• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Pada penelitiannya Ernita, dkk (2013) mengemukakan faktor yang mempengaruhi konsumsi diantaranya adalah pendapatan disposable yang digunakan untuk menabung. Tabungan ditentukan oleh suku bunga. Secara parsial suku bunga berpengaruh signifikan terhadap konsumsi. Artinya, jika suku bunga mengalami penurunan maka tingkat konsumsi akan meningkat. Dan sebaliknya, jika suku bunga mengalami peningkatan maka konsumsi akan mengalami penurunan. Faktor yang mempengaruhi konsumsi diantaranya adalah pendapatan disposable yang digunakan untuk menabung.

Menurut Maulidah, dkk (2015) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa rendahnya produktivitas manusia akan mengakibatkan rendahnya pendapatan yang diterima. Rendahnya pendapatan yang diterima dapat menurunkan tabungan dan investasi. Sehingga berpengaruh terhadap konsumsi yang dilakukan masyarakat.

Sedangkan konsumsi yang dilakukan masyarakat bias menjadi nilai social yang dipandang ketika seseorang mampu melakukan konsumsi dianggap mampu memenuhi kebutuhan dan dikategorikan sejahtera.

Menurut Silvia, dkk (2013) suku bunga dan inflasi berpengaruh terhadap investasi di Indonesia. Apabila suku bunga dan inflasi mengalami penurunan maka berdampak terhadap peningkatan investasi di Indonesia.

Pendapatan perkapita bepengaruh signifikan terhadap konsumsi rumah tangga. Dalam artian semakin tinggi pendapatan perkapita di Provinsi Aceh, maka semakin tinggi pula tingkat konsumsi di Provinsi Aceh. (Hanum, Nurlaila; Sarlia,

(2)

Sari;, 2019) Salah satu komponen penting untuk menilai perkembangan tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk adalah pola pengeleuaran konsumsi masyarakat.

Konsumsi memiliki hubungan erat dengan tingkat tabungan, tabungan merupakan bagian dari pendapatan yang tidak dikonsumsi atau dibelanjakan. Suku bunga mempengaruhi pengeluaran konsumsi masyarakat melelui tabungan. Semakin tinggi tingkat suku bunga maka akan semakin besar jumlah uang yang ditabung sehingga semakin kecil jumlah uang yang dibelanjakan atau dikonsumsi. Salah satu faktor penting dalam menganalisa tingkat suku bunga adalah inflasi. Suku bunga merupakan instrument konvensional untuk mengendalikan atau menekan laju pertumbuhan tingkat inflasi. (Persaulian, Baginda; Aimon, Hasdi; Anis, Ali;, 2013) Menurut Nur, Ermon (2012) pada penelitiannya, konsumsi dipengaruhi oleh pendapatan disposibel, konsumsi periode sebelumnya, dan suku bunga.

Peningkatan pendapatan disposibel akan meningkatan daya beli riil masyarakat sehingga berdampak terhadap peningkatan konsumsi. Peningkatan konsumsi sebelumnya akan meningkatkan konsumsi sekarang. Pada penelitiannya, inflasi juga menjadi faktor yang mempengaruhi konsumsi. Dengan terjadinya kenaikan inflasi akan menyebabkan penurunan konsumsi.

(3)

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Teori Konsumsi

Pengeluaran konsumsi masyarakat/rumah tangga atau consumption (C) merupakan variable ekonomi yang diartikan sebagai pembelanjaan atau pengeluaran yang dilakukan rumah tangga atas barang maupun jasa dengan tujuan memenuhi kebutuhan seseorang yang melakukan pembelanjaan tersebut, atau dapat juga diartikan sebagai pendapatan yang dibelanjakan. Konsumsi dilakukan setiap saat oleh siapapun degan tujuan memperoleh kepuasan dan mencapai tingkat kemakmuran dalam arti tepenuhinya kebutuhan, baik kebutuhan sekunder maupun kebutuhan primer.

Secara makro, pengeluaran konsumsi masyarakat berbanding lurus dengan pendapatan. Semakin besar pendapatan maka semakin besar pula pengeluaran konsumsi. Variabel yang mempengaruhi konsumsi tidak hanya pendapatan saja, naun terdapat variable lain yang mempengaruhi konsumsi masyarakat, diantaranya adalah variable social ekonomi, tingkat harga, selera, tingkat bunga dan sebagainya.

