• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL TESIS (1) id. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PROPOSAL TESIS (1) id. docx"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

dan Universitas Islam Malang (UNISMA)

MIFTACHUL CHUSNIA NIM. 14710015

Dr. H. Sugeng Listyo Prabowo 19695262000031002 Dr. H. Mulyono, MA 19660626200501003

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

(2)

ABSTRAK

Chusnia, Miftachul. 2018. Akuntabilitas Mutu Pelayanan Pembelajaran di Perguruan Tinggi (Studi Multi Situs di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dan Universitas Islam Malang (UNISMA). Pembimbing: (1) Dr. H. Sugeng Listyo Prabowo (2) Dr. H. Mulyono, M.A.

Kata Kunci : Akuntabilitas, Mutu Pelayanan Pembelajaran.

Perguruan Tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan tinggi memiliki otonomi dalam mengelola sendiri lembaganya. Dalam mengelola PT, prinsip yang digunakan adalah salah satunya akuntabilitas sebagai wujud pertanggungjawaban atas penyelenggaraan pendidikan yang bermutu dan kompetensi lulusan. Namun kenyataannya, untuk menyelenggarakan pendidikan bermutu dan menghasilkan kompetensi lulusan, PT masih belum mencapai target. Sebagai solusinya maka diperlukan manajemen akuntabilitas sebagai wujud pertanggungjawaban atas mutu pelayanan pembelajaran di Perguruan Tinggi.

Adapun tujuan penelitian ini, pertama mendekripsikan proses menetapkan standar mutu pelayanan pembelajaran di fakultas FITK dan FE UIN Malang.

Kedua, mendeskripsikan pelaksanaan pemenuhan standar mutu pelayanan pembelajaran. Ketiga, Mendeskripsikan cara mengkur standar mutu pelayanan pembelajaran. Keempat, upaya melaporkan kinerja pelayanan pembelajaran.

Penelitian ini menggunakan penelitian metode kualitatif berjenis multi kasus. Pengumpulan datanya dilakukan dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi yang semuanya menjawab permasalahan penelitian tekait judul Manajemen Akuntabilitas Mutu Pelayanan Pembelajaran Perguruan Tinggi. Adapun informan penelitian adalah Ketua LPM beserta jajarannya. Dekan Fakultas FITK dan FE, Wakil dekan bidang kemahasiswaan dan akademik, dosen dan juga mahasiswa.

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI...i

BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian ...1

B. Fokus Penelitian ...8

C. Tujuan Penelitian...9

D.Manfaat Penelitian...10

E. Orisinalitas Penelitian ...11

F. Definisi Istilah...15

G.Sistematika Penulisan...16

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Manajemen Pendidikan ...18

1. Pengertian Manajemen Pendidikan ...18

2. Lingkup Manajemen Pendidikan ...22

3. Fungsi Manajemen Pendidikan ...23

B. Konsep manajemen akuntabilitas pendidikan ...24

1. Definisi Manajemen Akuntabilitas Pendidikan ...24

2. Tujuan dan Manfaat Akuntabilitas Pendidikan ...29

3. Siklus Akuntabilitas Pendidikan...32

4. Prinsip Prinsip Baru Akuntabilitas Pendidikan ...36

C. Mutu Pelayanan Penddikan PerguruanTinggi...38

1. Mutu Pelayanan Pembelajaran Saat ini...38

2. Sistem Pendidikan Tinggi di Indonesia...41

3. Manajemen Akuntabilitas Mutu Pelayanan Pembelajaran...43

(4)

3

B. Lokasi dan Subjek Penelitian...50

C. Kehadiran Peneliti...51

D. Data dan Sumber Data...52

E. Teknik Pengumpulan Data...54

F. Teknik Analisis Data...58

G. Pengecekan Keabsahan Data...60

(5)

A. Konteks Penelitian

Pendidikan Tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program diploma, program sarjana, program magister, program doktor, dan program profesi, serta program spesialis, yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa serta memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mengacu pada UU No 12 Tahun 2012, Pendidikan Tinggi sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional memiliki peran strategis dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menerapkan nilai humaniora sebagai bentuk pembudayaan dn pemberdayaan bangsa Indonesia. Untuk mewujudkan daya saing bangsa diperlukan pendidikan tinggi yang mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga menghasilkan ilmuwan dan berguna untuk kepentingan bangsa.

D. Kalobs (1998) menyatakan bahwa faktor determinan yang paling menentukan rendah tidaknya kualitas perguruan tinggi terletak pada manajemen perguruan tinggi1. Manajemen perguruan tinggi adalah kemampuan mengelola perguruan tinggi secara integral dan menyeluruh dengan mengoptimalkan alokasi dan pemanfaatan sumberdaya yang dimiliki perguruan tinggi. Selain itu, paradigma baru pengelolaan perguruan tinggi

1 Syahrizal Abbas, Manajemen Perguruan Tinggi. (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 20090) Hlm Xi

(6)

2

(PT) dalam rangka menghadapi tantangan globalisasi dan otonomi adalah otonomi PT, mutu pendidikan tinggi dan akuntabilitas2.

Apabila berbicara terkait mutu Perguruan Tinggi, nyatanya kualitas pembelajaran dan kemahasiswaan perguruan tinggi belum mencapai target. Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan pada tahun 2014 menyatakan bahwa akuntabilitas akademik lembaga pendidikan tinggi semakin tahun semakin menurun. Hal ini disebabkan carut marutnya kualifikasi pendidikan. Selain alasan tuntutan paradigma baru pendidikan global di atas, secara internal, kualitas pendidikan di Indonesia sendiri, terutama pendidikan tinggi memiliki disparitas yang sangat tinggi. Antara lulusan S1 program studi satu dengan yang lain tidak memiliki kesetaraan kualifikasi, bahkan pada lulusan dari program studi yang sama. Selain itu, tidak juga dapat dibedakan antara lulusan pendidikan jenis akademik, dengan vokasi dan profesi3. Kondisi ini semakin nyata dibuktikan dengan banyaknya lulusan yang bekerja tidak sesuai dengan bidangnya.

Tidak hanya itu, Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Tahun 2015 menyatakan bahwa untuk sasaran meningkatnya kualitas pembelajaran dan kemahasiswaan pendidikan tinggi, dari delapan indikator kinerja, dua indikator kinerja belum mencapai target dan enam indikator kinerja mencapai

2Heni Sukrisno, Akuntabilitas Mutu Pelayanan Perguruan Tinggi. (Surabaya : Univ. Wijaya Kusuma) Hlm 81

(7)

target. Indikator kinerja yang belum mencapai target tersebut adalah Persentase lulusan bersertifikat kompetensi dan Jumlah Prodi terakreditasi unggul. Sedangkan indikator kinerja yang mencapai target adalah Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi, Jumlah mahasiswa yang berwirausaha, Jumlah mahasiswa peraih medali emas tingkat nasional dan internasional, Persentase lulusan yang langsung bekerja, Jumlah LPTK yang meningkat mutu penyelenggaraan pendidikan akademik, dan Jumlah calon pendidik mengikuti Pendidikan Profesi Guru, sebagaimana terlihat pada Grafik berikut ini4.

Gr afik 1.1 Capaian Kinerja Sasaran Meningkatnya Kualitas Pembelajaran dan Kemahasiswaan Pendidikan Tinggi

Apabila ditarik benang merah, beberapa permasalahan yang dialami perguruan tinggi saat ini5 adalah Pertama adalah kualitas pendidikan tinggi yang masih relatif rendah, baik dalam konteks institusi (Perguruan Tinggi) maupun program studi yang diindikasikan oleh mayoritas Perguruan Tinggi hanya berakreditasi C dan masih sangat sedikit yang berakreditasi A atau B. 4 Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Riset, Teknologi, Dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Tahun 2015

(8)

4

Kedua, untuk meningkatkan akses mahasiswa belajar di Perguruan Tinggi, banyak Perguruan Tinggi yang masih kekurangan gedung belajar, fasilitas dan peralatan penelitian.

Ketiga, pembelajaran dan kemahasiswaan. Permasalahan pokok yang mengemuka adalah akses ke layanan pendidikan tinggi belum merata. Laporan Akuntabilitas Kinerja 2015 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Kelompok masyarakat miskin tidak mampu menjangkau layanan pendidikan tinggi karena kesulitan ekonomi dan terhambat oleh ketiadaan biaya.

(9)

Gejala ini memberi gambaran bahwa kurikulum yang dikembangkan di Perguruan Tinggi kurang relevan dan tidak sesuai dengan kebutuhan dunia usaha atau dunia industri.Perguruan Tinggi juga belum sepenuhnya dapat melahirkan lulusan-lulusan berkualitas yang memiliki daya saing mumpuni.

