i
MATERI POKOK BAHAN KIMIA DI RUMAH TANGGA
DI MTs USWATUN HASANAH MANGKANG
SKRIPSI
Disusun guna memenuhi syarat pembuatan skripsi Untuk memperoleh gelar Sarjana Strata 1
Jurusan Tadris Kimia (TK)
Disusun Oleh: NURULITA MUTIARA
NIM: 3105330
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Tanggal Tanda Tangan
Ratih Rizqi Nirwana, S.Si,M.Pd
Pembimbing I
DR. H. Hamdani Mu’in , M.Ag
iii
PENGESAHAN
Siti Mariam, M.Pd NIP.19710915 199703 1003 Ketua Tanggal 7 Juli 2010 Tanda Tangan ___________________ Atik Rahmawati,M.Si NIP.19710926 199803 2002 Sekretaris 6 Juli 2010 ____________________Nur Khasanah, S.Pd. M.Kes NIP.19691114 199403 1003 Penguji I
6 Juli 2010 ____________________
Dwi Mawanti, M.A
NIP.19670305 200112 1001 Penguji II
iv
$uZøŠ¢¹urur
z`»|¡SM}$#
Ïm÷ƒy‰Ï9ºuqÎ/
çm÷Fn=uHxq
¼çm•Bé&
$·Z÷dur
4’n?tã
9`÷dur
¼çmè=»|ÁÏùur
’Îû
Èû÷ütB%tæ
Èbr&
ö•à6ô©$#
’Í<
y7÷ƒy‰Ï9ºuqÎ9ur
¥’n<Î)
玕ÅÁyJø9$#
ÇÊÍÈ
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu-bapaknya: ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada
dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku-lah kembalimu.(Q.S.Lukman : 14)
11
Mohammad Noor, Al Qur an Al Karim dan Terjemahannya, (Semarang: CV Toha Putra, 1996), hlm. 329.
v
Dengan segala kerendahan hati dan dengan iringan doa, skripsi ini
ku-persembahkan kepada:
1. Almarhum Ayahanda Syamsudin dan Mamah tercinta E. Kartini yang
senantiasa memberikan kasih sayang dan perhatian kepadaku serta selalu
mendo akanku demi keberhasilan dalam setiap sujudnya.
2. Kakakku Teh Tika, Mas Yo , A Fauzi, Teh Suci, Teh Lia dan A Ade,
do a dan semangat kalian mengantarkanku menuju kesuksesan.
3.
@ta, terima kasih atas kasih sayang dan cintamu.
4. Ibu Ratih Rizqi Nirwana, S.Si, M. Pd. Dan Bapak DR. H. Hamdani
Mu in, M.Ag. dengan segala ilmu yang tercurah selama penulisan skripsi.
vi
melimpahkan rahmat dan hidayah-nya kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan penyelesaikan penyusunan skripsi ini. Sholawat dan salam tidak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa risalah islam yang penuh dengan pengetahuan, sehingga dapat menjadi bekal hidup kita baik di dunia maupun di akhirat. Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dan bantuan dalam bentuk apapun yang sangat besar artinya bagi peneliti. Ucapan terima kasih terutama penulis sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. H. Ibnu Hadjar, M. Ed, Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
2. Atik Rahmawati, M.Si, kajur kimia, Ratih Rizqi Nirwana, S.Si, M.Pd pembimbing I dan DR. H. Hamdani Mu’in, M.Ag pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan fikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Suwahono, S.Si, M.Pd dengan segala arahan dan motivasinya.
4. Segenap Bapak dan Ibu dosen beserta karyawan di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah membekali berbagai pengetahuan sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5. Asikin, S.Ag, M.Si Kepala Sekolah MTs Uswatun Hasanah Mangkang yang telah bersedia menerima dan membantu penulis mengadakan penelitian.
6. Abdul Aziz, S.Ag, S.Pd guru IPA terpadu di MTs Uswatun Hasanah Mangkang yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penelitian.
7. Ayahanda Syamsudin (Al) dan Mamah E. Kartini tercinta yang telah memberikan kasih sayang yang tulus serta do’a-do’a yang selalu dipanjatkan
vii
dorongan kepada peneliti hingga terselesaikannya penulis skripsi ini. 9. Teman-teman Tadris Kimia angkatan 2005
10. Teman-teman kos “Syafira 24”.
Kepada mereka penulis tidak dapat memberikan balasan apa-apa selain ucapan terima kasih dan iringan do’a semoga allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan sebaik-baik balasan. Demikian penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Semarang, 10 Februari 2010
viii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
DEKLARASI ... xiii
ABSTRAK... xiv
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah... 3
C. Pembatasan Masalah ... 3
D. Perumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 5
F. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II : LANDASAN TEORI DAN PENGUJIAN HIPOTESIS A. Model Pembelajaran Time Token ... 6
1. Latar Belakang ... 6
2. Pengertian Model Pembelajaran Time Token... 7
3. Karakteristik Model Pembelajaran Time Token ... 9
4. Tujuan Model Pembelajaran Time Token ... 11
ix
a. Faktor Eksternal... 14
b. Faktor Internal ... 15
3. Alat-alat untuk Mengukur Hasil Belajar... 16
C. Pembelajaran IPA di MTs ... 16
D. Kajian Materi Bahan Kimia di Rumah Tangga ... 18
E. Efektivitas Model Pembelajaran Time Token Terhadap Hasil Belajar ... 28
F. Kajian Penelitian yang Relevan... 30
G. Rumusan Hipotesis ... 33
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian ... 34
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 34
C. Variabel Penelitian... 34
D. Metode Penelitian ... 35
E. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel... 36
F. Teknik Pengumpulan Data ... 37
G. Teknik Analisis Data... 41
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 48
B. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 55
C. Pembahasan Hasil Penelitian... 61
x DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN DATA PENULIS
xi 2. RPP Kelas Kontrol
3. RPP Kelas Eksperimen 4. Kisi-kisi Soal Penelitian 5. Soal Uji Coba Penelitian
6. Kunci Jawaban Soal Uji Coba Penelitian 7. Format Aspek psikomotorik
8. Contoh Modul Pembelajaran Bahan Kimia di Rumah Tangga 9. Analisis Uji Validitas Soal
10. Perhitungan Validitas Tes 11. Perhitungan Reliabilitas Soal
12. Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal 13. Perhitungan Daya Pembeda Soal 14. Soal Pre Test
15. Kunci Jawaban Soal Pre Test 16. Soal Post Test
17. Kunci Jawaban Soal Post Test 18. Daftar Nama Kelas Kontrol 19. Daftar Nama Kelas Eksperimen
20. Daftar Nama Kelompok Praktikum Kelas Kontrol 21. Daftar Nama Kelompok Praktikum Kelas Eksperimen
22. Daftar Nama Pre Test dan Post Test Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 23. Uji Normalitas Nilai Pre Test Kelas Eksperimen
24. Uji Normalitas Nilai Pre Test Kelas Kontrol 25. Uji Normalitas Nilai Post Test Kelas Eksperimen 26. Uji Normalitas Nilai Post Test Kelas Kontrol
27. Uji Homogenitas Nilai Pre Test Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 28. Tabel Homogenitas Nilai Pre Test Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 29. Uji Homogenitas Nilai Post Test Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 30. Tabel Homogenitas Nilai Post Test Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 31. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Hasil Belajar Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen
32. Uji Kesamaan Dua Varian Hasil Belajar Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 33. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Pre Test Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
xii 39. Permohonan Surat Rekomendasi 40. Surat Keterangan KO Kurikuler 41. Transkip KO Kurikuler
42. Sertifikat Lapenkop 43. Piagam Passka Fakultas 44. Piagam Passka Institut 45. Piagam KKN
xiii
skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 10 Februari 2010
Deklator
Nurulita Mutiara
xiv
Skripsi. Semarang: Program Strata I Jurusan Tadris Kimia IAIN Walisongo Semarang, 2010.
