• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Steenis (1987) kedudukan tanaman jagung (Zea mays L) dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Steenis (1987) kedudukan tanaman jagung (Zea mays L) dalam"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Steenis (1987) kedudukan tanaman jagung (Zea mays L) dalam taksonomi adalah: Kingdom Plantae, Divisi Spermatophyta, sub Divisi Angiospermae, Class Monocotyledoneae, Ordo Graminales, Famili Graminaceae, Genus Zea dan Spesies Zea mays L.

Sistem perakaran tanaman jagung sama seperti tanaman graminae lain, mempunyai akar serabut yang terdiri 3 tipe pertama yaitu akar sementara (seminal roots) yang berkembang dari radikula (akar kecambah) embrio. Akar sementara biasanya berjumlah 3-4 dan seluruhnya hidup dalam jangka waktu tertentu. Kedua adalah akar permanen (adventitious roots) berasal dari nordia (buku) paling bawah panjangnya sekitar 3-4 cm kebawah dari permukaan tanah. Yang ketiga adalah akar tunggang (brace or porp roots) yang berasal dari lingkaran 2 atau lebih nordia

bawah yang tertutup oleh tanah. Akar ini cukup kuat untuk daerah tropis (Singh, 1987).

Tinggi tanaman jagung berkisar antara 90-150 cm. Batang jagung berwarna hijau sampai kekuningan, batang berbuku-buku yang dibatasi oleh ruas- ruas yang jumlahnya antara 10-40 ruas. Ruas bagian atas berebntuk silindris dan bagian bawah berbentuk agak bulat pipih. Pada batang jagung terdapat tunas yang biasanya berkembang menjadi bakal tongkol, tetapi biasanya bakal tongkol yang berada dibawah tongkol utama tidak berkembang sempurna. Apabila sebelum polinasi tongkol bawahnya akan berkembang (Nurmala, 1997).

(2)

masuknya air hujan kedalam pelepah daun (Martin dan Leonard, 1967). Tanaman ini mempunyai daun yang terletak berselang-seling dalam dua barisan pada batang dan jumlahnya bervariasi antara 12-18 helai (Effendi, 1982).

Bunga jantan jagung berada di ujung batang dalam bentuk malai di ujung.

Jika kepala sari dari tassel pecah maka terbentuklah kabut debu serbuk sari. Telah dihitung bahwa sebuah tassel dapat menghasilkan sebanyak 60 juta serbuk sari.

Bunga betina tumbuh dibagian bawah tanaman dalam bentuk bulir majemuk atau sering disebut tongkol yang tertutup rapat oleh upih yang disebut kulit ari.

Muncul dari tongkol dijumpai sejumlah besar rambut panjang (silks) yaitu kepala putik. Sewaktu reseptif rambut sutra ini lengket, sehingga serbuk sari manapun yang tertiup kearah rambut ini akan melekat. Setiap rambut dihubungkan oleh tangkai putik yang panjang kebakal buah tunggal yang setelah dibuahi menjadi biji atau inti biji (kernel). Pada bunga jantan biasanya memancarkan serbuk sari sebelum bunga betina pada tanaman yang sama masak.

Ketika kepala sari bunga betina menjadi reseptif maka serbuk sari dari tanaman jagung yang bersebelahan tertiup angin dan akan menempel padanya sehingga terjadi penyerbukan silang (Loveless, 1989).

Biji jagung tersusun rapi pada tongkolnya. Biji dapat berpasangan dan setiap bakal biji punya tangkai putik yang sangat panjang disebut dengan rambut jagung. Tongkol yang baik mengandung 700-1000 bakal biji yang tersusun dalam barisan-barisan genap (Steenis, 1987).

(3)

Syarat Tumbuh Iklim

Faktor-faktor iklim yang terpenting untuk pertumbuhan tanaman jagung adalah jumlah dan pembagian sinar matahari, temperatur, kelembaban, dan angin.

