• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENYUNTIKAN KELENJAR HYPOFISA DENGAN DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP LAJU PEMIJAHAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENYUNTIKAN KELENJAR HYPOFISA DENGAN DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP LAJU PEMIJAHAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENYUNTIKAN KELENJAR HYPOFISA DENGAN DOSIS YANG BERBEDA

TERHADAP LAJU PEMIJAHAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)

THE EFFECT OF INVESTIGATION OF HYPOFISA ARRIVAL WITH DOSAGETHAT DIFFERENT TOWARDS THE PRIVATE RATE

LELE DUMBO FISH (Clarias gariepinus)

1Gabriela M.O. Koten, 2Sofia Dhengi

1Alumni Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan,

2Dosen Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,

Email: dhengisofia@gmail.com

ABSTRAK

Ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus) adalah salah satu ikan air tawar yang banyak dibudidayakan di seluruh pelosok tanah air dan menjadikan ikan konsumsi yang cukup populer.

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pada dosis berapakah ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) dapat memijah dengan waktu latensi tercepat menggunakan penyuntikan hypofisa.

Metode yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga taraf perlakuan dan setiap perlakuan diulang tiga kali dengan mengamati waktu lantesi pemijahan. Perlakuan dosis penyuntikan berdasarkan jumlah dan berat ikan donor dan ikan resipien adalah perlakuan (P1):

3 dosis/kg artinya jumlah ikan resipien satu ekor/kg dan jumlah ikan donor induk jantan tiga ekor/kg.Perlakuan (P2): 5 dosis/kg artinya jumlah ikan resipien satu ekor/kg dan jumlah ikan donor induk jantan lima ekor/kg.Perlakuan (P3):7 dosis/kg artinya jumlah ikan resipien satu ekor/kg dan jumlah ikan donor induk jantan tujuh ekor/kg. Hasil penelitiandengan pemberian dosis 0,5 mL/kg menunjukan latensi waktu tercepat (630 menit; 10,30) dan hasil terbaik dalam merangsang hormon gonadotropin untuk mempercepat proses pemijahan.

Kata kunci: Hypofisa, ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus), Latensi waktu pemijahan.

ABSTRACT

African catfish (Clarias gariepinus) is one of the freshwater fish that is widely cultivated throughout the country and makes consumption fish quite popular. This study aims to determine at what dose Dumbo catfish (Clarias gariepinus) can spawn with the fastest latency time using pituitary injection. The method used is a completely randomized design (CRD) with three treatment levels and each treatment level is repeated three times by observing the spawning lantern time. The injection dosage treatment based on the number and weight of donor fish and recipient fish is treatment (P1): 3 doses/kg means the number of recipient fish is one head/kg

(2)

and the number of donor fish is three male/kg. Treatment (P2): 5 doses/kg means the number of one fish recipient fish/kg and the number of five male donors/kg. Treatment (P3): 7 doses/kg means the number of recipient fish is one tail/kg and the number of male donor fish is seven tails/kg. The results of the study by administering a dose of 0.5 mL/kg showed the fastest latency time (630 minutes; 10.30) and the best results in stimulating the gonadotropin hormone to speed up the spawning process.

Key words: Pituitary, African catfish (Clarias gariepinus) Spawning latency

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus) adalah salah satu ikan air tawar yang banyak dibudidayakan di seluruh pelosok tanah air dan menjadi ikan konsumsi yang cukup populer.Lele dumbo merupakan salah satu komoditas air tawar yang telah memperoleh perhatian cukup besar dari pemerintah dan pemerhatian masalah perikanan di dunia, terutama berkaitan dengan usaha peningkatan gizi masyarakat di negara-negara yang sedang berkembang (Khairuman & Khairul, 2003).

