• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan keuangan desa merupakan keseluruhan kegiatan yang meliputi:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan keuangan desa merupakan keseluruhan kegiatan yang meliputi:"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pengelolaan keuangan desa merupakan keseluruhan kegiatan yang meliputi: Perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban terhadap pelaporan pengelolaan keuangan pada desa tersebut. Pelaksanaan pengelolaan keuangan desa dilakukan pencatatan dengan menggunakan metodecash basis. Cash basis dalam pengelolaan keuangan desa merupakan sebuah pencatatan transaksi pada saat kas masuk atau keluar dari rekening kas desa tersebut. Pencatatan dilakukan ketika terjadi sebuah transaksi dimana uang sudah benar-benar diterima atau bahkan sudah dikeluarkan. Dalam penerapan pengelolaan keuangan desa maka diperlukan sebuah sistem pemerintahan atau tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).

Pengelolaan keuangan desa memiliki sebuah siklus yang mencakup terkait pelaksanaan dan wewenang yang dimiliki oleh perangkat desa. Dalam hal ini perangkat desa dituntut untuk dapat memahami dan mengelola keuangan desa sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pemberian dana yang besar kepada desa untuk kemudian dikelola, tentu menuntut tanggungjawab yang besar pula oleh perangkat desa setempat. Aparat pemerintahan atau perangkat desa harus menerapkan prinsip akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan desa. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan desa yang baik. Salah satu wujud mengatur tata kelola desa yang baik dengan melakukan pemerataan pembangunan yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan kesenjangan antar wilayah dan kemiskinan.

(2)

Pemerintah desa dalam hal ini diharapkan mampu untuk memberikan pelayanan, pembinaan, dan pemberdayaan yang secara langsung dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. Pernyataan ini selaras dengan Undang-undang tentang Desa yang membahas terkait peningkatan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya keuangan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat (Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, 2014)

Secara khusus desa merupakan salah satu tombak pemerintahan dalam hal pelayanan publik. Desentralisasi kewenangan yang besar dan diikuti dengan pemberian sarana dan prasarana yang memadai, maka akan diperlukan untuk penguatan otonomi desa menuju kemandirian desa (Indrianasari, 2017). Pemberian hak otonom kepada desa diharapkan mampu mewujudkan kemandirian desa dalam hal mengelola keuangan desa secara mandiri, baik dalam aspek pengelolaan pendapatan ataupun terkait dengan pengelolaan belanja anggaran (Nafidah & Anisa, 2017).

Bentuk perhatian pemerintah daerah kepada desa salah satunya dengan memberikan bantuan atau anggaran untuk melakukan pembangunan pada desa tersebut agar tidak terjadi kesenjangan. Setiap bantuan yang diberikan oleh pemerintah kepada desa, mewajibkan perangkat desa untuk membuat laporan terkait pengelolaan keuangan pada desa. Pengelolaan keuangan harus didasari dengan adanya pertanggungjawaban dari perangkat desa. Pertanggungjawaban atau akuntabilitas ini harus dipenuhi oleh perangkat desa. Prinsip pertanggung-jawaban menimbulkan dampak yang cukup luas untuk kemajuan atau perkembangan suatu desa. Dampak yang diakibatkan oleh perangkat desa yang tidak akuntabel adalah penyelewengan pengelolaan dana desa, dan selanjutnya akan berdampak pada penyaluran dana desa periode selanjutnya (Supriadi, 2015).

(3)

Setiap hal yang terkait dengan keuangan desa diperlukan penyusunan laporan realisasi pelaksanaan dari APBDes dan pembuatan sebuah laporan pertanggungjawaban terkait dengan pelaksanaan APBDes. Laporan pertanggung-jawaban ini dibuat oleh perangkat desa berdasarkan siklus pengelolaan keuangan desa. Peran dan tanggung jawab ini belum diimbangi dengan sumberdaya manusia yang mumpuni. Maka dari itu pemerintah masih ikut andil dalam memberikan pendampingan terhadap siklus pengelolaan keuangan desa tersebut yang mencakup: perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban.Berdasarkan (Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Keuangan Desa, 2018)dikatakan bahwa APBDes merupakan dasar pengelolaan keuangan desa dalam kurun waktu 1 tahun anggaran mulai tanggal 1 Januari sampai 31 Desember.

Perangkat desa dalam ketentuannya diwajibkan menerapkan sistem akuntabilitas dalam melakukan pelaporan pengelolaan keuangan desa. Akuntabilitas merupakan salah satu hal yang harus dipenuhi oleh keseluruhan perangkat desa. Akuntabilitas dapat dilihat dari ketepatan waktu sekaligus terpenuhinya kewajiban perangkat desa dalam hal penyajian dan pelaporan yang terkait dengan administrasi keuangan. Terdapat empat prinsip yang membuat tata kelola pemerintahan menjadi baik yaitu prinsip trasparansi, akuntabilitas, responsive, dan yang terakhir adalah partisipasi(Sayuti et al., 2018).

