• Tidak ada hasil yang ditemukan

I PENDAHULUAN Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I PENDAHULUAN Latar Belakang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perekonomian dunia saat ini mendorong setiap penganut perekonomian terbuka didalamnya untuk merasakan dampak dari adanya dinamika ekonomi internasional yang dipandang sebagai suatu upaya untuk menjaga eksistensi dan meningkatkan daya saing ekonomi. Perekonomian dunia sedang memasuki era sejarah baru, dimana ekonomi dan budaya nasional serta batas-batas geografis kenegaraan sudah kehilangan makna oleh sebuah proses globalisasi yang berjalan cepat. Hal ini diindikasikan oleh timbulnya liberalisasi perdagangan. Konsekuensianya, pasar domestik di setiap negara tidak akan terlepas dari gejolak pasar dunia yang semakin liberal karena kebijakan unilateral dan ratifikasi kerjasama yang harus mereka lakukan. Manifestasi dari liberalisasi perdagangan tersebut adalah terjadinya perdagangan internasional yang lebih kompetitif dan transparan.

Perdagangan internasional berdampak positif terhadap kepentingan tatanan ekonomi, sosial dan politik dengan mendorong industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi, dan kehadiran perusahaan multinasional sejak beberapa abad lalu. Dengan demikian, semua teori perdagangan menyatakan bahwa perdagangan internasional memberikan manfaat bagi dunia. Manfaat perdagangan internasional antara lain memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri, memperoleh keuntungan dari spesialisasi, memperluas pasar dan menambah keuntungan serta transfer teknologi modern1.

Umumnya perdagangan internasional diregulasikan melalui perjanjian bilateral antara dua negara dan regulasi tersebut diselesaikan melalui World trade

Organization (WTO) pada level global, juga melalui beberapa kesepakatan

regional seperti MerCOSUR di Amerika Selatan, NAFTA antara Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko, dan Uni Eropa antara 27 negara mandiri. Adapun kesepakatan regional lainnya dapat dilihat pada Tabel 1.

1

Sadono S. 1994. Pengantar Teori Mikroekonomi. Ed ke-2. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasasa. Hlm 334-348

(2)

2 Tabel 1. Kesepakatan Regional (Partner Region) Negara-negara yang Melakukan

Perdagangan Internasional

Partner Region Countries

EFTA

Iceland, Liechtenstein, Norway, Switzerland; Candidates: Croatia, FYR of Macedonia, Turkey; Andean Community: Bolivia, Colombia, Ecuador, Peru

CIS

Armenia, Azerbaijan, Belarus, Georgia, Kyrgyzstan, Kazakhstan, Moldova Republic of, Russian Federation, Tajikistan,

Turkmenistan, Ukraine, Uzbekistan;

CACM

Honduras, El Salvador, Nicaragua, Costa Rica, Guatemala, Panama; Mercosur: Argentina, Brazil, Paraguay, Uruguay; NAFTA: Canada, Mexico, United States;

Latin America Countries

CACM, Mercosur, ANCOM, Chile, Cuba, Dominican Republic, Haiti, Mexico, Panama, Venezuela; BRIC: Brazil, Russia, India, China;

ASEAN

Brunei Darussalam, Indonesia, Cambodia, Lao People's Democratic Republic, Myanmar, Malaysia, Philippines, Singapore, Thailand, Vietnam;

CAFTA ASEAN, China

ACP:79 countries; MEDA (excl EU & Turkey)

Algeria, Egypt, Israel, Jordan, Lebanon, Morocco, Occupied Palestinian Territory, Syrian Arab Republic, Tunisia.

