• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI SERAT TERHADAP KINERJA KUAT LENTUR EKIVALEN BETON BERSERAT BAJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KONTRIBUSI SERAT TERHADAP KINERJA KUAT LENTUR EKIVALEN BETON BERSERAT BAJA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

KONTRIBUSI SERAT TERHADAP KINERJA KUAT LENTUR EKIVALEN BETON BERSERAT BAJA

Sholihin As’ad

Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret (UNS-Solo), Jl. Ir. Sutami 36 A, Solo, 57126.

email: s_asad@uns.ac.id ABSTRAK

Kuat lentur ekivalen didefinisikan sebagai kuat lentur sisa beton berserat baja setelah beton retak dalam menopang beban lentur. Kelebihan beton berserat baja adalah kemampuannya menahan beban dengan kekuatan sisa pasca retaknya beton. Kekuatan sisa ini adalah kontribusi kerja angkur serat baja yang masih menyatukan beton yang telah retak sehingga komposit beton dan serat baja masih menjadi satu kesatuan dan tetap memiliki kekuatan menahan beban. Makalah ini membahas kontribusi serat terhadap kecenderungan kinerja kuat lentur ekivalen beton berserat baja saat menerima pembebanan. Tiga puluh enam benda uji beton serat baja berbentuk balok ukuran 150 x 150 x 600 mm3 telah diamati dengan uji lentur 4 titik (four point-bending test) di laboratorium pada umur beton 28 hari. Separuh dari benda uji tersebut adalah beton dengan w/c=

0,5 yang ditambahkan masing-masing dengan 30, 40 dan 50 kg serat baja silindrikal ujung berkait (end-hooked) dengan panjang 35 mm DRAMIX RC 65/35 BN dan dengan panjang 60 mm DRAMIX RC 80/60 BN ke dalam setiap 1 m3 beton. Separuh benda uji lainnya adalah beton w/c=

0,35 yang ditambahkan masing-masing dengan 40, 60 dan 80 kg serat baja yang sama ke dalam setiap 1 m3 beton. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kurva beban-defleksi benda uji makin membesar dangan meningkatnya kandungan serat pada beton. Pada material komposit beton berserat baja dengan kandungan serat 40kg/m3 atau lebih kecil, umumnya material mengalami perlemahan (softening) setelah beton mengalami retak dan hanya memiliki satu garis retak.

Peningkatan kandungan serat menjadi 50, 60 dan 80 kg/m3 menyebabkan beton berserat baja mengalami perkuatan (hardening) setelah beton luluh/retak sebelum akhirnya kembali melemah setelah melewati nilai defleksi tertentu. Pada benda uji dengan kandungan serat baja 60 dan 80 kg/m3 muncul pola retak dengan beberapa garis retak yang cenderung menyebar.

Kata kunci : beton berserat baja, four point bending test, kuat lentur ekivalen, serat baja 1. PENDAHULUAN

Penggunaan serat baja untuk meningkatkan kinerja beton telah digunakan pada pekerjaan konstruksi sejak tahun 1987 di pembangunan lapis dalam terowongan subway Frankfurt, Jerman, sebagai tindak lanjut dari riset yang dilakukan di tahun 1970-an di beberapa Negara (Maidl, 1993), (Ding,2003). Sekarang, pemanfaatan beton berserat baja sudah sangat banyak diantaranya pada perkerasan jalan, terowongan, perkuatan lereng, lantai bangunan industri /pergudangan, lantai jembatan dan lain-lain.

Ada beberapa keuntungan penggunanaan beton berserat baja. Kinerja beton akan meningkat akibat peningkatan kuat tarik yang umumnya sangat rendah pada beton biasa tanpa serat. Distribusi acak serat di dalam beton akan meningkatkan ketahanan terhadap sejumlah tegangan yang mungkin terjadi dengan arah beban yang tidak teratur, misalnya ketahanan terhadap beban gempa dan angin. Serat berkontribusi pada perbaikan perilaku deformasi beton seperti ketahanan terhadap impak, daktilitas yang lebih besar, kuat lentur dan kapasitas torsi yang lebih baik. Serat akan meningkatkan ketahahan beton pada resiko pengelupasan (spalling) dan retak pada selimut beton sehingga membantu menghambat korosi tulangan (Imam et. al.,1997), (Zollo,1997), (As’ad,2008).