Dalam teori konsumsi Keynes, terdapat dugaan-dugaan megenai konsumsi.

Keynes menduga bahwa kecenderungan megonsumsi marginal (Marginal Propensity to Consume) jumlah yang dikonsumsi dalam setiap tambahan

pendapatan adalah antara nol dan satu. Keynes juga menyatakan bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan yang disebut dengan kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (Average Prospensity to Consume) mengalami penurunan ketika pendapatan naik. Keynes percaya bahwa tabungan adalah bentuk kemewahan, sehingga Keynes berharap orang kaya dapat menabung dalam proporsi yang lebih tinggi dari pendapatan mereka dari pada orang miskin. Keynes berpendapat

(4)

pendapatan merupakan deteminan konsumsi yang penting. Maka. Fungsi konsumsi Keynes ditulis dalam rumus:

𝑪 = 𝑪𝟎+ 𝒃𝒀𝒅 Keterangan :

C = Konsumsi

𝐶0 = Konsumsi otonomus

b = Margina; Prospesity to Consume (MPC) 𝑌𝑑 = Pendapatan Disposabel

0 ≤ b ≥ 1

Dalam penelitiannya, Pujoharso (2013) menyatakan dalam fungsi konsumsi Keynes merupakan variabel riil/nyata, yiatu bahwa fungsi konsumsi menunjukkan hubungan antara pendapatan dengan pengeluaran konsumsi yang keduanya dinyatakan dengan pengeluaran konsumsi nominal. Pendapatan yang dimaksud dalam fungsi konsumsin Keynes merupakan pendapatan yang terjadi, bukan pendapatan yang diperoleh sebelumnya dan bukan pendapatan yang diperkirakan terjadi di masa mendatang. Selain itu, pendapatan yang dimaksud merupakan pendapatan absolut atau bukan pendapatan relative atau pendapatan permanen.

Faktor yang mempengaruhi konsumsi, diantaranya:

1) Faktor ekonomi

a. Pendapatan rumah tangga

Pendapatan seseorang juga didefinisikan sebagai banyaknya penerimaan yang dinilai dengan satuan mata uang yang dapat dihasilkan oleh seseorang atau suatu negara dalam periode tertentu. Pendapatan menurut ilmu ekonomi merupakan nilai maksimum yang dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu periode dengan

(5)

mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula.

Pendapatan rumah tangga memiliki pengaruh besar terhadap tingkat konsumsi.

Semakin tinggi pendapatan maka tingkat konsumsi tinggi. Jika pendapatan meningkat, maka kemampuan rumah tannga untuk melakukan pembelian kebutuhan konsumsi juga akan semakin besar (Rahardja & Manurung, Teori Ekonomi Makro, 2008).

b. Tingkat bunga

Tingkat bunga yang tinggi berpengaruh terhadap keinginan melakukan konsumsi. Jika tingkat bunga tinggi maka biaya yang dikeluarkan dari kegiatan ekonomi akan semakin mahal.

c. Kekayaan rumah tangga

Kekayaan rumah tangga yang dimaksud adalah kekayaan riil, seperti halnya rumah, tanah, mobil, serta finansial. Kekayaan dapat meningkatkan konsumsi sebab dapat menambah pendapatan disposable.

d. Perkiraan masa depan

Ketika rumah tangga memiliki perkiraan masa depan yang semakin baik, maka rumah tangga akan lebih merasa leluasa dalam melakukan konsumsi. Hal ini disebabkan karena pengeluaran konsumsi akan cenderung meningkat. Jika suatu rumah tangga memiliki perkiraan masa depan buruk, maka rumah tangga akan mengambil keputusan untuk menekan pengeluaran konsumsi.

2) Faktor demografi a. Jumlah penduduk

(6)

Semakin banyak jumlah penduduk maka akan memperbesar pengeluaran konsumsi menyeluruh, meskipun pengeluaran rata-rata per keluarga relative rendah.

b. Komposisi penduduk

Komposisi penduduk dapat dilihat dari usia, pendidikan, dan wilayah tempat tinggal

3) Faktor non ekonomi a. Faktor social budaya

Kebiasaan di masyarakat dapat mempengaruhi konsumsi seseorang. Pada wilayah yang berpegang teguh untuk hidup sederhana maka akan memiliki konsumsi yang relative rendah. Sedangkan wilayah dengan kebiasaan gemar berpesta maka akan memiliki konsumsi yang relative tinggi.

b. Gaya hidup

Seseorang yang berpenghasilan rendah dapat memiliki tingkat konsumsi yang tinggi ketika seseorang tersebut memiliki gaya hidup mewah.

