• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan kebijakan kompensasi dengan motivasi kerja dan kinerja karyawan di pt. tatasolusi pratama - Repository Sekolah Bisnis IPB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan kebijakan kompensasi dengan motivasi kerja dan kinerja karyawan di pt. tatasolusi pratama - Repository Sekolah Bisnis IPB"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tantangan perusahaan sekarang ini akan semakin tinggi di tengah-tengah

pembangunan yang mulai menggeliat di Indonesia. Untuk itu di butuhkan sebuah

perusahaan yang dapat terus berinovasi dan tetap bertahan ditengah persaingan

globalisasi dan tingginya pertumbuhan pembangunan yang ada di Indonesia.

Salah satunya adalah PT Tatasolusi Pratama perusahaan berbasiskan engineering

yang bergerak dibidang HVAC (heating, ventilating, air conditioning), adalah

perusahaan PMA (Penanaman Modal Asing) dari Singapura. Perusahaan berpusat

di Surabaya dan memiliki 3 cabang yaitu Jakarta, Bali, Timika Papua. Bisnis

utama yang dijalankan perusahaan adalah trading distribution untuk produk air

conditioning ( AC ) dengan merek dagang Daikin dari Jepang, Mc Quay, Acson

dan American Air Filter dari Amerika. Selain menjadi distributor resmi, PT.

Tatasolusi Pratama juga memiliki departemen servis yang menyediakan jasa

perbaikan/maintenance dari produk-produk yang dijual.

PT. Tatasolusi Pratama mempunyai beberapa departemen, yaitu

departemen sales and distribution, departemen finance, departemen servis,

departemen operation, dan departemen General Affair and Human Resources.

Berdasarkan pengalaman selama 15 tahun, PT. Tatasolusi Pratama optimis dalam

menjalankan bisnis penjualan AC di Indonesia. Mitra bisnis PT. Tatasolusi

Pratama adalah pusat perbelanjaan, gedung perkantoran, bandara, pabrik-pabrik,

(2)

Sebagai negara tropis yang beriklim panas, Indonesia merupakan pasar

yang sangat potensial bagi produk pendingin udara atau Air Conditioner (AC).

Dari tahun ke tahun volume pasar untuk AC di negeri ini bertambah besar. Pasar

elektronik nasional pada Juni 2009 tercatat naik lima persen menjadi senilai

Rp1,757 triliun dari periode yang sama tahun lalu Rp 1,679 triliun. Untuk

penjualan AC sendiri naik 8,8 persen menjadi 125.617 unit (sebelumnya 115.495

unit). Krisis keuangan global yang berlangsung tidak menyurutkan konsumsi

produk elektronik rumah tangga (home appliances) di pasar domestik Indonesia.

Tentu saja ini tidak lepas dari kebutuhan yang semakin meningkat seiring dengan

kemunculan kelompok masyarakat menengah atas. Apalagi, di Indonesia,

perangkat elektronik semacam AC bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan

rumah tangga untuk menurunkan suhu ruangan, melainkan telah menjadi gaya

hidup dan melengkapi interior rumah(Kompas, 2010).

Tabel 1.Data Penjualan Alat-Alat Elektronik Juni 2009

Produk (unit) Juni Mei Pertumbuhan

Berdasarkan perkembangan bisnis di Indonesia yang terus meningkat,

pihak manajemen PT. Tatasolusi Pratama harus mampu menyiapkan sumber daya

(3)

berpengaruh pada peningkatan produktivitas organisasi. Dalam upaya peningkatan

produktivitas kerja karyawan, perlu memotivasi karyawan yang mempengaruhi

sikap dan perilakunya. Dari seorang individu yang termotivasi, maka akan

dihasilkan kinerja yang lebih baik, dimana kinerja yang baik dipengaruhi oleh

kecakapan dan motivasi. Kecakapan tanpa motivasi atau motivasi tanpa

kecakapan, akan sulit untuk mendapatkan kinerja yang tinggi. Sehingga untuk

mencapai produktivitas kerja yang maksimum, suatu organisasi harus menjamin

dipilihnya orang yang tepat dengan pekerjaan yang tepat serta kondisi yang

memungkinkan seorang karyawan dapat bekerja secara optimal.