Penggunaan Model Pembelajaran time token sebagai salah satu model pembelajaran yang berbeda dengan metode ceramah. Dalam model pembelajaran time token peserta didik diajarkan untuk saling berinteraksi, berpartisipasi dan bersosialisasi dengan menggunakan kupon bicara yang berisi kata kunci yang bergambar sehingga pembelajaran tidak membosankan, dapat melatih rasa percaya diri siswa, melatih daya ingat siswa, serta lebih efektif dan lebih cepat dimengerti.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran time token terhadap hasil belajar peserta didik kelas VIII pada Materi Pokok Bahan Kimia di Rumah Tangga di MTs Uswatun Hasanah Mangkang.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan penelitian eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A dan VIII B MTs Uswatun Hasanah Mangkang. Jadi sampel diambil dari populasi keseluruhan. Pengumpulan data dari dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi, observasi, dan metode test. Penelitian ini menggunakan dua indikator efektivitas model, yaitu efektivitas peserta didik terhadap hasil belajar dan partisipasi aktif siswa. Efektivitas hasil belajar ditinjau dari hasil belajar ranah kognitif, sedangkan partisipasi aktif siswa ditinjau dari hasil belajar ranah psikomotorik. Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan uji t, yang dilakukan untuk membandingkan hasil pre-test dan post-test antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, sedangkan dalam ranah psikomotorik menggunakan analisis deskriptif. Selanjutnya untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran time token menggunakan analisis deskriptif keefektifan.
Berdasarkan hasil t-test, dihasilkan bahwa thitung = 3.94 sedangkan ttabel= 1. 68 dengan taraf nyata 5% karena thitung ttabel maka data tersebut dinyatakan signifikan/nyata. Sedangkan hasil perhitungan analisis keefektifan menunjukkan bahwa model pembelajaran time token lebih efektif daripada metode ceramah dengan rata-rata hasil belajar siswa baik kognitif, dan ranah psikomotorik kelas eksperimen adalah 76% yang mempunyai kriteria efektif dibanding kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah didapatkan 65% yang mempunyai kriteria cukup efektif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran time token berpengaruh terhadap efektivitas hasil belajar peserta didik.
1 A. Latar Belakang Masalah
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan.2Pendidikan itu sendiri adalah interaksi pribadi diantara para siswa dan interaksi antara guru dan siswa. Kegiatan pendidikan adalah suatu proses sosial yang tidak dapat terjadi tanpa interaksi antar pribadi. Menurut Johnson, Johnson dan Smith, belajar itu sendiri adalah suatu proses pribadi, tetapi juga proses sosial yang terjadi ketika masing-masing orang berhubungan dengan yang lain dan membangun pengertian dan pengetahuan bersama. Strategi yang paling sering digunakan untuk mengaktifkan siswa adalah melibatkan siswa dalam diskusi dengan seluruh kelas. Tetapi strategi ini tidak terlalu efektif walaupun guru sudah berusaha dan mendorong siswa untuk berpartisipasi.
Dalam sistem belajar mengajar guru harus berusaha agar proses belajar mengajar mencerminkan dua arah yaitu bukan semata-mata memberikan informasi tanpa mengembangkan kemampuan mental, fisik dan penampilan diri. Tetapi proses belajar mengajar di kelas harus dapat mengembangkan cara belajar siswa untuk mendapatkan, mengelola, menggunakan, dan mengkomunikasikan apa yang telah diperoleh dalam proses belajar tersebut.3 Karena tugas utama guru adalah membelajarkan siswa, yaitu mengkondisikan siswa agar belajar aktif, sehingga potensi dirinya (kognitif, afektif, dan psikomotorik) dapat berkembang dengan maksimal.
2
Muslih Mansur. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. (Jakarta: Bumi Aksara, 2007). hlm. 18.
3
B. Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah. (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm 71
Dengan belajar aktif, melalui partisipasi dalam setiap kegiatan pembelajaran siswa akan terlatih dan terbentuk kompetensinya.Kompetensi yang dimaksud adalah kemampuan siswa untuk melakukan sesuatu yang sifatnya positif, yang pada akhirnya akan membentuk life skill sebagai bekal hidup dan penghidupannya. Agar hal tersebut dapat terwujud, guru seyogiyanya mengetahui bagaimana cara siswa belajar, dan menguasai berbagai cara membelajarkan siswa. .
Model pembelajaran berperan sebagai cara untuk menciptakan proses belajar mengajar, sehingga tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa. Dalam interaksi ini, guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau pembimbing. Proses interaksi akan berjalan baik jika peserta didik lebih banyak aktif dibanding guru.
Pembelajaran aktif atas informasi, keterampilan, dan sikap berlangsung melalui proses penyelidikan atau proses bertanya. Peserta didik dikondisikan dalam sikap mencari (aktif) bukan sekedar menerima (reaktif). Pembelajaran keterampilan itu sendiri mencakup pengembangan kompetensi pada kemampuan siswa dalam mengerjakan tugas, memecahkan masalah dan mengungkapkan pendapat.4
Dengan model pembelajaran time token, diharapkan dapat membantu siswa untuk mencapai hasil belajar yang maksimal dan mengembangkan keaktivan siswa dalam berpartisipasi dan bersosialisasi. Dari dasar pemikiran inilah mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang “Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Time Token Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VIII Pada Materi Pokok Bahan Kimia Di Rumah Tangga di MTs. Uswatun Hasanah Mangkang”
4
Melvin. L. Silberman, Active Learning. terj. Raisul Muttaqin, (Bandung: Nusa Media, 2004), Hlm 121
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana dideskripsikan diatas, maka masalah penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut. 1. Peserta didik kurang sekali memperhatikan guru, khususnya pada mata
pelajaran IPA mereka merasa jenuh dikarenakan peran peserta didik itu sendiri yang rendah dalam kegiatan belajar mengajar berlangsung, selain itu IPA merupakan pelajaran yang banyak hafalannya. Akibatnya hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran IPA belum mencapai indikator keberhasilan secara klasikal;
2. Kurang variatifnya model pembelajaran yang dikembangkan oleh pendidik menyebabkan peserta didik kurang terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari kesalah pahaman dalam memahami judul skripsi ini maka penulis menegaskan beberapa istilah yang dipakai:
a) Efektivitas
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (1990: 219) dikemukakan bahwa efektif berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya,kesannya) manjur atau mujarab, dapat membawa hasil yang lebih baik. Jadi efektivitas adalah bagaimana suatu organisasi berhasil mendapatkan sumber daya dalam upaya mewujudkan kegiatan operasional.
b) Pembelajaran Time Token
Pembelajaran merupakan proses yang diselenggarakan oleh pendidik untuk membelajarkan peserta didik dalam belajar bagaimana memperoleh dan memperkuat pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Time Token adalah salah satu bentuk model pembelajaran yang digunakan untuk melatih keterampilan bersosialisasi dan berpartisipasi, yang berupa kupon berbicara yang dibatasi oleh waktu bicara selama
15-30 detik tiap peserta didik. Tujuannya untuk menghindari peserta didik yang mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali dalam KBM untuk belajar aktif dan diberi kesempatan untuk dapat mengemukakan ide atau pendapatnya.5
c) Materi Bahan Kimia di Rumah Tangga
Bahan kimia dapat berasal dari makhluk hidup atau makhluk tak hidup. Bahan kimia yang berasal dari makhluk hidup, misalnya bensin dan solar. Sedangkan bahan kimia dari makhluk tak hidup, misalnya besi dan emas. Adapun bahan kimia yang digunakan sehari-hari dalam rumah tangga adalah: 1) Sabun 2) Detergen 3) Bahan Pemutih 4) Bahan Pembersih 5) Bahan Pewangi/Pengharum 6) Pembasmi Hama (Pestisida)
Selain bahan kimia di rumah tangga yang digunakan sehari-hari ada juga cara untuk mengurangi dampak negatif akibat penggunaan bahan kimia secara berlebihan, yaitu menggunakan bahan atau produk kimia secara wajar dan sesuai dengan kebutuhan, menggunakan bahan atau produk kimia yang mudah terurai sehingga tidak mencemari lingkungan, memperhatikan standar keamanan bagi pemakai bahan kimia (petani) dan mendaur ulang produk yang mengandung bahan kimia.6
5
Richard I Arend. Learning to Teach. Terj. Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini
Soetjipto. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008). hlm. 28.
