• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Progam Studi Tadris / Pendidikan Kimia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Progam Studi Tadris / Pendidikan Kimia"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE THE FIRING LINE DENGAN PENDEKATAN ACTIVE LEARNING PADA MATERI PENAMAAN SENYAWA KIMIA ( Suatu eksperimen di MA An-Nidham Demak Kelas X Tahun Ajaran 2011/2012). SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Progam Studi Tadris / Pendidikan Kimia. Oleh: NUR AINI NIM. 083711020. FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2012. 1.

(2) ABSTRAK Judul. : Efektivitas Metode The Firing line Dengan Pendekatan Active Learning Pada Materi Penamaan Senyawa Kimia (Suatu Eksperimen Di MA AnNidham Demak Kelas X Tahun Ajaran 2011/2012). Penulis : Nur Aini NIM : 083711020 Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang berdesain “Two Group, Pretest Posttest Design”. Permasalahan dalam penelitian ini yaitu Efektifkah metode Firing Line dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas X di MA An-Nidham Kalisari Sayung Demak? Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektifitas penggunaan metode Firing Line dengan pendekatan active learning pada materi penamaan senyawa kimia di MA An-Nidham tahun 2011/2012. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X semester 1 MA An-Nidham Kalisari Sayung Demak tahun pelajaran 2011/2012 yang terbagi dalam 2 kelas sebanyak 80 peserta didik. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Terpilih peserta didik kelas X-2 sebagai kelas eksperimen dan peserta didik kelas X-1 sebagai kelas kontrol. Pada akhir pembelajaran kedua kelas diberi tes dengan menggunakan instrumen yang sama yang telah diuji validitas, reabilitas, taraf kesukaran dan daya pembedanya. Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode observasi, dokumentasi dan tes. Data dianalisis dengan uji statistik yakni perbedaan rata-rata (uji t) pihak kanan. Berdasarkan penelitian diperoleh hasil perhitungan pada kemampuan akhir kelas eksperimen setelah mendapat perlakuan dengan menggunakan metode pembelajaran firing line diperoleh rata-rata 72,00 dan (SD) adalah 11,81, sedangkan untuk kelas kontrol dengan setelah mendapat perlakuan dengan menggunakan pembelajaran konvensional diperoleh rata-rata 64,25 dan (SD) adalah 11,91 dan t hitung = 2,923 dikonsultasikan dengan t tabel pada α = 5 %. dk = (n1 + n2 − 2) = 78 diperoleh t tabel = 1,991. Hal ini menunjukkan bahwa t hitung > t tabel sehingga Ho di tolak dan Ha diterima. Artinya rata-rata hasil belajar yang diajar dengan metode pembelajaran Firing Line lebih baik dari pada rata-rata hasil belajar kimia yang diajar dengan pembelajaran langsung dengan metode ceramah. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kimia dengan menggunakan metode firing line lebih baik dan efektif digunakan dari pada pembelajaran konvensional terhadap kemampuan pemecahan masalah pada materi tata nama senyawa kimia di MA An-nidham Sayung Demak dan disarankan guru dapat terus mengembangkan metode pembelajaran firing line dan menerapkan pada pembelajaran materi pokok yang lainnya.. ii.

(3) iii.

(4) iv.

(5) v.

(6) vi.

(7) KATA PENGANTAR. Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan taufik serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi dengan judul”Efektivitas Metode The Firingline Dengan Pendekatan Active Learning Pada Materi Penamaan Senyawa Kimia( Suatu Eksperimen Di MA An-Nidham Demak Kelas X Tahun Ajaran 2011/2012)” dengan baik. Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapat bantuan baik moril maupun materiil dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini dengan rasa hormat yang dalam penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak DR. Suja’i, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Iislam Negeri Walisongo Semarang, yang telah memberikan ijin penelitian dalam rangka penyusunan skripsi ini. 2. Ibu Atik Rahmawati, M.Si, selaku Ketua Program Studi Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, sekaligusdosenpembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya, untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 3. Dosen, pegawai dan seluruh civitas akademika di lingkungan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang. 4. Bapak Su’udi Syukur, S.Ag Kepala MA An-nidham Kalisari Sayung Demak yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis. 5. Ibu Lina Agustina, S.Pd, guru kimia MA An-nidham Kalisari Sayung Demak yang telah berkenan memberi bantuan, informasi dan kesempatan waktu untuk melakukan penelitian. 6. Bapak dan Ibu guru serta karyawan MA An-nidham Kalisari Sayung Demak. 7. Abah Matrokani, Umi Maskanahsertaadik-adik (Faizah, Nikmah dan Khomsatun), yangtidakhenti-hentinya memberikan segalanya baik do’a semangat, cinta, kasih sayang, ilmu dan bimbingan, yang tidak dapat penulis ganti dengan apapun, serta dukungan materiil dan spritualnya.. vii.

(8) 8. Sahabat-sahabat terbaikkuAni, Nunik, Pika, Niswah, Nadif yang telah memberikan semngat. 9. Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Kimia Angkatan 2008 atas motivasi yang diberikan kepada penulis. 10. Keluarga KKN posko 47 Bugel (Shonif, Ulung, Bari, Milan, Ja’far, Ariyanto, Endro, Nirma, Mb luq, Ila, Kokom, dan Firoh), yang telahmensuportselamapembuatanskripsi. 11. Semua pihak yang tdak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil demi terselesaikannya skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kekurangan. Kritik dan saran sangat penulis harapkan bagi setiap pembaca. Demikian penulis berharap bahwa skripsi ini dapat memberi manfaat dan inspirasi bagi penulis sendiri dan pembaca.. Semarang, 30Mei 2012 Penulis. Nur Aini NIM.083711020. viii.

(9) DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL......................................................................................... i. ABSTRAK ........................................................................................................ ii. NOTA PEMBIMBING ..................................................................................... iii. PENGESAHAN ................................................................................................ v. PERNYATAAN KEASLIAN........................................................................... vi. KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii. DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix. BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1. B. Rumusan Masalah ...................................................................... 5. C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 6. BAB II : LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka………………………………..……………….. 7. B. Kerangka Teoritik 1. Pengertian Belajar................................................................ 8. 2. Hasil Belajar........................................................................ 10. 3. Factor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar............... 12. 4. Efektivitas............................................................................ 15. 5. Pembelajaran Active Learning............................................. 16. 6. Metode The Firing Line....................................................... 18. 7. Tata Nama Senyawa Kimia.................................................. 20. C. Kefektifan Metode Pembelajaran Firing Line Pada Materi Pokok Tata Nama Senyawa Kimia Terhadap Hasil Belajar Kelas X di MA An-Nidham……………………………………………………. 27. D. Pengajuan Hipotesis................................................................... 30. BAB III : METODE PENELITIAN A. Tujuan Penelitian ....................................................................... 31. B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 31. C. Variabel....................................................................................... 31. D. Metode Penelitian....................................................................... 32. ix.

(10) E. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ................ 34. F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 36. G. Teknik Analisis Instrumen…………………………………...... 39. H. Teknik Analisis Data ................................................................. 43. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ................................................. 48. 1. Instrument Test Dan Analisis Butir Soal Instrumen…….... 50. 2. Data Nilai Awal (Pre-test)..………………………………. 53. 3. Data Nilai Akhir Eksperimen…………………………….. 55. B. Analisis Data dan Pengujian Uji Hipotesis ................................ 57. 1. Analisis Data Keadaan Awal…………………………….. 57. 2. Analisis Data Tahap Akhir………………………………. 59. C. Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................... 62. D. Keterbatasan Penelitian .............................................................. 66. BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................ 67. B. Saran-saran ................................................................................. 67. C. Penutup ...................................................................................... 68. DAFTAR PUSTAKA DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN. x.

(11) DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 : Nama-nama beberapa senyawa poliatomik .................................. 23. Tabel 2.2 : Beberapa rumus molekul dan tata nama asam .............................. 25. Tabel 2.3 : Nama senyawa basa ...................................................................... 26. Tabel 2.4 : Rumus molekul dan nama trivialnya ............................................ 26. Tabel 4.1 : Hasil prosentase validitas butir soal.............................................. 48. Tabel 4.2 : Hasil perhitungan tingkat kesukaran butir soal ............................. 49. Tabel 4.3 : Hasil prosentase daya beda butir soal ............................................ 50. Tabel 4.4 : Daftar distribusi frekuensi dari data nilai awal kelas eksperimen ....................................................................................... 51. Tabel 4.5 : Daftar distribusi frekuensi dari data nilai awal kelas kontrol ........ 52. Tabel 4.6 : Daftar distribusi frekuensi dari data nilai akhir kelas eksperimen ....................................................................................... 53. Tabel 4.7 : Daftar distribusi frekuensi dari data nilai akhir kelas kontrol........ 54. Tabel 4.8 : Daftar chi kuadrat data nilai awal .................................................. 55. Tabel 4.9 : Daftar uji homogenitas data nilai awal .......................................... 56. Tabel 4.10: Daftar chi kuadrat data nilai akhir ................................................. 57. Tabel 4.11: Daftar uji homogenitas data nilai akhir.......................................... 57. xi.

