• Tidak ada hasil yang ditemukan

TA : Analisis Unjuk Kerja Wireless Distribution System Pada Jaringan Berbasis Mikrotik.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TA : Analisis Unjuk Kerja Wireless Distribution System Pada Jaringan Berbasis Mikrotik."

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS UNJUK KERJA WIRELESS DISTRIBUTION

SYSTEM PADA JARINGAN BERBASIS MIKROTIK

TUGAS AKHIR

Program Studi S1 Sistem Komputer

Oleh : Imam Fauzi 10.41020.0065

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA

(2)

ANALISIS UNJUK KERJA WIRELESS DISTRIBUTION

SYSTEM PADA JARINGAN BERBASIS MIKROTIK

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana Komputer

Oleh:

Nama : Imam Fauzi Nim : 10.41020.0065 Jurusan : Sistem Komputer Program : S1 (Strata Satu)

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA

(3)

x DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Batasan Masalah ... 3

1.4 Tujuan ... 3

1.5 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

2.1 Definisi Wireless Distribution System ... 6

2.2 Cara Kerja WDS (pengalamatan) ... 6

2.3 Komponen WDS ... 8

2.4 Jenis WDS ... 9

2..4.1 Bridging WDS ... 9

(4)

xi

2.5 Quality of Service ... 12

2.6 Parameter – parameter Quality of Service ... 13

2.6.1 Delay ... 13

2.6.2 Packet Loss ... 13

2.6.3 Throughput ... 13

2.7 Definisi alamat Internet Protocol ... 14

2.7.1 Jenis Alamat ... 14

2.7.2 Kelas IPv4 ... 14

2.8 User Datagram Protocol (UDP) ... 15

2.9 Mikrotik ... 16

2.9.1 Router Mikrotik ... 17

2.10 Layanan RTSP dan RTP ... 17

2.11 Network Monitoring ... 19

2.11.1 Wireshark ... 19

2.11.2 Tujuan dan Manfaat Wireshark ... 20

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

3.1 Metode Penelitian ... 21

3.1.1 Studi Kepustakaan ... 21

(5)

xii

3.1.3 Analisis ... 22

3.2 Prosedur Penelitian ... 22

3.2.1 Pengumpulan Data dan Parameter Penelitian ... 23

3.2.2 Desain dan Pembuatan Topologi ... 25

3.2.3 Proses Monitoring dan Pengambilan Data ... 27

3.2.4 Konfigurasi Sistem ... 28

3.2.5 Menjalankan sistem ... 29

3.2.6 Pengolahan Data ... 29

3.2.7 Sistem dan Plotting ... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

4.1 Kebutuhan Sistem ... 32

4.2 Hasil Penelitian ... 33

4.2.1 Analisis Analisis Router Master... 38

4.2.2 Analisis Analisis Router 1 ... 46

4.2.3 Analisis Analisis Router 2 ... 54

4.2.4 Analisis Analisis Router 3 ... 62

4.2.5 Analisis Analisis Router 4 ... 70

BAB V PENUTUP ... 79

5.1 Kesimpulan ... 79

5.2 Saran ... 80

(6)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Struktur komponen WDS ... 8

Gambar 2.2 WDS Bridge ... 9

Gambar 2.3 WDS Repeater ... 11

Gambar 2.4 Header TCP dan UDP. ... 16

Gambar 2.5 Router Mikrotik 941 haplite ... 17

Gambar 2.6 Logo Wireshark ... 19

Gambar 3.1 (a) Topologi jaringan dengan AP Master di tengah ... 26

(b) Topologi jaringan dengan AP Master di ujung ... 26

Gambar 3.3 Flowchart proses pengambilan data ... 27

Gambar 4.1 Tampilan capture Wireshark ... 33

Gambar 4.2 Squence number dari server ... 34

Gambar 4.3 Squence number dari server ... 34

Gambar 4.4 Panjang packet server ... 36

Gambar 4.5 Jumlah packet yang dikirim server ... 37

Gambar 4.6 Jumlah packet yang diterima client ... 37

Gambar 4.7 Grafik hasil perbandingan delay router Master ... 40

Gambar 4.8 Grafik hasil perbandingan throughput router Master ... 43

Gambar 4.9 Grafik hasil perbandingan packet loss router Master ... 45

Gambar 4.10 Grafik hasil perbandingan delay router 1 ... 48

Gambar 4.11 Grafik hasil perbandingan throughput router 1 ... 51

Gambar 4.12 Grafik hasil perbandingan packet loss router 1 ... 53

(7)

xiv

Gambar 4.14 Grafik hasil perbandingan throughput router 2 ... 59

Gambar 4.15 Grafik hasil perbandingan packet loss router 2. ... 61

Gambar 4.16 Grafik hasil perbandingan delay router 3 ... 64

Gambar 4.17 Grafik hasil perbandingan throughput router 3 ... 67

Gambar 4.18 Grafik hasil perbandingan packet loss router 3. ... 70

Gambar 4.19 Grafik hasil perbandingan delay router 4 ... 72

Gambar 4.20 Grafik hasil perbandingan throughput router 4 ... 75

(8)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Prosedur penelitian ... 22

Tabel 3.2 Alamat yang digunakan ... 26

Tabel 4.1 Kebutuhan Hardware ... 32

Tabel 4.2 Kebutuhan Software ... 32

Tabel 4.3 Contoh perhitungan delay ... 35

Tabel 4.4 Hasil perbandingan delay router Master ... 39

Tabel 4.5 Hasil perbandingan throughput router Master ... 42

Tabel 4.6 hasil perbandingan packet loss router Master ... 45

Tabel 4.7 Hasil perbandingan delay router 1 ... 47

Tabel 4.8 Hasil perbandingan throughput router 1 ... 50

Tabel 4.9 Hasil perbandingan packet loss router 1 ... 53

Tabel 4.10 Hasil perbandingan delay router 2 ... 55

Tabel 4.11 Hasil perbandingan throughput router 2 ... 58

Tabel 4.12 Hasil perbandingan packet loss router 2 ... 61

Tabel 4.13 Hasil perbandingan delay router 3 ... 63

Tabel 4.14 Hasil perbandingan throughput router 3 ... 66

Tabel 4.15 Hasil perbandingan packet loss router 3 ... 69

Tabel 4.16 Hasil perbandingan delay router 4 ... 71

(9)

xvi

(10)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Penulis

Lampiran 2 Konfigurasi Bridge dan WDS Statik di Router Master Lampiran 3 Konfigurasi Bridge dan WDS Statik di Router 1 Lampiran 4 Konfigurasi Bridge dan WDS Statik di Router 2 Lampiran 5 Konfigurasi Bridge dan WDS Statik di Router 3 Lampiran 6 Konfigurasi Bridge dan WDS Statik di Router 4 Lampiran 7 Konfigurasi Jalur WDS pada Router Master

Lampiran 8 Konfigurasi Jalur WDS pada Router 1 dan Router 2 untuk Topologi 1 Lampiran 9 Konfigurasi Jalur WDS pada Router 3 dan Router 4 untuk Topologi 1 Lampiran 10 Konfigurasi Jalur WDS pada Router Master dan Router 1 untuk

Topologi 2

Lampiran 11 Konfigurasi Jalur WDS pada Router 2 untuk Topologi 2

(11)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Penggunaan Wi-Fi memudahkan dalam mengakses jaringan dari pada

menggunakan kabel. Ketika menggunakan WiFi, pengguna dapat

berpindah-pindah tempat. Meskipun demikian, Wi-Fi mempunyai batas area jangkauan yang

dinamakan hotspot. Batas hotspot ditentukan oleh frekuensi, kekuatan pancar

antena pemancar dan penghalang. Agar jangkauan Wi-Fi dapat lebih luas, ada

beberapa cara yang dapat digunakan salah satunya dengan menggunakan repeater.

Repeater adalah perangkat yang digunakan untuk meneruskan sinyal Wi-Fi dari

akses poin utama agar jangkauan Wi-Fi dapat bertambah luas. Mode repeater

mempunyai beberapa jenis seperti wireless distribution system (WDS) repeater.

WDS merupakan sistem untuk mengembangkan jaringan internet nirkabel tanpa

harus menggunakan kabel sebagai backbone untuk access point (AP) melainkan

memanfaatkan jalur nirkabel dari AP tersebut (Wijaya, 2014).

Kekurangan dari WDS adalah ada penurunan maksimum troughput efektif

dari perangkat AP karena jalur transmisi nirkabel terbagi menjadi dua yaitu untuk

akses klien dan untuk link antar AP (Putra, 2011). Beberapa paper telah

membahas implementasi wireless distribution system, seperti paper berjudul

“Analisa Kinerja Implementasi Wireless Distribution System pada Perangkat

access point 802.11 G Menggunakan OpenWRT”, mengatakan bahwa unjuk kerja

(12)

2

diketahui bahwa terjadi penurunan kapasitas kanal pada mode WDS yang

mencapai hingga 40,3% (Putra, 2011).