Makalah ini membahas kontribusi serat terhadap kecenderungan kinerja kuat lentur ekivalen beton berserat baja saat menerima pembebanan. Tiga puluh enam benda uji beton berserat baja berbentuk balok diuji kapasitas lentur dan kapasitas lentur ekivalen-nya menggunakan uji pembebanan lentur empat titik (four point bending test). Kuat lentur adalah kemampuan beton berserat baja menerima beban lentur hingga beton mengalami keruntuhan atau retak sedangkan kapasitas lentur ekivalen adalah kemampuan sisa beton berserat baja menerima beban lentur setelah beton mengalami retak pada suatu nilai defleksi benda uji. Benda uji terbuat dari beton yang dicampur serat baja ujung berkait (end-hooked) ukuran panjang 35 mm dan 60 mm dengan dosis yang bervariasi dari 30 kg hingga 80 kg serat baja per meter kubik beton.

(2)

2. MATERIAL, BENDA UJI DAN PENGUJIAN Material dan Benda Uji

Benda uji dibuat dari dua kelompok mutu beton, yaitu kelompok kuat desak normal, sekitar 35 – 39 MPa dengan w/c = 0,5 yang selanjutnya disebut beton mutu normal, dan kelompok kuat desak yang tinggi, sekitar 49-60 MPa dengan w/c = 0,35 yang selanjutnya disebut beton mutu tinggi. Kelompok campuran beton mutu normal dicampur dengan serat baja ujung berkait (end-hooked) dengan panjang 35 mm DRAMIX RC 65/35 BN dan 60 mm DRAMIX RC 80/60 BN masing-masing dengan dosis 30, 40 dan 50 kg serat per meter kubik beton. Sedangkan kelompok campuran beton mutu tinggi dicampur dengan jenis serat yang sama, masing-masing dengan dosis 40, 60, dan 80 kg serat per meter kubik beton. Proporsi campuran beton disajikan dalam Tabel 1. Bentuk dan spesifikasi serat baja dapat dilihat di Gambar 1.

Tabel 1. Proporsi campuran beton

Kuat desak normal Kuat desak tinggi

Material Porsi N H

[kg/m3] [kg/m3]

Cement type II/A-M (SL) 320.00 320.00

Abu terbang 60.00 60.00

Agregat

0-4 mm halus 20% 389.76 389.76

0-4 mm 20% 389.76 389.76

4-8 mm 25% 487.20 487.20

8-16 mm 35% 682.08 682.08

w/b 0.50 0.35

air 184.00 128.80

superplasticizer 1.50 3.04

(Addiment FM-209)

TABIX RC 65/35 BN Bentuk End-hooked Material Baja Panjang (l) 35 mm Diameter (d) 0,54 mm Aspect ratio (l/d) 65

Kuat tarik 1320 N/mm2 TABIX RC 80/60 BN Bentuk End-hooked Material Baja Panjang (l) 60 mm Diameter (d) 0,75 mm Aspect ratio (l/d) 80

Kuat tarik 1050 N/mm2

Gambar 1. Serat baja ujung berkait (end-hooked) dan ukuran geometrinya

Setiap campuran dibuat tiga benda uji balok dengan ukuran 150 mm x 150 mm x 600 mm. Tersedia sebanyak 36 benda uji dengan 12 variasi campuran beton berserat baja. Tabel 2 menyajikan daftar balok benda uji.

Pengujian kuat lentur mengacu Austrian Guidelines for Fiber Reinforced Concrete (Richtlinie Faserbeton) [OeVBB]. Menurut standard ini, kuat lentur, fct ,merupakan kemampuan beton serat baja menahan tegangan beban lentur saat beton mengalami retak. Sedangkan kuat lentur ekivalen dinyatakan dalam dua keadaan, feqms yaitu kapasistas kuat lentur ekivalen pada defleksi 0,5 mm dan feqmu yaitu kapasistas kuat lentur ekivalen pada defleksi 0,5 – 3,00 mm, beton berserat baja.