(12) DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.1: Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar ...... 12. Gambar 4.1: Histogram Distribusi Frekuensi dari Data Nilai Awal Kelas Eksperimen ............................................................................... 51. Gambar 4.2: Histogram Distribusi Frekuensi dari Data Nilai Awal kelas Kontrol ......................................................................................... 52. Gambar 4.3: Histogram Distribusi Frekuensi dari Data Nilai Akhir kelas eksperimen ................................................................................... 53. Gambar 4.4: Histogram Distribusi Frekuensi dari Data Nilai Akhir kelas kontrol .......................................................................................... 54. xii.

(13) DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1 : Kisi-kisi soal uji coba Lampiran 2 : Soal uji coba Lampiran 3 : Kunci Jawaban soal uji coba Lampiran 4 : Hasil analisis uji coba soal Lampiran 5 : Perhitungan validitas soal Lampiran 6 : Perhitungan realibilitas soal Lampiran 7 : Perhitungan daya pembeda soal Lampiran 8 : Perhitungan tingkat kesukaran soal Lampiran 9 : Silabus Lampiran 10 : RPP Lampiran 11 : Soal pretest Lampiran 12 : Kunci jawaban soal pretest Lampiran 13 : Soal posttest Lampiran 14 : Kunci jawaban soal posttest Lampiran 15 : Daftar nilai peserta didik kelas eksperimen Lampiran 16 : Daftar nilai peserta didik kelas kontrol Lampiran 17 : Data test kelompok eksperimen dan kontrol Lampiran 18 : Uji normalitas nilai Pre-test kelas kontrol Lampiran 19 : Uji normalitas nilai Pre-test kelas eksperimen Lampiran 20 : Uji normalitas nilai Post-test kelas kontrol Lampiran 21 : Uji normalitas nilai Post-test kelas eksperimen Lampiran 22 : Uji kesamaan dua varians data pre-test antara kelas eksperimen dan kontrol Lampiran 23 : Uji kesamaan dua varians data post-test antara kelas eksperimen dan kontrol Lampiran 24 : Uji perbedaan dua rata-rata data pre-test antara kelas eksperimen dan kontrol Lampiran 25 : Lembar observasi aktivitas psikomotorik peserta didik dalam pembelajaran dengan metode firing line Lampiran 26 :. Lembar. observasi. aktivitas. afektif. peserta. didik. dalam. xiii.

(14) pembelajaran dengan metode firing line Lampiran 27 : Hasil lembar observasi aktivitas psikomotorik peserta didik kelas eksperimen Lampiran 28 : Hasil lembar observasi aktivitas afektif peserta didik kelas eksperimen Lampiran 29 : Hasil lembar observasi aktivitas psikomotorik peserta didik kelas kontrol Lampiran 30 : Hasil lembar observasi aktivitas afektif peserta didik kelas kontrol. xiv.

(15) BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-Undang RI nomor 21 Tahun 2003 mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sehingga peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahklak mulia serta keterampilan yang diperlukan masyarakat, bangsa dan negara.1 Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan bangsa. Berdasarkan undang-undang tersebut, dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan maka perlu dilakukan upaya-upaya menciptakan pendidikan yang mampu mendorong diri seseorang mau dan dapat belajar untuk mengembangkan bakat dan potensi-potensi lainnya secara optimal kearah positif. Kimia mempunyai konsep yang abstrak sehingga siswa sulit memahami dan membayangkan materi kimia. Maka dari itu guru dituntut agar bisa aktif dan kreatif. serta dapat mengembangkan diri, meningkatkan pengetahuan dan. keterampilan terutama dalam hal belajar mengajar, dengan demikian siswa lebih mudah menyerap ilmu. Dewasa ini pengajaran kimia di Madrasah Aliyah dikembangkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku yaitu KBK tahun 2004 yang kemudian disempurnakan dengan KTSP tahun 2006 dimana para peserta didik diharapkan mampu menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditentukan. Dalam KTSP guru dapat berkreasi dalam kegiatan belejar mengajarnya dengan berpatokan pada standar isi dan standar kompetensi kelulusan yang ditetapkan oleh pemerintah untuk tercapainya tujuan pendidikan yang meliputi afektif, kognitif dan psikomotorik. Namun hal tersebut kurang. 1. Made Pidarta, Landasan Kependidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia, (Jakarta: Rieneka Cipta, 2007), hlm. 10-11. 1.

(16) dimanfaatkan secara optimal oleh para guru, sebagian besar guru masih belum paham akan pembelajaran yang berbasis kompetensi. Tiga pilar utama yang menunjukkan bahwa guru telah bekerja secara profesional dalam melaksanakan tugas pembelajaran kependidikan, yaitu: 1. Menguasai materi pembelajaran. 2. Profesional untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa dan, 3. Berkepribadian matang.2 Ketiga pilar tersebut saling kait mengait dan saling mendukung untuk meningkatkan kinerja pembelajaran.. Dengan menguasai materi seorang guru. dapat menyampaikan materi pembelajaran dengan baik, hal ini dapat diartikan sebagai usaha sadar seorang guru dalam pengelolaan kelas sehingga siswa dapat belajar aktif dan menyenangkan. Belajar aktif sangat diperlukan oleh siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Karena pada dasarnya pembelajaran aktif merupakan suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk turut serta dalam proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Dengan cara ini biasanya peserta didik akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan. Salah satu strategi belajar mengajar yang bertujuan meningkatkan mutu pendidikan adalah strategi active learning. Strategi active learning adalah salah satu cara strategi belajar mengajar yang menuntut keaktifan serta partisipasi siswa dalam setiap kegiatan belajar seoptimal mungkin sehingga siswa mampu mengubah tingkah lakunya secara efektif dan efisien.3 Satu cara yang paling efektif dan efisien untuk meningkatkan belajar aktif adalah dengan membagi peserta didik dengan berpasang-pasangan dan menyusun partner belajar. Sungguh sulit untuk terlewatkan dalam berpasangan. Juga sulit untuk bersembunyi dalam partner. Belajar dengan partner dapat dalam waktu pendek atau panjang. Belajar dengan partner dapat melakukan berbagai. 2. Iskandar,Psikologi Pendidikan (Sebuah Orientasi Baru,(Ciputat: Gudang Persda Press), hlm. 107-108. 3. Hamdani,Strategi Belajar Mengaja, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hlm. 49. 2.

(17) tugas secara cepat atau tugas yang memerlukan waktu lebih lama.4 Ketika peserta didik berjuang mempelajari keterampilan baru dan mengembangkan keterampilan yang ada, mereka perlu melatihnya secara efektif dan memperoleh feedback yang berguna. Firing line (garis tembak) adalah format gerakan cepat yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan seperti testing dan bermain peran, ia menonjolkan secara terus-menerus pasangan yang berputar, peserta didik mendapatkan kesempatan untuk merespon secara cepat pertanyaanpertanyaan yang dilontarkan atau tipe tantangan yang lain.5 Setiap materi pada mata pelajaran kimia memiliki karakteristik yang berbeda dan memiliki konsep yang berbeda dalam menyelesaikan suatu permasalahan, sehingga peserta didik harus memahami konsep yang satu digunakan dalam menyelesaikan soal atau suatu masalah tertentu. Selain itu dalam memahami setiap permasalahan antara peserta didik satu dengan peserta didik yang lain berbeda, begitu pula dalam menyelesaikan permasalahan pun dengan cara yang berbeda pula. “Tata nama dan penulisan rumus kimia sangatlah penting. Jenis senyawa anorganik sangat banyak, dan senyawa dinamai berdasarkan berbagai sistem tata nama.”6Tatanama senyawa kimia merupakan cara penamaan senyawa kimia yang sistematis dan spesifik, namun pemberian nama yang spesifik bukan berarti tanpa masalah sebab jumlah senyawa kimia sangat banyak. Tatanama senyawa kimia merupakan materi yang relatif mudah, bahkan dalam materi selanjutnya penamaan senyawa kimia seringkali diterapkan dalam berbagai soal. Tatacara penulisan senyawa kimia yang ada pada suatu senyawa organik berbeda dengan tatacara penulisan senyawa anorganik, masing-masing mempunyai karakteristik tersendiri. Tatanama senyawa kimia mudah dipahami karena jarang menggunakan simbol unsur kimia yang abstrak dan berada di lingkungan sekitar peserta didik. Pada materi ini tingkat pemahaman peserta didik. l4. Melvin L. Silberman, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madabi, 2007 ), hlm. 22 5. Melvin L. Silberman, Active, hlm.212. 6. David E. Golberg, Kimia Untuk Pemula, (Jakarta: Erlangga, 2008), EdisiKetiga, hlm. 70. 3.