Budidaya Ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus) semata-mata hanya fokus pada cara agar ikan Lele bisa diterima oleh masyarakat di negara-negara berkembang dengan tujuan meningkatkan gizi masyarakat khususnya masyarakat ekonomi rendah, karena tingkat produktivitas dan kemampuan berkembang biak ikan lele cukup tinggi. Dengan demikian, pengembangan usaha budidaya ikan ini semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus) ke Indonesia pada tahun 1985. Peningkatan tersebut dapat terjadi karena ikan Lele dumbo dapat dibudidayakan pada lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar yang tinggi. Pengembangan usaha perikanan budidaya sangat bergantung pada ketersediaan induk dan benih unggul, karena induk dan benih merupakan salah satu sarana produksi yang mutlak dan akan menentukan keberhasilan usaha budidaya (Sunarama, 2004)

Pembenihan dengan campur tangan manusia atau fertilisasi buatan sudah dapat dilakukan pada berbagai jenis ikan, diantaranya adalah Ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus) dengan menggunakan metode hypofisasi. Penerapan kawin rangsang (hipofisasi) menggunakan ekstrak hypofisa ikan Mas telah dilakukan sejak tahun 1930-an di negara-negara Brasil, Uni

(3)

Soviet, India, Amerika dan beberapa negara Eropa lainnya (Ibrahim, 1979). Selanjutnya teknik hypofisasi ini berkembang pesat sekitar tahun 1970-an setelah percobaan hypofisasi pada ikan Lele, Belanak, dan Bandeng berhasil. Di Indonesia sendiri ekstrak hypofisa ikan Mas telah digunakan sejak tahun 1980-an untuk pemijahan ikan-ikan ekonomis penting seperti Patin, Jelawat, dan Lele dumbo (Clarias gariepinus) (Budiyanto, 2002).

Rumusan Masalah

Hipofisasi merupakan salah satu teknik untuk mempercepat pemijahan ikan melalui injeksi kelenjar hypofisa melalui pemijahan secara buatan. Hypofisasi dapat dilakukan dengan menyuntikan suspensi kelenjar hypofisa pada tubuh ikan yang akan dibiakan. Kelenjar hypofisa ini terletak di bawah otak sebelah depan, mengandung hormon gonadotropin yang berfungsi untuk mempercepat ovulasi dan pemijahan (Oka, 2005). Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang penyuntikan kelenjar hypofisa pada ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus) karena di daerah ini belum adanya perkembangbiakkan ikan tersebut secara signifikan maka, penelitian ini penting dilakukan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis yang tepat dari kelenjar hipofisa yang disuntikan ke Ikan Lele terhadap laju pemijahannya.

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus sampai September 2016 di Desa Wairterang, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah larutan hypofisa dari ikan donor dengan berat 1 kg/ekor dan umurnya 10 bulan/ekor. Ikan resipien (ikan penerima) yang berjumlah 15 ekor yang terdiri dari Lele dumbo (Clarias gariepinus) yang telah matang gonad dengan berat masing-masing ikan jantan dan betina 1 kg/ekor, panjang 40-45 cm dan umurnya 10 bulan/ ekor. Bak

(4)

pemijahan berukuran 1 x 1 meter dan tingginya 75 cm. Alat-alat yang digunakan adalah Stopwatch, Timbangan, Pisau, Handuk kecil, Pinset, Tissue, Alat penggerus, Sentrifugase, Spuit, Akuabides, Ember, Mistar, Gunting, Baskom, Sarung tangan.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen yaitu suatu metode yang dipakai untuk mengetahui pengaruh dari suatu media alat atau kondisi yang sengaja diadakan.

Hasil yang akan dapat menegaskan bagaimana hubungan kasual antara variabel-variabel yang diselidiki dan seberapa besar hubungan sebab akibat tersebut dengan cara memberikan perlakuan-perlakuan yang menyediakan kontrol untuk pembanding (Nazir, 2000).

Dalam penelitian ini menggunakan ikan uji sebanyak 10 ekor ikan Lele dumbo jantan dan betina masing-masing 10 ekor yang telah matang gonad dengan berat masing-masingnya 1 kg/ekor dan panjang 40-45 cm. Untuk kelenjar hypofisa digunakan kelenjar hypofisa ikan Lele dumbo yang berkelamin jantan berjumlah 45 ekor dengan berat masing-masing 1 kg/ekor.

Rancangan yang digunakan adalah menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Media yang digunakan bersifat homogen artinya keragaman suatu percobaan tersebut kecil, sehingga yang mempengaruhi hasil penelitian adalah perlakuan (Supandi S, 2000). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah tiga taraf perlakuan dan setiap taraf perlakuan diulang tiga kali dengan mengamati waktu lantesi pemijahan (Assubki I, 1993).

