• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU1) DEFINISI. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat KP SS1. Nilai Indeks Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU1) DEFINISI. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat KP SS1. Nilai Indeks Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ii

(3)

DEFINISI

Kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan adalah suatu kondisi dimana ke- hidupan nelayan, pembudidaya, pengolah, pemasar, petambak garam yang mam- pu memenuhi kebutuhan pokok dan meningkatkan kualitas hidupnya. Pengukuran kesejahteraan bukan hanya dilihat dari aspek ekonomi, seperti pertumbuhan ekonomi, laju inflasi, penyerapan tenaga kerja, dan nilai investasi. Rendahnya inflasi tidak banyak berarti kalau tidak diikuti dengan penguatan daya beli masyarakat. Namun, ada aspek lain yang penting untuk dipertimbangkan yakni aspek kesenjangan/pemerataan pemba- ngunan KP, seperti misalnya penyediaan kemudahan akses para nelayan, pembudidaya, pengolah, pemasar, dan petambak garam terhadap pelayanan dasar pembangunan KP (seperti sarana prasarana, fasilitas permodalan usaha, pelatihan dan penyuluhan, infor- masi KP, Iptek inovatif, teknologi tepat guna, jaringan distribusi dan pemasaran produk, dsb.

Terdapat 2 (dua) perspektif untuk melihat tingkat kesejahateraan masyarakat KP, yakni:

(1) perspektif fundamental, dimana adanya pemenuhan terhadap hak-hak dasar nelayan/

pembudidaya/pengolah/pemasar/petambak garam terhadap pangan, sandang dan pa- pan; (2) perspektif sektoral, dimana adanya pemenuhan terhadap kebutuhan sekunder mereka, terutama pengembangan kapasitas/pemberdayaan, akses permodalan usaha, listrik, air bersih dan sanitasi, pemenuhan energi (BBM/energi alternatif/terbaharukan), sarana transportasi, infrastruktur jalan/jembatan/pelabuhan, pendidikan, kesehatan, ja- ringan distribusi dan pemasaran produk.

Nilai indeks kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan (IKRAR-KP) adalah suatu ukuran untuk menilai tingkat kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan yang akan diukur dengan menggunakan 2 (dua) variabel pokok yakni ekonomi dan sosial.

Dalam pengukuran IKRAR-KP ini juga akan memperhitungkan “Gini Ratio” (rasio ke- senjangan pendapatan masyarakat KP) agar mampu memenuhi aspek keadilan dan pemerataan sumberdaya KP yang akan dinikmati oleh masyarakat KP.

Tujuan pembuatan IKRAR KP ini sebagai salah satu instrumen yang akan dipergunakan untuk menentukan jenis intervensi kebijakan/program dari KKP atau Pemda pada suatu wilayah prioritas kabupaten/kota yang memiliki karakteristik wilayah pesisir dan/atau pu- lau-pulau kecil dan terdepan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat KP.

2015 2016 2017 2018 2019 SS1. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat

KP

IK 1 Nilai Indeks Kesejahteraan Masyarakat

Kelautan dan Perikanan 40,5 42 45 47,5 51

(4)

2

SUMBER DATA

Sumber data untuk untuk mengukur nilai indeks kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang terdiri dari SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional), Data Sosial & Kependudukan, Data Ekonomi & Perdagangan, Data Pertanian dan Pertambangan, Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi, Data KKP terkait Nilai Tukar Nelayan (NTN), Nila Tukar Pembudidaya (NTPi), dan Nilai Tukar Petam- bak Garam (NTPG)

CARA MENGHITUNG

Pehitungan dibantu oleh konsultan Indeks/Prosperity Index Specialist

IKMKP = 0,6XSos + 0,4 XEkon

XSos = indeks dimensi sosial dan kelembagaan, rentang nilainya 0-100

XEkon = indeks dimensi ekonomi, rentang nilainya 0-100

DIMENSI DAN ATRIBUT (INDIKATOR) SUMBER SKORING 1 Jumlah penumbuhan dan

pengembangan kelembagaan usaha

perikanan tangkap (KUB) DJPT 1 : Jika Proporsi Pemula 75%

2 : Jika proporsi Pemula 50-75%

3 : Jika proporsi Pemula<50%

2 Jumlah penumbuhan dan

pengembangan kelembagaan usaha

budidaya ikan (Pokdakan) DJPB

3 Jumlah penumbuhan dan pengembangan kelembagaan

pemasaran perikanan (Poklasar) PDSP

4

Jumlah penumbuhan dan

pengembangan kelembagaan usaha

garam rakyat (Kugar) PRL

5

Jumlah penumbuhan dan pengembangan kelembagaan kelompok masyarakat pengawas (Pokmaswas)

PSDKP

6

Jumlah kelembagaan usaha yang terpantau dan terevaluasi/yang mendapatkan bantuan fasilitas

DJPT, DJPB, PDSP, PRL PSDKP

1 : tidak termanfaatkan

2 : termanfaatkan sebagian fasilitas 3 : termanfaatkan nya seluruh

fasilitas bantuan

7 Jumlah masyarakat adat, tradisional

dan lokal yang direvitalisasi PRL PRL

1 : Tidak ada yang terevitalisasi 2 : Terevitalisasi sebagian 3 : Terevitalisasi seluruhnya 8 Jumlah LKM pesisir yang terfasilitasi

permodalannya di kawasan pesisir dan pulau-pulau keci

PRL 1 : Tidak ada yang terfasilitasi 2 : Terfasilitasi sebagian 3 : Terfasilitasi seluruhnya Dimensi Sosial dan Kelembagaan