Di Indonesia, perguruan tinggi (khususnya PTN) dikelola dalam lingkungan birokrasi pemerintahan dengan ketergantungan yang sangat tinggi terhadap anggaran pemerintah. Dengan kata lain, peningkatan daya saing PT dilakukan dengan menggunakan strategi, prosedur dan akuntabilitas yang umum berlaku dalam birokrasi pemerintahan.

Dari perspektif fungsional, akuntabilitas dilihat sebagai suatu tingkatan dengan lima tahap yang berbeda yang diawali dari tahap yang lebih banyak membutuhkan ukuran-ukuran obyektif (legal compliance) ke tahap yang membutuhkan lebih banyak ukuran-ukuran subyektif . Tahap-tahap tersebut adalah6:

1. Probity and legality accountability Hal ini menyangkut pertanggungjawaban penggunaan dana sesuai dengan anggaran yang telah disetujui dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (compliance).

2. Process accountability Dalam hal ini digunakan proses, prosedur, atau ukuran-ukuran dalam melaksanakan kegiatan yang ditentukan (planning, allocating and managing).

3. Performance accountability Pada level ini dilihat apakah kegiatan yang dilakukan sudah efisien (efficient and economy).

(10)

6

5. Policy accountability Dalam tahap ini dilakukan pemilihan berbagai kebijakan yang akan diterapkan atau tidak (value).

Berbicara terkait Akuntabilitas, dalam pengelolaan sebuah perguruan tinggi merupakan hal yang sangat penting dalam keberlangsungan PT untuk memperoleh kepercayaan dari orang tua, pemerintah, para pekerja dan masyarakat terhadap penyelenggaraan PT. Sehubungan dengan ini, masyarakat mempunyai hak untuk mengetahui bagaimana universitas mempertahankan dan memonitor mutu dari kegiatannya, apa ukuran ukuran yang digunakan untuk mengidentifikasi dan bagaimana mengatasi kemungkinan inefisiensi, serta sejauh mana universitas dapat memberikan respon mengenai kebutuhan masyarakat yang berubah ubah. Hal ini dikarenakan PT harus dapat secara eksplisit meyakinkan para pelanggannya bahwa pelayanan akademik (pendidikan, riset, pengabdian masyarakat) yang dihasilkan benar benar bemutu.

(11)

lulusan berprofesi manajer bank, konsultan manajemen, akuntan publik pada FE. Di samping itu juga bertujuan untuk mengungkap bagaimana upaya peningkatan akuntabilitas mutu pelayanan.

Sedangkan alasan pemilihan latar penelitian dikarenakan UIN Malang menerapkan budaya akademik yang merupakan sintesis antara tradisi universitas dan pesantren. Sebagaimana telah tercantum dalam Statuta Universitas Islam Negeri (UIN) Malang Nomor 137 Tahun 2008, Universitas ini memiliki visi menjadi universitas islam termuka dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran, penelitan dan pengabdian kepada masyarakat untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kedalaman spiritual, keluhuran akhlak, keluasan ilmu, dan kematanagan prefesional, dan menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang bernfaskan islam serta menjadi penggerak kemajuan masyarakat. Melalui model pendidikan semacam ini merupakan bentuk pelayanan dan penghargaan kepada penggali ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni yang bercirikan Islam sehingga diharapkan akan lahir lulusan yang berpredikan

ulama yang intelek profesional dan atau intelek profesional yang ulama. Oleh sebab itu tidak menjadi hal yang mengejutkan bila keputusan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi No 032 tentang Nilai dan Peringkat Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi menyatakan bahwa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Terakreditasi dengan nilai 364 Peringkat A.

(12)

8

salah satu prinsip pertanggung-jawaban dekan atas penyelenggaraan institusi, fakultas tersebut telah membentuk sistem monitoring dan evaluasi internal dan eksternal dalam sertifikasi ISO 9001-2008. Dari alasan inilah yang menjadikan UIN Malang sebagai latar penelitian sebagai Pendidikan Tinggi yang memiliki layanan prima dan perkembangan PT yang semakin maju. B. Fokus Penelitian

Berdasarkan konteks penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka peneliti dapat memfokuskan penelitian ini pada manajemen akuntabilitas mutu pelayanan pembelajaran khususnya dalam meningkatkan kualitas lulusan di setiap fakultas. Dari fokus penelitian tersebut kemudian dijabarkan menjadi sub-fokus agar lebih operasional sebagaimana dirumuskan berikut:

1. Bagaimana menetapkan standar mutu pelayanan pembelajaran di FITK dan FE Universitas Islam Negeri Maliki Malang?

2. Bagaimana pelaksanaan pemenuhan standar mutu pelayanan pembelajaran di FITK dan FE Universitas Islam Negeri Maliki Malang?

3. Bagaimana mengukur standar mutu pelayanan pembelajaran di di FITK dan FE Universitas Islam Negeri Maliki Malang?

4. Bagaimana melaporkan kinerja pelayanan pembelajaran di FITK dan FE Universitas Islam Negeri Maliki Malang?

C. Tujuan Penelitian

(13)

1. Mendeskripsikan proses menetapkan standar mutu pelayanan pembelajaran di FITK dan FE Universitas Islam Negeri Maliki Malang

2. Mendeskripsikan pelaksanaan pemenuhan standar mutu pelayanan pembelajaran di FITK dan FE Universitas Islam Negeri Maliki Malang.

3. Mendeskripsikan cara mengukur standar mutu pelayanan pembelajaran di di FITK dan FE Universitas Islam Negeri Maliki Malang. 4. Mendeskripsikan upaya melaporkan kinerja pelayanan

pembelajaran di FITK dan FE Universitas Islam Negeri Maliki Malang.

D. Manfaat Penelitian

(14)

10

1. Manfaat teoritis

a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya manajemen pendidikan dalam manajemen akuntabilitas layanan akademik dalam meningkatkan mutu perguruan tinggi.

b. Menemukan temuan baru yang berkaitan dengan manajemen pendidikan dalam manajemen akuntabilitas layanan akademik dalam meningkatkan mutu perguruan tinggi.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan gambaran yang menyeluruh bagi para

middle manager yang berkecimpung di dunia pendidikan tentang arti pentingnya akuntabilitas layanan akademik dalam meningkatkan mutu perguruan tinggi khususnya perguruan tinggi islam. b. Bagi praktisi pendidikan, penelitian ini diharapkan

dapat memberikan problem solving atas permasalahan yang di alami lembaga pendidikan terkait peningkatan mutu suatu lembaga pendidikan.

(15)

E. Orisinalitas Penelitian

Penelitian yang bertajuk pada manajemen akuntabilitas mutu pelayanan pembelajaran di perguruan tinggi pernah diteliti sebelumnya. Akan tetapi titik fokus yang diteliti pada penelitian ini masih relatif baru. Hal ini dapat diketahui dari hasil penelusuran peneliti dalam mengakaji penelitian-penelitian terdahulu.

Berikut hasil penelitian terdahulu yang berhasil ditelusuri peneliti, antara lain:

1. Heni Sukrisno, 2008. “Hubungan Antara Responsibilitas Manajemen Akuntabilitas Mutu Pelayanan, Budaya Mutu, Pembelajaran Organisasi,

Kinerja Tim dengan Keefektifan Sistem Penjaminan Mutu pada

Universitas Swasta di Surabaya”, (Disertasi:Universitas Negeri Malang).

Hasil penelitian Heni Sukrisno menunjukkan bahwa semakin tinggi akuntabilitas maka semakin tingggi pula efektivitas penjaminan mutu dan diikuti makin tingginya organisasi pembelajaran.

2. Aisah Yuniarti, 2014. “Manajemen layanan akademik di SMA Islam Terpadu MusykaAl- Anwar dan SMA 2 Darul Ulum Jombang”

(16)

12

pelayanan administrasi yang cepat mudah, guru dan karyawan memakai prinsip bekerja adalah ibadah, meemnuhi standar layanan yang diharapkan pelanggan.

3. Heni Sukrisno. “Akuntabilitas Mutu Pelayanan Perguruan Tinggi.

(Jurnal:Universitas Wijaya Kusuma Surabaya). Dari hasil jurnal yang telah diteliti oleh Heni Sukrisno, apabila ditinjau dari pola peningkatan mutu pelayanan akademik terlihat bahwa ketiga fakultas (FK, FH, FBS) yang ada di Universitas Janur Kuning memiliki kesamaan dalam polanya yaitu alngkah langkah dalam upaya melakukan peningkatan mutu pelayanan akademiknya yakni dengan membentuk unit penjaminan mutu, mengadakan pelatihan dalam peningkatan keterampilan dan kompetendi di bidangnya, mendorong peningkatan jabatan akademik, melakukan pengembangan kurikulum, melakukan perbaikan jadwal kegiatan pelajaran dan ujian, melakukan kegiatan kegiatan yang melibatkan para dosen , mahasiswa dan juga karyawan.