2.2.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Tarigan (2007, p. 21) pendapatan perkapita adalah total pendapatan suatu daerah dibagi jumlah penduduk di daerah tersebut pada tahun yang sama.

Angka yang digunakan dalam pendapatan perkapita adalah total pendapatan regional dibagi jumlah penduduk. Angka ini sering diperoleh sehingga diganti menjadi total PDRB atas dasar harga pasar dibagi degan jumlah penduduk. Angka pendapatan perkapita dapat dinayatakan dalam harga berlaku maupun harga konstan.

(7)

Rasyidi (2010, p. 166) mengemukakan faktor yang mempengaruhi pendapatan perkapita adalah:

1. Permintaan agregat dan penawaran agregat

Permintaan agregat menunjukkan hubungan antara keseluruhan permintaan terhadap barang dan jasa sesuai dengan tingkat harga. Permintaan agregat adalah seluruh barang dan jasa yang akan dibeli oleh sektor ekonomi pada tingkat harga, sedangkan penawaran agregat menunjukkan hubungan antara keseluruhan penawaran barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan dalam tingkat harga.

2. Konsumsi dan tabungan

Konsumsi adalah pengeluaran total untuk memperoleh barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Sedangkan tabungan merupakan bagian dari pendapatan yang tidak dikeluarkan untuk konsumsi. Tabungan, konsumsi dan pendapatan sangat erat hubungannya. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam pendapat Keynes yang dikenal dengan psyclogical consumtion yang membahas mengenai tingkah laku masyarakat dalam konsumsi jika dihubungkan dengan pendapatan, dimana semakin besar konsumsi dan tabungan maka akan semakin tinggi pendapatan yang diperoleh 3. Investasi

Pengeluaran investasi merupakan salah satu komponen penting dalam pengeluaran agregat.

Sukirno (2012, p. 138) megemukakan pendapatan perkapita terdiri atas 2 jenis, yaitu:

1. Pendapatan Pribadi

(8)

Pendapatan pribadi dapat diartikan sebagai semua jenis pendapatan termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan suatu kegiatan apapun yang diterima oleh penduduk suatu negara.

2. Pendapatan disposebel

Pendapatan disposebel adalah pendapatan pribadi dikurangi oleh pajak yang harus dibayar oleh penerima pendapatan. Hal ini diartikan bahwa pendapatan disposebel merupakan pendapatan yang digunakan oleh penerima dalam perekonomian untuk membeli barang dan jasa.

Manfaat perhitungan pendapatan perkapita adalah sebagai indikator ekonomi yang dapat megukur tingkat kesejahteraan dan kemakmuran penduduk suatu daerah atau negara. Pendapatan perkapita dihitung secara berkala, suatu daerah biasanya meghitung pendapatan perkapita dalah satu tahun. Selain itu, pendapatan perkapita dapat digunakan sebagai data pembanding tingkat kesejahteraan suatu daerah atau negara dengan daerah atau negara lain. Pendapatan perkapita juga sebagai faktor yang mempengaruhi dalam mengambil kebijakan di bidang ekonomi.

Arus uang mengalir dari dunia usaha kepada masyarakt dalam bentuk upah, bunga, sewa dan laba. Keempatnya merupakan betuk pendapatan yang diterima oleh masyarakat sebagai balas jasa untuk faktor produksi. Pendapatan adalah hasil atau upah yang diperoleh masyarakat atas imbalan jasa yang telah dilakukan yang dapat digunakan untuk konsumsi. Tingkat konsumsi masyarakat sangat bervariatif sesuai tergantung hasil pendapatannya. Pendapatan merupakan faktor penentu dalam kegiatan konsumsi masyarakat. Semakin tinggi pendapatan sesorang maka semakin tinggi daya belinya untuk dikonsumsi sehingga permintaan terhadap barang akan meningkat. Begitu sebaliknya, ketika semakin rendah pendapatan

(9)

maka semakin rendah pula daya beli konsumen, sehingga permintaan terhadap barang untuk dikonsumsi juga menurun.

