• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS ISI LAMBUNG IKAN SELAIS DANAU (Ompok hypophthalmus, Bleeker 1846) DI SUNGAI TAPUNG HILIR PROVINSI RIAU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS ISI LAMBUNG IKAN SELAIS DANAU (Ompok hypophthalmus, Bleeker 1846) DI SUNGAI TAPUNG HILIR PROVINSI RIAU"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS ISI LAMBUNG IKAN SELAIS DANAU (Ompok hypophthalmus, Bleeker 1846)

DI SUNGAI TAPUNG HILIR PROVINSI RIAU

I.I. Saputra1, R. Elvyra2, Yusfiati2 One.me21@rocketmail.com. 1

Mahasiswa Program Studi S1 Biologi 2

Dosen Zoologi Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia

ABSTRACT

Study on gut content of selais danau fish (Ompok hypophthalmus) at three stations (Selembakan Palas, Flamboyan, Kota Garo) in Tapung Hilir river was conducted from November 2012 to January 2013. The objective of this study was to know about the kinds of selais danau fish food categorized as main food, supplement food and additional food in Tapung Hilir. The gut content was analized using the Index of Preponderance. The result revealed that the main food of selais Danau fish in Selembakan Palas station is Puntius sp (91%) and supplement food are Periplaneta sp (Arhtropoda) (4%), animal debris (3%) and the other Arhtropoda (3%). Selais danau fish in Flamboyan station eats Puntius sp (60%) as a main food, beside that it also eats Periplaneta sp (Arhtropoda) (24%) and animal debris (14%) as supplement food. As an additional food it eats the other Arthropoda (2%). In Kota Garo station the main food is Periplaneta sp (Arhtropoda) (59%), supplement food is

Puntius sp (37%) and additional food is animal debris (4%) and the other Arthropoda

(0,25%). Male fishes at three stations have Puntius sp as the main food, and the female eat

Puntius sp and Periplaneta sp as the main food. The different happens because of habitat

condition and energy demand that vary on male and female fishes.

Key word: gut content analysis, Ompok hypophthalmus, Tapung Hilir river.

ABSTRAK

Penelitian analisis isi lambung ikan selais danau (Ompok hypophthalmus) di tiga stasiun (Selembakan Palas, Flamboyan, Kota Garo) di Sungai Tapung telah dilakukan pada bulan November 2012 hingga Januari 2013. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui jenis-jenis makanan ikan selais meliputi makanan utama, makanan pelengkap dan makanan tambahan yang dimakan ikan selais di ketiga stasiun. Analisis yang digunakan berdasarkan petunjuk Natarjan dan Jhingran dalam Effendie (1979) yaitu dengan analisis Index of Preponderance (Indek Bagian Terbesar). Berdasarkan analisis tersebut makanan utama dan makanan

(2)

Arthropoda (3%) dan debris hewan (3%). Di stasiun Flamboyan memiliki makanan utama berupa Puntius sp (60%), makanan pelengkap berupa Periplaneta sp (24%) dan debris hewan (14%) dan makanan tambahan berupa Arthropoda (2%). Di stasiun Kota Garo memiliki makanan utama berupa Periplaneta sp (59%), makanan tambahan berupa ikan

Puntius sp (37%) dan makanan pelengkap berupa debris hewan (4%) dan Arthropoda

(0,25%). Ikan jantan dari ketiga stasiun memiliki makanan utama ikan Puntius sp dan ikan selais betina memiliki makanan utama berupa ikan Puntius sp dan Periplaneta sp. Perbedaan ini terjadi diduga karena kondisi habitat dan kebutuhan energi yang berbeda. Kata kunci: Analisis lambung, Ompok hypophthalmus, Sungai Tapung Hilir.