(3)

Tabel 2.Benda uji

Benda Uji panjang serat aspec Dosis serat Mutu Kuat jumlah ratio (l/d) Desak benda uji

[mm] [kg/m3]

N/30/DRA35 35 65 30 Normal 3

N/40/DRA35 35 65 40 Normal 3

N/50/DRA35 35 65 50 Normal 3

N/30/DRA60 60 80 30 Normal 3

N/40/DRA60 60 80 40 Normal 3

N/50/DRA60 60 80 50 Normal 3

H/40/DRA35 35 65 40 Tinggi 3

H/60/DRA35 35 65 60 Tinggi 3

H/80/DRA35 35 65 80 Tinggi 3

H/40/DRA60 60 80 40 Tinggi 3

H/60/DRA60 60 80 60 Tinggi 3

H/80/DRA60 60 80 80 Tinggi 3

Pengujian

Pengujian pembebanan lentur empat titik (four point bending test) dilakukan setelah usia campuran beton 28 hari.

Sistem pembebanan dan konfigurasi pengujian di laboratorium disajikan pada Gambar 2. Kecepatan pembebanan benda uji adalah 0,2 mm / menit (Richtlinie Faserbeton,2002) . Mesin beban dan sensor defleksi balok dihubungkan dengan dengan mesin akuisisi data digital dan kurva beban vs. defleksi balok dapat dipantau melalui monitor komputer.

(a)

(b) (c)

Gambar 2. (a) Sketsa pembebanan pengujian kuat lentur dengan empat titik pada balok benda uji (b) Pengujian kuat lentur empat titik pada balok benda uji di laboratorium

(c) Pengamatan defleksi dan retak pada balok benda uji dengan sensor defleksi

Kurva hubungan beban dan defleksi selanjutnnya digunakan untuk menentukan kuat lentur (fct) dan kuat lentur ekivalen (feqms) dan (feqmu) dengan persamaan berikut :

) . (

. d2

b Ls

fct = Pu (1)

) . (

.

2 5 , 0

d b

Ls

feqms =P (2)

) . (

.

2 0 , 3 5 , 0

d b

Ls

feqmu= P (3)

Pu = beban puncak saat beton pertama kali retak, P0,5 = beban saat benda pada defleksi 0,5 mm. Ls = panjang bentang beban (450 mm), b, d = lebar penampang dan tinggi penampang balok benda uji (150 mm dan 150 mm).

(4)

P0,5-3,0 = beban ekivalen dari kerja benda uji pada defleksi 0,5 mm hingga 3,0 mm yang ditentukan dari persamaan berikut

[

/180

]

0 , 3 5 , 0 0 , 3 5 ,

0 Ls

P = A (4)

A0,5-3,0 adalah besar kerja (energi absorbsi) benda uji saat pembeban dengan defleksi 0,5 mm hingga 3,0 mm.

3. HASIL DAN DISKUSI

Gambar 3 dan Gambar 4 menyajikan kurva hubungan beban vs. defleksi benda uji. Semua benda uji mencatat adanya kekuatan sisa setelah beton mengalami runtuh atau retak. Kekuatan pasca beton retak tersebut adalah kontribusi dari ikatan serat dengan beton dengan sistem angkur yang mengambil alih perlawanan terhadap tegangan tarik pada balok.

DRAMIX RC 80/60 BN, SFRNC, w/c = 0,5

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 defleksi [mm]

beban [kN]

N/30/DRA60 N/40/DRA60 N/50/DRA60

DRAMIX RC 65/35 BN, SFRNC, w/c =0,5

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 defleksi [mm]

beban [kN]

N/30/DRA35 N/40/DRA35 N/50/DRA35

(a) serat baja 60 mm (b) serat baja 35 mm

Gambar 3. Kurva rata-rata beban -defleksi benda uji beton mutu normal dengan beberapa dosis serat

DRAMIX RC 80/60 BN, SFRHC, w/c = 0,35

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 defleksi [mm]

beban [kN]

H/40/DRA60 H/60/DRA60 H/80/DRA60

DRAMIX RC 65/35 BN, SFRHC, w/c = 0,35

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 defleksi [mm]

beban [kN]

H/40/DRA35 H/60/DRA35 H/80/DRA35

(a) serat baja 60 mm (b) serat baja 35 mm

Gambar 4. Kurva rata-rata beban-defleksi benda uji beton mutu tinggi dengan beberapa dosis serat

Setelah beton mengalami keruntuhan, kandungan serat mempengaruhi kecenderungan kurva beban-defleksi benda uji. Pada beton mutu tinggi, kandungan serat yang tergolong tinggi, 60 dan 80 kg serat baja per meter kubik beton,

(5)

mencatat perkuatan material (hardening) setelah beton runtuh akibat kerja serat yang akhirnya melemah lagi setelah benda uji mencapai nilai defleksi tertentu. Kecenderungan yang sama terjadi pada benda uji beton mutu normal dengan kandungan serat yang lebih rendah, 50 kg serat baja per meter kubik beton.