Pada tugas akhir ini akan diteliti bagaimana unjuk kerja perluasan jaringan

dengan menggunakan WDS repeater. Penelitian ini dilatarbelakangi karena

penelitian sebelumnya melakukan pengujian terjadinya penurunan kapasitas kanal

pada jaringan dengan menggunakan WDS yang mencapai 40,3% yang

diimplementasikan pada OpenWRT. Penurunan kapasitas kanal tersebut akan

dianalisis sejauh mana dampaknya terhadap paket loss dan delay yang terjadi jika

menggunakan topologi yang berbeda pada jaringan berbasis Mikrotik.

Berdasarkan uraian diatas dalam tugas akhir ini akan dikaji tentang

bagaimana analisis unjuk kerja WDS pada jaringan berbasis Mikrotik. Sehingga

dari penelitian ini peneliti membahas bagaimana menganalisis seberapa baik

kinerja pada mode WDS untuk transmisi data streaming dengan topologi yang

berbeda.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan :

1. Bagaimana membangun jaringan wireless local area network (WLAN)

dengan memanfaatkan static WDS berbasis IPv4 menggunakan perangkat

Mikrotik untuk transmisi video streaming ?

2. Bagaimana melakukan pengujian dan analisis kualitas unjuk kerja jaringan

dua topologi dengan menggunakan parameter uji delay, packet loss, dan

(13)

3

1.3. Batasan Masalah

Untuk menghindari pembahasan yang lebih luas terkait dengan analisis unjuk

kerja WDS pada jaringan berbasis Mikrotik. Terdapat beberapa batasan masalah,

maka penelitian ini hanya ditentukan pada ruang lingkup tertentu antara lain :

1. Penelitian ini menggunakan 4 router Mikrotik RB941-2nD dan 1 router

RB951-2n.

2. Penghubung antar router menggunakan media wireless

3. Pengujian dilakukan dengan menggunakan software Wireshark.

4. Besaran data video yang diukur adalah 107,37 MB, 72,967 MB, dan 59,776

MB.

5. Besaran bandwidth yang digunakan adalah 512 Kbps, 1 Mbps, dan 2 Mbps.

6. Streaming video dilakukan pada jaringan WDS.

7. Pengambilan data streaming dilakukan di gedung merah lantai 8, 7, 6, 5, dan

lantai 4 Institut Bisnis STIKOM Surabaya dengan jarak 4-5 meter.

1.4. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan diatas, maka tujuan penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Membangun jaringan wireless local area network (WLAN) dengan

memanfaatkan static WDS berbasis IPv4 dengan menggunakan perangkat

Mikrotik.

2. Melakukan pengujian dan analisis unjuk kerja dua topologi jaringan WDS

pada jaringan IPv4 dengan menggunakan parameter uji delay, packet loss,

(14)

4

1.5. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan didalam memahami persoalan dan pembahasannya,

maka penulisan laporan Tugas Akhir ini dibuat dengan sistematika sebagai

berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dikemukakan hal-hal yang menjadi latar belakang,

perumusan masalah, batasan masalah, tujuan yang ingin dicapai

serta sistematika penulisan laporan tugas akhir ini.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini membahas mengenai teori - teori dari penelitian yang

dilakukan, antara lain Quality of Service, Wireless Distribution

System, Internet Protocol, User Datagram Protocol, Mikrotik, dan

Monitoring system

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan mengenai perancangan dan pembuatan

topologi jaringan yang digunakan, kebutuhan system, kebutuhan

data, pengalamatan IP, dan parameter uji QoS.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini membahas penelitian yang dilakukan, antara lain :

membahas hasil dari penelitian, membahas dalam bentuk tabel dan

grafik yang digunakan pada penelitian, membahas analisis unjuk

kerja WDS dengan parameter uji QoS, antara lain latency (delay),

(15)

5

BAB V PENUTUP

Pada bab ini akan membahas tentang kesimpulan dari hasil yang

(16)

6 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Definisi Wireless Distribution System

Pada standart IEEE 802.11 terminologi dari distribution system adalah sistem yang saling terhubung dinamakan Basic Service Set (BSS). BSS lebih baik jika

dibandingkan dengan “Cell” yang dikendalikan oleh akses poin tunggal. Sehingga

Distribution System menghubungkan antar cell yang bertujuan untuk membangun

jaringan luas sebagai dasar pemikiran dan memungkinkan pengguna perangkat

mobile dapat berpindah-pindah serta tetap terhubung ke sumber jaringan yang

tersedia.

Satu aspek penting dari WDS (skema ini berbeda dengan koneksi wireless antar AP sebelumnya yang digunakan oleh instansi untuk pemasangan di luar ruangan) sebenarnya adalah single laptop card pada AP dapat mengasumsikan

peran ganda pada waktu yang sama. Hal ini dapat “mengendalikan” cell (seperti

pada jaringan kabel yang menghubungkan antar AP), dan seperti infrastruktur yang menghubungkan klien secara wireless, serta dapat mempertahankan hingga enam koneksi wireless yang berbeda ke AP lainnya. Sehingga memungkinkan operasional (frekuensi) kanal harus sesuai dengan cell yang dikendalikan oleh AP dan untuk wireless link ke AP yang lain (ORINOCO Technical Bulletin, 2002). 2.2. Cara Kerja WDS (pengalamatan)

(17)

7

personal computer (PC) card memiliki alamat MAC yang digunakan oleh sistem

untuk mengirimkan data frame. Jika perangkat LAN mengirimkan data, maka akan menambahkan alamat MAC-nya sendiri untuk menunjukkan kepada penerima darimana frame berasal. Secara singkatnya semua frame data yang dikirimkan melalui LAN diberi header berisi alamat MAC sumber dan tujuan. Jika data frame dikirimkan maka hanya memerlukan dua alamat MAC tersebut. Ketika data frame yang tidak terhubung ke segmen LAN yang sama ditransmisikan di antara ujung ke ujung LAN, maka perangkat penghubung diperlukan untuk menghubungkan frame dari satu segmen ke segmen yang lain. Akses poin adalah perangkat yang juga dikenal sebagai bridge, yang memiliki kemampuan untuk menyampaikan lalu lintas dari satu segmen ke segmen yang lain. Ia melakukan tugas ini dengan menggunakan "table bridge", di mana alamat MAC disimpan.

Lalulintas antar perangkat LAN nirkabel yang sesuai dengan standar IEEE 802.11 membutuhkan 4 alamat MAC bukan 2. Ketika perangkat nirkabel saling terhubung ke AP maka akan selalu di arahkan ke lalulintas tersebut ke AP dengan menggunakan alamat MAC yang terdapat pada PC card pada AP sebagai alamat tujuan langsung. Alamat MAC dari stasiun akhir yang terdapat pada frame yang akan dikirimkan termasuk dengan header frame, sehingga PC card pada AP dapat mengetahui kemana frame tersebut dikirimkan. Pada akhirnya stasiun pengirim menggunakan alamat MAC sendiri di dalam frame sebagai alamat sumber. Sehingga total mempunyai tiga alamat yang digunakan (ORINOCO Technical Bulletin, 2002).

(18)

8

yang tersedia pada header MAC yang digunakan antara lain:

Alamat MAC dari pengirim,

Alamat MAC dari tujuan akhir,

Alamat MAC dari PC card pada AP, dan

Alamat MAC dari PC card penerima pada AP yang berbeda. 2.3. Komponen WDS

Komponen dan struktur dari WDS dapat dilihat pada Gambar 2.1

Sumber : https://www.mikrotik.co.id

Gambar 2.1 Struktur komponen WDS

Berikut adalah komponen dari WDS.

WDS Master

Merupakan AP yang mengaktifkan WDS dan bertugas untuk menghubungkan jaringan dengan server (Yoga, 2005).

WDS Slave

(19)

9

penerima (station) atau disebut sebagai repeater (Yoga, 2005). 2.4. Jenis WDS

WDS mempunyai 2 tipe konfigurasi antara lain WDS bridging dan WDS repeater. WDS bridging penghubung antara client ke AP menggunakan kabel sebagai penghubungnya namun penghubung antar AP menggunakan jalur WDS. WDS repeater penghubung antara client ke AP dan AP ke AP semua tidak menggunakan kabel. Berikut adalah penjelasan tentang kedua tipe WDS:

2.4.1. Bridging WDS

Gambar 2.2 WDS Bridge

WDS pada Gambar 2.2 diatas disebut konfigurasi “wireless bridge”, karena

memungkinkan untuk mengakses dua LAN di link layer. Pada Gambar 2.2 diatas AP bertingkah seperti brige pada umumnya yang meneruskan paket antar WDS

link (link yang terhubung antar AP) dan port Ethernet. Seperti bridge pada

(20)

10

yang ditunjukkan untuk stasiun yang berada pada link Ethernet, data multicast atau data dengan tujuan yang tidak diketahui perlu di teruskan ke AP yang lain melalui link WDS.