Kurangnya kemampuan sumber daya manusia dan lemahnya akuntabilitas perangkat desa dalam pengelolaan keuangan desa dapat mengakibatkan potensi penyimpangan dalam pengelolaan keuangan. Penyimpangan ini terbukti ketika

(4)

terdapat beberapa kepala desa yang terlibat dalam kasus korupsi dan melakukan kesalahan administrasi sehingga para perangkat desa ini terlibat pada. Kasus yang menjerat Kepala Desa di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2017-2019 terdiri dari berbagai macam motif. Selain itu tindakan penyalahgunaan wewenang ini dilakukan dengan pemanfaatan sumber dana yang diberikan dari pemerintah kepada desa. Sumber dana yang dimaksud adalah APBDes, Alokasi Dana Desa (ADD), Dana Desa (DD)dan lain sebagainya.

Berikut adalah contoh penyalahgunaan wewenang terkait dengan pengelolaan keuangan desa yang menjerat kepala desa di beberapa daerah diantaranya: Kades Sumberingin Kabupaten Tulungagung penyalahgunaan wewenang DD dan ADD tahun 2015 dan 2016, di Kabupaten Mojokerto kades Kepuhanyar penyalahgunaan wewenang DD tahun 2016. Permasalahan penyelewengan terkait sumber dana desa initidak hanya dikarenakan untuk keperluan pribadi, melainkan kasus ini juga disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah permasalahan administrasi yang tidak lengkap, penggunaan anggaran tidak sesuai dengan perencanaan, dan selain itu anggaran digunakan diwaktu yang salah. Hal ini dapat mengakibatkan para perangkat desa terjerat oleh kasus tersebut. Dalam kasus ini perangkat desa dan kepala desa dituntut harus teliti terkait permasalahan administrasi, selain itu perangkat desa juga harus memenuhi segala prosedur yang terdapat didalam undang-undang tentang pengelolaan keuangan desa.

Penelitian yang membahas terkait dengan akuntabilitas perangkat desa dalam pengelolaan keuangan desa menunjukkan hasil yang beragam. Penelitian dari Sumiati

(5)

(2015) mengatakan bahwa pengelolaan alokasi dana desa pada Desa Ngatabaru masih belum optimal, dikarenakan faktor sumberdaya manusia masih kurang memadai sehingga mempengaruhi pelaksanaan pengelolaan alokasi dana desa. Selain itu faktor sumber daya manusia sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan administrasi perencanaan sekaligus berpengaruh juga terhadap pelaksanaan program-program kegiatan. Penelitian berikutnya dari Hanifah (2015) mengatakan bahwa pengelolaan keuangan di Desa Kepatihan jika dilihat dari pelaporan pertanggungjawab APBDes sudah menunjukkan hasil yang transparan dan akuntabel. Pengelolaan keuangan di desa tersebut digunakan untuk meningkatkan pelayanan sekaligus di maanfaatkan untuk pemberdayaan masyarakat sekitar. Selanjutnya penelitan Indrianasari (2017) mengatakan bahwa perangkat desa sangat berperan dalam pengelolaan keuangan desa, selain itu perangkat desa bertanggung jawab atas laporan realisasi anggaran pendapatan dan belanja desa.

Maraknya pembahasan mengenai pengelolaan keuangan desa terutama mengenai kurangnya pengetahuan sumberdaya manusia yang menjadi penghambat dalam pengelolaan keuangan desa sangat menarik untuk dibahas lebih dalam. Untuk lebih lanjut peneliti melakukan penelitian di Desa Bumiaji Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Desa ini menjadi salah satu obyek yang menarik untuk diteliti karena di Desa Bumiaji mendapatkan APBDes yang cukup besar yaitu sebesar Rp.5.071.889.018,- karena anggaran yang diperoleh cukup besar maka diperlukan perangkat desa yang mumpuni untuk mengelola anggaran tersebut.

