• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPEMIMPINAN Seri Kepemimpinan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KEPEMIMPINAN Seri Kepemimpinan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

KEPEMIMPINAN

Seri Kepemimpinan

DESITA SILVIA D.

Bidang Asesmen

BAGIAN SUMBER DAYA MANUSIA

PT PERKEBUNAN NUSANTARA XII

(2)

KEPEMIMPINAN

Pemimpin adalah orang yang memang memiliki kecakapan untuk memimpin, memiliki visi, dan mampu menuntun anak buah mencapai tujuan-tujuan yang telah dirumuskan. Oleh karena ini keberadaan pemimpin menjadi sangat krusial di dalam sebuah organisasi.

Tanpa pemimpin, para pekerja lapangan takkan mampu berbuat banyak.

Tentu saja pemimpin bukan hanya dikenali dari segi teknis, atau apa fungsi keberadaannya bagi sebuah tim. Kepemimpinan masih membutuhkan manajemen, artinya hal-hal yang harus dikelola dengan baik supaya kinerja pemimpin menjadi lebih efektif dan efisien.

Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan organisasi (Sarros dan Butchatsky, 1996).

Pemimpin yang peduli terhadap kebutuhan organisasi dan orang-orang yang dipimpinnya merupakan tugas utama seorang pemimpin. Kepemimpinan berarti melibatkan orang atau pihak lain, yaitu para karyawan atau bawahan (followers). Para karyawan atau bawahan harus memiliki kemauan untuk menerima arahan dari pemimpin. Walaupun demikian, tanpa adanya karyawan atau bawahan, kepemimpinan tidak akan ada juga.

Seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang yang dengan kekuasaannya (his or her power) mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang memuaskan. Menurut French dan Raven (1968), kekuasaan yang dimiliki oleh para pemimpin dapat bersumber dari:

Reward power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai kemampuan dan sumberdaya untuk memberikan penghargaan kepada bawahan yang mengikuti arahan-arahan pemimpinnya.

Coercive power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai kemampuan memberikan hukuman bagi bawahan yang tidak mengikuti arahan-arahan pemimpinnya

(3)

Legitimate power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai hak untuk menggunakan pengaruh dan otoritas yang dimilikinya.

Referent power, yang didasarkan atas identifikasi (pengenalan) bawahan terhadap sosok pemimpin. Para pemimpin dapat menggunakan pengaruhnya karena karakteristik pribadinya, reputasinya atau karismanya.

Expert power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin adalah seeorang yang memiliki kompetensi dan mempunyai keahlian dalam bidangnya.

Kepemimpinan harus memiliki kejujuran terhadap diri sendiri (integrity), sikap bertanggungjawab yang tulus (compassion), pengetahuan (cognizance), keberanian bertindak sesuai dengan keyakinan (commitment), kepercayaan pada diri sendiri dan orang lain (confidence) dan kemampuan untuk meyakinkan orang lain (communication) dalam membangun organisasi. Walaupun kepemimpinan (leadership) seringkali disamakan dengan manajemen (management), kedua konsep tersebut berbeda.

Model atau Gaya Kepemimpinan

Terdapat beberapa teori yang mengemukakan tentang gaya atau model kepemimpinan yang digunakan oleh seorang pemimpin dalam memimpin suatu organisasi, diantaranya:

1. Otoriter : Gaya pemimpin yang “otokratik” artinya sangat memaksakan dan mendesak kekuasaannya kepada bawahan.

Ciri-ciri gaya kepemimpinan otoriter :

 Tanpa musyawarah

 Tidak mau menerima saran dari bawahan

 Mementingkan diri sendiri dan kelompok

 Selalu memerintah

 Memberikan tugas mendadak

 Cenderung menyukai bawahan “ABS”

 Memaksakan kehendak

 Setiap keputusan tidak dapat dibantah

 Kekuasaan mutlak ada pada pimpinan

 Hubungan dengan bawahan kurang harmonis

 Tanpa kenal ampun atas kesalahan bawahan

(4)