Sebagai contoh frame 802.3 Ethernet dikirimkan melalui kabel dari stasiun 1 (Sta1) ke Sta3 pada gambar 2.2, frame membutuhkan translasi ketika frame melanjutkan melalui WDS link antara AP1 dan AP2. Ketika AP1 menerima frame 802.3, frame tersebut akan di tranlasikan ke standar IEEE 802.11 dengan frame format empat alamat sebelum dikirimkan ke WDS link. Pada format empat alamat, alamat MAC AP2 dan MAC Sta3 semuanya dimasukkan ke dalam header

frame 802.11, dan data frame sama seperti frame Ethernet pada umumnya.

Berdasarkan informasi format frame empat alamat, AP2 akan membangun ulang

frame Ethernet 802.3 ketika frame diteruskan ke LAN2. Jika algoritma keamanan

(21)

11

2.4.2. Repeater WDS

Gambar 2.3 WDS Repeater

Pada Gambar 2.3, AP2 digunakan untuk memperluas jangkauan infrastruktur

wireless dengan meneruskan lalulintas antara yang menghubungkan antara stasiun

wireless dan repeater yang lain atau AP yang terhubung dengan kabel LAN. Perlu

diperhatikan bahwa dalam mode ini lalu lintas Ethernet lokal tidak diteruskan. Lalu lintas antara Sta3 dan Sta4 tidak meneruskan WDS link, maupun lalu lintas antara Sta5 dan Sta6. Seperti mode wireless bridge, perangkat AP beroperasi pada mode wireless repeater membutuhkan untuk translasi kedalam format frame yang berbeda ketika frame tersebut dilanjutkan diantara koneksi nirkabel dan WDS

link, format frame empat alamat 802.11 yang digunakan oleh link yang terhubung

ke stasiun wireless, selama format frame empat alamat 802.11 digunakan pada WDS link yang terhubung pada AP yang lain. Algoritma enkripsi atau dekripsi yang juga diminta jika AP dikonfigurasi agar aman.

(22)

12

wireless repeater atau wireless bridge jika WDS linkyang dikonfigurasi antar AP

yang terhubung secara tepat. Sebuah WDS link menetapkan sepasang alamat MAC antar AP yang terhubung. Untuk membuat WDS link diantara dua kantor yang terhubung dengan AP wireless 11a/b/g, mencantumkan alamat MAC AP yang lain pada masing-masing AP melalui daftar WDS.

Sebagai tambahan, pastikan semua konfigurasi AP WDS bekerja dalam kanal radio yang sama. Semenjak WDS link dapat beroperasi pada kanal radio 2,4 GHZ atau 5,4 GHZ, tidak disarankan menggunakan pemilihan kanal secara otomatis (Packard, 2004).

2.5. Quality of Service

Quality of Service (QoS) adalah kemampuan suatu jaringan untuk

menyediakan layanan yang baik dengan menyediakan kapasitas jaringan, mengatasi packet loss, delay dan throughput (Langi, 2011). Sedangkan menurut Rahayu, (2013) kualitas layanan atau QoS adalah kemampuan sebuah jaringan untuk menyediakan layanan yang lebih baik bagi trafik. QoS merupakan sebuah sistem arsitektur end-to-end dan bukan merupakan sebuah feature yang dimiliki oleh jaringan. QoS suatu network merujuk ke tingkat kecepatan dan keandalan penyampaian berbagai jenis beban data di dalam suatu komunikasi.

(23)

13

QoS dapat dilihat dari tingkat kecepatan dan keandalan dalam mengelola penyampaian data dalam suatu informasi dengan jenis beban yang beragam. Terdapat beberapa parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat kecepatan dan keandalan satu jaringan, diantaranya latency (delay), packet loss dan

troughput.

2.6. Parameter – parameter Quality of Service

QoS mempunyai beberapa parameter namun berikut adalah parameter – parameter yang digunakan:

2.6.1. Delay

Delay merupakan akumulasi berbagai waktu tunda dari ujung ke ujung pada

jaringan. Waktu tunda mempengaruhi waktu tempuh paket untuk mencapai tujuan (Langi, 2011).

2.6.2. Packet Loss

Paket hilang (packet loss) merupakan penyebab utama pelemahan audio dan video pada multimedia streaming. Paket hilang dapat disebabkan oleh pembuangan paket di jaringan (network loss) atau pembuangan paket di

gateway/terminal sampai kedatangan terakhir (late loss). Network loss secara

normal disebabkan kemacetan (router buffer overflow), perubahan rute secara seketika, kegagalan link, dan lossy link seperti saluran wireless. Kemacetan atau kongesti pada jaringan merupakan penyebab utama dari paket hilang (Langi, 2011).

2.6.3. Throughput

Throughput merupakan rate (kecepatan) transfer data efektif, yang diukur

(24)

14

yang sukses yang diamati pada destination selama interval waktu tertentu dibagi oleh durasi interval waktu tersebut (Langi, 2011).

2.7. Definisi alamat Internet Protocol

Alamat internet protocol (IP) terdiri atas 32 bit angka, pada umumnya ditulis dalam notasi dotted-decimal. “Decimal” merupakan istilah yang berasal dari setiap byte (8 bit) pada 32 bit alamat IP yang di konversi kedalam desimal. Dari

keempat angka desimal yang dihasilkan tertulis didalam urutan, dengan “dots,

atau titik yang memisahkannya dinamakan dotted-decimal. Setiap angka decimal pada alamat IP disebut octet. Istilah octet digunakan secara umum bukan byte. Ukuran angka desimal disetiap oktetnya berkisar antara 0 hingga 255. (Odom, 2004).

2.7.1. Jenis Alamat

Pada tulisan memorandum yang ditulis oleh insinyur dan ilmuan komputer tentang metode, perilaku, penelitian, atau inovasi yang berlaku untuk kinerja internet dan sistem yang tersambung ke internet (RFC 790) mendefinisikan protokol IP, termasuk beberapa perbedaan kelas dari sebuah jaringan. IP didefinisikan kedalam tiga bagian kelas jaringan yang berbeda yaitu A, B, dan C, yang digunakan oleh host.

2.7.2. Kelas IPv4

Setiap jaringan kelas A, B, dan C mempunyai perbedaan ukuran sebagai identifikasi jaringan :

1. Kelas A adalah alamat jaringan yang mempunyai panjang 1 byte untuk jaringan. 3 bytes sisanya untuk bagian host.

(25)

15

jaringan. 2 bytes sisanya untuk bagian host.

3. Kelas C adalah alamat jaringan yang mempunyai panjang 3 bytes untuk jaringan. 1 bytes sisanya untuk bagian host.

2.8.

User Datagram Protocol (UDP)

UDP menyediakan layanan aplikasi untuk saling bertukar pesan. Tidak seperti TCP, UDP merupakan connectionless, no reliability, no windowing, dan tanpa melakukan penataan kembali data yang diterima. Akan tetapi UDP memberikan beberapa fungsi dari TCP, seperti pengiriman data, segmentasi, dan

multiplexing yang menggunakan angka port, dan juga melakukan dengan byte

lebih sedikit dari yang disediakan dan sedikit pemrosesan.

Multiplexing pada UDP akan menggunakan angka port untuk identitas sama

seperti pada TCP. Satu – satunya perbedaan dalam soket UDP bahwa, sebagai gantinya menunjuk seperti halnya protokol transport pada TCP, UDP adalah protokol transport. Suatu aplikasi dapat membuka identitas angka port pada host yang sama namun menggunakan TCP dalam satu kasus dan disisi lain menggunakan UDP itu jarang terjadi, tapi hal tersebut tentunya diperbolehkan. Jika suatu layanan tertentu mendukung transport UDP atau TCP, akan menggunakan nilai port yang sama angka port TCP dan UDP.

(26)

16

Sumber : https://microchip.wdfiles.com

Gambar 2.4 Header TCP dan UDP.

Pada Gambar 2.4 menunjukkan format header dari TCP dan UDP. Perhatikan kedua source port dan destination port pada header TCP dan UDP, pada UDP tidak ada sequence number dan acknowledgement. UDP tidak membutuhkan bagian tersebut karena hal tersebut membuatnya tidak adanya penomoran data untuk acknowledgements atau sequencing.