(18) dalam menyelesaikan suatu masalah yang ada perlu adanya ketelitian dan kecermatan. Akan tetapi kecermatan dalam memberi nama suatu senyawa adalah salah satu permasalahan yang ada dalam materi tatanama senyawa kimia yang sering dialami peserta didik. Sehingga peserta didik cenderung merasa kesulitan mengerjakan setiap soal yang berkaitan dengan hal tersebut. Selain itu tingkat pemahaman tentang tatacara penulisan senyawa yang ada pada materi ini pun peserta didik masih kurang. Dengan demikian, guru dituntut mampu menerapkan metode yang sesuai dan mampu meningkatkan pemahaman peserta didik. Selama ini pembelajaran tatanama senyawa kimia yang diberlakukan di sekolah hanya mengajar secara monoton dan menggunakan metode ceramah. Hal ini membuat siswa jenuh dan kurang maksimal pemahamannya karena dalam penerapannya terdapat aturan-aturan tertentu untuk menentukan nama ilmiah zat yang bersangkutan. Penelitian akan dilaksanakan di MA An-Nidham Demak, dari observasi awal proses pembelajaran di kelas yang berlangsung di MA An-Nidham, menunjukkan bahwa siswa merasa jenuh, kurang semangat karena guru mengajar senantiasa untuk belajar kimia secara monoton, menggunakan metode ceramah, pembelajaran satu arah (berpusat pada guru) tanpa melibatkan kemampuan siswa. Sehingga suasana dalam pembelajaran terlihat kurang aktif dan tidak menyenangkan bagi peserta didik, sedangkan dalam pembelajaran kimia terutama pada materi tatanama senyawa kimia dalam pemecahan masalah dibutuhkan metode atau cara untuk menggali pemahaman dan pengetahuan peserta didik dalam menyelesaikan pemecahan masalah dengan mencari solusi sesuai pengetahuannya, dengan menerapkan konsep yang tepat. Dari kondisi ini maka diperlukan pembelajaran yang dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan berbeda, sehingga siswa bersemangat untuk pembelajaran kimia yang melibatkan kemampuan siswa untuk memahami bacaan, menuangkan ide-ide, dan mengkomunikasikan pemikiran ide-ide mereka. Seperti halnya mengajak belajar sambil bermain dengan melibatkan peserta didik lain secara berpasangan, sehingga antara peserta didik satu dengan. 4.

(19) peserta didik yang lain dapat berbagi dan saling bantu baik dalam kelompok kecil maupun dalam kelas. Karena dengan berpasangan diharapkan agar peserta didik dapat saling bantu dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dan dapat belajar untuk lebih cermat dalam mengerjakan materi pokok tatanama senyawa kimia yang berkaitan dengan memberi nama senyawa dan menentukan rumus kimia, serta lebih memahami aturan-aturan tertentu untuk menentukan nama ilmiah suatu zat. Dilihat dari fasilitas pembelajaran yang kurang memadai di MA AnNidham peneliti mencoba untuk menggunakan metode pembelajaran yang cocok untuk belajar dan sesuai dengan materi kimia. Sehingga peneliti menciptakan metode belajar yang menyenangkan dan berbeda. Untuk itu peneliti memilih metode Firing Line. Berdasarkan pemikiran diatas tersebut, maka dilakukan penelitian dengan judul: ”EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE THE FIRING LINE DENGAN. PENDEKATAN. ACTIVE. LEARNING. PADA MATERI. PENAMAAN SENYAWA KIMIA ( Suatu eksperimen di MA An-Nidham Demak Kelas X Tahun Ajaran 2011/2012).”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang timbul adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana efektifitas penggunaan metode Firing Line dengan pendekatan Active Learning dibandingkan dengan metode ceramah pada materi penamaan senyawa kimia di MA An-Nidham tahun 2011/2012? 2. Bagaimana hasil belajar siswa-siswi MA An-Nidham pada materi penamaan senyawa kimia dengan metode Firing Line melalui pendekatan Active Learning?. 5.

(20) C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dilakukan penelitian adalah: 1. Untuk mengetahui efektifitas penggunaan metode Firing Line. dengan. pendekatan active learning pada materi penamaan senyawa kimia di MA AnNidham tahun 2011/2012. 2. Untuk mengetahui efektifitas belajar siswa-siswi MA An-Nidham terhadap hasil belajar pada materi penamaan senyawa kimia dengan metode Firing Line melalui pendekatan Active Learning. Dari penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat bagi pihak yang bersangkutan (peneliti dan objek yang diteliti), antara lain: 1. Bagi peneliti. Menambah pengetahuan khususnya di bidang pendidikan, yaitu penerapan metode-metode dalam pembelajaran dalam proses belajar mengajar. Dalam penelitian ini peneliti menetapkan metode Firing Line. 2. Bagi siswa a. Memberikan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran. b. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep kimia c. Menjadikan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. 3. Bagi guru Sebagai bahan pertimbangan dan informasi tentang alternatif pembelajaran kimia untuk meningkatkan hasil belajar kimia siswa dengan metode Firing Line. 4. Bagi Sekolah a. Memberikan landasan dan argumentasi bagi kebijaksanaan yang akan diambil guna meningkatkan mutu siswa. b. Memberikan kontribusi yang baik dalam peningkatan pembelajaran untuk semua pelajaran. c. Dapat memberikan masukan berharga dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan proses pembelajaran kimia yang lebih efektif.. 6.

(21) BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Kajian penelitian yang relevan merupakan deskripsi hubungan antara masalah yang diteliti dengan kerangka teoritik yang dipakai, serta hubungannya dengan penelitian yang terdahulu yang relevan. Untuk menghindari terjadinya pengulangan hasil temuan yang membahas permasalahan yang sama baik dalam bentuk skripsi, buku dan dalam bentuk lainnya, maka peneliti akan memaparkan karya-karya yang relevan dalam penelitian ini yaitu: 1. Dalam skripsi Yeni Setiyorini dengan nomor NIM A 410 070 271 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta yang berjudul “IMPLEMENTASI STRATEGI FIRING LINE DAN ROLE PLAY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA (PADA KELAS VII SEMESTER GENAP SMP MUHAMMADIYAH 2 MASARAN TAHUN AJARAN 2010/2011)”. Pada penelitian ini menyatakan bahwa ada perbedaan efek antara strategi pembelajaran Firing Line dan Role Play terhadap prestasi belajar matematika, strategi Firing Line lebih baik daripada strategi Role Play. 2. Dalam skripsi Khomisah dengan nomor NIM 3102318 jurusan Pendidikan. Agama. Islam. Fakultas. Tarbiyah. IAIN. Walisongo. yang. berjudul. “IMPLEMENTASI ACTIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PAI di SMP N2 KEBUMEN” menyimpulkan bahwa active learning merupakan sebuah konsep pembelajaran yang dimaksudkan untuk mengoptimalkan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Hasil kedua penelitian menyebutkan, bahwa metode Firing Line dan pembelajaran Active Learning akan dapat diterapkan dalam belajar mengajar dan mampu mengoptimalkan hasil belajar siswa melalui pemberian perlakuan yang berbeda pada tingkat perbedaan kemampuan siswa.. 7.

(22) Dari kajian penelitian yang telah diteliti tersebut, penelitian ini menggunakan metode Firing Line dengan pembelajaran Active Learning, dengan judul ”Efektivitas Metode the Firing Line dengan Pendekatan Active Learning pada Materi Penamaan Senyawa Kimia ( Suatu Eksperimen di MA AN-NIDHAM Demak Kelas X Tahun Ajaran 2011/2012)”.. B. Kerangka Teoritik 1. Belajar Sebagai landasan mengenai apa yang dimaksud dengan belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa definisi: a. “Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman. individu. itu. sendiri. di. dalam. interaksi. dengan. 1. lingkungannya”.. b. “Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental. dalam. penyelenggaraan. setiap. jenis. dan. jenjang. pendidikan”.2 c. Menurut Cronbach mengartikan belajar “learning is shown by change in behavior as result of experience”. Belajar. adalah perubahan yang. ditunjukkan perubahan sikap sebagai hasil pengalaman.3 d. Dalam kamus besar bahasa indonesia secara etimologi belajar memiliki arti “ berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu” definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu.4. 1. Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 35. 2. Muhibbin syah, psikologi pendidikan dengan pendekatan baru, (Bandung: Rosdakarya, 2000), hlm. 87 3. Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), Cet 4 hlm. 13. 4. Baharuddin, Esa Nur Wahyuni, teori Belajar & Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2010), hlm. 13.. 8.

(23) Dalam keagamaan pun (dalam hal ini islam) belajar merupakan kewajiban bagi setiap muslim dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan sehingga derajat kehidupan manusia meningkat. Al Mujadalah ayat 11.5. Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:“Berlapanglapanglah dalam majlis”, Maka lapangkanlah niscaya Alloh akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Alloh akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Alloh Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Al Mujadalah 11) Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar merupakan proses yang dilakukan individu yang terjadi pada semua orang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya maupun dalam jenjang pendidikan dan berlangsung seumur hidup. Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan segala sesuatu yang diperkirakan dan dikerjakan. Belajar memegang peran penting dalam perkembangan kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan prestasi manusia sehingga seseorang harus mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peran penting dalam proses psikologis. Para ahli telah coba menjelaskan pengertian belajar dengan mengemukakan rumusan atau definisi menurut sudut pandang masingmasing. Baik bentuk rumusan atau aspek-aspek yang ditekankan dalam belajar, beda antara ahli satu dengan ahli yang lain. Namun perlu diketahui. 5. Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, (Jakarta: PT. Sygma Examedia Arkanleema, 2009), hlm. 543.. 9.

(24) bahwa disamping perbedaan terdapat pula persamaan diantaranya belajar adalah hal yang menyenangkan. 2. Hasil Belajar “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.6 Hasil belajar pada hakekatnya merupakan kompetensi yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Penilaian proses dan hasil belajar saling berkaitan satu dengan yang lainnya karena hasil belajar merupakan akibat dari proses belajar. “Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. 7 Pengertian hasil menunjukkan pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Hasil perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan belajar itu sendiri. “Hasil belajar termasuk komponen pendidikan yang harus disesuaikan dengan tujuan pendidikan, karena hasil belajar diukur untuk mengetahui ketercapaian tujuan pendidikan melalui proses belajar mengajar”. 8 Hasil belajar merupakan suatu prosedur parameter yang dapat digunakan dalam menentukan berhasil atau tidaknya tujuan suatu pendidikan yang telah dilaksanakan dalam satuan pendidikan. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni: a. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. b. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian organisasi, dan internalisasi. 6. Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet ke 14, hlm. 22. 7. Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2011), hlm. 44. 8. Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar,hlm.47. 10.