Tanaman jagung menghendaki tempat terbuka (full sunlight) dan tergolong tanaman berhari pendek (shortday plant) dengan lama penyinaran optimum adalah

± 12 jam per hari (Martin dan Leonard, 1967).

Agar dapat tumbuh dengan baik tanaman jagung memerlukan temperatur rata-rata antara 14-30oC, pada daerah sekitar 2.200 m dari permukaan laut, dengan curah hujan sekitar 600 mm- 1200 mm pertahun yang terdistribusi merata selama musim penanaman (Kartasapoetra, 1988).

Selama pertumbuhannya tanaman jagung harus mendapatkan sinar matahari yang cukup karena sangat mempengaruhi pertumbuhannya. Tanaman jagung bila banyak ternaungi pertumbuhannya akan terhambat dan menghasilkan biji yang kurang baik (Subandi, dkk, 1988).

Tanah

Pada tanaman berpasir tanaman jagung dapat tumbuh baik asal air dan unsur hara tersedia. Tanah latosol, dan tanah gambut dapat ditanami jagung dan tumbuh baik jika kemasaman tanah cocok untuk pertumbuhannya. Tanaman jagung sangat peka terhadap kekurangan oksigen dan penggenangan air (Hartmann et al, 1981).

Kemasaman tanah biasanya erat sekali hubungannya dengan ketersedian unsur-unsur hara tanaman. Kemasaman tanah (pH) yang baik bagi pertumbuhan

(4)

Baby Corn

Baby corn merupakan tongkol muda tanaman jagung yang belum sempurna pertumbuhannya, tetapi telah memiliki kandungan gizi yang tinggi, karena sebagai calon buah jagung, baby corn telah mengandung hampir semua zat-zat yang terdapat pada jagung (Goenawan, 1988).

Menurut The Philippines Agriculturist (Bautista et. al., 1983), kandungan gizi baby corn dalam 100 g terdapat 89,10 g air; 0,20 g lemak; 1,90 g protein; 8,20 g karbohidrat; 0,60 g abu; 28 mg kalsium; 86 mg fosfor; 0,10 mg besi; 64,00 IU vitamin A; 0,05 mg thiamin; 0,08 mg riboflavin; 11,00 g asam askorbat, dan 0,3 mg niasin

Kandungan dan komposisi zat gizi yang terkandung pada hasil tanaman hortikultura akan bervariasi tergantung pada faktor internal dan faktor eksternal (lingkungan). Perbedaan yang disebabkan oleh genetik akan terlihat antar spesies, antar kultivar atau varietas yang sama. Perbedaan kandungan gizi hasil tanaman hortikultura juga ditentukan fase perkembangan tanaman dan / fase perkembangan organ hasil saat panen dilakukan. Organ hasil yang dipanen dari satu individu tanaman yang sama dapat berbeda kandungan dan komposisi gizinya jika organ- organ hasil tersebut dipanen pada fase perkembangan yang berbeda. Faktor lingkungan juga akan berpengaruh terhadap kandungan gizi hasil tanaman hortikultura terutama tanah dan iklim. Demikian pula halnya dengan sifat fisika dan kimia tanah. Kandungan unsur-unsur hara esensial yang tersedia dalam tanah juga akan mempengarui sistesis berbagai senyawa organik, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral (Lakitan, 1995).

(5)

Baby corn dapat diproduksi dari kultivar jagung, pada umumnya dengan teknik budidaya yang sama seperti produksi jagung biasa, kecuali jarak tanam yang digunakan umumnya lebih rapat karena dipanen lebih cepat (Sutjahjo, dkk, 2005), mekipun demikian tidak semua varietas jagung dapat menghasilkan baby corn yang bermutu tinggi, baik kualitas maupun kuantitasnya (Rukmana, 1997).