2.2.3 Teori Investasi

Investasi merupakan salah satu pilar pertumbuhan ekonomi. Investasi menjadi titik keberhasilan dan keberlanjutan pembangunan masa depan, karena investasi meyerap tenaga kerja. investasi juga sering disebut dengan penanaman modal. Hal itu berhubungan dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Investasi adalah pengeluaran oleh sektor produsen (swasta) untuk pembelian barang dan jasa untuk menabah stok yang digunakan atau untuk perluasan pabrik. Investasi jugadapat diartikan sebagai pengeluaran atau perbelanjaan penanam-penanam modal dan perlengkapan produksi untuk menambah kemapuan memproduksi barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian, sehingga investasi disebut juga dengan penanaman modal.

Kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat (Sukirno, 2000).

Peranan ini memiliki sumber dari fungsi penting investasi yaitu:

1) Investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat, sehingga kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat, pendapatan nasional serta kesempatan kerja

2) Peningkatan barang modal sebagai akibat investasi akan menambah kapasitas produksi.

3) Investasi diikuti oleh perkembangan teknologi.

Terdapat beberapa alasan seseorang melakukan investasi, diantaranya:

(10)

1. Untuk memperoleh kehidupan yang lebih layak di masa mendatang 2. Untuk menekan inflasi

3. Terdapat dorongan untuk menghemat pajak.

Investasi dibagi menjadi beberapa bagian, berikut merupakan pembagian investasi berdasar jenisnya:

1. Investasi langsung

Invesati langsung merupakan investasi yang dilakukan oleh pemerintah atau Negara dalam membangun sarana dan prasarana atau dapat disebut juga dengan infrastruktur untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya. Investasi langsung bersifat non profit motif. Investasi langsung dapat mendorong mobilitas perekonomian suatu Negara dan mampu meningkatkan nilai tambah berupa lapangan pekerjaan serta barang dan jasa. Walaupun begitu, investasi langsung juga tidak dapat terhindar dari risiko, seperti halnya Sisa Anggaran Pembangunan, yang dapat mengakibatkan investasi yang dilakukan sia-sia dan rugi karena tidak dapat memenuhi kebutuhan public.

2. Investasi tidak langsung

Investasi tidak langsung adalah investasi yang dilakukan oleh pihak swasta dengan tujuan memperoleh keuntungan (profit motif). Investasi ini dapat berupa investasi langsung, seperti halnya pembangunan usaha yang mampu menghasilkan barang atau jasa untuk memperoleh keuntungan. Atau juga dapat berupa investasi tidak langsung seperti halnya mendirikan lembaga keuangan diperuntukkan untuk menghimpun dana yang disalurkan kepada sektor riil. Investasi tidak langsung juga dapat menghasilkan nilai tambah beruapa barang, jasa, dan lapangan pekerjaan sehingga juga memiliki pengaruh positif terhadap pembangunan ekonomi.

(11)

3. Kerjasama investasi pemerintah dengan swasta

Kerjasama investasi pemerintah dengan swasta yaitu kerjasama yang dilakukan antara pemerintah dengan swasta yang berinvestasi dalam pembangunan sarana dan prasarana dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Banyak terdapat lahan kosong yang tidak dimanfaatkan berakibat dari keterbatasan dana oleh pemerintah, namun lahan tersebut berpotensi untuk memperoleh pendapatan, maka swasta sebagai pihak kedua menjadi bagian dalam pengembangan asset daerah.

Untuk melindungi kepentingan pemerintah dalam menerima pembangunan dan fasilitas dalam kondisi baik serta memiliki nilai komersial, maka selama pengelolaan pihak swasta wajib memelihara dengan mengansuransikan asset tersebut.

4. Investasi kerjasama antar Negara

Investasi kerjasama antar Negara terbentuk dengan alasan untuk meningkatkan kerjasama antar Negara dalam pemenuhan kebutuhan regional, meningkatkan aktivitas ekonomi serta penciptaan value added pada kawasan tersebut, memperbaiki kualitas dan kuantitas pelayanan public, dan pengoptimalan manfaat sumber daya regional.