4. Alip, M. 2003. Akuntabilitas Manajemen Pendidikan Tenaga Keguruan Untuk Sekolah Menengah Kejuruan, Studi Multi Kasus Pada Univ.

(17)

Adapun persamaan, perbedaan serta originalitas penulis tunjukkan dalam tabel berikut ini:

Tabel 1.1

Persamaan dan Perbedaan Penelitian ini dengan Penelitian Terdahulu

N

o Judul Penelitian Persamaan Perbedaan OrisinalitasPenelitian 1. Heni Sukrisno, 2008.

Hubungan Antara 2. Aisah Yuniarti, 2014.

(18)
(19)

ran PT)

Upaya institusi pendidikan dalam merencanakan, melaksanakan, mengukur serta melaporkan program yang telah dijalankan dan hasil yang telah dicapai secara periodik untuk dapat dievaluasi dan juga dimonitoring serta dapat mengatasi problem yang terjadi.

2. Pelayanan Pembelajaran

(20)

16

mengenai perkuliahan yang akurat kepada stakeholder

sebagai pelanggan. G. Sistematika Penulisan

Agar dalam penelitian ini dapat memperoleh gambaran yang jelas dan menyeluruh, maka sistematika penulisannya dapat dirinci sebagaimana berikut:

BAB I Pendahuluan, pada bab ini dipaparkan tentang: konteks penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, orisinalitas penelitian, dan definisi istilah. Dalam hal ini untuk memberikan gambaran awal tentang kondisi akuntabilitas akademik lembaga pendidikan tinggi,

BAB II Kajian pustaka, pada bab ini dipaparkan tentang kajian teori yang meliputi: Konsep Akuntabilitas dalam dunia pendidikan, Konsep mutu pelayanan pembelajaran. Bab ini bertujuan sebagai rujukan dalam membantu peneliti dalam menyelesaikan bab selanjutnya

Bab III Mengemukakan metode penelitian, yang berisi tentang pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, kehadiran peneliti, data dan sumber data, pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan temuan, dan tahap-tahap penelitian.

(21)

Bab V Pada bab ini berisikan diskusi hasil penelitian tentang Manajemen Akuntabilitas Mutu Pelayanan Pembelajaran di Universitas Islam Negeri Maliki Malang khususnya pada Fakultas FITK dan Fakultas Ekonomi.

(22)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Konsep Manajemen Pendidikan 1. Pengertian Manajemen Pendidikan

Manajemen Pendidikan terdiri dari dua paduan kata yaitu manajemen dan pendidikan. Secara sederhana manajemen pendidikan dapat diartikan sebagai manajemen yang diterapkan dalam bidang pendidikan dengan spesifikasi dan ciri ciri khas yang berkaitan dengan pendidikan7. Oleh karena itu, pemahaman tentang manajemen pendidikan menuntut pula pemahaman tentang manajemne secara utuh. Dari segi bahasa, manajemen berasal dari kata manage (to manage) yang berarti “to conduct or to carry on , to direct”. Dalam kamus Inggris-Indonesia, kata

manage diartikan “Mengurus, mengatur, mengelola, melaksanakan”(John Echols)8. Sementara itu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, manajmene diartikan “Proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran”. Adapun dari segi istilah, banyak ahli telah memberikan pengertian manajemen, dengan formulasi yang berebda beda. Seperti halnya pendapat yang dikemukakan oleh George R. Terry, Ia mengartikan manajemen sebagai sebuah proses yang khas, yang terdiri dari tindakan tindakan: Perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan, dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya

(23)

manusia serta sumber sumber lainnya.9 Dengan memperhatikan beberapa pendapat diatas. jelas sekali bahwa terdapat perbedaan formulasi akan tetapi memiliki prinsip yang sama yakni bahwa seluruh aktivitas yang dilakukan adalah dalam rangka mencapai suatu tujuan dengan memanfaatkan seluruh sumber daya yang ada. Oleh karena itu terdapat beberapa prinsip yang menjadi benang merah dari pengetian maanejemen yakni :

a. Manajemen merupakan suatu kegiatan

b. Manajemen menggunakan atau memanfaatkan pihak pihak lain c. Kagiatan ini diarahkan untuk mencapai sebuah tujuan.

Setelah mengetahui pengetian manajemen, maka tampak jelas setiap organisasi termasuk organisasi pendidikan seperti perguruan tinggi akan sangat memerlukan manajemen untuk mengatur/ mengelola kerja sama agar dapat mencapai pada tujuan pendidikan. Sehingga pengertian manajemen dalam dunia pendidikan / manajemen pendidikan ialah sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin, mnegendalikan tenaga pendidikan, sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan mengembangkan manusia10 seutuhnya. Engkoswara , mendefinisikan manajemen pendidikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari bagaimana menata sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara produktif dan bagaimana menciptakan suasana yang baik bagi manusia yang turut serta di dalam

(24)

20

mencapai tujuan yang telah disepakati bersama11. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen pendidikan suatu bentuk penerapan manajemen dalam mengelola, mengatur dan mengalokasikan sumber daya yang ada di dunia pendidikan dalam pencapaian tujuannya.

Pada dasarnya ajaran islam yang tertuang dalam Al-Qur’an dan As Sunnah juga Ijma’ ulama banyak mengajarkan tentang kehidupan yang serba terarah dan teratur12. Pijakan ajaran islam tersebut tidak hanya terarah pada ibadah yang besifat vertikal saja. akan etapi dalam sumber agamaislam juga dijelaskan bagi umat manusia akan ibadah ibadah yang sifatnya horisontal. Teori dan konsep manajemen yang digunakan saat ini sebenarnya bukan hal yang baru dalam perspektif islam. Manajemen itu telah ada paling tidak ketika Allah menciptakan alam semesta beserta isinya. Unsur-unsur manajemen dalam pembuatan alam serta makhlukmakhluknya lainnya tidak terlepas dengan manajemen langit. Ketika Nabi Adam sebagai khalifah memimpin alam raya ini telah melaksanakan unsur-unsur manajemen tersebut. Contoh kecil realisasi manajemen seperti digambarkan oleh makhluk ciptaan Allah berupa semut. Dalam menjalankan hidupnya semut termasuk diantara makhluk yang sangat solid dan berkomitmen menjalankan roda kehidupannya dengan menggunakan manajemen, tentunya versi semut. Keteraturan dan komitmen semut dalam kinerjanya sangat solid dan penuh kepatuhan.

11 Engkoswara, Paradigma Manajemne Pendidikan Menyongsong Otonomi Daerah. (Bandung: Yayasan Amal Keluarga) Hlm 2

(25)

Manajemen sebagai konektivitas suatu kegiatan yang melibatkan beberapa pihak untuk dapat diarahkan mencapai suatu tujuan . Konsep manajemen dalam islam menurut S. Mahmud Al-Hawary manajemen (al-idarah) adalah mengetahui kemana yang dituju, kesukaran apa yang harus dihindari, kekuatan-kekuatan apa yang dijalankan dan bagaimana mengemudikan kapal anda serta anggota dengan sebaik-baiknya tanpa pemborosn waktu dalam proses mengerjakannya13.

Menurut Ketua Dewan Penasihat Majelis Ulama Indonesia, Prof KH Ali Yafie, dalam Islam manajemen dipandang sebagai perwujudan amal soleh yang harus bertitik tolak dari niat baik. Niat baik tersebut akan memunculkan motivasi aktivitas untuk mencapai hasil yang bagus demi kesejahteraan bersama14. Dari ta’rif di atas memberi gambaran bahwa manajemen merupakan kegiatan, proses dan prosedur tertentu untuk mencapai tujuan akhir secara maksimal dengan bekerja sama sesuai jobnya masing-masing. Maka kebersamaan dan tujuan akhirlah yang menjadi fokus utama.

2. Lingkup Manajemen Pendidikan

Lingkup manajemen pendidikan menggambarkan sudut pandang terhadap manajemen pendidikan itu sendiri. Substansi yang menjadi

13 Effendy, Ek. Mochtar. Manajemen; Suatau Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam. Jakarta: Bharata Karya Aksara. 1986

(26)

22

lingkup manajemen pendidikan adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian meliputi pemantauan penilaian dan juga pelaporan15. Adapun ruang lingkup manajemen pendidikan sebagai tugas atau sebagai manajemen perguruan tinggi secara rinci sebagaimana diungkapkan Engkoswara, dapat dilihat dalam tabel berikut16:

Perorangan

Garapan

Fungsi SDM SB SFD

Perencanaan Pelaksanaan Pengawasan

Kelembagaan

Gambar diatas menunjukkan suatu kombinasi antara fungsi manajemen (sudut pandang proses) dengan bidang garapan (sudut pandang substansi kerja) yakni Sumber daya manusia (SDM), Sumber belajar (SB), dan Sumber Fasilitas dan Dana (SFD) , sehingga tergambar apa yang sedang dikerjakan dalam konteks manajemen pendidikan dalam upaya untuk mencapai tujuan pendidikan secara Produktif (TPP) baik untuk perorangan maupun kelembagaan.