(5)

pulau-pulau kecil 3 : Mandiri seluruhnya

10

Jumlah kelompok pelaku utama/

usaha yang meningkat kelasnya dari jumlah kelompok pelaku utama/

usaha yang disuluh

BPSDMP

1 : Tidak ada peningkatan kelas 2 : Ada peningkatan kelas

sebagian

3 : Peningkatan kelas seluruhnya

11

Jumlah kelompok yang disuluh mendukung tata kelola pemanfaatan sumber daya KP yang berdaya saing dan berkelanjutan

BPSDMP

1 : Disuluh tidak mendukung 2 : Disuluh, sebagian mendukung 3 : Disuluh dan mendukung

DIMENSI DAN ATRIBUT (INDIKATOR) SUMBER SKORING 1 Nilai Tukar Nelayan (NTN) DJPT

1 : NTN < 100 2 : NTN = 100 3 : NTN > 100 2 Nilai Tukar Pembudidaya (NTPi) DJPB 1 : NTPi < 100 2 : NTPi = 100 3 : NTPi > 100 3 Nilai Tukar Pengolah (NTPo) PDSP 1 : NTPo < 100

2 : NTPo = 100 3 : NTPo > 100

4 Nilai Tukar Petambak Garam (NTPG) PRL 1 : NTPg < 100 2 : NTPg = 100 3 : NTPg > 100

5 Rata-rata pendapatan nelayan/bulan DJPT 1 : Dibawah UMR/bulan 2 : Sama dengan UMR/bulan 3 : Diatas UMR/bulan

6 Rata-rata pendapatan pembudidaya/

bulan DJPB

1 : Dibawah UMR/bulan 2 : Sama dengan UMR/bulan 3 : Diatas UMR/bulan 7 Rata-rata pendapatan pengolah

perikanan/bulan PDSP 1 : Dibawah UMR/bulan

2 : Sama dengan UMR/bulan 3 : Diatas UMR/bulan 8 Rata-rata pendapatan petambak

garam/bulan PDSP 1 : Dibawah UMR/bulan

2 : Sama dengan UMR/bulan 3 : Diatas UMR/bulan

9 Jumlah kawasan wisata bahari yang

dikembangkan PRL

1: Terjadi penurunan jumlah kawasan

2: Jumlah kawasan tetap 3 : Terjadi peningkatan jumlah

kawasan Dimensi Ekonomi

(6)

4

10 Proporsi pengeluaran pangan terhadap

total pendapatan BPS:

Susenas

1: Proporsi pengeluaran pa- ngan diatas 60% dari total pendapatan

2: Proporsi pengeluaran pangan sama dengan non pangan

3 : Proporsi pengeluaran pangan lebih kecil dari non pangan

11 Struktur ongkos usaha perikanan Balitbang KP

1 : Jika terjadi komposisi terbesar pada biaya tertentu 2: Jika tidak terjadi perubahan

komposisi

3: Jika terjadi komposisi yang berimbang pada biaya tertentu

Cara atau metode penghitungan nilai indeks IKRAR KP sebagai berikut : (akan diisi oleh konsultan Indeks/Prosperity Index Specialist)

Nilai-nilai IKRAR KP selanjutnya dituangkan dalam informasi yang berbentuk peta, tabel dan grafik yang sudah menjadi satu kesatuan informasinya. Warna- warna legenda yang disebutkan di atas selanjutnya disajikan ke dalam warna peta yang berbeda-beda untuk setiap wilayah peta baik provinsi maupun kabupaten atau kota. Tabel merangkum isi informasi angka-angka IKRAR KP, dimensi-dimensi dan indikator IKRAR KP. Sedangkan Grafik memberikan informasi tentang perubahan nilai-nilai IKRAR-KP pada rentang antara (0-100) secara berkala (time series), serta menginformasikan letak urutan provinsi/

kabupaten/kota dalam peringkat IKRAR KP.

Membaca Peta IKRAR KP akan membantu untuk mengetahui wilayah-wilayah mana yang memiliki nilai IKRAR KP yang tinggi atau rendah sebagai dasar untuk menentukan prioritas daerah yang akan diberikan bantuan program (intervensi kebijakan) oleh KKP maupun pemerintah daerah guna menyusun prioritas pelaksanaan pembangunan KP di suatu wilayah dengan memperhatikan warna-warna legenda yang tertera di peta IKRAR KP.

S A T U A N KLASIFIKASI PENANGGUNG

JAWAB DATA (Nilai Indeks) pada rentang 25-100 dimana semakin ang-

kanya mendekati 100, maka semakin tinggi tingkat kes- ejahteraan masyarakat KP. Sebaliknya, semakin nilainya mendekati 25, maka semakin rendah tingkat kesejahte- raan masyarakat KP.

Maximize

PT, PB, PDSP, PRL, BPSDMP

(7)

2015 2016 2017 2018 2019 SS1. Meningkatnya kesejahteraan

masyarakat KP

IK 2 Pertumbuhan PDB Perikanan 7,00 8,00 9,50 11,00 12,00

DEFINISI

Produk Domestik Bruto Perikanan adalah PDB diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang diproduksi di dalam suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu, biasanya PDB disajikan setiap satu tahun sekali, dengan melihat pengertian tersebut maka PDB satelit Kelautan dan Perikanan (KP) adalah nilai keseluruhan barang dan jasa yang terkait dengan Kelautan dan Perikanan yang diproduksi dalam satu wilayah negara Indonesia.

