• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.

Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah administrasi yang merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo yang disahkan melalui Undang-undang nomor 11 tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Gorontalo Utara. Secara geografis lebih dari 75 persen wilayah Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah pesisir, dengan panjang garis pantai mencapai 320 kilometer persegi (Km2), sekaligus merupakan garis pantai terpanjang di Provinsi Gorontalo yang berhadapan dengan Samudera Pasifik. Kabupaten Gorontalo Utara Awalnya baru mempunyai 5 kecamatan namun pada tahun 2011 5 kecamatan ini dimekarkan menjadi 7 kecamatan dan sampai dengan saat ini jumlah kecamatan di Kabupaten Gorontalo Utara berjumlah 11 Kecamatan (Kecamatan Kwandang, Atinggola, Sumalata, Tolinggula, Anggrek, Gentuma Raya, Tomilito, Ponelo Kepulauan, Monano, Sumalata Timur, Biau) dengan luas wilayah 1.777,30 Km2, (BPS Kabupaten Gorontalo Utara, 2013).

Kecamatan Ponelo Kepulauan merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan Kwandang pada tahun 2011 yang memiliki luas wilayah terkecil disbanding dengan kecamatan lain dengan luas wilayah 10,40 Km2 dengan persentase 0,59%. Kecamatan Ponelo Kepulauan terdiri dari 4 desa (Desa Ponelo sebagai ibukota Kecamatan Ponelo Kepulauan, Desa Malambe, Otiola dan Tihengo) dan memilki 12 dusun. Jumlah penduduk di Kecamatan Ponelo Kepulauan adalah 4109 dengan jumlah penduduk laki-laki 2051 dan perempuan 2058 jiwa.

Desa Ponelo merupakan ibukota Kecamatan Ponelo Kepulauan dengan batas wilayah secara administrasi adalah:

Sebelah Utara : Kabupaten Bolmong Utara Sebelah Selatan : Desa Molingkapoto

(2)

Sebelah Timur : Desa Otiola Sebelah Barat : Desa Malambe

Desa Ponelo merupakan pusat dari kecamatan Ponelo Kepulauan, yang sebagian besar penduduknya sebagai nelayan. Jumlah penduduk yang berada didesa Ponelo sebanyak 1035 orang, yang terdiri dari laki – laki 338 orang, dan perempuan 697 orang, serta jumlah kepala keluarga yang berada di desa Ponelo sebanyak 201 kepala keluarga (Kantor Desa Ponelo, 2013). Masyarakat Desa Ponelo umumnya berprofesi sebagai nelayan tradisional yang masih menggunakan cara tradisional untuk menangkap hasil laut. Sehingga pendapatan mereka pun bergantung dari sumber daya laut yang ada di sekitar mereka. Jika lingkungan alam terganggu maka mereka tidak bisa melaut atau mencari ikan.

Sementara hanya sebagian kecil dari nelayan Ponelo memiliki pekerjaan alternatif seperti bertani atau menjadi tukang kayu atau tukang batu.

Setiap masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tentunya mempunyai mata pencaharian yang berbeda-beda keadaan umum masyarakat setempat dapat diketahui dari mata pencaharian masyarakat itu sendiri. Mata pencaharian masyarakat di Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini:

Tabel 1. Jenis Pekerjaan Nelayan Desa Ponelo, 2013

NO. Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan

1. Petani 47 orang 3 orang

2. Nelayan 60 orang -

3. PNS 5 orang 9 orang

4. Bidan - 1 orang

5. Perawat - 1 orang

6. TNI 1 orang -

7. Pensiunan PNS/TNI/POLRI - 1 orang

8. Dukun Kampung Terlatih - 2 orang

Sumber: Data Sekunder setelah diolah, 2013

Berdasarkan Tabel 1 di atas maka dapat diketahui bahwa sebagian besar masyarakat di Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan bermata pencaharian

(3)

sebagai Nelayan dengan jumlah 425 orang selanjutnya adalah petani 50 orang, PNS 14 orang, bidan 1 orang, perawat 1 orang, TNI 1 orang, Pensiunan 1 orang dan yang terakhir adalah dukun kampong 2 orang.

