• Tidak ada hasil yang ditemukan

Surat Edaran Dirjen Pajak, SE - 47/PJ.6/1998

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Surat Edaran Dirjen Pajak, SE - 47/PJ.6/1998"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

20 November 1998

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 47/PJ.6/1998

TENTANG

EVALUASI PENERIMAAN PBB DAN BPHTB TAHUN 1998/1999 SAMPAI DENGAN TRIWULAN II (SEPTEMBER 1998)

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

Berdasarkan laporan yang dihimpun oleh Direktorat PBB, penerimaan PBB dan BPHTB tahun 1998/1999 sampai dengan Triwulan II adalah sebagai berikut :

I.

Perbandingan realisasi penerimaan dengan rencana penerimaan 1998/1999

Realisasi penerimaan PBB untuk sektor Pedesaan dan Perkotaan sebesar Rp. 369.645.239 ribu atau 30,31% dari rencana, dan untuk semua sektor sebesar Rp. 886.480.396 ribu atau 30.45% dari rencana penerimaan. Sedangkan realisasi penerimaan BPHTB yang dicapai sampai dengan Triwulan II sebesar Rp. 69.638.285 ribu atau 13,93% dari rencana. Secara keseluruhan realisasi penerimaan PBB dan BPHTB yang dicapai sebesar Rp. 956.118.681 ribu atau 28,03% dari rencana penerimaan sebesar Rp. 3.411.000.000 ribu. Perbandingan realisasi penerimaan dengan rencana penerimaan secara terperinci dapat dilihat pada tabel berikut :

(ribuan rupiah)

No. Sektor Rencana 1997/1998 Realisasi 1997/1998 % (4 : 3)

1 2 3 4 5

1 2

Pedesaan Perkotaan

238.272.190 981.270.750

105.315.276 264.329.963

44,20 26,94

Jumlah Pds/Pkt 1.219.542.940 369.645.239 30,31

3 4

5

Perkebunan Perhutanan : a. Non IHH b. IHH Pertambangan a. Non Migas b. Migas

165.925.300 292.100.000 162.100.000 130.000.000 1.233.431.760 23.431.760 1.210.000.000

59.678.622 79.928.271 56.662.140 23.266.131 377.228.264 22.645.922 354.582.342

35,97 27,36 34,96 17,90 30,58 96,65 29,30

Jumlah PBB 2.911.000.000 886.480.396 30,45

6 BPHTB 500.000.000 69.638.285 13,93

Jumlah PBB + BPHTB 3.411.000.000 956.118.681 28,03

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa persentase penerimaan PBB yang tertinggi adalah sektor Pedesaan (44,20%) dan terendah sektor Perkotaan (26,94%). Rincian realisasi penerimaan per sektor/Dati II/KPPBB/Dati I/Kanwil dapat dilihat pada Lampiran.

II.

Perbandingan realisasi penerimaan PBB tahun 1998/1999 dengan tahun 1997/1998 dalam periode Triwulan II dapat dilihat pada tabel berikut :

(ribuan rupiah)

No. Sektor Realisasi penerimaan %

(5 : 3)

% (6 - 4)

1997/1998*) % 1998/1999 %

1 2 3 4 5 6 7 8

(2)

1 2

Pedesaan Perkotaan

84.200.243 196.685.131

38,74 23,08

105.315.276 264.329.963

44,2 26,94

126,58 134.39

5.46 3.86 Jumlah Pds/Pkt 279.885.374 26,24 369.645.239 30,31 132,07 4,07

3 4

5

Perkebunan Perhutanan : a. Non IHH b. IHH Pertambangan a. Non Migas b. Migas

24.032.934 86.112.411 16.282.690 69.829.721 603.919.760 3.897.965 600.021.247

22,67 37,93 14,98 59,03 54,64 24,93 55,07

59.678.622 79.928.271 56.662.140 23.266.131 377.228.264 22.645.922 354.582.342

35,97 27,36 34,96 17,90 30,58 96,65 29,30

248,32 92,82 347,99

33,32 62,46 580,97

59,09

13,3 -10,57

19,98 -41,13 -24,06 71,72 -25,77

Jumlah APBN 356.025.639 39,68 886.480.396 30,45 248,99 -9,23

*) Angka berdasarkan SE-31/PJ.6/1997

Bila dibandingkan dengan penerimaan tahun 1997/1998 periode yang sama, terlihat bahwa persentase pencapaian rencana penerimaan mengalami penurunan sebesar 9,23%. Hal itu disebabkan karena adanya perubahan jadwal dropping pembayaran sektor Pertambangan (Migas) dan adanya PP Nomor 51 Tahun 1998 tentang PSDH yang berkaitan dengan perubahan ketentuan pemungutan sektor Perhutanan (IHH). Namun demikian di luar sektor Pertambangan (Migas) dan Perhutanan (IHH) secara persentase pada umumnya mengalami peningkatan dibandingkan tahun 1997/1998.