Penetapan perlakuan dosis penyuntikan berdasarkan pada jumlah dan berat ikan donor dan ikan resipien adalah sebagai berikut:

Perlakuan (P1): 3 dosis/ kg artinya jumlah ikan resipien satu ekor/ kg dan jumlah ikan donor induk jantan tiga ekor/kg.

Perlakuan (P2): 5 dosis/ kg artinya jumlah ikan resipien satu ekor/ kg dan jumlah ikan donor induk jantan lima ekor/kg.

Perlakuan (P3) :7 dosis/ kg artinya jumlah ikan resipien satu ekor/ kg dan jumlah ikan donor induk jantan tujuh ekor/kg.

Tahap Pelaksanaan

(5)

Cara pengambilan kelenjar hypofisa

Ikan donor yang dijadikan bahan uji ditimbang dengan berat 1 kg. Pegang bagian kepalanya bila licin, badannya dapat dibungkus dengan kain. Sementara bagian kepala dipegang, bagian bandan diletakkan di atas papan pemotong. Kepala ikan dipotong di bagian belakang tutup insangnya hingga kepalanya putus. Kepala yang telah terpotong diletakkan dengan posisi mulut menghadap ke atas. Pemotongan berikutnya yaitu pada bagian d iatas mata sedikit ke arah bagian belakang. Setelah tulang tengkorak terbuka maka akan nampak otak sedangkan kelenjar hypofisa terdapat di bawah otak dan berwarna putih berbentuk butiran kecil.

Otaknya diangkat, tempatnya dibersihkan dengan tissue agar bersih dari darah dan lemak.

Kemudian kelenjar hypofisa tersebut diambil secara hati-hati dengan pinset.

Menyiapkan Kelenjar Hypofisa

Kelenjar hipofisa diambil dengan hati-hati dengan pinset dan diletakkan di tepi alat penggerus. Kemudian kelenjar hipofisa digerus dengan cara memutar-mutar alat penggerus ke lubang dasar gelas penggerus. Kemudian ditambahkan aquabidest/ NaCl 1,5 ml. Ekstrak diambil dengan jarum suntik. Ekstrak dimasukan ke dalam gelas tabung. Gelas tabung disentrifuse selama 2-5 menit. Diamkan sebentar agar terbentuk dua lapisan (cairan bening dan endapan). Cairan yang bening diambil dengan spuit, cairan inilah yang akan digunakan untuk menyuntik ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus). Penyuntikan dilakukan di bawah sirip dorsal bagian depan dengan kemiringan antara sudut 400-450.

Prosedur Kerja Persiapan

Seleksi induk ikan Lele betina dan jantan yang siap memijah. Menyiapkan sembilan kolampemijahan, dengan masing-masing kolam dipelihara induk ikan Lele matang gonad yang siap untuk memijah. Keringkan dan bersihkan kolam/bak yang hendak digunakan untuk pemijahan. Cuci dan jemur kakaban dengan jumlah yang cukup menutupi 75% dasar kolam.

Pasang kakaban di dasar kolam/bak, letakkan kakaban itu 5-10 cm diatas dasar kolam. Gunakan bata merah yang sudah dicuci bersih sebagai pengganjalnya, pada bagian atasnya juga ditindih dengan bata agar kakaban tidak mudah bergeser. Menjelang dilakukan penyuntikan, kolam tersebut diisi dengan air sampai kakaban terendam air 10 cm-20 cm. Penyuntikan ini dilakukan

(6)

pada induk ikan Lele betina yang matang gonad. Pada saat penyuntikan posisi jarum suntik berada antara kemiringan sudut 40-450. Kedalaman jarum suntik ± 1 cm dan disesuaikan dengan besar kecilnya tubuh ikan. Penyuntikan dilakukan pada sore hari sekitar pukul 17.00.

Metode Pengumpulan Data Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung melalui wawancara, observasi serta partisipasi di lapangan dalam bentuk pengamatan dan terjun secara langsung mengikuti proses penyuntikan kelenjar hipofisa. Data primer tersebut diantaranya adalah jumlah (ekor) induk ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus), berat (gram) induk ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus), cara pembedahan dan pengambilan kelenjar hipofisa pada induk ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus), cara penyuntikan kelenjar hipofisa pada ikan resipien, lamanya waktu pemijahan, dan selang waktu ikan disuntik sampai dengan waktu ikan memijah.

Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi literatur yang berkaitan dengan pokok bahasan yang diperoleh dari sumber pustaka dan melalui pencatatan atau keterangan-keterangan ditempat penelitiian (Nazir, 2000).

Analisis Data

Data pengamatan dan perhitungan tentang pengaruh dosis yang berbeda terhadap waktu latensi pemijahan ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus) menggunakan suntikan hormon kelenjar hypofisa.

Tabel 1. Waktu lantesi pemijahan (jam) ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus) dengan tiga kali perlakuan dan tiga kali ulangan dengan dosis yang berbeda.

Ulangan

Laju pemijahan (selang waktu ikan disuntik

sampai dengan waktu memijah) Total

lajupertumbuhan 0,3 mL/kg 0,5 mL/kg 0,7 mL/kg

1 2 3 Jumlah

Rata- rata

(7)

Data tersebut kemudian dianalisis dengan analisis sidik ragam (analisis varians) untuk data percobaan. Rancangan acak lengkap (RAL) dijelaskan dengan rumus dari model Rancangan Acak Lengkap (RAL) menurut (Sunarto Y, 2000) adalah sebagai berikut:

Y = π + T +€

Keterangan:Y = Nilai pengamatan π = Nilai rata-rata harapan

T = Pengaruh perlakuan

€ = Galat Tabel 2. Anova

Sumber keberagaman

Derajat bebas (DB)

Jumlahkuadrat (JK)

Kuadrat tengah

(KT)

F hitung F tabel 5% 1%

Perlakuan t- 1 JKP KTP

Galat t (r-1) JKG KTG

Total Derajat total bebas

JKT

Keterangan : t = Perlakuan r = Ulangan DB = Derajat bebas

JKP = Jumlah kuadrat perlakuan JKG = Jumlah kuadrat galat KTP = Kuadrat tengah perlakuan KTG = Kuadrat tengah galat

* = F hitung> F tabel 5% dan F hitung < F tabel 1% (berbeda nyata).

** = F hitung > F tabel 5% dan F tabel 1% (berbeda sangat nyata) ns = F hitung < F tabel 5% dan F tabel 1%n ( tidak berbeda nyata).

(8)

HASIL DAN PEMBAHASAN Waktu Lantensi Pemijahan

Hasil penelitian menunjukan bahwa penyuntikan hormon hypofisa dengan dosis yang berbeda dapat mempengaruhi waktu pemijahan ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus). Data hasil penelitian mengenai waktu latensi pemijahan yang tercepat sampai yang terlambat adalah sebagai berikut dosis 0,5 mL/ kg P2 (600 menit; 10.00 jam), diikuti dengan dosis 0,5 mL/ kg P1 (608 menit; 10,8 jam), 0,5 mL/ kg P3 (612 menit; 10,12 jam), dosis 0,3 mL/ kg P1 (638 menit;

10,38 jam), dosis 0,3 mL/ kg P2 (645 menit; 10,45 jam), dosis 0,3 mL/ kg P3 (652 menit; 10,52 jam), dosis 0,7 mL/ kg P3 ( 660 menit; 11,00 jam), dosis 0,7 mL/ kg P1 (670 menit; 11,10 jam), dan dosis 0,7 mL/ kg P2 (675 menit; 11,15 jam).

Waktu lantensi ditentukan dengan menghitung selisih waktu antara penyuntikan sampai keluarnya telur atau ovulasi. Hasil rataan terhadap waktu latensi setelah pemberian perlakuan pada ikan adalah perlakuan 0,5 mL/ kg (630 menit; 10,30 jam), perlakuan 0,3 mL/ kg (645 menit; 10,45 jam), dan perlakuan 0,7 mL/ kg (668 menit; 11,08 jam). Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa induk ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus) yang disuntik dengan dosis 0,5 ml/ kg berat badan ikan dapat meningkatkan konsentrasi hormon gonadotropin didalam darah sehingga dapat merangsang perkembangan telur dan mempercepat proses pemijahan ikan dengan waktu latensi (630 menit; 10.30 jam).