3. Fungsi Manajemen Pendidikan

Fungsi manajemen pendidikan pada prinsipnya sama dengan fungsi manajemen secara umum. Dari sudut pandang lingkup, fungsi fungsi manajemen pendidikan sama halnya dengan sudut pandang proses. Oleh karena itu, fungsi manajemen pendidikan adalah sama dengan fungsi manajemen secara umum.

15 Mulyono, Manajemen Administrasi Dan Organisasi Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008)

16 Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan...Hlm 14

(27)

Dalam konteks peningkatan mutu pendidikan, fungsi fungsi manajemen pendidikan sering menerapkan model siklus dari Deming (Deming Cycle) yang terdiri dari17:

a. Plan (Merencanakan / perencanaan) b. Do (Melaksanakan/pelaksanaan) c. Check (Pengecekan/perbaikan) d. Act (Penindaklanjutan)

Fungsi fungsi tersebut merupakan suatu siklus yang berkesinambungan yang digambar sebagai berikut:

Implikasinya adalah bahwa dalam manajemen pendidikan diperlukan upaya untuk melakukan perbaikan terus menerus dan upaya ini pada dasarnya merupakan prinsip dasar dari manajemen mutu termasuk manajemen mutu pendidikan yang telah menjadi paradigma penting dalam membangun pendidikan. Meskipun demikian, fungsi fungsi manajemen yang disampaikan oleh para pakar tetap dapat bermanfaat dalam upaya mengelola pendidikan, sesuai dengan konteks organisasi serta kultur organisasi yang ada, karena secara esensial fungsi-fungsi yang dikemukakan para pakar lebih bersifat saling melengkapi.

17 Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan...Hlm 16

Plan

Do

Chec k Actio

(28)

24

B. Konsep Akuntabilitas Pendidikan

1. Definisi Manajemen Akuntabilitas Pendidikan

Akuntabilitas yang lahir sebagai buah dari era reformasi, sejatinya merupakan elemen penting bagi terciptanya aparatur negara yang bersih dan transparan. Hampir seluruh instansi dan lembaga-lembaga pemerintah di Indonesia, menekankan pentingnya fungsi administrasi kepemerintahan. Hadirya era reformasi, setidaknya memberikan harapan baru dalam implementasi akuntabilitas di Indonesia.

Jika kita cermati, upaya pemerintah untuk menyelenggarakan pemerintahan yang baik sudah terlihat. Hal ini ditandai dengan dikeluarkannya Undang Undang (UU) Nomor 28 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas KKN. Dalam UU tersebut juga diuraikan bagaimana azas akuntabilitas dalam penyelenggaraan negara dan pengelolaan pemerintahan. Jika dikaji dengan seksama dalam UU tersebut, bisa ditarik kesimpulan bahwa untuk mewujudkan suatu pemerintahan yang responsif, bebas KKN serta berkinerja, kondisi akuntabilitas merupakan sufficient condition atau kondisi yang harus ada.

(29)

baik terhadap implementasi akuntabilitas pendidikan agar dapat meningkatkan mutu dari pendidikan.

Manajemen berasal dari bahasa latin yakni dari kata manus yang berarti tangan, dan a gere yang berarti melakukan, kemudian digabung menjadi kata manager yang artinya menangani. Lalu diterjemah ke dalam bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage, dan dalam bentuk kata benda menjadi management. adapun dalam bahasa Indonesia menjadi manajemen yang berarti pengelolaan18.

Secara umum, pengertian manajemen adalah merupakan sebuah proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya19. Istilah manajemen mengacu kepada sebuah proses pelaksanaan aktifitas yang untuk mencapai hasil yang efisien. Secara sederhana manajemen merupakan sebuah strategi pemberdayaan potensi untuk mengarah kepada sebuah sasaran dan tujuan.

Sedangkan definisi akuntabilitas telah dikemukakan oleh beberapa ahli. Dalam bahasa Inggris kata akuntabilitas disebut dengan

accountability yang diartikan sebagai “yang dapat dipertanggungjawabkan”. Akuntabilitas merupakan upaya peningkatan dari rasa tanggung jawab – suatu yang lebih tinggi mutunya dari suatu tanggung jawab sehingga memuaskan atasan. Dalam definisi lain akuntabilitas adalah kondisi seseorang yang dinilai oleh orang lain, karena

18 Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktek Dan Riser Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) Hlm 4

(30)

26

kualitas performa / kinerja dalam menyelesaikan tugas yang menjadi bidang garap dan tanggung jawabnya20. Berikut dibawah ini definisi akuntabilitas yang dikemukakan oleh beberapa ahli:

a. Menurut LAN, Akuntabilitas merupakan kewajiban untuk menyampaikan pertanggung jawaban atau untuk menjawab, menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/ badan hukum/ pimpinan kolektif suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggung jawaban21.

b. Menurut McAshan, akuntabilitas merupakan kondisi seseorang yang dinilai oleh orang lain karena kualitas kinerjanya dalam menyelesaikan tujuan yang menjadi tanggung jawabnya22.

c. Menurut Romzek & Ingraham, akuntabilitas dalam arti fundamental, merujuk kemampuan memberi jawaban kepada seseorang, terkait dengan kinerja yang diharapkan. Seseorang yang diberikan jawaban ini tentu bukan orang biasa. Akan tetapi, ia haruslah memiliki legitimasi untuk melakukan pengawasan dan mengharapkan kinerja dari yang diawasinya23.

Berdasarkan beberapa definisi tentang akuntabilitas sebagaimana yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas merupakan

20Agus Wibowo, Akuntabilitas Pendidikan (Upaya Meningkatkan Mutu Dan Citra Sekolah) (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013) Hlm 44

21Lembaga Administrasi Negara, Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. (Jakarta : Lembaga Administrasi Negara) Hlm 3

22Agus Wibowo, Akuntabilitas Pendidikan (Upaya Meningkatkan Mutu Dan Citra Sekolah) (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013) Hlm 44

(31)

sistem yang saling berkeinambungan antara satu komponen dengan komponen yang lain yang saling berkaitan secara sistematis sebagai bentuk pertanggungjawaban atas hasil kinerja dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditentukan.

Moch Alip mengemukakan bahwa akuntabilitas pendidikan juga dapat diartikan sebagai pertanggung jawaban atas keberhasilan proses belajar mengajar dan perkembangan peserta didik dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Pertanggungjawaban ini termasuk adanya kesediaan untuk disalahkan tatkala terjadi kegagalan dalam proses pendidikan tersebut. Singkatnya, akuntabilitas pendidikan merupakan kesediaan memberikan keterangan kepada pihak-pihak yang memiliki hak dan kewenangan untuk menanyakannya. Pihak-pihak yang berwenang ini misalnya kepala dinas, walikota, BPKP, BPK dan stakeholders24.

Sementara dalam dunia Pendidikan Tinggi , akuntabilitas merupakan pertanggung jawaban lembaga pendidikan tinggi negeri dalam hal ini kepada pemerintah atau lembaga pendidikan swasta dalam hal ini pihak yayasan dalam pencapaian tujuan pendidikan. Merujuk pada definisi tersebut maka harus ada sebuah proses pengelolaan yang baik di PT akan dapat menjaga kepercayaan yang diberikan stakeholders kepada PT yang bersangkutan.

(32)

28

perguruan tinggi yang perlu disampaikan kepada publik/stakeholders.

Adapun akuntabilitas perguruan tinggi adalah perwujudan kewajiban perguruan tinggi untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan / kegagalan pelaksanaan rencana perguruan tinggi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Berdasarkan uraian definisi diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen akuntabilitas pendidikan merupakan kemampuan penyelenggara pendidikan dalam mempertanggungjawabkan perencanaan, pelaksanaan serta implementasi dalam mencapai tujuan dan sasaran pendidikan kepada stakeholder.

2. Tujuan dan Manfaat Akuntabilitas Pendidikan

...Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 12 Tahun 2012 tentang pendidikan tinggi menyebutkan bahwa pendidikan tinggi sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional memiliki peran strategis dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora serta pembudayaan dam pemberdayaan bangsa Indonesia yang berkelanjutan25. Sebagaimana instansi pemerintah lainnya, perguruan tinggi juga memiliki kewajiban melaporkan akuntabilitasnya atas penyelenggaraan dan pelaksanaan visi dan misi pendidikan baik kepada pemerintah dalam hal ini dinas pendidikan dan juga kepada masyarakat.