 Kurang percaya pada anak buah

 Kurang memberi dorongan semangat kerja bawahan

 Kurang mawas diri

 Selalu tertutup

 Suka mengancam

 Kurang menghiraukan usulan bawahan

 Ada rasa bangga bila bawahannya takut

 Tidak suka bawahannya maju dan berkembang

 Kurang adanya rasa kekeluargaan

 Senang sanjungan

2. Laissez Faire : pemimpin yang memberikan kebebasan kepada bawahan.

Ciri-ciri kepemimpinan Laissez Faire

• Pemimpin bersikap pasif

• Semua target diberikan kepada bawahan

• Tidak tegas

• Kurang memperhatikan kekurangan dan kelebihan bawahan

• Percaya kepada bawahan

• Pelaksanaan pekerjaan tidak terkendali

• Mudah dibohongi bawahan

• Pemimpin kurang kreatif

• Kurang mawas diri

• Perencanaan dan tujuan kurang jelas

• Bawahan merasa sebagai orang yang berkuasa

• Kurang memberikan dorongan pada bawahan

• Rasa tanggungjawab kurang

• Kurang berwibawa

• Menjungjung tinggi hak asasi

• Menghargai pendapat bawahan

• Kurang bermusyawarah

3. Demokratis : pemimpin pepmimpin yang bersikap tengah antara memaksakan kehendak dan memberi kelonggaran kepada bawahan.

Ciri-ciri kepemimpinan demokratis :

(5)

• Pendapat terfokus pada hasil musyawarah

• Tenggang rasa

• Memberi kesempatan mengembangkan karir bawahan

• Selalu menerima kritik dari bawahan

• Menciptakan suasana kekeluargaan

• Mengetahui kekurangan dan kelebihan bawahan

• Komunikatif dengan bawahan

• Partisipatif dengan bawahan

• Tanggap terhadap situasi

• Tidak mementingkan diri sendiri

• Selalu mawas diri

• Senang kepada bawahan yang kreatif dan inovatif

• Mau menerima usulan atau pendapat bawahan

• Lapang dada dan terbuka

• Mendorong bawahan untuk mencapai hasil baik

• Tidak sombong

• Menghargai pendapat bawahan

• Mau membimbing bawahan

• Tidak mudah putus asa

• Percaya pada bawahan

• Tidak ada jarak dengan bawahan

• Adil dan bijaksana

• Suka bermusyawarah

• Mau mendelegasikan tugas kepada bawahan selalu mendahulukan hal-hal yang lebih penting

4. Situasional : pemimpin yang bersikap lebih melihat pada situasinya. Kapan harus bersikap memaksa dan kapan harus moderat, serta pada situasi apa pemimpin harus memberi kebebasan kepada bawahan.

Ciri-ciri kepemimpinan situasional :

• Supel / luwes

• Berwawasan luas

• Mudah menyesuaikan dengan lingkungan

• Mampu menggerakan bawahan

(6)

• Bersikap keras pada saat tertentu

• Berprinsip dan konsisten terhadap suatu masalah

• Mempunyai tujuan yang jelas

• Bersikap terbuka

• Mau membantu memecahkan permasalahan bawahan

• Mengutamakan suatu kekeluargaan

• Ada komunikasi baik satu arah/dua arah

• Mengutakan produktifitas kerja

• Bertanggungjawab terhadap masalah yang dihadapinya

• Bawahan diberi kesempatan untuk mengutarakan pendapat

• Mengutamakan kontrol

• Mengetahui kelebihan dan kekurangan bawahan

• Mengutamakan kepentingan bersama

• Mempunyai ketegasan dalam situasi dan kondisi tertentu

• Mau menerima saran dan kritik dari bawahan

Beberapa pakar leadership menawarkan beberapa jenis gaya kepemimpinan, mulai dari yang klasik sampai kepada yang modern yaitu gaya kepemimpinan situasional model Hersey dan Blancard.

1. Teori Gaya Kepemimpinan Klasik

Teori klasik gaya kepemimpinan mengemukakan, pada dasarnya di dalam setiap gaya kepemimpinan terdapat 2 unsur utama, yaitu unsur pengarahan (directive behavior) dan unsur bantuan (supporting behavior). Dari dua unsur tersebut gaya kepemimpinan dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu otokrasi (directing), pembinaan (coaching), demokrasi (supporting), dan kendali bebas (delegating).

a. Mengarahkan (directing)

Gaya kepemimpinan yang mengarahkan, merupakan respon kepemimpinan yang perlu dilakukan oleh manajer pada kondisi karyawan lemah dalam kemampuan, minat dan komitmenya. Sementara itu, organisasi menghendaki penyelesaian tugas-tugas yang tinggi. Dalam situasi seperti ini Hersey and Blancard menyarankan agar manajer memainkan peran directive yang tinggi, memberi saran bagaimana menyelesaikan tugas-tugas itu, dengan terus intens berhubungan sosial dan komunikasi dengan bawahannya.