(25) c. Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, keterampilan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, gerakan ekspresif dan interpretatif. 9 Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru disekolah karena berkaitan dengan kemampuan para peserta didik dalam menguasai bahan pengajaran. Ketiganya tidak berdiri sendiri, tapi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, bahkan membentuk hubungan hirarki. Sebagai tujuan yang hendak dicapai, ketiganya harus tampak sebagai hasil belajar siswa di sekolah. Oleh sebab itu ketiga aspek tersebut, harus dipandang sebagai hasil belajar siswa dari proses pembelajaran. Hasil belajar tersebut nampak dalam perubahan tingkah laku, secara teknik dirumuskan dalam sebuah pernyataan verbal melalui tujuan pengajaran (tujuan instruksional). Dengan perkataan lain rumusan tujuan pengajaran berisikan hasil belajar yang diharapkan dikuasai siswa yang mencakup ketiga aspek tersebut.10 Jadi hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Tingkah laku sebagai pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Perubahan sebagai hasil proses dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengertian, pemahaman, keterampilan, kecakapan serta aspek-aspek lain yang ada pada individu belajar. Hasil belajar yang dinilai dalam penelitian ini meliputi tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar kognitif diperoleh dari test evaluasi diakhir pembelajaran, hasil belajar afektif dan psikomotorik diperoleh melalui lembar observasi dari pengamatan selama proses belajar mengajar berlangsung.. 9. Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, hlm. 22-23.. 10. Nana Sudjana, Dasar-Dasar dan Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2008), hlm. 49-50.. 11.

(26) 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Dengan pendekatan sistem kegiatan belajar dapat digambarkan sebagai berikut: Instrumental. Raw Input. Teaching-Learning Process. Output. Environment Input. Gambar 2.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar11 Gambar 2.1 di atas menunjukkan bahwa masukan mentah (raw input) merupakan bahan baku yang perlu diolah (siswa), dalam hal ini diberi pengalaman belajar dalam proses belajar mengajar (teaching-learning proses). Dalam proses belajar mengajar turut berpengaruh pula sejumlah faktor lingkungan yang merupakan masukan lingkungan (environment input) baik lingkungan alami maupun lingkungan sosial. Dan sejumlah faktor yang sengaja dirancang dan dimanipulasikan (instrumental input) misalnya kurikulum, sarana dan fasilitas, dan lain-lain guna menunjang tercapainya keluaran yang dikehendaki (output) yaitu hasil belajar. Di dalam kegiatan belajar, berhasil atau tidaknya seseorang dalam pencapaian hasil belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi: a. Faktor dalam (internal) Faktor dalam merupakan faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, diantaranya: 1) Faktor fisiologis yang meliputi, cacat tubuh dan jasmani seperti kesehatan akan mempengaruhi proses belajar peserta didik. Faktor-. 11. M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 1996), Cet. 11, hlm. 106.. 12.

(27) faktor fisiologis seperti, kurang bersemangat, cepat lelah, buta, patah tulang. 12 2) Faktor psikologis merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar seseorang dan mempengaruhi proses hasil belajar peserta didik. Yang meliputi, inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan.13 b. Faktor luar (eksternal) Faktor luar yaitu merupakan faktor yang berasal dari luar peserta didik yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, diantaranya yaitu: 1) Faktor keluarga yang meliputi, cara mendidik orang tua terhadap anaknya dan keadaan rumah akan mempengaruhi keberhasilan belajar. 2) Faktor sekolah yang meliputi, kualitas guru dan metode pengajarnya lebih baik maka akan mempengaruhi keberhasilan belajar. 14 3) Faktor masyarakat yaitu apabila terdiri dari orang-orang berpendidikan maka mendorong anak lebih giat belajar. Tetapi sebaliknya apabila dalam lingkungan tidak bersekolah maka akan mengurangi semangat untuk belajar. 4) Faktor lingkungan sekitar yaitu keadaan yang membisingkan, suara hiruk-pikuk orang di sekitar ini akan mempengaruhi kegairahan belajar peserta didik.15 Dari uraian diatas faktor internal merupakan faktor yang ada dalam diri peserta didik yang sedang belajar meliputi fisiologis dan psikologis, sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang ada diluar diri peserta didik meliputi keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan sekitar. Kedua faktor tersebut saling berkaitan dan mempengaruhi, keduanya tidak dapat. 12. berdiri. sendiri.. Pengenalan. terhadap. faktor-faktor. yang. Slameto, Belajar , hlm. 54.. 13. Slameto, Belajar , hlm. 55.. 14. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), Cet. 5, hlm. 59.. 15. Dalyono, Psikologi, hlm. 60.. 13.

(28) mempengaruhi prestasi belajar penting artinya dalam rangka mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya. Menurut Muhibbin Syah faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut: 1. Faktor internal (faktor individu peserta didik) Yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani peserta didik yang meliputi kesehatan mata, telinga, intelegensi, bakat dan minat peserta didik. 2. Faktor eksternal (faktor dari luar dindividu peserta didik) Yakni segala sesuatu diluar individu peserta didik yang merangsang individu peserta didik untuk mengadakan reaksi atau pembuatan belajar dikelompokkan dalam faktor eksternal. Diantaranya faktor keluarga, masyarakat lingkungan, teman sekolah, fasilitas, dan kesulitan bahan ajar. 3. Faktor Pendekatan Belajar Faktor ini berkaitan dengan jenis upaya belajar peserta didik yang meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran. 16 Faktor-faktor diatas baik internal maupun eksternal saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Seorang peserta didik yang kondisi jasmani dan rohaninya kurang serta kurang mendapat motivasi dari orang tua, biasanya cenderung mengambil pendekatan belajar yang sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya, seorang peserta didik yang berinteligensi tinggi (faktor internal) dan mendapat dorongan positif dari orang tuanya (faktor eksternal), mungkin akan memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil belajar. Jadi, karena pengaruh factor-faktor tersebut diataslah muncul siswa-siswa yang berprestasi tinggi dan berprestasi rendah atau gagal sekali.. 16. Muhibbin syah, psikologi pendidikan dengan pendekatan baru, (Bandung: Rosdakarya, 2000), hlm. 132. 14.

(29) 4. Efektivitas “Efektivitas adalah ukuran yang menyatakan sejauh mana tujuan (kualitas, kuantitas, dan waktu) telah dicapai”. 17 “Efektivitas merupakan adanya kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju”.18 Mengacu pada pengertian tersebut, efektivitas dapat diartikan tercapainya tujuan belajar dalam proses belajar. Pembelajaran ini terkait dengan bagaimana membelajarkan peserta didik atau bagaimana membuat peserta didik belajar dengan mudah dan terdorong oleh kemampuannya sendiri untuk mempelajari apa yang teraktualisasikan dalam kurikulum sebagai kebutuhan peserta didik. Suatu kegiatan dikatakan efektif bila kegiatan itu dapat diselesaikan pada waktu yang tepat dan mencapai tujuan yang diinginkan. “Efektivitas menekankan pada perbandingan antara rencana dengan tujuan yang dicapai”.19 Oleh karena itu, efektivitas pembelajaran sering kali diukur dengan tercapainya tujuan pembelajaran, atau dapat pula diartikan sebagai ketepatan dalam mengelola suatu situasi. Maka efektivitas dalam penelitian ini hanya terbatas pada dua indikator. tercapainya. tujuan. belajar. dalam. proses. belajar. dengan. menggunakan metode firing line yaitu dengan meningkatkan hasil belajar aspek kognitif dan meningkatnya aktivitas peserta didik yang merupakan hasil belajar aspek afektif dan aspek psikomotorik. Efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah efektivitas penggunaan metode firing line dengan pendekatan active learning dan tercapainya tujuan belajar dalam proses belajar dengan menggunakan metode firing line dengan pendekatan active learning dengan indikator hasil belajar meningkat dan partisipasi aktif siswa. Meningkatnya hasil belajar ditinjau dari. 17. Rohiat, Manajemen Sekolah-Teori Dasar dan Praktik, (Bandung: Refika Aditama, 2009),. hlm. 49 18. E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Rosdakarya, 2007), hlm. 82. 19. Bambang Warsito, Teknologi Pembelajaran: Landasan dan Aplikasinya, hlm.287. 15.