6
D. Perumusan Masalah
Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah Apakah penggunaan model pembelajaran time token lebih efektif terhadap hasil belajar peserta didik kelas VIII pada materi pokok Bahan Kimia di Rumah Tangga semester I tahun ajaran 2009/2010 di Mts. Uswatun Hasanah Mangkang?”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan model pembelajaran time token terhadap hasil peserta belajar didik kelas VIII pada materi pokok Bahan Kimia di Rumah Tangga
F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis
Penelitian ini merupakan sarana sebagai pengalaman dalam menganalisa fakta di lapangan dan menerapkan konsep-konsep dan teori-teori yang relevan, khususnya yang berkaitan dengan pembelajaran IPA. 2. Bagi Peserta Didik
Bagi peserta didik diharapkan dapat membangkitkan kepercayaan diri, memotivasi belajar, serta memberi rasa tanggung jawab pada peserta didik untuk mengatur diri mereka sendiri.
3. Bagi Guru
Dapat memberikan dan menambah variasi model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik serta memberi gambaran bagi guru bidang studi IPA mengenai pembelajaran IPA Terpadu untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Model Pembelajaran Time Token 1. Latar Belakang
Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam prakteknya, guru harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.7 Ketika menggunakan model pengajaran apapun, penting untuk memiliki beberapa aturan dan rutinitas yang mengatur pembicaraan dan gerakan anak, menjaga agar pelajaran berjalan lancar, menjaga kepantasan di kelas dan memungkinkan guru untuk mengatasi perilaku buruk siswa dengan cepat dan tegas bila hal itu terjadi. Tugas-tugas manajemen yang unik untuk cooperative learning membantu siswa dalam melakukan transisi dari seluruh kelas kekelompok cooperative learning. Membantu siswa selama mereka bekerja dalam kelompok, dan mengajarkan berbagai keterampilan sosial dan perilaku kooperatif pada anak.8
Guru semestinya tidak berasumsi bahwa semua siswanya memiliki ketrampilan sosial yang dibutuhkan untuk bekerja secara efektif dalam kelompok. Sebagian siswa mungkin membutuhkan bantuan, oleh sebab itu agar cooperative learning bekerja, guru perlu mengajarkan bebagai
7
Muhfida. Model-Model Pembelajaran. Artikel Online, Diunduh: http://www.muhfida.com
/Model Pembelajaran. html, 28 September 2009.
8
Richard I Arend. Learning to Teach. Terj. Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini
keterampilan dan kelompok, selain itu guru seharusnya membantu siswa lebih spesifik dalam keterampilan berkomunikasinya untuk memastikan keberhasilan di lingkungan belajar kelompok.9
Mengajarkan ketrampilan sosial dan kelompok tidak berbeda dengan mengajarkan ketrampilan penguasaan diri, misalnya membaca peta atau menggunakan mikroskop. Secara umum inilah model yang seharusnya digunakan guru ketika mengajarkan berbagai keterampilan sosial dan kelompok, karena mendeskripsikan tentang model pembelajaran langsung yang mengharuskan guru untuk mendemonstrasikan dan memberi contoh ketrampilan yang diajarkan dan memberikanwaktu kepada siswa untuk berlatih keterampilan itu dan menerima umpan balik tentang seberapa baik pekerjaannya.10
2. Pengertian Model Pembelajaran Time Token
Time token itu sendiri berasal dari kata “time” artinya waktu dan “token” artinya tanda. Time token merupakan model belajar dengan ciri adanya tanda waktu atau batasan waktu. Batasan waktu disini bertujuan untuk memacu dan memotivasi siswa dalam mengeksploitasi kemampuan berfikir dan mengemukakan gagasannya. Menurut Arends, time token adalah struktur yang dapat digunakan untuk mengajarkan ketrampilan sosial dan berpartisipasi agar menghindari siswa mendominasi pembicaraan atau siswa diam sama sekali.11
Transformasi sosial dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) sangat diperlukan untuk mengembangkan interaksi sosial dan ketrampilan berkomunikasi. Karena ditengah-tengah transformasi sosial yang banyak membawa dampak negatif, sekolah khususnya guru seharusnya merasa
9
Ibid. hlm. 30.
10
Ibid. hlm. 31
11
Aziz Turindra. Pengertian Time Token. Artikel Online, diunduh: http//74.125.153.132/:simawa.unnes.ac.id.Html,2009
terpanggil untuk memperhatikan perkembangan moral dan sosial anak didik.12
Ketrampilan sosial itu sendiri adalah perilaku-perilaku yang mendukung kesuksesan hubungan sosial dan memungkinkan individu untuk bekerja bersama orang lain secara efektif. Selain itu, agar cooperative learning bekerja, guru perlu mengajarkan berbagai ketrampilan berbagi dan partisipasi. Dalam ketrampilan partisipasi guru dapat membantu mendistribusikan partisipasi siswa dengan lebih merata. Salah satunya adalah dengan model time token, yakni apabila sebagian siswa mendominasi kegiatan kelompok dan sebagian lainnya mungkin justru tidak mau atau tidak mampu berpartisipasi, maka masing-masing siswa dapat diberikan beberapa token yang berharga 15 atau 30 detik waktu bicara.13
Langkah-langkah dalam model pembelajaran time token adalah sebagai berikut.
a. Guru mengarahkan siswa untuk mempelajari terlebih dahulu materi ajar yang akan dikaji (siswa belajar di rumah).
b. Guru membuat kupon yang berisi kata-kata kunci yang berhubungan dengan materi ajar.
c. Tiap siswa secara acak mengambil satu kupon dan siswa tersebut menjelaskan kata kunci yang ada dalam kupon sesuai waktu yang ditentukan (± 15 detik sampai 30 detik).
d. Guru memberi nilai kepada tiap siswa berdasarkan ketepatan dari penjelasannya sesuai batas waktu yang ditentukan.14
12
Anita Lie. Cooperative Learning, mempraktikan Cooperative-Learning di Ruang-Ruang
Kelas. (Yogyakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2007) ,Cet. 5. hlm. 12-13.
13
Tato. Alternatif Strategi Pembelajaran, Artikel Online, Diunduh dari: http//74.125.153.132:www.total.or.id
14
3. Karakteristik Model Pembelajaran Time Token
Pengajaran dengan ketrampilan sosial dan partisipasi memungkinkan siswa belajar lebih aktif, memberikan rasa tanggung jawab yang lebih besar, berkembangnya daya kreatif dan sifat kepemimpinan pada siswa serta dapat memenuhi kebutuhan siswa secara optimal.15 Dengan terpenuhinya kebutuhan siswa secara optimal, siswa akan belajar lebih menyenangkan dan merangsang karena “peer” (teman sebaya) yang ada dalam kelompok akan mendorong individu-individu untuk maju.
Adapun ketrampilan yang harus dimiliki oleh siswa dalam pembelajaran ini sebagai berikut.
a. Ketrampilan sosial
Ketrampilan sosial adalah perilaku-perilaku yang mendukung kesuksesan hubungan sosial dan memungkinkan individu untuk bekerja bersama orang lain secara efektif. Anak-anak dapat belajar ketrampilan sosial dari individu-individu yang berbeda, misalnya orang tua, tetangga dan guru di sekolah.
Dalam kebutuhannya, manusia mengalami perubahan dan perkembangan dari waktu ke waktu. Perubahan sosial itu terjadi karena adanya dorongan dari dalam yaitu daya kesadaran akan perlunya upaya meningkatkan kehidupan secara terus menerus (tidak puas dengan yang ada), akal dan daya kreatifitas yang tinggi, suasana persaingan yang sehat untuk mencapai prestasi yang tinggi untuk kemajuan kelompok, serta adanya pendorong untuk berprestasi (piagam, hadiah, intensif).16
15
Moh. Uzer Usman. Menjadi Guru Profesional. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. 2. hlm. 103.
16
Aziz Turindra. Pengertian dan seluk- beluk-keterampilan. Artikel Online, diunduh:
b. Ketrampilan berbagi
Banyak siswa yang mengalami kesulitan untuk berbagi waktu dan bahan-bahan. Berlagak “bossy” terhadap siswa lain, tidak mau berhenti bicara atau mengerjakan semua tugas kelompok adalah contoh-contoh ketidakmampuan berbagi.