Luas wilayah menurut penggunaan di Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan dapat dilihat secara rinci pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Desa Ponelo, 2013 NO Wilayah Menurut Penggunaan Luas Ha/M2

1. Pemukiman 3,5

2. Persawahan -

3. Perkebunan 63

4. Pekarangan 33,05

5. Perkantoran -

Sumber: Data Sekunder Setelah diolah, 2013

Pada Tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa luas wilayah menurut penggunaan untuk wilayah perkebunan dengan luas terbesar 63 Ha.M2 selanjutnya untuk wilayah pekarangan seluas 33,05 Ha.M2 dan terakhir adalah wilayah pemukiman 3.5 Ha.M2 .

B. Identitas Responden

Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di bidang pertanian yang meliputi usaha pertanian, peternakan, perikanan termasuk penangkapan ikan dan pemungutan hasil laut.

Pengenalan identitas responden sangat diperlukan guna untuk melengkapi hasil penelitian dengan diwakili oleh petani sebagai responden dan bisa menggambarkan ataupun memberikan informasi yang sangat akuran sesuai dengan keadaan sebenarnya.

Secara rinci identitas petani responden yang meliputi umur, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, dan lama berusahatani adalah sebagai berikut:

(4)

1. Umur Responden

Menurut Kotler dan Amstrong, (1997) dalam Prasetyo, (2004:33) Umur merupakan salah satu faktor demografi yang mempengaruhi persepsi seseorang dalam membuat keputusa, menerima segala sesuatu sebagai hal yang baru dan dapat mempengaruhi selera seseorang terhadap beberapa barang dan jasa.

Umur merupakan suatu tolak ukur dalam kehidupan seseorang yang diukur setiap tahun sejak dari tahun lahir sampai dengan sekarang, maka dengan itu umur sangat mempengaruhi kemampuan seseorang baik dari segi kemampuan fisik, dan cara berfikir. Semakin muda umur seorang petani, maka dengan sangat mudah petani tersebut menerima informasi serta penggunaan teknologi dalam bidang pertanian dibandingkan dengan petani yang sudah berumur tua yang nyatanya sudah sulit berinteraksi baik dari segi pendengaran, penglihatan sehingga dapat mempengaruhi cara berfikir dan kemampuan untuk bekerja. Hal ini disebabkan karena petani yang masih muda berani menanggung resiko.

Berdasarkan kriteria umur, umur kurang dari 15 tahun dikategorikan umur belum produktif, 16 – 60 tahun dikategorikan umur produktif, dan umur lebih dari 60 tahun dikategorikan umur tidak produktif lagi. Umur petani responden dapat dilihat secara rinci pada Gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2. Keadaan Umur Petani Responden di Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan, 2013

0 5 10 15 20 25 30 35

0-15 16-60 61-70

0

35

2

(5)

Berdasarkan Gambar 2 di atas maka dapat dilihat bahwa petani responden yang memiliki usia belum produktif (antara 0-15) tidak ada (0) dan untuk usia yang tergolong produktif atau petani yang mempunyai kemampuan fisik dan dapat bekerja dengan baik (antara 16-26 tahun) berjumlah 35 orang, sedangkan yang memiliki usia tidak produktif atau petani yang mempunyai kemampuan fisik terbatas misalnya dalam mengolah usaha taninya sudah tidak mampu lagi atau tenaga yang sudah berkurang ( > dari 60 tahun ) berjumlah 2 orang, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa usia responden didominasi oleh usia 16-60 tahun yang berarti sebagian besar petani nelayan responden berusia produktif.

2. Tingkat Pendidikan Responden

Ilmu pengetahuan sebagian besar dipengaruhi oleh tingkat pendidikan.

Pendidikan yang relatif lebih tinggi menyebabkan petani lebih mudah untuk berfikir serta mampu untuk mengimplementasikan teori langsung kelapangan.