(30) nilai hasil belajar siswa (dilihat dari nilai kognitif) dan jumlah siswa yang lulus KKM (dilihat dari nilai kognitif), sedangkan partisipasi aktif peserta didik ditinjau dari hasil belajar ranah afektif dan ranah psikomotorik. Dikarenakan metode firing line adalah suatu metode pembelajaran yang sederhana dan penerapannya tidak sulit sehingga dapat menarik partisipasi aktif peserta didik untuk belajar. 5. Pembelajaran Active Learning. “Strategi active learning adalah strategi belajar mengajar yang bertujuan meningkatkan mutu pendidikan”.20 Metode active learning menurut Ujang Sukanda adalah cara pandang yang menganggap belajar sebagai kegiatan membangun makna atau pengertian terhadap pengalaman dan informasi yang dilakukan oleh siswa, bukan oleh guru, serta menganggap mengajar sebagai kegiatan menciptakan suasana yang mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab belajar siswa sehingga berkeinginan terus untuk belajar selama hidupnya, dan tidak bergantung kepada guru atau orang lain apabila mereka mempelajari hal-hal yang baru.21 “Menurut Melvin L. Silberman, strategi active learning merupakan sebuah kesatuan sumber kumpulan strategi pembelajaran yang komprehensif, meliputi berbagai cara untuk membuat peserta didik menjadi aktif”.22 Hasil pengembangan dari pernyataan Confusius ini oleh Silberman diabadikan dengan kredo: What I hear, I forget. What I hear and see, I remember a little. What I hear, see, and ask question about or discuss with someone else, I begin to understand. What I hear, see, discuss, and do, I acquire knowledge and skill. What I teach to another, I master.23. 20. Hamdani. Strategi Belajar Mengajar. hlm. 48. 21. Hamdani. Strategi Belajar Mengajar. hlm. 49. 22. Melvin L.Silberman, Active Learning;101 Cara Belajar SiswaAktif, (Bandung: Nusamedia, 2006), hlm. 16 23. Melvin L.Silberman, Active Learning;101 srtategies to teach any subject, (U.S.A.: allyn and Bacon Boston, 1996), hlm. 1. 16.

(31) Menurut Silberman, cara belajar dengan cara mendengarkan akan lupa, dengan cara mendengarkan dan melihat akan ingat sedikit, dengan cara mendengarkan, melihat, dean mendiskusikan dengan siswa lain akan paham, dengan cara mendengar, melihat, diskusi, dan melakukan akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan, dan cara untuk menguasai pelajaran yang terbagus adalah dengan mengajarkan. Ketika ada informasi yang baru, otak manusia tidak hanya sekedar menerima dan menyimpan. Akan tetapi otak manusia akan memproses informasi tersebut sehingga dapat dicerna kemudian disimpan. Strategi pembelajaran yang aktif dalam proses pembelajarannya adalah siswa diharapkan aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran untuk berfikir, berinteraksi, berbuat untuk mencoba, menemukan konsep baru atau menghasilkan suatu karya. Sebaliknya, anak tidak diharapkan pasif menerima layaknya gelas kosong yang menunggu untuk diisi. Siswa bukanlah gelas kosong yang pasif yang hanya menerima kucuran ceramah sang guru tentang pengetahuan atau informasi.24 Bertitik tolak dari uraian diatas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa strategi active learning adalah salah satu strategi belajar mengajar yang menuntut keaktifan serta partisipasi siswa dalam setiap kegiatan belajar seoptimal mungkin sehingga siswa mampu mengubah tingkah lakunya secara efektif dan efisien. Pembelajaran aktif merupakan suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Pembelajaran aktif dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh peserta didik, sehingga semua peserta didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Dalam pembelajaran ini guru sengaja mendesain proses pembelajaran agar peserta didik dapat berperan secara aktif dan bertanggung jawab atas apa yang dipelajarinya. Dengan mengajak, merangsang dan memberikan kesempatan terhadap peserta didik untuk ikut 24. Hamzah B. Uno, Nurdin Muhammad, Belajar dengan Pendekatan PAILKEM, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 77. 17.

(32) serta mengemukakan pendapat, belajar mengambil keputusan, belajar berpasangan, berdiskusi dan lain-lain. Akan membawa peserta didik pada suasana belajar yang sesungguhnya dan bukan pada suasana diajar belaka. Sistem ini tidak lagi memposisikan peserta didik sebagai objek pembelajaran, sebagaimana selama ini terjadi, tapi memposisikan sebagai subjek pembelajaran. 6. Metode The Firing Line The firing line adalah strategi yang diformat menggunakan pergerakan cepat, yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan seperti testing dan bermain peran. Strategi ini menghendaki pergantian secara terus menerus dari kelompok. Peserta didik mendapatkan kesempatan untuk merespon secara cepat pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan atau tipe tantangan yang dimunculkan.25 Firing line (garis tembak) merupakan format gerakan cepat yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan seperti testing dan bermain peran, ia menonjolkan secara terus-menerus pasangan yang berputar, peserta didik mendapatkan kesempatan untuk merespon secara cepat pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan atau tipe tantangan yang lain.26 Prosedur metode The Firing Line: a. Tentukan tujuan yang akan kamu sukai menggunakan “garis lingkaran” inilah beberapa contoh ketika tujuanmu adalah pengembangan kecakapan. 1) Peserta didik dapat saling mengetes atau melatih satu sama lain. 2) Peserta didik dapat memainkan peran situasi yang ditugaskan kepadanya. 3) Peserta didik dapat mengajar satu sama lain. b. Guru bisa juga menggunakan strategi ini untuk situasi yang lain. Inilah beberapa contoh:. 25. Hamruni, Strategi dan model-model pembelajaran aktif, (Yoyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009), hlm. 286 26. Melvin L. Silberman, Active Learning.hlm. 212. 18.

(33) 1) Peserta didik dapat mewawancarai yang lainnya untuk memperoleh pandangan dan opininya. 2) Peserta didik dapat mendiskusikan teks atau kutipan pendek. c. Aturlah kursi-kursi dalam dua baris yang berhadapan, usahakan kursikursi itu cukup untuk semua peserta dikelas. d. Pisahkanlah kursi-kursi itu kedalam kelompok-kelompok tiga sampai lima pada setiap baris. Susunan mungkin nampak seperti ini: XXX XXX XXX YYY YYY YYY e. Didistribusikan kepada setiap siswa kelompok X sebuah kartu yang berisi tugas untuk dijawab ( direspon ) oleh peserta kelompok Y yang ada dihadapannya. Gunakan satu cara berikut: 1) Topik wawancara (contoh: tanyakan peserta dihadapanmu pertanyaan ini: “Bagaimana pendapat kamu mengenai tatanama senyawa kimia?”) 2) Pertanyaan test (contoh: tanyakan pada peserta di hadapanmu, “apa saja aturan-aturan dalam tatanama senyawa kimia?”) 3) Tugas mengajar (contoh: minta teman di hadapanmu untuk mengajarkan tentang menamai senyawa poliatom). f. Selanjutnya, berikanlah kartu yang berbeda kepada setiap anggota kelompok Y. Misalnya tentang cara mengajar bagaimana melakukan kontak mata dengan baik dan berbicara dengan lancar. Guru memberi pada anggota Y setiap kelompok salah satu kertu berikut ini: 1. Mintalah teman dihadapan kamu untuk memberikan pandangannya tentang aturan-aturan tatanama senyawa kimia. 2. Mintalah teman dihadapan kamu untuk menceritakan kepada kamu tentang pemberian nama pada senyawa poliatom. 3. Mintalah teman dihadapan kamu untuk menjelaskan penamaan senyawa organik. g. Mulailah tugas pertama. Setelah periode waktu yang singkat umumkan bahwa waktu untuk semua peserta Y untuk memindahkan satu kursi ke. 19.

(34) kiri atau kanan dalam kelompok. Jangan pindahkan kursi X. Perintahkan teman X menyampaikan tugasnya kepada teman Y dihadapannya. Teruskan untuk sebanyak mungkin tugas yang berbeda yang dimiliki, dan begitu juga sebaliknya giliran kelompok Y. 27 Guru dapat memberikan variasi dengan: a. Ubahlah peran sehingga peserta X menjadi peserta Y. b. Dalam beberapa situasi mungkin menarik dan sesuai untuk memberikan tugas yang sama pada setiap anggota kelompok. Dalam contoh ini siswa Y akan diminta untuk merespons instruksi yyang sama bagi setiap anggota kelompoknya. Misalnya: peserta didik dapat diminta untuk memainkan peran situasi yang sama dalam beberapa menit. 28 Dalam metode firing line membutuhkan persiapan dan perencanaan yang matang sebelum pelaksanaan sebagai pedeoman dan petunjuk yang jelas bagi seorang guru dalam pelaksanaan proses pembelajarannya. 7. Tatanama Senyawa Kimia Komunikasi diantara para ilmuwan adalah hal yang esensial. Tanpa komunikasi tidak ada artinya sama sekali penelitian-penelitian yang telah dilakukan. Untuk ahli kimia, komunikasi yang terpenting adalah penjelasan tentang penggunaan bahan kimia dalam penelitian-penelitian dan untuk itu kita membutuhkan suatu cara memberi nama senyawa kimia. Pada penelitian ini akan dipelajari bagaimana menulis rumus kimia (formula) untuk bermacam-macam. senyawa. kimia. dan. akan. dijelaskan. bagaimana. terbentuknya senyawa tersebut. Sejauh ini, senyawa-senyawa kimia dinyatakan dengan rumus molekul, bukan namanya. Sebenarnya rumus molekul memberikan informasi kuantitatif mengenai susunan senyawanya. Tetapi perlu juga mengenal senyawa berdasarkan namanya. “Nama adalah panggilan paling sederhana. 27. Hamruni, Strategi dan model-model pembelajaran aktif, hlm. 286-288. 28. Hamruni, Strategi dan model-model pembelajaran aktif, hlm. 286-288. 20.