PENDAHULUAN

Ikan selais danau (Ompok hypophthalmus) adalah ikan yang sangat digemari dan mempunyai nilai ekonomis tinggi. Ikan selais dalam bentuk olahan menjadi ikan salai (ikan asap) merupakan favorit masyarakat, khususnya di Riau. Karena nilai ekonomi yang tinggi, maka tidak heran apabila ikan ini selalu ditangkap nelayan, tanpa memperdulikan apakah ikan tersebut sedang berada dalam musim pemijahan atau tidak. Akibatnya, populasi ikan ini semakin menurun dan terancam.

Berdasarkan kondisi diatas, perlu dilakukan usaha pelestarian ikan selais danau (O. hypophthalmus), Salah satu usaha pelestarian adalah dengan pembudidayaan. Aspek biologi yang diperlukan untuk menunjang usaha pembudidayaan adalah mengetahui makanan alami ikan tersebut. Makanan alami pada beberapa jenis ikan mempunyai perbedaan kebiasaan dan kesukaan pada habitat yang sama (Dolgov 2005). Makanan alami untuk kebutuhan ikan dalam suatu perairan banyak sekali ragamnya baik dari golongan hewan, tumbuhan dan organisme mati (Sjafei et al. 1989).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis makanan utama, makanan pelengkap dan makanan tambahan ikan selais danau (O. hypophthalmus) di Sungai Tapung Hilir dan perbedaan jenis makanan utama, pelengkap dan tambahan pada jenis kelamin ikan yang berbeda.

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada November 2012 sampai Januari 2013 dan tempat pengambilan sampel ikan selais danau (O. hypophthalmus) di ketiga stasiun (Selembakan Palas, Flamboyan dan Kota Garo) di Sungai Tapung Hilir.

Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan selais danau (O. hypophthalmus), formalin 4% untuk mengawetkan lambung ikan selais danau dan aquades untuk membantu dalam memisahkan jenis- jenis makanan yang terdapat di dalam lambung ikan selais yang telah di bedah. Alat-alat yang digunakan selama penelitian adalah

(3)

alat bedah, botol film, gelas ukur, timbangan O’haus, penggaris, mikroskop, nampan, bak parafin, cawan petri, pipet tetes, pinset, kamera dan alat tulis untuk mencatat selama penelitian.

Pengambilan sampel

Sampel ikan selais danau diperoleh dari hasil tangkapan nelayan di ketiga stasiun penelitian (Selembakan Palas, Flamboyan dan Kota Garo) di Sungai Tapung Hilir menggunakan alat tangkap jaring. Ikan selais danau dikumpulkan dari ketiga stasiun sebanyak 180 ekor yang terdiri dari ukuran kecil, sedang dan besar.

Pengukuran sampel

Ikan selais danau (O. hypophthalmus) yang diperoleh dibawa ke laboratorium. Ikan sampel diukur panjang total (PT) nya mulai ujung mulut sampai ujung sirip ekor dengan satuan milimeter (mm), diukur berat ikannya dengan satuan gram (g) dan ditentukan jenis kelaminnya. Pengambilan lambung ikan dilakukan dengan membedah bagian abdominal mulai dari anus ke arah vertebra hingga ke tulang operkulum. Analisis dilakukan dengan cara membedah lambung dan mengeluarkan isinya. Lambung dikeluarkan isinya lalu di identifikasi jenis dan jumlah makanan untuk di analisis. Isi lambung tersebut dikelompokkan berdasarkan jenis-jenisnya. Untuk mengukur volume makanan ikan dilakukan dengan metode volumetrik.

