1
Abstract
Introduction :
Objective : To report a case of secondary glaucoma due to cataract extraction with endophthalmitis and the management.
Case report : 65 years old man came to Cicendo Eye Hospital, reffered from eye clinic diagnosed as suspect endophthalmitis and acute glaucoma OD since 14 days ago after undergo cataract extraction. His chief complaints was pain, blurred, red on his right eye, and vomit. On the examination, VOD 1/300 VOS 0,4;, intra ocular pressure OD 32 mmHg OS 10 mmHg. OD examination cilliary injection, Van Herrick grade II, Flare / Cell +3/+3, peripheral anterior synechia 360
o, Aphakia, Ultrasonography OD vitreous opacity. He was diagnosed as endophthalmitis OD + secondary glaucoma OD and underwent 2 surgeries: intravitreal antibiotic + vitrectomy pars plana OD and trabeculectomy + Mytomicin-C +back up canule OD.
Conclusion : Endophthalmitis can cause secondary angle closure glaucoma due to
inflammation debris, increase aqueous protein and the formation of peripheral
anterior synechiae ( PAS ) . Trabeculectomy is an ideal surgery for 360
operipheral
anterior synechia. Repeated trabeculectomy with antifibrotic agent reoperation or
glaucoma drainage device impant should be considered if filtering surgery failed
was occured.
I. Pendahuluan
Endoftalmitis merupakan salah satu komplikasi post operasi introkular.
Penanganan yang tepat dapat menyebabkan peningkatan prognosis visual. Tajam penglihatan 74% pasien mencapai 20/100 pada pasien yang ditangani dengan baik.
Penyebab endoftalmitis 62% post operasi intraokular , 20% post trauma tembus, 10% setelah operasi filtering bleb , dan 8 % disebabkan infeksi metastatik.
Penelitian yang dilakukan tahun 1984-1994 di tiga pusat AS didapatkan kejadian endophthalmitis post operasi pada 0,093 %. Insiden endoftalmitis pada 36.000 operasi katarak yang dilakukan di Massachusetts Eye and Ear Infirmary menurut Allen dan Mangiaracine pada tahun 1974 sebanyak 0,086 %. Penelitian retrospektif di Bascom Palmer Eye Institute 1995-2001 menyatakan kejadian endoftalmitis post operasi 0,05%. Javitt dan rekan resiko endoftalmitis pada 1 tahun pertama setelah operasi adalah 0,17% post ekstraksi katarak intrakapsular, 0,12% post ekstraksi katarak ekstrakapsular, dan 0,12% post fakoemulsifikasi.
1,2Glaukoma sekunder sudut tertutup dapat terjadi akibat dari inflamasi okular seperti endoftalmitis. Inflamasi dapat menyebabkan terjadinya sinekia anterior perifer (Peripheral Anterior Synechiae / PAS) yang menyebabkan glaukoma sudut tertutup sekunder .
3,4Laporan kasus ini akan dibahas mengenai glaukoma sekunder karena ektraksi katarak dengan komplikasi endoftalmitis dan penatalaksanaannya.
II. Laporan Kasus
Pasien seorang pria usia 65 tahun datang ke RS Mata Cicendo pada tanggal 7 Maret 2016 dengan keluhan utama mata kanan nyeri sejak 14 hari yang lalu.
Keluhan disertai buram, nyeri kepala, mata merah, buram, mual dan muntah.
Riwayat asma (-) , diabetes melitus (-), hipertensi (-), sakit jantung (-), alergi obat
(-). Keluhan tidak disertai adanya bercak putih pada mata dan demam. Setelah
operasi katarak penglihatan pasien tidak pernah jelas. Keluhan dirasakan 1 hari
setelah operasi katarak pada mata kanan. Riwayat pengobatan ke rumah sakit dan
dirawat selama 3 hari oleh bagian neurologi dan mendapatkan terapi alprazolam 0,5 mg 1x1 tab, imidrapil HCl 10 mg 1x1 tab, amitriptilin 5 mg 1x1 tab, methyl prednisolon 16 mg 3x1 tab, Tramadol + paracetamol 2x1 tab, tetes mata dexamethasone + neomisin + polimiksin 4x2 gtt OD, dan Timolol maleat 2x1 gtt OD. Keluhan dirasakan tidak membaik sehingga 3 hari yang lalu pasien berobat ke klinik mata dan mendapatkan rujukan ke RS Mata Cicendo dengan diagnosis suspek endophthalmitis OD + glaucoma akut. Pasien mendapat terapi gatifloxacin tetes mata 6x1 gtt OD, timolol maleat 0,5 % tetes mata 2x1 gtt OD, acetazolamide 3x250 mg tab, dan ranitidin 2x1 tab.