(35) untuk mengingat sifat-sifat zat. Alasan selanjutnya adalah terdapatnya senyawa yang berbeda dengan rumus yang sama, karena itu perlu membedakannya. melalui. nama.”. 29. Pengetahuan. mengenai. nama. memungkinkan kita mencari sifat-sifat senyawanya dalam buku ajar, mencari senyawa dalam rak-rak penyimpan, atau dalam diskusi dengan rekan-rekan. Tata Nama Senyawa Anorganik 1) Penamaan Senyawa Biner Senyawa biner terdiri dari atom-atom dari dua macam unsur yang berbeda. Senyawa biner dapat terbentuk dari unsur logam dan unsur non logam, atau terbentuk dari unsur-unsur nonlogam. Misalnya senyawa N2O, BaO, HCl, H2S. a) Tata nama senyawa biner yang terbentuk dari unsur logam dan non logam (Biner Ionik). “Senyawa biner adalah senyawa yang dibentuk oleh dua unsur, sebuah senyawa ion biner dibentuk oleh satu unsur logam dan satu unsur bukan logam”.30 Cara penamaannya yakni nama logam ditulis lebih dahulu, kemudian diikuti oleh nama non logam. Untuk logam yang hanya mempunyai satu bilangan oksidasi (yaitu atom unsur golongan IA, IIA, IIIA), nama logam tersebut dalam bahasa inggris yang selalu dipakai. Nama untuk unsur yang kedua diperoleh dengan cara menambahkan akhiran –ida pada kata tersebut.31 Sebagai contoh adalah: NaCl. natrium klorida. SrO. strontium oksida. Al2S3. aluminium sulfida. Mg3P2. magnesium fosfida. 29. Suminar Achmadi, General Chemistry, Principles and Modern Application Fourth edition, (Jakarta: Erlangga, 1985), hlm. 74 30. Suminar Achmadi, General Chemistry, Principles and Modern Application Fourth edition, hlm. 78. 31. James E Brady, Kimia Universitas Asas & Struktur, Terj. Sukmariah Maun dkk, (Jakarta: Binarupa Aksara, 1999), hlm. 176. 21.

(36) b) Tata nama senyawa biner yang terbentuk dari unsur-unsur non logam (Biner Kovalen). Senyawa ini terdiri dari dua unsur non logam. Senyawa biner ini dinamai dengan menuliskan terlebih dulu unsur di bagian kiri atau dibawah tabel periodik. Kemudian unsur yang lainnya dinamai, dengan akhirannya diubah menjadi –ida dan diberi awalan untuk menyatakan jumlah atom dari unsur tersebut.32 Apabila unsur yang pertama menyatakan jumlah satu unsur, tidak perlu diikuti kata mono, kata mono hanya berlaku pada unsur yang kedua. Jumlah unsur dinyatakan dalam bahasa Yunani sebagai berikut: 1= mono. 6= heksa. 2= di. 7= hepta. 3= tri. 8= okta. 4= tetra. 9= nona. 5= penta. 10= deka. Angka indeks satu tidak perlu disebutkan, kecuali untuk nama senyawa karbon monoksida. Contoh: BCl3 boron triklorida CCl4 karbon tetraklorida CO2 karbon dioksida NO2 nitrogen dioksida 2) Penamaan Senyawa Poliatom “Ion-ion yang terdiri dari dua atom atau lebih yang terikat bersama, disebut ion poliatomik yang umum dijumpai, terutama dijumpai unsur-unsur bukan logam”.33 “Senyawa ini menjadi tergabung. 32. James E Brady, Kimia Universitas Asas & Struktur, Terj. Sukmariah Maun dkk, hlm.. 178 33. Suminar Achmadi, General Chemistry, Principles and Modern Application Fourth edition,hlm, 81. 22.

(37) ke dalam senyawa ion, tetapi merupakan satuan tersendiri dan pada umumnya tetap utuh dalam kebanyakan reaksi kimia”.34 Pada umumnya, anion suatu senyawa poliatom terbentuk dari dua jenis atom yang berbeda. Cara penamaannya yakni, nama kation disebutkan terlebih dahulu, diikuti nama anion. Anion poliatom yang mengandung oksigen sebagai atom pusatnya dan memiliki bolangan oksidasi besar, diberi akhiran –at. Adapun anion poliatom yang memiliki bilangan oksidasi lebih kecil diberi akhiran –it, dan beberapa nama lagi berawalan (misalnya “hipo” dan “per”). Contoh nama-nama beberapa senyawa poliatomik dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Nama-nama Beberapa Senyawa Poliatomik Rumus Ion. Nama Senyawa. Rumus Ion. Nama Senyawa. Amonium. PO3. 2-. Fospit. OH-. Hidroksida. PO43-. Fosfat. CN-. Sianida. AsO3-. Arsenit. CH3COO-. Asetat. AsO43-. Arsenat. CO32-. Karbonat. ClO-. Klorit. NH4. +. -. -. Bikarbonat. ClO2. SiO32-. Silikat. ClO4-. Perklorat. NO2-. Nitrit. MnO4-. Permanganat. NO3-. Nitrat. MnO42-. Manganat. SO32-. Sulfit. CrO42-. Kromat. SO42-. Sulfat. Cr2O72-. Dikromat. HCO3. Klorat. Contoh nama kation diikuti anion poliatomik:. 34. N2CO3. natrium karbonat. (NH4)2SO4. amonium sulfat. James E Brady, Kimia Universitas Asas & Struktur, Terj. Sukmariah Maun dkk, hlm.. 179. 23.

(38) 3) Tatanama Asam dan Basa Teori. asam-basa. yang. paling. sederhana. pada. awalnya. dikemukakan oleh Svante Arrhenius pada 1884. Menurut teori Arrhenius, asam adalah spesies yang mengandung ion-ion hidrogen, H+ atau H3O+, dan basa mengandung ion hidroksida, OH-.35 Pendekatan yang lebih umum untuk asam dan basa diusulkan secara terpisah oleh ahli kimia Denmark J. N. Bronsted dan ahli kimia Inggris T. M. Lowry. Definisi asam-basa Bronsted-Lowry adalah sebagai berikut: Asam adalah suatu senyawa yang memberikan proton (ion hidrogen H+) pada zat lain. Basa adalah suatu zat yang menerima proton dari asam. 36 Senyawa asam mempunyai pH < 7, sedangkan basa mempunyai pH > 7. senyawa yang mempunyai pH = 7 bersifat netral. a) Tata Nama Asam “Asam. (acid). dapat. digambarkan. sebagai. zat. yang. menghasilkan ion hidrogen (H+) ketika dilarutkan dalam air”. 37 Senyawa asam, terdiri atas molekul biner (HCl, HF, HBr, dan H2S), dan molekul poliatom (HNO2, HNO3, H2SO4, dan H2SO3). Senyawa asam memiliki penamaan khusus, yaitu senyawa asam biner diberi nama dengan menyebutkan asam sebagai penggantian. hidrogen.. Kemudian,. menyebutkan. nama. atom. berikutnya dengan diakhiri kata –ida. Contoh: HF (asam fluorida), HCl (asan klorida), HBr (asam bromida), HI (asam iodida), H2S (asam sulfida). Adapun asam poliatom terbentuk dari oksida non logam (oksidasi asam) yang bereaksi dengan air. Contoh: 35. Kristian, Sugiyarto, Kimia Anorganik I, (Yogyakarta: Universitas Negeri Yoyakarta),. hlm. 92 36. James E Brady, Kimia Universitas Asas & Struktur, Terj. Sukmariah Maun dkk,hlm.. 439-440 37. Raymond Chang, Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti, (Jakarta : Erlangga, 2005), hlm, 48. 24.

(39) N2O3 + H2O → 2HNO2. (bilok N= +3). N2O5 + H2O → 2HNO3. (bilok N= +5). SO3 + H2O → H2SO4. (bilok S= +6). P2O3 + 3H2O → 2H3PO4. (bilok P= +3). P2O5 + 3H2O → 2H3PO4. (bilok P= +5). Asam yang mengandung unsur non logam dengan bilangan oksidasi kecil diberi akhiran –it. Adapun asam yang mengandung unsur nonlogam dengan bilangan oksidasi besar diberi akhiran –at. Contoh rumus molekul dan tata nama asam dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Beberapa Rumus Molekul dan Tata Nama Asam Rumus Molekul. Bilok logam. Nama. HNO2. N = +3. Asam nitrit. HNO3. N = +5. Asam nitrat. H2SO3. S = +4. Asam sulfit. H2SO4. S = +6. Asam sulfat. b) Tata Nama Basa “Basa. (base). dapat. digambarkan. sebagai. zat. yang. menghasilkan ion hidroksida (OH-) ketika dilarutkan dalam air”. 38 Senyawa basa termasuk senyawa poliatom yang terbentuk dari oksidasi logam (oksida basa) dengan air. Contoh: Na2O + H2O → 2NaOH K2O + H2O → 2KOH BaO + H2O → Ba(OH)2 Penamaan senyawa basa, yaitu dengan cara menyebut nama logamnya, diikuti dengan kata hidroksida. Contoh penulisan senyawa basa dapat dilihat pada Tabel 2.3.. 38. Raymond Chang, Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti, hlm, 51. 25.

