• Tidak ada hasil yang ditemukan

Surat Edaran Dirjen Pajak, SE - 25/PJ.223/1987

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Surat Edaran Dirjen Pajak, SE - 25/PJ.223/1987"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

SURAT EDARAN DIRJEN PAJAK SE

4 Agustus 1987

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 25/PJ.223/1987

TENTANG

PENGHITUNGAN PPh BAGI PERUSAHAAN ATAU WAJIB PAJAK YANG SEBAGIAN PENGHASILANNYA DITERIMA

ATAU DIPEROLEH DARI HASIL PEKERJAAN PROYEK-PROYEK PEMERINTAH YANG SELURUHNYA ATAU SEBAGIAN DIBIAYAI DENGAN DANA BANTUAN LUAR NEGERI

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

Sehubungan dengan masih banyaknya pertanyaan yang disampaikan kepada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak perihal sebagaimana tersebut di atas, bersama ini perlu diberikan penjelasan dan penegasan sebagai berikut :

1. Sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 29 Tahun 1986 tanggal 12 Juli 1986, PPh yang terutang oleh kontraktor,konsultan dan pemasok (supplier) atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dari dana bantuan atau hibah luar negeri atas pekerjaan yang dilakukannya pada proyek milik Pemerintah yang dibiayai dengan dana tersebut, ditanggung Pemerintah.

2. Dalam hal kontraktor, konsultan atau pemasok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 Keputusan Presiden Nomor 29 Tahun 1986, dalam suatu tahun pajak bekerja di Indonesia hanya dalam rangka pelaksanaan proyek pembangunan milik Pemerintah yang dibiayai dengan dana bantuan atau hibah luar negeri, maka penghitungan PPh yang terhutang tidak akan menimbulkan kesulitan. Kesulitan baru akan dihadapi oleh Wajib Pajak, apabila disamping melaksanakan proyek-proyek Pemerintah yang dibiayai dengan dana bantuan luar negeri, Wajib Pajak tersebut juga melaksanakan :

1) Proyek-prokyek Pemerintah yang dibiayai dengan dana APBN; dan atau

2) Proyek-proyek lain di luar proyek-proyek sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Presiden Nomor 29 Tahun 1986.

(selanjutnya kedua proyek tersebut di atas disebut proyek-proyek non Keppres 29).

Bagi Wajib Pajak yang melaksanakan proyek-proyek yang demikian itu, maka dalam penghitungan PPh-nya perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(2)

a. Sesuai dengan jiwa Pasal 4 Undang-undang nomor 7 tahun 1983,

penghitungan besarnya

penghasilan netto dalam suatu tahun pajak harus dihitung secara keseluruhan dan tidak boleh dipisahkan antara penghitungan penghasilan netto yang berasal dari proyek-proyek Keppres No.: 29 dengan

penghasilan netto yang berasal dari proyek-proyek non Keppres No.: 29. Dengan demikian biaya- biaya yang dibebankan untuk proyek Keppres 29 dan non-Keppres 29 tidak perlu dipisahkan, karena

penghasilan netto harus dihitung secara

keseluruhan dari seluruh proyek yang dikerahkan Wajib Pajak dalam tahun pajak yang bersangkutan.

b. Berdasarkan hasil

penghitungan pada butir a tersebut di atas, maka setelah memperhatikan adanya

kompensasi kerugian yang diperkenankan menurut ketentuan perundang- undangan yang berlaku, dapat diketahui

besarnya Penghasilan Kena Pajak untuk tahun pajak yang bersangkutan dan selanjutnya dapat dihitung

besarnya PPh yang terhutang untuk tahun pajak yang bersangkutan dengan

menerapkan tarif Pasal 17 Undang- Undang 7 Tahun 1983 terhadap Penghasilan Kena Pajak tersebut.

c. Untuk menghitung besarnya Pajak Penghasilan yang terhutang atas masing-masing penghasilan yang berasal dari proyek Keppres 29 dan proyek non Keppres 29, PPh yang terhutang atas seluruh

penghasilan sebagaimana tersebut pada butir b dikalikan dengan

perbandingan antara penghasilan bruto yang diperoleh dari masing-masing proyek tersebut dengan jumlah penghasilan bruto dari seluruh proyek yang dikerjakan dalam tahun pajak yang bersangkutan.