PDB Perikanan yang rutin diterbitkan oleh BPS hanya merupakan subsektor dari Sektor Pertanian sehingga nilai PDB Perikanan mencerminkan kinerja dari Kementerian Kelau- tan itu sendiri, karena yang tercakup dalam subsektor perikanan hanyalah sektor primer yaitu penangkapan dan pembudidayaan ikan, sehingga kontribusi subsekto perikanan terhadap sektor pertanian kurang lebih hanya sebesar 4%

SUMBER DATA

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan PDB satelit Kelautan dan Perikanan terbagi dalam dua kelompok besar yaitu pengumpulan data primer dan pengumpulan data skunder. Data primer didapat dari Survei Khusus yang diadakan oleh Direktorat Neraca Produksi bekerjasama dengan Pusdatin KKP. sedangkan data skunder didapat dari statistik perikanan tangkap dan budidaya KKP, statistik perusa- haan perikanan dari subdit statistik perikanan BPS, statistik industri besar dan sedang BPS, statistik industri mikro dan kecil BPS, hasil sensus ekonomi 2006 dan hasil sensus pertanian 2004.

CARA MENGHITUNG

Menggunakan metode gabungan antara, penyusunan PDB konvensional yang ber- dasarkan pada  International Standard Industrial Classification  (ISIC) yang di gabung- kan dengan peraturan maupun undang-undang lingkup KKP, sehingga muncul klas- ifikasi-klasifikasi baru yang sebelumnya tidak tercakup dalam sektor KP menjadi PDB pada sektor KP berdasarkan pada peraturan dan undang-undang yang ada. PDB satelit Kelautan dan Perikanan tahun 2012 mencakup 38 Klasifikasi Baku Lapangan Usaha In- donesia (KBLI), dimana sektor perikanan terdiri dari 10 KBLI, sektor industri pengolahan terdiri dari 10 KBLI, sektor perdagangan besar dan eceran terdiri dari 4 KBLI dan sektor jasa wisata tirta terdiri dari 4 KBLI, pada tahun 2013 cakupan KBLI sektor Kelautan dan Perikanan akan dikembangkan lagi dengan menambahkan KBLI untuk ekstraksi garam, konstruksi jaringan saluran irigasi dan konstruksi bangunan pelabuhan perikanan.

*Untuk pengukuran PDB Satelit, ada kerjasama antara PUSDATIN dengan BPS.

(8)

6

S A T U A N KLASIFIKASI PENANGGUNG JAWAB DATA

% Maximize PT, PB, PDSP

(9)

2015 2016 2017 2018 2019 SS2. Terwujudnya kedaulatan dalam pengelolaan

SDKP

IK 3 Persentase kepatuhan (compliance) pelaku usaha KP terhadap ketentuan peraturan

perundang undangan yang berlaku 70% 73% 76% 81% 87%

DEFINISI

Pelaku usaha kelautan dan perikanan adalah pemilik kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan, pelaku usaha budidaya, pengolah dan pemasar hasil perikanan, pemanfaat wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, pemanfaat usaha kelautan

Kepatuhan (compliance) pelaku usaha kelautan dan perikanan adalah: kepatuhan para pelaku usaha kelautan dan perikanan dalam memanfaatkan sumber daya kelautan dan perikanan sesuai dengan perijinan dan ketentuan peraturan perundangan-undangan yang ditetapkan.

SUMBER DATA

Sumber data untuk mengetahui persentase ketaatan pelaku usaha kelautan dan per- ikanan terhadap ketentuan peraturan perundang undangan berasal dari unit Eselon II lingkup Ditjen. PSDKP.

CARA MENGHITUNG

Persentase kepatuhan (compliance) pelaku usaha kelautan dan perikanan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku terdiri dari 9 variabel yaitu:

1. Persentase ketaatan kapal perikanan terhadap ketentuan sistem pemantauan kapal perikanan (bobot 15%);

2. Persentase ketaatan unit usaha Penangkapan Ikan berdasarkan peraturan perun- dang-undangan yang berlaku (bobot 20%);

3. Persentase ketaatan kapal perikanan yang mampu diperiksa di laut terhadap pera- turan perundang-undangan (bobot 20%);

4. Persentase ketaatan Kemitraan UPI dengan Unit usaha Penangkapan Ikan yang se- suai dengan ketentuan (bobot 5%);

5. Persentase ketaatan unit usaha pengolahan hasil perikanan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (bobot 10%);

6. Persentase ketaatan importasi ikan yang sesuai dengan ketentuan (bobot 5%);

7. Persentase ketaatan unit usaha budidaya perikanan berdasarkan peraturan perun- dang-undangan yang berlaku (bobot 10%);

(10)

8

8. Persentase ketaatan pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku (bobot 10%)

9. Persentase Ketaatan pelaku usaha kelautan terhadap peraturan perundang-undan- gan yang berlaku (bobot 5%).

xkp= (x1 ×W1)+ (x2×W2)+(x3×W3)+(x4×W4)+(x5×W5) +(x6×W6)+(x7×W7 )+(x8×W8 )+(x9×W9 )+(XnxWn) Persentase kepatuhan (compliance) pelaku usaha kelautan dan perikanan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan merupakan resultan dari beberapa resultan ketaatan sehingga ditetapkan formulasi sebagai beriut :

S A T U A N KLASIFIKASI PENANGGUNG JAWAB DATA

% Maximize PSDKP, BKIPM

(11)

2015 2016 2017 2018 2019 SS2. Meningkatnya pengelolaan SDKP yang

bertanggung jawab, berdaulat dan berkelanjutan

IK 4 Jumlah Pulau-pulau kecil yang Mandiri 5 10 15 20 25

DEFINISI

Pulau-pulau kecil yang mandiri adalah pulau-pulau kecil yang diupayakan untuk mampu memanfaatkan potensi kelautan dan perikanan yang ada melalui pengembangan sentra bisnis kelautan dan perikanan berbasis pulau-pulau kecil sehingga diharapkan dapat menciptakan peluang investasi, meningkatkan produksi perikanan tangkap, meningkat- kan pertumbuhan ekonomi wilayah khususnya di pulau-pulau kecil, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di pulau-pulau kecil.