Metode volumetrik adalah pengukuran volume makanan yang terdapat dalam setiap saluran pencernaan ikan dengan lambung yang berisi makanan yang telah diikat dengan benang pada bagian anterior posterior. Lambung dimasukan kedalam gelas ukur yang berisi 20 ml aquades, kemudian dicatat pertambahan ukuran aquades dalam gelas ukur. Lambung dimasukan kedalam cawan petri lalu lambung di seksio dengan gunting bedah untuk mengeluarkan isi lambung. Lambung yang kosong dimasukan lagi kedalam gelas ukur yang 10 ml aquades. Dicatat pertambahan tinggi aquades tersebut. Hasil pengukuran volume lambung berisi dikurang dengan volume lambung kosong maka didapatlah volume makanan ikan. Lalu makanan ikan diencerkan menggunakan aquades 10 ml. Volume makanan sejenis dicari dengan cara memasukan sampel makanan sejenis kedalam 20 ml aquades lalu dilihat penambahan volumenya. Metode frekuensi kejadian yaitu dengan cara mencatat masing-masing jenis organisme yang terdapat di dalam tiap-tiap saluran pencernaan ikan yang berisi dan dinyatakan dalam persentase dari seluruh saluran pencernaan yang diteliti tetapi tidak termasuk saluran pencernaan yang tidak berisi (kosong).

Analisis Data

Untuk menganalisa jenis-jenis makanan yang dimakan oleh ikan selais yaitu dengan menggunakan Index of Preponderance atau indeks Bagian Terbesar yang dikemukakan oleh Natarjan dan Jhingran dalam Effendi (1979) dalam bentuk rumusan sebagai berikut :

(4)

Keterangan :

IP = Index of Preponderance atau Indeks Bagian Terbesar Vi = Persentase volume satu jenis makanan

Oi = Persentase frekuensi kejadian satu jenis makanan ∑Vi×Oi= Jumlah Vi × Oi dari semua jenis makanan

Persentase volume dinyatakan dengan cara menghitung volume makanan sejenis per volume makanan seluruhnya dengan rumus :

ࢂ࢏=܄ܗܔܝܕ ܍ܕ ܉ܓ܉ܖ܉ܖ ܛ܍ܒ܍ܖܑܛ܄ܗܔܝܕ ܍ܛ܍ܔܝܚܝܐ ܒ܍ܖܑܛ × ૚૙૙ %

Untuk persentase frekuensi kejadian dinyatakan dengan cara menghitung jumlah lambung yang berisi makanan sejenis perjumlah lambung yang berisi seluruhnya dengan rumus :

ࡻ࢏=۸ܝܕ ܔ܉ܐ ܔ܉ܕ ܊ܝܖ܏ܡ܉ܖ܏܊܍ܚܑܛܑܛ܉ܜܝ ܒ܍ܖܑܛܕ ܉ܓ܉ܖ܉ܖ۸ܝܕ ܔ܉ܐ ܛ܍ܔܝܚܝܐ ܔ܉ܕ ܊ܝܖ܏ܡ܉ܖ܏܊܍ܚܑܛܑܕ ܉ܓ܉ܖ܉ܖ × ૚૙૙ % dengan ketentuan :

IP > 40 % Sebagai makanan utama IP 4-40 % Sebagai makanan pelengkap IP < 4 % Sebagai makanan tambahan

Pengelompokan ikan berdasarkan kelas ukuran panjang tubuh bertujuan untuk mengetahui IP makanan ikan selais danau (O. hypophthalmus) mulai dari ukuran terkecil yang diperoleh hingga ukuran terbesar, sehingga diketahui apakah ada perbedaan isi lambung ikan berdasarkan ukuran tubuhnya. Pengelompokan sesuai dengan Sudjana (1986) yaitu :

1. Tentukan jumlah ikan yang diteliti misalkan dalam penelitian ini ada 180 ekor ikan selais, berarti banyaknya data (n) ada 180

2. Tentukan panjang tertinggi dan terendah

3. Tentukan rentang data terbesar dikurang data terkecil 4. Tentukan banyak kelas interval

5. Banyak kelas interval : 1+(3,3) log n

6. Tentukan panjang kelas (P) : rentang / banyak kelas

7. Dari banyaknya kelas yang didapatkan, dibagi menjadi 3 kelompok ukuran tubuh yaitu kelompok ukuran tubuh kecil, sedang dan besar.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Biologi Ikan Selais Danau (Ompok hypophthalmus)

Didalam penelitian ini digunakan sampel ikan selais danau (O. hypophthalmus) sebanyak 180 ekor, dimana pada umumya ditemui panjang ikan selais pada ketiga stasiun

(5)

yaitu panjang totalnya (PT) 170 mm- 266 mm dari ketiga stasiun. Ikan selais danau dikelompokan dalam 3 kelompok ukuran tubuh (besar, sedang, kecil), kelompok ukuran panjang tubuh ikan selais di ketiga stasiun dapat dilihat pada (Gambar 1).