Fungsi manajemen sumber daya manusia yang lain, yang juga penting

adalah mengenai kompensasi. Adanya perbaikan di bidang kompensasi dan

jaminan sosial dapat mendorong seorang karyawan menjadi lebih produktif

dengan cara menumbuhkan motivasi kerja dan etos kerja yang tinggi untuk

bekerja sungguh-sungguh.

Secara umum, karyawan sebagai individu juga akan termotivasi untuk

bekerja pada saat karyawan mengetahui bahwa kinerja karyawan akan berkorelasi

dengan imbalan yang akan diperoleh, yang diberikan secara adil. Karena

karyawan menjadi salah satu unsur terpenting, maka hal-hal yang berhubungan

dengan pelaksanaan fungsi manajemen sumber daya manusia secara tepat dan

sesuai, harus diperhatikan sungguh-sungguh untuk dapat mengarahkan karyawan

bekerja dengan semaksimal mungkin sehingga dapat mencapai tujuan perusahaan.

Agar tujuan dari perusahaan dapat berjalan dengan baik sesuai dengan apa

(4)

Tujuan perusahaan dapat terwujud apabila adanya kinerja yang baik dari

karyawaan, ceteris paribus dengan derajat kepuasaan yang tinggi, maka akan

meningkatkan kinerja dari karyawan. Manajemen kinerja adalah bagaimana

kinerja dikelola. Semua dilakukan oleh sumber daya manusia yang memilki

kemampuan, kompentensi, motivasi dan kepentingan. Sedangkan manajemen

kompensasi tujuannya membantu perusahaan mencapai tujuan keberhasilan

strategi perusahaan dan menjamin terciptanya keadilan internal maupun eksternal,

dengan begitu perusahaan akan memperoleh apa yang di inginkan

(Davis&Werther, 1996).

Tujuan seorang karyawan untuk bekerja adalah untuk mendapatkan uang,

yaitu berupa gaji yang memadai adalah hal yang sangat penting. Seorang

konsultan manajemen dalam makalah yang dibuat di majalah Konsultan

Manajemen, menyatakan imbalan jasa yang diberikan haruslah cukup untuk

memenuhi kebutuhan hidup karyawan dan keluarganya, disesuaikan dengan

posisi, latar belakang pendidikan, pengalaman, masa kerja, tanggung jawab,

beratnya tugas dan prestasi karyawan. Imbalan jasa yang cukup akan

menyebabkan karyawan dapat bekerja dengan tenang dan bersemangat.

Sebaliknya imbalan jasa yang tidak memadai akan menyebabkan karyawan

gelisah. Kegelisahan ini akan mempunyai dampak terhadap hasil kerjanya (Tan,

1986)

Perusahaan dalam menetapkan kebijakan kompensasi harus

memperhatikan prinsip keadilan. Jika seseorang karyawan menerima gaji dari

perusahaan, maka ada tiga kemungkinan yang dirasakan, yaitu gaji yang diterima

(5)

tersebut sesuai dengan bobot pekerjaannya. Jika yang terjadi adalah mereka

merasa gaji yang diterima kurang dari bobot atau tingkat pekerjaannya, maka

karyawan akan merasa adanya ketidakadilan dan biasanya karyawan akan

memberikan reaksi (Moelyadi, 1987). Pemberian imbalan jasa yang dirasakan adil

dan layak bagi karyawan akan memberikan kepuasan kerja bagi mereka, sehingga

dapat menciptakan kualitas kerja yang baik dalam lingkungan perusahaan yang

pada akhirnya dapat mencapai tujuan perusahaan.

Menurut Hasibuan (2000), sistem gaji yang adil berarti besarnya imbalan

yang dibayarkan kepada setiap karyawan harus disesuaikan dengan hasil evaluasi

pekerjaan yang mencakup jenis pekerjaan, resiko pekerjaan, tanggung jawab

pekerjaan dan memenuhi persyaratan internal perusahaan yang konsisten.

Pengertian adil disini bukanlah setiap karyawan menerima imbalan jasa (gaji)

yang sama besarnya. Dengan asas adil ini akan tercipta suasana kerja yang sama

baik, semangat kerja, disiplin dan loyalitas pada perusahaan akan lebih baik.