(a) (b)

Gambar 5. (a) Pola retak lebih dari satu garis retak dan menyebar pada benda uji dengan kandungan serat 60 dan 80 kg/m3

(b) Pola retak tunggal pada benda uji dengan kandungan serat 30 dan 40 kg/m3

Peningkatan kekuatan (hardening) material pasca beton retak pada beton mutu tinggi dengan kandungan serat tergolong sangat tinggi, 80 kg serat per meter kubik beton, memunculkan pola retak dengan beberapa garis retak.

Hal ini berbeda dengan pola retak pada benda uji yang mengalami perlemahan (softening) pada benda uji dengan kandungan serat tergolong rendah dan sedang, 30 - 40 kg serat per meter kubik beton, yang hanya memiliki pola retak tunggal. Pada benda uji dengan kandungan serat yang tinggi, sekalipun retak beton saat kuat tarik beton terlampaui, kombinasi perlawanan sisa beton dengan ikatan komposit serat baja dan beton cenderung menunjukkan peningkatan kekuatan (hardening) material. Bersamaan dengan itu, di bagian lain dari benda uji juga mengalami peningkatan tegangan, akibatnya muncul retak beton baru selain dari retak beton yang pertama. Fenomena ini menyebabkan munculkan retak ganda, dua garis retak atau lebih pada beton, sebagaimana pada Gambar 5 (a). Hal ini berbeda dengan kecenderungan pola retak tunggal pada benda uji dengan kandungan serat yang rendah sekitar 30 kg serat per meter kubik beton yang mengalami perlemahan material setelah beton retak.

Beton mutu normal dengan DRAMIX RC 65/35 BN [N-DRA35]

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

30 40 50

dosis serat [kg/m3] [N/mm2]

fct feqms feqmu

Beton mutu tinggi dengan DRAMIX RC 65/35 BN [H-DRA35]

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

40 60 80

dosis serat [kg/m3] [N/mm2]

fct feqms feqmu

Gambar 6. Pengaruh dosis serat terhadap kuat lentur (fct), kuat lentur ekivalen (feqms) dan kuat lentur ekivalen (feqmu) pada benda uji beton mutu normal dan mutu tinggi dengan kandungan serat pendek DRAMIX RC 65/35 BN

(6)

Beton mutu normal dengan DRAMIX RC 80/60 BN [N-DRA60]

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

30 40 50

dosis serat [kg/m3] [N/mm2]

fct feqms feqmu

Beton mutu tinggi dengan DRAMIX RC 80/60 BN [H-DRA60]

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

40 60 80

dosis serat [kg/m3] [N/mm2]

fct feqms feqmu

Gambar 7. Pengaruh dosis serat terhadap kuat lentur (fct), kuat lentur ekivalen (feqms) dan kuat lentur ekivalen (feqmu) pada benda uji beton mutu normal dan mutu tinggi dengan kandungan serat panjang DRAMIX RC 80/60 BN

Kuat lentur (fct), kuat lentur ekivalen (feqms) dan kuat lentur ekivalen (feqmu) dari semua benda uji selanjutnya dihitung dari kurva beban vs. defleksi dengan menggunakan persamaan (1),(2) dan (3). Gambar 6 dan Gambar 7 menunjukkan pengaruh dosis serat terhadap kuat lentur dan kuat lentur ekivalen benda uji. Terlihat adanya peningkatan kuat lentur yang cukup signifikan pada beton mutu tinggi. Dosis serat cukup signifikan meningkatkan kuat lentur dan kuat lentur ekivalen beton serat baja. Tetapi kecenderungan ini tidak sama pada beton mutu normal dimana hanya kuat lentur ekivalen meningkat dengan dengan bertambahnnya dosis serat sedangkan kuat lentur-nya relatif hampir sama.

