• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Manusia dengan Arsitektur.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Manusia dengan Arsitektur."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN MANUSIA DENGAN

ARSITEKTUR

Ir. I NYOMAN SUDIARTA 195710241986011001

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

(2)

BAB I PENDHULUAN 1.1 Latar Belakang

(3)

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana hubungan antara manusia dengan arsitektur?

1.3 Tujuan

(4)

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian

1. Pengertian Manusia

Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu Dalam hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan suatu oganisme hidup (living organism). Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan secara ekstrim dapat dikatakan, setiap orang berasal dari satu lingkungan, baik lingkungan vertikal (genetika, tradisi), horizontal (geografik, fisik, sosial), maupun kesejarahan. Tatkala seoang bayi lahir, ia merasakan perbedaan suhu dan kehilangan energi, dan oleh kaena itu ia menangis, menuntut agar perbedaan itu berkurang dan kehilangan itu tergantikan. Dari sana timbul anggapan dasar bahwa setiap manusia dianugerahi kepekaan (sense) untuk membedakan (sense of discrimination) dan keinginan untuk hidup. Manusia dengan kebudayaan merupakan dua hal yang saling berhubungan satu sama lain. Keduanya disatukan dalam satu ikatan, yang tidak bisa lepas sampai manusia itu mati atau sebuah kebudayaan lenyap tanpa keberadaan manusia untuk melestarikannya. Karena tanpa ada manusia kebudayaan tidak akan berkembang dan disamping itu peranan pokok manusia dalam kebudayaan yaitu melestarikannya.

2. Pengertian Arsitektur

(5)

2.2 Manusia Dengan Budaya Dalam Konteks Arsitektur

Manusia dapat diartikan berbeda-beda menurut biologis, rohani, dan istilah kebudayaan. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens, sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.

Sedangkan budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Secara keseluruhan kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

(6)

secara integral. Lingkungan alam tempat manusia hidup memberikan daya dukung kehidupan dalam berbagai bentuk kemungkinan yang dapat dipilih manusia untuk menentukan jalan hidupnya. Pengembangan pilihan-pilihan itu sangat bergantung pada potensi kebudayaan menusia yang berkembang karena kemampuan akalnya. Dengan kata lain, melalui kebudayaan manusia akan selalu melakukan adaptasi terhadap lingkungannya.

Sejak manusia diciptakan dibumi ini, dia selalu berdampingan dengan alam, yang disini dijabarkan sebagai iklim dan lingkungan. Kemana saja manusia melangkah, alam selalu didekatnya. Manusia memang tak akan dapat melepaskan diri dari pelukannya, dari batasan-batasan dan hukum-hukumnya. Oleh sebab itu alam (iklim dan lingkungan) memegang peranan yang amat besar dalam membentuk segala cara hidup manusia: pola tingkah laku serta hasil tingka laku manusia itu sendiri. Secara singkat dapat dikatakan bahwa: iklim dan lingkungannlah yang membentuk kebudayaan manusia. Keadaan alam yang berbeda melahirkan jenis kebudayaan yang berbeda pula. Perbedaan alam yang kecil saja sudah cukup kuat untuk melahirkan kebudayaan yang bercorak lain. Kebudayaan dengan warna tertentu, mempunyai corak arsitektur yang tertentu pula. Karena itu dapat dikatakan. Arsitektur adalah cermin kebudayaan.