Sentra bisnis kelautan dan perikanan berbasis pulau-pulau kecil merupakan konsep pembangunan sentra kelautan dan perikanan berbasis pulau-pulau kecil dengan prinsip:

integrasi, efisiensi, kualitas dan akselerasi tinggi.

SUMBER DATA

1. Penggunaan data sekunder dari pulau-pulau kecil (PPK);

2. Focus group discussion (FGD), pengamatan visual di PPK; dan 3. Sampling dengan kuesioner.

4. Kategori Pulau dalam pengelolaan Pulau-pulau Kecil:

• Pra Mandiri 1 (>5-7)

• Pra Mandiri 2 (>8-10)

• Pra Mandiri 3 (>11-15)

• Pra Mandiri 4 (>16-20)

• Mandiri (>21-25)

CARA MENGHITUNG

a. Menentukan kriteria penilaian (dalam hal ini ada 5 kriteria: fisik, sosial, ekonomi, kelembagaan, serta lingkungan hidup dan sumberdaya laut);

b. Menentukan variabel, kondisi, skor penilaian, dan alat verifikasi;

c. Menghitung skor penilaian (hasil penilaian); dan d. Membuat kategori pulau (levelling).

S A T U A N KLASIFIKASI PENANGGUNG JAWAB DATA

Jumlah Pulau Maximize PRL, PT, PB, PDSP,

PSDKP, BPSDMKP

(12)

10

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU5) BASELINE TAHUN

2015 2016 2017 2018 2019 SS3. Terwujudnya pengelolaan SDKP yang

partisipatif, bertanggungjawab dan berkelanjutan

IK 5 Nilai Pengelolaan Wilayah KP

yang berkelanjutan 0,20 0,29 0,39 0,57 0,65

DEFINISI

Pengelolaan wilayah KP yang berkelanjutan adalah kenaikan persentase nilai pengelo- laan WPP,KKPD-KKPN, Jenis penyakit ikan karantina dan pemulihan Kawasan Pesisir yg rusak 

SUMBER DATA

PT, Litbang, PRL

CARA MENGHITUNG

Indeks ini merupakan aggregasi persentase rata rata dari IKU bawahnya : 1. Jumlah WPP yang menerapkan RPP

2. Jumlah kawasan konservasi perairan dan ppk yang meningkat efektivitas pengelo- laannya

3. Jumlah kawasan pesisir yang rusak pulih kembali 4. Jumlah WPP yang terpetakan potensi KP 5. Luas kawasan konservasi perairan (ha)

S A T U A N KLASIFIKASI PENANGGUNG JAWAB DATA

Nilai Maximize PT, Litbang, PRL

(13)

2015 2016 2017 2018 2019 SS3. Terwujudnya pengelolaan SDKP yang

partisipatif, bertanggungjawab dan berkelanjutan

IK 6 Nilai peningkatan ekonomi KP 0,59 0,69 0,79 0,90 1,00

DEFINISI

Kenaikan volume produk olahan hasil perikanan, nilai investasi bidang KP, jumlah kredit yang disalurkan, jumlah SDM KP yang bersertifikat kompentensi dan serapan tenaga kerja baru bidang KP

SUMBER DATA

Sumber data untuk mengetahui persentase ketaatan pelaku usaha kelautan dan perikanan terhadap ketentuan peraturan perundang undangan berasal dari unit Eselon II lingkup Ditjen. PSDKP

CARA MENGHITUNG

Merupakan aggregasi rata rata dari IKU bawahnya:

1. Nilai investasi bidang KP (Rp. Triliun);

2. Jumlah kredit yang difasilitasi untuk disalurkan (Rp. miliar);

3. Jumlah LKM sektor KP yang terfasilitasi permodalannya.

S A T U A N KLASIFIKASI PENANGGUNG JAWAB DATA

Indeks Maximize PT, PB, PDSP,

BPSDMKP

(14)

12

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU7) BASELINE TAHUN

2015 2016 2017 2018 2019 SS3. Terwujudnya pengelolaan SDKP yang

partisipatif, bertanggungjawab dan berkelanjutan

IK 7 Produksi perikanan 24,12 26,04 30,29 32,93 39,97

DEFINISI

Perspektif PB : jumlah hasil produksi perikanan budidaya yang dihasilkan oleh seluruh kabupaten/kota meliputi; perikanan tawar, payau, dan laut (termasuk rumput laut).

Catatan: jumlah produksi perikanan budidaya ini yang dihasilkan di masyarakat (baik yang dananya berasal dari DJPB maupun sumber lain di luar KKP).

Perspektif PT : jumlah produksi yang berasal dari produksi perikanan tangkap (laut dan perairan umum) di seluruh provinsi di Indonesia.

SUMBER DATA

Melakukan pencacahan produksi oleh petugas pengumpul data statistik (pegawai DKP Kab/Kota). Untuk perikanan tangkap, berasal dari Dir. SDI

CARA MENGHITUNG

PB: SIMSTAT (Sistem Informasi Manajemen Statistik), melakukan validasi data oleh DJPB.

PT: ada 3 tahapan yakni; (1) data penjumlahan nilai produksi kab/kota yang dilakukan oleh enumerator yang dibiayai dari dana DKP Kab/kota dan/atau berasal dari dana dekon KKP; (2) rekapitulasi jumlah produksi di masing-masing provinsi; (3) divalidasi dan dijadikan sebagai angka nasional.

S A T U A N KLASIFIKASI PENANGGUNG JAWAB DATA

Juta Ton Maximize PT, PB

(15)

2015 2016 2017 2018 2019 SS3. Terwujudnya pengelolaan SDKP yang

partisipatif, bertanggungjawab dan berkelanjutan

IK 8 Produksi garam rakyat 3,3 3,6 3,8 4,1 4,5

DEFINISI

Garam rakyat adalah garam yang dihasilkan oleh kelompok usaha garam rakyat (KUGAR) selama panen garam atau musim produksi.

