• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran anak usia dini merupakan cara yang sistematis untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran anak usia dini merupakan cara yang sistematis untuk"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

Metode pembelajaran sangat diperlukan dalam proses pembelajaran karena metode pembelajaran merupakan cara untuk membuat suasana belajar jadi kondusif agar siswa dapat lebih memahami materi yang disampaikan. Metode pembelajaran anak usia dini merupakan cara yang sistematis untuk mengembangkan berbagai potensi anak dan juga untuk mencapai tujuan pembelajaran anak usia dini sebagai persiapan untuk hidup dan menyesuaikan diri dengan lingkungan (Mursid, 2015). Salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan untuk anak usia dini adalah metode bermain, dimana anak akan melakukan kegiatan yang disiapkan oleh guru tetapi kegiatan tersebut adalah kegiatan yang menyenangkan dan tidak membosankan untuk anak.

Bermain menurut Conny R Semiawan adalah suatu kegiatan/tingkah laku

yang dilakukan anak secara sendirian atau berkelompok dengan menggunakan

alat atau tidak menggunakan alat untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi,

bermain ada yang dapat dilakukan secara sendiri, dan ada pula yang dilakukan

secara berkelompok sesuai dengan kecepatan sendiri maka ia berlatih

kemampuannya (Sofyan, 2015). Kemudian Menurut Mayesty bermain adalah

kegiatan yang anak-anak lakukan sepanjang karena bagi anak bermain adalah

hidup adalah permainan. Anak usia dini tidak dapat membedakan antara

bermain, belajar dan bekerja. Anak-anak umumnya sangat menikmati

(2)

permainan dan akan terus melakukannya di manapun mereka memiliki kesempatan (Sujiono, 2013).

Moeslichatoen berpendapat metode bermain merupakan kegiatan yang dilakukan oleh anak dengan melakukan koordinasi otot kasar yaitu dengan cara merayap, merangkak, berjalan, berlari, melompat, menendang, melempar, dan lain sebagainya. Dengan bermain anak dapat melatih kemampuan kognitif, bahasa, kreativitas dan juga kepekaan emosinya. Dengan bermain anak juga dapat memilih kegiatan yang disukai, alat dan bahan yang akan digunakan, serta bebas mau berperan sebagai apa dalam kegiatan itu (Mursid, 2015).

Meskipun dalam bermain anak dapat memilih sendiri apa yang akan mereka mainkan, tetapi guru juga dapat memilih kegiatan yang cocok digunakan untuk mengembangkan salah satu perkembangan anak usia dini.

Salah satu permainan yang dapat diterapkan oleh guru adalah permainan teka- teki. Teka-teki menurut KBBI adalah “soal yang berupa kalimat (cerita, gambar) yang dikemukakan secara samar-samar, biasanya untuk permainan atau untuk mengasah pikiran misalnya yang digantung di atas, yang menggantung di bawah, orang menaikkan layang-layang”.

Permainan yang digunakan adalah permainan teka teki untuk anak usia

dini. Teka-teki dalam kamus besar bahasa indonesia memiliki arti menebak,

menduga, terka (Depdikbud RI). Teka-teki adalah soal yang berupa kalimat

(cerita atau gambar) yang dikemukakan secara samar-samar, biasanya untuk

permainan atau untuk mengasah pikiran, tebakan atau terkaan. Teka-teki juga

(3)

dapat diartikan dengan hal yang sulit dipecahkan, kurang terang atau rahasia.

Berteka-teki berarti mengucapkan teka-teki supaya ditebak, bersoal jawab menggunakan teka-teki atau yang mempunyai teka-teki serta teka-tekinya (istilah kata). Permainan teka-teki adalah permainan yang menggunakan media gambar dan kata untuk mengasah kemampuan anak yang dilakukan dengan cara mencari, menebak, dan meletakkan gambar dan huruf yang tersembunyi atau disembunyikan oleh guru.

Permainan ini dapat meningkatkan berbagai perkembangan misalnya perkembangan kognitif (dalam berfikir), bahasa, motorik dan rasa ingin tahu anak. Menurut Montessori perkembangan anak usia dini merupakan masa sensitif bagi anak karena anak pada masa ini secara khusus mudah menerima stimulus dan berbagai upaya pendidikan baik secara disengaja ataupun tidak disengaja. Pada masa peka inilah terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis sehingga siap merespons dan mewujudkan semua tugas-tugas perkembangan yang dharapkan muncul pada perilakunya sehari-hari (Sujiono, 2013).

Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang dalam perkembangannya dan dimana masa ini anak lebih menyukai bermain dari pada belajar. Ada beberapa pendapat yang mengungkapkan pengertian anak, beberapa diantaranya adalah Sujiono (2013: 6) mengatakan bahwa: “Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya.

Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun”.

(4)

Usia dini merupakan masa atau periode awal yang paling mendasar dalam pertumbuhan dan perkembangan kehidupan manusia. Masa atau periode ini ditandai periode penting dan mendasar dalam kehidupan berikutnya anak-anak sampai periode akhir dari perkembangan mereka (Sofyan, Anggereini, &

Saadiah, 2019). Oleh karena itu dibutuhkan pendidik yang dapat menstimulus perkembangan anak agar mereka dapat berkembang dan bertumbuh sesuai dengan usianya dan tahapannya.

Perkembangan anak usia dini terdapat aspek-aspek perkembangan yang dapat dikembangkan melalui berbagai stimulus. Menurut Permendikbud No.

146 tahun 2014 pada pasal 5 ayat 1 menyebutkan struktur kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini memuat program-program pengembangan yang mencakup: “Nilai agama dan moral, fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional, dan seni”. Kemudian menurut Catron dan Allen (Sujiono, 2013:

62) menyebutkan bahwa terdapat 6 (enam) aspek perkembangan anak usia

dini, yaitu: “Kesadaran personal, kesehatan emosional, sosialisasi,

komunikasi, kognisi dan keterampilan motorik yang sangat penting dan harus

dipertimbangkan sebagai fungsi interaksi. Kreativitas tidak dipandang sebagai

perkembangan tambahan, melainkan sebagai komponen yang integral dari

lingkungan bermain yang kreatif”. Sedangkan menurut Hurlock (Sofyan,

2015: 14) mengatakan bahwa: “Perkembangan anak yang sehat terlihat dalam

tumbuh kembangnya, seluruh aspek dengan seimbang antara keseluruhan dan

perkembangan anak seperti: fisik, motorik, bicara, emosi, sosial, bermain,

kreativitas, cognitif, moral, minat, dan peran sex serta perkembangan

(5)

kepribadian”. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa aspek perkembangan terdiri dari, perkembangan motorik (halus dan kasar), kognitif, agama dan moral, sosial emosional, bahasa, dan seni.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan anak usia dini.

Menurut Abdurrahman faktor yang mempengaruhi perkembangan anak meliputi: kualitas guru alam merancang dan menerapkan proses pembelajaran, infrastruktur yang tersedia, kurikulum dan motivasi belajar. Sofyan menambahkan faktor lain yaitu strategi pembelajaran, dan juga pemberian penguatan. Guru merupakan salah satu faktor yang penting bagi keberhasilan pendidikan anak usia dini, yang tercermin dalam potensi perkembangan anak selama proses belajar melalui bermain (Sofyan, 2016).

Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan anak usia dini adalah kurikulum, dimana ada juga beberapa model pembelajaran yang dirancang untuk anak usia dini sesuai dengan kurikulum yaitu model pembelajaran area, sentra, dan kelompok. Menurut Sofyan & Anggereini (2019) kurikulum dengan model pembelajaran yang dirancang berdasarkan kurikulum akan sangat membantu siswa dan guru untuk lebih berkonsentrasi dan fokus dalam proses pembelajaran. Selain itu model pembelajaran yang ada juga sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan (RPPM) dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH).

Salah satu perkembangan yang dapat ditingkatkan melalui permainan ini

adalah perkembangan bahasa. Menurut Anita (2015: 164) perkembangan

bahasa adalah “salah satu aspek pengembangan anak usia dini. Artinya aspek

(6)

ini berperan penting dalam perkembangan anak serta mempengaruhi masa tumbuh kembang anak di masa selanjutnya”. Kemudian Santrock (2015: 165) mengungkapkan bahwa:

Bahasa (languange) adalah suatu bentuk komunikasi baik lisan, tertulis, maupun isyarat yang didasarkan pada sebuah sistem simbol. Bahasa terdiri atas kata-kata yang digunakan oleh masyarakat (perbendaharaan kata) dan aturan-aturan untuk memvariasikan dan mengkombinasikan kata-kata tersebut (tata bahasa dan sintaksis). Sedangkan bahasa anak usia dini yakni bahasa yang dipakai anak untuk menyampaikan keinginan, pikiran, harapan permintaan untuk diri sendiri.