Para antropologi dan archeologi dapat mengisahkan secara terperinci kebudayaan yang telah lama berlalu, hanya dengan meneliti arsitektur yang masih tertinggal dengan alat-alat yang ada di dalamnya. Dari reruntuhan bangunan ibadah dapat dijelaskan apa bentuk kepercayaan kuno yang dianut oleh masyarakat dulu, apakah ada upacara kurban atau tidak, apakah bentuk kepercayaannya, bagaimana sistem keluargannya, perekonomiannya dan sebagainnya. Banguna yang mencerminkan sifat kebudayaan, lebih jau lagi dapat mencerminkan suatu negara tertentu beserta periodenya dalam sejarah. Bangunan serupa itu disebut The Master Work. Sebenarnya bagaimana arsitektur hadir dalam mulanya? Bila dia hadir? Dia hadir sejak manusia menciptakan ruang tempat tinggal, yang semata-mata merupakan tempat perlindungannya terhadap alam, dalam rangka mempertahankan hidupnya jadi mula-mula arsitektur hadir dari kebutuhan

(7)

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari artikel diatas adalah, manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan dan manusia adalah sarana pelestarian dari suatu budaya. Dari kebudayaan ini tercipta suatu bentuk sastra yang dinamakan arsitektur. Arsitektur disini merupakan sarana komunikasi bahasa nonverbal antar satu budaya dengan budaya lainnya yang memberikan ciri khas tersendiri. Budaya akan selalu diwariskan kepada setiap generasi oleh manusia. Jadi hubungan kebudayaan manusia dengan arsitektur adalah bentuk ekspresi untuk memperkenalkan identitas dari suatu suku maupun bangsa.

3.2 Saran

(8)

Daftar Pustaka

Rangkuti, Sofia, Hasibuan, Dr. Hj. 2002. Manusia dan kebudayaan di Indonesia.

http//www.openpdf.com Diakses 12 mei 2011 anonymous . 2011. hubungan manusia dengan kebudayaan.

(9)

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PENELITIAN

1. Judul Penelitian : Hubungan Manusia dengan Arsitektur

2. Ketua Peneliti

a. Nama Lengkap : Ir. I Nyoman Sudiarta

b. NIP : 19571024 198601 1 001

c. Pangkat/Gol : Penata Muda Tingkat I/III/b

d. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli

e. PS/Fakultas : Arsitektur/Teknik

f. Alamat : Banjar Beng, Desa Tunjuk, Tabanan

g. Telepon/e-mail : 0 8 5 8 5 7 4 5 7 9 0 1 / sudiarta324@gmail.com

3. Jumlah anggota peneliti : 1 orang

4. Lama penelitian keseluruhan : 3 minggu

Denpasar, 29 Januari 2016

Mengetahui,

Ketua Jurusan Teknik Arsitektur, Universitas Udayana

Penulis,

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Kajian Penggunaan Tepung Millet Kuning Sebagai Substitusi Tepung Terigu Pada Karakteristik Sensoris, Fisikokimia, dan Aktivitas Antioksidan Mie Instan Ubi Jalar Ungu.. Universitas

Perubahan sampah sayuran menjadi bioetanol yang dilakukan pada penelitian ini melalui dua tahapan yaitu: perubahan sampah sayuran (polisakarida / selulosa) menjadi

Untuk memenuhi harapan tersebut diperlukan kinerja manajemen yang ekeftif dan efisien, sehingga untuk mengetahui kinerja perusahaan rokok mana yang lebih efektif terlebih

“Dialah yang menghidupkan dan mematikan, maka apabila Dia menetapkan sesuatu urusan, Dia hanya berkata kepadanya: “Jadilah”, maka jadilah ia.” (Q.S. Ada yang disebabkan

Analisis spektrum respons harus dilakukan dengan menggunakan suatu nilai redaman ragam untuk ragam fundamental di arah yang ditinjau tidak lebih besar dari nilai yang terkecil

Keadaan ini jarang mengenai anak-anak, usia muda atau diabetes tipe non insulin dependen karena pada keadaan ini pasien akan jatuh kedalam kondisi KAD, sedang pada DM tipe 2

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasution (2011) dengan judul Efektifitas Terapi Musik Klasik Untuk Mengurangi Kecemasan Pada Ibu

Beranjak dari hal tersebut, peneliti bermaksud untuk meneliti tentang analisis kinerja guru biologi SMA Negeri piloting Kurikulum 2013 Kota Bandung terhadap hasil belajar