dengan swasta, dan pemerintah dengan masyarakat menja berubah. Konsep governance didefinisikan kembali sehing batas-batas antara ruang gerak swasta dan atau masyara sekarang telah menjadi obyek studi tersendiri
Hal. 17 dari 31
TEORI ADMINISTRASI
9&10
Chapter 10
PROSES KEBIJAKAN PUBLIK
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa diharapkan mampu menganalisis tentang proses- proses kebijakan publik
A. KONSEP DASAR KEBIJAKAN PUBLIK
Kebijakan (policy) umumnya dipahami sebagai keputusan yang diambil untuk menangani masalah-masalah tertentu. Namun, kebijakan bukanlah sekedar suatu keputusan yang ditetapkan.
Menurut Rose (dalam Hamdi, 2015:36) mengatakan bahwa kebijakan publik (policy) lebih sebagai suatu rangkaian panjang dari kegiatan-kegiatan yang berkaitan dan akibatnya bagi mereka yang berkepentingan, dari pada hanya sekedar suatu keputusan. Pendapat lain dikemukakan oleh Friedrich (dalam Hamdi, 2015:36) yang memandang kebijakan sebagai suatu tindakan yang disarankan mengenai perorangan, kelompok dan pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu yang berisikan hambatan dan kesempatan yang akan diatasi atau dimanfaatkan melalui kebijakan yang disarankan dalam upaya mencapai suatu tujuan atau mewujudkan suatu maksud.
Kata “policy” umumnya digunakan untuk menunjukan pilihan terpenting yang dibuat, baik dalam kehidupan organisasi maupun dalam kehidupan pribadi. “policy” adalah bebas dari kebanyakan konotasi yang tak diinginkan yang berdekatan dengan kata politik, yang seringkali diartikan
“memihak” atau “korupsi” (Harol Laswell dalam Hamdi, 2015:36)
Hal. 18 dari 31
TEORI ADMINISTRASI
9&10
B.W Hogwood & L.A Gunn (dalam Hamdi, 2015:36) telah mengidentifikasi arti kata publik mencakup pengertian label untuk suatu bidang aktivitas, ekspesi dari tujuan umum, usulan spesifik, keputusan pemerintah, program, output, outcome, teori atau model dan proses.
Literature mengenai kebijakan publik telah banyak menyajikan berbagai pengertian dan definisi tentang kebijakan publik, baik dalam arti luas maupun arti sempit. Dye yang dikutip dalam Young dan Quinn (dalam buku Suhartono, 2015:44) mengatakan bahwa secara luas kebijakan publik yaitu “whatever government choose to do or not to do” sementara itu Anderson yang juga dikutip oleh Young dan Quinn menyampaikan definisi kebijakan publik yang lebih spesifik yaitu sebagai “a purposive course of action followed by an actor in dealing with a problem or matter of concern”
kebijakan merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah atau suatu persoalan
Sebagai suatu hasi proses penyelenggaraan pemerintah, substansi kebijakan public dapat dibedakan atas berbagai kelompok atau tipologi. Tipologi yang paling banyak diikuti oleh para ahli kebijakan public adalah tipologi yangdibuat oleh Theodore J. Lowi. Menurut Lowi (dalam Hamdi, 2015:54) kebijakan public dapat dibedakan atas tiga tipe.
Kebijakan Distributif (Alokatif) adalah kebijakan yang berkaitan dengan penyediaan barang dan jasa bagi warga negara baik secara perorangan maupun dalam masyarakat. kebijakan alokatif juga berupa kebijakan yang berkaitan dengan penjatahan beban dan manfaat kepada masyarakat. ketika pemerintah menetapkasn suatu aturan perpajakan dan aturan tariff pajak dan kemudian menarik pajak tersebut maka telah melakukan tindakan penjatahan beban kepada masyarakat.