Pemeriksaan pada tanggal 7 Maret 2016 didapatkan status generalis dalam batas normal. Status oftalmologis VOD 1/300, VOS 0,4. TIO (Tekanan intra okular) dengan menggunakan tonometri non kontak (NCT) OD sulit, TIO palpasi N+; OS 19 mmHg. Pemeriksaan segmen anterior palpebra OD blefarospasme, OS tenang;
konjungtiva : OD injeksi siliar (+), OS tenang; kornea OD edema , OS jernih; COA (kamera okuli anterior) OD Van Herrick gr II F/S (Flare / Cell) sulit dinilai, fibrin di depan lensa, OS Van Herrick gr III F/S -/-; pupil ODS bulat; iris OD PAS (Peripheral Anterior Synechiae) (+), OS sin (-); lensa OD afakia, OS agak keruh.
Segmen posterior OD media keruh, USG (ultrasonography) OD kekeruhan vitreous et causa sel-sel radang dengan diagnosis banding : Perdarahan vitreous + suspek ablatio retina OD. Segmen posterior OS media jernih, papil bulat, batas tegas, rasio arteri /vena fisiologis, Rasio Cup/Disc 0,3, refleks fundus +, retinal flat.
Pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit 22.610 sel/mm3. Pasien didiagnosa dengan endoftalmitis OD + glaukoma sekunder OD. Penatalaksaan pasien pro Vitrektomi Pars Plana + antibiotik Intra Vitreal OD (cito), cefotaxim 2 x 1 gram IV, moxifloxacin tetes mata gtt tiap jam OD, prednisolon asetat tetes mata tiap jam OD, artificial tears tetes mata gtt tiap jam OD, timolol maleat 0,5 % tetes mata 2x1 gtt OD, acetazolamide 250 mg 3x1 tab, kalium aspartat 1x1 tab, dan siklopentolat 1%
tetes mata 3x 1 gtt OD.
Gambar 2.1 Ultrasonografi OD
Pemeriksaan 1 hari post Vitrektomi Pars Plana (VPP) + vitreous tap + aqueous tap + antibiotik intravitreal + Dexamethasone OD didapatkan VOD 1/300 VOS 0,4, TIO dengan menggunakan tonometri aplanasi Goldmann OD 32 mmHg OS 10 mmHg. Pemeriksaan segmen anterior OD Palpebra blefarospasme, Konjungtiva perdarahan subkonjungtiva, kornea edema, COA Van Herrick gr I-II , F/S +3/+3, pupil iregular, iris PAS (+), lensa afakia. Segmen posterior OD media keruh. Hasil aqueous tap ditemukan bakteri Gram (+) coccus dan Gram (-) basil, tidak ditemukan adanya jamur dan acanthamoeba. Hasil vitreous tap ditemukan bakteri gram (+) coccus, tidak ditemukan adanya jamur dan acanthamoeba.
Pemeriksaan post VPP hari kedua didapatkan VOD 1/300 VOS 0,4. Tekanan intra okular dengan menggunakan tonometri aplanasi Goldmann OD 50 mmHg OS 16 mmHg, segmen anterior OD Palpebra blefarospasme, konjuntiva perdarahan subkonjungtiva, kornea edema, COA Van Herrick gr I-II , F/S +4/+3, fibrin +, pupil iregular, iris PAS 360
o(+), lensa afakia. Pasien direncanakan untuk sinekiolisis + trabekulektomi + mitomisin-C (MMC) OD dalam neurolep.