Menurut (Fujaya,2007), induk ikan disuntik dengan hormon hipofisa, penyuntikan hormon LH-RH, dan lain-lain dapat menambah atau meningkatkan konsentrasi hormon gonadotropin dalam darah sehingga mampu menginduksi perkembangan telur dan pemijahan. Sedangkan induk ikan yang melakukan pemijahan secara alami atau tidak menggunakan rangsangan hormon maka akan terjadi kelambatan dalam proses pemijahan, hal ini dikarenakan kandungan gonadotropin dalam tubuh belum cukup untuk terjadi ovulasi, dan tidak adanya rangsangan hormonal dari luar yang dapat meningkatkan kandungan gonadotropin dalam tubuh ikan. Ini membuktikan bahwa penyuntikan kelenjarhypofisa secara intramuscular di punggung didalam otot pada induk ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus) yang matang gonad dapat merangsang ovulasi.Dari uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa penggunaan zat perangsang untuk

(9)

mempersingkat waktu lantesi terhadap ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus) betina yang matang gonad sangat bergantung pada dosis zat perangsang yang digunakan.

Kelenjar hipofisa sangat berperan dalam kontaksi selaput folikel, dengan meningkatnya hormon kelenjar hipofisa didalam darah yang akan meningkatkan kontraksi selaput folikel sehingga folikel dalam waktu yang lebih cepat akan berkontraksi dan terjadilah ovulasi dan dapat memperkecil waktu lantesi.

Pengaruh larutan kelenjar hormon hypofisa yang disuntik pada induk ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus) dengan dosis 0,5 mL/kg berat badan ikan menunjukkan hasil yang baik dalam merangsang hormon gonadotropin untuk mempercepat proses pemijahan ini dibuktikan dari hasil penelitian yang menyatakan jumlah telur yang ovulasi semuanya dibuahi karena terlihat berwarna kuning cerah kecoklat-coklatan atau bening dan ikan Lele dumbo jantan dan betina tidak mengalami stres. Tapi ketika kelenjar hipofisa menjadi 0,3 mL/kg berat badan ikan dan 0,7 mL/kg berat badan ikan menyatakan kecenderungan kurang berpengaruh terhadap latensi waktu pemijahan dikarenakan pemberian dosis hypofisa yang tidak sesuai. Hal ini dinyatakan berdasarkan pengamatan bahwa dosis 0,3 ml/kg dan 0,7 mL/kg merangsang induk ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus) dapat memijah, namun terlihat bahwa jumlah telur yang dihasilkan ada sebagian telur yang dibuahi dengan warna cerah kuning kecoklat-coklatan atau bening dan sebagian telur yang tidak dibuahi berwarna putih pucat. Selain itu pada perlakuan dosis 0,7 mL/kg didapat induk betina ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus) yang telah selesai melakukan pemijahan mengalami stres dan terlihat luka-luka kecil sekitar perut induk betina.

Oleh sebab itu penggunaan hormon hypofisa dengan dosis 0,5 ml/kg berat badan ikan pada induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) yang matang gonad dalam proses pemijahan sudah optimal karena dapat mempercepat proses pemijahan dan menghasilkan waktu latensi pemijahan yang cepat dengan rata-rata (630 menit; 10,30 jam) setelah penyuntikan.

Waktu laju pemijahan (jam) ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus) dengan tiga kali perlakuand an tiga kali ulangan pada dosis yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 3. sebagai berikut:

Tabel 3. Berdasarkan pengamatan langsung terhadap waktu laju pemijahan (jam) ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus) dengan tiga kali perlakuan dan tiga kali ulangan pada dosis yang berbeda

(10)

Ulangan Laju pemijahan (selang waktu ikan disuntik sampai dengan waktu ikan memijah)

Total laju pemijahan 1 Dosis 0,3

ml/kg

5 dosis 0,5 ml/ kg 7 dosis 0,7 ml/kg 1 17.00-03:38

10.38

17.00-03:08 10,08

17.00-04:10 11,10 2 17.00-03:45

10,45

17.00-03:00 10,00

17.00-04:15 11,15 3 17.00-03:52

10,52

17.00-03:12 10,12

17.00-04:00 11,00

Jumlah 17,35 16,92 19,25 53,52

Rata- rata

10,45 10,30 11,08

Dari tabel diatas menunjukan data hasil penelitian mengenai waktu latensi pemijahan yang tercepat sampai yang terlambat yaitu sebagai berikut dosis 0,5 mL/ kg P2 ( 600 menit;