SUMBER DATA

Dinas KP Kabupaten/Kota yang mendapatkan program PUGAR (44 Kabupaten/Kota);

Sekretariat PUGAR di Dir. PMPPU-KP3K

CARA MENGHITUNG

dilakukan melalui pendataan garam rakyat dengan cara meminta data ke DKP Kab/Kota PUGAR, yang kemudian diolah oleh Sekretariat PUGAR Dir. PMPPU-KP3K

S A T U A N KLASIFIKASI PENANGGUNG JAWAB DATA

Juta Ton Maximize PDSP

(16)

14

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU9) BASELINE TAHUN

2015 2016 2017 2018 2019 SS3. Terwujudnya pengelolaan SDKP yang

partisipatif, bertanggungjawab dan berkelanjutan

IK 9 Nilai ekspor hasil perikanan 5,86 6,82 7,62 8,53 9,54

DEFINISI

Jumlah komoditas produk perikanan, baik hidup, segar, dingin, maupun olahan yang dikategorikan dalam kode HS (Harmonized System) tahun 2012 sebanyak 475 kode HS dalam 10 digit yang dijual ke luar negeri yang dikonversi dalam bentuk uang (US Dollar)

SUMBER DATA

Data ekspor impor dari BPS yang diolah

CARA MENGHITUNG

Laporan dari BPS tentang ekspor impor, kemudian diolah lagi oleh Ditjen P2HP.

S A T U A N KLASIFIKASI PENANGGUNG JAWAB DATA

USD miliar Maximize PDSP, BKIPM

(17)

2015 2016 2017 2018 2019 SS3. erwujudnya pengelolaan SDKP yang

partisipatif, bertanggungjawab dan berkelanjutan

IK 10 Konsumsi ikan 40,9 43,88 47,12 50,65 54,49

DEFINISI

Konsumsi ikan adalah jumlah kebutuhan/permintaan ikan yang menggambarkan fungsi dari jumlah penduduk dan necara permintaan ikan untuk konsumsi domestik. Ikan men- cakup ikan segar dan olahan sesuai dengan ketentuan dari BPS

SUMBER DATA

SUSENAS (Survey Sosial Ekonomi Nasional) BPS diolah oleh Ditjen P2HP

CARA MENGHITUNG

-

S A T U A N KLASIFIKASI PENANGGUNG JAWAB DATA

kg/kap/thn Maximize PDSP, PT, PB

(18)

16

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU11) BASELINE TAHUN

2015 2016 2017 2018 2019 SS3. Terwujudnya pengelolaan SDKP yang

partisipatif, bertanggungjawab dan berkelanjutan

IK 11 Persentase peningkatan PNBP dari

sektor KP (%) 5 7,5 10 12,5 15

DEFINISI

PNBP sektor KP adalah seluruh penerimaan Pemerintah Pusat sektor KP yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan.

Peningkatan PNBP dari sektor perikanan diantaranya ditentukan dari arah operasional perikanan tangkap.

SUMBER DATA

BPS

CARA MENGHITUNG

BPS yang diolah KKP (setjen)

S A T U A N KLASIFIKASI PENANGGUNG JAWAB DATA

% Maximize PT

(19)

2015 2016 2017 2018 2019 SS4. Tersedianya kebijakan pembangunan

yang partisipatif

IK 12 Indeks efektivitas kebijakan

pemerintah 6 6,5 7 7,5 8

DEFINISI

Efektifitas adalah suatu kriteria yang digunakan untuk menilai hasil atau akibat dari implementasi suatu kebijakan publik berdasarkan indikator-indikator yang ditetapkan dalam dokumen kebijakan tersebut.

Efektivitas kebijakan pemerintah adalah keputusan yang diambil oleh KKP melalui pe- nerbitkan Peraturan Menteri dan/atau Keputusan Menteri dapat dilaksanakan dan mam- pu menyelesaikan masalah sesuai dengan tujuan pembuatan kebijakan tersebut.

Indeks efektivitas kebijakan pemerintah adalah suatu ukuran untuk menilai sejauh mana kebijakan yang diterbitkan oleh KKP dapat diterima oleh stakeholders KP, serta mampu menyelesaikan masalah sesuai dengan tujuan pembuatan kebijakan tersebut.

Indeks adalah indikasi sejauh mana itu berpengaruh terhadap output atau outcome

SUMBER DATA

BPS dan hasil survei (kuantitatif) terhadap masyarakat atau kelompok sasaran (target groups) yang akan terkena dampak dari suatu kebijakan tersebut.

CARA MENGHITUNG

Dilakukan survey melalui prosedur sebagai berikut: (a) konsistensi nilai jawaban respon- den; (b) pemberian skor nilai skala (methods of summated ratings); (c) standarisasi skor nilai skala; (d) penetapan angka indeks, dengan besaran angka indeks bergerak dari ‘0’

sampai dengan ‘1’; dan (e) analisis dan interpretasi nilai indeks.