Peningkatan kuat lentur ekivalen beton berserat baja adalah hasil interaksi antara ikatan beton dengan baja sebelum retak dan pada pasca retaknya beton. Saat beton runtuh atau retak terjadi proses pengangkuran serat baja terhadap retakan beton yang memungkinkan material beton masih dalam kesatuan. Proses pengangkuran ini akan terus berlangsung sampai proses cabut serat dari beton selesai. Karenanya kekuatan pengangkuran serat baja terhadap retakan beton dan proses cabut serat baja dari beton sangat menentukan kapasitas beban benda uji dalam bentuk kuat lentur ekivalen (As’ad et.al.,2007), (As’ad.,2006). Jumlah serat aktif yang bekerja sebagai angkur pada bidang retak, Gambar 8 (a), menentukan kemampuan benda uji menerima beban setelah beton mengalami retak.

(a) (b) (c)

Gambar 8. (a) Ikatan serat baja denga beton sebagai kerja pengangkuran pasca beton retak (b) Daerah retak beton serat baja dengan ikatan angkur serat baja

(c) Potongan penampang melintan benda uji

Setelah pelaksanaan uji pembebanan lentur empat titik (four point bending test), dilakukan pemeriksaan jumlah serat pada bidang retak benda uji. Gambar 8(b) dan (c) adalah potongan dan penampang daerah bidang retak benda uji dengan serat aktif di dalamnya. Gambar 9 dan Gambar 10 menunjukkan hubungan jumlah serat aktif di bidang retak dengan kuat lentur fct dan kuat lentur ekivalen feqms dan feqmu . Jumlah serat aktif di bidang retak secara signifikan mempengaruhi kuat lentur ekivalen feqms dan feqmu beton berserat baja. Kecenderungan ini sedikit berbeda dengan perubahan kuat lentur (fct) yang tidak menunjukkan konsistensi peningkatan yang signifikan dengan

(7)

bertambahnya jumlah serat dalam bidang retak benda uji, kecuali pada benda uji yang terbuat dari beton mutu tinggi

yang sedikit meningkat dengan bertambahnya jumlah serat. .

01 23 45 67 89 1011 1213

0 100 200 300 400 500

Jumlah serat di bidang retak feqms [N/mm2]

N/30/DRA60 N/40/DRA60 N/50/DRA60 y = 0,0314x + 2,295

R2 = 0,4816

01 23 45 67 89 1011 1213

0 100 200 300 400 500

Jumlah serat di bidang retak feqmu [N/mm2]

N/30/DRA60 N/40/DRA60 N/50/DRA60 y = 0,0398x + 0,1761

R2= 0,8085

01 23 45 67 89 1011 1213

0 100 200 300 400 500

Jumlah serat di bidang retak feqms [N/mm2]

H/40/DRA60 H/60/DRA60 H/80/DRA60 y = 0,0256x+3,0065

R2=0,7227

01 23 45 67 89 1011 1213

0 100 200 300 400 500

Jumlah serat di bidang retak feqmu [N/mm2]

H/40/DRA60 H/60/DRA60 H/80/DRA60 y = 0,026x+0,73

R2= 0,8444

01 23 45 67 89 1011 1213

0 100 200 300 400 500

Jumlah serat di bidang retak fct [N/mm2]

H/40/DRA60 H/60/DRA60 H/80/DRA60 y = 0,0064x + 6,2864

R2= 0,2683 01

23 45 67 89 1011 1213

0 100 200 300 400 500

Jumlah serat di bidang retak fct [N/mm2]

N/30/DRA60 N/40/DRA60 N/50/DRA60 y = 0,0028x + 5,3163 R2 = 0,123

Gambar 9. Hubungan antara kuat lentur (fct) dan kuat lentur ekivalen (feqms) dan (feqmu) dengan jumlah serat di bidang retak pada benda uji beton serat dengan kandungan serat panjang DRAMIX RC 80/60 BN

01 23 45 67 89 1011 1213

0 100 200 300 400 500

Jumlah serat di bidang retak feqms [N/mm2]

N/30/DRA35 N/40/DRA35 N/50/DRA35 y = 0,0242x ‐ 0,404 R2 = 0,4758

01 23 45 67 89 1011 1213

0 100 200 300 400 500

Jumlah serat di bidang retak feqmu [N/mm2]