Hal. 19 dari 31
TEORI ADMINISTRASI
9&10
Kebijakan redistributive adalah kebijakan yang berkaitan dengan pengaliran barang dan sumberdaya dari satu kelompok warga negara kepada kelompok warga negara yang lainnya. Kebijakan ini bermula dari suatu pandangan bahwa suatu pemerintahan seharusnya melakukan perlakuan yang sama kepada warga negara, termasuk pemberian kesempatan berusaha. Dalam praktik, sejalan dengan kapasitas dn keberuntungan masing-mang warga negara akan akan selalu terjadi adanya warga negara yang mampu dan berhasi; dan warga negara yang tidak mampu dan kurang beruntung. Ketika kondisi ini terjadi maka kewajiban pemerintah untuk menjamin nilai-nilai keadilan selalu tercermin dalam kehidupan masyarakat. pencerminan dari kebijakan redistributive adalah pelaksanaan program yang berfokus pada pemenuhan kepentingan kelompok warga negara yang kurang beruntung, seperti program jaring pengamanan sosial dan program tindakan alternative.
Kebijakan pengaturan adalah kebijakan yang berkaitan dengan pengarahan atau pembatasan perilaku warga negara dan masyarakat. dengan kebijakan ini suatu pemerintahan pada dasarnya juga melakukan enkulturasi yang dikaitkan dengan sistem secara makro maupun mikro. Secara makro, misalnya kebijakan tentang kewajiban bela negara berkaitan dengan pembentukan perilaku warga negara dalam hal membangun kebangsaan. Secara mikro antara lain kebijakan tentang merokok ditempat umum berkaitan dengan pembentukan perilaku kolektif warga negara dalam hal kesehatan lingkungan.
B. SISTEM KEBIJAKAN PUBLIK
Menurut Mustopadidjaja AR (1992) yang dimaksud dengan sistem kebijakan publik adalah keseluruhan pola kelembagaan dalam pembuatan kebijakan publik yang melibatkan hubungan
Hal. 20 dari 31
TEORI ADMINISTRASI
9&10
diantara 4 elemen (unsur), yaitu masalah kebijakan publik, pembuatan kebijakan publik, kebijakan publik dan dampaknya terhadap kelompok sasaran (target groups). Sebagai suatu sistem, maka dalam sistem kebijakan publik dikenal adanya unsur-unsur : Input, Process, Output. Kebijakan publik adalah merupakan produk (output) dari suatu input, yang diproses secara politis. Adapun elemen-elemen (unsur-unsur) sistem kebijakan publik adalah :
a. Input : masalah Kebijakan Publik
Masalah Kebijakan Publik ini timbul karena adanya faktor lingkungan kebijakan publik yaitu suatu keadaan yang melatar belakangi atau peristiwa yang menyebabkan timbulnya
“masalah kebijakan publik” tersebut, yang berupa tuntutantuntutan, keinginan-keinginan masyarakat atau tantangan dan peluang, yang diharapkan segera diatasi melalui suatu kebijakan publik. Masalah ini dapat juga timbul justru karena dikeluarkannya suatu kebijakan publik yang baru. Sebagai contoh : masalah kebijakan publik dapat timbul karena adanya dorongan dari masyarakat. Misalnya, timbulnya INPRES SD, INPRES Pasar, INPRES Puskesmas, karena adanya pandangan masyarakat (pada waktu itu) tentang kurangnya pemerataan pembangunan. Pembangunan dikatakan sudah berhasil, tetapi kurang merata.
Masalah kebijakan juga dapat timbul, justru adanya kebijakan pemerintah.
a. Process (proses): pembuatan Kebijakan Publik.
Proses pembuatan kebijakan publik itu bersifat politis, di mana dalam proses tersebut terlibat berbagai kelompok kepentingan yang berbeda-beda, bahkan ada yang saling bertentangan.Dalam proses ini terlibat berbagai macam policy stakeholders, yaitu mereka- mareka yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh suatu kebijakan publik. Policy Stakeholders bisa pejabat pemerintah, pejabat negara, lembaga pemerintah, dan juga dari
Hal. 21 dari 31
TEORI ADMINISTRASI
9&10
lingkungan masyarakat (bukan pemerintah), misalnya, partai politik, kelompok-kelompok kepentingan, perusahaan dan sebagainya.
b. Output : Kebijakan Publik, yang berupa serangkaian tindakan
yang dimaksudkan untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan tertentu seperti yang diinginkan oleh kebijakan publik.
c. Impacts (dampak), yaitu dampaknya terhadap kelompok sasaran (target groups).