(a)

(b)

(c)

Gambar 1 Diagram batang kelompok ukuran tubuh ikan selais danau (Ompok hypophthalmus) di Tapung Hilir. (a) kelompok ukuran tubuh ikan selais di stasiun Selembakan Palas. (b) Kelompok ukuran tubuh ikan selais di stasiun Flamboyan. (c) Kelompok ukuran tubuh ikan selais di stasiun Kota Garo.

Gambar 1 dapat memperlihatkan bahwa di stasiun Selembakan Palas kelompok ukuran 195 mm – 230 mm yaitu sebanyak 36 ekor dari 60 ekor ikan selais, diikuti dengan kelompok ukuran panjang tubuh ikan 230 mm – 242 mm sebanyak 15 ekor. Sedangkan untuk kelompok ukuran tubuh ikan yang 243 mm – 278 mm terdapat 9 ekor dari 60 ekor ikan selais yang diambil. Pada stasiun Flamboyan dapat dilihat kelompok ukuran ikan selais 170 mm – 217 mm yang banyak didapat di stasiun Flamboyan yaitu 35 ekor dari 60

36 15 9 0 20 40 ju m la h ik a n

kelompok ukuran tubuh ikan (mm)

Kelompok ukuran ikan selais danau Ompok hypophthalmus di stasiun Selembakan Palas 35 15 10 0 20 40 ju m la h ik a n

Kelompok ukuran tubuh ikan

kelompok ukuran ikan selais danau Ompok hypophthalmus di stasiun Flamboyan 30 15 15 0 20 40 ju m la h ik a n

Kelompok ukuran tubuh ikan

Kelompok ukuran ikan selais danau Ompok hypophthalmus di stasiun Kota Garo

(6)

ekor ikan selais yang diambil. Kelompok ukuran tubuh 218 mm – 233 mm yaitu 15 ekor dari 60 ekor sedangkan kelompok ukuran tubuh 234 mm – 281 mm yang didapat adalah 10 ekor. Pada stasiun Kota Garo terdapat ikan selais danau (O. hypophthalmus) dengan ukuran panjang tubuh 170 mm – 208 mm (kecil) yaitu 30 ekor sedangkan untuk ukuran 209 mm – 221 mm (sedang) yaitu 15 ekor dari 60 sampel ikan selais yang diambil di stasiun Kota Garo dan ikan selais dengan ukuran 222 mm – 260 mm (besar) ditemui 15 ekor dari 60 ekor ikan selais. Elvyra (2009) mengemukakan ikan selais danau yang terdapat di Sungai Kampar memiliki kisaran panjang 80-310 mm untuk yang jantan sedangkan betina 91— 300 mm. Tan & Ng (2000) juga banyak mendapatkan ikan selais danau yang berukuran 196 mm di Sungai Batang Hari dan di Kalimatan Tengah ditemui ikan selais yang berukuran 76 mm oleh Ng (2003).

Komposisi Makanan Ikan Selais Danau (Ompok hypophthalmus)

Handayani et al. (2009) mengemukakan hasil analisis materi makanan yang terdapat di lambung ikan selais danau (O. hypophthalmus) di perairan Danau Batu dan Danau Tenang memperlihatkan makanannya terdiri dari berbagai jenis organisme seperti serangga dewasa, larva serangga, ikan, detritus, dan beberapa material yang tak teridentifikasi atau yang disebut unidentified. Hasil penelitian menunjukan komposisi makanan diketiga stasiun sama, komposisi makanan yang ditemui didalam lambung ikan selais diketiga stasiun dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi makanan yang ditemui didalam lambung ikan Selais danau (Ompok hypophthalmus) di ketiga stasiun

No Kelompok makanan Komposisi makanan

1 Ikan Puntius sp Ikan-ikan kecil utuh dan potongan- ikan yang masih jelas bentuknya.

2 Periplaneta sp (Arthropoda) Lipas dan potongan – potongan lipas.

3 Arthropoda lainnya Potongan – potongan dari serangga.

4 Debris hewan Sisa – sisa makanan berupa potongan –

potongan hewan.