(7)

Pertama pemimpin harus mencari tahu mengapa orang tersebut tidak termotivasi, kemudian mencari tahu dimana keterbatasannya. Dengan demikian pemimpin harus memberi arahan dalam penyelesaian tugas dengan terus menumbuhkan motivasi dan optimismenya.

b. Melatih (coaching)

Pada kondisi karyawan menghadapi kesulitan menyelesaikan tugas-tugas, takut untuk mencoba melakukannya, manajer juga harus memproporsikan struktur tugas sesuai kemampuan dan tanggung jawab karyawan.

Oleh karena itu, pemimpin hendaknya menghabiskan waktu mendengarkan dan menasihati, dan membantu karyawan untuk memperoleh keterampilan yang diperlukan melalui metode pembinaan.

c. Partisipasi (participation)

Gaya kepemimpinan partisipasi, adalah respon manajer yang harus diperankan ketika karyawan memiliki tingkat kemampuan yang cukup, tetapi tidak memiliki kemauan untuk melakukan tanggung jawab. Hal ini bisa dikarenakan rendahnya etos kerja atau ketidakyakinan mereka untuk melakukan tugas/tangung jawab.

Dalam kasus ini pemimpin perlu membuka komunikasi dua arah dan secara aktif mendegarkan dan mengapresiasi usaha-usaha yang dilakukan para karyawan, sehingga bawahan merasa dirinya penting dan senang menyelesaikan tugas.

d. Mendelegasikan (delegating)

Selanjutnya, untuk tingkat karyawan dengan kemampuan dan kemauan yang tinggi, maka gaya kepemimpinan yang sesuai adalah gaya “delegasi”. Dengan gaya delegasi ini pimpinan sedikit memberi pengarahan maupun dukungan, karena dianggap sudah mampu dan mau melaksanakan tugas/tanggung jawabnya. Mereka diperkenankan untuk melaksanakan sendiri dan memutuskannya tentang bagaimana, kapan dan dimana pekerjaan mereka harus dilaksanakan. Pada gaya delegasi ini tidak terlalu diperlukan komunikasi dua arah, cukup memberikan untuk terus berkembang saja dengan terus diawasi.

Dalam gaya kepemimpinan klasik juga diperkenalkan beberapa gaya kepemimpinan lain yang cukup populer yang pada prinsipnya merupakan sama seperti gaya klasik diatas maupun gabungan dari beberapa gaya klasik yang disebutkan sebelumnya. Gaya kepemimpinan tersebut adalah gaya kepemimpinan

(8)

otokrasi, gaya kepemimpinan pembinaan, gaya kepemimpinan demokrasi dan gaya kepemimpinan kendali bebas.

Pada gaya kepemimpinan otokrasi, pemimpin mengendalikan semua aspek kegiatan.

Pemimpin memberitahukan sasaran apa saja yang ingin dicapai dan cara untuk mencapai sasaran tersebut, baik itu sasaran utama maupun sasaran minornya.

Pemimpin juga berperan sebagai pengawas terhadap semua aktivitas anggotanya dan pemberi jalan keluar bila anggota mengalami masalah. Dengan kata lain, anggota tidak perlu pusing memikirkan apappun. Anggota cukup melaksanakan apa yang diputuskan pemimpin. Gaya kepemimpinan pembinaan mirip dengan otokrasi. Pada gaya kepemimpinan ini seorang pemimpin masih menunjukkan sasaran yang ingin dicapai dan cara untuk mencapai sasaran tersebut. Namun, pada kepemimpinan ini anggota diajak untuk ikut memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Pada Gaya kepemimpinan demokrasi, anggota memiliki peranan yang lebih besar. Pada kepemimpinan ini seorang pemimpin hanya menunjukkan sasaran yang ingin dicapai saja, tentang cara untuk mencapai sasaran tersebut, anggota yang menentukan. Selain itu, anggota juga diberi keleluasaan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