Pemerintah Desa Bumiaji masih mengalami beberapa kendala dalam melaksanakan pengelolaan keuangan desa. Permasalahan yang dihadapi oleh

(6)

pemerintah Desa Bumiaji terkait dengan kapasitas sumberdaya manusia atau perangkat desa yang dapat mempengaruhi pengelolaan keuangan pada desa tersebut. Perangkat desa dituntut harus menyelesaikan laporan dalam kurun waktu satu tahun, hal ini menjadi beban tersendiri bagi perangkat desa terutama bagi kaur keuangan. Sistem Keuangan Desa (SISKUEDES) terkadang menjadi penghambat dalam melakukan pelaporan pengelolaan keuangan desa, hal ini dikarenakan sistem ini masih meiliki keterbatasan dan kurang siap digunakan dalam pengelolaan keuangan desa. Faktor lain yang sangat mempengaruhi pengelolaan keuangan desa adalah adanya perubahan regulasi. Pekasanaan pengelolaan keuangan desa tidak hanya terkait dengan tanggungjawab melainkan harus mengikuti perkembangan regulasi. Pengelolaan keuangan desa saat ini mengalami perubahan dimana sebelumnya diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 diubah menjadi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018.

Berdasarkan pemaparan diatastentu sangatmenarik untuk dibahas lebih dalam mengenai apa yang menjadi permasalahan utama didalam pengelolaan keuangan desa, bernarkah terkait dengan sumberdaya perangkat desa dan tanggungjawabnya atau terkait dengan regulasi dan sistem pelaporan. Untuk lebih lanjut peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Akuntabilitas Perangkat Desa Dalam Pengelolaan Keuangan Desa (Studi kasus pada Desa Bumiaji, Kecamatan Bumiaji Kota Batu).

(7)

B. Perumusan Masalah

Keberhasilan pengelolaan keuangan desa masih sangat tergantung pada faktor kesiapan perangkat desa. Perangkat desa merupakan ujung tombak pelaksanaan pengelolaan keuangan dilapangan, maka dari itu perlu sistem pertanggungjawaban yang dapat memenuhi prinsip akuntabilitas dari perangkat desa tersebut. Bertitik tolak dari uraian serta penjabaran latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana akuntabilitas perangkat desa dalam pengelolaan keuangan desa? (Studi Kasus Desa Bumiaji Kecamatan Bumiaji Kota Batu)

2. Bagaimana pengelolaan keuangan desa yang dikaji dari aspek perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban? (Studi Kasus Desa Bumiaji Kecamatan Bumiaji Kota Batu?)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, selanjutnya dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis akuntabilitas perangkat desa dalam pengelolaan keuangan desa (Studi Kasus Desa Bumiaji Kecamatan Bumiaji Kota Batu)

2. Untuk mengkaji lebih dalam terkait pengelolaan keuangan desa yang dikaji dari siklus pengelolaan keuangan desa yang meliputi aspek perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban (Studi Kasus Desa Bumiaji Kecamatan Bumiaji Kota Batu)

(8)

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini dapat disimpulkan menjadi 2 bagian, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat dari penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu acuan untuk penelitian berikutnya, khususnya terkait dengan akuntabilitas perangkat desa dalam pengelolaan keuangan desa

2. Penelitian ini diharapkan memiliki kontribusi bagi perkembangan konsep terkait akuntabilitas perangkat desa dalam pengelolaan keuangan desa b. Manfaat Praktis

1. Bagi pemerintah desa, hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi dan digunakan sebagai evaluasi untuk peningkatan tata kelola pengelolaan keuangan desa

2. Bagi peneliti, hasil penelitian ini digunakan untuk mengukur kemampuan dari peneliti dalam menerapkan konsep ilmu dari akuntansi sektor publik

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan galur kedelai tahan sebagai sumber belajar dapat memberikan informasi dan pengalaman langsung dengan mempelajari dan mengamati daun galur kedelai melalui

Teknik wawancara ini digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini untuk mendapatkan informasi dari guru mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 26 Bandung tentang kesulitan

Pernyataan yang secara luas menggambarkan pencapaian karir dan professional yang disiapkan oleh program studi untuk dicapai oleh lulusannya dalam beberapa tahun. pertama

Hari ke-11 itu dipilih berdasarkan perhitungan bahwa pada hari tersebut semua sapi, baik yang menjadi estrus atau tidak menjadi estrus akibat dari penyuntikan yang

Hasil analisis dari penelitian ini menunjukan bahwa regresi pengaruh antara sinetron terhadap konsumsi barang ( Fashion ) pada masyarakat muslim di Kelurahan Amparita,

Limbah kertas yang digunakan umumnya dalam bentuk bubur kertas ( pulp ). Mohammed, 2009), papercrete ini memiliki sifat sebagai isolasi yang cukup baik sehingga lebih

Keputusan Rapat Komite dilakukan berdasarkan musyawarah mufakat, dalam hal tidak terjadi musyawarah mufakat, pengambilan keputusan dilakukan suara terbanyak. Hasil Keputusan

sehingga motivasi kerja dan kinerja karyawan akan terus berpacu seiring dengan. meningkatnya target penjualan para