Kelompok sasaran (target groups) adalah orang-orang, kelompok-kelompok orang, atau organisasi-organisasi, yang perilaku atau keadaannya ingin dipengaruhi atau diubah oleh kebijakan publik tersebut.
C. KERANGKA KERJA KEBIJAKAN PUBLIK
Menurut Suharno (2010: 31) kerangka kebijakan publik akan ditentukan oleh beberapa variabel dibawah ini, yaitu:
1. Tujuan yang akan dicapai
mencakup kompleksitas tujuan yang akan dicapai. Apabila tujuan kebijakan semakin kompleks, maka semakin sulit mencapai kinerja kebijakan. Sebaliknya, apabila tujuan kebijakan semakin sederhana, maka untuk mencapainya juga semakin mudah.
2. Prefensi Nilai Seperti Apa Yang Perlu Dipertimbangkan
Suatu kabijakan yang mengandung berbagai variasi nilai akan jauh lebih sulit untuk dicapai dibanding dengan suatu kebijakan yang hanya mengejar satu nilai. Ada lima nilai yang dapat mempengaruhi para penetap kebijakan publik yaitu nilai politik, nilai organisasi, nilai personal, nilai kebijakan, dan nilai ideology.
Hal. 22 dari 31
TEORI ADMINISTRASI
9&10
3. Sumber daya yang mendukung kebijakan
Kinerja suatu kebijakan akan ditentukan oleh sumber daya finansial, material, dan infrastruktur lainnya.
4. Kemampuan aktor yang terlibat dalam pembuatan kebijakan
Kualitas dari suatu kebijakan akan dipengaruhi oleh kualitas aktor kebijakan yang terlibat dalam proses penetapan kebijakan. Kualitas tersebut ditentukan oleh tingkat pendidikan, kompetensi dalam bidangnya, pengalaman kerja dan integritas moralnya. Menurut Howlett dan Ramesh (1995) beberapa aktor atau organisasi yang berpengaruh dalam proses pembuatan kebijakan, antara lain:
Legislatif
1. Legislatif berhubungan dengan tugas politik sentral dalam pembuatan peraturan dan pembentukan kebijakan dalam suatu sistem politik.
2. Legislatif ditunjuk secara formal yang mempunyai fungsi memutuskan keputusan- keputusan politik secara bebas.
3. Dalam melakukan penetapan perundangan, parlemen mempunyai peran sentral dalam mempertimbangkan, meneliti, mengoreksi sampai menyebarluaskan kebijakan kepada masyarakat.
4. Di negara-negara komunis, legislatifnya hanya melakukan ratifikasi atau konfirmasi atas keputusan yang telah dibuat oleh pejabat tinggi dalam partai komunis
Hal. 23 dari 31
TEORI ADMINISTRASI
9&10
Eksekutif (Presiden)
1. Presiden sebagai kepala eksekutif mempunyai peran yang sangat penting dalam pembuatan kebijakan publik.
2. Keterlibatan presiden dalam pembuatan kebijakan dapt dilihat dalam komisi-komisi presidensial atau dalam rapat-rapat kabinet. Dalam beberapa kasus, presiden terlibat secara personal dalam pembuatan kebijakan.
3. Selain keterlibatan secara langsung, kadangkala presiden juga membentuk kelompok- kelompok atau komisi-komisi penasehat yang terdiri dari warga negara swasta maupun pejabat- pejabat yang ditunjuk untuk menyelidiki kebijakan tertentu dan mengembangkan usulan-usulan kebijakan
Yudikatif
1. Lembaga yudikatif mempunyai kekuasaan yang cukup besar untuk mempengaruhi kebijakan publik melalui pengujian kembali suatu undang-undang atau peraturan.