Varietas

Varietas adalah sekumpulan individu tanaman yang dapat dibedakan oleh setiap sifat (morfologi, fisiologi, sitologi, kimia, dll) yang nyata untuk usaha pertanian dan bila diproduksi kembali akan menunjukkan sifat-sifat yang dapat dibedakan dari yang lain. Varietas berdasarkan teknik pembentukan dibedakan

atas varietas hibrida, varietas sintetik dan varietas komposit (Mangoendidjojo, 2003).

Gen-gen tidak dapat menyebabkan berkembangnya karakter terkecuali jika mereka berada pada lingkungan yang sesuai, dan sebaliknya ada pengaruh terhadap berkembangnya karakter dengan mengubah tingkat keadaan lingkungan terkecuali jika gen yang diperlukan ada. Namun harus disadari bahwa keragaman yang diamati terhadap sifat-sifat yang terutama disebabkan oleh perbedaan gen yang dibawa oleh individu yang berlainan dan terhadap variabilitas didalam sifat yang lain, pertama-tama disebabkan oleh perbedaan lingkungan dimana individu berada (Allard, 1989).

Hasil maksimum akan dapat dicapai apabila suatu kultivar unggul menerima respon terhadap kombinasi optimum dari air, pupuk dan praktek

(6)

budidaya lainnya. Semua kombinasi in put penting dalam mencapai produktivitas tinggi (Nasir, 2002).

Emaskulasi

Pembuangan bunga jantan pada tanaman jagung dilakukan pada saat bunga jantan keluar, tetapi sebelum mekar, jadi belum penyerbukan. Tujuan pembuangan bunga jantan adalah untuk pengalihan kekuatan (tenaga) pada

pembuatan tongkol, agar jagung menjadi lebih besar dan lebih banyak (Rochani, 2008).

Jagung mempunyai kemampuan morfologi untuk menghasilkan banyak

tongkol. Pertumbuhan tongkol dapat berhenti selama pembungaan kalau jumlah penyinaran yang tersekap pertanaman kecil, sebab jumlah penyinaran yang disekap oleh suatu tanaman selama pembungaan merupakan faktor utama

yang menentukan faktor utama yang menetukan jumlah biji (Tollenaar, 1977). Sementara sebagian pengaruh peniadaan malai bunga

jantan dapat dihubungkan dengan kenaikan jumlah cahaya yang mencapai daun (Duncan, dkk., 1967: Hunter, dkk.,1969: Lambert and Johnson, 1978). Sebagian

kenaikan hasil merupakan akibat penghilangan dominan apikal malai bunga jantan (Muleba, 1980; Paterniani, 1981). Toleran terhadap populasi tanaman yang tinggi juga berkaitan dengan produksi lebih dari satu tongkol pada populasi tanaman yang lebih rendah (Mock and Pearce, 1975).

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Woro Idha Lestari (2006) menyatakan bahwa faktor-faktor yang meliputi sikap, kepribadian, motivasi, kepentingan,

Berdasarkan hasil kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan siswa pada siklus I, dapat diketahui bahwa kemampuan metakognitif siswa yang masih kurang

kesimpulan diatas, maka saran yang dapat diberikan, yaitu: 1) Wanita klimakterium mampu menerapkan terapi SEFT untuk menurunkan kecemasan wanita klimakterium; 2)

Dari penelitian ini juga dapat digunakan untuk mendukung sebuah keputusan dalam mengambil keputusan yang memiliki nilai alternatif terbaik yang kedepannya dapat

Apabila siswa membuat perencanaan pemecahan masalah estimasi hitung pecahan, dan dapat mengakomodasi strategi estimasi, yaitu membualatkan bilangan dengan

berbahaslah dengan mereka (yang engkau serukan itu) dengan cara yang lebih baik; sesungguhnya Tuhanmu Dia lah jua yang lebih mengetahui akan orang yang sesat dari jalanNya, dan Dia

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga naskah Tugas Akhir yang berjudul “ Penentuan Pola Jaringan

1) Sangat Penting , reponden menilai bahwa pernyataan yang ada adalah satu hal yang sangat krusial yang wajib dipenuhi pada Terminal Jombor, diberi bobot 4.