Sumber : IMF, 2009 (diolah)

Sebagai salah satu sektor yang ambil bagian dalam kesepakatan regional, sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia tengah berada pada posisi yang strategis. Sejak disahkannya Persetujuan Bidang Pertanian (Agreement on

Agriculture) oleh WTO dengan instrumen kebijakan antara lain mengurangi,

subsidi domestik, subsidi ekspor, dan memperluas akses pasar, juga instrumen yang meliputi isu-isu lainnya seperti ketahanan pangan, perlindungan lingkungan, perlakuan khusus dan berbeda (special and differential treatment) bagi negara-negara berkembang, sektor pertanian menjadi salah satu sektor riil yang menunjukkan kinerja positif. Adapun penilaian kinerja perdagangan komoditas

(3)

3 pertanian dapat dilihat dari neraca perdagangan luar negeri periode tahun 2004-2008 pada Gambar 1.

Gambar 1. Perkembangan Volume Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Tahun 2004-2008

Sumber : Pusat Data dan Informasi Pertanian, 2009 (diolah)

Berdasarkan Gambar 1, trend volume neraca perdagangan sektor pertanian mengalami peningkatan setiap tahunnya dengan volume neraca perdagangan tertinggi pada tahun 2008 sebesar 9.921.738 ton. Sementara dilihat dari persentase pertumbuhan volume dari tahun 2004-2008, volume ekspor tumbuh sebesar 3,58 persen sedangkan volume impor turun sebesar 4,99 persen (Tabel 2). Peningkatan volume neraca perdagangan sektor pertanian tersebut secara signifikan dipengaruhi oleh performa surplus yang ditunjukkan oleh sub sektor perkebunan yang dapat menutupi defisit sub sektor lainnya dengan persentase pertumbuhan volume ekspor sebesar 3,74 persen dan penurunan volume impor sebesar 7,5 persen (Tabel 2). Hal tersebut menunjukkan bahwa sub sektor perkebunan menjadi satu-satunya andalan sektor pertanian dalam peningkatan perekonomian yang secara rinci ditunjukkan pada Tabel 2.

2004 2005 2006 2007 2008 Tanaman Pangan -8,500,357 -7,813,005 -10,595,290 -8,399,060 -6,601,965 Hortikultura -501,843 -472,077 -466,977 -899,548 -898,069 Perkebunan 14,203,288 16,488,155 19,602,015 17,821,046 17,851,703 Peternakan -651,955 -664,443 -682,023 -491,618 -429,931 Pertanian 4,549,133 7,538,630 7,857,725 8,030,820 9,921,738 -15,000,000 -10,000,000 -5,000,000 0 5,000,000 10,000,000 15,000,000 20,000,000 25,000,000 V o lu m e (T o n )

(4)

4 Tabel 2. Perkembangan Neraca Perdagangan Sektor Pertanian dan Perkembangan Persentase Neraca Perdagangan Sub Sektor Pertanian terhadap Sektor Pertanian di Indonesia Tahun 2004 - 2008

Uraian Tahun (Ribu Ton) Pertumbuhan

(%) 2004 2005 2006 2007 2008 Volume Ekspor a. T. Pangan 1.170,25 1.123,43 861,22 999,46 812,33 -4,79 b. Hortikultura 296,48 384,32 456,89 393,86 523,46 8,57 c. Perkebunan 15.556,89 18.579,81 21.378,19 22.089,29 20.533,16 3,74 d. Peternakan 221,66 246,49 198,41 458,90 635,30 10,84 Pertanian 17.245,28 20.334,04 22.894,71 23.941,51 22.504,25 3,58 Volume Impor a. T. Pangan 9.670,60 8.936,44 11.456,51 9.398,52 7.414,30 -5,25 b. Hortikultura 798,32 856,39 923,87 1.293,41 1.421,52 3,03 c. Perkebunan 1.353,60 2.091,65 1.776,17 4.268,24 2.681,46 -7,5 d. Peternakan 873,62 910.93 880,43 950,52 1.065,24 3,11 Pertanian 12.696,15 12.795,41 15.036,98 15.910,69 12.582,51 -4,99