(melalui peninjauan yudisial dan penafsiran undang-undang)
2. Tinjauan yudisial merupakan kekuasaan pengadilan untuk menentukan apakah tindakan-tindakan yang diambil oleh eksekutif atau legislatif sesuai dengan konstitusi atau tidak. Bila keputusan-keputusan tersebut bertentangan dengan konstitusi, maka yudikatif berhak membatalkan atau menyatakan tidak sah terhadap peraturan perundangan yang dudah ditetapkan.
Instansi Administratif
1. Meskipun terdapat satu doktrin dalam ilmu politik bahwa instansi administrasi hanya dipengaruhi oleh kebijakan yang ditentukan pemerintah, namun saat ini diakui bahwa
Hal. 24 dari 31
TEORI ADMINISTRASI
9&10
politik dan administrasi dapat berbaur dan instansi administrasi sering terlibat dalam pengembangan kebijakan publik.
2. Konsep administrasi baru New Public Administration (George Frederickson:1980) tidak lagi membahas dikotomi administrasi publik dengan politik
3. Dalam masyarakat pacsa-industri seperti saat ini dimana keberagaman (pluralitas) menjadi hal yang lumrah, teknis dan kompleksitas masalah kebiakan pun bertambah luas sehingga memungkinkan adanya penyerahan kekuasaan yang lebih luas secara formal pada instansi administrasi terkait. Hal inilah yang memberikan kesempatan yang lebih luas kepada instansi administratif untuk menjadi aktor dalam kebijakan.
Kelompok kepentingan
1. Hampir di semua sistem politik di dunia, kelompok kepentingan mempunyai fungsi mempertemukan kepentingan “warga tertentu” yang tidak hanya mengemukakan tuntutan dan dukungan tetapi juga memberikan alternatif bagi tintakan kebijakan.
2. Mereka memberikan banyak informasi kepada pejabat publik , yang bahkan seringkali pada hal-hal yang bersifat teknis, mengenai sifat dan akibat yang dapat ditimbulkan dari suatu usulan kebijakan. Dalam hal ini mereka memberikan rasionalitas pembuatan kebijakan.
3. Kelompok kepentingan merupakan sumber utama pemerintah dalam memproses kebijakan publik.
Hal. 25 dari 31
TEORI ADMINISTRASI
9&10
Partai politik
1. Selain berpikir untuk memperoleh kekuasaan partai politik juga berusaha menghasilkan kebijakan publik yang menguntungkan bagi konstituennya, manakala mereka memenangkan pemilihan umum.
2. Ketika partai politik sudah duduk di parlemen, mereka sering memberikan suara yang berhubungan dengan posisi kebijakan partai, hal ini menunjukan posisi tawar yang cukup besar ketika mereka mengusulkan kebijakan-kebijakan.
3. Pada masyarakat pascamodern seperti saat ini umumnya partai politik memerankan fungsinya sebagai “kumpulan kepentingan”, yaitu mereka berusaha untuk mengubah permintaan khusus dari kelompok kepentingan menjadi usulan kebijakan atau bahkan alternatif kebijakan
Warga nagara (Individu)
1. Meskipun tugas untuk membuat kebijakan biasanya diberikan kepada pejabat publik, namun dalam beberapa kejadian warga negara sebagai individu masih mempunyai peluang untuk berpartisipasi secara langsung dalam pembuatan kebijakan.
2. Dalam tatar normatif demokratik, warga negara mempunyai kewajiban untuk didengarkan dan pejabat mempunyai kewajiban untuk mendenganrkannya.
5. Lingkungan Kebijakan
Mencakup lingkungan sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya. Kinerja dari suatu kebijakan akan dipengaruhi oleh konteks sosial, ekonomi, maupun politik tempat kebijakan tersebut diimplementasikan.