Tingkat pendidikan yang diperoleh petani berasal dari dua sumber, yaitu pendidikan formal dan in formal. Pendidikan formal adalah pendidikan yang pernah ditempuh oleh petani sampel mulai dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Sedangkan pendidikan informal adalah pengetahuan yang diperoleh petani tanpa melalui sekolah seperti pengalaman, informasi dari tetangga, petani lain, pamong desa, petugas penyuluh, dan lain-lain. Tingkat pendidikan petani responden menggambarkan daya pikir petani dalam mengelola usahataniya. Tingkat pendidikan petani responden dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini.

(6)

Gambar 3. Keadaan Pendidikan Petani Responden di Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan, 2013

Pada Gambar 3. Diketahui bahwa, petani responden yang ada dilokasi penelitian masih tergolong rendah dalam hal ilmu pengetahuan, dimana setelah dilakukan penelitian maka didapati sebanyak 25 orang atau 68% petani yang memiliki pendidikan SD (Sekolah Dasar) hal ini kemungkinan disebabkan oleh kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan untuk menimbah ilmu. Selanjutnya petani yang pendidikannya sampai tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama) sebanyak 3 orang atau 8%, dan terakhir adalah jumlah petani yang tingkat pendidikannya sampai ketingkat SMA (Sekolah Menengah Atas) sebanyak 9 orang atau 24%. Dengan demikian maka secara keseluruhan jumlah petani yang menjadi responden dalam penelitian ini sebagian besar pendidikannya asdalah SD yang kemudian disusul oleh petani responden yang pendidikannya sampai ketingkat SMA dan terakhir adalah tingkat pendidikan SMP.

68%

8%

24%

0%

SD SMP SMA

(7)

3. Jumlah Tanggungan Keluarga

Petani sebagai kepala keluarga merupakan orang yang bertanggung jawab dalam membiayai kehidupan semua anggota keluarga dalam rumah tangga.

Tanggungan keluarga adalah jumlah anggota keluarga petani atau semua orang yang ditanggung biaya hidupnya oleh petani responden. Jumlah tanggungan keluarga mempengaruhi pendapatan petani. Semakin besar jumlah tanggungan keluarga petani akan termotifasi untuk bekerja memperoleh pendapatan yang besar agar dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. Jumlah tanggungan keluarga petani responden disajikan pada Gambar 4 di bawah ini.

Gambar 4. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Responden di Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan, 2013

Pada Gambar 4. Menunjukkan bahwa petani responden yang ada dilokasi penelitian sebagian besar memiliki 3 tanggungan keluarga yaitu berjumlah 14 orang atau 38% dan kemudian disusul oleh petani responden yang memiliki 5 tanggungan keluarga dengan 10 orang atau 27%, selanjutnya yang memiliki 4 tanggungan keluarga hanya 19% atau berjumlah 7 orang, kemudian petani responden yang memiliki 6 tanggungan keluarga berjumlah 3 orang atau 8% dan disusul oleh petani responden yang memiliki 2 tanggungan keluarga dengan jumlah 2 orang atau 5% dan terakhir adalah petani responden yang memiliki 7 tanggungan keluarga yang berjumlah 1 orang atau 3%. Dengan demikian sebagian besar petani responden yang berada di lokasi penelitian memiliki 3 tanggungan

5%

38%

19%

27%

8%

3%

2 3 4 5 6 7

(8)

keluarga yang berarti petani responden harus bekerja keras untuk menghidupi atau membiayai 3 orang yang termasuk dalam tanggungan keluarga.

4. Pengalaman Berusahatani

Pengalaman berusahatani merupakan faktor penentu dalam keberhasilan usahatani. Semakin lama usahatani yang dilakukan maka semakin banyak pengalaman yang diperoleh. Semakin banyak pengalaman maka petani semakin banyak memiliki kemampuan dalam mengelola usahataninya sehingga dapat meningkatkan pendapatan usahatani yang sedang dikembangkan. Selain itu, petani-petani muda biasanya mengambil pengalaman dari orang tuanya dalam melaksanakan usahataninya, dan akhirnya akan mengambil tanggung jawab orang tuanya yang semakin tua. Pengalaman berusahatani petani responden di Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah ini.