10.00 jam), diikuti dengan dosis 0,5 mL/ kg P1 (608 menit; 10,8 jam), 0,5 mL/ kg P3 (612 menit; 10,12 jam), dosis 0,3 mL/ kg P1 (638 menit; 10,38 jam), dosis 0,3 mL/ kg P2 (645 menit;

10,45 jam), dosis 0,3 mL/ kg P3 (652 menit; 10,52 jam), dosis 0,7 mL/ kg P3 ( 660 menit; 11,00 jam), dosis 0,7 mL/ kg P1 (670 menit; 11,10 jam), dan dosis 0,7 mL/ kg P2 (675 menit; 11,15 jam). Dengan rincian adalah:Pertama 0,3 mL/kg berat badan ikan (10,45 jam), Kedua 0,5 mL/kg berat badan ikan (10,30 jam) dan ketiga 0,7 mL/kg berat badan ikan (11,08 jam).

Analisis Sidik Ragam waktu latensi pemijahan ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus)dapat dilihat pada Tabel 4. sebagai berikut:

Tabel 4. Analisis sidik ragam waktu latensi pemijahan ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus) dengan perlakuan dosis kelenjar hypofisa yang berbeda.

Sumber keberagaman

Derajat bebas

(Db)

Jumlah kuadrat (KT)

Kuadrat tengah

(KT)

F hitung F tabel

5% 1%

Perlakuan 2 1,58167 0,79 163,9977** 5,14 10,29

Galat 6 0,02893 0,00482

Total 8 1,61060

Keterangan : ** (Berbeda sangat nyata)

(11)

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa pemberian hormon kelenjar hipofisa dengan dosis yang berbeda memberikan pengruh yang sangat nyata terhadap latensi waktu pemijahan ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus).

Dari tabel di atas diketahui bahwa hasil perhitungan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan Analisis Ragam (ANOVA) diperoleh dari F hitung> F tabel (0,05) yakni 163,9977 > 5,14. Ini menunjukan bahwa berbeda sangat nyata, maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil H0 ditolak, dan H1 diterima karena hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perlakuan dosis 0,5 mL/kg berat badan ikan menujukan latensi waktu tercepat dan sangat berbeda nyata dari perlakuan 0,3 mL/kg berat badan ikan, dan 0,7mL/kg berat badan ikan.Hasil uji BNT dapat dilihat pada Tabel 5. sebagai berkut;

Tabel 5. Uji Beda Nyata Terkecil (BNT).

Perlakuan Rata-rata Notasi

P1 10,45

P1 = P3 P2**

P2 10,30

P3 11,08

BNT 5% = 0,00785BNT 1% = 0,01189

Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa perlakuan P1 berbeda nyata dengan perlakuan P2 dan perlakuan P2 berbeda nyata dengan perlakuan P1dan P3 sehingga dapat dikatakan bahwa perlakuan P2 merupakan perlakuan terbaik.

Kualitas Air

Hasil pengamatan kualitas air pada media pemeliharaan ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus) selama penelitian meliputi suhu (thermometer), salinitas (refraktometer) dan pH (kertas lakmus). Pengamatan kualitas air dilakukan setiap hari yaitu pada pagi dan siang hari. Hasil pengukuran kualitas air dapat dilihat pada Tabel 6. sebagai berikut:

Tabel 6. Hasil pengukuran kualitas air selama penelitian

(12)

Parameter

Setiap wadah

0,3 mL/kg 0,5 mL/kg 0,7 mL/kg

Suhu (0C) 28 28 28

pH 7,5 7,5 7,5

Salinitas (ppt) 0,3 0,3 0,3

Berdasarkan tabel 6, terlihat bahwa kualitas air yang diukur masih dalam kisaran yang optimal untuk mendukung pemijahan Ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus).