UDP mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan TCP dengan tidak adanya acknowledgement dan sequence. Keuntungan yang paling jelas dari UDP adalah memiliki lebih sedikit byte dari yang disediakan. Tidak jelas seperti sebenarnya UDP tidak perlu menunggu acknowledgement atau menahan data di memori hingga setelah acknowledgment. Dengan demikian aplikasi UDP tidak diperlambat dengan proses acknowledgement, dan memorinya terbebas sehingga lebih cepat (Odom, 2004).

2.9. Mikrotik

(27)

17

berbagai fitur yang dibuat untuk IP network dan jaringan wireless, cocok digunakan oleh ISP dan provider hotspot. Untuk instalasi Mikrotik tidak dibutuhkan piranti lunak tambahan atau komponen tambahan lain. Mikrotik didesain untuk mudah digunakan dan sangat baik digunakan untuk keperluan administrasi jaringan komputer seperti merancang dan membangun sebuah sistem jaringan komputer skala kecil hingga yang kompleks sekalipun (Sinaga, 2013). 2.9.1. Router Mikrotik

Router Mikrotik mempunyai produk routerboard yang kecil dan diperuntukkan untuk di dalam rumah. Memiliki 4 buah port ethernet 10/100, dengan prosesor baru Atheros 400MHz.

Gambar 2.5 Router Mikrotik 941 haplite 2.10.Layanan RTSP dan RTP

Real time transmission protocol (RTP) merupakan protokol standar internet

(28)

18

RTP digunakan untuk pertukaran data multimedia, selama RTCP mengontrol sebagian dan digunakan secara periodik termasuk mengontrol feedback informasi mengenai kualitas transmisi yang berhubungan dengan data flow. RTP berjalan diatas protokol UDP/IP namun upaya yang dilakukan membuatnya menjadi

transport independence sehingga hal tersebut seharusnya digunakan diatas

protokol lain. RTP yang berhubungan dengan RTCP menggunakan port transport

layer secara berturut – turut, ketika digunakan pada UDP.

Internet merupakan sebuah sistem yang terdiri atas komputer-komputer yang didesain untuk dapat berbagi sumber daya, berkomunikasi, dan dapat mengakses informasi. Tujuannya agar setiap bagian dari jaringan komputer dapat meminta dan memberikan layanan. Ada beberapa layanan untuk media pengiriman seperti

real time streaming protocol (RTSP).

Seperti yang telah dideskripsikan oleh RFC 2326, pada layer aplikasi protokol RTSP memungkinkan untuk mengontrol melalui data yang dikirimkan dengan real time dari sebuah IP. Termasuk seperti mengontrol pausing playback, memposisikan playback, mempercepat atau mengembalikan playback. RTSP bukan bertipe mengirimkan media secara terus – menerus, meskipun demikian RTSP menyisipkan media streaming secara terus - menerus dengan sebisa mungkin mengendalikan streaming.

(29)

19

mungkin sebagai alternatifnya menggunakan protokol transport connectionless seperti UDP.

RTSP didesain untuk bekerja dengan protokol tingkat dasar seperti real time

protocol (RTP) atau resource reservation protocol (RSVP) untuk memberikan

servis streaming secara komplit pada internet. Hal tersebut berarti untuk memilih kanal pengiriman (seperti UDP, multicast UDP dan TCP), dan mekanisme pengiriman berdasarkan RTP. Pesan RTSP dikirimkan melalui pita media

streaming. RTSP bekerja untuk multicast audien yang besar seperti halnya single

viewer unicast (Durresi, 2005).

2.11.Network Monitoring

Monitoring jaringan dibutuhkan untuk melakukan pengawasan pada jaringan

yang dilakukan, agar jaringan tersebut selalu terkontrol dan apabila terputus dapat diketahui langsung oleh user. Pada tugas akhir ini software yang digunakan untuk

monitoring jaringan yaitu Wireshark.

2.11.1.Wireshark

Wireshark merupakan salah satu tool monitoring jaringan yang berfungsi untuk mengawasi lalu lintas pada jaringan komputer dan dapat menganalisa keseluruhan jaringan computer (Cahyaningtyas, 2013). Logo wireshark dapat dilihat pada Gambar 2.6

Sumber: http://www.wireshark.org

Gambar 2.6 Logo Wireshark

(30)

20

masuk dalam jaringan yang terkirim dan diterima. 2.11.2.Tujuan dan Manfaat Wireshark

Manfaat dari software Wireshark, sebagai berikut :

 Menangkap informasi yang dikirim dan diterima,

 Mengetahui aktivitas dalam jaringan komputer,

 Mengetahui dan menganalisa kinerja jaringan computer,

(31)

21

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah studi

kepustakaan, percobaan dan analisis.

3.1.1. Studi Kepustakaan

Studi literatur dalam penelitian ini meliputi studi kepustakaan dan penelitian

sebelumnya yang berhubungan dengan WDS. Dengan cara tersebut peneliti dapat

mengumpulkan dan mendapatkan data – data, informasi, konsep yang bersifat

teoritis dari jurnal, buku – buku bahan kuliah dan referensi dari internet yang

berkaitan dengan permasalahan. Permasalahannya antara lain adalah QoS,

Mikrotik, WDS, dan topologi. Teori dan informasi yang telah diperoleh

merupakan pendukung untuk melakukan langkah selanjutnya yang berhubungan

dengan implementasi WDS dan topologi yang digunakan.

Dalam pengujian pada tugas akhir ini, menggunakan parameter Quality of

Service (QoS) antara lain delay, throughput dan packet loss. Delay digunakan

untuk mengukur waktu transmisi yang dibutuhkan dari sumber ke tujuan.

Throughput merupakan jumlah total kedatangan paket yang diamati pada tujuan

selama interval waktu tertentu dibagi oleh durasi interval waktu dan yang terakhir

(32)

22

3.1.2. Percobaan

Prosedur percobaan yang dilakukan adalah melakukan percobaan sistem,

yaitu melakukan konfigurasi alat dan melakukan percobaan pengiriman data

dengan mencoba fitur WDS pada Mikrotik. Kemudian dilakukan percobaan

pengujian software seperti Wireshark dan VLC. Untuk mengetahui bahwa

penelitian ini dapat berjalan maka dilakukan percobaan streaming video antar PC

pada jaringan WDS.

3.1.3. Analisis

Prosedur analisis yang dilakukan adalah mencari tahu sebab akibat dari suatu

permasalahan. Masalah tersebut dapat berupa perbedaan nilai QoS dari kedua

topologi yang kemudian akan dianalisis sebab dan akibatnya. Prosedur ini masih

berhubungan dengan prosedur percobaan dengan prosedur studi kepustakaan.

Sehingga, masalah pada kedua prosedur tersebut akan dianalisis untuk

menemukan sumber permasalahannya.

3.2. Prosedur Penelitian

Prosedur ini menjelaskan tentang langkah – langkah yang akan dilakukan

untuk membangun sistem ini, serta langkah – langkah apa saja yang akan

dilakukan untuk menguji sistem tersebut. Berikut merupakan prosedur penelitian:

Tabel 3.1 Prosedur penelitian

1. Pengumpulan data dan

parameter

Mencari data video, informasi tentang

Mikrotik, QoS, dan WDS.

Mencari besaran data video dan besaran

bandwidth yang akan di pakai.

(33)

23

akan diteliti.

2. Desain dan pembuatan topologi

Menentukkan dua topologi untuk

jaringan WDS.

Menentukan jumlah router yang akan

dipakai.

Menentukkan server dan client.

3. Konfigurasi sistem

Konfigurasi WDS dan pengaturan

bandwidth pada Mikrotik.

Instalasi aplikasi VLC pada PC server

dan PC client

Instalasi Wireshark pada PC server dan

PC client

4. Menjalankan sistem

Streaming video melalui jaringan

WDS antara server ke client

5. Mengolah data

Monitoring data menggunakan

Wireshark.

Pengolahan data menggunakan rumus

parameter QoS pada Ms. Excel

6. Pengujian system dan plotting

Menganalisis data hasil dari pengujian

Membuat hasil plotting dari analisis

pengujian data berupa grafik

3.2.1. Pengumpulan Data dan Parameter Penelitian

(34)

24

untuk melakukan pengujian. Terdapat beberapa data video yang akan digunakan

dalam pengujian sistem. Data - data tersebut didapatkan pada saat pencarian di

internet kemudian di-download. Ada 3 jenis video dengan ukuran yang berbeda

beda antara lain 107,37 MB, 72,967 MB dan 59,776 MB. Sedangkan bandwidth

yang dipakai adalah 2 Mbps, 1 Mbps dan 512 Kbps besaran bandwidth yang

berbeda – beda digunakan untuk mengetahui perbedaan atau sebagai

perbandingan.