Gambar 5. Pengalaman Berusahatani Petani Responden di Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan, 2013

Berdasarkan Gambar 5. Menunjukkan bahwa petani responden yang ada dilokasi penelitian didominasi oleh yang memiliki pengalaman berusahatani selama 1-20 tahun yaitu berjumlah 24 orang, sementara yang memiiki pengalaman berusahatani yang berkisar antara 21-40 tahun adalah 12 orang dan terakhir adalah petani responden yang memiliki pengalaman berusahatani selama 41-60 tahun

0 5 10 15 20 25

1-20 tahun

21-40 tahun

41-60 tahun 24

12

1

(9)

hanya berjumlah 1 orang, ini berarti bahwa petani nelayan responden sudah cukup mempunyai pengalaman untuk melaksanakan usahataninya dengan baik.

5. Luas Daerah Penangkapan Responden

Luas daerah penangkapan merupakan salah satu faktor penentu dalam menghasilkan besarnya jumlah produksi oleh petani nelayan responden. Semakin besar luas daerah penangkapan maka semakin banyak pula jumlah hasi produksi dari usahatani yang dikerjakan oleh petani responden. Luas daerah penangkapan oleh petani responden di Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan dapat dilihat pada Gambar 6 di bawah ini.

Gambar 6. Luas Lahan Petani Responden di Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan, 2013

Berdasarkan Gambar 6. Dapat diketahui bahwa petani responden yang memiliki luas daerah penangkapan berkisar 1-100 mil berjumlah 30 orang, kemudian yang memiliki luas daerah penangkapan antara 101-200 mil berjumlah 3 orang, selanjutnya untuk petani yang memiliki luas daerah penangkapan 201- 300 mil berjumlah 3 orang dan terakhir untuk petani yang memiliki luas daerah penangapan berkisar 301-400 hanya berjumlah 1 orang, maka luas daerah penangkapan di lokasi penelitian lebih didominasi oleh petani yang memiliki luas daerah penangkapan yang berkisar 1-100 mil.

30

3 3 1

1-100 mil 101-200 mil 201-300 mil 301-400 mil

(10)

C. Kondisi Aktual Rumah Tangga Nelayan

Masyarakat Desa Ponelo umumnya berprofesi sebagai nelayan tradisional yang masih menggunakan cara tradisional untuk menangkap hasil laut. Sehingga pendapatan mereka pun bergantung dari sumber daya laut yang ada di sekitar mereka. Jika lingkungan alam terganggu maka mereka tidak bisa melaut atau mencari ikan. Sementara hanya sebagian kecil dari nelayan Ponelo memiliki pekerjaan alternatif seperti bertani atau menjadi tukang kayu atau tukang batu.

Selain itu, Desa Ponelo belum memiliki infrastruktur yang memadai (listrik, air bersih, pendidikan, kesehatan, perbankan dan pasar tradisional). Hal ini menyebabkan segala aktivitas ekonomi masyarakat selalu terpusat di Ibukota Kabupaten, sehingga roda perekonomian di Desa Ponelo berjalan sangat lambat.

Realita kehidupan di wilayah pesisir pada umumnya merupakan kantong-kantong kemiskinan struktural yang acapkali sangat mencemaskan.

Secara internal sifat hasil produksinya yang mudah busuk. Kedua jebakan perangkap hutang pada ”tengkulak” atau juragan akibat irama musim ikan yang tidak menentu, kondisi perairan yang sudah tangkap lebih, modernisasi penangkapan, kerasnya persaingan usaha dan mekanisme pasar, tekanan kenaikan dan kebutuhan pokok membuat suatu pilihan sulit bagi keluarga nelayan.