Siswa-siswa yang mendominasi sering kali sengaja melakukannya dan tidak mengerti efek perilakunya bagi orang lain atau pada pekerjaan kelompoknya. Siswa-siswa ini perlu belajar tentang nilai berbagi dan tata cara mengekang perilaku dominatifnya. Dengan kegiatan berbagi, guru bisa melakukan kegiatan yang mengajari siswa untuk bergiliran ketika bekerja dalam kelompok.17 c. Ketrampilan berpartisipasi
Menurut Sastro Poetro, Partisipasi adalah keikutsertaan, peran serta keterlibatan yang berkaitan dengan keadaan lahiriyahnya. Menurut Hoof Steede menyatakan bahwa partisipasi adalah “the taking part in one or more phases of the process” yang artinya mengikutsertakan suatu bagian dalam satu atau beberapa tingkatan proses. Jika sebagian siswa mendominasi kegiatan kelompok, sebagian lainnya mungkin justru tidak mau atau tidak mampu berpartisipasi karena pemalu. Oleh karena itu, partisipasi akan lebih tepat sebagai pengikutsertaan seseorang didalam suatu kelompok sosial untuk mengambil bagian dalam kegiatannya. Menurut Berlo, konsep proses pendidikan, partisipasi merupakan bentuk tanggapan atau respon atas rangsangan-rangsangan yang diberikan, yang dalam hal ini tanggapan merupakan fungsi dari manfaat (rewards) yang dapat diharapkan.18
17
Richard I Arends. Loc.Cit. hlm. 28 18
4. Tujuan Penelitian dengan Model Pembelajaran Time Token
Tujuan penelitian dengan model pembelajaran time token adalah sebagai berikut.
a. Mengetahui hasil belajar siswa pada materi pokok bahan kimia di rumah tangga, setelah diterapkan model pembelajaran Time Token; b. Menambah keterampilan peserta didik dan guru dalam menerapkan
variasi model pembelajaran yang dapat membantu belajar peserta didik dan memacu keaktifan peserta didik dalam KBM.
5. Kegunaan Model Pembelajaran Time Token secara umum
Dengan adanya penerapan model pembelajaran Time Token, maka diperoleh kegunaan model pembelajaran Time Token sebagai berikut. a. Bagi Siswa
Dapat memacu keaktifan dalam kegiatan belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran Time Token pada materi pokok Bahan Kimia Di Rumah Tangga;
b. Bagi Guru
Menambah variasi model pembelajaran dengan model time token, serta memotivasi guru agar terbiasa mengadakan penelitian sederhana yang bermanfaat bagi perbaikkan proses dan mengembangkan potensi diri; c. Bagi Sekolah
Memberikan sumbangan yang berharga dalam rangka perbaikan proses pembelajaran untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 6. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Time Token
Suatu model yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari adanya kelebihan dan kekurangan. Demikian halnya dengan model pembelajaran time token juga mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut.
a. Kelebihan model pembelajaran time token
1) Memotivasi siswa untuk belajar mandiri terhadap materi pembelajaran;
2) Melatih rasa percaya diri siswa dengan terbiasa tampil saat kegiatan belajar;
3) Meningkatkan kemampuan siswa untuk berbicara didepan banyak orang, serta mengemukakan ide;
4) Melatih daya ingat siswa dan disiplin dalam memanfaatkan waktu. b. Kekurangan model pembelajaran time token
Pembatasan waktu dalam aktifitas belajar dapat mengurangi kesempatan berfikir siswa untuk mengemukakan pendapatnya secara maksimal.19
B. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Sebelum membahas tentang hasil belajar, perlu diketahui pengetahuan belajar itu sendiri. Banyak pengertian tentang belajar yang dikemukakan oleh para pakar pendidikan. Beberapa diantaranya mengatakan bahwa belajar adalah proses interaksi dengan lingkungannya.20 Hal ini berarti bahwa manusia belajar melalui interaksi dengan lingkungannya yang akan berlangsung seumur hidupnya, karena manusia pada dasarnya diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk sosial yang tidak lepas dari lingkungannya. Adapun pengertian belajar menurut Abdul Aziz dan Abdul Majid adalah:
19
Aziz Turindra. Loc.Cit. Simawa.unnes.ac.id. 20
Djamaludin Darwis, Strategi Belajar Mengajar, Dalam Islam (ed), PBM-PAI di Sekolah
“Belajar adalah suatu perubahan dalam pemikiran peserta didik yang dihasilkan atas pengalaman terdahulu kemudian terjadi perubahan yang baru”21
Pengertian lain dari belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dalam lingkungannya yang menyangkut ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.22 Sedangkan menurut Clifford T. Morgan, Learning is relatively permanent change in behavior which occurs as result of experience or practice yang artinya adalah: “Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap yang merupakan hasil dari pengalaman atau latihan”. 23 Sedangkan menurut Charles E. Skinner adalah “learning is a process of progresif behavior adaptation yang artinya belajar adalah suatu proses menuju perubahan tingkah laku sebagai bentuk adaptasi atau penyesuaian diri.24
Dari beberapa definisi tentang belajar, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses interaksi dengan lingkungannya yang menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan, baik dalam tingkah laku, pemikiran, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.
Perubahan tingkah laku yang terjadi itu sebagai akibat dari kegiatan belajar yang telah dicapai dari proses belajar. Karena belajar
21
Abdul Aziz dan Abdul Majid. At-Tarbiyah Wa Turuqut Tadris. (Mesir: Darul Ma’arif, 1979), hlm. 169.
22
Syaeful Bahri Djamarah. Psikologi Belajar. (Jakarta: Rineka Cipta, 2002). Hlm. 141. 23
Clifford T. Morgan. Instruction to Psychology. (New York: Mc.GrawHill Book Company, 1961). Hlm. 219.
24
Charles E. Skinner. Essential of Educational Psychology. (New York: Englewood Cliff, 1958). hlm. 199.
adalah suatu proses, maka dari proses tersebut akan menghasilkan suatu hasil dan hasil dari proses belajar adalah berupa hasil belajar.
Berikut ini beberapa definisi tentang hasil belajar antara lain. Menurut Abdurahman, hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Selain itu, hasil belajar menurut Gerlach dan Ely adalah perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami aktifitas belajar. Dapat juga dikatakan, hasil belajar merupakan gambaran tingkat penguasaan terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang diujikan, berdasarkan alat ukur yang disusun sesuaai dengan sasaran belajar.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif dan psikomotoris dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu.25
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar a. Faktor Luar (Eksternal)
Faktor luar yaitu merupakan faktor yang berasal dari luar peserta didik yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, diantaranya yaitu:
1) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu sebagai berikut:
a) Lingkungan Alam
Lingkungan alam seperti keadaan suhu, kelembaban udara sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar peserta didik.
25
Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran. (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2008). hlm. 14.
b) Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial baik yang berwujud manusia maupun berwujud hal-hal lain, langsung berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Kadang terhadap pengaruh kurang menguntungkan dari lingkungan pabrik dan hiruk pikuk lalu lintas.26
2) Faktor Instrumental
Faktor instrumental adalah faktor yang pengadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor instrumental antara lain: kurikulum, program, sarana dan fasilitas guru.27
b. Faktor Dalam (Internal)
Faktor dalam merupakan faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, diantaranya:
1) Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis meliputi kondisi fisiologis umum dan kondisi panca indera. Kondisi fisiologis umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Pada kondisi fisiologis umum, misalnya orang dapat keadaan segar jasmainya dan berlainan belajarnya dari orang yang dalam keadaan kelelahan. Sedangkan pada kondisi panca indera yang paling berperan terutama adalah penglihatan dan pendengaran.
2) Faktor Psikologis
Faktor psikologis merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar seseorang dan mempengaruhi proses hasil belajar
26
Syaiful Bahri Djamarah. Loc.Cit. hlm. 142-145. 27
peserta didik. Faktor-faktor psikologis meliputi minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan berfikir.28
3. Cara untuk Mengukur Hasil Belajar
Adanya perbedaan individual akan menentukan berhasil atau tidaknya individu-individu itu dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, baik berupa tugas atau kewajiban bekerja ataupun kewajiban belajar. Sehingga dengan demikian dengan adanya perbedaan individu maka perlu diciptakan alat untuk mengukur keadaan individu tersebut dan alat pengukur itulah yang disebut dengan tes.29 Secara umum, fungsi tes adalah sebagai alat pengukur terhadap peserta didik, yakni mengukur tingkat perkembangan atau prestasi yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar. Tes ada yang diberikan secara lisan (menuntut jawaban secara lisan) ini dapat dilakukan secara individu atau kelompok, ada juga tes tulisan (menuntut jawaban dalam bentuk tulisan), tes ini disusun secara obyektif dan uraian.30
Selain itu, alat untuk mengukur hasil belajar juga dapat dilakukan dengan non-tes. Dengan teknik non-tes, maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan dengan tanpa “menguji” peserta didik, melainkan dengan melakukan observasi, wawancara, kuisioner dan studi kasus.31
C. Pembelajaran IPA di MTs
1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sangat berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya
28
Ibid. hlm. 155-156.