S A T U A N KLASIFIKASI PENANGGUNG JAWAB DATA

Indeks Maximize Seluruh Eselon I

(20)

18

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU13) BASELINE TAHUN

2015 2016 2017 2018 2019 SS5. Terselenggaranya tata kelola

pemanfaatan SDKP yang adil, berdaya saing dan berkelanjutan

IK 13 Efektivitas Tata Kelola pemanfaatan SDKP yang berdaya saing dan

berkelanjutan 70% 76% 82% 89% 95%

DEFINISI

-

SUMBER DATA

PT, PB, P2HP, KP3K, BKIPM, BPSDM, LITBANG

CARA MENGHITUNG

Rata-rata persentase dari hasil penghitungan IKU:

1. Jumlah hasil litbang KP yang terekomendasi untuk masyarakat dan/atau industri 2. Utilitas UPI

3. Jumlah kelompok yang meningkat pengetahuan dan ketrampilannya

4. Jumlah rekomendasi dan inovasi Litbang yang diusulkan untuk menjadi bahan kebijakan

5. Sertifikat Pembudidaya CBIB, 6. Sertifikat HACCP,

7. Sertifikat SKP, 8. Sertifikat CKIB, 9. Sertifikat CPIB

10. Jumlah resolusi dan CMM RFMO yang di implementasikan

11. Jumlah Lokasi kawasan laut, wilayah pesisir yang memiliki rencana zonasi dan/atau masterplan, bisnis plan, yang ditetapkan menjadi peraturan perundangan

12. Jumlah rekomendasi dan inovasi Litbang yang diusulkan untuk menjadi bahan kebijakan

S A T U A N KLASIFIKASI PENANGGUNG JAWAB DATA

% Maximize PT

(21)

2015 2016 2017 2018 2019 SS6. Terselenggaranya pengendalian dan

pengawasan SDKP yang profesional dan partisipatif

IK 14 Persentase penyelesaian tindak pidana KP secara akuntabel dan

tepat waktu (%) 56,6% 65,9% 71,2% 81,36% 83,36%

DEFINISI

Tingkat persentase penyelesaian tindak pidana kelautan dan perikanan secara akunt- abel dan tepat waktu diukur dengan membandingkan antara jumlah tindak pidana kelautan dan perikanan yang selesai ditangani (P-21) dan penyerahan tahap II oleh PPNS Perikanan dengan jumlah tindak pidana kelautan dan perikanan yang disidik oleh PPNS Prikanan

SUMBER DATA

PSDKP (subdit penyidikan, subdit pemantauan dan evaluasi), BKIPM

CARA MENGHITUNG

1. Menjumlah tindak pidana kelautan dan perikanan yang selesai ditangani (P-21) dan penyerahan tahap II oleh PPNS Perikanan=> a

2. Menjumlah seluruh tindak pidana kelautan dan perikanan yang disidik oleh PPNS Perikanan => b

3. Membagi a dan b, kemudian dikalikan dengan 100%, sehingga mendapat persen- tase penyelesaian tindak pidana kelautan dan perikanan yang disidik secara akunta- bel dan tepat waktu. ( (a/b) x 100%)

S A T U A N KLASIFIKASI PENANGGUNG JAWAB DATA

% Maximize PSDKP, BKIPM

(22)

20

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU15) BASELINE TAHUN

2015 2016 2017 2018 2019 SS6. Terselenggaranya pengendalian dan

pengawasan SDKP yang profesional dan partisipatif

IK 15 Tingkat keberhasilan pengawasan di

wilayah perbatasan (%) 70 73 76 81 87

DEFINISI

Wilayah perbatasan adalah garis khayalan yang memisahkan dua atau lebih wilayah poli- tik atau yurisdiksi seperti negara, negara bagian atau wilayah subnasional. Di beberapa wilayah Indonesia. perbatasan ditandai dengan  tapal batas. Tapal batas bisa berupa batu atau tugu berukuran besar ataupun kecil.

Keberhasilan pengawasan di wilayah perbatasan adalah meningkatnya ketaatan pelaku usaha KP terhadap ketentuan peraturan sistem distrIbusi produk perikanan ekspor/

impor di wilayah perbatasan

Prespektif BKIPM : Persentase frekuensi lalulintas produk perikanan yang memenuhi ketentuan peraturan KP di pintu pemasukan/pengeluaran ekspor impor di wilayah per- batasan

Prespektif PSDKP : Persentase unit usaha ekspor/impor produk perikanan yang me- menuhi ketentunan peraturan KP di wilayah perbatasan

SUMBER DATA

PSDK dan BKIPM

CARA MENGHITUNG

X1 = (a-b)/a x 100%

X1 : Presentase frekuensi lalulintas produk perikanan ekspor/impor yang memenuhi ketentuan peraturan KP di wilayah perbatasan

a : Jumlah frekuensi lalulintas produk perikanan ekspor/ impor b : Jumlah frekuensi lalulintas yang tidak memenuhi ketentuan KP X2 = (a-b)/a x 100%

X2 : Prosentase unit usaha ekspor/impor produk perikanan yang taat terhadap pera- turan KP di wilayah perbatasan

a : Jumlah unit usaha ekspor/impor produk perikanan di wilayah perbatasan

b : Jumlah unit usaha ekspor/ impor produk perikanan yang tidak memenuhi ketentuan peraturan KP

X3 = (x1 + x2) / 2

X3 : Prosentase ketaatan pelaku usaha dalam memenuhi ketentuan peraturan sistem distrubiusi produk perikanan ekspor/impor di wilayah perbatasan

S A T U A N KLASIFIKASI PENANGGUNG JAWAB DATA

% Maximize PSDKP, BKIPM

(23)

2015 2016 2017 2018 2019 SS7. Terwujudnya ASN KKP yang

kompeten, profesional dan berkepribadian

IK 16 Indeks kompetensi dan integritas 88 89 92 93 94

DEFINISI

• Kompetensi adalah kemampuan utk melaksanakan tugas sesuai dgn kemampuan

& pengetahuan

• Integritas adalah kecendrungan untuk sikap yang patuh pada aturan dan norma

• Indeks Kompetensi dan Integritas dimaksud terdiri dari Kompetensi Hasil Asesmen, Kehadiran Pegawai, Capaian Kinerja (SKP), LHKASN/LHKPN, terhadap Pejabat yang telah dilakukan Asesmen

SUMBER DATA

• hasil rekomendasi penilaian kompetensi/asesmen terhadap pejabat yang telah mengikuti Asesmen