Faktor investasi secara langsung dapat meningkatkan kapasitas produksi.

Peningkatan kapasitas produksi tersebut akan meningkatkan faktor produksi termasuk tenaga kerja. penelitian yang dilakukan Akhmal, (2010) menemukan bahwa investasi berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja, sebab tenaga kerja merupakan sumber daya potensial sebagai penggerak, penggagas dan pelaksana.

Jumlah angkatan kerja yang bekerja merupakan gambaran kondisi dari lapangan kerja yang tercipta. Semakin meningkat lapangan pekerjaan yang tersedia maka

(12)

akan meyebabkan semakin meingkat total produksi (Kurniawan, Militina, &

Suharto, 2017). Sehingga ketika tenaga kerja mengalami peningkatan, maka hal tersebut dapat meningkatkan pendapatan seseorang sehingga daya beli meningkat dan masyarakat akan lebih cenderung konsumtif.

2.2.4 Teori Upah

Dalam teori ekonomi, upah merupakan pembayaran yang diperoleh dari berbagai bentuk jasa yang disediakan, dan diberikan oleh tenaga kerja kepada pengusaha. Menurut Sukirno (2012, p. 353), upah merupakan imbalan jasa yang diterima seseorang dalam hubungan kerja yang berupa uang atau barang melalui perjanjian kerja, imbalan jasa, dan diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan bagi diri, dan keluarganya. Perubahan tingkat upah akan mempengaruhi tinggi rendahnya biaay produksi perusahaan.

UU No. 11 tahun 2020 Cipta Kerja tentang Ketengakerjaan pasal 88C ayat (3) dan (4) menyatakan bahwa upah minimum sebagaimana diaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan berdasarkan kondisi ekonomi dan ketenagakerjaan, syarat tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) meliputi pertumbuhan ekonomi daerah atau inflasi pada kabupaten/kota yang bersangkutan.

Menurut PP No. 36 Tahun 2021 Tentang Pegupahan pasal 1 Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentukuang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja buruh yang ditetapkan dan dibayarkan meurut surat perjajian kerja, kesepakatan atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah dilakukan.

(13)

Berdasar pada PP Nomor 36 tahun 2021 pasal 26 menyebutkan penyesuaian upah minimum dilakukan setiap tahun. Peyesuaian upah minimum ditetapkan pada rentang nilai tertentu diantara batas atas dan batas bawah Upah Minimum padawilayah yang bersangkutan. Nilai upah minimum tertertentu dihitung berdasarkan formula penyesuaian nilai upah minimum sebagai berikut:

𝑈𝑀(𝑡+1) = 𝑈𝑀𝑡+ {𝑀𝑎𝑥(𝑃𝐸𝑡, 𝐼𝑛𝑓𝑙𝑎𝑠𝑖𝑡)𝑥 ( 𝐵𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑠𝑡− 𝑈𝑀𝑡

𝐵𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑠𝑡− 𝐵𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ𝑡) 𝑥 𝑈𝑀𝑡} Nilai pertumbuhan ekonomi atau inflasi yang digunakan dalam formula penyesuaian nilai upah minimum merupakan nilai pertumbuhan ekonomi dan inflasi tingkat provinsi. Definisi tersebut terdapat dua unsur penting yang dimiliki upah minimum yaitu:

1) Upah permulaan adalah upah minimum terendah yang harus diterima oleh buruh pada waktu pertama kali dia diterima bekerja.

2) Jumlah upah minimum harus dapat memenuhi kebutuhan hidup secara minimal yaitu kebutuhan primernya.

Menurut Gregory Mankiw (2013, p. 26) Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah ukuran biaya keseluruhan barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen.

Target dalam IHK adalah mengukur perubahan pada biaya hidup. Dengan kata lain, IHK mengukur berapa banyak penghasilan yang harus dinaikkan untuk memelihara standar hidup yang konstan. Ketika biaya hidup masyarakat tinggi, maka tingkat upah layak ditingkatkan.

Dalam penetapan upah minimum, pemerintah akan tetap menggunakan faktor lain yaitu laju Produk Domestik Regional Bruto (Bersales, 2014). Ketika terjadi peningkatan produktivitas tenaga kerja yang diukur menggunakan output PDRB,

(14)

maka upah minimum layak ditingkatkan. Dengan hal tersebut, maka kenaikan upah minimum dapat meningkatkan pendapatan seseorang. Ketika pendapatan seseorang meningkat, maka daya beli masyrakat terhadap barang maupun jasa akan mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat meningkatkan tingkat konsumsi rumah tangga.