Gaya kepemimpinan kendali bebas merupakan model kepemimpinan yang paling dinamis. Pada gaya kepemimpinan ini seorang pemimpin hanya menunjukkan sasaran utama yang ingin dicapai saja. Tiap divisi atau seksi diberi kepercayaan penuh untuk menentukan sasaran minor, cara untuk mencapai sasaran, dan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya sendiri-sendiri. Dengan demikian, pemimpin hanya berperan sebagai pemantau saja. Lalu, gaya kepemimpinan yang mana yang sebaiknya dijalankan? Jawaban dari pertanyaan ini adalah tergantung pada kondisi anggota itu sendiri. Pada dasarnya tiap gaya kepemimpinan hanya cocok untuk kondisi tertentu saja. Dengan mengetahui kondisi nyata anggota, seorang pemimpin dapat memilih model kepemimpinan yang tepat. Tidak menutup kemungkinan seorang pemimpin menerapkan gaya yang berbeda untuk divisi atau seksi yang berbeda. Kepemimpinan otokrasi cocok untuk anggota yang memiliki kompetensi rendah tapi komitmennya tinggi. Kepemimpinan pembinaan cocok untuk anggota yang memiliki kompetensi sedang dan komitmen rendah. Kepemimpinan demokrasi cocok untuk anggota yang memiliki kompetensi tinggi dengan komitmen yang bervariasi. Sementara itu, kepemimpinan kendali bebas cocok untuk angggota yang memiliki kompetensi dan komitmen tinggi.

(9)

2. Gaya kepemimpinan situasional model Hersey dan Blancard.

Mengambil contoh kepada manajer dari suatu perusahaan yang berhasil menerapkan gaya kepemimpinan situasional di perusahaan yang dipimpinnya a. Gaya Kepemimpinan Kontinum

Gaya ini pertama sekali dikembangkan oleh Robert Tannenbaum dan warren Schmidt. Menurut kedua ahli ini ada dua bidang pengaruh yang ekstrim, yaitu:

 Bidang pengaruh pimpinan (pemimpin lebih menggunakan otoritas)

 Bidang pengaruh kebebasan bawahan. (Pemimpin lebih menekankan gaya demokratis)

b. Gaya Managerial Grid

Sesungguhnya, gaya managerial grid lebih menekankan kepada pendekatan dua aspek yaitu aspek produksi di satu pihak, dan orang-orang di pihak lain. Blake dan Mouton menghendaki bagaimana perhatian pemimpin terhadap produksi dan bawahannya (followers). Dalam managerial grid, ada empat gaya yang ekstrim dan ada satu gaya yang berada di tengah-tengah gaya ekstrim tersebut.

 Grid 1 manajer sedikit sekali memikirkan produksi yang harus dicapai.

sedangkan juga sedikit perhatian terhadap orang-orang (followers) di dalam organisasinya. Dalam grid ini manajer hanya berfungsi sebagai perantara menyampaikan informasi dari atasan kepada bawahannya.

 Grid 2 manajer mempunyai perhatian yang tinggi terhadap produksi yang akan dicapai juga terhadap orang-orang yang bekerja dengannya. Manajer seperti ini dapat dikatakan sebagai “manajer tim” yang riel (The real team manajer) karena ia mampu menyatukan antara kebutuhan-kebutuhan produksi dan kebutuhan orang-orang secara individu.

 Grid 3 manajer memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap orang- orang dalam organisasi, tetapi perhatian terhadap produksi adalah rendah.

Manajer seperti ini disebut sebagai “pemimpin club”. Gaya seperti ini lebih mengutamakan bagaimana menyenangkan hati bawahannya agar bawahannya dapat bekerja rileks, santai, bersahabat, tetapi tidak ada seorangpun yang berusaha untuk mencapai produktlvitas.

 Grid 4. adalah manajer yang menggunakan gaya kepemimpinan yang otokratis (autrocratic task managers), karena manejer seperti ini lebih menekankan produksi yang harus dicapai organisasinya, baik melalui efisiensi atau efektivitas pelaksanaan kerja, tetapi tidak mempunyai atau sedikit

(10)

mempuyai perhatian terhadap bawahan. Pemimpin yang baik adalah lebih memperhatikan terhadap produksi yang akan dicapai maupun terhadap orang- orang. Grid seperti ini berusaha menyeimbangkan produksi yang akan dicapai dengan perhatian terhadap orang-orang, dalam arti tidak terlalu menyolok.

Manajer seperti ini tidak terlalu menciptakan target produksi yang akan dicapai, tetapi juga tidak mempunyai perhatian yang tidak terlalu menyolok kepada orang-orang

Fungsi Pemimpin

Ada beberapa fungsi-fungsi kepemimpinan. Kepemimpinan yang efektif hanya akan terwujud apabila dijalankan sesuai dengan fungsinya. Fungsi kepemimpinan itu berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok atau organisasi masing-masing, yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam dan bukan di luar situasi itu. Fungsi kepemimpinan merupakan gejala sosial, karena harus diwujudkan dalam intraksi antar individu di dalam situasi sosial suatu kelompok atau organisasi karena fungsi kepemimpinan sangat mempengaruhi maju mundurnya suatu organisasi, tanpa ada penjabaran yang jelas tentang fungsi pemimpin mustahil pembagian kerja dalam organisasi dapat dapat berjalan dengan baik.

