• Tidak ada hasil yang ditemukan

Surat Edaran Dirjen Pajak, SE - 03/PJ.24/1999

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Surat Edaran Dirjen Pajak, SE - 03/PJ.24/1999"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

3 Maret 1999

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 03/PJ.24/1999

TENTANG

FORMULIR-FORMULIR KETETAPAN PPh FINAL DAN PPN ATAS IMPOR, PPN PEMANFAATAN BKP TIDAK BERWUJUD DARI LUAR DAERAH PABEAN, PPN PEMANFAATAN JKP DARI LUAR DAERAH PABEAN, PPN PEMUNGUTAN PAJAK OLEH PEMUNGUT PAJAK, PPN ATAS JASA MEMBANGUN SENDIRI SERTA PPn BM

ATAS IMPOR DAN PPn BM PEMUNGUTAN PAJAK OLEH PEMUNGUT PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

Sehubungan dengan beberapa ketentuan yang mengatur tentang penggunaan formulir-formulir ketetapan pajak, khususnya tentang PPh Final (SE-01/PJ.43/1998) tanggal 9 Januari 1998 dan PPN Atas Impor, Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud Dari Luar Daerah Pabean, Pemanfaatan JKP Dari Luar Daerah Pabean serta Pemungutan Pajak Oleh Pemungut Pajak dan PPn BM Atas Impor, Pemungutan Pajak oleh Pemungut Pajak (KEP-11/PJ/1996 tanggal 12 Februari 1996 dan KEP-51/PJ/1996 tanggal 15 Juli 1996), bersama ini diberitahukan bahwa dalam rangka penyederhanaan formulir maka ketetapan pajak terhadap jenis pajak sebagaimana tersebut dalam pokok surat (di atas) terhitung sejak diterimanya Surat Edaran ini agar menggunakan formulir-formulir yang diatur dalam KEP-18/PJ/1995 tanggal 5 Mei 1995.

Formulir-formulir yang digunakan dan cara pengisiannya adalah sebagai berikut : 1. PPh Final

Jenis PPh Final adalah PPh Pasal 4 ayat (2), PPh Pasal 15, PPh Pasal 19, PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, dan PPh Pasal 23.

a)Nota Penghitungan (KP.

PPh/21/22/23/26/NP-95) -

KPP agar membuat cap

"PPh Final Pasal 4 ayat (2)", "PPh Final Pasal 15", "PPh Final Pasal 19", "PPh Final Pasal 21", "PPh Final Pasal 22", "PPh Final Pasal 23" dan Nota Penghitungan tersebut di

"cap" pada ruang "jenis pajak" sesuai dengan jenis PPh Finalnya.

-

Cara pengisian Nota Penghitungan adalah sebagai berikut :

(2)

1. Dasar Pengenaan Pajak : baris no.1 2. PPh

yang terutang : baris no.2 3. Kredit

Pajak yang berasal dari a)

Dipotong/dipungut pihak

lain/Dibayar sendiri : baris no.3 huruf g b)

Ketetapan pajak : baris no.3 huruf c, d, e, f 4. PPh

Final (Pokok) : baris no.4 5. Sanksi

Administrasi :

baris no.5 6. PPh

Final yang masih harus dibayar : baris no.6 -

Contoh pengisian dapat dilihat pada lampiran.

b)

Formulir STP dan Surat Ketetapan Pajak yang digunakan adalah :

1. Surat Tagihan Pajak

(KP.PPh/21/22/23/26/TP-95) 2. SKPKB

(KP.PPh/21/22/23/26/KB- 95)

3. SKPKBT

(KP.PPh/21/22/23/26/KBT- 95)

4. SKPLB

(KP.PPh/21/22/23/26/LB- 95)

5. SKPN

(KP.PPh/21/22/23/26/N-95) Penerbitan STP dan Surat

Ketetapan Pajak di KPP yang telah menggunakan SIP akan dilakukan oleh sistem, sedangkan penerbitan ketetapan dimaksud di KPP non SIP adalah sebagai berikut : 1)

Baris-baris di formulir yang harus diisi pada prinsipnya sama dengan Nota Penghitungan.

2)

Ketetapan Pajak yang diterbitkan, dicap sesuai dengan jenis PPh Final- nya. Contoh STP dan Surat Ketetapan Pajak dapat dilihat pada lampiran.

2.

PPN

Jenis Pajak Pertambahan Nilai adalah PPN Atas Impor, PPN Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud Dari Luar Daerah Pabean, PPN Pemanfaatan JKP Dari Luar Daerah Pabean, PPN Pemungutan Pajak Oleh Pemungut Pajak dan PPN Atas Jasa Membangun Sendiri.

a)Nota Penghitungan

(3)

- KPP agar membuat cap

"Atas Impor",

"Pemanfaatan BKP

Tidak Berwujud Dari Luar Daerah Pabean",

"Pemanfaatan JKP

Dari Luar Daerah Pabean",

"Pemungutan Pajak Oleh Pemungut Pajak",

"Atas Jasa

Membangun Sendiri"

dan Nota

Penghitungan tersebut di

"cap"

pada ruang

"jenis pajak"

sesuai dengan jenis PPN- nya.