2.2.5 Teori Inflasi

Inflasi merupakan proses kenaikan harga barang secara terus menerus. Inflasi sangat berpengaruh terhadap stabilitas perekonomian suatu negara, karena tingkat inflasi yang tinggi akan mempengaruhi produksi dalam negeri, hal ini terjadi karena harga naik dan permintaan barang menurun sehingga produksi juga menurun.

Selain menaikkan harga barang, inflasi juga dapat menaikkan upah buruh.

Turunnya daya beli masyarakat terutama masyarakat berpengahasilan tetap akan berakibat pada bahan yang tidak habis terjual. Hal ini menunjukkan bahwa inflasi dapat meyebabkan naiknya harga jual produksi ekspor serta berpengaruh terhadap neraca pembayaran.

Kenaikan harga pada inflasi diukur menggunakan indeks harga, indeks harga yang digunakan dalam mengukur inflasi antara lain:

a. Indeks biaya hidup

b. Indeks harga perdagangan besar c. GNP deflator

Inflasi juga dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Inflasi ringan

Inflasi ringan terjadi ketika laju inflasi dibawah 10% dalam setahun

(15)

2. Inflasi sedang

Inflasi sedang terjadi ketika laju inflasi berada antara 10%-30% dalam setahun)

3. Inflasi berat

Inflasi berat terjadi ketika laju inflasi berada antara 30%-100% dala setahun 4. Hiperinflasi

Hiperinflasi terjadi ketika laju inflasi berada diatas 100% dalam setahun

Adapun penyebab terjadinya inflasi menurut Sukirno (2000, p. 177) berikut ini:

a. Berbagai golongan ekonomi dalam masyarakat berusaha memperoleh pendapatan relative besar daripada kenaikan produktivitas mereka

b. Adanya kebijakan pemerintah baik bersifat ekonomi maupun non ekonomi yang mendorong kenaikan harga

c. Pengaruh inflasi luar negeri apabila Negara yang mempunyai system perekonomian terbuka pengaruh inflasi ini terlihat melalui pengaruh terhadap harga-harga barang impor

d. Pengaruh alam yang dapat mempengaruhi produksi dan kenaikan harga

e. Adanya harapan yang berlebihan dari masyarakat sehingga permintaan barang dan jasa naik lebih cepat daripada tabahan keluarnya yang mungkin dicapai oleh perekonomian yang bersangkutan

Adanya pengaruh antara inflasi terhadap konsumsi rumah tangga berbanding terbalik, yaitu jika inflasi meningkat maka konsumsi rumah tangga akan menurun dan jika inflasi menurun maka konsumsi rumah tangga akan meningkat. Kenaikan

(16)

inflasi dapat berakibat buruk terhadap konsumsi, sebab kenaikan harga yang terus menerus memungkinkan untuk tidak dapat terjangkau oleh masyarakat. Ketika terjadi inflasi masyarakat harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk mendapatkan barang yang mereka inginkan. Tingkat harga yang tinggi yang menyebabkan daya beli masyarakat menurun. Ketika daya beli masyarakat menurun maka konsumsi rumah tangga akan mengalami penurunan.

Namun, jika inflasi masih dalam tingkatan ringan, maka kenaikan inflasi dapat berpengaruh positif terhadap konsumsi. Sebab, kenaikan inflasi yang masih dalam tingkatan ringan dapat memberikan stimulus pada produsen untuk meningkatkan produksinya. Sesuai dengan hokum penawaran jika tingkat harga naik maka penawaran akan naik, hal ini yang membuat produsen meningkatkan hasil produksinya. Ketika barang yang diproduksi dalam masyrakat meningkat dan harga masil terjangkau oleh konsumen, maka daya beli masyarakat tidak akan menurun, sehingga hal tersebut dapat meningkatkan konsumsi rumah tangga walaupun inflasi mengalami kenaikan (Ardianyah, 2017).