• SKP Pegawai

• Finger Print Absen

• LHKASN/LHKPN

CARA MENGHITUNG

Merupakan agregasi dari variabel dibawahnya:

• Dengan membandingkan kompetensi hasil rekomendasi penilaian kompetensi/ases- men dari Asesor dengan jenis standar kompetensi yang dipersyaratkan sesuai Pera- turan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 3A/KEPMEN-SJ/2014

• Persentase capaian output pegawai pada SKP

• Persentase tingkat kehadiran pegawai

• LHKASN/LHKPN

S A T U A N KLASIFIKASI PENANGGUNG JAWAB DATA

Indeks Minimize Seluruh Eselon I

(24)

22

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU17) BASELINE TAHUN

2015 2016 2017 2018 2019 SS8. Tersedianya manajemen pengetahuan

yang handal dan mudah diakses

IK 17 Persentase unit kerja yang menerapkan sistem manajemen

pengetahuan yang terstandar (%) 40% 50% 60% 70% 100%

DEFINISI

Sistem Manajemen Pengetahuan adalah suatu rangkaian yang memanfaatkan teknologi informasi yang digunakan oleh instansi pemerintah ataupun swasta untuk mengidenti- fikasi, menciptakan, menjelaskan, dan mendistribusikan pengetahuan untuk digunakan kembali, diketahui dan dipelajari.

SUMBER DATA

Database Pusdatin

CARA MENGHITUNG

Unit kerja yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan dibandingkan dengan to- tal Unit Kerja seluruh KKP

S A T U A N KLASIFIKASI PENANGGUNG JAWAB DATA

% Maximize Seluruh Eselon I

(25)

2015 2016 2017 2018 2019 SS9. Terwujudnya birokrasi KKP yang

efektif, efisien, dan berorientasi pada layanan prima

IK 18 Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi KKP BB BB A A AA

DEFINISI

Reformasi birokrasi adalah upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut as- pek-aspek: (a) kelembagaan atau organisasi; (b) ketatalaksanaan atau business process;

dan (c) sumber daya manusia aparatur. Reformasi birokrasi dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).

Tujuan reformasi birokrasi adalah membangun atau membentuk profil dan perilaku aparatur negara dengan : (1) integritas tinggi; (2) produktivitas tinggi dan bertanggung jawab; dan (3) kemampuan memberikan pelayanan yang prima. Pelayanan prima adalah kepuasan yang dirasakan oleh publik sebagai dampak dari hasil kerja birokrasi yang profesional.

  Sasaran reformasi birokrasi adalah mengubah pola pikir (mindset) dan budaya kerja (cultural set), serta sistem manajemen pemerintahan yang berfokus pada : (1) kelem- bagaan (organisasi); (2) budaya organisasi; (3) ketatalaksanaan (sistem, proses, prosedur kerja yang efisien dan efektif); (4) deregulasi birokrasi (regulasi yang lebih tertib, tidak tumpang tindih, kondusif); (5) sumber daya manusia (SDM yang kompeten, berintegritas, profesional, berkinerja tinggi dan sejahtera); (6) pengawasan internal (akuntabilitas kiner- ja); dan (7) peningkatan kualitas pelayanan publik.

SUMBER DATA

hasil penilaian lembar kerja evaluasi Kemenpan dan RB

CARA MENGHITUNG

Akan dilaksanakan oleh Kemenpan RB dengan menggunakan instrumen yang sudah dirumuskan oleh Tim Menpan RB.

S A T U A N KLASIFIKASI PENANGGUNG JAWAB DATA

Nilai Minimize Seluruh Eselon I

(26)

24

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU19) BASELINE TAHUN

2015 2016 2017 2018 2019 SS10. Terkelolanya anggaran

pembangunan secara efisien dan akuntabel

IK 19 Nilai Kinerja Anggaran 80-90%

(Baik) 80-90%

(Baik) 80-90%

(Baik)

>90%

(Sangat Baik)

>90%

(Sangat Baik)

DEFINISI

Nilai Kinerja anggaran adalah proses menghasilkan suatu nilai capaian kinerja untuk setiap indikator yg dilakukan dengan membandingkan data realisasi dengan target yang telah direncanakan sebelumnya

SUMBER DATA

untuk mengetahui efisiensi penggunaan anggaran KKP berasal dari Biro Perencanaan dan Biro Keuangan

CARA MENGHITUNG

Mengacu kepada Peraturan Menteri Keuangan No.249/PMK.02/2011 tentang Penguku- ran dan Evaluasi Kinerja Atas Pelaksanaan RKA-K/L:

Nilai Kinerja aspek implementasi = (P x WP) + (K x WK) + (PK x WPK) + (NE x WE) Bobot Kinerja Aspek Implementasi (WI) sebesar 33,3% , terdiri atas:

1) Bobot Penyerapan Anggaran (WP) =9,7%

2) Bobot Konsistensi antara Perencanaan dan Implementasi(WK)=18,2%) 3) Bobot Pencapaian Keluaran (WPK) =43,5%

4) Bobot Efisiensi (WE) =28,6%

Pengukuran Aspek Implementasi:

Pengukuran Penyerapan Anggaran (P), dilakukan dengan membandingkan antara akumulasi realisasi anggaran seluruh satker dengan akumulasi pagu anggaran seluruh satker

Pengukuran Konsistensi (K) antara perencanaan dan implementasi, dilakukan berdasar- kan rata-rata ketepatan waktu penyerapan anggaran setiap bulan yaitu dengan mem- bandingkan antara akumulasi dan akumulasi realisasi anggaran bulanan seluruh satker rencana penarikan dana bulanan seluruh satker dengan jumlah bulan