Untuk jelasnya di bawah ini diberikan contoh sebagai berikut :

1. Jumlah penghasilan bruto tahun 1986 dari proyek Keppres

29 = Rp. 500 juta,

2. Jumlah penghasilan bruto tahun 1986 dari proyek non Keppres no.

29 = Rp. 400 juta.

3. Jumlah seluruh biaya yang diperkenankan menurut Undang- undang (biaya untuk

mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan) tahun 1986 = Rp.

800 juta.

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(3)

Penghitungan PPh yang terhutang untuk tahun 1986 atas Proyek Keppres 29 dan Proyek non- Keppres 29 masing- masing adalah sebagai berikut :

Jumlah seluruh penghasilan bruto (dari proyek

Keppres 29 dan proyek non-Keppres 29) adalah sebesar ...

Rp.

900 juta

Jumlah seluruh biaya

...

Rp.

800 juta

Penghasilan Netto 1986 ...

Rp.

100 juta

Kompensasi kerugian ...

Rp.

-

Penghasilan Kena Pajak ...

Rp.

100 juta

- PPh

terhutang (atas seluruh penghasilan) :

15%

x Rp.

10 juta

= Rp.

1,5 juta

25%

x Rp.

40 juta

= Rp.

10,- juta

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(4)

35%

x Rp.

50 juta

= Rp.

17,5 juta

Jumlah_______________

= Rp.

29,- juta

- PPh

yang terhutang atas

penghasilan dari

proyek Keppres 29

= 5/9 x Rp.

29 juta

...

= Rp.

16.11 juta

Kredit pajak (ditanggung Pemerintah) ...

= Rp.

16,11 juta

PPh yang masih harus disetor ...

________________

= Rp.

N I H I L

- PPh

yang terhutang atas

penghasilan dari

proyek non- Keppres 29

(5)

= 4/9 x Rp.

29 juta ...

= Rp.

12,89 juta

Kredit Pajak

...

= Rp.

...

PPh

kurang/lebih bayar ...

= Rp.

...

3. Dalam hal proyek-proyek yang dikerjakan Wajib Pajak tersebut pada butir 2 di atas (baik proyek Keppres 29 maupun proyek non-Keppres 29) merupakan proyek konstruksi yang tidak selesai dikerjakan dalam satu tahun pajak, maka penghitungan besarnya Laba Bruto dari masing-masing proyek tersebut harus dilakukan sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 Peraturan Pemerintah no. 42 tahun 1985, yaitu harus dilakukan berdasarkan

"metode persentase tingkat penyelesaian pekerjaan". Dengan demikian dalam penghitungan PPh yang terhutang untuk masing-masing tahun pajak sampai dengan tahun pajak diselesaikannya proyek-proyek tersebut, perlu diperhatikan hal- hal sebagai berikut :

a. Jumlah penghasilan netto tetap harus dihitung secara keseluruhan dari seluruh proyek yang dikerjakan Wajib Pajak dalam tahun pajak yang bersangkutan yaitu : hasil penjumlahan laba bruto dari masing-masing proyek (baik laba bruto dari masing-masing proyek Keppres 29 maupun laba bruto dari masing-masing proyek non-Keppres 29) dikurangi dengan jumlah seluruh biaya atau pengeluaran yang diperkenankan di luar biaya atau pengeluaran sehubungan dengan tingkat penyelesaian pekerjaan yang bersangkutan (selain biaya atau pengeluaran yang telah diperhitungkan dalam penghitungan laba bruto dari masing-masing proyek dalam tahun pajak yang bersangkutan).

b. Besarnya laba bruto dari masing-masing proyek tersebut pada butir a di atas dihitung berdasarkan "metode persentase tingkat penyelesaian pekerjaan: (dihitung sesuai dengan ketentuan Pasal 5 Peraturan Pemerintah nomor 42 tahun 1985).