Pada Tabel 1 terlihat hasil komposisi makanan diketiga stasiun ditemui 4 kelompok jenis makanan, semuanya termasuk hewan, yaitu ikan Puntius sp, Periplaneta sp (Arthropoda), Arthropoda lainnya dan debris hewan. Ikan selais bersifat karnivora, adapun ciri – ciri ikan karnivora yaitu memiliki panjang usus yang lebih pendek dari tubuh ikan tersebut, yaitu contohnya seperti penelitian ini ikan selais jantan mempunyai panjang usus

(7)

180 mm dengan ukuran tubuh ikan 267 mm. Ikan ini lebih senang bergerombol dari pada sendiri - sendiri. Jenis ikan yang disukai ikan selais untuk dikonsumsi adalah ikan motan (Thynichtys sp), kapiek (Puntius

Ikan selais juga pemakan udang (

(Chironomidae) serta detritus (Alawi 1994).

Nilai Index of Preponderance (Ompok hypophthalmus) Di Sungai

Rumus nilai (IP) atau

digunakan dalam menghitung atau mengetahui persentase jumlah makanan terbesar dalam lambung ikan (Nikolsky, 1963).

stasiun (Selembakan Palas = 128 ml, Flamboyan besar dibandingkan dengan jenis makanan = 15,5 ml, Flamboyan = 27 ml

Nilai (IP) ikan selais diketiga stasiun penelitian dapat dilihat pada Gambar

(a)

Ikan Puntius sp Periplaneta sp Arthropoda

Gambar 2. Diagram lingkaran nilai

hypophthalmus) di Sungai Tapung Hilir. (a) Nilai IP di stasiun Selembakan Palas. (b) Nilai IP

di stasiun Flamboyan. (c) Nilai IP di stasiun Kota Ga

Nilai IP terbesar dikedua stasiun terdapat pada kelompok makanan (Selembakan Palas = 91%; Flamboyan=

menjadi nilai IP terbesar di Kota Garo dengan

utama ikan selais di ketiga stasiun tersebut. Makanan pelengkap yang terdapat di kedua stasiun yaitu Flamboyan (Periplaneta

Kota Garo (Puntius sp = 37%) Sedangkan untuk makanan tambahan (Periplaneta sp = 3%; Arthropoda

1,88%) dan Kota Garo (debris hewan

91% 3%

3% 3%

180 mm dengan ukuran tubuh ikan 267 mm. Ikan ini lebih senang bergerombol dari pada sendiri. Jenis ikan yang disukai ikan selais untuk dikonsumsi adalah ikan motan

Puntius sp), tawes (Osteichilus sp) dan ikan baung

Ikan selais juga pemakan udang (Macrobranchium sp), lipas air (Salidae) dan cacing air serta detritus (Alawi 1994).

Index of Preponderance (Indeks Bagian Terbesar) Ikan Selais Danau

Sungai Tapung Hilir

(IP) atau Indeks Bagian Terbesar merupakan suatu rumus yang digunakan dalam menghitung atau mengetahui persentase jumlah makanan terbesar dalam

1963). Volume total dari kelompok makanan Puntius stasiun (Selembakan Palas = 128 ml, Flamboyan = 44,2 ml dan Kota Garo = 4

besar dibandingkan dengan jenis makanan Periplaneta sp (Arthropoda) (Selembakan Palas ml dan Kota Garo = 42,1 ml).

an selais diketiga stasiun penelitian dapat dilihat pada Gambar

(b) (c)

Ikan Puntius sp Periplaneta sp Arthropoda Debris hewan

Diagram lingkaran nilai Index of Preponderance makanan ikan selais danau ( di Sungai Tapung Hilir. (a) Nilai IP di stasiun Selembakan Palas. (b) Nilai IP di stasiun Flamboyan. (c) Nilai IP di stasiun Kota Garo.