(33)

Untuk menjamin terselenggaranya proses dan layanan pendidikan yang berkualitas, diperlukan adanya sistem akuntabilitas kinerja pendidikan yang baik. Kinerja PT merupakan hasil kerja yang dicapai oleh seluruh sivitas akademika berdasarkan wewenang dan tanggung jawab yang diberikan oleh masyarakat dan pemerintah dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Hal ini juga disebutkan dalam UU Nomor 12 tahun 2012 pasal 78 tentang pendidikan tinggi. Dalam UU menyatakan26:

(1)Akuntabilitas Perguruan Tinggi merupakan bentuk pertanggungjawaban Perguruan Tinggi kepada masyarakat yang terdiri dari akuntabilitas akademik dan akuntabilitas nonakademik. (2) Akuntabilitas Perguruan Tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diwujudkan dengan pemenuhan standar nasional pendidikan tinggi. (3) Akuntabilitas perguruan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui sistem pelaporan tahunan. (4) Pelaporan tahunan akuntabilitas perguruan tingi dipublikasikan kepada masyarakat.(5) Sistem pelaporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan. Untuk menjamin terselenggaranya proses dan layanan pendidikan yang berkualitas, diperlukan adanya sistem akuntabilitas kinerja perguruan tinggi yang baik.

....Menurut Slamet tujuan utama akuntabilitas pendidikan di perguruan tinggi adalah mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja perguruan tinggi sebagai salah satu syarat untuk terciptanya perguruan tinggi yang baik dan terpecaya. selain itu, tujuan akuntabilitas adalah menilai kinerja perguruan tinggi dan kepuasan masyarakat terhadap pelayanan pendidikan yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi untuk mengikutsertakan masyarakat dalam pengawasan pelayanan pendidikan

(34)

30

dan untuk mempertanggung jawabkan komitmen pelayanan pendidikan kepadaa masyarakat27.

Menurut ahli pendidikan, akuntabilitas tujuan utamanya adalah mendorong tumbuh dan berkembangnya akuntabilitas kinerja perguruan tinggi, sebagai salah satu prasyarat perguruan tinggi yang baik dan terpecaya. penyelenggara perguruan tinggi harus memahami bahwa mereka mempertanggung jawabkan hasil kerja kepada masyarakat pengguna layanan28. Yang lebih penting lagi, tujuan akuntabilitas pendidikan adalah untuk menilai kinerja perguruan tinggi dan kepuasan masyarakat terhadap pelayanan pendidikan yang telah diselenggarakan oleh perguruan tinggi, untuk mengikutsertakan dalam pengawasan layanan pendidikan dan untuk mempertanggung jawabkan komitmen perguruan tinggi dalam memberikan pelayanan pendidikan kepada masyarakat29.

Manfaat lain dari akuntabilitas pendidikan adalah mampu membatasi ruang gerak terjadinya perubahan dan pengulangan dan revisi perencanaan. Sebagai alat kontrol, akuntabilitas memberikan kepastian pada aspek aspek penting perencanaan, antara lain30:

a. Tujuan dan Kinerja yang ingin dicapai

b. Program atau tugas yang harus dikerjakan untuk mencapai tujuan c. Cara atau performan pelaksanaan dalam mengerjakan tugas

27 Slamet Ph, Karakteristik Kepala Sekolah Yang Tangguh.” Jurnal Pendidikan, Jilid 3 No 5 Tahun 2000 Hlm 21

28Agus Wibowo, Akuntabilitas Pendidikan (Upaya Meningkatkan Mutu Dan Citra Sekolah) (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013) Hlm 69

29 Agus Wibowo, Akuntabilitas Pendidikan (Upaya Meningkatkan Mutu Dan Citra Sekolah) (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013) Hlm 70

(35)

d. Alat dan Metode yang sudah jelas, dana yang dipakai dan lama bekerja yang semuanya telah tertuang dalam bentuk alternatif penyelesaian yang sudah pasti

e. Lingkungan perguruan tinggi tempat program dilaksanakan f. Insentif terhadap pelaksana sudah ditentukan secara pasti.

Pelaksanaan akuntabilitas yang baik, merupakan salah satu prasyarat bagi Perguruan Tinggi untuk mewujudkan aspirasi stakeholders.

Akuntabilitas sebagai bentuk pertanggungjawaban yang diberikan oleh lembaga pendidikan secara objektif dan transparan merupakan informasi yang sangat berharga bagi orang tua, masyarakat maupun pemerintah yang dapat meningkatkan kredibitas lembaga sehingga pada gilirannya akan tumbuh atau peran serta stakeholder dalam penyelenggaraan pendidikan.

3. Siklus Akuntabilitas Pendidikan

(36)

32

berlandaskan pada konsep manajemen berbasis kinerja. Adapun tahapan dalam siklus manajemen berbeasis kinerja adalah sebagai berikut32: a. Penetapan perencanaan strategik yang meliputi penetapan visi dan

misi organisasi serta strategic performance objectives.

b. Penetapan ukuran ukuran kinerja atas perencanaan stratejik yang telah ditetapkan kemudian diikuti dengan pelaksanaan kegiatan organisasi. c. Pengumpulan data kinerja (termasuk proses pengukuran kinerja )

menganalisisnya, mereviu dan melaporkan data tersebut

d. Manajemen organisasi menggunakan data yang dilaporkan tersebut untuk mendorong perbaikan kinerja, seperti melakukan perubahan perubahan dan koreksi koreksi dan atau melakukan penyelarasan (fine-tuning) atas kegiatan organisasi. ketika proses perubahan, koreksi, dan penyelarasan yang dibuuhkan telah ditetapkan, maka siklus akan berulang lagi.

Adapun skema mengenai siklus Manajemen Berbasis Kinerja menurur Sjahruddin Rasul dapat dilihat sebagai berikut33:

32 Agus Wibowo, Akuntabilitas Pendidikan (Upaya Meningkatkan Mutu Dan Citra Sekolah) (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013) Hlm 72

(37)

Dalam sistem akuntabilitas kinerja juga mempergunakan mekanisme, aturan dan kaidah kaidah sebagaimana halnya akuntabilitas instansi pemerintah lainnya. Adapun tahapan tahapan dalam sistem akuntabilitas kinerja perguruan tinggi adalah sebagamana berikut34:

a. Penetapan perencanaan stratejik b. Pengukuran kinerja

c. Pelaporan kinerja

d. Pemanfaatan informasi kinerja bagi perbaikan kinerja secara berkesinambungan

Adapun siklus akuntabilitas kinerja dapat digambarkan sebagai berikut35:

34 Agus Wibowo, Akuntabilitas Pendidikan (Upaya Meningkatkan Mutu Dan Citra Sekolah) (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013) Hlm 72

35 Agus Wibowo, Akuntabilitas Pendidikan (Upaya Meningkatkan Mutu Dan Citra Sekolah) (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013) Hlm 72

(38)

34

Bagan 2.2 Siklus Akuntabilitas Kinerja Perguruan tinggi

Perancanaan stratejik tersebut kemudian dijabarkan dalam perencanaan kinerja tahunan dibuat setiap tahun. rencana kinerja ini mengungkapkan seluruh target kinerja yang ingin dicapai (output / outcome) dari seluruh sasaran statejik dalam tahun yang bersangkutan, serta strategi untuk mencapainya. Rencana kinerja ini juga merupakan tolak ukur yang akan digunakan dalam penilaian kinerja perguruan tinggi, untuk suatu periode tertentu.

(39)

tersebut dilaporkan kepada pihak yang berkepentingan atau yang meminta, dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Perguruan tinggi. Tahap terakhir, informasi yang termuat dalam laporan tersebut dimanfaatkan bagi perbaikan kinerja perguruan tinggi secara berkesinambungan.

Made Pidarta (2015), akuntabilitas pendidikan ditujukan menurut urutan sebagai berikut:

1. Misi/ tujuan perencanaan. Sama halnya dengan pada pendidikan akuntabilitas terutama ditujukan pada pencapaian tujuan yaitu perkembangan para mahasiswa. maka dalam perencanaan pendidikan akuntabilitas juga terutama ditujukan kepada pencapaian tujuan perencanaan. Sebabmaksud mengadakan perencanaan adalah untuk mendapatkan hasil yang tertuang daam wujud tujuan atau misi untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan sebelumnya

(40)

36

personalia tersebut diatas. Akuntabilitas ditujukan kepada konsep atau desain perencanaan.