Volume Ekspor (%) terhadap Pertanian Rata-rata

a. T. Pangan 6,79 5,52 3,76 4,17 3,61 4,77 b. Hortikultura 1,72 1,89 2,00 1,65 2,33 1,92 c. Perkebunan 90,21 91,37 93,38 92,26 91,24 91,69 d. Peternakan 1,29 1,21 0,87 1,92 2,82 1,62 Volume Impor a. T. Pangan 76,17 69,84 76,19 59,07 58,93 68,04 b. Hortikultura 6,29 6,69 6,14 8,13 11,30 7,71 c. Perkebunan 10,66 16,35 11,81 26,83 21,31 17,39 d. Peternakan 6,88 7,12 5,86 5,97 8,47 6,86

Sumber : Pusat Data dan Informasi Pertanian, 2009 (diolah)

Berdasarkan informasi pada Tabel 2, sub sektor perkebunan merupakan sub sektor yang berkontribusi cukup besar terhadap total volume ekspor pertanian dengan rata-rata yaitu 91,69 persen volume ekspor komoditas pertanian berasal dari komoditas perkebunan dan rata-rata volume impor hanya sebesar 17,39 persen dalam total volume impor komoditas pertanian. Sementara untuk sub sektor lainnya, persentase impor lebih tinggi dibandingkan ekspornya dengan rata-rata persentase volume impor yang terbesar terjadi pada sub sektor tanaman pangan sebesar 68,04 persen.

Sebagai salah satu komoditas perkebunan, CPO (Crude Palm Oil) dijadikan sebagai komoditas unggulan ekspor bagi perdagangan komoditas

(5)

5 perkebunan di Indonesia karena kontribusi CPO dalam kinerja perdagangan komoditas perkebunan sangat tinggi. Hal tersebut dapat dilihat pada komparasi enam komoditas ekspor perkebunan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2 berikut ini.

Gambar 2. Perbandingan Volume Ekspor Komoditas Perkebunan Indonesia Tahun 2004-2009

Sumber : Direktorat Jendral perkebunan, 2010 (Diolah)

Gambar 2 menunjukkan komparasi keenam komoditas subsektor perkebunan dilihat dari volume ekspor antara tahun 2004-2009. Secara signifikan volume ekspor komoditas CPO memiliki trend positif dan jauh di atas komoditas-komoditas sub sektor perkebunan lainnya dengan volume ekspor tertinggi pada tahun 2009 sebesar 21.151.127 ton. Hal ikhwal tersebut membawa pemahaman akan begitu besarnya kontribusi CPO bagi perekonomian Indonesia sebagai komoditas andalan dalam perdagangan internasional.

1.2. Perumusan Masalah

Tingginya kontribusi CPO (Crude Palm Oil) terhadap kinerja sektor pertanian secara umum maupun terhadap kinerja sub sektor perkebunan secara

2004 2005 2006 2007 2008 2009 CPO 9,565,974 11,418,987 11,745,954 13,210,742 18,141,006 21,151,127 Kopi 344,077 445,829 413,500 321,404 468,749 510,898 Karet 1,874,261 2,024,593 2,286,897 2,407,972 2,283,154 1,991,533 Teh 98,572 102,389 95,338 83,658 96,209 92,305 Kakao 366,855 463,632 609,035 503,522 515,523 535,236 Kelapa 1,874,261 2,024,593 2,286,897 2,407,972 1,080,068 992,766 0 5,000,000 10,000,000 15,000,000 20,000,000 25,000,000 V o lu m e (T o n )

(6)

6 khusus dalam perdagangan internasional dipengaruhi oleh tingginya kebutuhan minyak sawit atau Palm Oil (PO) dunia sebagai produk utama dari CPO. PO adalah komoditas yang paling besar diperdagangkan di pasar komoditi dunia yang meliputi 40 persen dari global trade diikuti Soybeans sebesar 22 persen2. Adapun nilai ekspor Palm Oil sebagai representasi tingkat konsumsi Palm Oil dunia dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Nilai Ekspor Berbagai Komoditas Andalan Ekspor dari Negara-negara Eksportir Utama Tahun 2008