- Cara pengisian Nota

Penghitungan adalah sebagai berikut :

(4)

1. PPN yang terutang : baris no.3 (b.3) 2. Kredit

Pajak : baris no.3 (e.) 3. Kurang

Bayar : baris no.4 4. Kurang

Bayar menurut ketetapan :

baris no.6 5. Sanksi

: baris no.7 6. Jumlah

yang masih harus dibayar : baris no.8 -

Contoh pengisian dapat dilihat pada lampiran.

b)

Formulir STP dan Surat Ketetapan Pajak yang digunakan adalah :

1. Surat Tagihan Pajak

(KP.PPN/TP- 95)

2. SKPKB (KP.PPN/KB- 95)

3. SKPKBT (KP.PPN/KBT- 95)

4. SKPLB (KP.PPN/LB- 95)

5. SKPN

(KP.PPN/N-95) Penerbitan STP dan Surat Ketetapan Pajak di KPP yang telah menggunakan SIP akan dilakukan oleh sistem, sedangkan penerbitan ketetapan dimaksud di KPP non SIP adalah sebagai berikut :

1)

Baris-baris di formulir yang harus diisi pada prinsipnya sama dengan Nota

Penghitungan.

(5)

2)

Ketetapan Pajak yang diterbitkan, dicap sesuai dengan jenis PPN- nya.

Contoh STP dan Surat Ketetapan Pajak dapat dilihat pada lampiran.

3. PPn BM

Jenis PPn BM adalah PPn BM Atas Impor dan Pemungutan Pajak oleh Pemungut Pajak.

a)Nota Penghitungan (KP.PPn BM/NP-95) -

KPP agar membuat cap

"PPn BM Atas Impor", dan

"PPn BM Pemungutan Pajak Oleh Pemungut Pajak" dan Nota Penghitungan tersebut dicap sesuai dengan jenis PPn BM- nya.

-

Cara pengisian Nota

Penghitungan PPn BM Atas Impor adalah sebagai berikut :

(6)

a) DPP Impor : baris no.2 huruf a s/d e b) PPn BM yang terutang : baris no.4 huruf a s/d e c) Jumlah PPn BM yang terutang : baris no.5 d) Pajak yang

diperhitungkan :

baris no.6 huruf a s/d c e) PPn BM kurang bayar : baris no.7 f) PPn BM yang kurang dibayar menurut ketetapan ini : baris no.9 g) Sanksi Administrasi :

baris no.10 h) PPn

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(7)

-

Contoh pengisian dapat dilihat pada lampiran.

- Cara pengisian Nota

Penghitungan untuk

PPn BM

Pemungutan Pajak Oleh Pemungut Pajak adalah sebagai berikut :

(8)

a) DPP PPn BM : baris no.1 huruf b b) PPn BM yang terutang : baris no.3 huruf a s/d g c) Jumlah PPn BM yang terutang : baris no.5 d) Pajak yang

diperhitungkan :

baris no.6 huruf a s/d c e) PPn BM kurang bayar : baris no.7 f) PPn BM yang kurang dibayar menurut ketetapan ini : baris no.9 g) Sanksi Administrasi :

baris no.10 h) PPn

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(9)

- Contoh pengisian dapat dilihat pada lampiran.

b)Formulir Surat Ketetapan Pajak yang digunakan adalah :

1. SKPKB

(KP.PPn.BM/KB- 95)

2. SKPKBT

(KP.PPn.BM/KBT- 95)

Contoh Surat Ketetapan Pajak dapat dilihat pada lampiran.

Penerbitan SKPKB dan SKPKBT di KPP yang telah menggunakan SIP akan dilakukan oleh sistem, sedangkan penerbitan ketetapan dimaksud di KPP non SIP adalah sebagai berikut :

1)

Baris-baris di formulir yang harus diisi pada prinsipnya sama dengan Nota Penghitungan.

2)

Ketetapan Pajak yang

diterbitkan, dicap sesuai dengan jenis PPn BM-nya.

Dengan diberlakukannya Surat Edaran ini, maka formulir-formulir surat ketetapan pajak yang diatur dalam SE-01/PJ.43/1998 tanggal 9 Januari 1998, KEP-11/PJ/1996 tanggal 12 Februari 1996 dan KEP-51/PJ/1996 tanggal 15 Juli 1996 tidak dipergunakan lagi.

Demikian untuk diketahui dan dilaksanakan sebaik-baiknya.

(10)

ttd

A. ANSHARI RITONGA

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka restrukturisasi perusahaan, telah diterbitkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 180/KMK.04/1999 tanggal 27 Mei 1999 tentang Saat terutangnya Pajak Pertambahan Nilai

Untuk memperoleh fasilitas sebagaimana dimaksud pada butir 1 huruf a khusus pembelian dalam negeri atas barang modal dan peralatan lain, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, huruf g,

Untuk memperoleh fasilitas sebagaimana dimaksud pada angka II butir 1.c tentang kompensasi kerugian selama 10 (sepuluh) tahun, Wajib Pajak harus mengajukan permohonan tertulis

Untuk Kanwil yang berada di DKI Jakarta, ditetapkan 36 (tiga puluh enam) hari sejak tanggal pengiriman SHP/LHP oleh Kantor Pusat kepada Unit Kerja yang diperiksa, tanggapan atas

Pertamina dan badan usaha selain Pertamina yang bergerak di bidang bahan bakar minyak jenis Premix dan Gas ditunjuk sebagai pemungut PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksinya;

Terhadap penghasilan yang diterima atau diperoleh dari kegiatan usaha yang dilakukan oleh Wajib Pajak Badan dalam negeri di Celah Timor berupa Laba Usaha dikenakan pajak oleh

Dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 444/KMK.04/1989 tanggal 8 Mei 1989 sebagaimana dijelaskan lebih lanjut dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-

Penerapan Undang-undang Pajak Penghasilan 1984 terhadap imbalan atas jasa yang diberikan oleh orang pribadi subyek pajak Uzbekistan di Indonesia dalam rangka melakukan pekerjaan