Seringkali pula mereka harus menjual sebagian atau bahkan semua aset produksi yang dimiliki untuk menutupi hutang dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

D. Pendapatan Rumah Tangga Nelayan

Pendapatan yang akan diukur adalah penerimaan atau penghasilan yang diterima dalam bentuk uang yang berasar dari usaha perikanan maupun diluar usaha perikanan dalam kurun waktu satu tahun pengeluaran. Pendapatan keluarga nelayan pada sub sektor perikanan di Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan rata-rata sebesar Rp. 9.228.648/tahun, sedangkan untuk jumlah biaya non sektor perikanan rata-rata sebesar Rp. 465.054. untuk lebih jelasnya pendapatan keluarga nelayan di Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan dapat dilihat pada hasil perhitungan dibawah ini:

(11)

………. (1) Y = Rp. 9.228.648,65 + Rp. 465.054,05

= Rp. 9.692.702 / Thn

Jadi dari perhitungan analisis pendapatan nelayan di Desa ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan di atas dapat dilihat bahwa hasil dari pendapatan nelayan dalam sub sektor perikanan (Rp/thn) ditambah dengan pendapatan diluar sub sektor perikanan (Rp/Thn) memperoleh hasil rata-rata sebesar Rp. 9.692.702 /Thn

E. Pengeluaran Rumah Tangga Nelayan

Pengeluaran rumah tangga digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kebutuhan hidup manusia pada penelitian ini terbagi atas kebutuhan pangan (beras, lauk pauk, garam, gula, kopi, rokok/tembakau, sabun, minyak tanah) sedangkan untuk kebutuhan non pangan terbagi atas (pendidikan anak, pakaian, kesehatan, menabung, rekreasi, perbaikan rumah, listrik pembelian barang dan pajak bumi dan bangunan), perhitungan pengeluaran rumah tangga neleyan ini diperoleh dari jumlah kebutuhan kebutuhan pangan (Rp/thn) dan kebutuhan non pangan (Rp/thn), untuk perhitungan pengeluaran rumah tangga nelayan di Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan dapat dilihat secara rinci di bawah ini:

……….…… (2)

C = Rp. 6.746.027 + Rp. 2.522.864 = Rp. 9.268.891 /Thn

Jadi, berdasarkan perhitungan pengeluaran rumah tangga nelayan di atas maka di peroleh hasil total pengeluara rumah tangga nelayan di Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan dengan hasilm rata-rata sebesar Rp. 9.268.891 /Thn

(12)

E. Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Nelayan

Besarnya Pendapatan dan pengeluaran per kapita per tahun dapat dijadikan dasar untuk mengukur tingkat kesejahteraann rumah tangga nelayan. Kriteria tingkat kesejahteraan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kriteria kemiskinan dari Sajogyo dan kriteria kemiskinan dari BKKBN.

a. Tingkat Kesejahteraan Menurut BKKBN

Tingkat kesejahteraan rumah tangga nelayan di Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan sesuai hasil penelitian sebagian besar keluarga nelayan di Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan dalam kehidupan sehari-hari rata-rata mempunyai 4 orang jumlah tanggungan sehingga dapat meningkatkan biaya pendidikan anak serta jenis pengeluaran lainnya, keluarga nelayan Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan sebagian besar jika dilihat dari tempat tinggal (rumah) sudah memiliki rumah beton dan hanya sebagian keluarga nelayan memiliki transportasi seperti motor dll. Keluarga nelayan di Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan masih menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dimana keluarga nelayan hanya mengharapkan tenaga surya (matahari) untuk menerangi tempat tinggal serta melengkapi kegiatan baik dipagi hari maupun dimalam hari. Keluarga nelayan di Desa Ponelo yang melakukan kegiatan menabung hanya sekitar 8% atau hanya sekitar 3 orang dari jumlah responden yang ada pada penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian diatas maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kesejahteraan keluarga nelayan di Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan menurut BKKBN termasuk pada indikator kelauarga “Sejahtera I” atau Miskin dimana menurut indikator jika keluarga nelayan tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi memiliki tabungan keluarga, mengikuti kegiatan masyarakat seperti kerja bakti, kegiatan sosial dan kegiatan keagamaan, rekreasi bersama dan menggunakan sarana transportasi seperti motor dan mobil. Maka dengan itu rumah tangga nelayan di Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan sesuai hasil penelitian termasuk pada rumah tangga Sejahtera I.