c. Berdasarkan hasil penghitungan dari butir a di atas, maka setelah memperhatikan adanya kompensasi kerugian yang diperkenankan menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku dapat diketahui besarnya Penghasilan Kena Pajak tahun pajak yang bersangkutan dan selanjutnya dapat dihitung besarnya PPh yang terhutang untuk tahun pajak tersebut.

d. Penghitungan besarnya PPh yang terhutang atas masing-masing penghasilan yang berasal dari proyek Keppres 29 dan proyek non-Keppres 29 harus dilakukan dengan cara :

1). PPh yang terhutang atas penghasilan yang berasal dari proyek Keppres 29 adalah sebesar PPh yang terhutang menurut hasil penghitungan pada butir 3.c.diatas dikalikan dengan perbandingan antara jumlah nilai kontrak proyek Keppres 29 (sesuai dengan tingkat penyelesaian pekerjaan dalam tahun pajak yang bersangkutan) dengan jumlah seluruh nilai kontrak dari proyek-proyek yang dikerjakan Wajib Pajak dalam tahun pajak yang bersangkutan baik proyek Keppres 29 maupun proyek non-Keppres 29 (sesuai dengan tingkat penyelesaian pekerjaan dari masing-masing proyek dalam tahun pajak yang bersangkutan.

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(6)

2). PPh yang terhutang atas penghasilan yang berasal dari proyek non-Keppres 29 adalah sebesar PPh yang

terhutang menurut hasil penghitungan pada butir 3.c. di atas dikalikan dengan perbandingan antara jumlah nilai kontrak proyek non- Keppres 29 (sesuai dengan tingkat penyelesaian pekerjaan) dengan jumlah seluruh nilai kontrak dari proyek- proyek yang dikerjakan Wajib Pajak dalam tahun pajak yang bersangkutan baik proyek Keppres 29 maupun proyek non- Keppres 29 (sesuai dengan tingkat penyelesaian pekerjaan dari masing- masing proyek dalam tahun pajak yang

bersangkutan).

Untuk jelasnya bersama ini kami

lampirkan contoh penghitungan PPh yang

(7)

4. Ketentuan mengenai cara penghitungan PPh yang terhutang oleh Wajib Pajak yang melaksanakan proyek Keppres 29 maupun proyek non-Keppres 29 sebagaimana tersebut pada butir 2 dan 3 diatas hendaknya Saudara sebarluaskan kepada Wajib Pajak yang bersangkutan.

DIREKTUR JENDERAL PAJAK, ttd

Drs. SALAMUN A.T.

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

Referensi

Dokumen terkait

Untuk dapat dikecualikan dari pemotongan PPh atas bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI yang diterima atau diperoleh perwakilan diplomatik dan konsulat atau

Sehubungan dengan beberapa ketentuan yang mengatur tentang penggunaan formulir-formulir ketetapan pajak, khususnya tentang PPh Final (SE-01/PJ.43/1998) tanggal 9 Januari 1998 dan

Jumlah buku petunjuk pengisian SPT Tahunan PPh yang dicetak disesuaikan dengan data Wajib Pajak yang disampaikan oleh Kantor Pelayanan Pajak yang berada di wilayah kerja kantor

Pertamina dan badan usaha selain Pertamina yang bergerak di bidang bahan bakar minyak jenis Premix dan Gas ditunjuk sebagai pemungut PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksinya;

Perseorangan, tidak perlu dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan WP yang bersangkutan dan PPh atas Deposito Berjangka, Sertifikat Deposito dan Tabungan serta diskonto

pemindahtanganan harta karena hibah atau bantuan yang tidak ada hubungan dengan usaha atau pekerjaan dari pihak yang bersangkutan, dan warisan, tidak termasuk obyek PPh

2.1.Atas kelebihan pemotongan PPh Pasal 21 bagi karyawan- karyawan tertentu dalam suatu bulan takwim dari suatu tahun pajak, kelebihan pemotongan tersebut diperhitungkan dengan

penghasilannya semata- mata dari penyaluran premium, solar, pelumas, gas LPG dan minyak tanah diselesaikan dengan produk hukum SPb dengan kekurangan kelebihan bayar PPh Pasal 25