29
Anas Sudijono. Pengantar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006). hlm. 65.
30
Ibid. hlm. 67.
31
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep atau prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Secara umum, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di MTs meliputi bidang kajian energi dan perubahannya, bumi antariksa, makhluk hidup dan proses kehidupan serta materi dan sifatnya.
Pendidikan IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peseta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, yang didasarkan pada metode ilmiah. Pembelajaran IPA menekankan pada pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam sekitar melalui proses “mencari tahu” dan “berbuat”, hal ini akan membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam.32
Adapun dalam kurikulum IPA (Sains) terdapat fungsi dan tujuan pembelajaran sains. Fungsi pembelajaran IPA (sains) di MTs adalah sebagai berikut.
a. Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; b. Mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai ilmiah;
c. Mempersiapkan siswa menjadi warga Negara yang tanggap terhadap perkembangan sains dan technologi;
d. Menguasai konsep sains (IPA) untuk bekal hidup di masyarakat; e. Sebagai prasyarat untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih
tinggi.33
Tujuan dari pembelajaran IPA (sains) di MTs adalah sebagai berikut.
32
Ibid. hlm.6.
33
Djoko Arisworo, dkk. Ilmu Pengetahuan Alam. (Bandung: Grafindo Media Pratama, 2006). hlm. 1.
a. Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan;
b. Mengembangkan pemahaman tentang berbagai gejala alam, prinsip dan konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari;
c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat;
d. Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi;
e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam;
f. Meningkatkan pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan kejenjang selanjutnya.34
D. Kajian Materi Bahan Kimia Di Rumah Tangga 1. Pengelompokan Bahan Kima Di Rumah Tangga
Istilah “bahan kimia” menjadi sesuatu yang dihindari, karena orang beranggapan bahan kimia sangat berbahaya . Padahal secara tidak sadar, setiap hari kita selalu berhubungan dengan berbagai bahan kimia. Sabun mandi, detergen, pasta gigi, shampo, pengharum ruangan dan obat nyamuk adalah beberapa contoh Bahan Kimia Di Rumah Tangga.35
Zat-zat yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari kebanyakan tidak dalam keadaan murni, melainkan bercampur dengan dua atau lebih zat lainnya. Oleh karena itu, suatu bahan kima akan dipengaruhi oleh sifat, kegunaan atau efek dari zat-zat yang menyusunnya. Beberapa ragam bahan kima yang ada dalam kehidupan sehari-hari yaitu.
34
Ibid. hlm. 2.
35
a. Bahan kimia pembersih
Orang-orang Babilonia mulai mengenal bahan pembersih sejak 4000 tahun yang lalu. Mereka menggunakan sejenis abu tumbuhan yang mengandung senyawa kalium karbonat dan natrium karbonat. Salah satu bahan pembersih yang digunakan adalah sebagai berikut. 1) Sabun
Sabun dibuat dari bahan-bahan alami, misalnya lemak hewan dan minyak tumbuhan. Sabun adalah garam alkali (Na, K, atau L) dari asam lemak. Proses pembuatan sabun dikenal sebagai reaksi penyabunan (saponifikasi). Dalam reaksi ini, lemak dan minyak mengalami reaksi dengan natrium hidroksida atau kalium hidroksida sehingga menghasilkan sabun.
Pembuatan sabun secara modern telah ditambahkan bahan-bahan lain, misalnya krim, parfum dan vitamin. Krim berfungsi untuk menghaluskan kulit. Parfum berfungsi untuk memberikan aroma wangi pada sabun. Vitamin berfungsi untuk meremajakan kulit.36
Sabun dalam air dapat melepaskan sejenis ion yang memiliki bagian yang suka air (hidrofilik) sehingga dapat larut dalam air dan bagian yang tidak suka akan air (hidrofobik) sehingga larut dalam minyak atau lemak.37 Sebagaimana terlihat pada Gambar 1, Gambar 2 dan Gambar 3
36
Lutfi, Sains Kimia SMP Untuk Kelas VIII, (Jakarta: Erlangga, 2004), hlm. 11. 37
Saiful Karim, dkk, Belajar IPA Membuka Cakrawala Alam Sekitar, (Jakarta: Pusat Perbukuan. Depdik Nas, 2008), hlm. 127.
Gambar 1. Kotoran berupa lemak atau minyak
menempel pada pakaian
Gambar 2. Molekul sabun mengelilingi kotoran
Gambar 3. Kotoran terangkat dari pakaian
dan terbawa oleh air.38
Sabun merupakan suatu surfaktan yang berfungsi untuk mencuci dan membersihkan kotoran yang ada dipermukaan kulit dengan bantuan air. Surfaktan (surface active agents) yaitu suatu zat yang dapat menurunkan tegangan permukaan suatu cairan.
Sabun dibagi menjadi dua macam yaitu sabun lunak dan sabun keras. Sabun lunak adalah suatu sabun yang basanya berasal dari kalium hidroksida (KOH) sedangkan sabun keras adalah sabun yang basanya berasal dari natrium hidroksida (NaOH). Oleh karena sabun terbuat dari basa, maka sabun bersifat basa dan jika
38
terminum akan terasa pahit. Sabun juga dapat merubah warna kertas lakmus merah menjadi biru.
O
CH2OC (CH2)14CH3
CH2OH O
CHOC (CH2)14CH3+3NaOH CHOH+3CH3 (CH2)14CO2Na O Basa
CH2OC(CH2)14CH3 CH2OH
Gliseril Tripalmitat Gliserol Natrium Palmitat Gambar 4.Reaksi Penyabunan39
2) Detergen
Detergen dibuat dari bahan LAS (Lauryl Alkyl Sulphonate) dengan reaksi C12H25OH+H2SO4 C12H25OSO3+H2O dan ABS (Alkyl Benzene Sulphonate) dengan reaksi C6H5C12H25+SO3 C6H4C12H25SO3H. Beberapa jenis detergen sukar diuraikan oleh pengurai contohnya ABS, sehingga dapat merusak keindahan lingkungan perairan, terancamnya kehidupan hewan-hewan yang hidup di air dan merugikan kesehatan manusia. Oleh karena itu, kita sebaiknya memilih detergen yang limbahnya dapat diuraikan oleh mikroorganisme (biodegradable), contohnya LAS, sehingga aman bagi lingkungan.
Detergen dapat menghasilkan busa karena bahan yang digunakan mempunyai zat yang dapat mengangkat kelembapan dari lapisan atas kulit. Bahan tersebut adalah surfaktan-surfaktan seperti SLS (Sodium Lauryl Ether Sulphate). Kelebihan detergen dibanding sabun adalah molekul detergen tidak bereaksi dengan
39
Achmad Lutfi. Reaksi Saponifikasi pada Proses Pembuatan Sabun. Artikel Online,
ion Ca2+ dan ion Mg2+ dalam air sadah, sehingga tidak terjadi pengendapan.
Perbedaan yang dapat diamati antara sabun dengan detergen adalah:
a) Sabun adalah garam alkali karboksilat Misalnya:
C17H35 COONa : natrium strearat hidrofob hidrofil
Detergen adalah garam alkali alkil sulfat
C17H35 OSO3Na : natrium stearil sulfat hidrofob hidrofil
b) Molekul sabun lebih mudah terdegredasi oleh bakteri pengurai, sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan.40
b. Bahan pemutih
Zat aktif yang terdapat dalam pemutih pakaian atau pengelantang (bleaching agents) adalah natrium hipoklorit (NaClO). Zat aktif ini dapat menjadi berbahaya jika bereaksi dengan detergen karena menghasilkan gas klorin (Cl2) yang bersifat racun. Oleh karena itu, jangan mencampurkan detergen dan pemutih secara bersamaan. NaClO dikenal sebagai larutan klorox untuk pemutih pakaian seperti Bayclin, Sunclin, dan lain-lain. Pemutih ini rata-rata mengandung 5, 25% larutan natrium hipoklorit. Selain natrium hipoklorit, dalam pemutih terdapat juga kapur klor (CaOCl2).41
c. Bahan pewangi
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak dapat terlepas dari apa yang disebut bahan pengharum atau pewangi. Zat ini biasa digunakan sebagai pengharum ruangan, pengharum badan ataupun pengharum
40
Tim Abdi Guru. IPA Terpadu untuk SMP Kelas VIII. (Jakarta: Erlangga, 2007). hlm. 86. 41
pakaian. Bahan penyusun parfum biasanya beraroma buah-buahan atau beraroma bunga. Bahan pewangi tersebut dapat diperoleh secara alami (diekstrak dari alam), misalnya pada Tabel 1 sebagai berikut.