1) Pemimpin sebagai pembentuk visi 2) Pemimpin sebagai pembentuk tim 3) Pemimpin sebagai pembagi tugas

4) Pemimpin sebagai orang yang membantu timnya berkembang 5) Pemimpin sebagai sumber motivasi

Kelima fungsi tersebut harus mampu diwadahi oleh seorang pemimpin. Tanpa kelimanya, seorang pemimpin akan mudah terjebak sebagai orang yang hanya tahu memerintah namun tidak membiarkan seorangpun anggota timnya untuk berkembang.

Karakteristik Pemimpin yang Efektif

Ada beberapa karekteristik pemimpin yang efektif. Karakteristik pemimpin merupakan ciri-ciri atau sifat yang dimiliki oleh setiap pemimpin dalam melaksanakan tugas-tugas

(11)

kepemimpinannya. Secara perilaku, Covey (1992) memiliki gambaran karakteristik seorang pemimpin sebagai :

1) Seorang yang belajar seumur hidup

Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga informal. Contohnya, belajar melalui membaca, menulis, observasi, dan mendengar. Mempunyai pengalaman yang baik maupun yang buruk sebagai sumber belajar.

2) Berorientasi pada pelayanan

Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani. Tujuan utama seorang pemimpin adalah melayani kepentingan mereka yang dipimpinnya. Orientasinya adalah bukan untuk kepentingan diri pribadi maupun golongan tapi justru kepentingan publik yang dipimpinnya.

Seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani adalah akuntabilitas (accountable). Istilah akuntabilitas adalah berarti penuh tanggung jawab dan dapat diandalkan. Artinya seluruh perkataan, pikiran dan tindakannya dapat dipertanggungjawabkan kepada public atau kepada setiap anggota organisasinya.

Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang mau mendengar. Mau mendengar setiap kebutuhan, impian, dan harapan dari mereka yang dipimpin. Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang dapat mengendalikam ego dan kepentingan pribadinya melebihi kepentingan publik atau mereka yang dipimpinnya.

Mengendalikan ego berarti dapat mengendalikan diri ketika tekanan maupun tantangan yang dihadapi menjadi begitu berat,selalu dalam keadaan tenang, penuh pengendalian diri, dan tidak mudah emosi.

3) Membawa energi yang positif

Setiap orang mempunyai energi. Seorang pemimpin menggunakan energi yang positif didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan. Untuk membangun hubungan baik dibutuhkan energi positif untuk. Seorang pemimpin harus dapat dan mau bekerja untuk jangka waktu yang lama dan kondisi tidak ditentukan.

Seorang pemimpin yang tidak memiliki sifat kepemimpinan yang baik dianggap sebagai pemimpin yang tidak efektif. Ilmu manajemen menjelaskan bagaimana pemimpin yang

‘buruk’ atau dengan kata lain pemimpin yang tidak efektif kehilangan respek dari para bawahannya (tidak dihormati) merintangi organisasi untuk berkinerja. Pemimpin yang

(12)

tidak efektif gagal mempertahankan pegawai yang baik, dan serta tidak dapat memotivasi pegawai yang ada.

Syarat-syarat Kepemimpinan

Ada beberapa syarat-syarat kepemimpinan yang harus ada dalam seorang pemimpin.

Syarat-syarat tersebut merupakan hal yang pokok yang harus dimiliki seorang pemimpin agar dalam memimpin ia mempunyai kekuasaan dan wibawa sebagai seorang pemimpin. pemimpin itu harus mempunyai kelebihan, yaitu:

1. Kapasitas meliputi: kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara dan kemampuan menilai.

2. Ilmu pengetahuan yang luas

3. Tanggungjawab, mandiri, berinisiatif, tekun, ulet, percaya diri, agresif, dan punya hasrat untuk unggul.

4. Partisipasif aktif, memiliki sosialbilitas tinggi, mampu bergaul, kooperatif, atau suka bekerja sama, mudah menyesuaikan diri, punya rasa humor.