Selanjutnya adalah mencari informasi tentang Mikrotik. Informasi tentang

fitur – fitur Mikrotik yang mendukung dengan penelitian ini. Fitur yang

digunakan adalah wireless, WDS dan pengaturan bandwidth. Mencari router

Mikrotik yang dapat mendukung fitur tersebut. Fitur tersebut terdapat pada router

RB 941 dan RB 951.

Parameter QoS yang dibutuhkan untuk penelitian antara lain latency (delay),

throughput dan packet loss. Latency atau delay digunakan untuk mengukur waktu

transmisi yang dibutuhkan dari sumber ke tujuan. Throughput merupakan jumlah

total kedatangan paket yang diamati pada destination selama interval waktu

tertentu dibagi oleh durasi interval waktu. Packet loss merupakan paket data yang

hilang pada saat pengiriman. Parameter tersebut digunakan untuk mengetahui

kualitas unjuk kerja jaringan WDS.

WDS akan di konfigurasi secara Static yang artinya administrator

mengkonfigurasi secara manual. Agar saling terhubung, administrator mengisi

alamat MAC untuk menghubungkan antar link AP secara manual. jalur tersebut di

tentukan oleh administrator. Sehingga jika ada router yang terputus maka

(35)

25

Ketiga video tersebut akan dikirimkan dengan bandwidth yang berbeda

menggunakan aplikasi VLC yang mendukung protokol UDP dengan port RTSP

(berjalan pada protokol RTP) kemudian data dikirimkan dari Server ke Client.

Kemudian PC Server dan Client menjalankan aplikasi Wireshark. Wireshark akan

diset agar memonitoring paket data UDP dan hasil monitoring tersebut akan

dilakukan pada Server dan Client. Setelah itu hasil dari monitoring tersebut akan

diolah untuk mendapatkan nilai dari latency (delay), throughput dan packet loss.

3.2.2. Desain dan Pembuatan Topologi

Analisis unjuk kerja WDS pada jaringan berbasis Mikrotik ini akan

dijelaskan lebih baik melalui desain topologi yang dapat dilihat pada Gambar 3.1.

secara garis besar terdapat 5 AP Mikrotik dan terdapat 2 laptop. Kelima AP

tersebut antara lain 1 AP yang berfungsi sebagai router master atau sebagai AP

master dan empat yang lainnya sebagai WDS slave. Masing – masing router

diletakkan di lantai 8, 7, 6, 5, dan lantai 4 gedung merah STIKOM Surabaya.

Kedua laptop berfungsi sebagai client dan server. Jarak antar AP sekitar 4 hingga

5 meter. Setiap AP mempunyai kondisi yang berbeda seperti di lantai 4 saat

pengujian dilakukan ada proyek perbaikan ruangan.

Pada Gambar 3.1 (a), router master berada di tengah dari keempat router

yang lain. Laptop server akan terhubung dengan router master kemudian laptop

client akan terhubung di tiap tiap router secara bergantian untuk melakukan

pengujian data video streaming. Sedangkan pada Gambar 3.1 (b), router master

berada di ujung topologi. Laptop server akan terhubung dengan router master dan

laptop client akan terhubung di tiap tiap router secara bergantian untuk

(36)

26

Gambar 3.1 (a) Topologi jaringan dengan AP Master di tengah

(b) Topologi jaringan dengan AP Master di ujung

Berikut adalah alamat IP yang digunakan untuk menghubungkan antar

Router dan PC. Dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Alamat yang digunakan

(37)

27

Router 3

Bridge 1 10.10.10.4/24

WLAN1 - 4C:5E:0C:0B:C8:58

Router 4

Bridge 1 10.10.10.5/24

WLAN1 - 4C:5E:0C:0E:22:F6

PC 1 ( Server ) Port 1 10.10.10.10/24

PC 2 ( Client ) Port 1 10.10.10.9/24 00:22:68:CB:DA:05

3.2.3. Proses Monitoring dan Pengambilan Data

Gambar 3.3 Flowchart proses pengambilan data

Pada Gambar 3.3 dapat dilihat bahwa dari PC Server akan melakukan

streaming video dari server ke client. Proses streaming ini menggunakan aplikasi START

Streaming video antara Client dengan

server

Mengambil data Wireshark

Monitoring data streaming menggunakan Wireshark

Menyimpan data hasil wireshark

(38)

28

VLC kemudian data dikirimkan melalui jaringan WDS antar router Mikrotik

sebelum data dikirim, aktifkan Wireshark pada laptop server dan client yang akan

memonitor pengiriman paket. Saat streaming dimulai secara otomatis Wireshark

akan menangkap lalulintas data. Hasil lalulintas data yang terekam Wireshark

merupakan data mentah yang disimpan untuk diolah menjadi informasi.

3.2.4. Konfigurasi Sistem

1. Konfigurasi nama router.

Pada masing – masing router diberi nama sesuai dengan topologi.

2. Konfigurasi interface bridge, pemberian alamat interface bridge.

Konfigurasi ini untuk menambahkan interface bridge di setiap router

dengan nama bridge1 dan mode protokolnya adalah rtsp. Kemudian interface

bridge diberi alamat IP sesuai tabel.

3. Konfigurasi interface WLAN, bridge dan WDS static.

Mengaktifkan interface WLAN, kemudian diberi nama yang sama sesuai

urutan dengan mode sebagai AP bridge. Semua Interface WLAN setiap router

dikonsfigurasi dengan SSID WDS. Dalam interface WLAN, WDS

dikonfigurasi dengan mode static dan dengan WDS default bridge adalah

bridge1. Pada interface bridge port, menambahkan bridge1 ke interface

WLAN.

4. Konfigurasi WDS sesuai dengan topologi.

Pada interface wireless WDS diberi nama WDS1 untuk jalur 1 dan WDS2

untuk jalur 2. Pada setiap jalur WDS akan mendaftarkan alamat MAC router

(39)

29

3.2.5. Menjalankan sistem

Pada uji koneksi ini akan dicoba mengirim paket untuk mengetahui dan

memastikan bahwa jaringan telah terhubung. Pengujian tersebut dilakukan per

router. Jika semua sudah terhubung berikutnya adalah mencoba mengirimkan

paket antara PC server dan PC client.

3.2.6. Pengolahan Data

Pada pengolahan data ini adalah mengambil data dari hasil streaming antar

PC. Data tersebut diperoleh dengan menggunakan aplikasi Wireshark. Pada

proses streaming, PC client dan PC server menjalankan aplikasi VLC kemudian

menyiapkan video yang akan di-streaming-kan. Sebelum melakukan proses

streaming, dilakukan konfigurasi bandwith setiap router dan menjalankan aplikasi

Wireshark pada server dan client untuk memantau jalannya proses streaming.

Setelah proses streaming selesai, hasil pantau dari Wireshark akan difilter RTP

agar hanya terlihat paket dengan protokol RTP kemudian akan dianalisis

menggunakan paremeter QoS.

3.2.7. Sistem plotting

Plotting ini menampilkan hasli dari analisis yang telah dilakukan. Berikut

penjelasannya :

1. Pengujian streaming video pada router Master antara topologi 1 dengan

topologi 2

- Melakukan analisa streaming video pada client dengan bandwidth sebesar

512 Kbps dengan ukuran video 107,37 MB, 72,967 MB, 59,776 MB.

- Melakukan analisa streaming video pada client dengan bandwidth sebesar

(40)

30

- Melakukan analisa streaming video pada client dengan bandwidth sebesar

2 Mbps dengan ukuran video 107,37 MB, 72,967 MB, 59,776 MB.

- Ketiga analisis tersebut akan di-plotting dalam bentuk tabel dan grafik.

2. Pengujian streaming video pada router 1 antara topologi 1 dengan topologi 2

- Melakukan analisa streaming video pada client dengan bandwidth sebesar

512 Kbps dengan ukuran video 107,37 MB, 72,967 MB, 59,776 MB.

- Melakukan analisa streaming video pada client dengan bandwidth sebesar

1 Mbps dengan ukuran video 107,37 MB, 72,967 MB, 59,776 MB.

- Melakukan analisa streaming video pada client dengan bandwidth sebesar

2 Mbps dengan ukuran video 107,37 MB, 72,967 MB, 59,776 MB.

- Ketiga analisis tersebut akan di-plotting dalam bentuk tabel dan grafik.

3. Pengujian streaming video pada router 2 antara topologi 1 dengan topologi 2

- Melakukan analisa streaming video pada client dengan bandwidth sebesar

512 Kbps dengan ukuran video 107,37 MB, 72,967 MB, 59,776 MB.

- Melakukan analisa streaming video pada client dengan bandwidth sebesar

1 Mbps dengan ukuran video 107,37 MB, 72,967 MB, 59,776 MB.

- Melakukan analisa streaming video pada client dengan bandwidth sebesar

2 Mbps dengan ukuran video 107,37 MB, 72,967 MB, 59,776 MB.

- Ketiga analisis tersebut akan di-plotting dalam bentuk tabel dan grafik.