Tabel 1. Bahan Penyusun Parfum42
Sedangkan bahan pewangi yang diperoleh secara sintesis memiliki aroma mirip dengan bahan alami. Contohnya indol, etil miristat, alil kaproat dan anisaldehida contohnya, p-anisil etil fumarat.
Salah satu proses pengambilan komponen esensial dalam parfum adalah dengan metode enfluorase. Metode ini dilakukan dengan menangkap bahan parfum yang bersifat volatil (gas yang mudah menguap) ke dalam suatu lemak padat. Cara ini dipakai untuk menghasilkan aroma tertentu yang sulit dilarutkan atau ditangkap oleh pelarut cair biasa.
Pengharum biasanya berwujud cair dan dikemas dalam botol semprot. Untuk membantu mengeluarkan parfum dari botol diperlukan suatu zat pendorong. Bahan yang bisa digunakan adalah gas freon dengan nama kimia klorofluorokarbon (CFC). CFC juga digunakan sebagai cairan pendingin (refrigerant). Namun, gas freon sekarang sudah dikurangi penggunaannya karena merusak lapisan ozon di atmosfer. Dengan adanya zat pendorong, pengharum keluar dari botol dalam bentuk aerosol (zat cair yang terdispersi dalam udara). Selain
42
Lutfi. Loc.cit., hlm. 15.
Nama Senyawa Aroma
Citral Irone Jasmone Geraniol Lemon Violet Melati Mawar
berbentuk aerosol, ada pula pengharum yang berbentuk padat, yaitu bedak.43
d. Pembasmi hama (pestisida)
Pestisida adalah bahan atau zat kimia yang digunakan untuk membunuh hama, baik yang berupa tumbuhan, serangga, maupun hewan lain di lingkungan kita. Berdasarkan jenis hama yang akan diberantas, pestisida dapat digolongkan menjadi insektisida, herbisida, fungisida, dan rodentisida.
1) Insektisida
Insektisida merupakan pestisida untuk memberantas serangga, seperti: nyamuk, kecoak, kutu busuk, rayap, semut, belalang, wereng, ulat, dan sebagainya.
Gambar 4. Pembasmi insektisida dan lebah madu44
2) Herbisida
Herbisida merupakan pestisida untuk mencegah dan mematikan gulma atau tumbuhan pengganggu, seperti enceng gondok, rumput teki, dan alang-alang. Alang-alang dapat dikatakan sebagai hama tanaman karena alang-alang merebut makanan dari tanaman yang ada dalam tanah. Contoh herbisida adalah bramoxone, totacol dan amonium sulfonat.
43
Tim Abdi Guru. Op.cit. hlm. 88. 44
The new community of KOMPOS UNS Solo, Insektisida, Artikel Online, Diunduh:
Gambar 5. Pembasmi herbisida dan eceng gondok45
3) Nematisida
Nematisida adalah pestisida untuk memberantas hama cacing. Hama ini sering merusak akar atau umbi tanaman. Contoh nematisida adalah oksamil dan natrium metam.
Gambar 6.Pembasmi nematisida dan Cacing46
4) Fungisida
Fungisida adalah pestisida untuk memberantas jamur (fungi). Contoh fungisida adalah timbal (1) oksida, tembaga oksiklorida dan natrium dikromat.
45
The new community of KOMPOS UNS Solo, Herbisida, Artikel Online, Diunduh:
http://id.wikipedia.org/wiki/herbisida. 2 Desember 2009.
46
The new community of KOMPOS UNS Solo, Nematisida, Artikel Online, Diunduh:
Gambar 7. Pembasmi fungisida dan jamur47
5) Rodentisida
Rodentisida adalah pestisida untuk memberantas binatang pengerat, misalnya tikus. Contoh rodentisida adalah senyawa arsen dan thalium sulfat.
Gambar 8. Pembasmi rodentisida dan tikus48
2. Pengaruh Penggunaan Bahan Kimia dan Cara Pencegahannya
Penggunan bahan kimia secara berlebihan berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Bahaya tersebut bisa berupa pencemaran air, tanah, dan udara.
a. Pencemaran air
Bahan kimia terdapat dalam produk pemutih pakaian, detergen, pewangi, pembersih lantai, insektisida, dan lain-lain. Bahan-bahan kimia tersebut berbahaya bagi lingkungan dan juga pemakainya (manusia). Dari kegiatan mencuci misalnya, orang membuang sisa
47
The new community of KOMPOS UNS Solo, Fungisida, Artikel Online, Diunduh:
http://id.wikipedia.org/wiki/fungisida. 2 Desember 2009
48
The new community of KOMPOS UNS Solo, Rodentisida, Artikel Online, Diunduh:
detergen langsung ke sistem air. Busa dan air sisa detergen dapat mencemari sungai dan danau. Air sungai dan danau menjadi keruh sehingga menghalangi sinar matahari yang masuk ke dalam air. Akibatnya, makhluk hidup yang ada di sana menjadi terancam.
Pencemaran air juga dapat terjadi akibat penggunaan pupuk dan pestisida secara berlebihan. Sisa pupuk yang digunakan petani dapat mengubah kondisi tanah. Bila kondisi tanah berubah, maka tanaman tertentu tidak dapat tumbuh dengan baik. Akibatnya dapat menghambat sinar matahari yang masuk kedalam air sehingga menutupi permukaan air yang mengakibatkan tanaman air tidak dapat berfotosintesis dan lama kelamaan akan mati.
Sisa pupuk yang masuk ke sistem air menyebabkan ganggang tumbuh subur. Ganggang lalu menutupi permukaan air. Peristiwa ini disebut eutrofikasi. Tanaman air yang mati selanjutnya diuraikan oleh bakteri. Peruraian ini membutuhkan oksigen sehingga jumlah oksigen di dalam air menjadi berkurang. Akibatnya, ikan dan hewan air yang lain tidak dapat bernapas dengan baik sehingga mati.49
Selain itu, kadar pestisida yang cukup tinggi terbawa aliran air kemudian dapat meracuni air disekitar persawahan dan membunuh mikroorganisme air, seperti plankton-plankton. Organisme air dimakan oleh ikan dan ikan yang sudah keracunan ditangkap oleh manusia juga akan keracunan pestisida.
b. Pencemaran tanah
Pencemaran tanah oleh pestisida dapat membunuh makhluk-makhluk kecil dalam tanah, diantaranya cacing, jamur, bakteri, dan organisme penyubur tanah, sehingga tanah menjadi tandus. Hal ini disebabkan karena molekul sisa pestisida DDT (dikloro difenil
49
trikloroetana) sukar mengalami degradasi (sulit diuraikan oleh mikroorganisme) yang bersifat stabil, mudah larut dalam lemak atau minyak sehingga mudah diabsorpsi oleh organisme yang berlemak dan mengakibatkan kematian pada binatang yang memangsanya. Selain itu, manusia yang memakan ikan besarpun ikut menikmati DDT, sehingga membahayakan kesehatan manusia seperti keracunan makanan.
c. Pencegahan penggunaan bahan kimia
Penggunaan bahan kima tidak dapat dihindari karena sebagian bahan kimia sangat menunjang kehidupan kita. Namun, penggunaan bahan kimia secara tidak tepat bisa berdampak negatif bagi manusia dan lingkungan. Untuk mencegah dampak negatif tersebut, ada beberapa hal yang perlu diketahui.
1) Gunakan bahan atau produk kimia secara wajar dan sesuai kebutuhan
2) Gunakan bahan atau produk kimia yang mudah terurai sehingga tidak mencemari lingkungan
3) Memperhatikan standar keamanan bagi keamanan bagi pemakai bahan kimia (misalnya petani)
4) Mendaur ulang produk yang mengandung bahan kimia.50
E. Efektivitas Model Pembelajaran Time Token terhadap Hasil Belajar Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Menurut Arends, model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk didalamnya
50
tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.51
Menurut Joyce dan Weil menyatakan bahwa Models of teaching are really models of learning. As we help student acquire information, ideas, skills, value, ways of thinking and means of expressing themselves, we are also teaching them how to learn yang berarti bahwa dengan model pembelajaran guru dapat membantu siswa untuk mendapatkan atau memperoleh informasi, ide, ketrampilan, cara berfikir dan mengekspresikan ide sendiri.
Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Fungsi model pembelajaran disini adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Setiap model pembelajaran selalu mempunyai tahap-tahap (sintaks) oleh siswa dengan bimbingan guru. Agar model pembelajaran tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil, guru perlu menguasai dan menerapkan berbagai keterampilan mengajar agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang beraneka ragam.52
Dengan adanya variasi model pembelajaran, dapat membantu belajar siswa dan memacu keaktifan dalam KBM. Agar upaya tersebut menjadi dinamis dan hasil belajar siswa dapat meningkat, alternatif yang digunakan yaitu dengan menerapkan model pembelajaran time token. Dalam model pembelajaran time token, peserta didik diajarkan untuk berfikir, berkomunikasi secara aktif, bersosialisasi dan berpartisipasi serta berbagi terhadap waktu dalam mengemukakan gagasannya. Karena dengan menerapkan keterampilan sosialisasi, partisipasi, komunikasi dan berbagi,
51
Trianto. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm. 1.
52
siswa dapat belajar lebih aktif, memberikan rasa tanggung jawab yang lebih besar, berkembangnya daya kreatif, dapat ikut serta dalam pembelajaran secara menyeluruh satu dengan lainnya dan bisa saling membagi waktu dengan temannya dalam mengemukakan pendapatnya.53
Model pembelajaran time token dinilai produktif, karena guru mengembangkan cara belajar siswa untuk mendapatkan, mengelola, menggunakan dan mengkomunikasikan apa yang telah diperoleh dalam proses belajar tersebut serta dapat mengkondisikan siswa agar belajar aktif, sehingga potensi dirinya dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik dapat berkembang dengan maksimal.54 Berikut adalah contoh kupon pada pembelajaran time token. Dengan bagian belakang kupon bergambar bertujuan agar peserta didik tertarik untuk mengikuti pembelajaran.
Gb. 9 Bagian Belakang Kupon Gb. 10 Bagian Depan Kupon
F. Kajian Penelitian Yang Relevan
Dalam penelitian ini, peneliti telah melaksanakan penelusuran dan kajian sebagai sumber atau referensi yang memiliki kemasan topik atau relevansi materi pokok permasalahan ini. Berbeda dengan penelitian yang akan dibandingkan sebelumnya, pada penelitian ini aspek yang akan dinilai
53
Aziz Turindra. Loc.Cit.Simawa.unnes.ac.id 54
B. Suryo Subroto. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. (Jakarta: Rineka Cipta, 2002). hlm. 71.
dan diteliti adalah aspek kognitif dan aspek psikomotorik. Karena selain tes hasil belajar yang diteliti, tetapi juga gerak aktivitas peserta didik saat kegiatan belajar mengajar. Hal tersebut dimaksud untuk mengetahui apakah dengan model pembelajaran time token pada IPA terpadu hasil belajar peserta didik lebih efektif, maka peneliti mencoba untuk menelaah skripsi sebelumnya untuk dijadikan sumber acuan dan perbandingan dalam penelitian.
1. Skripsi yang ditulis oleh Andika Catur Wijaya yang berjudul: Pengembangan Pembelajaran Sains Aktif Dan Terpadu Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Pokok Bahasan Ketergantungan Antara Makhluk Hidup Siswa Kelas IV Semester II SDN 3 Karangasem Tahun Ajaran 2007/2008”. Membahas tentang pengaruh pengembangan pembelajaran sains aktif dan terpadu terhadap peningkatan hasil belajar siswa, dari penelitian ini ternyata terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang diberi pelajaran sains terpadu dengan yang tidak diberi pembelajaran sains terpadu.55
2. Skripsi yang berjudul “Model Pembelajaran Terpadu Pada Pengajaran Bahasa Prancis di SMKN 3 Bandung (Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas I SMKN 3 Bandung Dalam Upaya Penyusunan Modul)” oleh Dante Darmawangsa Tahun 2006. Dalam skripsi ini dipaparkan bahwa secara keseluruhan pelaksanaan KBM bahasa Prancis dengan menggunakan modul yang disusun dengan model pembelajaran terpadu ini tergolong cukup baik dengan perolehan nilai 3,8.56
55
Andika Catur Wijaya, Pengembangan Pembelajaran Sains Aktif Dan Terpadu Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Pada Pokok Bahasan Ketergantungan Antara Makhluk Hidup Siswa Kelas IV Semester II SDN 3 Karangasem Tahun Ajaran 2007/2008, Skripsi Pendidikan Biologi, (Semarang:
IKIP PGRI, 2006). hlm. 46.
56
Dante Darmawangsa, Model Pembelajaran Terpadu Pada Pengajaran Bahasa Prancis Di
SMK N 3 Bandung (Penelitian Tindakan Kelas Terhadap siswa Kelas I SMK N 3 Bandung Dalam Upaya Penyusunan Modul), Skripsi Pendidikan Bahasa Prancis, (Bandung: UPI Bandung, 2006), hlm.
3. Skripsi yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Sains Aktif Dan Terpadu Terhadap Aktivitas Belajar Pada Sub Pokok Bahasan Bagian-Bagian Tumbuhan Siswa Kelas IV Semester II SD Negeri Karangasem Kabupaten Pemalang Tahun Pelajaran 2006/2007” oleh Siti Choirunnisa’ (NIM: 02320072) Tahun 2007, menyebutkan bahwa pembelajaran sains aktif dan terpadu memiliki pengaruh terhadap aktifitas belajar siswa, hal ini terlihat adanya perubahan tingkah laku pada diri individu serta adanya interaksi antara siswa dengan lingkungan sekitarnya.57
4. Skripsi yang berjudul “ Pengaruh Model Pembelajaran Sains Terpadu Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran IPA Kelas VIII Semester I Tahun Ajaran 2007/2008 di MTs. N I Semarang” oleh Irma Suryani (NIM:3104256) Tahun 2009, menyebutkan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan sains terpadu berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik dengan nilai rata-rata hasil belajar yang meningkat.58
Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan bahwa pada pembelajaran IPA (sains) terpadu dengan model pembelajaran time token di MTs Uswatun Hasanah Mangkang dapat mempengaruhi efektivitas hasil belajar peserta didik dengan nilai rata-rata hasil belajar ranah kognitif dan psikomotorik lebih baik dibandingkan dengan metode ceramah.
57
Siti Choirunnisa , Pengaruh Pembelajaran Sains Aktif Dan Terpadu Terhadap Aktifitas
Belajar Pada Sub Pokok Bahasan Bagian-Bagian Tumbuhan Siswa Kelas IV Semester II SD Negeri Karangasem Kabupaten Pemalang Tahun Pelajaran 2006/2007, Skripsi Pendidikan Biologi,
(Semarang: IKIP PGRI, 2007), hlm. 47.
58
Irma Suryani, Pengaruh Model Pembelajaran Sains Terpadu Terhadap Hasil Belajar Peserta
Didik Pada Mata Pelajaran IPA Kelas VIII Semester I Tahun Ajaran 2007/2008 Di MTs N 1 Semarang, Skripsi Tadris Biologi, (Semarang, IAIN Walisongo Semarang, 2009), hlm. xiv
G. Rumusan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas permasalahan yang diteliti, jawaban ini dapat benar atau salah tergantung pembukaan di lapangan. Sebagaimana diungkapkan oleh S. Margono, bahwa hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat kebenarannya.
Dalam penelitian ini, hipotesis yang diajukan adalah proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran time token terhadap efektivitas hasil belajar peserta didik kelas VIII pada Materi Pokok Bahan Kimia di Rumah Tangga.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas penggunaan model pembelajaran Time Token terhadap hasil belajar peserta didik kelas VIII pada materi pokok Bahan Kimia di Rumah Tangga di MTs. Uswatun Hasanah.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada kelas VIII A pada kelas kontrol dan VIII B pada kelas eksperimen yang dilakukan pada:
Waktu penelitian : 24 Agustus s/d 03 Oktober 2009 Tempat penelitian : MTs. Uswatun Hasanah Mangkang
Alamat : Mangkang Wetan RT 02/ RW 04 Kec. Tugu Kota Semarang Telp. (024) 8666039 – 70402295
C. Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu konsep yang mempunyai variasi atau keragaman.59 Dengan kata lain Variabel adalah objek penelitian atau yang menjadi titik perhatian penelitian.60 Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel bebas
Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat. Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah
59
Tulus Winarsunu, Statistik Dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan, (Malang: UMM press, 2007), Cet. 4, hlm3.