3. Implementasi dan aplikasi perencanaan. Bila konsep perencanaan pendidikan sudah selesai dibuat secara akuntabel, maka gilirannya akuntabilitas ditujukan kepada implementasi atau uji coba konsep tersebut beserta aplikasinya dalam wilayah yang lebih luas setelah perencanaan itu berhasil.

Sedangkan Furhman (1999) rencana rencana akuntabilitas umumnya menyangkut tiga komponen:

1. Standar untuk mengidentifikasi pengetahuan dan keterampilan mata pelajaran untuk dipelajari.

2. Tes yang disejajarkan dengan standar. Menggunakan tes pada sistem akuntabilitas untuk menentukan apakah standar telah dipenuhi dan untuk mengevaluasi inisiatif perbaikan kualitas PT 3. Akibat dari membedakan tingkat pencapaian tujuan. Anggapan

yang mendasari komponen ini adalah bahwa memberikan penghargaan atas keberhasilan sekolah, para pendidik, dan siswa akan mendorong kinerja yang bagus serta memperkuat motivasi.

4. Prinsip-prinsip baru Akuntabilitas Pendidikan

(41)

perguruan tinggi. Prinsip baru menurut McAdam secara lengkap tertuang pada tabel berikut ini:

Tabel 2.1. Prinsip-prinsip Baru Akuntabilitas Pendidikan (Sumber : Agus Wibowo, 2013)

N

o Prinsip Isu dan Penerapan

1. Sistem akuntabilitas daerah berkaitan dengan teori aksi komprehensif yang mencakup unsur-unsur reformasi berbasis standar, pemberdayaan seolah dan kapasitas perguruan tinggi dan dinas pendidikan dalam mencapai kinerja tertinggi. Sistem

akuntabilitas bertujuan untuk meningkatkan pengajaran dan pembelajaran sehingga setiap bagian dari sistem mengarahkan orientasi kerjanya untuk

mendukung pencapaian tersebut

- Apa terdapat cara penggunaan data

2. Perguruan tinggi merupakan unit utama dari akuntabilitas.

(42)

38

dicapai? 3. Seluruh siswa dinilai di setiap

tingkat setiap tahunnya dengan menggunakan tes standar yang dirancang sedemikian rupa sejalan dengan muatan kurikulum yang berlaku,bersifat valid dan reliable. pelaksanaan penilaian dilakukan

konsekuensi, baik posiitif maupun negatif untuk perguruan tinggi maupun setiap orang didalam sistem. setiap hal mengenai akuntabilitas, struktur, proses, informasi tentang penilaian, hasil penilaian, rating akuntabilitas dan sebagainya sebaiknya

dikomunikasikan dalam bahasa yang mudah dipahami baik untuk staf dinas pendidikan, orang tua dan juga masyarakat.

(43)

C. Pembelajaran Perguruan Tinggi

1. Mutu Pelayanan Pembelajaran Saat Ini

Menurut penuturan Umedi (Depdiknas, 1999) peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia36. Karena menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, pemerintah bersama kalangan swasta sama sama telah dan terus berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas. Permendikbud No. 49 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, Program Studi dituntut untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan kualifikasi KKNI.

Namun nyatanya, kondisi pembelajaran di program studi/ perguruan tinggi masih cukup beragam. Perguruan tinggi yang telah menjalankan sistem penjaminan mutu dengan baik dari level institusi sampai program studi umumnya telah melaksanakan pembelajaran yang berbasiskan capaian pembelajaran, namun masih terdapat permasalahan utama yang dialami Perguruan Tinggi. Permasalahan tersebut meliputi37:

a. Kurangnya pemahaman tentang esensi dari kurikulum dalam sistem pendidikan

b. Kurangnya persiapan dosen di dalam menyiapkan perangkat pembelajaran sebelum melakukan pembelajaran;

c. Ketidakjelasan rumusan capaian pembelajaran; d. Ketidakjelasan strategi dan metode pembelajaran;

(44)

40

e. Ketidakjelasan apakah pilihan strategi dan metode pembelajaran merupakan pilihan yang tepat untuk memunculkan capaian pembelajaran yang telah ditetapkan;

f. Materi pembelajaran umumnya disusun tidak mengikuti taksonomi dimensi pengetahuan yang akan dicapai dan dimensi proses kognitif urutan serta cara penyampaiannya.

g. Pola proses dosen aktif dan mahasiswa pasif

h. Aktivitas asesmen cenderung pada pemberian skor/nilai kepada mahasiswa dari pada memberikan tuntunan untuk membuka potensinya;

i. Instrumen untuk melakukan asesmen cenderung mencirikan penilaian sumatif dari pada penilaian formatif.

Melihat kondisi diatas, hal ini mengindikasikan bahwa dalam melaksanakan proses pembelajaran yang baik, masih ada beberapa dosen yang kurang pemahamannya atau dosen kurang perduli terhadap capaian pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, serta cara penilaian yang tepat. Sistem pembelajaran merupakan bagian penting untuk mampu menghasilkan lulusan yang berdaya saing tinggi. Sistem pembelajaran yang baik mampu memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa untuk membuka potensi dirinya dalam menginternalisasikan

(45)

benar. Dosen diharapkan dapat menerima kesalahan dalam proses pembelajaran sebagai hal yang wajar dan memotivasi untuk memperbaiki secara terus menerus. Jadi proses pembelajaran yang diterapkan benar‐ benar menyatu dengan materi pembelajaran yang diformat sesuai dengan dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif secara benar menurut empat pilar pembelajaran. Dengan demikian proses pembelajaran memiliki karakteristik yang mencerminkan sifat interaktif, holistik, integratif, saintifik, kontekstual, tematik, efektif, kolaboratif, dan berpusat pada mahasiswa.

2. Sistem Pendidikan Tinggi di Indonesia

Apabila ditinjau dari dimensi korporasi, PT memberikan pelayanann di bidang pendidikan tinggi, maka produk utama PT adalah ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan melalui proses belajar-mengajar, penelitian dan pengabdian masyarakat. Dengan demikian, PT harus mampu memberikan jasa yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan, terutama mahasiswa dan dunia kerja. Pencapaian hasil maksimal tentu akan melekatkan predikat PT bermutu pada PT yang bersangkutan.

Menurut Diknas, sistem pendidikan tinggi di Indonesia meliputi 4 pokok yaitu (1) Input; (2) Proses; (3) Output; dan (4) Outcomes38. Input Perguruan Tinggi (PT) adalah lulusan SMA, MA, dan SMK sederajat

(46)

42

yang telah terdaftar sebagai mahasiswa di perguruan tinggi untuk memperoleh pengalaman belajar di Perguruan Tinggi. Setelah mendaftarkan diri dan resmi menjadi mahasiswa, tahapan selanjutnya adalah menjalani proses pembelajaran. Donosaputra (1990) menyatakan bahwa final product suatu lembaga pendidikan tinggi pada hakikatnya dihasilkan dalam ruang kuliah, dalam proses pendidikan, dan dalam laboratorium serta proses penelitian39. Proses pembelajaran dilakukan melalui proses pembelajaran yang mengembangkan kemampuan belajar mandiri dalam bentuk kuliah, seminar, simposium, diskusi panel, lokakarya, praktika, dan kegiatan ilmiah lainnya. Proses pembelajaran secara rinci juga dijelaskan dalam PP No. 19 tentang SNP yang berbunyi40:

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratifn menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif , serta memberikan ruang yang cukup prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Proses pembelajaran yang baik memiliki unsur yang baik dalam beberapa hal, yaitu: (1) capaian pembelajaran (learning outcomes) yang jelas; (2) Organisasi PT yang sehat; (3) Pengelolaan PT yang transparan dan akuntabel; (4) Ketersediaan rancangan pembelajaran PT dalam bentuk dokumen kurikulum yang jelas dan sesuai kebutuhan pasarkerja; (5) Kemampuan dan ketrampilan SDM akademik dan nonakademik yang handal dan profesional; (6) Ketersediaan sarana‐prasarana dan fasilitas

39

(47)

belajar yang memadai41. Oleh karena itu, untuk dapat mencapai kondisi tersebut, maka pembelajaran harus 1) direncanakan secara sistematis dengan merujuk pada perekmbangan mutakhir metode pembelajaran ; 2) mengembangkan belajar mandiri dan kelompok dengan proporsi yang wajar; 3) melaksanakan proses pembelajaran dengan metode yang bervariasi, inovatif dan tepat untuk mencapai tujuan perkuliahan, dengan cara yang efektif dan efisien dalam menggunakan fasilitas, peralatan dan alat bantu yang tersedia; 4) diperkaya melalui lintas kurikulum, hasil hasil penelitian dan penerapan. dengan memiliki keempat unsur tersebut, PT akan dapat mengembangkan iklim akademik yang sehat, serta mengarah pada ketercapaian masyarakat akademik yang profesional.