5. Status meliputi kedudukan sosial-ekonomi yang cukup tinggi, populer, tenar

Kartini Kartono mengemukakan bahwa syarat seorang pemimpin harus mempunyai 10 (sepuluh) sifat, yaitu:

1. Energi jasmani dan mental dalam artian pemimpin memiliki tenaga jasmani dan rohani yang luar biasa: yaitu mempunyai daya tahan, keuletan, kekuatan atau tenaga yang istimewa yang tampaknya tidak pernah akan habis.

2. Kesadaran akan tujuan dan arah yaitu ia memiliki keyakinan yang teguh akan kebenaran dan kegunaan dari semua perilaku yang dikerjakan; dia tahu kemana arah yang akan ditujunya, serta memberikan manfaat bagi diri sendiri maupun kelompok yang dipimpinnya.

3. Antusiasme dalam melakukan pekerjaan dan tujuan yang akan dicapai itu harus sehat, berarti, bernilai, memberikan harapan-harapan yang menyenangkan, memberikan sukses, dan menimbulkan semangat serta spirit.

4. Keramahan dan kecintaan ialah pemimpin harus mempunyai rasa kasih sayang, cinta, simpati yang tulus, disertai kesediaan berkorban bagi pribadi-pribadi yang disayangi.

(13)

5. Integritas ialah pemimpin harus mempunyai sifat terbuka, kejujuran, ketulusan hati serta sejiwa dan seperasaan dengan anak buahnya.

6. Penguasaan teknis, pemimpin harus mempunyai kemahiran teknis tertentu, agar ia mempunyai kewibawaan dan kekuasaan untuk memimpin kelompoknya.

7. Ketegasan dalam pengambilan keputusan, adalah pemimpin harus harus dapat mengambil keputusan secara tepat, tegas dan tepat, sebagai hasil dari kearifan dan pengalamannya

8. Kecerdasan adalah kemampuan pemimpin untuk melihat dan memahami dengan, mengerti sebab dan akibat kejadian, menemukan hal-hal yang krusial dan cepat menemukan cara penyelesaiannya dalam waktu singkat. Kecerdasan dan originalitas yang disertai dengan imajinasi tinggi dan rasa humor, dapat dengan cepat mengurangi ketegangan dan kepedihan-kepedihan tertentu yang disebabkan oleh masalah-masalah sosial yanmg gawat dan konflik-konflik ditengah masyarakat.

9. Keterampilan mengajar ialah pemimpin harus mampu menuntun, mendidik, mengarahkan, mendorong dan menggerakan anak buahnya untuk berbuat sesuatu yang baik.

10. Kepercayaan adalah pemimpin harus memiliki keprcayaan terhadap anak buahnya.

Kesimpulan dari pendapat di atas bahwa untuk menjadi seorang pemimpin diperlukan sifat-sifat kepemimpinan di mana seorang pemimpin harus mempunyai energi dan jasmani yang sehat serta mampu melihat organisasi secara keseluruhan sehingga apa yang dibutuhkan oleh organisasi dapat terlihat oleh pemimpin dengan demikian tujuan organisasi dapat tercapai.

(14)

Referensi :

- Kepemimpinan. September 2013. http://www.e-jurnal.com/2013/09/gaya- kepemimpinan-kontinum.html

- Berbagai sumber

Referensi

Dokumen terkait

Kawasan hutan mangrove di stasiun riset Yayasan Gajah Sumatera (YAGASU) Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan dipilih sebagai tempat penelitian karena

Dalam kondisi apapun Penyelenggara dan/atau Pengelola tidak bertanggung jawab kepada Peserta untuk setiap kejadian, kecelakaan, cedera fisik dan medis, kesalahan

Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa terdapat pengaruh secara parsial dan simultan antara Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Gaya Kepemimpinan Transaksional

Hasil perhitungan X1 (Sarana Prasaran Pendidikan) dan X2 (Lingkungan Sekolah) terhadap Y (Prestasi Belajar Prakarya Dan Kewirausahaan) dengan menggunakan analisis data Product Moment

Penelitian dengan judul pengaruh model pembelajaran Kreatif-Produktif terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa kelas X pada pembelajaran biologi di SMA Negeri 2

28 Hasil Observasi Penilaian Kinerja Guru Dalam Penerapan Model Pembelajaran Think Pair Share Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Uang Pada Siklus II Pertemuan II

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan memperoleh data kuantitatif tentang jenis mikroorganisme indigen yang dapat

Penerapan metode klasifikasi support vector machine dalam sistem deteksi intrusi yang telah dibangun dapat membantu analis dalam pembentukan profile , skenario