Ranking Negara Komoditas Nilai

(Ribu US $) 1 United States of America Soybeans 15,537,200 2 United States of America Maize 13,884,500

3 Malaysia Palm oil 12,768,600

4 Indonesia Palm oil 12,375,600

5 United States of America Wheat 11,306,300

6 Brazil Soybeans 10,952,200

7 Netherlands Crude Materials 10,370,900

8 France Wine 10,000,600

9 Argentina Cake of Soybeans 7,127,460

10 United Kingdom Bever. Dist.Alc 6,752,110

11 Canada Wheat 6,727,650

12 Indonesia Rubber Nat Dry 6,041,880

13 Brazil Chicken meat 5,821,980

14 France Wheat 5,598,810

15 Thailand Rice Milled 5,359,540

16 Thailand Rubber Nat Dry 5,334,490

17 Italy Wine 5,277,540

18 Argentina Soybean oil 4,895,930

19 United States of America Cotton lint 4,832,010

Sumber : FAOSTAT 2010

Berdasarkan Tabel 3, nilai ekspor Palm Oil adalah nilai ekspor tertinggi kedua setelah Soybeans pada tahun 2008 dengan nilai ekspor sebesar 25,144,200,000 US $. Nilai tersebut merupakan gabungan nilai ekspor Palm Oil Indonesia dan Malaysia sebagai dua negara eksportir terbesar Palm Oil.

Penyerapan CPO dunia pada perdagangan internasional umumnya didominasi oleh empat negara importir diantaranya India, Belanda, Malaysia dan

2

(7)

Singapura. Daya serap keempat persentase market share

tahun terakhir impor CPO dunia 2008 dapat dilihat pada Gambar 3

Gambar 3. Persentase Jumlah Impor CPO Importers

Sumber : UN Comtrade, 2011

Gambar 3 memberikan informasi bahwa keseluruhan impor CPO dunia

3.871.466.693 kg diikuti oleh Belanda, 12,25 persen (968.261.882 kg)

(504.286.597 kg). Pada data diatas, total volume impor CPO India mendekati angka 50 persen, dan masing

angka 15 persen dari total impor CPO dunia CPO masing-masing negara pada tahun

7.27% 6.38% 4.19% 3.84% 3.87% 2.85% 2.31% 1.82% 1.30%

Sum Total of Quantity (kg) : 7.904.178.630

Daya serap keempat negara importir CPO diatas dapat dilihat dari

hare komoditas CPO tahun 2008-2010 yang merupakan tiga tahun terakhir impor CPO dunia. Adapun persentase market share

pada Gambar 3.

Persentase Jumlah Impor CPO (Kg) dari Negara

Importers Tahun 2008

Sumber : UN Comtrade, 2011 (diolah)

memberikan informasi bahwa 48,98 persen keseluruhan impor CPO dunia tahun 2008 dilakukan oleh India

diikuti oleh Belanda, Malaysia dan Singapura masing 12,25 persen (968.261.882 kg), 7,27 persen (574.633.786 kg), dan

Pada data diatas, total volume impor CPO India mendekati dan masing-masing negara lainnya hanya mengimpor di bawah rsen dari total impor CPO dunia. Persentase Market Share

masing negara pada tahun 2009 dapat dilihat pada Gambar 4 48.98%

12.25% 1.65%

1.20% 2.10%

Sum Total of Quantity (kg) : 7.904.178.630

India Netherlands Malaysia Singapore Italy Germany China Pakistan Ukraine Egypt Bangladesh Spain Viet Nam Other 7 negara importir CPO diatas dapat dilihat dari yang merupakan tiga

market share CPO tahun

) dari Negara-negara Top

48,98 persen dari total India yaitu sebesar Malaysia dan Singapura masing-masing dan 6,38 persen Pada data diatas, total volume impor CPO India mendekati masing negara lainnya hanya mengimpor di bawah

Market Share komoditas dilihat pada Gambar 4.