Sedangkan sistem gaji yang layak berarti imbalan jasa yang diterima karyawan

dapat memenuhi kebutuhan hidup pada tingkat normatif yang ideal.

Salah satu bentuk dari kompensasi yang diberikan PT. Tatasolusi Pratama

kepada karyawan khususnya divisi sales and distribution adalah insentif. Insentif

merupakan salah satu bentuk program untuk memotivasi pegawai yang dinyatakan

dalam bentuk uang, sehingga sistem insentif sebagai bentuk penghargaan berupa

perangsang yang didasarkan atas prestasi kerja yang tinggi. Pada prakteknya

penerapan insentif sendiri masih menemui beberapa kendala, yaitu mengenai

penghitungan jumlah insentif yang diterima oleh pegawai. Ini diperlukan sebuah

(6)

penilaian perusahaan perihal insentif yang akan diberikan dan juga berapa jumlah

besaran yang harus diperoleh karyawaan semestinya.

Permasalahan timbul biasanya karena prinsip keadilan dan keterbukaan

tidak berjalan dengan baik, sehingga karyawaan merasa kompensasi tidak sesuai

dilain pihak perusahaan menganggap itu sesuai. Ada beberapa hal yang menjadi

pembicaraan karyawan saat ini, yaitu mengenai keadilan kompensasi. Karyawan

mengeluh mengenai kurangnya keterbukaan mengenai cara perhitungan dasar

kompensasi dan kriteria perhitungannya (gaji dasar, insentif, dan bonus). Tidak

ada sosialisasi yang melibatkan karyawan saat penentuan kompensasi. Karyawan

beranggapan bahwa sistem kompensasi di perusahaan tidak up to date dengan

kondisi bisnis/pasar saat ini. Selain dari sisi financial, mereka juga mengomentari

tentang lingkungan sosial di kantor. Tingkat turn over di perusahaan cukup tinggi

sekitar 10-14% per bulannya (dihitung berdasarkan perbandingan jumlah pegawai

yang keluar dengan total karyawan), sehingga team work selalu berubah-ubah,

bahkan ada dari departemen lain yang memiliki pemimpin yang sering

berubah-ubah. Dengan kondisi tersebut, mereka harus saling beradaptasi kembali untuk

saling memahami agar dapat bekerja sama dengan baik. Terkadang hal tersebut

sering menimbulkan masalah, team work yang sering berubah-ubah akan

memperlambat proses target pencapaian penjualan mereka.

Namun, dari beberapa kendala di atas, sebagian dari mereka tetap bertahan

untuk bekerja di PT. Tatasousi Pratama. Hal itu disebabkan diantaranya karena

mereka membutuhkan pemasukan yang stabil untuk keluarga mereka, sulitnya

mencari pekerjaan, dan loyalitas mereka untuk terus mencapai target semaksimal

(7)

mereka masih bertahan untuk bekerja di PT. Tatasolusi Pratama, mereka berharap

kendala-kendala diatas tadi dapat ditindaklanjuti oleh pihak manajemen, agar

kebijakan kompensasi bisa lebih adil, terbuka, dan layak sehingga motivasi kerja

dan kinerja karyawan akan terus berpacu seiring dengan meningkatnya target

penjualan para sales marketing/distribusi.

Pada penelitian ini penulis akan mengangkat hubungan yang terjadi antara

penerapan kebijakan kompensasi dengan motivasi kerja dan kinerja karyawan di

PT. Tatasolusi Pratama

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan timbul biasanya sering terjadi karena prinsip keadilan dan

keterbukaan tidak berjalan dengan baik, sehingga karyawaan merasa kompensasi

tidak sesuai dilain pihak perusahaan menganggap itu sesuai. Ada beberapa hal

yang menjadi pembicaraan para sales di PT. Tatasolusi Pratama saat ini, yaitu

mengenai keadilan kompensasi. Kurangnya keterbukaan mengenai cara

perhitungan dasar kompensasi dan kriteria perhitungannya (gaji dasar, insentif,

dan bonus) serta tidak adanya sosialisasi yang melibatkan karyawan saat

penentuan kompensasi.