N/30/DRA35 N/40/DRA35 N/50/DRA35 y = 0,0198x ‐ 0,4929

R2 = 0,6794

01 23 45 67 89 1011 1213

0 100 200 300 400 500

Jumlah serat di bidang retak fct [N/mm2]

N/30/DRA35 N/40/DRA35 N/50/DRA35

01 23 45 67 89 1011 1213

0 100 200 300 400 500

Jumlah serat di bidang retak feqms [N/mm2]

H/40/DRA35 H/60/DRA35 H/80/DRA35 y = 0,0178+2,8233

R2=0,2664

01 23 45 67 89 1011 1213

0 100 200 300 400 500

Jumlah serat di bidang retak feqmu [N/mm2]

H/40/DRA35 H/60/DRA35 H/80/DRA35 y = 0,023x ‐1,9195

R2= 0,7182 

01 23 45 67 89 1011 1213

0 100 200 300 400 500

Jumlah serat di bidang retak fct [N/mm2]

H/40/DRA35 H/60/DRA35 H/80/DRA35 y = 0,0058x + 6,0852

R= 0,1615   

y=‐0,0049x + 6,216 R2=0,1341

Gambar 10. Hubungan antara kuat lentur (fct) dan kuat lentur ekivalen (feqms) dan (feqmu) dengan jumlah serat di bidang retak pada benda uji beton serat dengan kandungan serat pendek DRAMIX RC 65/35 BN

Peningkatan kuat lentur (fct) pada beton mutu tinggi berserat baja sangat mungkin disebabkan oleh efek lekatan dan pengangkuran serat baja yang lebih baik dibandingkan pada beton mutu normal (As’ad , 2006). Lekatan yang kuat antara serat baja dan beton menyebabkan kapasitas tarik beton berserat baja menjadi lebih kuat pula sehingga keluluhan/retak beton cenderung terjadi pada beban yang lebih tinggi dibandingkan dengan beton tanpa serat.

Sedangkan kuat lentur ekivalen (feqms) dan (feqmu) sangat tergantung dari gaya tahanan cabut (pullout) serat dari beton. Saat beton mulai luluh/retak akibat tegangan lentur, serat aktif di bidang retak menahan beban tarik hingga proses cabut serat dari beton selesai. Asad (2006) melaporkan hasil uji cabut serat baja yang lebih baik pada beton

(8)

mutu tinggi dibandingkan pada beton mutu normal. Hal ini menyebabkan tahanan terhadap tegangan tarik lebih besar yang pada akhirnya berkontribusi signifikan pada peningkatan kuat lentur ekivalen beton berserat baja.

4. KESIMPULAN

Kesimpulan dari pengamatan dan uraian pada pekerjaan ini adalah:

a. Kuat lentur ekivalen beton berserat baja meningkat dengan meningkatnya dosis serat baja yang dicampurkan ke dalam beton. Ikatan serat dengan beton bekerja sebagai sistem angkur yang menyatukan retakan beton sehingga material komposit beton berserat baja tetap mampu menahan beban sekalipun beton telah runtuh/retak,. Dengan demikian, semakin banyak serat yang berada dalam daerah retak beton semakin besar pula daya dukung beton berserat baja setelah beton retak yang dinyatakan sebagai kuat lentur ekivalen(feqms dan feqmu) .

b. Kuat lentur ekivalen (feqms dan feqmu) meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan lentur ekivalen (fct) akibat peningkatan kandungan serat di daerah retak benda uji beton berserat baja.

c. Jumlah serat dalam beton menentukan kecenderungan perilaku material setelah beton runtuh/retak.

Material beton berserat baja dengan kandungan serat yang cukup tinggi cenderung mengalami peningkatan kekuatan (hardening) setelah beton retak, kemudian akhirnya melemah seiring dengan berjalannya proses cabut (pullout) serat dari beton. Fenomena ini terjadi karena beberapa serat di sekitar bidang retak baru mulai aktif bekerja saat beton mulai retak. Sedangkan pada beton serat baja dengan kandungan serat yang sedikit, umunya beton cenderung mengalami penurunan kekuatan (softening) setelah beton luluh/retak.