India Netherlands Malaysia Singapore Italy Germany China Pakistan Ukraine Egypt Bangladesh Spain Viet Nam Other

(8)

Gambar 4. Persentase Jumlah Impor CPO (Kg Importers

Sumber : UN Co Gambar 4 menunjukkan tahun 2009 yaitu India

11,05 persen (1.057.125.438 kg), Malaysia sebesar 11,01 persen kg) dan Italia sebesar 7 persen (669.672.233 kg)

sebesar 9.566.746.050 kg.

Pada tahun 2009 terjadi perubahan persentase jumlah impor CPO dunia pada empat besar negara importir CPO

sebesar 48,98 persen pada tahun 2008 menjadi 46 persen pada tahun 2009 turun 2,98 persen, penurunan impor

tahun 2008 menjadi 11,05 persen pada tahun 200

kenaikan impor CPO Malaysia sebesar 7,27 persen pada tahun 2008 menjadi 11,01 persen pada tahun 2009

market share dengan masuknya Italia pada empat besar negara

Adapun market share Gambar 5. 11% 7% 6% 4% 4%3% 2% 1% 1%

Sum Total of Quantity (kg) : 9.566.746.050

Persentase Jumlah Impor CPO (Kg) dari Negara

Importers Tahun 2009

mber : UN Comtrade, 2011 (diolah)

menunjukkan jumlah impor CPO masing-masing negara pada tahun 2009 yaitu India sebesar 46 persen (4.400.703.183 kg), Belanda sebesar 11,05 persen (1.057.125.438 kg), Malaysia sebesar 11,01 persen

kg) dan Italia sebesar 7 persen (669.672.233 kg) dari total impor CPO dunia sebesar 9.566.746.050 kg.

Pada tahun 2009 terjadi perubahan persentase jumlah impor CPO dunia pada empat besar negara importir CPO yaitu terjadi penurunan impor CPO India sebesar 48,98 persen pada tahun 2008 menjadi 46 persen pada tahun 2009

2,98 persen, penurunan impor CPO Belanda sebesar 12,25 persen pada tahun 2008 menjadi 11,05 persen pada tahun 2009 ataun turun 2,1 persen kenaikan impor CPO Malaysia sebesar 7,27 persen pada tahun 2008 menjadi 11,01 persen pada tahun 2009 atau naik 3,74 persen, dan perubahan komposis

dengan masuknya Italia pada empat besar negara

hare negara-negara importir CPO tahun 2010 dapat dilihat pada 46%

11% 1%

1% 1%

2%

Sum Total of Quantity (kg) : 9.566.746.050

India Netherlands Malaysia Italy Singapore Germany China Spain Viet Nam Ukraine Egypt

United Rep. of Tanzania Bangladesh

Other

8 ) dari Negara-negara Top

masing negara pada sebesar 46 persen (4.400.703.183 kg), Belanda sebesar 11,05 persen (1.057.125.438 kg), Malaysia sebesar 11,01 persen (1.053.298.740 dari total impor CPO dunia

Pada tahun 2009 terjadi perubahan persentase jumlah impor CPO dunia penurunan impor CPO India sebesar 48,98 persen pada tahun 2008 menjadi 46 persen pada tahun 2009 atau CPO Belanda sebesar 12,25 persen pada 9 ataun turun 2,1 persen, kenaikan impor CPO Malaysia sebesar 7,27 persen pada tahun 2008 menjadi dan perubahan komposisi dengan masuknya Italia pada empat besar negara importir CPO. dapat dilihat pada Netherlands

Malaysia Singapore Germany

Viet Nam

United Rep. of Tanzania Bangladesh

(9)

Gambar 5. Persentase Jumlah Impor CPO (Ton) dari Negara Importers

Sumber : UN Comtrade, 2011 (d

Berdasarkan informasi pada Gambar 5 dikuasai oleh India, Belanda, Malaysia

share masing-masing

keseluruhan impor CPO sebesar demikian kedudukan ke

penyerapan CPO dunia dapat dijadikan sebagai kepastian pasar bagi negara negara eksportir CPO seperti Indo