4. Pengujian streaming video pada router 3 antara topologi 1 dengan topologi 2

- Melakukan analisa streaming video pada client dengan bandwidth sebesar

512 Kbps dengan ukuran video 107,37 MB, 72,967 MB, 59,776 MB.

- Melakukan analisa streaming video pada client dengan bandwidth sebesar

(41)

31

- Melakukan analisa streaming video pada client dengan bandwidth sebesar

2 Mbps dengan ukuran video 107,37 MB, 72,967 MB, 59,776 MB.

- Ketiga analisis tersebut akan di-plotting dalam bentuk tabel dan grafik.

5. Pengujian streaming video pada router 4 antara topologi 1 dengan topologi 2

- Melakukan analisa streaming video pada client dengan bandwidth sebesar

512 Kbps dengan ukuran video 107,37 MB, 72,967 MB, 59,776 MB.

- Melakukan analisa streaming video pada client dengan bandwidth sebesar

1 Mbps dengan ukuran video 107,37 MB, 72,967 MB, 59,776 MB.

- Melakukan analisa streaming video pada client dengan bandwidth sebesar

2 Mbps dengan ukuran video 107,37 MB, 72,967 MB, 59,776 MB.

(42)

32

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kebutuhan Sistem

Saat pengujian jaringan WDS, dibutuhkan perangkat software dan hardware

untuk mendukung dalam penelitian analisis unjuk kerja WDS pada jaringan

berbasis Mikrotik. Kebutuhan software dan hardware yang digunakan dapat

dilihat pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 sebagai berikut:

Tabel 4.1 Kebutuhan Hardware

Hardware Jumlah Unit Keterangan

PC Server 1 Personal computer, Core i5, RAM 2 GB, Hard

Windows 7 Profesional 32 bit Sebagai operating system PC server

Windows 7 Profesional 32 bit Sebagai operating system PC client

RouterOS-MIPSBE 6.26 Sebagai operating system router Mikrotik RB

941

Wireshark Sebagai aplikasi merekam lalu lintas data

Microsoft Excel Sebagai aplikasi Pengolahan data dan Pembuatan

grafik

(43)

33

4.2. Hasil Penelitian

Pada hasil penelitian ini membahas mengenai hasil analisa perbandingan

antara dua topologi chain dengan peletakan WDS Master yang berbeda,

parameter yang diukur adalah besaran bandwidth dan ukuran video yang berbeda

disetiap router kemudian dianalisis berdasarkan QoS, seperti delay, throughput

dan packet loss untuk mengetahui kinerja dari kedua sistem tersebut. Berikut

adalah cara pengambilan data besetra perhitungannya:

Gambar 4.1 Tampilan capture Wireshark

Gambar 4.1 merupakan tampilan hasil rekam Wireshark. Dari hasil capture

tersebut kemudian disaring RTP untuk mendapatkan file streaming yang direkam.

(44)

34

akan dibuka menggunakan Ms.Excel untuk dihitung berdasarkan rumus. Berikut

adalah cara perhitungan delay, throughput, dan packet loss.

Delay merupakan waktu yang dibutuhkan paket untuk sampai ketujuan.

Delay dihitung dengan rumus seperti pada rumus (4.1).

Latency = Waktu sampai – Waktu berangkat (4.1)

Gambar 4.2 Sequence number dari server.

(45)

35

Sebelum menghitung delay, langkah pertama adalah mencocokan sequence

number antara client dengan server seperti yang terlihat pada Gambar 4.2 dan

Gambar 4.3. Setelah cocok kemudian pada time dihitung satu per satu untuk

mendapatkan selisih waktu antara server dengan client. Dari selisih waktu antar

paket kemudian dirata – rata dan didapatkan nilai delay rata – rata. Tabel 4.3

adalah contoh perhitungan delay dengan sampel 5 data:

Tabel 4.3 Contoh perhitungan delay.

Data server Data client Delay (ms)

10.69822 10.72741 10.72741 - 10.69822 = 0.02919

10.69822 10.72371 10.72371 - 10.69822 = 0.02549

10.69822 10.72433 10.72433 - 10.69822 = 0.02611

10.69822 10.72434 10.72434 - 10.69822 = 0.02612

10.70531 10.72993 10.72993 - 10.70531 = 0.02462

Rata – rata delay dari 5 data diatas adalah (0.02919 + 0.02549 + 0.02611 +

0.02612 + 0.02462) : 5 = 0.07884 delay 5 data tersebut adalah 0.07884 ms

Throughput merupakan besaran bandwidth yang nyata digunakan dalam

streaming dengan perhitungan seperti pada rumus (4.2).

Throughput =

(jumlah data yang dikirim)

(46)

36

Gambar 4.4 Panjang packet server

Throughput dicari dengan cara mengitung total panjang paket. Kemudian

menghitung waktu interval dari waktu akhir pengambilan dikurangi dengan waktu

awal. Setelah mendapatkan nilai total panjang paket dan waktu interval, maka

dapat dimasukkan ke rumus throughput. Hasil pembagian tersebut mendapatkan

hasil throughput. Berikut adalah contoh perhitungan throughput dengan sampel

10 data:

46 + 46 + 46 + 46 + 1442 + 1442 + 1442 + 1442 + 1442 + 1442 = 8836

paket Berikutnya adalah perhitungan waktu 10.70552 - 10.68922 = 0.0163

milisecond. Untuk mengetahui throughput dengan sempel 10 data adalah 8836 :

0.0163 = 542085 paket per millisecond atau 542 Kbpms

Packet loss merupakan packet yang hilang pada saat proses streaming.

(47)

37

Packet loss =

(packet transmitted – Packet received)

X 100% (4.3) packet transmitted

Gambar 4.5 Jumlah packet yang dikirim dari server

(48)

38

Packet loss dihitung dengan cara menghitung banyak packet yang

ditransmisikan dari server dikurangi dengan banyak packet yang diterima oleh

client. Untuk mendapatkan persentase packet loss, maka dari hasil pengurangan

akan di bagi dengan packet yang dikirimkan kemudian dikalikan 100. Berikut

adalah contoh perhitungan packet loss : (74803 – 72784) : 74803 x 100 = 2.699%.

Dari rumus delay, throughput dan packet loss maka didapatkan hasil analisis

dari tiap – tiap router sebagai berikut:

4.2.1.Analisis Router Master

Pada Tabel 4.4 merupakan hasil delay dari streaming video antara 2 topologi

jaringan WDS dengan satuan milisecond (ms) yang mempunyai ukuran video

sebesar 107,37 MB, 72,967 MB dan 59,776 MB dengan bandwidth sebesar 2

Mbps, 1 Mbps dan 512 Kbps.

Pada topologi 1, dengan bandwidth yang digunakan untuk streaming sebesar

512 Kbps dengan ukuran video sebesar 107,37 MB menghasilkan nilai delay

sebesar 34.6053 ms, ukuran video sebesar 72,967 MB menghasilkan nilai delay sebesar 32.3867 ms, ukuran video sebesar 59,776 MB menghasilkan nilai delay sebesar 30.5935 ms. Pada topologi 2 dengan ukuran video sebesar 107,37 MB menghasilkan nilai delay 34.6834 ms, ukuran video sebesar 72,967 MB menghasilkan nilai delay 33.3641 ms, ukuran video sebesar 59,776 MB menghasilkan nilai delay 31.5621 ms.

Pada topologi 1, dengan bandwidth yang digunakan untuk streaming sebesar

1 Mbps dengan ukuran video sebesar 107,37 MB menghasilkan nilai delay

(49)

39

sebesar 23.5021 ms. Pada topologi 2 dengan ukuran video sebesar 107,37 MB menghasilkan nilai delay 28.4388 ms, ukuran video sebesar 72,967 MB menghasilkan nilai delay 26.5514 ms, ukuran video sebesar 59,776 MB menghasilkan nilai delay 23.6869 ms.

Pada topologi 1, dengan bandwidth yang digunakan untuk streaming sebesar

2 Mbps dengan ukuran video sebesar 107,37 MB menghasilkan nilai delay menghasilkan nilai delay 15.6650 ms.

Tabel 4.4 Hasil perbandingan delay router Master

Router Bandwidth Ukuran video

(50)

40

Rata - rata

25.7546 25.7696

Untuk mengetahui perbedaan yang jelas dalam pembacaan data maka

Gambar 4.7 merupakan hasil grafik dari perbandingan delay antar topologi.