Nilai IP terbesar dikedua stasiun terdapat pada kelompok makanan Puntius %; Flamboyan= 60%) dan kelompok makanan Periplaneta menjadi nilai IP terbesar di Kota Garo dengan nilai 59% yang mana menjadi makanan

selais di ketiga stasiun tersebut. Makanan pelengkap yang terdapat di kedua

Periplaneta sp (Arthropoda) = 24% dan debris hewan

= 37%) Sedangkan untuk makanan tambahan di Selembakan Palas = 3%; Arthropoda = 3%; debris hewan = 3%), di Flamboyan (Arthropoda %) dan Kota Garo (debris hewan = 4%; Arthropoda = 0,25%).

60% 24% 2% 14% 37% 59% 0,25 % 4%

180 mm dengan ukuran tubuh ikan 267 mm. Ikan ini lebih senang bergerombol dari pada sendiri. Jenis ikan yang disukai ikan selais untuk dikonsumsi adalah ikan motan baung (Siluridae). sp), lipas air (Salidae) dan cacing air

Danau

erbesar merupakan suatu rumus yang digunakan dalam menghitung atau mengetahui persentase jumlah makanan terbesar dalam

Puntius sp diketiga

= 44,2 ml dan Kota Garo = 41,5 ml) lebih (Selembakan Palas an selais diketiga stasiun penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

makanan ikan selais danau (Ompok di Sungai Tapung Hilir. (a) Nilai IP di stasiun Selembakan Palas. (b) Nilai IP

Puntius sp yaitu Periplaneta sp

% yang mana menjadi makanan selais di ketiga stasiun tersebut. Makanan pelengkap yang terdapat di kedua % dan debris hewan = 14%) dan Selembakan Palas Flamboyan (Arthropoda

(8)

Nilai Index of Preponderance

Ikan Selais Danau (Ompok hypophthalmus

Welcomme (1979) mengemukakan

laku dari masing-masing ikan untuk mempertahankan hidupnya. Pada ikan lais danau betina memiliki pola tingkah laku yang lebih agresif di dalam air di setiap bulannya untuk mencari makan dibandingkan dengan ikan lais danau jantan

danau jantan dan betina dapat dilihat pada Gambar

Gambar 3. Diagram lingkaran nilai

dengan perbedaan jenis kelamin, (I) Selembkan Palas, (II) Flamboyan dan (III) Kota Garo. Nilai IP diketiga stasiun tertinggi pada ikan selais

Palas = 73%; Flamboyan = 7

diketiga stasiun yaitu (Selembakan Palas

hal ini menunjukan ketersediaan jenis makanan ikan

Kota Garo menurun. Sehingga ikan betina menjadikan makanan utamanya

pada stasiun Kota Garo. Makanan pelengkap pada ikan jantan diketiga stasiun penelitian (Selembakan Palas = 21%; Flamboyan

21% 4% jantan 14% 1% 13% Jantan 27% 0% Jantan

Index of Preponderance (Indeks Bagian Terbesar) Berdasarkan J hypophthalmus)

mengemukakan adanya perbedaan pola kebiasaan atau tingkah masing ikan untuk mempertahankan hidupnya. Pada ikan lais danau betina memiliki pola tingkah laku yang lebih agresif di dalam air di setiap bulannya untuk akan dibandingkan dengan ikan lais danau jantan. Untuk nilai (IP) ikan selais jantan dan betina dapat dilihat pada Gambar 4.