III.

Peringkat persentase realisasi penerimaan sampai dengan Triwulan II 1998/1999 dapat disusun sebagai berikut : 1.

Susunan peringkat untuk sektor Pds dan Pkt a. Kanwil DJP

Peringkat tertinggi Peringkat terendah Peringkat Kanwil % Peringkat Kanwil %

1 2 3

XV VIII XIV

40,17 39,84 36,6

13 12 11

XI I II

19,35 19,51 19,8 b. KP.PBB

Peringkat tertinggi Peringkat terendah Peringkat KP.PBB % Peringkat KP.PBB %

1 2 3 4 5

Biak Pati

Tasikmalaya Garut Kupang

160,21 99,22 83,27 80,20 78,83

107 106 105 104 103

Meulaboh Rengat Pd.

Sidempuan Palembang Kisaran

5,06 6,12 10,23 10,36 12,19 c. Daerah Tingkat I

Peringkat tertinggi Peringkat terendah Peringkat Dati I % Peringkat Dati I %

1 2 3 4 5

NTT Irian Jaya Kal.

Tengah Jawa Tengah NTB

75,09 55,48 46,81 40,48 40,03

27 26 25 24 23

Timor- Timur Sumatera Selatan D.I. Aceh Sumatera Barat Kalimantan Selatan

14,79 15,48 15,63 16,56 19,13

d. Daerah Tingkat II

Peringkat tertinggi Peringkat terendah Peringkat Dati II % Peringkat Dati II %

(3)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Kb.

Nabire Kb.

Berau Kb.

Pati Kb.

Tim Teng Sel Kb.

Kulon Progo Kb.

Sumba Barat Kb.

Belu Kb.

Hal.

Tengah Kb.

Tim Teng Ut Kb.

Barito Utara

71,68 69,30 59,63 56,55 55,43 43,81 43,49 43,47 43,47 42,50

314 313 312 311 310 309 308 307 306 305

Kb. Paniai Kb.

Puncakjaya Kb.

Cilacap Kb. Ainaro Kb. Aceh Besar Kb.

Kovalima Kb.

Tapanuli Ut.

Kb.

Bengkulu Sel.

Kb. Aceh Barat Kb.

Manatuto 0,00 0,00 0,74 1,90 2,15 2,24 2,31 2,65 3,49 3,84

2. Susunan peringkat untuk rencana penerimaan APBN a. Kanwil DJP

Peringkat tertinggi Peringkat terendah Peringkat Kanwil % Peringkat Kanwil %

1 2 3

I XIII

VII 36,27 34,52 34,23

13 12 11

II XII

III

23,42 25,66 26,40 b. KP.PBB

Peringkat tertinggi Peringkat terendah Peringkat KP.PBB % Peringkat KP.PBB %

1 2 3 4 5

Tasikmalaya Biak Garut Sukabumi Gorontalo

63,88 55,90 54,64 51,95 50,93

107 106 105 104 103

Purwokerto Padang Ambon Ujung Pandang Palembang

19,95 20,45 21,08 21,63 21,64 c. Daerah Tingkat I

Peringkat tertinggi Peringkat terendah Peringkat Dati I % Peringkat Dati I %

1 2 3 4 5

Sulawesi Utara D.I.Aceh D.I.

Yogyakarta N.T.T.

Sumatera Utara

39,86 38,50 37,66 35,82 35,25

27 26 25 24 23

Sumatera Barat Riau Kal.

Selatan Kal.

Barat Sul.

Selatan 22,40 23,68 24,38 24,54 25,10

(4)

d. Daerah Tingkat II

Peringkat tertinggi Peringkat terendah Peringkat Dati II % Peringkat Dati II %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Kb. Kulon Progo Kb.

Puncakjaya Kb. Paniai Kb.

Purwakarta Kb. Nabire Kb. Ciamis Kb. Pati Kb.

Tasikmalaya Kb.

Sukabumi Km.

Jayapura

102,70 97,80 97,60 82,64 73,12 68,15 65,28 59,55 58,02 56,84

314 313 312 311 310 309 308 307 306 305

Kb.

Pangkap Km.

Padang Km.

Kediri Kb.

Lampung Sel Kb. Aceh Besar Kb. Agam Km.

Palembang Kb.

Maluku Tengah Kb.

Sijunjung Kb.