2.3 Hubungan Variabel

2.3.1 Pendapatan Perkapita Terhadap Tingkat Konsumsi Rumah Tangga Jawa Timur 1994-2019

Keynes berpendapat bahwa faktor utama yang mempengaruhi konsumsi masyarakat adalah pendapatannya. Pada pendapatan yang rendah maka konsumsi akan melebihi pendapatan sehingga konsumsi dibiayai oleh tabungan masa lalu.

Teori konsumsi Keynes menyatakan bahwa konsumsi rumah tangga berhubungan positif dengan pendapatan saat ini.

(17)

Yudanto, Daru, dkk (2020) pada penelitiannya menyatakan bahwa hubungan antara pendapatan perkapita dan konsumsi makanan dan non makanan berpengaruh signifikan. Hal itu berarti bahwa pendapatan perkapita berkontribusi dominan dalam mempengaruhi perubahan konsumsi rumah tangga. Hubungan pendapatan dengan kosumsi adalah hubungan yang searah, yang berarti ketika pendapatan tingg maka dapat menyebabkan pengeluaran konsumsi yang besar, begitupun sebaliknaya. Yang berarti pendapatan perkapita berpengaruh signifikan terhadap konsumsi rumah tangga. (Hanum, Nurlaila; Sarlia, Sari;, 2019). Novi Zulistri Anjungsari (2019) dalam penelitiannya berdasar pengujian hipotesis diketahui bahwa pengaruh pendapatan perkapita terhadap konsumsi masyarakat berpengaruh positif dan signifikan. Najmi Illahi, dkk (2018) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa pendapatan perkapita berpengaruh signifikan terhadap terhadap konsumsi masyarakat.

2.3.2 Investasi PMDN Terhadap Tingkat Konsumsi Rumah Tangga Jawa Timur 1994-2019

Harwin Muhammad, A (2015) berdasar hasil pengujian regresi dalam penelitiannya menyatakan bahwa variable PMDN tidak berpengaruh secara signifikan terhadap konsumsi rumah tangga. Hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Murohman dan Rindayanti (2011) dalam penelitiannya bahwa pertumbuhan investasi mempunyai pengaruh signifikan terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga.

(18)

2.3.3 Upah Minimum Provinsi Terhadap Tingkat Konsumsi Rumah Tangga Jawa Timur 1994-2019

Sandra Dewi Puspitasari (2017) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa upah minimum berpengaruh signifikan terhadap konsumsi. Artinya, semakin tinggi upah minimum yang ditawarkan maka semakin tinggi konsumsi masyarakat terhadap barang dan jasa. Hal tersebut didorong oleh keinginan masyarakat dala memuaskan kebutuhannya. Hakim Muttaqim (2015) menyatakan bahwa upah minimum berpengaruh signifikan tehadap tingkat konsumsi. Ela Puspitasari (2012) juga mengungkapkan bahwa upah minimum berpengaruh signifikan terhadap konsumsi rumah tangga.

2.3.4 Inflasi Terhadap Tingkat Konsumsi Rumah Tangga Jawa Timur 1994-2019

Hukum permintaan menjelaskan jika harga barang/jasa turun, maka barang/jasa yang diminta akan bertambah atau sebaliknya jika barang/jasa naik maka jumlah barang/jasa yang diminta akan turun dengan asumsi variable selain harga dianggap konstan (Priyagus, 2016). Daru Yudanto, dkk (2020) dalam penelitiannya menyatakan bahwa inflasi berpengaruh signifikan terhadap konsumsi rumah tangga. Hakim Muttaqim, dkk (2019) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa inflasi berperan terhadap perubahan tingkat konsumsi. Dengan kata lain inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap konsumsi. Jika inflasi meningkat maka kemampuan konsumsi menurun dan jika inflasi menurun maka kemampuan konsumsi public menjadi lebih baik. Maka dari itu hubungan inflasi dan konsumsi selalu negative. Menurut Muh. Nur Ermon (2012) dalam penelitiannya juga

(19)

menyatakan bahwa inflasi berpengaruh signifikan terhadap tingkat konsumsi masyarakat.

2.4 Kerangka Pemikiran

Pengeluaran masyarakat dalam melakukan kegiatan konsumsi tentu dipengaruhi oleh beberapa hal, baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Faktor yang diyakini dapat mempengaruhi konsumsi salah satunya adalah pendapatan.