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian kelenjar hormon hypofisa dengan dosis yang berbeda memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap latensi waktu pemijahan ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus). Pada pemberian dosis 0,5 mL/kg berat induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) menunjukan latensi waktu tercepat adalah (630 menit;

10,30 jam) dan sangat berbeda nyata dari perlakuan 0,3 mL/kg berat badan ikan.Pemberian dosis 0,5 mL/kg menunjukan latensi waktu tercepat (630 menit; 10,30) dan hasil terbaik dalam merangsang hormon gonadotropin untuk mempercepat proses pemijahan, ini dapat dibuktikan dengan jumlah telur yang ovulasi semuanya dibuahi terlihat berwarna kuning cerah kecoklat- coklatan atau terlihat berwarna bening dan induk ikan Lele dombo (Clarias gariepinus) jantan dan betina yang tidak mengalami stres. Dengan demikian manfaat yang diperoleh adalah dengan metode hypofisasi maka dapat mengatur waktu pemijahan sesuai dengan kebutuhan dan membantu fertilisasi ikan tanpa perlu terkendala musim sehingga dapat dipijahkan kapanpun sesuai keinginan. Penggunaan hormon kelenjar hipofisa dengan dosis yang berbeda terhadap waktu latensi pemijahan ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus) mengalami perbedaan yang sangat signifikan.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Assubki I. (1993), Dept. Of Animal Husbandry,Penggunaan Hormon Ovaprim Dengan Dosis Yang Berbeda Terhadap Waktu Latensi Pemijahan Ikan Lele Dumbo (Clarias Gariepinus).

Budiyanto. 2002. Pengaruh Penyuntikan Ekstrak Kelenjar Hipofisa Ikan Patin Terhadap Laju Pertumbuhan Harian Ikan Koi Yang Dipelihara Dalam Sistem Resirkulasi.

Skripsi.Bogor. Program Studi Teknologi Hasil Perairan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan IPB.

Fujaya. Y. 2007. Fisiologi Ikan. Jakarta. Penerbit PT. Rineka Cipta. 179 Hal.

Khairuman & Khairul, 2003. Budidaya Lele Dumbo Secara Intensif. Jakarta. Agro Media Pustaka.

Nazir M. 2000. Metode Penelitian. Jakarta Timur. Ghalia Indonesia.

Oka. 2005. Penggunaan Ekstrak Hipofisa Ternak Untuk Merangsang Spermiasi Pada Ikan (Cyprinus Carpio L.). Skripsi. Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana. Denpasar.

Supandi S. 2000. Metode Eksperimen Dan Rancangan Penelitian. Jakarta. Penerbit Rasito Sunarma, 2004. Peningkatan Produktifitas Usaha Lele Dumbo.Jakarta. Penebar Swadaya.

Sunarto Y. 2000. Percobaan Perancangan, Analisis dan Interprestasinya.Jakarta PT. Gramedia Pustaka Utama.

Gambar

Tabel 1. Waktu lantesi pemijahan (jam) ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus) dengan tiga kali  perlakuan dan tiga kali ulangan dengan dosis yang berbeda
Tabel  4.  Analisis  sidik  ragam  waktu  latensi  pemijahan  ikan  Lele  dumbo  (Clarias  gariepinus)  dengan perlakuan dosis kelenjar hypofisa yang berbeda
Tabel 5. Uji Beda Nyata Terkecil (BNT).

Referensi

Dokumen terkait

penelitian produk (produc investigation). Secara umum inquiry merupakan proses yang bervariasi dan meliputi kegiatan- kegiatan mengobservasi, merumuskan pertanyaan

Peneliti akan memperoleh pengetahuan yang lebih luas dan mendalam mengenai terobosan baru dalam dunia perbankan yaitu kegiatan layanan keuangan yang tidak dilakukan di

◦ Larutan tanah (sifatnya tersedia untuk diserap oleh akar tanaman) ◦ Bahan organik (mengalami proses perombakan).. ◦ Organisme tanah (komponen

Tahunan ini adalah Modifikasi kantong tanam organik terhadap kantong tanam yang telah dilakukan oleh Chanan dan Iriany, (2016) yaitu pada bahan dasar dan ukuran di mana

• menentukan kebutuhan luas ruang bangunan yang akan dibangun, antara lain: ruang kerja, ruang sirkulasi, ruang penyimpanan, ruang mekanikal/elektrikal, ruang pertemuan,

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mutu fifik sediaan masker gel berbahan aktif ekstrak kulit jeruk manis dengan konsentrasi gelling agent 2%

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengindentifikasi implementasi apa saja faktor dominan green construction yang dilakukan pengembang yang berpengaruh terhadap

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisi pengaruh struktur kepemilikan, kualitas audit, ukuran perusahaan dan reputasi auditor terhadap manajemen laba pada