Meskipun karyawan masih bertahan untuk bekerja di PT. Tatasolusi

Pratama, karyawan berharap kendala-kendala diatas dapat ditindaklanjuti oleh

pihak manajemen, agar kebijakan kompensasi bisa lebih adil, terbuka, dan layak

sehingga motivasi kerja dan kinerja karyawan akan terus berpacu seiring dengan

(8)

Berdasarkan uraian permasalahan, rumusan masalah adalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana persepsi karyawan terhadap kebijakan sistem kompensasi yang

berlaku saat ini di PT. Tatasolusi Pratma?

2. Apakah ada korelasi/hubungan antara kebijakan kompensasi dengan motivasi

kerja (motivator factor dan hygiene factor)?

3. Apakah ada korelasi/hubungan antara kebijakan kompensasi dengan kinerja

karyawan?

4. Kebijakan apa yang harus diambil oleh perusahaan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian yang

dilakukan adalah;

1. Untuk menganaisis persepsi karyawan terhadap kebijakan sistem kompensasi

yang berlaku saat ini di PT. Tatasolusi Pratama.

2. Menganalisis korelasi/hubungan antara persepsi kebijakan kompensasi dengan

motivasi kerja (motivator factor dan hygiene factor) di PT. Tatasolusi Pratama

3. Menganalisis korelasi/hubungan antara persepsi kebijakan kompensasi dengan

kinerja karyawan di PT. Tatasolusi Pratama

(9)

1.4 Manfaat Penelitian

1) Bagi perusahaan, diharapkan penelitian ini mampu memberikan informasi

mengenai hubungan kebijakan manajemen kompensasi terhadap motivasi

kerja dan kinerja karyawan sehingga menghasilkan sebuah kebijakan yang

tepat mengenai manajemen kompensasi di PT. Tatasolusi Pratama, sehingga

tujuan perusahaan dapat tercapai.

2) Bagi penulis, penelitian ini menjadi sarana untuk mengaplikasikan

pengetahuan yang telah diperoleh selama mengikuti perkuiahan di MMA-IPB

dan mampu mengembangkan kemampuan pemikiran konseptual bagi

pemecahan permasalahan di dunia nyata. Bagi pihak lain, diharapkan hasil

penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar penelitian lebih lanjut.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada kebijakan penerapan

kompensasi untuk mengetahui apakah kompensasi yang diberikan kepada

karyawan, khususnya di departemen sales and distribution tersebut memiliki

hubungan dengan motivasi kerja dan kinerja karyawan di PT Tatasolusi Pratama

cabang DKI Jakarta. Responden yang akan diteliti adalah para sales di departemen

(10)

Referensi

Dokumen terkait

• Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang mengurutkan dan menuliskan urutan peristiwa pada teks (Bahasa Indonesia KD 3.8 dan 4.8) serta

Penanda morfologi yang dapat digunakan adalah karakter warna aril, ketebalan kulit, ukuran bunga, warna mahkota bunga, warna daun muda, posisi buah dan bentuk buah, sedangkan

Penurunan ini tersebar di seluruh Desa (Gambar. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa penduduk di tempat yang berbeda menunjukkan bahwa perubahan penggunaan lahan

Untuk mengetahui efek dari ekstrak daun sukun yang diformulasikan dalam sediaan krim sebagai anti-aging sehingga dapat digunakan sebagai bahan alami dalam sediaan

BANX NtrCAR{

likuiditas. Dengan perbedaan temporer antara laba akuntansi dan pajak dapat mengukur perbedaan temporer perusahaan yang digunakan untuk rekonsiliasi fiskal perusahaan

Menurut Zethaml dan Bitner (Lupiyoadi, 2014:7) jasa adalah semua aktivitas ekonomi yang hasilnya tidak merupakan produk dalam bentuk fisik atau kontruksi, yang umumnya

Dalam penulisan ini terbatas pada pengaturan kewenangan perindustrian pasca otonomi daerah di Propinsi DIY (Kota Yogya & Sleman). Otonomi Daerah dapat diartikan sebagai