I

II

III

Diagram lingkaran nilai Index of Preponderance makanan ikan selais danau (O.

dengan perbedaan jenis kelamin, (I) Selembkan Palas, (II) Flamboyan dan (III) Kota Garo. Nilai IP diketiga stasiun tertinggi pada ikan selais danau jantan yaitu (Selembakan

= 71%; Kota Garo = 68%). Nilai IP ikan selais diketiga stasiun yaitu (Selembakan Palas = 96%; Flamboyan = 44%; Kota Garo

hal ini menunjukan ketersediaan jenis makanan ikan Puntius sp di stasiun Flamboyan dan Kota Garo menurun. Sehingga ikan betina menjadikan makanan utamanya Periplaneta

Makanan pelengkap pada ikan jantan diketiga stasiun penelitian 21%; Flamboyan = 14%; Kota Garo = 27%) merupakan

73% 2% jantan 96% 1% 2% 1% Betina 71% Jantan 44% 27% 4% 24% Betina 68% 4% Jantan 52% 29% 1% 18% Betina Jenis Kelamin

adanya perbedaan pola kebiasaan atau tingkah masing ikan untuk mempertahankan hidupnya. Pada ikan lais danau betina memiliki pola tingkah laku yang lebih agresif di dalam air di setiap bulannya untuk (IP) ikan selais

O. hypophthalmus)

dengan perbedaan jenis kelamin, (I) Selembkan Palas, (II) Flamboyan dan (III) Kota Garo. jantan yaitu (Selembakan %). Nilai IP ikan selais danau betina %; Kota Garo = 52%), sp di stasiun Flamboyan dan

Periplaneta sp

Makanan pelengkap pada ikan jantan diketiga stasiun penelitian %) merupakan Periplaneta

(9)

sp (Arthropoda) sedangkan makanan tambahan diketiga stasiun penelitian (Selembakan Palas = 4%; Flamboyan = 1%; Kota Garo = 0%) berupa Arthropoda lainnya dan debris hewan. Makanan pelengkap ikan selais danau betina diketiga stasiun penelitian (Selembakan Palas = 1%; Flamboyan = 27%; Kota Garo = 29%) berupa Periplaneta sp (Arthropoda) dan Puntius sp.

Perbedaan volume makanan pada ikan selais jantan dan betina diduga karena kebutuhan energi yang berbeda, ikan selais betina lebih banyak membutuhkan energi karena untuk proses vitellogenesis sedangkan jantan hanya untuk pengembangan gonad. Seperti yang dikemukakan Welcomme (1979) ikan betina memiliki kecendrungan memerlukan energi yang lebih besar dibandingkan ikan jantan disebabkan hasil metabolisme tertuju kepada proses vitellogenesis atau pengendapan kuning telur hingga siap untuk memijah. Sehingga ikan selais betina lebih banyak makan dengan volume yang relatif besar dibandingkan dengan ikan selais jantan yang terdapat diketiga stasiun.

KESIMPULAN DAN SARAN

Komposisi makanan ikan selais danau (Ompok hypophthalmus) yang terdapat di diketiga stasiun penelitian ditemui sama yaitu ikan kapiek Puntius sp, Periplaneta sp

(Arthropoda), Arthropoda lainnya dan debris hewan. Ikan selais danau (O. hypophthalmus)

di stasiun Selembakan Palas memiliki makanan utama yaitu (Puntius sp) dan makanan tambahannya yaitu Periplaneta sp (Arthropoda), Arthropoda lainnya dan debris hewan. Pada stasiun Flamboyan ditemui makanan utama ikan selais danau (O. hypophthalmus) berupa (Puntius sp), makanan pelengkapnya yaitu Periplaneta sp (Arthropoda) dan debris hewan sedangkan makanan tambahannya berupa Arthropoda lainnya. Pada stasiun Kota Garo yang menjadi makanan utama ikan selais yaitu Periplaneta sp (Arthropoda), makanan pelengkapnya yaitu Puntius sp dan makanan tambahannya yaitu debris hewan. Perbedaan volume makanan pada ikan selais jantan dan betina diduga karena kebutuhan energy yang berbeda.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Proyek Peningkatan Penelitian Pendidikan Tinggi, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, yang telah mendanai penelitian ini melalui Hibah Penelitian Fundamental Tahun Anggaran 2012-2013 a/n Dr. Roza Elvyra, M. Si dan Yusfiati, M. Si.