Gambar 4.7 Grafik hasil perbandingan delay router Master

Waktu delay rata rata pada streaming video dengan perbedaan bandwidth

dan ukuran video antara topologi 1 dengan topologi 2 terdapat perbedaan. Pada

topologi 2 selisih nilai delay rata rata adalah 0.0150 ms lebih besar dibanding

topologi 1. Perbedaan ini tidak signifikan dikarenakan jarak antar PC client

dengan PC server antara kedua topologi adalah satu hop. Sehingga delay dapat

terlihat sama. Selain jarak yang dapat mempengaruhi unjuk kerja jaringan

wireless, kondisi lingkungan mempengaruhi seperti banyaknya orang berlalu

lalang, pekerja bangunan yang sedang renovasi, dan intervensi sinyal dengan

frekuensi yang sama.

Throughput merupakan jumlah total kedatangan paket yang diamati pada

(51)

41

data. Pada Tabel 4.5 merupakan hasil throughput dari streaming video antara 2

topologi jaringan WDS dengan satuan kilobits per second (kbps) yang

mempunyai ukuran video sebesar 107,37 MB, 72,967 MB dan 59,776 MB dengan

bandwidth sebesar 2 Mbps, 1 Mbps dan 512 Kbps.

Pada topologi 1, dengan bandwidth yang digunakan untuk streaming sebesar

512 Kbps dengan ukuran video sebesar 107,37 MB menghasilkan nilai throughput

sebesar 450 Kbps, ukuran video sebesar 72,967 MB menghasilkan nilai throughput sebesar 447 Kbps, ukuran video sebesar 59,776 MB menghasilkan nilai throughput sebesar 456 Kbps. Pada topologi 2 dengan ukuran video sebesar

107,37 MB menghasilkan nilai throughput 453 Kbps, ukuran video sebesar 72,967 MB menghasilkan nilai throughput sebesar 451 Kbps, ukuran video sebesar 59,776 MB menghasilkan nilai throughput sebesar 457 Kbps.

Pada topologi 1, dengan bandwidth yang digunakan untuk streaming sebesar

1 Mbps dengan ukuran video sebesar 107,37 MB menghasilkan nilai throughput

sebesar 880 Kbps, ukuran video sebesar 72,967 MB menghasilkan nilai throughput sebesar 875 Kbps, ukuran video sebesar 59,776 MB menghasilkan nilai throughput sebesar 855 Kbps. Pada topologi 2 dengan ukuran video sebesar

107,37 MB menghasilkan nilai throughput 883 Kbps, ukuran video sebesar 72,967 MB menghasilkan nilai throughput sebesar 868 Kbps, ukuran video sebesar 59,776 MB menghasilkan nilai throughput sebesar 895 Kbps.

Pada topologi 1, dengan bandwidth yang digunakan untuk streaming sebesar

2 Mbps dengan ukuran video sebesar 107,37 MB menghasilkan nilai throughput

(52)

42

nilai throughput sebesar 1763 Kbps. Pada topologi 2 dengan ukuran video sebesar

107,37 MB menghasilkan nilai throughput 1717 Kbps, ukuran video sebesar 72,967 MB menghasilkan nilai throughput sebesar 1768 Kbps, ukuran video sebesar 59,776 MB menghasilkan nilai throughput sebesar 1735 Kbps.

Tabel 4.5 Hasil perbandingan throughput router Master

Router Bandwidth

Untuk mengetahui perbedaan yang jelas dalam pembacaan data maka

(53)

43

Gambar 4.8 Grafik hasil perbandingan throughput router Master

Nilai utilisasi bandwidth pada streaming video dengan bandwidth 512 Kbps

pada topologi 1 nilai utilisasi bandwidth sebesar 88.09% dan pada topologi 2 nilai

utilisasi bandwidth sebesar 88.61%. Untuk bandwidth 1 Mbps pada topologi 1

nilai utilisasi bandwidth sebesar 87% dan pada topologi 2 nilai utilisasi bandwidth

sebesar 88.20%. Sedangkan bandwidth 2 Mbps pada topologi 1 nilai utilisasi

bandwidth sebesar 88.9% dan pada topologi 2 nilai utilisasi bandwidth sebesar

87%. Sehingga penurunan rata – rata nilai utilisasi bandwidth pada topologi 1

sebesar 88.% dan pada topologi 2 nilai rata – rata utilisasi bandwidth sebesar

87.94%. Selisih rata – rata nilai utilisasi bandwidth dapat diketahui sebesar

0.06%. Perbedaan ini belum signifikan dan terlihat sama.

Packet loss merupakan jumlah paket yang hilang pada proses pengiriman.

Pada Tabel 4.6 merupakan hasil packet loss dari streaming video antara 2 topologi

jaringan WDS dalam hitungan persen yang mempunyai ukuran video sebesar

(54)

44

Pada topologi 1, dengan bandwidth yang digunakan untuk streaming sebesar

512 Kbps dengan ukuran video sebesar 107,37 MB menghasilkan nilai packet loss

sebesar 4.5287 %, ukuran video sebesar 72,967 MB menghasilkan nilai packet loss sebesar 3.4953 %, ukuran video sebesar 59,776 MB menghasilkan nilai packet loss sebesar 2.6983 %. Pada topologi 2 dengan ukuran video sebesar 107,37 MB menghasilkan nilai packet loss 4.3948 %, ukuran video sebesar 72,967 MB menghasilkan nilai packet loss sebesar 3.4928 %, ukuran video sebesar 59,776 MB menghasilkan nilai packet loss sebesar 2.8593 %.

Pada topologi 1, dengan bandwidth yang digunakan untuk streaming sebesar

1 Mbps dengan ukuran video sebesar 107,37 MB menghasilkan nilai packet loss

sebesar 3.7297 %, ukuran video sebesar 72,967 MB menghasilkan nilai packet loss sebesar 2.8279 %, ukuran video sebesar 59,776 MB menghasilkan nilai packet loss sebesar 1.8893 %. Pada topologi 2 dengan ukuran video sebesar 107,37 MB menghasilkan nilai packet loss sebesar 4.0238 %, ukuran video sebesar 72,967 MB menghasilkan nilai packet loss sebesar 3.1938 %, ukuran video sebesar 59,776 MB menghasilkan nilai packet loss sebesar 2.0385 %.

Pada topologi 1, dengan bandwidth yang digunakan untuk streaming sebesar

2 Mbps dengan ukuran video sebesar 107,37 MB menghasilkan nilai packet loss

(55)

45

Tabel 4.6 hasil perbandingan packet loss router Master

Router Bandwidth Ukuran video

Topologi 1

Untuk mengetahui perbedaan yang jelas dalam pembacaan data maka

Gambar 4.9 merupakan hasil grafik dari perbandingan packet loss antar topologi.

Gambar 4.9 Grafik hasil perbandingan packet loss router Master

(56)

46

Packet loss pada streaming video dengan perbedaan bandwidth dan ukuran

video antara topologi 1 dengan topologi 2 terdapat selisih packet loss sebesar

0,0628 %, topologi 1 mempunyai packet loss lebih besar daripada topologi 2.

Perbedaan tersebut belum terlihat signifikan karena jumlah hop antara PC client

dengan PC server pada kedua topologi adalah sama.

4.2.2. Analisis Router 1

Pada Tabel 4.7 merupakan hasil delay dari streaming video antara 2 topologi

jaringan WDS dengan satuan milisecond (ms) yang mempunyai ukuran video

sebesar 107,37 MB, 72,967 MB dan 59,776 MB dengan bandwidth sebesar 2

Mbps, 1 Mbps dan 512 Kbps.

Pada topologi 1, dengan bandwidth yang digunakan untuk streaming sebesar

512 Kbps dengan ukuran video sebesar 107,37 MB menghasilkan nilai delay

sebesar 101.5730 ms, ukuran video sebesar 72,967 MB menghasilkan nilai delay

sebesar 98.3679 ms, ukuran video sebesar 59,776 MB menghasilkan nilai delay sebesar 95.7852 ms. Pada topologi 2 dengan ukuran video sebesar 107,37 MB menghasilkan nilai delay 101.4217 ms, ukuran video sebesar 72,967 MB menghasilkan nilai delay 99.3519 ms, ukuran video sebesar 59,776 MB menghasilkan nilai delay 96.5718 ms.

Pada topologi 1, dengan bandwidth yang digunakan untuk streaming sebesar

1 Mbps dengan ukuran video sebesar 107,37 MB menghasilkan nilai delay

(57)

47

menghasilkan nilai delay 92.2840 ms, ukuran video sebesar 59,776 MB menghasilkan nilai delay 86.4850 ms.