(13)

b. Tingkat Kesejahteraan Menurut Sajogyo

Pendapatan dan pengeluaran per kapita pertahun diperoleh dengan membagi total pendapatan dan pengeluaran suatu rumah tangga dalam setahun dengan jumlah anggota dalam rumah tangga tersebut (Sajogyo, 1997). Pendapatan dan pengeluaran per kapita pertahun pada rumah tangga nelayan dapat dilihat pada lampiran 7 dan 10. Suatu rumah tangga dikatakan miskin apabila pengeluaran per kapita per tahun lebih rendah dari nilai tukar 320 kg beras untuk daerah pedesaan dan 480 kg beras untuk daerah perkotaan diukur dengan nilai daerah setempat. Kecamatan Ponelo Kepulauan termasuk dalam daerah pedesaan sehingga pengeluaran per kapita per tahun untuk suatu rumah tangga agar tidak dikatakan miskin harus lebih besar dari 320 kg beras atau dengan harga sebesar Rp. 2.880.000. Harga beras pada saat penelitian Rp. 9000/kg. Bila dilihat dari segi pendapatan dan pengeluaran per kapita per tahun berdasarkan kriteria ini, rumah tangga nelayan termasuk pada kategori miskin. Rata-rata pendapatan sebesar Rp.

9.692.702,70 /Thn dengan pendapatan rata-rata per kapita per tahun untuk rumah tangga nelayan adalah setara dengan 288 kg beras atau dengan harga sebesar Rp.

2.593.675,9 /Thn dan untuk total pengeluaran per kapita per tahun rata-rata sebesar Rp. 1.729.600 atau setara dengan 192 kg beras.

Berdasarkan hasil diatas terlihat bahwa rumah tangga nelayan di Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan secara rata-rata tingkat pendapatan pengeluaran per kapita per tahun kurang dari nilai tukar 320 kg beras. Hal ini menunjukkan bahwa rumah tangga nelayan responden telah tergolong “ Miskin”

berdasarkan kriteria dari Sajogyo.

Gambar

Gambar 2. Keadaan Umur Petani Responden di Desa Ponelo Kecamatan           Ponelo Kepulauan, 2013 0 5 10 15 20 25 30 35 0-15  16-60  61-70 0 35  2
Gambar 3. Keadaan Pendidikan Petani Responden di Desa Ponelo          Kecamatan Ponelo Kepulauan, 2013
Gambar 4. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Responden di Desa  Ponelo  Kecamatan Ponelo Kepulauan, 2013
Gambar 5. Pengalaman Berusahatani Petani Responden di Desa Ponelo           Kecamatan Ponelo Kepulauan, 2013
+2

Referensi

Dokumen terkait

Memiliki pola grafik yang tidak jauh berbeda dari pengujian openstack yaitu bersifat linier, semakin banyak virtual machine yang dijalankan maka semakin lama pula

Interaksi kedua faktor menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata untuk diameter berat kering pucuk, berat kering akar dan indeks mutu bibit pada perlakuan arang tempurung kelapa taraf

Sementara untuk SMA 5 di wakili oleh ketua Pelaksana kegiatan ini yang ditunjuk oleh kepala Sekolah yaitu Bapak Das Arief.Dalam sambutannya keduanya mengatakan bahwa siswa

Dari data tabel tersebut diketahui bahwa anak yang telah mencapai indikator membaca permulaan dengan kriteria Berkembang Sangat Baik adalah 6 anak atau sebanyak

Pengawasan hasil layanan bimbingan dan konseling di SMA N 1 Pundong terdapat adanya pencatatan agenda kegiatan harian dan mingguan yang dituangkan dalam laporan

Foto jurnalistik merupakan sebuah hasil karya dari kegiatan liputan seorang fotografer atau pewarta foto sebagai bentuk informasi di media massa yang mempunyai peran

Data yang diolah dalam penelitian ini adalah data usia, antropometri (berat badan dan tinggi badan), pengetahuan gizi, konsumsi makanan berlemak, konsumsi makanan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan media Flash Flip Book lebih besar dari nilai rata-rata kelas pada