Pengukuran Pencapaian Keluaran (PK),dilakukan dengan membandingkan antara ra- ta-rata realisasi volume keluaran dengan target volume keluaran dan rata-rata realisasi Indikator kinerja keluaran dengan target indikator kinerja keluaran (contoh terlampir) Pengukuran tingkat efisiensi (NE), dilakukan berdasarkan rata-rata efisiensi untuk setiap jenis keluaran pada setiap satker, yang diperoleh dari hasil perbandingan antara realisasi anggaran per volume keluaran dengan pagu anggaran per volume keluaran

S A T U A N KLASIFIKASI PENANGGUNG JAWAB DATA

% Maximize Seluruh Eselon I

(27)

2015 2016 2017 2018 2019 SS10. SS10. Terkelolanya anggaran

pembangunan secara efisien dan akuntabel

IK 20 Opini atas Laporan Keuangan KKP WTP WTP WTP WTP WTP

DEFINISI

Opini BPK atas Laporan Keuangan adalah merupakan pernyataan profesional pemer- iksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada empat kriteria yakni kesesuaian dengan standar akuntansi pe- merintahan, kecukupan pengungkapan (adequate disclosures), kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan efektivitas sistem pengendalian intern.

SUMBER DATA

BPK

CARA MENGHITUNG

Terdapat empat jenis opini yang dapat diberikan oleh Pemeriksa (BPK), yakni:

• Opini Wajar tanpa pengecualian (biasa disingkat WTP) adalah opini audit yang akan diterbitkan jika laporan keuangan dianggap memberikan informasi yang bebas dari salah saji material. Jika laporan keuangan diberikan opini jenis ini, artinya auditor mey- akini berdasarkan bukti-bukti audit yang dikumpulkan, perusahaan/pemerintah di- anggap telah menyelenggarakan prinsip akuntansi yang berlaku umum dengan baik, dan kalaupun ada kesalahan, kesalahannya dianggap tidak material dan tidak ber- pengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan;

• WTP Dengan Paragraf Penjelasan (biasa disingkat WTP-DPP). Opini WTP-DPP dike- luarkan karena dalam keadaan tertentu auditor harus menambahkan suatu paragraf penjelasan dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tan- pa pengecualian atas laporannya. Ada beberapa keadaan yang menyebabkan ditam- bahkannya paragraf penjelasan. Keadaan itu, misalnya, adanya ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi, adanya keraguan tentang kelangsungan hidup lembaga pengelola keuangan. Salain itu, bisa juga karena auditor setuju dengan suatu peny- impangan dari prinsip akuntansi yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan atau adanya penekanan atas suatu hal;

• Opini Wajar dengan pengecualian (biasa disingkat WDP) adalah opini audit yang dit- erbitkan jika sebagian besar informasi dalam laporan keuangan bebas dari salah saji material, kecuali untuk rekening atau item tertentu yang menjadi pengecualian. Seba- gian akuntan memberikan julukan little adverse (ketidakwajaran yang kecil) terhadap opini jenis ini, untuk menunjukan adanya ketidakwajaran dalam item tertentu, namun demikian ketidakwajaran tersebut tidak mempengaruhi kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan;

(28)

26

• Opini tidak wajar adalah opini audit yang diterbitkan jika laporan keuangan mengan- dung salah saji material, atau dengan kata lain laporan keuangan tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Jika laporan keuangan mendapatkan opini jenis ini, berar- ti auditor meyakini laporan keuangan perusahaan/pemerintah diragukan kebenaran- nya, sehingga bisa menyesatkan pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan;

• Opini tidak menyatakan pendapat (TMP) oleh sebagian akuntan dianggap bukanlah sebuah opini, dengan asumsi jika auditor menolak memberikan pendapat artinya ti- dak ada opini yang diberikan. Opini jenis ini diberikan jika auditor itidak bisa meyakini apakah laporan keuangan wajar atau tidak. Opini ini bisa diterbitkan jika auditor me- nganggap ada ruang lingkup audit yang dibatasi oleh perusahaan/pemerintah yang diaudit, misalnya karena auditor tidak bisa memperoleh bukti-bukti yang dibutuhkan untuk bisa menyimpulkan dan menyatakan laporan sudah disajikan dengan wajar.

S A T U A N KLASIFIKASI PENANGGUNG JAWAB DATA

Status Laporan Keuangan KKP menurut

ukuran BPK Minimize Seluruh Eselon I

Referensi

Dokumen terkait

Hanya siswa internasional yang belajar dari luar negeri atau sedang belajar di Australia dengan visa selain visa pelajar yang diizinkan untuk mendaftar di UNE dalam moda

Dengan demikian, layanan bimbingan kelompok teknik diskusi kelompok telah meningkatkan secara signifikan konsep diri positif siswa kelas XII IPA SMA Kristen 2 Salatiga

01 Jumlah Sumberdaya Manusia Kelautan dan Perikanan yang 02 Jumlah Masyarakat Kelautan dan Perikanan yang bersertifikat 01 Jumlah Kelompok pelaku utama/usaha yang disuluh 02

Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Kelautan dan Perikanan yang dimaksud dengan tenaga pendamping adalah orang yang bertugas mendampingi kelompok usaha kelautan dan perikanan

Kelembagaan Pelaku Utama Perikanan mandiri merupakan indikator dalam capaian kinerja penyuluhan kelautan dan perikanan. Pusat Penyuluhan KP, BPSDMKP sebagai instansi

Kendala lain yang dihadapi dalam pembenihan kelapa adalah buah yang memiliki sifat rekalsitran, yaitu tidak dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama dikarenakan biji

untuk ditetapkan sebagai kawasan ekonomi khusus; bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 7 ayat (4) Undang- Undang Nomor 39 Tahun 2OO9 tentang Kawasan Ekonomi Khusus