(40) Tabel 2.3 Nama Senyawa Basa Basa. Nama. LiOH. Litium hidroksida. NaOH. Natrium hidroksida. Mg(OH)2. Magnesium hidroksida. Ba(OH)2. Barium hidroksida. Al(OH)2. Alumunium hidroksida. a. Tatanama Senyawa Organik Senyawa organik adalah senyawa-senyawa C dengan sifat-sifat tertentu. Senyawa organik mempunyai tata nama khusus, mempunyai nama lazim atau nama dagang ( nama trivial ). Senyawa organik jauh lebih banyak dan lebih kompleks dibandingkan dengan senyawa anorganik. Oleh sebab itu, diperlukan penggolongan senyawa karbon secara sistematika selain nama lazim (nma trivial), yaitu berdasarkan kekhasan senyawanya. Misalnya senyawasenyawa organik yang hanya terdiri dari unsur karbon (C) dan hidrogen disebut. senyawa. hidrokarbon.. Senyawa. hidrokarbon. juga. masih. diklasifikasikan. Salah satu pengklasifikasian tersebut adalah pembagian senyawa alkana, alkena, dan alkuna. Pembagian senyawa tersebut didasarkan pada ada tidaknya ikatan rangkap dalam senyawa hidrokarbon. Senyawa-senyawa alkana memiliki beberapa nama tergantung jumlah atom karbon yang terdapat pada senyawa tersebut. Tabel 2.4 berikut contohcontoh rumus molekul dan nama trivialnya.. 26.

(41) Tabel 2.4 Rumus Molekul dan Nama Trivialnya39 Rumus Molekul. Nama Trivial. CH4. metana (gas alam). CH3COOH. asam asetat (cuka). CHI3. iodoform (suatu antiseptik). CHCl3. kloroform (bahan pembius). C6H12O6. Glukosa. CO(NH2)2. Urea. CH3COCH3. aseton (pembersih kuteks). HCHO. formaldehida (formalin). C12H22O11. sukrosa (gula tebu). C2H5OH. Alkohol. Tata nama IUPAC untuk senyawa yang lain didasarkan pada tata nama alkana dengan jumlah atom C yang bersesuaian dengan mengubah akhiran sesuai dengan nama masing-masing senyawa.. C. Keefektifan metode pembelajaran firing line pada materi pokok tata nama senyawa kimia terhadap hasil belajar kelas X di MA An-Nidham. Pembelajaran kimia kerap dianggap sulit oleh peserta didik. Karakteristik dari kimia yang abstrak juga salah satu faktor kesulitan peserta didik dalam menerima pembelajaran kimia terlebih dalam pemecahan masalah yang mengharuskan peserta didik untuk berpikir lebih keras untuk menyelesaikannya. Disamping faktor internal peserta didik, kesulitan juga muncul dikarenakan pendekatan pembelajaran kimia yang dipilih guru kadang kala tidak sesuai dengan aspek dan karakter materi yang akan disampaikan sehingga pembelajaran yang terjadi kurang optimal yang berakibat tujuan pembelajaran tidak dapat dicapai peserta didik.. 39. Kirana, “nama-nama senyawa poliatomik”, dalam http ://esdikimia.wordpress.com/2011/05/04/tata-nama-senyawa-poliatomik-asam-basa, diakses 29 maret 2012.. 27.

(42) Materi tata nama senyawa merupakan materi yang diajarkan di sekolah menengah atas. Materi ini tingkat keabstrakkannya tidak terlalu tinggi, hampir sebagian peserta didik sudah mengerti tentang materi tata nama senyawa karena merupakan materi yang diajarkan paling dasar dalam pelajaran kimia. Permasalahan terletak pada ketentuan-ketentuan dalam menentukan rumus kimia dan aturan-aturan dalam memberi nama suatu senyawa serta mengaplikasikannya. Selama ini pembelajaran kimia pada materi tata nama senyawa yang diterapkan secara konvensional hanya menekankan pada hasil tanpa menghiraukan perolehan cara-cara yang tepat dalam memperoleh hasil, sehingga pembelajaran kimia yang diharapkan tidak tercapai. Dan pembelajaran kimia menjadi momok, pembelajaran yang menakutkan menjadi semakin membosankan, dan merusak seluruh minat peserta didik. Pada metode firing line permasalahan peserta didik dalam menghadapi pembelajaran kimia terutama materi tata nama senyawa kimia diharapkan dapat berkurang, metode Firing line (garis tembak) merupakan format gerakan cepat yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan seperti testing dan bermain peran, ia menonjolkan secara terus-menerus pasangan yang berputar, peserta didik mendapatkan kesempatan untuk merespon secara cepat pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan atau tipe tantangan yang lain.40 Meode ini merupakan cara menyenangkan lagi aktif untuk meninjau ulang materi pembelajaran. Metode ini membolehkan pesera didik untuk berpasangan dan memainkan kuis dengan kawan sekelas. Dengan karakteristik metode seperti halnya diatas akan sangat membantu guru dan peserta didik menemukan formula yang tepat dalam pembelajaran. kimia. khususnya. dalam. memahaminya.. Proses. yang. menyenangkan akan memotivasi peserta didik untuk memahami dan menelaah pembelajaran dengan metode pembelajaran aktif tanpa harus menjadi mata pelajaran yang abstrak sehingga sulit dipahami peserta didik.. 40. Melvin L. Silberman, Active Learning.hlm. 212. 28.

(43) Soal pada materi tata nama senyawa kimia memungkinkan peserta didik untuk menyelesaikannya. Kecenderungan peserta didik yang menganggap pembelajaran kimia sebagai mata pelajaran yang abstrak menjadikan peserta didik kurang aktif dalam belajar, mengesampingkan pembelajaran kimia itu sendiri dan malu bertanya pada guru. Dengan pembelajaran yang menyenangkan ini yang mendesain antara peserta didik berkomunikasi dengan persaingan secara sehat membentuk kelompok berpasangan. Pengembangan lanjutan akan terbuka juga untuk memicu kreativitas berpikir peserta didik, dengan diajak berpikir kritis dan kreatif namun menyenangkan sehingga menuntun peserta didik dalam keberhasilan pembelajaran. “Efektivitas merupakan adanya kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju”.41 Maka dapat dikemukakan bahwa efektivitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu dan adanya partisipasi aktif dari peserta didik. Suatu usaha dikatakan efektif apabila usaha itu mencapai tujuannya. Efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keberhasilan tentang usaha atau tindakan yaitu keberhasilan penerapan metote firing line pada materi tata nama senyawa kimia. Dikatakan efektif jika nilai rata-rata hasil belajar peserta didik yang menggunakan metode firing line lebih baik dari pada nilai rata-rata hasil belajar peserta didik dengan pembelajaran konvensional serta menganalisis apakah aktivitas peserta didik berupa hasil belajar ranah afektif dan ranah psikomotorik baik kelas eksperimen atau kelas kontrol meningkat atau tidak, lebih baik atau tidak. Penilaian hasil belajar dilakukan setelah suatu kegiatan pembelajaran dilaksanakan, penilaian hasil belajar adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana proses belajar dan pembelajaran telah berjalan secara efektif. Keefektivan pembelajaran tampak pada kemampuan peserta. 41. E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Rosdakarya, 2007), hlm. 82. 29.

(44) didik mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Dari segi guru, penilaian hasil belajar akan memberikan gambaran mengenai keefektivan mengajarnya, apakah metode pembelajaran yang digunakan mampu membantu peserta didik mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.. D. Pengajuan Hipotesis “Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”. 42 “Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang memperoleh melalui pengumpulan data”. 43 Dugaan jawaban sementara ini pada prinsipnya bermanfaat membantu peneliti, agar proses penelitiannya lebih terarah. Mengacu pada alasan pemilihan judul dan tinjauan pustaka. Berdasarkan latar belakang dan kerangka berfikir di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah penggunaan metode Firing Line dengan pendekatan Active Learning lebih efektif dari pada metode ceramah pada materi pokok tata nama senyawa kimia terhadap hasil belajar siswa kelas X semester gasal di MA AN-NIDHAM. Mengingat hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang mungkin benar dan mungkin juga salah, maka dilakukan pengkajian pada bagian analisis data untuk mendapat bukti apakah hipotesis yang diajukan itu dapat diterima atau tidak.. 42. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. XIII, hlm.71 43. Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, (Pendekatan Kuantitati, Kualitatif dan R dan D), (Bandung: Alfabeta, 2007), hlm.96. 30.

(45) BAB III METODE PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan metode firing line pada materi pokok tata nama senyawa kimia terhadap hasil belajar siswa kelas X semester ganjil MA AnNidham kecamatan Sayung, Kabupaten Demak.. B. Waktu dan Tempat Penelitian Untuk memperoleh data tentang efektivitas penggunaan metode firing line pada materi pokok tata nama senyawa kimia terhadap hasil belajar siswa kelas X semester gasal MA An-Nidham Demak. Waktu Penelitian. : tanggal 4 Januari s/d 1 Februari 2012. Tempat Penelitian. : MA An-Nidham Demak. C. Variabel “Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.1Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel bebas (X) Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat. Variabel bebas merupakan variabel yang menentukan arah atau perubahan tertentu pada variabel terikat, sementara variabel bebas berada posisi yang melepas dari pengaruh variabel terikat. Variabel ini sering disebut pengaruh atau mempengaruhi variabel lain. Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah penggunaan metode firing. line.. Indikator. variabel. ini. yaitu. siswa. dapat. membentuk. 1. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.(Bandung : Alfabeta, 2008).hlm. 38. 31.