3. Manajemen Akuntabilitas Dalam Mutu Pelayanan Pembelajaran Setiap pekerjaan perlu memiliki alat kontrol agar pekerjaan itu berjalan sesuai dengan proses yang sudah ditentukan dan dapat memberikan hasil sebagaimana yang telah direncanakan. Dalam mutu pelayanan pembelajaran, akuntabilitas diartikan sebagai alat kontrol dalam pekerjaan pendidikan dan dalam perencanaan khususnya. Akuntabilitas akan bermuara pada peningkatan dari rasa tanggung jawab, suatu yang lebih tinggi mutunya dari suatu tanggung jawab sehingga memuaskan atasan42. Dengan adanya tangung jawab, usaha yang

41Tim Kurikulum Dan Pembelajaran Direktorat Pembelajaran Dan Kemahasiswaan Direktora t Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, Buku Kurikulum Pendidikan Tinggi. (Jakarta, 2014) Hlm 1-4

(48)

44

dibebankan dapat diselesaikan sebagaimana semestinya dan dalam waktu yang tepat.

Akuntabilitas berkaitan dengan perasaan puas semua pihak yang menaruh perhatian kepada pendidikan. Mulai dari pihak siswa/mahasiswa yang diajar, pihak masyarakat, pihak atasan, sampai dengan pihak yang memberi biaya pendidikan harus merasakan puas terhadap hasil pekerjaan bila pendidikan tersebut mendapat predikat akuntabilitas. Misalnya seorang dosen yang mengajar datang dan pulang tepat pada waktunya, frekuensi mengajar memenuhi syarat, memakai metode mengajar yang sesuai dengan materi yang diajarkan, memuaskan para mahasiswa karena pelajarannya dapat dipahami dengan baik, dan melakukan penilaian menurut peraturan yang berlaku.

Contoh akuntabilitas yang kedua yaitu menjelaskan dan mempertimbangkan kepada orang lain tentang keputusan dan tindakan yang diambil misalkan tindakan dekan atau kepala perguruan tinggi dalam membuat peraturan tata tertib bagi dosen/ guru dalam lembaga pendidikan. Tata tertib disini ialah sebagai pelengkap dari tata tertib yang sudah diberikan oleh pemerintah pusat yang perlu dibuat sendiri oleh fakultas atau perguruan tinggi. Misalnya apakah dosen/guru membuat persiapan di rumah atau lembaga.

(49)

sangat sukar mengontrol cara bekerja dan hasil pekerjaan orang lain. Para petugas pendidikan melakukan kontrol kepada atau menerima kontrak dari orang orang lain dengan kriteria tertentu. Sedangkan akuntabilitas sebagai model menunjukkan bahwa petugas petugas pendidikan dan orang orang yang menaruh perhatian dalam pendidikan membutuhkan diskusi atau komunikasi untuk mendapatkan kata sepakat tentang bagaimana melaksanakan pendidikan dan hasil pendidikan yang bagaimana diinginkan. Kesepakatan ini sudah tentu dalam wujud aturan, kriteria atau ukuran tertentu, sebagai bentuk yang bisa dipegang bersama. Dari pembahasan tentang pengertan akuntabilitas diperoleh elemen elemen yang terkandung di dalamnya yaitu rasa puas dari pihak pihak yang menaruh perhatian kepada pendidikan, model dialog dan kriteria/ukuran. Rasa puas itu sendiri adalah berasal dari kenyataan bahwa para petugas pendidikan mampu memenuhi kontak mereka sebagai hasil dialog sebelumnya, yaitu tetap dengan kriteria yang sudah ditentukan yang tercermin dalam kontrol yang dilakukan oleh pihak pihak lain tersebut. Jadi akuntabilitas itu sendiri adalah suatu keadaan performan para petugas pendidikan yang mempu bekerja dan memberikan hasil kerja yang tepat dengan kriteria yang sudah ditentukan bersama sehingga memberikan rasa puas kepada pihak pihak lain yang berekepentingan43

(50)

46

(51)

Dalam rangka memahami lebih lanjut penelitian ini, maka diperlukan pembahasan pada BAB III yang berisi pedoman metode penelitian yang dilakukan. Urutan pembahasannya adalah sebagai berikut:

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

(52)

48

Pendekatan kualitatif dipilih lantaran pendekatan kualiatif mampu memberikan deskripsi situasi yang kompleks dan arah penelitian selanjutnya terkait manajemen akuntabilitas. Penelitian ini memberikan penjelasan mengenai hubungan antara peristiwa dengan makna, terutama menurut persepsi partisipan, mendeskripsikan latar dan interaksi yang kompleks, eksplorasi untuk mengidentifikasi tipe-tipe informasi dan mendeskripsikan fenomena. Hal ini dikarenakan dalam penelitian ini lebih mengedepankan penggunaan metode pemaknaan terhadap fenomena yang di kaji dan berusaha menemukan teori yang didasarkan pada data yang diperoleh dilapangan dalam konteks pengamatan yang alami (natural observation) sebagai sumber data langsung.

(53)

diharapkan dapat menemukan suatu teori secara induktif dari abtraksi abtraksi data yang dikumpulkan tentang manajemen akuntabilitas layanan akademik di perguruan tinggi.

Apabila ditinjau dari rancangannya, penelitian ini menggunakan rancangan studi multi kasus, yaitu penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu latar, objek atau peristiwa tertentu secara rinci dan mendalam. Studi ini dilakukan untuk menarik kesimpulan atau generalisasi atas fenomena atau populasi dari kasus tersebut. Studi multi kasus ingin membentuk suatu teori atas dasar persamaan dan keteraturan yang diperoleh dari kasus yang diteliti44. Karakteristik utama studi multi kasus ini adalah peneliti meneliti dua subjek penelitian, latar atau penyimpanan data penelitian, yaitu di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan serta Fakultas Ekonomi di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Kasus yang diteliti dalam situs penelitian ini adalah manajemen akuntabilitas serta mutu pelayanan pembelajaran perguruan tinggi. Dengan memperhatikan penyelenggaraan layanan pembelajaran pada masing-masing fakultas yang menjadi subjek penelitian ini, maka penelitian ini cocok menggunakan rancangan studi multi situs. Sebagaimana pendapat Bogdan R,C & Biklen menyebutkan bahwa tatkala peneliti mempelajari dua bidang atau lebih atas penyimpanan data, peneliti biasanya menggunakan apa yang kita sebut studi multi kasus45.

Sebagai penelitian studi multi kasus, maka langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah dengan mengumpulkan data pada kasus pertama yaitu

44 Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan Dan Sosial :Kuantitatif Dan Kualitatif (Jakarta:Gaung Persada Press, 2007) Hlm 207

(54)

50

tentang akuntabilitas pendidikan. Penelitian ini dilakukan sampai pada tingkat kejenuhan data dan selama itu pula dilakukan kategorisasi dalam tema tema untuk menemukan konsepsi tematik mengenai proses manajemen akuntabilitas layanan akademik dan dampak yang dirasakan lingkungan internal terhadap implementasi manajemen akuntabilitas layanan akademik.

Kedua yakni melakukan pengamatan pada kasus kedua, yaitu Mutu Pelayanan Pembelajaran. Tujuan penelitian pada kasus kedua ini yakni untuk memperoleh temuan berupa proposisi mengenai manajemen akuntabilitas mutu pelayanan pembelajaran perguruan tinggi dan dampak yang dirasakan lembaga dalam implementasi manajemen tersebut.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

(55)

9001:2008 melalui perbaikan berlanjut. Upaya manajemen untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan penelitian ini salah satunya yakni meningkatkan kepuasan pelanggan (mahasiswa) melalui peningkatan mutu kegiatan akademik serta pelayanan akademik yang memadai, Meningkatkan kaulitas pembelajaran untuk memperbaiki kualitas lulusan sehingga mampu diserap oleh pasar dan memberikan peningkatan pelayanan administrasi akademik terhadap mahasiswa secara optimal dan memadai.

Kedua, alasan substantif, yakni: 1) Mengalami peningkatan jumlah mahasiswa yang signifikan, hal ini tentu ada kaitannya dengan persepsi yang semakin baik di mata masyarakat terhadap perguruan tinggi; 2) Perkembangan universitas yang semakin maju.

C. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti secara langsung merupakan sesuatu yang mutlak dalam penelitian kualitatif untuk menemukan, mengumpulkan dan menganalisis data yang terkait dengan fokus penelitian. Peneliti dalam penelitian kualitatif merupakan orang yang membuka kunci, menelaah, dan mengeksplorasi seluruh ruang secara cermat, tertib dan leluasa.