Hal. 26 dari 31
TEORI ADMINISTRASI
9&10
6. Strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan.
Strategi yang digunakan untuk mengimplementasikan suatu kebijakan akan mempengaruhi kinerja suatu kebijakan. Stretegi yang digunakan dapat bersifat top/down approach atau bottom approach, otoriter atau demokratis
D. PROSES KEBIJAKAN
Proses kebijakan publik dapat dipahami sebagai serangkaian tahap atau fase kegiatan untuk membuat kebijakan publik. Para ahli kebijakan publik berbeda-beda dalam menamai atau mengelompokan tahap-tahap tersebut. Namun demikian, umumnya proses pembuatan kebijakan publik dapat dibedakan kedalam tahap berikut:
a. Agenda Setting
Agenda setting atau penyusunan agenda adalah tahap-tahap kebijakan publik pertama yang dilakukan oleh pemerintah dalam menentukan dan menetapkan suatu kebijakan publik yang berlaku di dalam kehidupan masyarakat. Penyusunan agenda merupakan suatu proses yang sangat baik untuk memaknai apa sebetulnya yang menjadi kebutuhan prioritas masyarakat. Kebutuhan masyarakat yang dipilih dan ditentukan adalah kebutuhan masyarakat yang sesuai dengan prioritas masyarakat secara keseluruhan, bukan prioritas masyarakat secara kelompok ataupun golongan tertentu.
Dalam menentukan prioritas kebijakan, pemerintah dapat menimbang dan melilih aspirasi rakyat yang disalurkan melalui DPR maupun DPRD sesuai dengan tingkatan wilayahnya agar kedua lembaga tersebut dapat menjalankan tugas dan fungsinya secara maksimal
Hal. 27 dari 31
TEORI ADMINISTRASI
9&10
b. Perumusan kebijakan publik.
Tahap ini mulai dari perumusan masalah sampai dengan dipilihnya alternatif untuk direkomendasikan dan disahkan oleh pejabat yang berwenang.
c. Implementasi kebijakan publik.
Setelah kebijakan publik disahkan oleh pejabat yang berwenang, maka kemudian kebijakan publik tersebut diimplementasikan (dilaksanakan). Mengenai implementasi kebijakan publik, Mustopadidjaja AR (1992), mengemukakan bahwa dilihat dari implementasinya, Ada tiga bentuk kebijakan publik, yaitu:
1) Kebijakan langsung, yaitu kebijakan yang pelaksanaannya dilakukan oleh pemerintah sendiri. Misalnya : INPRES tentang SD
2) Kebijakan tidak langsung, yaitu kebijakan yang pelaksanaannya tidak dilakukan oleh pemerintah. Dengan demikian, dalam hal ini pemerintah hanya mengatur saja.
Misalnya: kebijakan pemerintah tentang Investasi Asing.
3) Kebijakan campuran, yaitu kebijakan yang pelaksanaannya dilakukan oleh pemerintah dan bukan pemerintah (swasta). Misalnya kebijakan Pemerintah DKI Jakarta tentang kebersihan, di mana pelaksanaan kebersihan dapat dilakukan oleh Dinas Kebersihan atau oleh swasta.
d. Monitoring kebijakan publik.
Monitoring kebijakan publik adalah proses kegiatan pengawasan terhadap implementasi kebijakan yaitu, untuk memperoleh informasi tentang seberapa jauh tujuan kebijakan itu tercapai. (Hogwood and Gunn, 1989).
Hal. 28 dari 31
TEORI ADMINISTRASI
9&10
e. Evaluasi kebijakan publik.
Evaluasi kebijakan publik ini bertujuan untuk menilai apakah perbedaan sebelum dan setelah kebijakan itu diimplementasikan, yaitu perbandingan antara sebelum dan sesudah diberlakukannya suatu kebijakan.
Kebijakan publik dapat dilihat sebagai suatu sistem, yang terdiri dari elemen-elemen (unsur-unsur): input : masalah kebijakan publik, proses : pembuatan kebijakan publik, output, kebijakan publik dan dampak (impact) terhadap kelompok sasaran (target groups). Kebijakan publik dapat pula dilihat sebagai proses yang meliputi tahap-tahap:
perumusan masalah, implementasi, monitoring, dan evaluasi kebijakan publik. Proses kebijakan publik tersebut dapat digambarkan sebagai sebuah siklus kebijakan.