Sambas 16 16,51 17,16 17,78 17,98 18,33 18,84 19,22 19,87 20,15

3. Susunan peringkat untuk rencana penerimaan BPHTB a. Kanwil DJP

Peringkat tertinggi Peringkat terendah Peringkat Kanwil % Peringkat Kanwil %

1 2 3

III X XIV

101,70 72,02 35,04

13 12 11

XII XV XI

4,90 8,88 10,62 b. KP.PBB

Peringkat tertinggi Peringkat terendah Peringkat KP.PBB % Peringkat KP.PBB %

1 2 3 4 5

Singkawang Kupang Bandar Lampung Jember Sampit

339,39 309,89 210,80 170,87 163,34

107 106 105 104 103

Palopo Kotabumi Barabai Pare-pare Biak

0 0 0,13 0,14 0,19 c. Daerah Tingkat I

Peringkat tertinggi Peringkat terendah Peringkat Dati I % Peringkat Dati I %

1 2 3 4 5

Lampung N.T.T.

Jambi Bengkulu Kal.

Barat

174,55 162,39 109,22 85,68 83,28

27 26 25 24 23

Sul.

Tenggara Sul.

Selatan Maluku D.K.I.

Jakarta Irian Jaya

3,34 5,03 5,06 10,62 11,27

d. Daerah Tingkat II

Peringkat tertinggi

Peringkat Dati II %

(5)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Kb. Kota Wr.

Barat Km. Batam Kb. Sintang Kb. Sambas Km. Kupang Kb. Jember Kb. Blora Kb. Buleleng Km. Bd.

Lampung Km. Tegal

500 432,69 365,59 336,05 295,5 284,65

276,3 242 241,82 223,67

Adapun Dati II yang sama sekali belum ada realisasi penerimaan BPHTB-nya sampai dengan Triwulan II terdapat sebanyak 64 Dati II sebagaimana daftar terlampir

e. Dati II yang terdapat realisasi penerimaan BPHTB dengan rencana penerimaan BPHTB-nya sama dengan nol.

Peringkat tertinggi

Peringkat Dati II

Jumlah Realisasi

(ribuan rupiah) 1

2 3 4 5 6 7

Kb. Manggarai Kb. Kapuas Kb. Barito Selatan Kb. Belu Kb. Sangau Kb. Tim Teng Sel

Kb. Ende

4.477 1.750 1.616 732 500 275 115 IV.

Hal-hal yang perlu dilakukan untuk mengamankan rencana penerimaan tahun anggaran 1998/1999

a. Mengintensifkan pemungutan PBB dan tetap menjaga agar pelaksanaan masing-masing sektor sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah Daerah setempat dan instansi terkait guna optimalisasi penerimaan.

c. Melakukan pendekatan persuasif terhadap Wajib Pajak potensial yang belum melunasi PBB

d. Meningkatkan kualitas pelayanan, pengecekan kebenaran dan kelengkapan data, efektifitas pengawasan pembayaran.

e. Melakukan penagihan aktif secara selektif terhadap tunggakan tahun-tahun sebelumnya.

Demikian disampaikan untuk dipergunakan seperlunya.

A.n. DIREKTUR JENDERAL PAJAK

DIREKTUR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN ttd,

HASAN RACHMANY

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal PKP yang mengajukan permohonan pengembalian pendahuluan Pasal 9 ayat (4c) Undang-Undang PPN tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada huruf c maka

Dalam rangka restrukturisasi perusahaan, telah diterbitkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 180/KMK.04/1999 tanggal 27 Mei 1999 tentang Saat terutangnya Pajak Pertambahan Nilai

Sehubungan dengan beberapa ketentuan yang mengatur tentang penggunaan formulir-formulir ketetapan pajak, khususnya tentang PPh Final (SE-01/PJ.43/1998) tanggal 9 Januari 1998 dan

Untuk memperoleh fasilitas sebagaimana dimaksud pada butir 1 huruf a khusus pembelian dalam negeri atas barang modal dan peralatan lain, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, huruf g,

Untuk memperoleh fasilitas sebagaimana dimaksud pada angka II butir 1.c tentang kompensasi kerugian selama 10 (sepuluh) tahun, Wajib Pajak harus mengajukan permohonan tertulis

Penerapan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994 terhadap imbalan atas jasa yang

Terhadap penghasilan yang diterima atau diperoleh dari kegiatan usaha yang dilakukan oleh Wajib Pajak Badan dalam negeri di Celah Timor berupa Laba Usaha dikenakan pajak oleh

Penerapan Undang-undang Pajak Penghasilan 1984 terhadap imbalan atas jasa yang diberikan oleh orang pribadi subyek pajak Uzbekistan di Indonesia dalam rangka melakukan pekerjaan