(46) danbekerjasama. dalam. kelompoknya. sertamengatur. tempat. duduk,memindahkan kursi dan memutar posisi ketika proses pembelajaran dengan metode firing line berlangsung. 2. Variabel terikat (Y) Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar peserta didik kelas X dalam materi tata nama senyawa kimiadi MAAn-Nidham. Dalam kaitannya guna meningkatkan hasil belajar peserta didik khususnya materi pokok tata nama senyawa kimia.Indikator kemampuan pemecahan masalah materi tatanama senyawa kimia adalah peserta didik dapat memahami ketentuan-ketentuan dalam menentukan rumus dan nama senyawa kimia dan dapat mengaplikasikannya.. D. Metode Penelitian Menurut Sugiyono, metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.2 Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Dengan kata lain, penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari/membandingkan perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.3 Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen (kuantitatif). Eksperimen adalah merupakan suatu penelitian yang menuntut peneliti memanipulasi dan mengendalikan satu atau lebih variabel bebas serta mengamati variabel terikat untuk melihat perbedaan sesuai dengan manipulasi variabel bebas (independent) tersebut atau penelitian yang melihat hubungan sebab akibat kepada dua atau. 2. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), (Bandung: Alfabeta, 2008), Cet. 5, hlm. 6. 3 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), hlm.107.. 32.

(47) lebih variabel dengan memberi perlakuan lebih (treatment) kepada kelompok eksperimen.4 Rancangan penelitian yang digunakan adalah : Two Group, Pretest posttest design. Rancangan tersebut berbentuk seperti berikut: Kelas. Pretest. Perlakuan. Postest. XA. P1. Q. P2. XB. P1. Qn. P2. Keterangan: X A : Kelas eksperimen. X B : Kelas kontrol. Q. : Perlakuan metode Firing Line dengan pendekatan Active Learning.. Qn. : Perlakuan tanpa metode. Firing Line dengan pendekatan Active. Learning. P1. : Pemberian pretest. P2. : Pemberian postest Dalam desain ini observasi dilakukan sebanyak dua kali yaitu. sebelum. dan sesudah. eksperimen.. Observasi. yang. dilakukan. sebelum. eksperimen (P1) disebut pretest dan observasi sesudah eksperimen (P2) disebut posttest. Perbedaan antara P1 dan P2 yakni P1 - P2 diasumsikan merupakan efek dari perlakuan atau eksperimen. Kelas eksperimen diterapkan pembelajaran kimia menggunakan metode pembelajaran firing line. Sedangkan kelas kontrol dibiarkan tanpa diberlakukan menggunakan metode pembelajaran firing line yaitu dengan metode ceramah dan tanya jawab. Setelah proses belajar mengajar selesai, untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah peserta didik dilakukan posttest dikedua kelas sampel dengan menggunakan soal evaluasi yang sama. Dari hasil skor posttest kedua kelas sampel dilakukan uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan rata-rata atau uji t pihak kanan dari skor. 4. Iskandar. Psikologi Pendidikan (Sebuah Orientasi Baru), (Ciputat : Gudang Persda Press),hlm.20. 33.

(48) pencapaian tersebut untuk mengetahui apakah perbedaan skor pencapaian pada kedua kelas sampel itu signifikan atau tidak secara statistik. Data untuk mengetahui aktivitas dalam proses pembelajaran baik aktivitas dari peserta didik maupun kemampuan guru dalam mengelola kelas diperoleh dengan melakukan observasi selama proses pembelajaran berlangsung.. E. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya”.5 Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah pesrta didik kelas X dari MA An-nidhamtahun pelajaran 2011/2012 semester ganjil yang terdiri dari 2 kelas yang berjumlah 80 siswa, dengan rincian sebagai berikut: Kelas X -1 : 40 siswa Kelas X -2 : 40 siswa Dua kelas ini dipandang sebagai satu kesatuan populasi, karena adanya kesamaan-kesamaan sebagai berikut: a. Siswa yang terdapat dalam populasi tersebut adalah siswa yang berada pada kelas dan semester yang sama yaitu kelas X semester satu. b. Seluruh siswa tersebut memperoleh materi pelajaran kimia dengan silabus yang sama. c. Seluruh siswa tersebut memperoleh materi pelajaran kimia dengan pengajar yang sama. Sebelum populasi dipilih menjadi sampel, populasi tersebut diuji homogenitas untuk mengetahui bahwa populasi tersebut bersifat homogen. 2. Sampel “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.”6 Maka dari itu peneliti dapat menggunakan sampel 5. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, hlm. 80. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, hlm. 81. 6. 34.

(49) yang ada dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul mewakili. Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan teknik cluster randomsampling, teknik pengambilan sampel ini karena kompetensi dari masing-masing kelas hampir sama. Kelas pertama sebagai kelas eksperimen dan kelas kedua sebagai kelas kontrol, sedangkan satu kelas dijadikan sebagai kelas uji coba instrumen. 3. Teknik Pengambilan Data Kelas X yang ada di MA An-nidham Demak adalah kelas yang homogen dengan alasan peserta didik mendapat materi berdasarkan kurikulum yang sama, peserta didik yang menjadi objek penelitian duduk dikelas yang sama, dan pembagian kelas tidak ada kelas yang unggulan sehingga peserta didik memiliki kemampuan yang setara. “Teknik. sampling. adalah. merupakan. teknik. pengambilan. sampel”.7Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik cluster random sampling. Cluster random sampling yaitu teknik kelompok atau rumpun, dilakukan sebagai jalan memilih sampel yang didasarkan pada kelompoknya bukan pada individunya.8Sampel yang diambil dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik cluster random sampling mengambil dua kelas pada kelas X, kelas X-1 yang berjumlah 40 anak sebagai kelas kontrol, dan kelas X-2 yang berjumlah 40 anak sebagai kelas eksperimen. Dalam kelas kontrol diterapkan pembelajaran ceramah dan pada kelas eksperimen dengan menerapkan metode pembelajaran firing line. Nilai pretest diambil dari soal pretest yang dikerjakan peserta didik untuk mengetahui tingkat kemampuan masing-masing peserta didik. Kelas kontrol adalah sebagai kelas pembanding. Dengan demikian, pengaruh metode pembelajaran firing line sebagai variabel yang akan dicari keefektifannya. 7. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D,. hlm. 81 Tulus Winarsunu, Statistik dalam Penelitian Psikologi Pendidikan, (Malang: UMM. 8. Press,2004), Cet.II, HLM 17.. 35.

(50) untuk meningkatkan hasil belajar kimia materi pokok tata nama senyawa kimia.. F. Teknik Pengumpulan Data 1. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Metode Tes “Tes. merupakan. metode. pengumpulan. data. yang. sifatnya. mengevaluasi hasil proses (pre-test dan post-test). Instrumennya dapat berupa soal-soal ujian atau soal-soal tes.”9 Sehingga baik pretest maupun posttest diukur dengan menggunakan tes. Metode tes ini nantinya dipakai untuk mendapatkan skor pemecahan masalah peserta didik yang menjadi sampel penelitian. Tes yang digunakan adalah tes yang dalam bentuk tes objektif (Multiple Choice) dengan 5 pilihan, dan hanya satu pilihan yang benar. Dalam penelitian ini tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa pada materi tatanama senyawa kimia. Tes dilakukan dalam bentuk pretest dan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. b. Studi Dokumentasi “Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau. variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.”10 Metode ini digunakan untuk memperoleh nilai akhir semester (nilai raport), dan data-data yang berkaitan dalam penelitian. c. Metode Observasi “Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia. dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit.”11 Teknik 9. Hariwijaya .Triton.Pedoman Penulisan Ilmiah Skripsi Dan Tesis.(Jakarta : SUKA BUKU, 2011). hlm. 63 10 Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.(Jakarta : Rineka Cipta, 2006).hlm. 231 11 BurhanBungin,, Metodologi Penelitian Kuantitatif.(Jakarta : Prenada Media Group, 2005).cet.5. hlm.133. 36.

Referensi

Dokumen terkait

Persyaratan pelaporan berserta informasi lainnya digunakan untuk mengantisipasi reaksi terhadap informasi yang dilaporkan, karena pada umumnya orang akan bereaksi

Tidak tercapainya target anggaran Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah disebabkan oleh karena benih padi yang dihasilkan di tahun 2019 nanti terjual pada saat

Modul Pengguna Mengimbas Pelekat QR Code Menggunakan Smart Phone 18 3.4 Mencetak Laporan Imbasan Kod Aset/Inventori Melalui Sistem MyFIS. 3.4.1 Setelah selesai AJKV

Jumlah formulir cabak yang terisi lengkap di rekam medis rawat inap. Jumlah total pasien rawat inap

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur aktivitas enzim HMGR pada induksi gaharu Aquilaria malaccensis perlakuan pupuk urea dan Fusarium solani untuk memperkirakan

Dalam peraturan tersebut terdapat ketentuan kawasan ruang terbuka hijau perkotaan paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas kawasan perkotaan yang terdiri

UNTUK ITU, KARENA KEHIDUPAN MANUSIA SELALU HARUS BERDIALOG DENGAN SEJARAH MASA LALU UNTUK DAPAT MEMBANGUN SEJARAH DI MASA SEKARANG, SERTA MEMPROYEKSIKAN PANDANGAN KE

Sedangkan untuk pertemuan ketiga kategori yang muncul di ketiga sekolah tersebut adalah kategori MK sebesar 100%, ini terlihat bahwa peserta didiknya