Pada topologi 1, dengan bandwidth yang digunakan untuk streaming sebesar

2 Mbps dengan ukuran video sebesar 107,37 MB menghasilkan nilai delay menghasilkan nilai delay 80.5272 ms.

Tabel 4.7 Hasil perbandingan delay router 1

Router Bandwidth Ukuran video

(58)

48

Untuk mengetahui perbedaan yang jelas dalam pembacaan data maka

Gambar 4.10 merupakan hasil grafik dari perbandingan delay antar topologi.

Gambar 4.10 Grafik hasil perbandingan delay router 1

Waktu delay rata rata pada streaming video dengan perbedaan bandwidth

dan ukuran video antara topologi 1 dengan topologi 2 terdapat perbedaan. Pada

topologi 2 selisih nilai delay rata rata adalah 0.2620 ms lebih besar dibanding

topologi 1. Perbedaan ini tidak signifikan dikarenakan jarak antar PC client

dengan PC server antara kedua topologi adalah dua hop. Sehingga delay dapat

terlihat sama. Selain jarak yang dapat mempengaruhi unjuk kerja jaringan

wireless, kondisi lingkungan mempengaruhi seperti banyaknya orang berlalu

lalang, pekerja bangunan yang sedang renovasi, dan intervensi sinyal dengan

frekuensi yang sama.

Throughput merupakan jumlah total kedatangan paket yang diamati pada

waktu interval tertentu. Nilai Throughput digunakan untuk menentukan kecepatan

(59)

49

mempunyai ukuran video sebesar 107,37 MB, 72,967 MB dan 59,776 MB dengan

bandwidth sebesar 2 Mbps, 1 Mbps dan 512 Kbps.

Pada topologi 1, dengan bandwidth yang digunakan untuk streaming sebesar

512 Kbps dengan ukuran video sebesar 107,37 MB menghasilkan nilai throughput

sebesar 437 Kbps, ukuran video sebesar 72,967 MB menghasilkan nilai throughput sebesar 420 Kbps, ukuran video sebesar 59,776 MB menghasilkan nilai throughput sebesar 449 Kbps. Pada topologi 2 dengan ukuran video sebesar

107,37 MB menghasilkan nilai throughput 430 Kbps, ukuran video sebesar 72,967 MB menghasilkan nilai throughput sebesar 443 Kbps, ukuran video sebesar 59,776 MB menghasilkan nilai throughput sebesar 419 Kbps.

Pada topologi 1, dengan bandwidth yang digunakan untuk streaming sebesar

1 Mbps dengan ukuran video sebesar 107,37 MB menghasilkan nilai throughput

sebesar 816 Kbps, ukuran video sebesar 72,967 MB menghasilkan nilai throughput sebesar 814 Kbps, ukuran video sebesar 59,776 MB menghasilkan nilai throughput sebesar 800 Kbps. Pada topologi 2 dengan ukuran video sebesar

107,37 MB menghasilkan nilai throughput 812 Kbps, ukuran video sebesar 72,967 MB menghasilkan nilai throughput sebesar 828 Kbps, ukuran video sebesar 59,776 MB menghasilkan nilai throughput sebesar 807 Kbps.

Pada topologi 1, dengan bandwidth yang digunakan untuk streaming sebesar

2 Mbps dengan ukuran video sebesar 107,37 MB menghasilkan nilai throughput

sebesar 1587 Kbps, ukuran video sebesar 72,967 MB menghasilkan nilai throughput sebesar 1642 Kbps, ukuran video sebesar 59,776 MB menghasilkan nilai throughput sebesar 1563 Kbps. Pada topologi 2 dengan ukuran video sebesar

(60)

50

72,967 MB menghasilkan nilai throughput sebesar 1522 Kbps, ukuran video sebesar 59,776 MB menghasilkan nilai throughput sebesar 1540 Kbps.

Tabel 4.8 Hasil perbandingan throughput router 1

Router Bandwidth Ukuran video

Topologi 1

Untuk mengetahui perbedaan yang jelas dalam pembacaan data maka

(61)

51

Gambar 4.11 Grafik hasil perbandingan throughput router 1

Nilai utilisasi bandwidth pada streaming video dengan bandwidth 512 Kbps

pada topologi 1 nilai utilisasi bandwidth sebesar 85.03% dan pada topologi 2 nilai

utilisasi bandwidth sebesar 84.11%. Untuk bandwidth 1 Mbps pada topologi 1

nilai utilisasi bandwidth sebesar 81% dan pada topologi 2 nilai utilisasi bandwidth

sebesar 81.57%. Sedangkan bandwidth 2 Mbps pada topologi 1 nilai utilisasi

bandwidth sebesar 79.87% dan pada topologi 2 nilai utilisasi bandwidth sebesar

78%. Sehingga rata – rata nilai utilisasi bandwidth pada topologi 1 sebesar

81.96% dan pada topologi 2 terjadi rata – rata nilai utilisasi bandwidth sebesar

81.23%. Selisih rata – rata nilai utilisasi bandwidth dapat diketahui sebesar

0.737%. Perbedaan ini belum signifikan dan terlihat sama.

Packet loss merupakan jumlah paket yang hilang pada proses pengiriman.

Pada Tabel 4.9 merupakan hasil packet loss dari streaming video antara 2 topologi

jaringan WDS dalam hitungan persen yang mempunyai ukuran video sebesar

(62)

52

Pada topologi 1, dengan bandwidth yang digunakan untuk streaming sebesar

512 Kbps dengan ukuran video sebesar 107,37 MB menghasilkan nilai packet loss

sebesar 7.3082 %, ukuran video sebesar 72,967 MB menghasilkan nilai packet loss sebesar 5.4639 %, ukuran video sebesar 59,776 MB menghasilkan nilai packet loss sebesar 3.4677 %. Pada topologi 2 dengan ukuran video sebesar 107,37 MB menghasilkan nilai packet loss 7.5439 %, ukuran video sebesar 72,967 MB menghasilkan nilai packet loss sebesar 5.0273 %, ukuran video sebesar 59,776 MB menghasilkan nilai packet loss sebesar 3.2378 %.

Pada topologi 1, dengan bandwidth yang digunakan untuk streaming sebesar

1 Mbps dengan ukuran video sebesar 107,37 MB menghasilkan nilai packet loss

sebesar 6.8369 %, ukuran video sebesar 72,967 MB menghasilkan nilai packet loss sebesar 4.6397 %, ukuran video sebesar 59,776 MB menghasilkan nilai packet loss sebesar 2.8437 %. Pada topologi 2 dengan ukuran video sebesar 107,37 MB menghasilkan nilai packet loss sebesar 7.3839 %, ukuran video sebesar 72,967 MB menghasilkan nilai packet loss sebesar 4.7273 %, ukuran video sebesar 59,776 MB menghasilkan nilai packet loss sebesar 2.9756 %.

Pada topologi 1, dengan bandwidth yang digunakan untuk streaming sebesar

2 Mbps dengan ukuran video sebesar 107,37 MB menghasilkan nilai packet loss

(63)

53

Tabel 4.9 Hasil perbandingan packet loss router 1

Router Bandwidth Ukuran video

Topologi 1

Untuk mengetahui perbedaan yang jelas dalam pembacaan data maka

Gambar 4.12 merupakan hasil grafik dari perbandingan packet loss antar topologi.

Gambar 4.12 Grafik hasil perbandingan packet loss router 1.

Gambar

Tabel 3.2 Alamat yang digunakan
Gambar 3.3 Flowchart proses pengambilan data
Tabel 4.1 Kebutuhan Hardware
Gambar 4.1 Tampilan capture Wireshark
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji t menunjukkan bahwa mekanisme corporate governance yang terdiri dari kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan, sedangkan proporsi

Dilihat dari industri yang pesaingnya sedikit, dibutuhkannya kemampuan dan keahlian yang khusus, dan pelanggan yang relatif price- insensitive ini maka Penulis akan menggali

Untuk spesis A, haiwan tersebut memiliki bahagian abdomen yang besar, bagi spesis B, mereka memiliki perut yang bercorak, spesis C mempunyai tangan yang bercorak, spesis

Hal ini biasanya didasarkan pada perselisihan atara suami dan istri, perselisihan tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang dapat berasal dari salah

bakar 3,9 3,6 3,9.. Dari hasil diatas didapat model pabrik tahu yang menggunakan tungku konsumsi bahan bakarnya lebih banyak daripada model boiler. Hal itu

Uji pestisida dilakukan melalui tahapan pekerjaan yaitu : Menyiapkan alat dan bahan seperti toples, kain, kertas saring, dan karet gelang sebanyak 24 buah untuk

No. Sementara itu, responden kurang setuju kalau kecenderungan berpikir negatif menghambat inovasi mereka. Mereka juga kurang setuju jika perasaan-perasaan negatif

Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa manfaat Customer Relationship Management dalam wujud membership yang meliputi financial benefits, social benefits dan structural