DAFTAR PUSTAKA

Alawi, H. 1994. Pengelolaan Balai Benih Ikan. Laboratorium Pengembangbiakan Ikan. Jurusan manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas perikanan dan Ilmu kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru.

(10)

Dolgov, A.V. 2005. Feeding and food comsumption by the Barents Sea Skate. J. of

Nortwest Atlantic Fish. Sci. 35 (34): 17-21.

Effendie, M. I. 1997. Biologi perkanan. Yayasan Pustaka nusantara. Yogyakarta.

Elvyra R. 2009. Kajian Keragaman Genetik Dan Biologi Reproduksi Ikan Lais Di Sungai

Kampar Riau. IPB.

Handayani T, Bukhar. T dan Najamudin A. 2009. Aspek Biologis Ikan Lais/sheatfishes ( Siluridae ) Di Danau Batu Dan Danau Tehang, jurnal of tropical Fisheries. 3 (2): 35 – 46.

Ng H.H. 2003. A review of the ompok hypophthalmus group of silurid catfishes with the description of a new spesies from South-East Asia. Journal of Fish Biology 62: 1296-1311.

Nikolsky, G.V. 1963. The Ecology of Fishes: Academic Press. New York.

Sjafei, D.S. Robiyani. 2001. Kebiasaan Makanan dan Faktor Kondisi Ikan Kurisi (Nemipterus tambuloides Blkr) di perairan Teluk Labunan, Banten. Jurnal

Ikhtiologi Indonesia. 1 (1): 7-11.

Sudjana, M.A. 1989. Metode statistic. Tarsito. Bandung.

Tan THT, and Ng H. 2000.The Catfishes (Teleoitei : Siluriformes) of Central Sumatra,

Journal Of Natural History 34; 267-303.

Welcome R.L.1979. Fisheries ecology of floodplain rivers. Longman Group Limited London.

Gambar

Gambar 1 Diagram batang kelompok ukuran tubuh ikan selais danau (Ompok hypophthalmus) di Tapung Hilir
Gambar 3. Diagram lingkaran nilai

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang dilakukan dalam kegiatan sosialisasi ini yaitu demonstrasi pembuatan nuget lele dari awal hingga akhir, demonstrasi fillet daging ikan lele, dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan lama waktu kejutan suhu dingin memberikan hasil yang nyata ter- hadap pembentukan individu triploid pa- da ikan patin

Ekosistem mangrove memiliki manfaat yang sangat besar bagi masyarakat, khususnya masyarakat yang tinggal di pesisir. Permasalahan yang dihadapi saat ini dalam pengelolaan hutan

Untuk melakukan analisis kontruksi pohon filogenetik pada penelitian ini, ditentukan outgroup yang berada pada level yang berbeda dengan seluruh sekuens yang dibandingkan, yaitu

Akan tetapi, masyarakat setempat belum memaknai secara mendalam nilainilai pendidikan karakter tersebut, sebab menurut mereka tradisi tersebut adalah warisan dari leluhur yang

Hasil kunjungan kelokasi kebun mitra kelompok tani terlihat bahwa, kebun kopi sudah mulai dibersihkan dari tanaman gulma dan semak yang dapat menganggu pertumbuhan tanaman

Serasi dengan keputusan dalam jangka panjang, penemuan kajian ini mencadangkan bahawa dalam jangka pendek kemiskinan memberi kesan positif terhadap kadar jenayah,

Untuk memperjelas peningkatan siklus I maka peneliti dapat menjelaskan selisih perolehan persentase tersebut seperti peseta didik yang mengajukan pertanyaan pada base line