Indonesia sebagai negara sebagai negara importir

dibawah naungan WTO. Sehingga dilakukan analisis terhadap perdagangan komoditas CPO WTO tersebut, faktor

GDP negara Indonesia dan GDP ke Indonesia dengan ke

keduanya dan harga CPO

dibahas melalui pendekatan statistik berdasarkan gravitasi. Upaya-upaya 10% 6% 6% 4% 3% 2% 2% 1%

Sum Total of Quantity (kg) : 9.444.170.400

Persentase Jumlah Impor CPO (Ton) dari Negara

Importers Tahun 2010

Sumber : UN Comtrade, 2011 (diolah)

dasarkan informasi pada Gambar 5, dominasi impor CPO tetap India, Belanda, Malaysia, dan Singapura dengan persentase

masing 47 persen, 14 persen, 10 persen, dan 6,61 persen keseluruhan impor CPO sebesar 9.444.170.400 kg pada tahun demikian kedudukan keempat negara mitra dagang utama

penyerapan CPO dunia dapat dijadikan sebagai kepastian pasar bagi negara negara eksportir CPO seperti Indonesia.

Indonesia sebagai negara eksportir dan empat negara mitra dagang

importir telah melakukan kerja sama perdagangan komoditas CPO dibawah naungan WTO. Sehingga berdasarkan hal tersebut, selanjutnya dilakukan analisis terhadap pengaruh kebijakan WTO terhadap perdagangan komoditas CPO melalui pendekatan deskriptif. Selain

faktor-faktor lain penarik aliran perdagangan CPO lainnya negara Indonesia dan GDP keempat negara mitra dagang utama

Indonesia dengan keempat negara mitra dagang utama, nilai tukar diantara dan harga CPO Indonesia ke empat negara mitra dagang utama dibahas melalui pendekatan statistik berdasarkan Gravity Model

upaya tersebut dilakukan dalam mempertahankan eksistensi 47%

14% 1%

1%1% 0% 2%

Sum Total of Quantity (kg) : 9.444.170.400

India Malaysia Netherlands Italy Singapore Germany Spain Viet Nam Ukraine China Bangladesh

United Rep. of Tanzania Côte d'Ivoire

Egypt Other

9 Persentase Jumlah Impor CPO (Ton) dari Negara-negara Top

dominasi impor CPO tetap dengan persentase market 6,61 persen dari total pada tahun 2010. Dengan mitra dagang utama tersebut bagi penyerapan CPO dunia dapat dijadikan sebagai kepastian pasar bagi

negara-negara mitra dagang utama telah melakukan kerja sama perdagangan komoditas CPO berdasarkan hal tersebut, selanjutnya akan WTO terhadap aliran . Selain pengaruh penarik aliran perdagangan CPO lainnya adalah mitra dagang utama, jarak antara nilai tukar diantara Indonesia ke empat negara mitra dagang utama yang

odel atau model

mempertahankan eksistensi Malaysia Netherlands Singapore Germany Viet Nam Bangladesh

United Rep. of Tanzania Côte d'Ivoire

(10)

10 ekspor CPO untuk tetap menjaga kepastian pasar atau kembali mencari pasar potensial jika pasar yang telah ada sudah tidak berpotensi.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang menjadi fokus penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh kebijakan WTO terhadap aliran perdagangan CPO antara Indonesia dengan empat mitra dagang utama?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi volume ekspor Crude palm Oil (CPO) ke empat negara mitra dagang utama berdasarkan Gravity Model (model gravitasi)?

3. Bagaimanakah potensi ekspor Crude palm Oil (CPO) Indonesia ke empat negara mitra dagang utama?

1.3. Tujuan penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis pengaruh kebijakan WTO terhadap aliran perdagangan CPO antara Indonesia dengan empat mitra dagang utama.

2. Menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi volume ekspor

Crude palm Oil (CPO) ke empat negara mitra dagang utama berdasarkan Gravity Model (model gravitasi).

3. Menganalisis potensi ekspor Crude palm Oil (CPO) Indonesia ke empat negara mitra dagang utama.

1.4. Manfaat Penelitiaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan memberikan informasi serta sebagai referensi bagi pihak-pihak berkepentingan sebagai berikut :

1. Pengambil kebijakan strategis baik di tingkat makro seperti Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian dan di tingkat mikro seperti para

forcester bisnis sebagai bahan dalam pengambilan kebijakan baik bersifat

ekspansif ataupun preventif.

2. Lembaga Riset Komoditi Ekspor dan para pembaca umumnya yang membutuhkan informasi mengenai potensi ekspor komoditi perkebunan

(11)

11 khususnya CPO dan data time series ekspor CPO sebagai bahan dalam kajian-kajian berikutnya.

1.5. Keterbatasan Penelitiaan

Keterbatasan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Determinan dalam Gravity Model sebagai kerangka kerja dalam menganalisis potensi ekspor komoditi CPO terdiri dari volume ekpsor Indonesia ke empat negara mitra dagang sebagai variabel dependen, GDP negara Indonesia dan GDP negara keempat mitra dagang utama, jarak antara Indonesia dengan keempat negara mitra dagang utama, nilai tukar (excange rate) dan harga CPO dunia sebagai variabel independen.

2. Variabel jarak pada Gravity Model dimodifikasi dengan menambahkan pengaruh harga minyak dunia pada panel data karena keterbatasan dalam pengolahan data pada program Eviews 6.0.

3. Panel data yang digunakan dalam menganalisis potensi ekspor CPO Indonesia terdiri dari data time series tahun 2000-2010 dan data cross section empat negara utama pengimpor CPO.

Gambar

Gambar 1.   Perkembangan  Volume  Neraca  Perdagangan  Komoditas  Pertanian  Tahun 2004-2008
Gambar 2.   Perbandingan  Volume  Ekspor  Komoditas  Perkebunan  Indonesia  Tahun 2004-2009
Tabel 3.  Nilai  Ekspor  Berbagai  Komoditas  Andalan  Ekspor  dari  Negara-negara  Eksportir Utama Tahun 2008
Gambar 4.   Persentase  Jumlah  Impor  CPO  (Kg Importers
+2

Referensi

Dokumen terkait

Bidan berdasarkan kewenangannya dapat melakukan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan pada anak balita melalui program pemerintah untuk peman- tauan tumbuh kembang anak

Berdasarkan apa yang dibincangkan dalam kajian ini, dapat disimpulkan bahawa pembinaan trust model yang berasaskan etika perniagaan Islam dan diperbaiki atau ditambah baik dengan

Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh John dan Gross (2003) yang mengatakan bahwa individu yang menggunakan regulasi emosi akan lebih mudah

Salah satunya melalui Pelatihan Dokter Cilik Seksi yang telah dilaksanakan pada anak kelas V SDN Babakan Ciparay Timur Bandung, melalui informasi dan pengetahuan dari pelatihan

Pada analisis jalur jika variabel yang terkait berbentuk laten (tidak bisa diukur secara langsung), maka analisis data yang lebih tepat adalah pemodelan persamaan

Guru bersama anak didik secara efektif melakukan kegiatan belajar mengajar. Guru selalu memberikan kesempatan pada anak untuk berbuat dan semua kegiatan belajar

Pada penelitian ini tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara sikap ilmiah dengan prestasi belajar aspek kognitif dan psikomorik, hal ini dapat terjadi karena sistem

Kesimpulan: Tidak ada hubungan antara media sosialisasi dan sikap WUS dengan perilaku deteksi dini kanker serviks, sehingga diperlukannya inovasi baru yang dapat