(56)

52

informan. Sehubungan dengan hal tersebut, langkah yang digunakan oleh peneliti sebagai berikut:

1. Sebelum peneliti memasuki lapangan penelitian, terlebih dahulu peneliti membuat surat pengajuan penelitian untuk diberikan kepada pimpinan PT. 2. Peneliti terjun ke lapangan untuk melakukan studi pendahuluan dan

memverifikasi apa yang sudah didesain dengan kenyataan lapangan. 3. Mengidentifikasi dan menetapkan informan yang tepat

4. Membuat jadwal kegiatan penelitian bedasarkan jadwal yang telah disepakati antara subjek penelitian dengan peneliti.

5. Melaksanakan kunjungan untuk mengumpulkan data sesuai dengan jadwal yang telah disepakati

6. Mengembangkan teknik teknik pengumpulan data yang diantaranya dalam hal ini peneliti berperan sebagai partisipan penuh dalam suatu penamatan, wawancara secara mendalam, dokumen, buku buku dll; 7. Peneliti menerapkan teknik teknik pengumpulan data;

8. Menganalisis data.

D. Data dan Sumber Data Penelitian

(57)

pihak perguruan tinggi disebut informan. Informan dalam penelitian ini adalah orang orang yang ahli dalam bidang manajemen pendidikan terutama berkaitan dengan Manajemen Akuntabilitas Mutu Pelayanan Pembelajaran47.

Adapun yang dijadikan informan pada penelitian ini adalah:

1. Para pejabat Lembaga Penjaminan Mutu UIN Malang yang terdiri dari Ketua, Wakil serta staf

2. Pejabat Fakultas yang terdiri Ketua Dekan, Wakil Dekan Bidang Akademik dan Bidang kemahasiswaan

3. Dosen Universitas Islam Negeri Malang 4. Karyawan UIN Malang

5. Mahasiswa dan lulusan UIN Malang

Sedangkan data sekunder di dalam penelitian ini adalah data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain, atau lewat dokumentasi. Data sekunder biasanya disusun dalam bentuk dokumen-dokumen. Data sekunder yang digunakan untuk melengkapi data primer diperoleh peneliti secara langsung dari pihak yang berkaitan, berupa data dan dokumentasi perguruan tinggi seperti notula rapat perkumpulan sampai dokumen resmi dari berbagai instansi pemerintah. Data dalam penelitian ini juga berupa dokumen tentang sejarah dan profil perguruan tinggi, visi dan misi, kurikulum serta

(58)

54

berbagai literatur yang relevan yang berkaitan dengan pembahasan dalam penelitian ini.

Dengan adanya kedua sumber data tersebut, peneliti berharap mendapat kan informasi tentang bagaimana manajemen akuntabilitas layanan akademik dalam meningkatkan mutu perguruan tinggi khususnya perguruan tinggi islam

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan pekerjaan penelitian yang tidak dapat dihindari dalam kegiatan penelitian. Teknik pengumpulan data tetap merupakan langkah yang strategis, karena tujuan pokok penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa memahami, mengetahui teknik teknik pengumpulan data, peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, agar penelitian ini dapat akurat dan bisa dipertanggungjawabkan, peneliti menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

1. Metode observasi

Metode observasi (pengamatan) merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan dan perasaan48. Hal hal yang perlu dan harus diperhatikan oleh peneliti yang menggunakan metode observasi (pengamatan), yaitu:

a. Ruang atau tempat, yaitu dimana setiap kegiatan, meletakkan sesuatu benda pasti membutuhkan ruang dan waktu. Tugas dari seorang

(59)

peneliti kualitatif adalah mengamati ruang atau tempat tersebut untuk dicatatn atau digambar. pelaku, peneliti kualitatif mengamati ciri-ciri pelaku yang ada di ruang atau tempat.

b. Kegiatan, dimana pengamatan dilakukan pelaku pelaku yang melakukan kegiatan di tuang sehingga menciptakan interaksi antara pelaku satu dengan pelaku yang lainnya dalam ruang atau tempat. c. Benda benda atau alat alat, yang mana peneliti kualitatif mencatat

semua benda atau alat yang digunakan oleh pelaku untuk berhubungan secra langsung atau tidak langsung atau tempat;

d. Waktu, dimana peneliti kualitatif mencatat semua tahapan waktu dari setiap kegiatan.

e. Peristiwa, dimana peneliti mencatat peristiwa yang terjadi selama kegiatan penelitian.

f. Tujuan, peneliti mencatat tujuan dari setiap kegiatan yang ada, kalau perlu mencatat tujuan yang terjadi pada setiap pelaku kegiatan. Dalam metode ini peneliti menjadi kategori observer partisipatif, dimana peneliti berperan serta dalam kehidupan orang orang yang sedang diteliti.

Adapun jenis observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Tabel 3.1

Tabel Data Observasi

N

o. Jenis observasi yangdigunakan Situasi yangdiamati 1. Pengamatan berperan

serta (Participant observation)

a. layanan

pembelajaran: - kemampuan

(60)

56

terstruktur (unstructured observation) pribadi antara pengumpul data dengan sumber data yang direncanakan sebelumnya49. Jadi metode ini menghendaki adanya komunikasi langsung antara peneliti dengan sumber data berupa responden.

Tabel 3.1

(61)

Tabel Spesifikasi Informan dan Data Wawancara

N

o Data Wawancara Aspek Informan

1. Proses menetapkan

(62)
(63)

 Apa dampak lembaga setelah melaporkan mutu pelayanan pembelajaran?

3. Metode dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu50. Jadi bedasarkan beberapa pandangan pakar penelitian kualitatif, dokumen dapat dipahami sebagai setiap catatan tertulis berhubungan dengan suatu peristiwa masa lalu, baik yang dipersiapkan maupun yang tidak dipersiapkan untuk suatu penelitian.Metode dokumenter adalah suatu penyelidikan pada penguraian dan penjelasan apa yang telah lalu ditulis melalui sumber-sumber dokumen51. Jadi metode ini menunjukkan bahwa data yang diperlukan akan diperoleh dari dokumen-dokumen, baik dokumen yang berhubungan dengan manajemen akuntabilitas mutu pelayanan pembelajaran perguruan tinggi

Dibandingkan dengan metode pengumpulan data lainnya, dimana metode ini memiliki beberapa kelebihan, yakni bila ada kekeliruan maka dapat dicek kembali dengan mudah karena sumbernya masih tetap dan stabil, sehingga dokumen tadi dapat dikatakan memiliki sifat alamiah dan stabil. Maka dokumen yang digunakan pada

50 M. Djunaidi Ghony & Fauzan Almanshur, Op.Cit., Hlm. 199

(64)

60

penelitian ini yaitu berbagai dokumen yang berkaitan dengan laporan pertanggungjawaban mutu layanan akademik, seperti portofolio, evaluasi diri, borang akreditasi, evaluasi kelayakan penyelenggaraan program studi berdasarkan atas evaluasi diri, data mahasiswa yang diterima, data ketenagakerjaan, data kualitas lulusan mahasiswa dan dakumen yang lain

F. Analisis dan Interpretasi Data

Data mentah yang telah dikumpulkan peneliti tidak akan ada gunanya jika tidak dianalisa. Analisa data merupakan bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah, karena dengan analisalah, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Sedangkan interpretasi data adalah memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan diantara dimensi-dimensi uraian.

Proses analisis dala penelitian ini mengandung tiga komponen utama yaitu52:

1. Reduksi data

Menurut Marthew B.M dan A.M Huberman, Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data dengan cara

Gambar

Grafik berikut ini4.
Tabel 1.1Persamaan dan Perbedaan Penelitian ini dengan
Gambar diatas menunjukkan suatu kombinasi antara fungsi manajemen
Tabel 2.1. Prinsip-prinsip Baru Akuntabilitas Pendidikan (Sumber : Agus Wibowo, 2013)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pariwisata pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. ©

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks pada semua kelompok komoditi, yaitu: kelompok bahan makanan 0,62 persen; kelompok makanan

HUBUNGAN ANTARA WORK-FAMILY CONFLICT DENGAN KEPUASAN HIDUP PADA PERAWAT PEREMPUAN BAGIAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM (RSU) “A” KOTA CIMAHIA. Universitas Pendidikan

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin

Persentase Instansi Pemerintah (PPK-BLU) yang telah tertata organisasi dan tata kerjanya.. 30% 50%

Alat-alat dan Hasil Penetapan Kadar Antalgin.. Gambar 1 Alat Buret automatic Gambar 2 Alat

Kesimpulan dapat ditinjau dari data yang harus diuji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya yaitu merupakan validitasnya (Moleong, 2015: 307). Untuk mengecek

Buah jambu bol dapat dipanen dua kali dalam setahun, dengan hasil panen ke dua hanya 50% dari panen pertama. Produktivitas mulai menurun pada waktu tanaman berumur 30