Bahasa merupakan salah satu aspek perkembangan manusia yang berperan penting dalam kehidupan, karena bahasa adalah alat komunikasi bagi manusia.

Belajar bicara memerlukann proses yang panjang dan rumit. Pada saat bicara anak harus menggunakan bentuk bahasa yang bermakna bagi orang yang mereka ajak komunikasi, dan dalam berkomunikasi anak harus memahami bahasa yang digunakan oleh orang lain (Sofyan, 2015).

Perkembangan bahasa yang baik adalah perkembangan yang berkembang sesuai dengan usia dan indikatornya, artinya indikator perkembangan bahasa anak tersebut sudah tercapai sesuai dengan usianya. Dalam perkembangan bahasa terdapat tiga ruang lingkup perkembangan yang tercantum dalam Permendikbud No. 137 tahun 2013 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini yaitu: “memahami bahasa, mengungkapkan bahasa, dan keaksaraan”.

Salah satu ruang lingkup dari perkembangan bahasa adalah keaksaraan.

Mengenal keaksaraan awal menurut Santrock merupakan mengenal huruf

vokal dan konsonan yang merupakan kemampuan dasar anak untuk membaca

awal dan menulis. Dan sebaiknya anak-anak diperkenalkan dengan huruf sejak

(7)

dini. Dan kemampuan mengenal keaksaraan awal adalah kemampuan mengenal huruf vokal dan konsonan yang tergolong pada kemampuan fonologi. Fonologi merupakan sistem bunyi bahasa. Bahasa adalah bentuk komunikasi yang berupa lisan, tertulis ataupun isyarat yang berdasarkan pada suatu simbol-simbol (Maysaroh, 2018). Sedangkan menurut Depdiknas tahun 2007 (May, 2018: 6) keaksaraan yaitu: “Kemampuan menyebutkan simbol- simbol yang dikenal, mengenal suara, huruf awal nama-nama benda disekitar, menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi atau huruf awal yang sama, menulis nama sendiri dan membaca nama diri sendiri”. Kemampuan keaksaraan yang dimaksud didalam penelitian ini adalah anak mengenal huruf dan kata yang baru mereka pelajari, kemudian setelah mereka mengetahui maka guru akan bertanya lagi tentang huruf dan kata tersebut melalui permainan teka-teki.

Berdasarkan pengamatan di Taman Kanak-Kanak An-Nahl pada tanggal

18 September 2019 masih belum terlihat jelas bagaimana kemampuan

keaksaraan anak usia 5-6 tahun untuk sebagian anak dan untuk sebagiannya

lagi sudah terlihat kemampuan keaksaraan anak, ditandai dengan ada beberapa

indikator yang belum tercapai pada anak (Carlin yang masih belum

mengetahui bentuk huruf R, U, M, A, H, Elgazzy, Carlin, Jihan belum mampu

menulis nama sendiri). Selanjutnya hasil pengamatan pada tanggal 26

September 2019 menunjukkan ada beberapa anak yang sudah bisa membaca

nama-nama benda yang berhubungan dengan kebersihan seperti sapu, sekop,

dan alat pel serta mampu menempel kan kata-kata tersebut di benda aslinya,

(8)

sedangkan sebagian anak yang mampu membaca tetapi dengan bantuan guru, tapi anak tersebut dapat menempelkan kata-kata tersebut di tempat yang tepat.

maka dari itu perlu dilakukan penelitian ini agar mengetahui bagaimana pengaruh permainan teka-tekii terhadap kemampuan keaksaraan anak usia 5-6 tepatnya dikelas Ali Bin Abi Thalib B3 (kelas sentra persiapan) di Taman Kanak-Kanak tersebut.

Indikator pencapaian anak usia 5-6 tahun dalam keaksaraan meliputi:

menyebutkan simbol-simbol huruf yang dikenal, mengenal suara huruf awal dari nama benda-benda yang ada disekitar, menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi/huruf awal yang sama, memahami hubungan antara bunyi dan bentuk huruf.