d. Beton serat baja dengan kuat lentur ekivalen tergolong tinggi yang mengalami peningkatan kekuatan (hardening) cenderung memunculkan pola retak lebih dari satu garis retak dan menyebar. Peningkatan kekuatan beton berserat baja setelah beton luluh/retak akan meningkatkan tegangan lentur di bagian lain benda uji. yang melebihi kapasitas lentur beton. Akibatnya, muncul retakan baru yang letaknya tidak jauh dari retakan pertama. Pola ini tidak ditemukan pada beton serat baja dengan kuat lentur ekivalen yang tergolong rendah karena penurunan kekuatan (softening) setelah beton retak tidak pernah memunculkan tegangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tegangan saat beton mengalami retak pertama kali.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. A. Saxer dan Prof. W. Lukas, University of Innsbruck atas dukungan dana, saran dan kritik selama pelaksanaan pengujian ini di Laboratory of Concrete Technology, University of Innsbruck Austria.

DAFTAR PUSTAKA

--- (2002), Richtlinie Faserbeton, Oesterreichishe Vereinigung fuer Beton und Bautechnik (OeVBB), Wien Asad, S. (2006), Equivalent flexural strength of steel fibre reinforced concrete and its modelling from fibre

distribution and fibre pullout load, Dissertation, Faculty of Civil Engineering, University of Innsbruck, Austria.

Asad, S and Saxer, A (2007),”Influence of fibre geometry on flexural strength behavior of steel fibre reinforced concrete”, Proceeding 4th International conference on fibre concrete, Fibre Concrete 2007, Czech Technical University (CTU), Prague. pp.97-102.

Asad, S. (2008), “Teknologi Beton Serat”, Potret Hasil Karya Iptek, 32 tahun UNS Mengabdi Bangsa, UNS press, Solo, hal 179-192.

Ding, Y (2003) Eigenschaften von Faserbeton und Faserspritzbeton, Ibidem Verlag, Stuttgart.

Imam, M, Vandewalle, L., Mortelmans, F. and Van Gemert,D. (1997), “Shear domain of fibre-reinforced high- strength concrete beams”, Journal Engineering Structures, Vol. 19 No. 9, pp. 738-747.

Maidl R. B. (1995), Steel Fibre Reinforced Concrete, Ernst & Sohn Verlag fuer Architektur und technischewissenschaften, Berlin.

Zollo, R. F. (1997), “Fibre-reinforced Concrete, an Overview after 30 Years of Development”, Journal Cement and Concrete Composite, Vol 19, pp.107-122.

Gambar

Tabel 1. Proporsi campuran beton
Tabel 2.Benda uji
Gambar 3 dan  Gambar 4 menyajikan kurva hubungan beban vs. defleksi benda uji. Semua benda uji  mencatat  adanya kekuatan sisa setelah beton mengalami runtuh atau retak
Gambar 8. (a) Ikatan serat baja denga beton sebagai kerja pengangkuran pasca beton retak     (b) Daerah retak beton serat baja dengan ikatan angkur serat baja
+2

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Greenberg (2010), pelanggan atau customer adalah individu atau kelompok yang terbiasa membeli sebuah produk atau jasa berdasarkan keputusan mereka atas

Sebelum sistem dikembangkan, para pengguna sistem informasi penilaian rumah sehat kesulitan dalam mengakses informasi terkait dari hasil penilaian rumah sehat seperti persentase

Hasil analisis yang dilakukan secara keseluruhan menunjukkan bahwa variabel kepercayaan merek (X 2 ) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap keputusan

Tujuan khusus penelitian; (1) mengetahui konsepsi pemasaran pendidikan berbasis teknologi informasi (2) mengetahui peran manajemen kepala sekolah dalam

Kecacatan yang paling dominan pada proses produksi Disc Brake Rotor adalah jenis cacat tooling, sehingga divisi pengendalian kualitas sebagai divisi yang

Dengan memahami perilaku konsumen maka dapat membantu menjelaskan bagaimana konsumen memperoleh kepuasan dan dari kepuasan tersebut konsumen menjadi loyal terhadap suatu

Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa roti Ganep’s mempunyai brand yang kuat dimata konsumen sebagai produk khas kota Solo dan fenomena di atas dapat dirumuskan

Berdasarkan kutipan di atas pada Puisi Pasar Pagi dalam bait keempat yang menjadi titik fokus peneliti pada larik kedua yang mengatakan “amis ikan dan tomat yang