60
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), hlm. 118.
model pembelajaran Time Token. Sedang indikator dari model pembelajaran Time Token adalah kemampuan peserta didik dalam mengemukakan ide atau gagasan, kemudahan siswa dalam mengingat materi, dan keaktifan siswa dalam belajar.
2. Variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas VIII dalam materi pokok Bahan Kimia di Rumah Tangga. Indikator dari hasil belajar adalah pretest dan posttest.
D. Metode Penelitian
Penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Eksperimen adalah observasi di bawah kondisi buatan (artificial condition) dimana kondisi tersebut dibuat dan diatur oleh si penulis.61 Dengan kata lain, penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari/membandingkan perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.62
Bentuk eksperimen dalam penelitian ini adalah true experiment design (eksperimen yang betul-betul) bentuk pretest-posttest control design.63 Dalam bentuk ini terdapat dua kelompok yaitu kelompok pertama diberi perlakuan (X) disebut kelompok eksperimen, dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol,seperti pada Tabel 3.1 dibawah ini.
Tabel 3.1 Bentuk Design Pretest-Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Kelompok Pretest Variabel Posttest
61
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2005), Cet. 6, hlm. 118.
62
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm.107.
63
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol O1 O3 X O2 O4 Keterangan:
E. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel a. Populasi
Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian dalam suatu lingkup yang telah ditentukan.64 Berdasarkan pernyataan tersebut, maka yang menjadi populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs. Uswatun Hasanah Mangkang tahun pelajaran 2009/2010 semester ganjil yang terdiri dari 2 kelas yang berjumlah 44 siswa, dengan rincian sebagai berikut.
Kelas VIII A : 22 siswa Kelas VIII B : 22 siswa
Dua kelas ini dipandang sebagai satu kesatuan populasi, karena adanya kesamaan-kesamaan sebagai berikut.
a. Siswa yang terdapat dalam populasi tersebut adalah siswa yang berada pada kelas dan semester yang sama yaitu kelas VIII semester ganjil. b. Seluruh siswa tersebut memperoleh materi pelajaran IPA Terpadu
dengan silabus yang sama.
c. Seluruh siswa tersebut memperoleh materi pelajaran IPA Terpadu dengan pengajar yang sama.
64
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), Cet.2, hlm. 118.
O1= Nilai pretest yang diberi perlakuan.
O2= Nilai posttest yang diberi perlakuan.
b. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi penelitian.65 Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas VIII A sebagai kelas kontrol yang berjumlah 22 peserta didik dan kelas VIII B sebagai kelas eksperimen yang berjumlah 22 peserta didik. Karena hanya memiliki 2 kelas untuk teknik pengambilan sampelnya diambil dari populasi keseluruhan kelas. Kategori sampel dalam penelitian ini adalah sampel berpasangan (paired sampel t-test).66
F. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data
a. Metode Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, pretest, notulen rapat, agenda dan sebagainya.67
Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan peserta didik kelas VIII semester ganjil MTs. Uswatun Hasanah Mangkang yaitu nama peserta didik yang termasuk dalam populasi dan sampel serta nilai hasil belajar IPA Terpadu pada materi sebelumnya.
b. Metode Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dam pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.68 Dalam penelitian ini metode observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas
65
Suharsimi Arikunto, op. cit., hlm. 131. 66
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 112.
67
Ibid., hlm. 231.
68
siswa dari hasil belajar siswa aspek kognitif dengan dilakukan pretest dan posttest dan aspek psikomorik siswa dengan kegiatan praktikum.
c. Metode Test
Tes adalah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka.69 Metode ini digunakan untuk mendapatkan data nilai hasil belajar kognitif peserta didik pada materi pokok Bahan Kimia di Rumah Tangga. Tes dilakukan dalam bentuk pretest dan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data hasil tes ini digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian.
2. Teknik Analisis Instrumen
Sebelum diujikan kepada sampel, maka instrumen harus memenuhi kriteria validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran soal dan daya pembeda soal.
1. Validitas
Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk mengetahui validitas butir soal digunakan rumus korelasi biseral70, sebagai berikut:
Keterangan:
= Koefisien korelasi biserial
Mp = Rerata skor dari subyek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya
Mp = Rerata skor total
St = Standar deviasi dari skor total
69
Ibid., hlm. 170.
70
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm. 79. q p S M M t t p pbis − = r
P = Proporsi siswa yang menjawab benar pada setiap butir soal q = Proporsi siswa yang menjawab benar pada setiap butir soal
Dengan taraf signifikan 5%, apabila dari hasil perhitungan didapat rhitung ≤ rtabel maka dikatakan butir soal nomor itu telah signifikan atau telah valid.
Soal yang valid dalam uji soal penelitian adalah 39 butir soal.Perhitungan análisis validitas butir soal dapat dilihat pada Lampiran 9.
2. Reliabilitas Soal
Reliabilitas soal adalah ketepatan alat evaluasi dalam mengukur. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.71
Reliabilitas instrumen adalah ketepatan instrumen dalam mengukur. Sebuah tes mungkin reabil tapi tidak valid, sebaliknya tes yang valid biasanya reabil. Untuk menghitung reabilitas soal menggunakan rumus K-R. 2172. sebagai berikut:
Keterangan: r11 = Reabilitas
n = Banyak butir soal M = Rata-rata skor total. St2 = Varians total 71 Ibid., hlm. 86. 72 Ibid., hlm. 103 = 2 t 11 S k M) -M(n -1 1 -n n r
Rumus varian (S2):73
Klasifikasi reliabilitas soal adalah sebagai berikut: r11≤0,20 = Sangat rendah
0,20 < r11≤ 0,40 = Rendah 0,40 < r11≤ 0,60 = Sedang 0,60 < r11≤ 0,80 = Tinggi 0,80 < r11≤1 = Sangat tinggi
Adapun perhitungan reabilitas butir soal test dapat dilihat pada Lampiran 11.
3. Tingkat Kesukaran Soal
Rumus yang digunakan untuk mengetahui kesukaran soal74 adalah: JS B P= Keterangan: P = Indeks kesukaran
B = Banyak peserta didik yang menjawab soal dengan benar JS = Jumlah seluruh peserta didik peserta tes
Klasifikasi tingkat kesukaran soal adalah sebagai berikut: P = 0.00 : Butir soal terlalu sukar
0,00 < P≤ 0,30 : Butir soal ssukar 0,30 < P≤ 0,70 : Butir soal sedang 0,70 < P≤ 1 : Butir soal mudah
73 Ibid., hlm. 110. 74 Ibid., hlm.208.
( )
N N Y Y S 2 2 2∑
∑
=P = 1 : Butir soal terlalu mudah
Adapun perhitungan tingkat kesukaran soal dapat dilihat pada Lampiran 12.
4. Daya Pembeda Soal
Dalam penelitian ini untuk mencari daya pembeda digunakan metode split half yaitu membagi kelompok yang dites menjadi dua bagian, kelompok pandai atau kelompok atas dan kelompok kurang pandai atau kelompok bawah. Angka yang menunjukkan daya pembeda disebut indeks diskriminasi75, menggunakan rumus:
B B A A J B J B D= − Keterangan:
D = Daya beda soal
BA = Jumlah peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar BB= Jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar JA = Jumlah kelompok atas
JB = Jumlah kelompok bawah
Klasifikasi indeks daya beda soal adalah sebagai berIkut: D = 0.00 - 0,20 : Daya beda jelek
D = 0,02 - 0,40 : Daya beda cukup D = 0,40 - 0,70 : Daya beda baik D = 0,70 - 1,00 : Daya beda baik sekali D = negatif, semuanya tidak baik.
Jadi, soal yang dipakai dalam penelitian adalah soal nomor 1,2,3,4,6,8,10,12,13,14,16,17,19,20,21,22,23,24,25,26,27,28,29,30,32,33, 34,35,37,38,39,40,41,42,43,45,48,49,dan50.
75 Ib