Tanggal 10 Maret 2016 TIO dengan menggunakan tonometri aplanasi
Goldmann OD 46 mmHg OS 12 mmHg. Pasien disarankan untuk diberikan manitol
pre operasi. Hasil pemeriksaan laboratorium ureum 78,6 sehingga pasien
dikonsulkan ke ilmu penyakit dalam. Saran dari ilmu penyakit dalam pemberian
manitol dapat beresiko menyebabkan edema paru. Pasien direncanakan untuk
iridotomi laser (LPI / laser peripheral iridotomi). Hasil pemeriksaan TIO dengan
menggunakan tonometri aplanasi Goldmann post LPI OD 36 OS 12. Pasien
ditatalaksana dengan acetazolamide 3 x 250 mg, kalium aspartat 1x1 tab, timolol maleat 0,5 % 2 x OD, dan prednisolone asetat tetes mata 1 gtt tiap jam OD.
Pasien masih mengeluh nyeri pada tanggal 14 Maret 2016. Hasil pemeriksaan oftalmologis VOD LP VOS 0,4, TIO dengan menggunakan tonometri aplanasi Goldmann OD 54 mmHg OS 16 mmHg, segmen anterior OD Palpebra blefarospasme, Konjungtiva perdarahan subkonjungtiva, injeksi siliar, Kornea edema, mikrobulla, COA Van Herrick gr I-II , F/S sulit dinilai, pupil iregular, PAS 360
o(+), Lensa afakia. Pasien direncanakan untuk sinekiolisis + trabekulektomi + MMC OD dalam narkose umum.
Gambar 2.2 Pre-op trabekulektomi + MMC + sinekiolisis + back up canule OD
Tanggal 14 Maret 2016 dilakukan trabekulektomi + MMC + sinekiolisis + back up cannule OD. Tatalaksana post operasi ciprofloxacin 2x500mg tab, moxifloxacin tetes mata tiap jam, air mata buatan tetes mata tiap jam OD,prednisolon asetat tetes tiap jam OD, chloramfenicol salep mata 3x OD, siklopentolat tetes mata 3x1 OD.
Pemeriksaan 1 hari post trabekulektomi + MMC + sinekiolisis + back up cannule
OD VOD 1/300 VOS 0,4, TIO dengan menggunakan tonometri aplanasi Goldmann
OD 27 mmHg OS 14 mmHg. Segmen anterior OD palpebra blefarospasme,
konjungtiva perdarahan subkonjungtiva, bleb (+), kornea edema, COA Van Herrick
gr I-II , F/S +3/+3, udara (+), pupil lonjong, iris peripheral anterior synechia (+)
superior dan inferior, peripheral iridektomi +, lensa afakia. Tatalaksana post operasi ditambahkan timolol maleat 0,5 % tetes mata 2x1 OD, acetazolamide 3 x 250 mg, kalium aspartat 1x1 tab.
Gambar 2.3 Satu hari post trabekulektomi + MMC + sinekiolisis + back up canule OD
Pemeriksaan 1 minggu post trabekulektomi + MMC + sinekiolisis + back up
canule OD, VOD 1/300 VOS 0,4, TIO dengan menggunakan tonometri aplanasi
Goldmann OD 37 mmHg OS 14 mmHg. Segmen anterior OD palpebra
blefarospasme, konjungtiva perdarahan subkonjungtiva, bleb (+), kornea jernih,
COA Van Herrick gr I-II , F/S +1/+1, pupil lonjong, iris PAS (+), iridektomi perifer
(+), Lensa afakia. Pemeriksaan gonioskopi dengan lensa Sussmann 4-mirror OD
didapatkan gambaran sudut tertutup dengan PAS pada kuadran superior dan
inferior serta garis schwalbe pada kuadran nasal dan temporal. Pemeriksaan
gonioskopi OS didapatkan gambaran sudut terbuka dengan scleral spur pada
seluruh kuadran. Pemeriksaan segmen posterior didapatkan rasio cup/disc OD mata
kanan 0,4 – 0,5 dan perdarahan retina. Tatalaksana post operasi moxifloxacin tetes
mata tiap jam tetes mata 1 tetes tiap jam, air mata buatan tetes mata tiap jam OD,
prednisolon asetat tetes mata tiap jam OD, kloranfenikol salep mata 3x OD,
siklopentolat tetes mata 3x1 OD, timolol maleat 0,5 % tetes mata 2x 1 OD.
Gambar 2.4 Satu minggu post trabekulektomi + MMC + sinekiolisis + back up canule OD