E. ALASAN UMUM MASYARAKAT MENOLAK KEBIJAKAN.
Setiap kebijakan publik dimaksudkan untuk mempengaruhi atau mengawasi perilaku manusia dalam beberapa cara, untuk membujuk orang supaya bertindak sesuai dengan aturan atau tujuan yang ditentukan Pemerintah. Apakah yang berkenaan dengan kebijakan atau bermacam-macam hal seperti hak patent dan hak duplikasi, membuka perumahan, tarif harga, pencurian malam hari, produksi pertanian, atau penerimaan militer. Jika kebijakan tidak dapat dipenuhi, jika mereka tidak memakai cara yang ditentukan, atau jika mereka berhenti mengerjakan apa yang ditentukan, maka kebijakan tersebut dikatakan tidak efektif atau secara ekstrem hasilnya nol.
Menurut Agustino dalam buku Dasar-dasar Kebijakan Publik (2008:160) ada beberapa faktor Penentu Penolakan atau Penundaan Kebijakan yaitu:
Hal. 29 dari 31
TEORI ADMINISTRASI
9&10
1. Adanya kebijakan yang bertentangan dengan sistem Nilai yang ada: Bila suatu kebijakan di pandang bertentangan secara ekstrem atau secara tajam dengan sistem nilai yang di anut oleh suatu masyarakat secara luas, atau kelompok-kelompok tertentu secara umum, maka dapat dipastikan kebijakan publik yang hendak diimplementasikan akan sulit untuk terlaksana.
2. Tidak Adanya Kepastian Hukum: Tidak adanya kepastian hukum, ketidakjelasan aturan- aturan hukum, atau kebijakan-kebijakan yang saling bertentangan satu sama lain dapat menjadi sumber ketidakpatuhan warga pada kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Hal ini sangat mungkin terjadi karena kebijakan yang tidak jelas, kebijakan yang bertentangan isinya, atau kebijakan yang ambigu dapat menimbulkan kesalah pengertian, sehingga berkecenderungan untuk di tolak oleh warga untuk diimplementasikan.
3. Adanya keanggotaan seseorang dalam suatu Organisasi: Seseorang yang patuh atau tidak patuh pada peraturan atau kebijakan publik yang ditetapkan oleh pemerintah dapat disebagiankan oleh keterlibatannya dalam suatu organisasi tertentu. Jika tujuan organisasi yang dimasuki oleh orang-orang yang terlibat dalam suatu organisasi seide atau segagasan dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah, maka ia akan mau bahkan mengejawantahkan atau melakukan ketetapan Pemerintah itu dengan tulus. Tetapi apabila tujuan organisasi yang dimasukinya bertolak belakang dengan ide dan gagasan organisasinya, maka sebagus apapun kebijakan yang sudah di buat oleh pemerintah akan sulit untuk terimplementasikan dengan baik.
Hal. 30 dari 31
TEORI ADMINISTRASI
9&10
4. Adanya Konsep Ketidakpatuhan Selektif Terhadap Hukum: Masyarakat ada yang patuh pada suatu jenis kebijakan tertentu, tetapi ada juga yang tidak patuh pada jenis kebijakan lain. Ada orang yang patuh dalam kebijakan kriminalitas tetapi di saat yang bersamaan ia dapat tidak patuh dengan kebijakan pelarangan pedagang kaki lima.
MATERI DISKUSI
Sebutkan bentuk kebijakan publik sesuai pemahan anda terhadap definisi kebijakan publik yang telah disajikan dalam modul diatas
Hal. 31 dari 31
TEORI ADMINISTRASI
9&10
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, James. 1994. Public Policy Making: An Introduction. 7th Edition. Boston: Wadsworth Hamdi, Muchlis. 2015. Kebijakan Publik. Jakarta: Ghalia Indonesia
Suharto. 2015. Analisis Kebijakan Publik: Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan Kebijakan Sosial. Bandung: Alvabeta
Budi Winarno, 2002, Teori dan Proses Kebijakan Publik, Jakarta: Media Presindo.
Abdul Wahab, Solichin. (1990). Pengantar Analisis Kebijaksanaan Negara, Jakarta: Rineka Cipta.
Anderson, James E. (1976). Public Policy Making, New York: Holt, Rinrkart and Winston.
Dunn, William N. (1994). Public Policy Analysis: An Introduction, Englewood Cliff. Prentice Hall, Inc.