Pendapatan seseorang merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam kegiatan konsumsi, dikarenakan konsumsi berbanding lurus dengan pendapatan.

Semakin tinggi pendapatan yang diterima seseorang maka akan mempengaruhi daya beli masyarakat, sehingga masyarakat lebih konsumtif yang dapat meyebabkan konsumsi rumah tangga mengalami kenaikan.

Besarnya pendapatan yang diterima rumah tangga dapat menggambarkan kesejahteraan suatu masyarakat. Sehingga upah minimum provinsi juga menjadi hal yang dapat mempengaruhi tingkat konsumsi rumah tangga. Hal ini disebabkan oleh, ketika upah minimum provinsi mengingkat maka jumlah pendapatan akan meningkat sehingga dapat meningkatkan daya beli masyarakat yang meyebabkan meingkatnya konsumsi rumah tangga.

Konsumsi tentu dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk penanaman modal dalam negeri (PMDN). PMDN merupakan salah satu komponen penting dalam pembiayaan pembangunan suatu negara, maka dariitu pemerintah menetapkan sebuah kebijakan dalam penanaman modal guna mendorong terciptanya iklim usaha nasional yang kondusif bagi penanam modal untuk memperkuat daya saing perekonomian. Ketika investai mengalai kenaikan maka dapat memperluas lapangan pekerjaan sehingga tenaga kerja juga mengalami peningkatan. Ketika

(20)

tenaga kerja mengalami peningkatan maka dapat berdampak pada kenaikan pendapatan seseorang sehingga dapat mempengaruhi daya beli masyarakat sehingga konsumsi rumah tangga mengalami peningkatan.

Efek pendapatan dapat terjadi ketika rumah tangga cenderung memilih untuk meningkatkan pengeluaran konsumsi dan menurunkan tabungan, sedangkan efek subtitusi dalam kenaikan suku bunga terjadi ketika rumah tangga cenderung memilih untuk menabung dan menurunkan pengeluaran konsumsi. Salah satu penyebab terjadinya efek subtitusi adalah terjadinya inflasi, konsumen akan memilih untuk mengurangi pembelian barang dengan harga relative mahal dan lebih memilih untuk mengonsumsi barang dengan harga yang relative murah.

Dengan terjadinya inflasi maka harga barang akan mengalami kenaikan sehingga menimbulkan efek subtitusi antara pengeluaran konsumsi dengan tabungan.

Sehingga inflasi dapat mempengaruhi konsumsi rumah tangga masyarakat. Hal tersebut didasari oleh ketika terjadi inflasi maka harga barang maupun jasa meningkat, sehingga mempengaruhi pendapatan seseorang, hal tersebut tentu mempengaruhi daya beli masyarakat, maka konsumsi rumah tangga akan ikut terpengaruhi.

2.5 Hipotesis

Berdasar teori dan permasalahan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan hipotesis yang terdapat dalam penelitian ini adalah:

1. PDRB Perkapita berpengaruh signifikan terhadap konsumsi rumah tangga di Provinsi Jawa Timur

2. Investasi PMDN berpengaruh signifikan terhadap konsumsi rumah tangga di Provinsi Jawa Timur

(21)

3. Upah Minimum Provinsi berpengaruh signifikan terhadap konsumsi rumah tangga di Provinsi Jawa Timur

4. Inflasi berpengaruh signifikan terhadap konsumsi rumah tangga di Provinsi Jawa Timur

Referensi

Dokumen terkait

Praktek dumping merupakan praktek dagang yang tidak fair , karena bagi negara pengimpor, praktek dumping akan menimbulkan kerugian bagi dunia usaha atau

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penyusun dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “Lari Jarak Jauh” dengan

Gagasan yang diberikan cukup variatif, mulai dari gagasan untuk melakukan verifikasi administrasi gereja kepada instansi terkait, melakukan survei rumah kelayakan

Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

Berkat rahmat, taufik dan hidayah-Nya yang telah diberikan kepada Peneliti sehingga dapat menyelesaikan penelitian skripsi yang berjudul "Pengaruh Model

dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari kelompok lainnya sehingga diperoleh sebuah pengetahuan baru yang dapat dijadikan sebagai bahan diskusi kelompok

Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan isolat bakteri dan isolat aktinomisetes terbaik untuk di aplikasikan sebagai agen biokompos dengan menganalisa kemampuan