Berdasarkan hal inilah peneliti mengambil judul penelitian “Pengaruh Permainan Teka-teki terhadap Kemampuan Keaksaraan Anak Usia 5-6 tahun di TK IT An-Nahl Kota Jambi”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi apa saja permasalahan yang terjadi di lapangan, antara lain:

1. Terdapat sebagian anak yang belum bisa mebuat nama sendiri 2. Terdapat sebagian anak yang belum mampu menulis beberapa huruf 3. Belum diterapkannya teka-teki gambar dikelas sentra persiapan C. Batasan Masalah

Untuk mempermudah pemahaman dan menghindari penafsiran berbeda-

beda, makan penulis memberikan batasan-batasan dalam penelitian ini yaitu:

(9)

1. Penelitian ini dibatasi pada perkembangan bahasa tentang keaksaraan anak usia dini. Keaksaraan anak usia dini mencakup menyebutkan simbol-simbol huruf yang dikenal, mengenal suara huruf awal dari nama benda-benda yang ada disekitar, menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi/huruf awal yang sama, memahami hubungan antara bunyi dan bentuk huruf

2. Penelitian ini dibatasi hanya menggunakan permainan teka teki yang disesuaikan dengan tema pada delapan kali pertemuan

3. Penelitian ini dibatasi hanya anak TK usia 5-6 tahun khususnya kelas Ali Bin Abi Thalib (B3) pada sentra persiapan di TK IT An-Nahl Kota Jambi

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat Pengaruh Permainan Teka teki Terhadap Kemampuan Keaksaraan Anak Usia 5-6 tahun di TK IT An-Nahl Kota Jambi?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

“untuk mengetahui Pengaruh Permainan Teka teki Terhadap Kemampuan Keaksaraan Anak Usia 5-6 tahun di TK IT An-Nahl Kota Jambi”

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh berdasarkan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi perserta didik

(10)

a. Agar peserta didik dapat meningkatkan kemampuan keaksaraannya.

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi anak berupa pengalamanan untuk anak-anak dapat meningkatkan kemampuan keaksaraannya dengan permainan teka teki.

2. Untuk guru

a. Hasil penelitian di harapkan dapat mengembangkan dan meningkatkan keterampilan mengajar pendidik di kelas.

b. Memberikan informasi tentang peranan atau manfaat metode permainan teka teki dalam proses belajar anak dalam meningkatkan kemampuan keaksaraan anak

3. Untuk lembaga

Sebagai pengetahuan baru tentang manfaat permainan teka teki dalam meningkatkan kemampuan keaksaraan

G. Definisi Operasional

1. Perkembangan bahasa anak usia dini merupakan salah satu aspek perkembangan anak usia dini yang berkaitan dengan kemampuan bicara anak, keaksaraan, memahami bahasa dan mengungkapkan bahasa.

2. Keaksaraan adalah salah satu ruang lingkup perkembangan bahasa

anak usia yang berkaitan dengan menyebutkan simbol-simbol huruf

yang dikenal, mengenal suara huruf awal dari nama benda-benda yang

ada disekitar, menyebutkan kelompok gambar yang memiliki

(11)

bunyi/huruf awal yang sama, memahami hubungan antara bunyi dan bentuk huruf.

3. Permainan teka teki adalah salah satu permainan yang dapat

meningkatkan keaksaraan dimana anak akan mencari dan meletakkan

gambar dan huruf yang tersembunyi.

Referensi

Dokumen terkait

bahwa intervensi pasar nilai tukar mata uang asing bila tidak disertai dengan koordinasi sertai dengan koordinasi negara anggota di dalam menetapkan kebijakan moneter hanya

Untuk itu diperlukan suatu penelitian yang khusus menganalisis persepsi mahasiswa akuntansi tentang pajak dan brevet pajak terhadap minat berprofesi di bidang perpajakan

Pasal 7B ayat (1) menyaebutkan bahwa Usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya

Peserta didik dengan kesadaran metakognitif tinggi mengalami ke- gagalan dalam mengindentifikasi pengetahuan yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan no- mor 2

Pustakawan dalam melayani generasi Z dituntut untuk dapat menjadi multitasker, karena perpustakaan saat ini tidak hanya berfokus pada layanan secara konvensional tetapi

Berdasarkan hasil eksperimen, kedua mo- del pembelajaran menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan keefektifan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan TAI dalam

Penyusunan program dalam roadmap berdasarkan dari hasil pemodelan regresi dengan industri yang signifikan berpengaruh terhadap PDRB yaitu industri pertambangan,

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis hubungan/ korelasi antara variabel pengalaman wisatawan ( tourist experience ) terhadap minat untuk